Anda di halaman 1dari 1

INTEGRASI GM2C METHOD (GRAVITY, MT, MEQ, CSAMT) DALAM IDENTIFIKASI RESERVOIR

BARU SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADA PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DI DAERAH WAYANG - WINDU,
PANGALENGAN, JAWA BARAT
Ulyl Aidi Al-Abshor(115150027)1 | EM.Rifqi Wilda Pradana (115150038)2 | Dwiqie Riaviano(115150065)3
1,2,3,Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jalan, SWK. 104 (Lingkar Utara), Condongcatur, Yogyakarta 55283 (Kampus Pusat)

CASE
Penelitian ini dilakukan di lapangan panasbumi Wayang Windu, Pangalengan, Jawa Barat dengan menggunakan 4 metode geofisika sekaligus yaitu metode Micro-Gravity, Magnetotelluric (MT), Controlled Source
Audio-Frequency Magnetotelluric (CSMAT), dan Microearthquake (MEQ) untuk meningkatkan hasil produksi pada lapangan panasbumi Wayang Windu dengan cara menemukan reservoir baru karena sering muncul
permasalahan pada bidang panasbumi seperti menurunnya tingkat produksi panas. Dari data Micro-Gravity pada tahun 2002 dan 2008 didapatkan hasil berupa peta time-lapse yang dapat mengindikasikan adanya
pengurangan massa dengan nilai naomali negatif -110 µGal s/d -160 µGal di bagian tengah dan utara daerah penelitian. Kemudian, penggunaan data MT menyimpulkan bahwa posisi Top Reservoir Gunung Wayang
berada pada kedalaman 800 mdpl & memiliki gradien panas terkecil yaitu sekitar 0,11 ºC per meter. Penggunaan CSAMT guna memberikan hasil lebih detil pada pengukuran EX-354 yang memiliki Overburden Layer
dengan ketebalan 143,9 m. Pada data MEQ, diperoleh hasil relokasi hiposenter menggunakan simulasi Markov Chain yang tersebar di ujung sumur injeksi RBS-2 dan memotong model konseptual CSMAT. Pola
persebaran relokasi hiposenter itu berarah timur laut (NE) dengan perkiraan sudut N38˚E yang diduga pola sesar yang berkembang pada daerah sumur RBS-2 dengan kedalaman hiposenter rata-rata -758 m sampai
-800 m dari permukaan. Dari hasil integrasi keempat data tersebut maka pada daerah utara tepatnya di daerah Gunung Malabar memiliki potensi untuk dikembangkan dengan cara pembuatan sumur injeksi agar
geothermal systemnya berjalan dengan baik (menormalkan sistem). Sehingga dapat meningkatkan hasil produksi dari 220 Mwatt menjadi 280 Mwatt agar terwujudnya Sustainable Development Goals 2030.
Kata Kunci : Controlled Source Audio-Frequency Magnetotelluric (CSMAT), Magnetotellurik (MT), Microearthquake (MEQ), Micro-Gravity, Reservoir.

DISCUSSION

1.Gravity 2. MEQ 4. CSAMT

Gambar 1. Peta anomali gayaberat mikro Times-Lapse beserta sumur/titik


pengukuran/struktur, dan sayatan A-A' Gambar 5. Peta Sebaran Hiposenter awal dan setelah relokasi
MC dan kompilasi dengan konseptual CSAMT

3. MT

Gambar 7. Penampang Resistivitas 1D

Gambar 2. Pemodelan antara perioda dengan Gambar 4. Overlay peta gradien suhu (permukaan-top reservoir
Gambar 3. Peta Isochor low (1-10 ohm m) resistivitas overlay peta
resistivitas dan perioda dengan fasa (A), dan grafik dibawah permukaan) dari log Temperatur dan peta topografi daerah
topografi wayang windu
resistivitas dengan kedalaman (B) dari data stasiun MT WW32. WayangWindu.

CONCLUSION

Dari hasil dan pembahasan penelitian pada paper ini dapat disimpulkan bahwa integrasi 4 metode geofisika yaitu Gravity, MT, MEQ, dan CSAMT dapat menggambarkan reservoir baru di daerah utara tepatnya di
Gunung Malabar. Reservoir ini tidak memiliki lapisan penudung dan tidak terdeteksi adanya alterasi hidrothermal atau bisa disebut juga sebagai hot dry rock geothermal system dari data CSAMT. Kedalaman
reservoir berdasarkan data MT yaitu lebih besar dari 800 mdpl dikarenakan posisi Top Reservoir terletak pada kedalaman yang dekat dengan permukaan. Berdasarkan data micro-gravity fluida di daerah utara dari
Wayang-Windu tepatnya di Gunung Malabar yang menjadi target penelitian mengalami pengurangan massa akibat proses produksi dan struktur, sedangkan dibagian timur dan barat memiliki penambahan massa.
Fluida dibagian timur dan barat itu bisa mengalir ke utara dengan adanya rekahan – rekahan atau sesar yang terjadi disekitarnya berdasarkan data MEQ. Sehingga perlu dilakukan injeksi fluida kedalam reservoir
yang bersifat hot dry rock geothermal system agar bisa menjadi sumur produksi dan dapat meningkatkan produksi dari 220 Mwatt menjadi 280 Mwatt agar terwujudnya Sustainable Development Goals 2030
khususnya SDG #7 “Affordable and Clean Energy” yang tidak merusak bumi.

DAFTAR PUSTAKA ACKNOWLEDGEMENT

[1]Merz, S.K, 2001, Tinjauan Lapangan Panasbumi Wayang Windu, Jawa Barat, Indonesia, pp. 4-8. Muh. Hafiz Hamdalah S.T, M.Sc.
Yustin Kamah, 2004. PT. Star Energy Geothermal ltd.
[2]Laporan Periodik Monitoring Gempa Mikro (MEQ) Desember 2003 – Juli 2004. Geoscience Engineering,
Pertamina Area Geothermal Kamojang.
[3]Metoda Magnetotelurik Dalam Geofisika Eksplorasi, Workshop Eksplorasi Elektromagnetik, Bandung.
[4]Saptadji, N. M., 2003, Teknik Panasbumi, Departemen Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung. Supported by :
[5]Hanif, N., 2009, Studi Gradien Resistivitas Dan Pemodelan 1-D Pada Data Magnetotellurik (MT) Area
Prospek Panasbumi Papandayan, Skripsi.
[6]Hafiz, H. Metode MT, CSAMT, dan TDEM Terintegrasi untuk Mendesain Model Konseptual Panasbumi
Wayang Windu, Jawa Barat, Skripsi.
[7]Samuel, H.M.Y, 2013. Pemantauan Masa Fluida Dalam Metode Gaya Berat Mikro Pada Lapangan
Panasbumi Wayang Windu, Skripsi.
[8]Zulfadli, 2009, Investigasi Bawah Permukaan Menggunakan Metode CSAMT di Lokasi Rencana
Instalasi PLTN Muria, Jawa Tengah, Skripsi, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai