IC OP-AMP
Adalah piranti solid-state yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan memperkuat
sinyal masukan baik AC maupun DC
Gambar 1. IC OP_AMP
Simbol op-amp adalah seperti pada gambar 4 dengan 2 input, non-inverting (+) dan
input inverting (-). Umumnya op-amp bekerja dengan dual supply (+Vcc dan –Vee) namun
banyak juga op-amp dibuat dengan single supply (Vcc – ground). Rin adalah resitansi input
yang nilai idealnya infinit (tak terhingga). Rout adalah resistansi output dan besar resistansi
idealnya 0 (nol). Sedangkan AOL adalah nilai penguatan open loop dan nilai idealnya tak
terhingga.
Penguatan OP-AMP
Idealnya penguatan op-amp adalah tak terhingga, namun kenyataannya penguatan op-
amp hanya mencapai kurang lebih 200.000 kali dalam modus loop terbuka.
Tegangan maksimum keluaran kurang lebih 90% tegangan catu, karena jatuh tegangan internal
pada op-amp.
Penguat diferensial
Op-amp dinamakan juga dengan penguat diferensial (differential amplifier). Sesuai
dengan istilah ini, op-amp adalah komponen IC yang memiliki 2 input tegangan dan 1 output
tegangan, dimana tegangan output-nya adalah proporsional terhadap perbedaan tegangan
antara kedua inputnya itu. Penguat diferensial seperti yang ditunjukkan pada gambar-2
merupakan rangkaian dasar dari sebuah op-amp.
persamaan pada titik Vout adalah Vout = A(v1-v2) dengan A adalah nilai penguatan dari penguat
diferensial ini. Titik input v1 dikatakan sebagai input non-iverting, sebab tegangan vout satu
phase dengan v1. Sedangkan sebaliknya titik v2 dikatakan input inverting sebab berlawanan
phasa dengan tengangan vout.
Penguat diferensial ialah rangkaian penguat sinyal yang berfungsi untuk memperkuat selisih
antara dua sinyal inputnya.
Terdapat 2 macam sinyal masukan dalam penguat diferensial, yaitu:
Sinyal Common Mode atau Inphase
Sinyal Differential Mode atau Antiphase.
Pada penguat diferensial berlaku rumus umum :
……..…………………(1)
V0 = A (V2- V1)
Dimana:
V0 = Tegangan Output penguat A = Penguatan penguat
V1 = tegangan input 1 V2 = tegangan input 2
Rumus diatas adalah rumus secara teoritis, dalam prakteknya keluaran tidak hanya tergantung
dari sinyal diferensial (V1 – V2) , tetapi dipengaruhi juga oleh “level rata-rata” atau common
mode signal sehingga sinyal diferensial yang masuk ke OpAmp adalah:
…..……………………(2)
Vd = (V1 - V2)
Dimana:
Vd = Sinyal diferensial Vc = Sinyal common
V1 = Sinyal masukan 1 V2 = Sinyal masukan 2
Contoh-1 : V1 = + 50 μV
V2 = - 50 μV
Berdasar rumus diatas berlaku:
Vd = (V1 - V2)
= 50 – (-50) = +100 μV
Vc = 1/2 (V1 + V2)
= 1/2 (50 + (-50)) = 0 μV
Contoh-2 : V1 = +1250 μV
V2 = +1000 μV
Berdasar rumus diatas berlaku:
Vd = (V1 - V2)
= 1250 – (1000) = +250 μV
Vc = 1/2 (V1 + V2)
= 1/2 (1250 + (1000)) = 1125 μV
Dari contoh 1 dan contoh 2, jika dibandingkan ternyata sinyal common kedua jauh lebih besar
dibanding sinyal diferensialnya, sedangkan pada sinyal pertama sinyal diferensial sangat
dominan.
Tugas dari penguat diferensial adalah untuk memperkuat sinyal diferensial dan menekan
sinyal common sekecil-kecilnya, hal ini dikenal dengan istilah Common Mode Rejection
Ratio (CMRR). Kualitas CMRR menjadi ukuran kualitas dari suatu penguat diferensial, oleh
sebab itu pengertian tentang CMRR menjadi sangat penting dan berikut merupakan uraian
tentang CMRR:
Vo = A1.V1 + A2.V2
……………………………………..
(3)
dimana :
A1 = penguatan pada sisi 1.
A2 = penguatan pada sisi 2.
dimana :
Ad = ½ (A1 - A2) = > gain penguatan sinyal diferensial
Ac = A1 + A2 = > gain penguatan sinyal common.
maka VO = Ac.Vc
CMRR adalah rasio antara sinyal penguatan differensial pada input yang melewati amplifier
dengan sinyal penguatan common-mode. Common Mode Rejection Ratio (CMRR) terukur
dalam dB.
