1
jika pada alat manual operator harus memutar Pada tahap ini merupakan proses pencarian
handle untuk memberikan tekanan pada sandal data dan referensi yang digunakan sebagai acuan
maka dengan mesin ini operator hanya perlu pada proses perancangan sekaligus memperkuat
menekan tombol start pada panel kontrol ide yang sudah ada. Literatur yang digunakan
sehungga silinder pneumatik bisa memberikan berupa buku ilmiah, jurnal, dan beberapa artikel
tekanan pada proses pengembosan. Mesin ini juga dari internet. Sedangkan dari studi pustaka didapat
dilengkapi dengan termocontrol yang bertujuan dari tugas akhir Ilham Tanjung (2013) dan Moch.
untuk mengatur suhu yang digunakan pada proses Zainudin (2009), konsep hot embossing keduanya
pengembosan, jika pada mesin manual memiliki kelemahan dengan tidak adanya isolator
alumunium cetakan dipanaskan diatas kompor yang memadai sebagai penghalang dari panas
LPG maka dengan mesin ini operator dimudahkan yang dihasilkan elemes pemanas. Hal ini
dengan temperatur yang biasa diatur mengakibatkan panas dari heater merambat atau
menggunakan thermocontroller, adapun timer terkonduksi ke piston silinder pneumatik yang
yang digunakan untuk memberikan waktu dapat mengakibatkan seal pada piston memuai.
penahanan pada saat mesin melakukan proses Dari kedua referensi diatas dapat memunculkan
embossing. Dengan adanya teknologi yang pengembangan sistem hot embossing yang
dikembangkan dalam mesin ini, para produsen terintegrasi dan dapat memperbaiki kekurangan
sandal menjadi dimudahkan dalam meningkatkan yang ada selama ini.
produktifitas dan juga dalam mendapatkan hasil 2. Observasi lapangan
sandal yang baik dan sama setiap kali prosesnya. Sedangkan observasi atau studi lapangan
untuk pengambilan data dilakukan dengan cara
II. METODOLOGI survei langsung untuk mendapatkan informasi dan
data-data mengenai cara pembuatan produk hot
Mulai embossing di home industri wedoro dan jenis
material apa saja yang digunakan.
Perencanaan
Pemilihan Komponen
Gambar 2.2 Hasil survey di salah satu
Pembuatan Mesin UKM produsen sandal
TIDAK 3. Perencanaan
Perencanaan ini dilakukan dengan cara
Pengujian mengaplikasikan dasar teori yang telah ada dan
menggunakannya dalam sistematika perhitungan
perancangan, sehingga dapat diketahui mengenai
YA
mekanisme kerja yang diinginkan agar alat
Sistem
berjalan baik
tersebut aman dalam pengoperasian.
4. Pembuatan Mesin
Pada tahapan ini dilakukan proses
permesinan pada rancang bangun alat yang
Evaluasi diperoleh dari perencanaan dan perhitungan
mesin.Dan dari hasil perhitungan dan perencanaan
dapat diketahui spesifikasi dari bahan maupun
Selesai dimensi dari komponen yang akan diperlukan
untuk pembuatan alat. Dari komponen yang
Gambar 2.1 Diagram Alir Pengerjaan diperoleh kemudian dilakukan perakitan untuk
membuat alat yang sesuai dengan desain yang
telah dibuat.
Dalam perencanaan membuat mesin 5. Pengujian
pemotong spon ini menggunakan metode Setelah rancang bangun alat selesai,
penelitian, meliputi : dilakukan pengujian mesin tersebut dan dicatat
1. Studi literatur
2
hasil pengujiannya, apakah mesin tersebut 10. Kompressor
berjalan baik atau tidak. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. Evaluasi 3.1 Perencanaan Diameter Silinder Pneumatik
Tahap ini dilakukan dengan menarik Untuk mencari diameter silinder pneumatik
kesimpulan yang didapat dari hasil pengujian minimal yang akan dibutuhkan, maka pada
yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan perencanaan awal diambil tekanan kerja dari
pembuatan laporan. sistem sebesar 7 Kgf/cm2 dan gaya pembentukan
2.2 Cara Kerja Mesin Hot Embossing Sandal embossing sebesar 130 Kgf (gaya yang diperoleh
dengan Sistem Elektro Pneumatik setelah uji bahan, lihat di lampiran 1) sedangkan
Cara kerja mesin Hot embossing ini sangat untuk nilai µ diambil 0,85 (Tenaga fluida
sederhana, pengguna hanya menekan tombol pneumatik, 1991 : L78). Data ini kemudian
on/off yang tersedia pada panel dimesin. Berikut dipakai dalam perencanaan silinder pneumatik
adalah runtutan sistem pemakaian mesin hot untuk pengembossan.
embossing ini : Diameter minimal dapat dicari dengan
1) Masukkan bahan baku sandal yang sudah persamaan 2.1 :
dipotong pada alas dengan posisi siap π
emboss. F = D2 ⋅ p· µ
4
2) Tekan tombol on / off.
