LKTI Lidah Buaya
LKTI Lidah Buaya
ABSTRAK
1
ABSTRACT
Aloe vera plant has many activities such as laksatif. Aloe vera contains
salicylic acid, sterols, anthraquinones, tannins, phenols and saponins. Mucus is
bitter and contains laktasit, so it can be used as a good laxative. In this case the
compound taken in the form of anthraquinone glycosides are efficacious as
laksatif. Aloe vera leaf extraction was done by maceration method using 70%
ethanol dancers to extract the anthraquinone. From the extraction of 4 kg of Aloe
vera leaves, obtained aloe vera extract as much as 40 grams.
The results showed that in the second formula obtained a good dosage
result where HPMC used 4 grams with 1:20 water with organoleptis test obtained
clear color, pH 6, proper weight, good homogeneity, and easy removed from the
packaging (extrudability is good).
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Lidah buaya mengandung beberapa senyawa bioaktif, diantaranya adalah:
gliko-protein (Yagi et al.,1997), senyawa-senyawa fenolik seperti aloe-emodin
(AE), aloin, barbaloin, suatu hydroxy-antrakinon (Susana et al., 2004), derivat-
sakarida (acetylated mannose atau acemannan) yang berfungsi sebagai antiviral,
prostaglandin dan asam-asam lemak (misalnya asam γ-linoleat) yang bersifat
sebagai antiinflamasi, antialergi, anti pembentukan gumpalan platelet dan
penyembuh luka serta enzim, asam amino, vitamin dan mineral. Senyawa bioaktif
seperti fenolik dan emodin biasanya bersifat sebagai antioksidan dan labil
sehingga mudah terurai atau kehilangan aktifitasnya.
Makanan yang masuk ke dalam tubuh akhirnya menuju usus besar (kolon).
Di dalam kolon inilah terjadi penyerapan cairan dan pembentukan massa feses.
Bila massa feses berada terlalu lama dalam kolon, jumlah cairan yang diserap juga
banyak, akibatnya konsistensi feses menjadi keras dan kering sehingga dapat
menyulitkan pada saat pengeluaran feses (konstipasi). Laksansia merupakan suatu
pencahar yang berkhasiat untuk mempermudah buang air besar (defekasi) dan
meredakan sembelit (konstipasi) dan bekerja dengan cara menstimulasi gerakan
peristaltik dinding usus. Lidah buaya mengandung turunan glikosida antrakuinon
yang berefek sebagai laksansia. Efek laksan ini diakibatkan oleh adanya pelepasan
elektrolit dan air ke dalam lumen dari usus yang menghambat reabsorbsi dalam
kolon sehingga adanya pertambahan volume dalam usus akan memacu terjadinya
peristaltik (Sudarsono, dkk., 1996).
Untuk mempermudah penggunanaan obat herbal tentunya harus dibuat
sistem penghantaran obat yang cocok dengan khasiat obat herbal tersebut. Dalam
hal ini peneliti membuat sediaan enema dimana sediaan enema ini berupa larutan
setengah padat (gel) yang dimasukkan kedalam rectum dan colon sigmoid dengan
menggunakan aplikator khusus untuk merangsang pengeluaran feses dan
memberikan efek sistemik ataupun local.
Keuntungan sediaan enema dibandingkan dengan laksatif oral yaitu
merangsang gerakan usus besar lebih cepat dibanding laksansia oral karena enema
diberikan langsung melalui rektum, dapat digunakan dengan waktu retensi yang
lama sehingga lebih efektif dalam melembutkan feses.Selain itu pemberian enema
juga sebagai jalan alternatif pemberian obat oral jika tidak memungkinkan seperti
4
pasien geriatri yang telah mengalami penurunan fungsi organ, pasien yang tidak
bisa menelan, serta pasien pediatri.
Untuk meningkatkan efektivitas penggunanaan ekstrak lidah buaya, maka
akan dilakukan formulasi menggunakan Hidroksipropil metil sellulosa (HPMC).
Suatu basis atau pembawa yang diperlukan di dalam pembuatan sediaan gelakan
mempengaruhi waktu kontak dan kecepatan pelepasan zat aktif untuk
dapatmemberikan efek. Idealnya, suatu basis gel harus dapat diaplikasikan dengan
mudah, tidak mengiritasi kulit dan nyaman saat digunakan, serta dapat
melepaskan zat aktif yang terkandung di dalamnya (Wyatt et al., 2001). Pemilihan
basis HPMC dikarenakan penampakan gel yang jernih dan kompatibel dengan
bahan lain serta dapat mengembang terbatas dalam air sehingga merupakan bahan
pembentuk hidrogel yang baik (Suardi et al., 2008).