Ad
CMRR = P … ………………………(6)
Ac
dari (5) dan (6)
Vc
Vo Ad.Vd.(1 ) …..…………….(7)
P.Vd
Contoh :
Sinyal pertama V1 = + 50 μV
V2 = - 50 μV
Sinyal kedua V1 = 1050 μV
V2 = 950 μV
Apabila besar CMRR = 100, hitung prosentase perbedaan kedua sinyal tersebut?
Jawab:
Vd = 100 μV
Vc = 0 μV
V0 = 100 x Vd ……………….. untuk sinyal pertama.
Vd = 100 μV
Vc = ½ (1050 + 950) = 1000 μV
1000
Vo 100.Ad.(1 ) 100.Ad 10.Ad
100.100
10
Perubahan : x100% 10% untuk Vd yang sama.
100 V + cc
Kemudian masih dengan kondisi signal yang sama tapi dengan CMRR = 10.000
1000
Vo 100.Ad.(1 ) 100.Ad 10.Ad
10000.100
0,1 Rc1 Rc2
Perubahan : x100% 0,1%
100
VO
T1 diambil kesimpulan
Dari angka-angka di atas dapat bahwa:T2
V1
Untuk penguat diferensial dengan CMRR
1
I akan mampu V
I yang tinggi menekan
2
2
sinyal common.
Setelah diketahui pengaruh CMRR terhadap kualitas penguát diferensial dan bagaimana
seharusnya nilai CMRR yang baik, sekarang gilirannya untuk membicarakan bagaimana
I1 + I2 Re
Modul Teori Operational Amplifier Page 6 of 34
Vcc -
PELATIHAN TEKNISI BBLKI SERANG
mempertinggi harga CMRR tersebut. Untuk itu ada baiknya dilihat pada rangkaian dasar dari
suatu penguat diferensial seperti tampak pada gambar berikut ini.
Cara untuk menekan signal common mode adalah dengan memberikan feed-back negatip
untuk sinyal tersebut, hal ini dapat dengan mudah dilaksanakan dengan menambah tahanan Re
bersama pada kedua emiter T1 dan T2.
Cara kerja dan rangkaian ini sangat sederhana yaitu : Bila pada masukan diberi sinyal
diferensial maka terjadi aliran arus dari T1 dan T2 sehingga tegangan jatuh pada Re adalah
konstan. Dengan demkian tidak ada feed - back negatip bagi sinyal differensial.
Sebaliknya untuk sinyal common akan terjadi peristiwa sebagai berikut : Apabila sinyal V 1
dan V2 kedua-duanya naik maka arus kolektor I1 dan I2 akan naik, sedangkan arus total (I1 + I 2
) yang mengalir lewat Re akan naik pula, dan menyebabkan tegangan Re naik. Begitu pula
bila V1 dan V2 turun akan menyebabkan turunnya tegangan jatuh pada Re, perubahan tegangan
pada Re dirasakan oleh masukan sebagai feed-back negatif yang berakibat menurunnya gain
untuk sinyal yang bersangkutan.
Dengan memasang Re sebesar-besarnya, memang akan lebih menekan penguat sinyal
common, tetapi dengan harga tahanan Re yang besar akan menurunkan arus operasi dari
penguat tersebut, maka dicari jalan keluarnya dengan memasang suatu rangkaian sumber arus
sebagai pengganti Re, seperti diketahui sifat dan sumber arus adalah mempunyai impedansi
(tahanan) dalam yang tinggi, sementara arus yang mengalir dapat diatur. Dengan demikian
CMRR yang tinggi bagi suatu penguat differensial akan tercapai dengan arus operasi yang
relatif konstan.
Vcc +
Rc1 Rc2
T1 T2
V1 I1 I2 V2
T3
Re
Vcc -
Impedansi Output
Idealnya, impedansi output adalah nol. Kenyataannya, berbeda-beda untuk setiap op-amp.
Impedansi keluaran bervariasi antara 25 sampai ribuan ohm. Untuk kebanyakan pemakaian,
impedansi keluaran dianggap nol, sehingga op-amp akan berfungsi sebagai sumber tegangan
yang mampu memberikan arus dari berbagai jenis beban.
Transistor-transistor di dalam op-amp harus dibias secara tepat sebelum suatu tegangan
isyarat diterapkan. Membias secara tepat berarti bahwa transistor tersebut mempunyai harga
arus basis dan kolektor maupun tegangan kolektor-ke-emitor yang tepat. Kita telah
mengetahui bahwa terminal-terminal masukan dari op-amp tidak mengalirkan arus. Ini adalah
keadaan yang ideal. Meskipun demikian, dalam prakteknya terminal-terminal masukannya
mengalirkan arus dc yang harganya kecil untuk membias transistor-transistor op-ampnya.