Maka dari persamaan di atas dapat
3) Setelah udara dari kompresor masuk
direncanakan diameter piston sebagai berikut :
kesistem, maka seting tekanan yang
dibutuhkan pada FRL (filter, regulator
F = 130 Kgf
dan Lubricator) unit.
P = 7 Kgf/cm2
4) Seting temperatur embossing.
µ = 0,85
5) Atur waktu penahanan / holding time.
6) Setelah setting selesai, tekan tombol hijau π
F = D2 ⋅ . P. µ
untuk eksekusi. 4
7) Setelah waktu penahanan yang ditentukan 3,14
sudah tercapai piston akan naik kembali 130 Kgf = D2. . 7 Kgf/cm2. 0,85
4
dan proses embossing selesai. 130 Kgf
8) Selesai. 3 D2 =
4,67 Kgf/cm2
2 D2 = 27,83 cm2
5 D = 27,83 cm2
4
6 D = 5,27 cm
7 1 D = 52,7 mm
3
F1 = 298.928 Kgf Pada saat silinder bergerak mundur dihitung
3.3 Gaya Tarikan Silinder dengan rumus :
Gaya tarikan silinder dapat diketahui dengan π
menggunakan persamaan 2.2 : Volume (V) = (D2 – d2) . h
4
π
π V = [(80mm)2 – (25mm)2] . 100mm
F2 =
4
(D 2
)
− d 2 . P. µ 4
V = 453.337,5 mm3
π lt
F2 =
4
(D 2
)
− d 2 . P. µ V = 453.337,5 mm3 x 10-6
mm 3
3,14 V = 0,4533 lt
F2 = [(8cm)2 _ (2,5cm)2]. 7 Kgf/cm2.
4 Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
0,85 konsumsi udara yang dibutuhkan silinder dengan
= 269,73 Kgf D = 80 mm, panjang langkahnya 100 mm untuk
bergerak maju dan mundur adalah :
3.4 Kerugian Tekanan Pada Pipa Vtotal = Vmaju + Vmundur
Kerugian tekanan pada pipa dari = 2,0096 lt + 0,4533 lt
persamaan Formula Harris tentang kerugian Vtotal = 2,469 lt
tekanan sesuai persamaan 2.4 :
Perhitungan kecepatan silinder
∆P = 1,6.103 x Q1,85 x L Besarnya kecepatan silinder didapatkan dari
d5 x P percobaan saat silinder extend dengan
Dimana : menggunakan persamaan :
∆P = Kerugian tekanan udara pada pipa (Pa) s
L = Panjang pipa (m) v=
t
Q = Konsumsi udara silinder (m3/dt)
d = Diameter dalam pipa (m)
P = Tekanan udara sistemy (Pa) Keterangan,
v = kecepatan piston (m/s)
Dari data yang telah diketahui : s = panjang stroke (m)
D = 80 mm t = waktu langkah (s)
Tekanan kompresor = 7 bar = 7 x105 Pa Dari data yang diketahui :
d (diameter rod) = 25 mm = 0,025 m s = 100 mm = 0,1 m
hstroke = Silinder Utama = 10 mm t=2s
t (waktu tempuh silinder) = 3s (asumsi Maka,
penggunaan timer)
dselang = 8 mm = 0,008m
0,1 m
v= = 0,05 m/s
(0,02624 ft) 2s
Lselang = 6 m (19,68 ft) Kapasitas udara
Kapasitas udara dapat dihitung dari
Konsumsi udara persamaan 2.3 :
Kebutuhan konsumsi udara pada saat Q = D2 . v . Cr
silinder bergerak maju dihitung dengan rumus : = (0,08 m)2 . 0,05 m/s . 7,9
π = 0,002528 m3/s
Volume (V) = . D2 . h
4 Jadi, data-data sebelumnya dimasukkan pada
π persamaan 2.6 :
V= . D2 . h Ltot = 6 m
4 Q = 0,002528 m3/s
3,14.(80mm) 2 .(100mm) d = 0,008 m
V=
4 maka didapatkan,
V = 2.009.600 mm3 ∆P = 1,6.103 x Q1,85 x L
d5 x P
lt
V = 2.009.600 mm3 x 10-6