Penggunaan obat pencahar sintetis yang kurangtepat dan penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk membuat obat herbal dari tanaman hias lidah buaya
sebagai laksatif alami dalam bentuk sediaan enema sebagai alternatif laksansia
oral dengan perbandingan basis gel HPMC.Selain itu, pembuatan sediaan enema
ekstrak lidah buaya ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa
terutama yang bermata pencaharian sebagai petani lidah buaya, juga untuk
mempopulerkan penggunaan ekstrak bahan alam sebagai sediaan obat modern
dalam mendukung trendback to nature.
5
1. Mengetahui pengaruh HPMC terhadap organoleptisserta ekstrudabilitas
sediaan enema yang dihasilkan.
2. Mengetahui formulasi yang menghasilkan sediaan enema dengan
kualitas terbaik.
3. Mengetahui homogenitas, pH, dan kestabilan sediaan enema yang
dihasilkan.
6
BAB II
METODE PENELITIAN
2.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mortir dan stampfer,
timbangan analitik, kertas pH, penangas air, erlenmeyer, gelas beker, batang
pengaduk kaca, sudip, gelas ukur, toples besar, kertas whatmann, gelas objek,
kulkas, oven, kertas perkamen, kertas millimeter blok, pot salep,dan kemasan atau
aplikator enema.
7
2.3.2 Pemeriksaan ekstrak kental lidah buaya (Aloe vera (L.)
Pemeriksaan ekstrak kental lidah buaya (Aloe vera (L.)dilakukan dengan
pemeriksaan organoleptis dengan caramendeskripsikan bentuk, warna, dan bau
ekstrak yang diperoleh.
2.3.3 Pembuatan Enema Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera (L.)
Pembuatan enema ekstrak etanol daun lidah buaya (Aloe vera L.) dengan
basis Hidroksipropil metil sellulosa (Tabel 1).
Tabel 1. Formula sediaan enema ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.)
Bahan Formula I Formula II Formula III
Ekstrak lidah buaya 40mg 40 mg 40 mg
HPMC 3g 4g 5g
Asam Benzoat 0,1 g 0,1 g 0,1 g
Natrium Benzoat 4,9 g 4,9 g 4,9 g
Propilen Glikol 40 mL 40 mL 40 mL
Aquadest Ad. 100 mL Ad. 100 mL Ad. 100 mL
b. Pengujian homogenitas
Sediaan dioleskan pada objek glass dan diamati adakah partikel kasar atau
tidak.
8
c. Pengujian pH
Sediaan secukupnya dilarutkan dalam 2 mL aquadest dicelupkan kertas
indikator pH dilihat nilai pH.
d. Pengujian ekstrudabilitas
Disiapkan kertas grafik, beban 1,6 kg dan beban 1,7 kg. Letakkan sediaan
enema yang telah dikemas diatas kertas grafik dan buka tutupnya. Beri beban
masing-masing 1,6 kg, 1,7 kg, dan 1,7+1,6 kg diamati kemudahan sediaan keluar
dari wadahnya dengan melihat diameter sediaan yang keluar diatas kertas grafik.
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Berikut ini adalah hasil pengujian sifat fisik sediaan enema dari ketiga
formula yang dibuat:
Uji Organoleptis
Uji organoleptis adalah cara yang digunakan untuk menilai mutu suatu
produk dengan menggunakan kepekaan alat indera manusia dengan tujuan untuk
mengukur tingkatkesukaan atau hedonik terhadap sediaan enema. Pada uji
organoleptis ini dinilai aroma, warna, bentuk gel, dan teksturketiga sediaan enema
yang dihasilkan. Tabel hasil ujiorganoleptis sediaan enema ekstrak etanol lidah
buaya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji organoleptis ketiga sediaan enema ekstrak lidah buaya
Karakteristik Formula I Formula II Formula III
Aroma Tidak beraroma Tidak beraroma Tidak beraroma
Bening Bening Bening
Warna
kekuningan kekuningan kekuningan
Kental, cenderung
Bentuk Gel Kental Kurang kental
padat
Tekstur Lembut Lembut Lembut
Dari data yang diperoleh seperti di atas, dapat dilihat bahwa ketiga sediaan
enema dengan variasi basis HPMC tersebut memiliki parameter organoleptis yang
hampir sama, yang membedakan adalah bentul gel enema yang dihasilkan. Dari
parameter tersebut dapat dilihat bahwa perbedaan konsentrasi HPMC
mempengaruhi bentuk kekentalan gel enema yang dihasilkan, semakin besar
konsentrasi HPMC yang digunakan, maka bentuk gel enema akan semakin kental.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah komponen-komponen
sediaan tercampur dengan baik dan tidak mengandung butiran-butiran atau
partikel-partikel kasar yang belum terlarut. Uji ini dilakukan dengan mengoleskan
sediaan enema pada gelas objek. Ketiga formula sediaan enema memiliki sifat
homogenitas yang baik, ditunjukkan dengan tidak adanya partikel kasar pada
sediaan, yang artinya ketiga sediaan enema yang dihasilkan telah homogen.