Sebuah diagram op-amp yang disederhanakan terlihat dalam gambar 8-a. Untuk
membicarakan efek dari arus-arus bias masukan, lebih mudah dengan memodelkannya
sebagai sumber-sumber arus yang berhubungan seri dengan setiap terminal masukan, seperti
terlihat dalam gambar 8-b.
Arus bias masukan (-), IB-, biasanya akan tidak sama dengan arus bias masukan (+), I B+. Para
produsen memperinci arus bias masukan rata-rata I B, yang didapat dengan menjumlahkan
besarnya IB+ dan IB- dan membagi penjumlahan ini dengan 2.
IB IB-
IB =
2
dimana I B adalah besarnya IB+ dan I B adalah besarnya IB-. Jangkauan IB adalah dari
1A atau lebih untuk op-amp serbaguna sampai 1pA untuk op-amp yang mempunyai
transistor efek medan (FET) pada masukannya.
Pada suhu kamar (25C) harga tipikal arus bias masukan untuk IC741 adalah 80 nA sampai
500 nA. Grafik dibawah ini, gambar 9, memperlihatkan hubungan variasi arus bias masukan
terhadap perubahan suhu.
IOffset = I B I B
Para pembuat IC memperinci IOffset untuk suatu keadaan rangkaian dimana keluarannya
ada di 0 Volt dan suhunya 25C. IOffset yang khas biasanya 25 % IB, untuk arus bias
masukan rata-rata.
IOffset dapat menyebabkan timbulnya tegangan kesalahan pada keluaran (output offset
voltage), dengan persamaan:
VOffset = IOffset x RF
Ri Rf
Vi
- VOUT
Contoh:
Jika IB+ = 0.4 A dan IB- = 0.3 A, carilah (a) arus bias rata-rata IB ,(b) arus offset Ios.
Jawab:
(0.4 0.3)A
a. IB = 0.35A
2
Ingat bahwa Vio diperlihatkan seri dengan terminal masukan (+) dari op amp tersebut. Tidaklah
ada bedanya apakah Vio dimodelkan seri dengan masukan (-) atau masukan (+) nya. Tetapi
lebih mudah untuk menentukan polaritas Vio jika ditempatkan seri dengan masukan (+).
Contohnya, jika terminal keluarannya positif (terhadap ground) harus digambarkan dengan
terminal batere (+) nya berhubungan ke masukan (+) op amp ideal
Ri Rf
Vi =0
- VOUT
+
Vio
Adalah perbandingan ayunan tegangan keluaran terhadap perubahan tegangan masukan yang
diperlukan untuk menggerakkan keluaran dari nol sampai tegangan tertentu.
Harga tipikal penguatan dari satu terminal input ke terminal output adalah 106 dB. Data dari
manufaktur untuk penguatan tersebut dalam unit desibel (dB). Hubungan desibel dan
penguatan, AV, adalah rasio antara tegangan output, VO, dan tegangan input,Vi, dengan
persamaan sebagai berikut:
VO
AdB = 20 log AV= 20 log
Vi
Jadi jika kita menginginkan penguatan sebesar 106 dB yang sama dengan penguatan tegangan
diatas 100000, maka dapat kita hitung:
106 = 20 log AV
5,3 = log AV
Harga 200000, merupakan harga open loop voltage gain (AVOL). IC741 mempunyai nilai
200000.
1. Buat rangkaiannya.
2. Perkecil semua isyarat-isyarat pembangkitnya menjadi 0.
3. Hubungkan bebannya ke terminal keluarannya.
4. Hidupkan dayanya dan tunggu selama beberapa menit agar segalanya menjadi tetap.
5. Hubungkan sebuah voltmeter dc untuk mengukur Vo. (Kepekaan tegangannya harus
mempunyai kemampuan membaca sampai beberapa milivolt.)
6. Ubah-ubahlah tahanan penyetelan tegangan ofset sampai Vo terbaca 0 V. Ingat bahwa
sesatan-sesatan tegangan keluaran akibat tegangan ofset masukan maupun arus ofset
masukan sekarang ini telah diminimumkan.
7. Pasang sumber-sumber isyaratnya dan jangan menyentuh lagi tahanan penyetelan
tegangan offset.
11
4
Nol
offset
10
5
3 9
10kW
6 -V
Pengaruh temperatur
Pengaruh temperatur mempengaruhi semua peranti solid-state, tak terkecuali op-amp.