∆P = 1,6.103 x 0,0025281,85 x 6
mm 3 0,0085 x 7.105
V = 2,0096 lt
0,1504
∆P =
0,000022
4
∆P = 6423 Pa (T2 – T1 ) = 350 W x 0,005 m
∆P = 0,06 bar (-202 W/m.K x 0,09 m2)
Jadi, kerugian tekanan pada pipa sebesar 6.10-2
bar. T2 = T1 - 0,1oC
3.5 Pemilihan Kompresor Dari rumus didapatkan temperatur pada
Dari data tekanan dan kapasitas silinder cetakan die sebesar T2 = T1 - 0,1oC dengan T1
diatas maka kompresor yang dipilih adalah tipe disetting 80oC. Jadi temperatur pada cetakan die
reciprocating compressor karena tipe ini sering berbeda 0,1oC dari temperature pada heater. Hal
digunakan pada sistem pneumatik dan memiliki ini disebabkan karena adanya panas yang
tekanan stabil. Selain itu kompresor jenis ini terbuang ke lingkungan, sehingga untuk
mempunyai tekanan yang rendah sampai tinggi. memperoleh temperatur yang mendekati dengan
Perhitungan kapasitas kompresor : temperatur produk maka thermocontrol diletakkan
Tekanan operasi 7 bar = 7 kgf ⁄cm2 pada dinding cetakan
3.7 Pengembangan Sistem Elektro-pneumatik
7 kgf x 2,2046 lbf =15,4322 lbf x1 cm2 Pada Mesin Hot Embossing
cm2 1 kgf cm2 0,155 in2 i. Sistem Operasi Mesin Hot Embossing
Pada mesin hot embossing ini sistem
= 99,563 lbf ⁄ in2 kerjanya diatur oleh tombol-tombol pada panel
box, hal ini memudahkan operator untuk
Dari perhitungan diatas, diketahui kapasitas menjalankan sistem.
kompresor yang dibutuhkan sebesar 100 Psi
3.6 Perhitungan Laju Perpindahan Panas
Secara Konduksi
Pada cetakan terjadi perpindahan panas dari
heater ke produk, perpindahan panas ini dapat
diketahui menggunakan perhitungan laju
perpindahan panas sebagai berikut.
Data awal :
Daya heater = 350 watt
Konduktivitas panas aluminium (k) = 177 W/m.K
0,005 mm
T2 kompresor.
P = 0,3 m 2. Start = Tombol ini berfungsi
P = 0,3 m untuk menjalankan sistem
pada proses embossing
Gambar 4.1 Perpindahan panas konduksi 3. Reset = Tombol ini berfungsi
untuk mengembalikan
Asumsi : 1. Steady state condition sistem ke kondisi awal.
2. Perpindahan panas satu dimensi 4. Thermocontroll = Mengatur suhu pada
(arah x) pada heater sesuai yang
aluminium diinginkan.
3. Perpindahan panas pada cetakan 5. Timer = Untuk mengatur lama
atas dan bawah sama penahanan (holding time)
4. Perambatan panas merata keseluruh pada saat proses
permukaan cetakan dengan arah x. pengembosan.
Jadi : 6. Lampu indikator :
Merah = Sebagai indikator jika
q’’ = -K.A ( T2 – T1 ) sistem mesin sudah aktif.
L Kuning = Jika lampu indikator
350 W = - 202 W/m.K x (0,3m) 2 .(T2 – T1) kuning menyala maka
0,005 m menunjukkan suhu pada
5
cetakan profil belum F : Air Service Unit
mencapai suhu yang di G : Kompresor
setting thermocontrol. iv. Perancangan Sirkuit Listrik
Hijau = Sebagai indikator jika
mesin melakukan proses
pengembossan.
