OLEH:
Nama : Fajar Ardiansyah
NIM: 2014430044
DESEMBER 2017
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN
i
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI
…………………… ……………………
NIDN: NIDN:
ii
ABSTRAK
Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) merupakan komoditas yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena merupakan bahan baku utama dalam pembuatan
produk-produk pangan. CPO merupakan minyak pangan yang paling banyak diproduksi
di dunia. Penelitian ini bertujuan mencari konsentrasi adsorben yang sesuai untuk CPO
agar mendapatkan warna PTPO(Pre Treated Palm Oil) yang baik dan mengujinya
sebagai bleaching agent pada proses pemucatan CPO. Penelitian meliputi proses
degumming , pemucatan dengan Bleaching Earth, dan analisis minyak hasil. Degumming
dilakukan dengan menambahkan asam fosfat 85% sebanyak 1 ml pada temperature 80
o
C,Pemucatan dilakukan pada temperatur110 oC, dan variasi konsentrasi Bentonite pada
1.0,1.1,1.2,1.3 , dan 1.4 % selama 60 menit,selanjutnya PTPO(Pre Treated Palm Oil)di
saring dengan menggunakan pompa vacum dan ditentukan warnanya dengan alat
Lovibond-tintometer Model E.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bleaching Earth
bekerja optimum pada konsentrasi 1.2 % dan warna PTPO (Pre Treated Palm Oil) yang
di hasilkan paling bagus menggunakan konsentrasi 1.4 % pada CPO A. Pada kondisi
pemucatan tersebut, setelah CPO mengalami degummning dan pemucatan, diperoleh
minyak sawit dengan warna Red(R) : 15.7 Yellow (Y) : 10 dan Blue(B) : 0 , serta hasil
Breaktest : PASS.Persamaan hubungan Konsentrasi Adsorben dengan Warna PTPO
adalah y = -0.35x + 17.33 dan R² = 0.9088 pada CPO A, y = -0.11x + 17.55 dan R² =
0.8176 pada CPO B,dan y = -0.12x + 17.94 dan R² = 0.973 pada CPO C.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Penelitian tentang
PENGARUH KONSENTRASI ADSORBEN TERHADAP WARNA CPO
(CRUDE PALM OIL) di Laboratorium Quality Control PT ASIANAGRO
AGUNG JAYA.
Laporan Penelitian ini kami susun sebagai syarat yang harus dipenuhi
dalam mata kuliah Penelitian Laboraturium (TA1). Laporan ini berisi tentang
hasil penelitian yang telah kami lakukan di Laboratorium Quality Control PT
ASIANAGRO AGUNG JAYA , bagian quality control selama satu bulan. Pada
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kelancaran pelaksanaan Penelitian ini, diantaranya:
Fajar Ardiansyah
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
BAB 2
Tabel 2. 1 Ekspektasi Produksi Minyak Kelapa Sawit 2016 .............................................. 5
Tabel 2. 2 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia ...................................... 6
Tabel 2. 3 Standar nasional mutu minyak kelapa sawit .................................................... 20
Tabel 2. 4 . Hubungan rendemen, ALB dan derajat kematangan ..................................... 21
Tabel 2. 5 Sifat Fisika Dan Kimia CPO ............................................................................ 22
Tabel 2. 6 Komposisi Triasilgliserida dalam %, Mol dengan menggunakan GLC minyal
sawit kasar (CPO) ............................................................................................................. 23
Tabel 2. 7 Syarat Mutu CPO ............................................................................................. 24
Tabel 2. 8 Ukuran dari asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit ............................. 25
Tabel 2. 9 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 36
Tabel 2. 10 Beberapa Metode Bleaching yang Dapat Diakukan ...................................... 38
BAB 4
Tabel 4. 1 Hasil Analisa Warna PTPO Pada Berbagai Konsentrasi Adsorben (5 ml PTPO
dan suhu 40° C)................................................................................................................. 46
vi
DAFTAR GAMBAR
BAB 2
Gambar 2. 1 Peta Geografis Indonesia................................................................................ 7
Gambar 2. 2 Pemiliki Perkebunan Minyak Sawit di Indonesia .......................................... 8
Gambar 2. 3 CPO (Crude Palm Oil) ................................................................................. 16
Gambar 2. 4 Persentase Produk Sawit Dunia ................................................................... 17
Gambar 2. 5 Produksi Perkebunan Menurut Jenis Tanaman ............................................ 18
BAB 3
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 45
BAB 4
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN
Arang diperoleh dari tempurung kelapa yang meru-pakan limbah dari industri
rumah tangga dan perke-bunan (Pasaribu, 2004). Sebagai adsorben, arang diak-tivasi
terlebih dahulu untuk memperbesar luas permu-kaan aktif dengan cara membuka pori-
pori yang tertutup oleh tar dan atom-atom bebas (Prawira, 2008). Pada pemutihan dengan
proses adsorpsi, banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses terse-but.