Rangkaian DC yang menggunakan op-amp cenderung lebih rentan terhadap pengaruh ini
dibandingkan rangkaian AC. Perubahan temperatur dapat menyebabkan perubahan arus offset
dan tegangan offset, inilah yang disebut dengan geseran (drift). Drift yang disebabkan oleh
temperatur akan mengganggu setiap ketakseimbangan op-amp yang telah diatur sebelumnya,
akibatnya pada keluaran akan terjadi kesalahan.
Kompensasi frekuensi
Karena penguatan op-amp yang tinggi dan adanya pergeseran fasa antar rangkaian
internal, maka frekuensi tinggi tertentu sebagian sinyal output akan diumpankan kembali ke
input, sehingga terjadi osilasi. Biasanya dengan menambahkan kapasitor kompensasi pada op-
amp baik secara internal maupun secara eksternal bertujuan untuk mencegah osilasi ini dengan
jalan menurunkan penguatan op-amp ketika frekuensi dinaikkan.
Ada banyak jenis op-amp serba guna dan op-amp yang dikhususkan yang terkompensasi
dalam, yaitu, produsennya telah memasang sebuah kapasitor dalam op-amp semacam itu,
biasanya 30 pF. Kapasitor komponensasi frekuensi dalam ini mencegah op-amp agar tidak
berosilasi pada frekuensi tinggi. Osilasi dicegah dengan menurunkan gain op-amp bersama
bertambahnya frekuensi. Jika tidak, akan ada gain yang cukup besar dan pergeseran fasa pada
frekuensi tinggi di mana isyarat keluaran yang memadai bisa diumpanbalikan ke masukan
tersebut dan mengakibatkan osilasi.
Dari teori rangkaian dasar telah diketahui bahwa reaktansi dari sebuah kapasitor akan turun
bersama naiknya frekuensi: Xc = 1/(2fC). Umpamanya, jika frekuensinya naik 10 kali,
reaktansi kapasitornya turun 10 kali. Jadi, bukanlah kebetulan bahwa gain tegangan sebuah op
amp turun 10 kali bersama kenaikan frekuensi isyarat masukan 10 kali. Suatu perubahan
frekuensi 10 kali disebut satu dekade. Para produsen menunjukan isyarat bagaimana gain
untaian terbuka dari op amp dihubungkan ke frekuensi isyarat masukan diferensial oleh
sebuah kurva yang disebut gain tegangan untaian-terbuka terhadap frekuensi. Kurva itu bisa
juga disebut tanggapan isyarat kecil.
Sebuah kurva yang khas terlihat pada gambar 5 untuk op-amp terkompensasi dalam seperti IC
741 dan IC 747. Pada frekuensi-frekuensi rendah (dibawah 0,1 Hz), gain tegangan untaian
terbukanya sangat tinggi. Harga yang khas adalah 200,000 (106 dB), dan harga inilah yang
diperinci pada lembaran data dimana kurva tersebut tidak diberikan.
Titik A dalam gambar 13 menentukan letak frekuensi cut_off di mana gain tegangan 0,707 kali
harganya pada frekuensi-frekuensi sangat rendah. Karena itu, gain tegangan di titik A (di mana
frekuensi Vi besarnya 5 Hz) besarnya sekitar 140.000, atau 0,707 x 200.000.
Titik C dan titik D memperlihatkan bagaimana gain turun oleh faktor yang besarnya 10 kali
sewaktu bila frekuensinya naik oleh faktor yang besarnya 10 kali. Merubah frekuensi atau
gain dengan faktor yang besarnya 10 kali dinyatakan secara lebih efisien dengan istilah per
dekade (dekade berarti 10). Sumbu tegak sebelah kanan dari gambar 5 adalah sebuah gambar
gain tegangan dalam desibel (dB). Gain tegangannya menurun sebesar 20 dB untuk
peningkatan frekuensi sebesar 1 dekade. Hal ini menjelaskan mengapa kurva tanggapan
frekuensi dari A ke B diuraikan sebagai meluncur pada 20 dB/dekade. Suatu uraian lain adalah
luncuran 6 dB/oktaf (“oktaf” berarti perubahan frekuensi sebesar 2 kali). Karena itu, setiap
kali frekuensi menjadi dua kali, tegangannya turun sebesar 6 dB.
Perbandingan slew rate untuk Bipolar sebesar 0,5 V/µS, untuk BiFET = 50 V/µS dan
untuk Norton sebesar 0,5 V/µS.
Tanggapan frekuensi
Penguatan op-amp turun terhadap kenaikan frekuensi. Penguatan yang diberikan pada
data sheet biasanya pada frekuensi nol Hertz atau DC. Dalam modus loop terbuka, penguatan
turun amat cepat sejalan dengan peningkatan frekuensi. Jika frekuensi naik 10 kali maka
penguatan turun 1/10 kalinya. Titik breakover terjadi pada 70,7% penguatan maksimum.