7. Emergency = Berfungsi untuk memutus
aliran, jika terjadi
keadaan
ii. Diagram Notasi Gerak Langkah Silinder
6
menuju piston sehingga piston terdorong naik, dapat menyimpulkan beberapa hasil dari
pada saat piston naik akan menyentuh limit switch pekerjaan kami, yaitu :
2, lalu temperature disetting sesuai kebutuhan 1. Gaya pembentukan yang digunakan mesin
untuk proses embossing, tombol start baru bisa untuk proses emboss adalah 130 kgf
dijalankan bila temperature sudah mencapai, berdasarkan hasil pengujian di laboratotium
setting pula timer untuk waktu penahanan, jika Balai Riset dan Standarisasi Industri
setting sudah dilakukan dan temperature sudah Surabaya.
tercapai maka akan mengaktifkan K4 dan push 2. Dari hasil perhitungan didapatkan diameter
button start (PS) ditekan akan menyalakan K1 minimal silinder pneumatik yang dipakai
yang mengirim sinyal pada solenoid Y2 sehingga adalah 52,7 mm, sehingga dipilihlah silinder
silinder turun sampai menyentuh Limit Switch 1 80 mm untuk digunakan dalam sistem.
dan mengaktifkan K2, K2 akan mengaktifkan 3. Pada proses hot embossing ini terdapat tiga
timer dan waktu penahanan terjadi sampai waktu variable yang berpengaruh terhadap hasil
yang ditentukan, jika wakti sudah tercapai imer proses embossing, yaitu temperature, gaya
akan memutus aliran menuju K3 yang akhirnya penekanan dan holding time.
membuat silinder pneumatic naik ke posisi awal. 4. Berdasarkan hasil uji, proses pengembossan
v. Hasil Pengujian Mesin Hot Embossing terbaik di temperature 80o C pada tekanan 7
bar dan holding time 10 detik.
5. Berdasarkan hasil perencanaan,
termocontroller digunakan untuk mengontrol
temperature yang dideteksi dengan
thermocouple, termocontroller diatur untuk
mengaktifkan sistem apabila temperature
yang diseting sudah terpenuhi.
6. Kapasitas produksi yang dapat dihasilkan
mesin adalah 400 pasang sandal dalam 1 jam.
5.2 Saran
1. Dibutuhkan perencanaan yang matang untuk
pembuatan kerangka mesin sehingga
didapatkan desain dan kekuatan rangka yang
Gambar 4.6 Hasil proses embossing, terbentuknya tepat.
profil garis pada permukaan sandal 2. Agar proses pengembossan menghasilkan
produk yang baik perlu adanya jig and fixture
3.7 Kapasitas Mesin pada tempat peletakan sandal saat proses
Kapasitas produksi yang bisa dihasilkan emboss sedang berlangsung.
selama 1 jam adalah : DAFTAR PUSTAKA
Dalam 1 kali proses Embossing 1. Majumdar, S.J (1995), ”Pneumatic System
Loading = 5 detik Principle and Maintenance”, First Edition,
Embossing = 10 detik McGraw Inc
Unloading = 3 detik + 2. Esposito, A. (2003), “Fluid Power with
Total = 18 detik Application”, sixth edition, Prentice Hall
International Inc, New Jersey
Maka, 3. Krist, Thomas. (1993), ”Dasar-dasar
Jumlah produk dihasilkan dalam 1 jam = 3600 Pneumatik”, Austria, Erlangga, Jakarta
18 4. Huda, Ismail dan Zainudin, Moch. (2009).
= 200 Pasang ”Pengembangan sistem kontrol
Pada mesin terdapat 2 alat pengemboss maka elektropneumatik yang terintegrasi pada
jumlah produk yang dihasilkan dalam 1 jam mesin hot embossing untuk keperluan industri
adalah 400 pasang sandal. kecil”, Tugas Akhir Program studi D3 Teknik
(asumsi tekanan konstan) Mesin ITS.
IV. PENUTUP 5. Tanjung, Ilham dan Prayogi, S.A. (2013),
4.1 Kesimpulan ”Rancang bangun mesin hot embossing pallet
Dari hasil pembuatan tugas akhir yang plastik dengan sistem kontrol
berjudul “Rancang Bangun Mesin Hot Embossing elektropneumatik”, Tugas Akhir Program
Sandal Dengan Material Ethylene Vinyl Asetat studi D3 Teknik Mesin ITS.
Menggunakan Sistem Elektro Pneumatik” penulis
7
6. The Pneumatic Technical Centre (1991),
”Tenaga Fluida Pneumatik – Pembelajaran
Tingkat Menengah”.