11
Uji pH
Pengujian terhadap pH perlu dilakukan untuk mengetahui keamanan
penggunaan enema pada rektum, apakah sediaan tersebut mengiritasi rectum atau
tidak. pH sediaan enema harus sesuai dengan pH rektum agar tidak terjadi iritasi,
yakni sekitar 6-8. pH ketiga sediaan enema yang dihasilkan yakni 6, dengan
demikian, pH sediaan enema tersebut telah sesuai dengan pH rectum dan
diharapkan tidak menyebabkan terjadinya iritasi ketika diaplikasikan.
Uji Ekstrudabilitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa mudah sediaan enema yang
dihasilkan untuk dikeluarkan dari kemasannya. Uji ini dilakukan dengan
memberikan beban pada kemasan enema sehingga sediaannya keluar, sediaan
yang keluar kemudian diukur diameternya menggunakan kertas grafik.Semakin
besar diameter sediaan yang keluar menunjukkan bahwa sediaan tersebut semakin
mudah untuk dikeluarkan. Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa konsentrasi
HPMC berpengaruh terhadap ekstrudabilitas sediaan, semakin tinggi konsentrasi
HPMC yang digunakan, maka semakin kental sediaan dan semakin sulit untuk
dikeluarkan dari kemasannya, begitupun sebaliknya.
Tabel 3. Hasil uji ekstrudabilitas ketiga sediaan enema ekstrak lidah buaya
Diameter Sediaan yang Keluar (cm)
Bobot
Formula I Formula II Formula III
1,6 kg 0,6 1 1,3
1,7 kg 1 1,3 1,6
1,6 + 1,7 kg 1,9 2,7 2,9
12
BAB IV
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, D., Puspitasari, P.K., & Yusuf, I. 2011, Efek Sitotoksik Ekstrak Etanol
Sarang Semut (Myrmecodia pendens) Pada Sel Line Kanker Serviks HeLa
Uji Eksperimental Secara In Vitro, Jurnal Sains Medika, 3(2):113.
Hutapea, J. R. 2000, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Edisi I, Bhakti Husada,
Jakarta, Indonesia.
March. 2006, Aloe the Health and Healing, 4th Edition. APB, Paris, Prancis.
Suardi, M., Armenia, & Maryawati, A. 2008, ‘Formulasi dan Uji Klinik Gel Anti
Jerawat Benzoil-Peroksida HPMC’, Thesis, M. Farm., Universitas, Andalas,
Padang, Indonesia.
Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, G., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Drajad,
M., dkk. 1996, Tumbuhan Obat, Pusat Penelitian Obat Tradisional,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
Susana I.W., Rakhmani, S., Sitompul, J., Rosida, T., Purwadaria, & Sinurat, A.P.
2004. Profil Kandungan Total Fenol dan Emodin Gel Lidah Buaya yang
Diawetkan, JITV, 9(4): 227.
Tjahajani, A. W. 2011, Aloe vera Leaf Anti Inflamation’s Activity Speeds Up The
Healing Proccess of Oral Mucosa Ulceration, Journal of Dentistry,
18(1):17-20.
Wijayakusuma, H.M. 1992, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Jilid I,
Pustaka Kartini, Jakarta, Indonesia.
Wyatt, E.L., Sutter, S.H., & Drake, L.A. 2001, Dermatological Pharmacology;
Incite: Hardman, J.G., Limbird, I.E., & Gilman. A. G. (eds.), Goodman &
Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutic, 10th Edition, McGraw
Hill, New York, America.
Yagi, A., et al. 1997, Isolation and Characterization of the Glycoprotein Fraction
with Aproliferationpromoting Activity on Human and Hamster Cells in vitro
from Aloe vera Gel, Planta Medica, 63: 18-21.
14
LAMPIRAN GAMBAR
15