Lazimnya lebar jalur dinyatakan pada titik dimana penguatan turun 70,7% dari skala
maksimumnya. Untuk penguatan loop tertutup sebesar 100 kali, lebar jalur meningkat kira-
kira 10 KHz. Titik penguatan 1 terjadi pada 1 MHz, titik ini disebut frekuensi penguatan satu.
Frekuensi penguatan satu merupakan titik acuan.
Op-amp ideal mestinya bisa bekerja pada frekuensi berapa saja mulai dari sinyal dc sampai
frekuensi giga Herzt. Parameter unity-gain frequency menjadi penting jika op-amp digunakan
untuk aplikasi dengan frekuensi tertentu. Parameter AOL biasanya adalah penguatan op-amp
pada sinyal DC. Response penguatan op-amp menurun seiring dengan menaiknya frekuenci
sinyal input. Op-amp LM741 misalnya memiliki unity-gain frequency sebesar 1 MHz. Ini
berarti penguatan op-amp akan menjadi 1 kali pada frekuensi 1 MHz. Jika perlu merancang
aplikasi pada frekeunsi tinggi, maka pilihlah op-amp yang memiliki unity-gain frequency lebih
tinggi.
bermanfaat, tetapi juga memungkinkan kita menentukan lebar-jalur frekuensi pada suatu nilai
penguatan yang diketahui.
GBP = penguatan x lebar-jalur = frekuensi penguatan satu
= 100 x 10 KHz = 1.000.000 Hz (1 MHz)
Atau
GBP = 10 x 100 KHz = 1.000.000 Hz (1 MHz)
Oleh karena itu jika ingin mengetahui batas atas frekuensi atau lebar-jalur suatu
rangkaian dengan penguatan misalnya sebesar 100, dapat dicari dengan rumus di bawah ini.
Noise (derau)
Derau internal op-amp berasal dari komponen-komponen internal, arus bias, dan juga
drift. Derau-derau ini ikut diperkuat oleh op-amp, sebaimana halnya tegangan offset dan
tegangan sinyal input. Penguatan derau dinyatakan dalam rumus:
Derau internal dapat diperkecil dengan menggunakan resistor masukan seri dan
resistor umpan balik sekecil mungkin yang masih memenuhi persyaratan rangkaian.
pemasangan kapasitor bypass ( » 3 pF) pada resistor umpan balik akan menurunkan penguatan
.
Perbandingan Penolakan Modus Sekutu (CMRR = Common Mode Rejection Ratio)
Kemampuan suatu op-amp untuk memperkuat sinyal diferensial dan menolak sinyal
modus sekutu disebut perbandingan penolakan modus sekutu (CMRR).
CMRR adalah suatu sifat yang bertalian dengan penguatan diferensial. Bila tegangan-
tegangan yang sama fasanya diumpankan ke dalam input penguat , keluaran akan nol. hanya
perbedaan tegangan pada input yang akan menghasilkan tegangan output. Sebagai contoh,
sinyal 1020 Hz diberikan kepada input inverting op-amp, seperti pada gambar di bawah,
frekuensi yang sama diberikan ke input non-inverting tetapi dengan fasa terbalik 180 derajat
Parameter ini cukup penting untuk menunjukkan kinerja op-amp tersebut. Op-amp dasarnya
adalah penguat diferensial dan mestinya tegangan input yang dikuatkan hanyalah selisih
tegangan antara input v1 (non-inverting) dengan input v2 (inverting). Karena ketidak-idealan
op-amp, maka tegangan persamaan dari kedua input ini ikut juga dikuatkan. Parameter CMRR
diartikan sebagai kemampuan op-amp untuk menekan penguatan tegangan ini (common
mode) sekecil-kecilnya. CMRR didefenisikan dengan rumus CMRR = A DM/ACM yang
dinyatakan dengan satuan dB. Contohnya op-amp dengan CMRR = 90 dB, ini artinya
penguatan ADM (differential mode) adalah kira-kira 30.000 kali dibandingkan penguatan A CM
(commom mode). Kalau CMRR-nya 30 dB, maka artinya perbandingannya kira-kira hanya 30
kali. Kalau diaplikasikan secara real, misalkan tegangan input v 1 = 5.05 volt dan tegangan v2 =
5 volt, maka dalam hal ini tegangan diferensialnya (differential mode) = 0.05 volt dan
tegangan persamaan-nya (common mode) adalah 5 volt. Pembaca dapat mengerti dengan
CMRR yang makin besar maka op-amp diharapkan akan dapat menekan penguatan sinyal
yang tidak diinginkan (common mode) sekecil-kecilnya. Jika kedua pin input dihubung singkat
dan diberi tegangan, maka output op-amp mestinya nol. Dengan kata lain, op-amp dengan
CMRR yang semakin besar akan semakin baik.