Menurut Kumar, dkk. (2004), kinerja adsorpsi dipengaruhi oleh faktor-faktor proses
1
seperti jenis adsorben, suhu, pH adsorpsi, efektifitas pengontakan, jenis adsorbat, dan
ukuran molekul adsorbat.
Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan bleaching earth sebagai bahan pemucat
minyak sawit, dan menentukan kondisi optimum konsentrasi bleaching earth untuk
pemucatan minyak sawit, kondisi terbaik meliputi kadar bleaching earth pada pemucatan
minyak sawit berdasarkan parameter kualitas berupa tingkat kecerahan warna, bau,
braktest dan kadar air.
A. Innentarisasi Masalah
1. Temperatur
2. Tekanan
3. Waktu
4. Konsentrasi
5. Jenis Adsorben
1.3 Tujuan
2
1.4 Luaran
1.5 Kegunaan
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi
dan diproduksi di dunia. Minyak yang murah, mudah diproduksi dan sangat stabil
ini digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan
juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Kebanyakan minyak
sawit diproduksi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena pohon kelapa sawit
membutuhkan suhu hangat, sinar matahari, dan curah hujan tinggi untuk
memaksimalkan produksinya.
Efek samping yang negatif dari produksi minyak sawit - selain dampaknya
kepada kesehatan manusia karena mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi -
adalah fakta bahwa bisnis minyak sawit menjadi sebab kunci dari penggundulan
hutan di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia. Indonesia adalah produsen
dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia. Namun Indonesian juga merupakan
penghasil gas emisi rumah kaca terbesar setelah Republik Rakyat Tiongkok
(RRT) dan Amerika Serikat (AS).
4
bahan baku minyak sawit seperti produk makanan dan kosmetik. Sementara itu,
pemerintah di berbagai negara sedang mendukung pemakaian biofuel.
Produksi
Negara
(ton metrik)
Indonesia 36,000,000
Malaysia 21,000,000
Thailand 2,200,000
Kolombia 1,320,000
Nigeria 970,000
Dunia 58,800,000
5
berkembang pesat) dan dukungan pemerintah untuk program biodiesel,
permintaan minyak sawit domestik di Indonesia juga terus berkembang.
Meningkatnya permintaan minyak sawit dalam negeri sebenarnya bisa berarti
bahwa pengiriman minyak sawit mentah dari Indonesia akan mandek di tahun-
tahun mendatang jika pemerintah Indonesia tetap berkomitmen terhadap
moratorium konversi lahan gambut (baca lebih lanjut di bawah).
Sumber: Indonesian Palm Oil Producers Association (Gapki) & Indonesian Ministry of Agriculture
6
1.Sumatra
2. Kalimantan
7
Gambar 2. 2 Pemiliki Perkebunan Minyak Sawit di Indonesia
8
ini jatuh di bawah 750 dollar AS per metrik ton.Masalahnya, bebas pajak ekspor
berarti Pemerintah kehilangan sebagian besar pendapatan pajak ekspor (yang
sangat dibutuhkan) dari industri minyak sawit. Maka Pemerintah memutuskan
untuk mengintroduksi pungutan ekspor minyak sawit di pertengahan 2015.
Pungutan sebesar 50 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton diterapkan untuk
ekspor minyak sawit mentah dan pungutan senilai 30 dollar AS per metrik ton
ditetapkan untuk ekspor produk-produk minyak sawit olahan. Pendapatan dari
pungutan baru ini digunakan (sebagian) untuk mendanai program subsidi
biodiesel Pemerintah.
9
on Sustainable Palm Oil - perkebunan-perkebunan di Indonesia dan Pemerintah
perlu mengembangkan kebijakan-kebijakan ramah lingkungan. Para pemerintah
negara-negara Barat (misalnya Uni Eropa) telah membuat aturan-aturan hukum
yang lebih ketat mengenai produk-produk impor yang mengandung minyak sawit,
dan karena itu mendorong produksi minyak sawit yang ramah lingkungan.Pada
tahun 2011, Indonesia medirikan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang
bertujuan untuk meningkatkan daya saing global dari minyak sawit Indonesia dan
mengaturnya dalam aturan-aturan ramah lingkungan yang lebih ketat. Semua
produsen minyak sawit di Indonesia didorong untuk mendapatkan sertifikasi
ISPO. Namun, ISPO ini tidak diakui secara internasional.
10
Prospek Masa Depan Industri Minyak Sawit di Indonesia
11
4. Biaya logistik yang tinggi karena kurangnya kualitas dan kuantitas
infrastruktu
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu dari
beberapa family Arecacea (dahulu disebut dengan Palmae). Kata Elaeis (Yunani)
berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin
bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika).