Rangkaian Op-Amp
Aplikasi op-amp popular yang paling sering dibuat antara lain adalah rangkaian
inverter, non-inverter, integrator dan differensiator.
Op-amp ideal
Op-amp pada dasarnya adalah sebuah differential amplifier (penguat diferensial) yang
memiliki dua masukan. Input (masukan) op-amp seperti yang telah dimaklumi ada yang
dinamakan input inverting dan non-inverting. Op-amp ideal memiliki open loop gain
(penguatan loop terbuka) yang tak terhingga besarnya. Seperti misalnya op-amp LM741 yang
sering digunakan oleh banyak praktisi elektronika, memiliki karakteristik tipikal open loop
gain sebesar 104 ~ 105. Penguatan yang sebesar ini membuat op-amp menjadi tidak stabil, dan
penguatannya menjadi tidak terukur (infinite). Disinilah peran rangkaian negative feedback
(umpanbalik negatif) diperlukan, sehingga op-amp dapat dirangkai menjadi aplikasi dengan
nilai penguatan yang terukur (finite). Impedasi input op-amp ideal mestinya adalah tak
terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap masukannya adalah 0. Sebagai
perbandingan praktis, op-amp LM741 memiliki impedansi input Zin = 106 Ohm. Nilai
impedansi ini masih relatif sangat besar sehingga arus input op-amp LM741 mestinya sangat
kecil.
Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian op-amp berdasarkan karakteristik
op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur dinamakan golden rule, yaitu :
Aturan 1 : Perbedaan tegangan antara input v+ dan v- adalah nol (v+ - v- = 0 atau v+ = v- )
Aturan 2 : Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0)
Inilah dua aturan penting op-amp ideal yang digunakan untuk menganalisa rangkaian op-amp.
berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian ini, umpanbalik negatif di bangun melalui resistor
R2.
Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal masukan
terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui adalah 0 (virtual
ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1.
tegangan inputnya. Untuk menganalisa rangkaian penguat op-amp non inverting, caranya
sama seperti menganalisa rangkaian inverting.
Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa fakta yang ada, antara
lain :
vin = v+
v+ = v- = vin ..... lihat aturan 1.
Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah vout – v- = vout – vin, atau iout = (vout-vin)/R2. Lalu
tegangan jepit pada R1 adalah v- = vin, yang berarti arus iR1 = vin/R1.
Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan bahwa :
iout + i(-) = iR1
Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang sebelumnya, maka
diperoleh
iout = iR1 dan Jika ditulis dengan tegangan jepit masing-masing maka diperoleh
(vout – vin)/R2 = vin/R1 yang kemudian dapat disederhanakan menjadi :
vout = vin (1 + R2/R1)
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka
didapat penguatan op-amp non-inverting :
Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari input non-inverting
op-amp tersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki impedansi input Z in = 108 to 1012
Ohm.
Rf
Vi1 R1
Vi2 R2 Op-
+ Amp
V
o
Rf Rf
Vo 1 .Vi1 dan Vo 2 .Vi 2
R1 R2
Rf Rf
Vo = Vo1 + Vo2 atau Vo ( .Vi 1 ) ( .Vi 2 )
R1 R2
Vi1 Vi 2 Vi
Sehingga didapatkan rumus untuk n masukan adalah: Vo Rf( ....... N )
R1 R 2 RN
Rangkaian Selisih
Rangkaian ini juga menerapkan sistem feedback negatip, satu masukan diumpankan
pada masukan inverting Op-Amp dan satu masukan lagi dipasangkan pada noninverting.
Besar tegangan output merupakan hasil pengurangan dari semua tegangan input yang
dipasangkan dan tergantung pula dengan besar penguatannya.
Rf
Vi1 R1
Op-Amp
Vi2 R2 +
Vo
R3
Rf
bila Vi2 = 0 , maka Vo 1 .Vi1
R1
R 3 R1 Rf
bila Vi1 = 0, maka Vo 2 .Vi 2
R 2 R 3 R1
R1 R f R3 R
maka Vo = Vo1 + Vo2 = Vi 2 f Vi 1
R2 R3 R1 R1
R 3 Rf Rf
Jika , maka Vo Vi 2 Vi1 serta
R 2 R1 R1
Integrator
R
Vi C Vo
Jika digunakan Op-Amp untuk rangkaian ini, maka resistor feedback diganti dengan sebuah
kapasitor seperti pada gambar 21 berikut:
Ic
C
Vi R -
f = 1kHz I1
Vd Op-Amp
+
Vo
Vi
I1 dan Vo = Vc
R
I1 + Ic = 0 sehingga I1 = - Ic
Q = Ic . dt dan Q = C . Vc
1
C
Vc Ic.dt
1
R.C
Vo Vi.dt
Rangkaian Differensiator
Differesiator adalah rangkaian dimana tegangan keluarannya mempunyai nilai
proporsional terhadap perubahan rata-rata tegangan masukan. Rangkaian ini dapat mengubah
tegangan gelombang segitiga menjadi gelombang segiempat. Secara teori rangkaian listrik
Differesiator digambarkan sebagai berikut :
C
Vi R Vo
Ic R2
Ig
Vi R1 -
C
f = 1kHz Vd Op-
Amp
+ Vo
Vo
Ig dan Vi = Vc
R2
Ig + Ic = 0 sehingga Ig = - Ic
Untuk pengisian kapasitor berlaku:
dQ = Ic . dt dan Q = C . Vc
dVc
Ic C
dt
dVi
Vo R 2 .C
dt
-
Feedback Negatip Op-Amp
Menyebabkan Vi=Vo
+ Vo
Vi
Untuk dapat menganalisa dengan mudah kita berikan harga ekstrim pada rangkaian
gambar 23, yaitu dengan memasang Rf = 0 dan Ri = ~. Pada kondisi ini (lihat gambar 24) Ri
seolah terputus dan Rf hubung singkat, sehingga didapatkan persamaan:
Vo Rf 0
1 1 1
Vi Ri ~
Rf
Ri -
Op-Amp
Vi
PELATIHAN TEKNISI BBLKI SERANG
Jadi penguatan tegangan (gain) dari rangkaian ini = 1 dan polaritasnya tidak terbalik antara
masukan dan keluaran. Rangkaian ini sering juga disebut dengan rangkaian penyangga
(buffer).
Rl Io
Vd Op-Amp
Vi +
VR1
R1
Regulasi pada rangkaian ini adalah dengan memasang R 1 yang berfungsi sebagai sampling
resistor, rangkaian ini juga merupakan Open-Loop gain (V) dan beda tegangan antara masukan
inverting dan noninverting praktis sama dengan nol.
Vo
Vd sehingga, Vi = VR1
V
Resistansi input sebuah Op-Amp pada umumnya sangat tinggi, oleh karena itu arus Output
akan mengalir melalui sampling resistor R1 dan menghasilkan tegangan jatuh (VR1), maka
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Vi
VR1 = Io . R1 = Vi, sehingga Io
R1
Oleh karena itu besar arus keluaran adalah tergantung pada tegangan masukan dan besar
kecilnya sampling resistor, sehingga arus keluaran tidak tergantung pada besar-kecilnya
resistansi beban.
Tegangan dioda zener diterapkan ke satu ujung tahanan penginderaan arus Rs dan masukan
positif op-ampnya. Karena beda tegangan masukannya 0 Volt, terjadi tegangan zener yang
melintasi Rs. Rs dan Vz menentukan arus emitor, IE, yang besarnya tetap V2/Rs.
Arus emitor dan arus kolektor dari sebuah transistor cabang bipolar pada dasarnya sama.
Karena arus kolektornya adalah arus beban IL dan IL » IE, arus beban IL ditentukan oleh Vz
dan Rs.
Jika op-amp tersebut mampu memberi arus basis yang bergerak sebesar lebih dari 5 mA dan
jika beta transistornya lebih basar dari 100, maka IL dapat melebihi 5 mA X 100. Tegangan
yang melintasi bebannya tidak boleh melebihi perbedaan antara tegangan suplai dan tegangan
zener; kalau tidak, transistor dan op-amp tersebut akan menjadi jenuh.
+ V
- V
i(-)
i(- Vd Op-
Vd Op- + -
Amp V Amp
V) + +
Vo
+ i(+
Vo - i(+
min
maks )
)
0 0
V V
Pada prinsipnya kedua masukan Vi(-) dan Vi(+) dapat dibandingkan menggunakan Op-Amp
dengan cara seperti pada gambar 29 rangkaian berikut:
V Op- Output
d Amp
V1 +
Vo
V2
Modul Teori Operational Amplifier Page 30 of 34
0V
PELATIHAN TEKNISI BBLKI SERANG
Sebuah pembanding adalah membandingkan tegangan isyarat pada satu masukan dengan
suatu tegangan acuan pada masukan lainnya. Banyak aplikasi yang bisa kita rangkai dengan
menggunakan op-amp sebagai pembanding.
Window Comparator
Rangkaian dari gambar 29 dirancang untuk memonitor suatu tegangan masukan dan
menunjukkan kapan tegangan ini menuju ke atas atau ke bawah batas-batas yang telah
ditentukan sebelumnya. Misalnya, suplai daya IC logika untuk TTL harus diatur sampai 4,0 V.
Jika tegangan suplai melebihi 5,5 V, logik tersebut bisa rusak, dan jika tegangan suplai turun
di bawah 4,5 V, logik itu memperlihatkan cara kerja setengah-setengah. Karena itu, batas-batas
untuk suplai daya TTL adalah 4,5 V dan 5,5 V, sehingga namanya detektor jendela. Kadang-
kadang rangkaian ini disebut detektor batas bertepi ganda.
cahaya/tanda bahayanya hidup untuk menunjukkan bahwa Vi tidak terdapat di antara batas-
batas yang ditetapkan sebelumnya.
Cara-kerja Rangkaian
Cara-kerja rangkaiannya sebagai berikut. Misalkan bahwa Vi = 5 V. Karena Vi lebih
besar dari VLT dan lebih kecil dari VUT, maka tegangan keluaran dari dua pembanding itu
besamya V++ sebab kedua saklar keluarannya terbuka. Lampu/tanda bahayanya mati.
Kemudian, misalkan bahwa Vi = 6.0 V atau Vi > VUT. Masukan pada titik 3 dari A lebih positif
dari yang di titik 2, sehingga keluaran A ada pada potensial titik 1 atau ground. Ground ini
menyalakan lampunya, dan V0 = 0 V. Sekarang misalkan bahwa Vi turun ke 4. 0 V atau V i <
VLT. Masukan (+) dari B lebih kecil dari masukan (—) nya, sehingga keluaran B menjadi 0 V
(tegangan pada titik 1 nya). Sekali lagi ground ini menyebabkan lampu/tanda bahayanya
menyala. Ingat bahwa pemakaian ini memperlihatkan bahwa titik-titik keluaran dari IC
keluarga 311 dapat dihubungkan bersama-sama dan keluarannya ada di V++ hanya bila
keluaran dari tiap pembanding ada di V++.
Bentuk gelombang keluaran dari Rangkaian komparator detektor jendela seperti pada gambar
30.
VO dan Vi Vo terhadap Vi
VR1 o
R1
PELATIHAN TEKNISI BBLKI SERANG
maksimum dibuat menjadi (Vo) minimum. Daerah yang menunjukan tegangan antara On level
(ViON) dan Off level (ViOFF) disebut dengan Switching hysteresis (Vh).
Sebagian tegangan keluaran digunakan sebagai feedback pada noninverting masukan melalui
resistor Rf dan R1 yang membentuk sebuah pembagi tegangan, sehingga berlaku:
R1
Vi ( ) Vo.
R1 Rf
Apabila pada masukan inverting negatip dan tegangan keluaran pada level maksimum positip
dan penguatan merupakan open-loop, maka tegangan masukan noninverting dapat dihitung
sebagai berikut:
R1
Vi Vo maks .
R 1 Rf
Bilamana tegangan negatip tersebut diturunkan sampai menjadi nol, maka tidak akan ada
pengaruh pada tegangan output (Vo). Hal ini disebabkan karena perbedaan tegangan antara
kedua input (Vd) tetap pada harga sebelumnya. Perubahan akan terjadi jika hanya Vi pada
inverting dinaikan sampai harga posistip tertentu (10ųV) dan akan mengubah tegangan
keluaran pada level negatip maksimum. Tegangan masukan noninverting juga akan menjadi
negatip, sehingga perbedaan tegangan antara kedua masukan menjadi semakin besar, dan
R1
berlaku: Vi off Vo maks .
R 1 Rf
Pada kondisi Off, tegangan pada masukan noninverting dapat dihitung melalui:
R1
Vi( ) Vo min .
R1 Rf
Hanya jika tegangan masukan Vi lebih negatip dan Vi(+) akan membuat Schmitt trigger ON
lagi dan untuk itu berlaku rumus:
R1
Vi on Vo min .
R 1 Rf
Tegangan keluaran minimum dan maksimum kurang lebih memiliki nilai yang sama,
switching level juga bias dikatakan sama.
Tegangan positif ini disebut titik lesat atas (UTP=Upper Threshold). Selama tegangan masukan
menjungkir lebih rendah dari UTP ini, keluaran tetap saturasi positif. Ini berarti titik kerjanya
berada diantara bagian atas dari grafik pada gambar 30.
Jika kita menaikan tegangan masukan secara perlahan, pada akhirnya kita akan mencapai
sebuah titik dimana ia sedikit lebih positif dari UTP. Pada waktu ini terjadi, tegangan bertukar
polaritas, mendorong op-amp dalam saturasi negatif. Dengan keluaran yang sekarang negatif,
pembagi tegangan mengumpan-balikkan tegangan negatif pada masukan tak menjungkir.
Tegangan negatif ini disebut titik lesat bawah (LTP=Lower Threshold).
Vo
ViOFF
Vi
ViON