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang
pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia,
baik sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sebagai sumber
devisa negara, penyedia lapangan kerja, maupun sebagai pemacu pertumbuhan
perekonomian, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir
berbasis minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, agar kelapa sawit tersebut dapat
dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu dilakukan proses pengolahan kelapa
sawit mulai dari tandan buah segar (TBS) hingga dihasilkannya crude palm oil
(CPO).
Kebutuhan atau permintaan CPO dunia saat ini terus meningkat. Hal ini
disebabkan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan
kebutuhan akan bahan baku berbasis CPO tersebut terus meningkat. Permintaan
CPO dunia pada dasawarsa 1983-1992 sebesar 87,7 juta ton, sementara pada
12
tahun 2005 permintaannya melambung hingga 25 juta ton per tahun. Indonesia
sebagai salah satu produsen CPO, pada tahun 2005 memproduksi sebesar 13 juta
ton CPO, yang artinya Indonesia pada tahun 2005 telah memenuhi 52%
kebutuhan total CPO dunia. Selanjutnya pada tahun 2010, produksi CPO
Indonesia diprediksikan mencapai 18,8 juta ton (Sukamto, 2008). Minyak kelapa
sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).
Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti
(kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar atau
kulit buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau
pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari
lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar
minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandungminyak sebesar 44%,
dan endocarp tidak mengandung minyak. Minyak kelapa sawit seperti umumnya
minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air
(Pasaribu, 2004).
Agar lebih meningkatkan kegunaan serta manfaat dari kelapa sawit tersebut,
maka perlu adanya pengembangan sektor industri yang mengolah minyak sawit
mentah (CPO) menjadi bahan jadi.Sehubungan dengan hal ini PT. ASIANAGRO
AGUNG JAYA(APICAL) ikut berperan dalam pengolahan minyak kelapa sawit
mentah menjadi minyak jadi. Adapun tahapan pengolahan minyak sawit mentah
(CPO) menjadi minyak goreng adalah:
A. Tahap Refinasi
13
B. Tahap Fraksionasi
Dengan cara pemucatan ini maka standar warna yang diinginkan dapat
diupayakan sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam proses pemucatan ini
digunakan bahan pemucat yang sering disebut adsorben. Pemakaian adsorben ini
harus optimum, sesuai dengan standar mutu warna BPO (bleaching palm oil atau
minyak yang dihasilkan dari pemucatan). Dimana BPO yang dihasilkan akan
memiliki mutu yang berbeda jika kita menggunakan jenis adsorben yang berbeda
dan mutu BPO ini perlu untuk diperhatikan (Ritonga, Y, 1996).
Tujuan utama dari proses pemurnian adalah untuk menghilangkan rasa serta
bau tidak enak, warna sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah
dalam industri.
Proses pemurnian minyak sawit dapat dilakukan dengan dua metode salah
satunya yaitu pemurnian fisis. Pemurnian fisis untuk minyak nabati mendapatkan
perhatian khusus dalam industri. Metode pemurnian fisis tidak hanya memberikan
keuntungan tersendiri berupa rendahnya angka kehilangan minyak, juga
menandakan efek polusi lingkungan akibat limbah dari soap stock dan
membutuhkan operasi yang lebih murah bila dibandingkan dengan pemurnian
kimia.
14
Proses Pemurnian Fisis Awal:
Penghilangan getah
Pemucatan
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai
dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur minyak dalam
sejumlah pemucatan seperti bleaching earth, lempung aktif, dan arang aktif atau
menggunakan bahan kimia lainnya.
Penghilangan bau
Berikut ini diberikan sifat-sifat bleaching earth yang dapat berfungsi sebagai:
3. Katalis (catalyst)
15
Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini di gunakan berbagai macam
adsorben untuk menurunkan warna pada CPO sehingga di dapat CPO yang
memiliki kualitas yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan industry.Crude
Palm Oil (CPO) atau dalam bahasa Indonesia berarti Minyak Kelapa Sawit adalah
suatu komoditas yang unik di Indonesia, unik karena kelapa sawit saat ini
merupakan komoditas andalan dimana Indonesia menjadi produsen terbesar
kelapa sawit. Tetapi ironisnya justru Indonesia bukan dalam posisi mengendalikan
harga sawit dunia melainkan harga sawit naik turun mengikuti harga dunia yang
memakai harga Ringgit Malaysia atau bahkan harga di Rotterdam,Belanda
16
Gambar 2. 4 Persentase Produk Sawit Dunia
17
Gambar 2. 5 Produksi Perkebunan Menurut Jenis Tanaman
Tentang Sawit
18
proses produksi minyak sawit. Sisa produksinya di antaranya serat, cangkang,
batang, tandan dan pelepah dapat diolah menjadi kompos dan yang sudah di
gunakan sebagai sumber energi terbarukan, yaitu Biodiesel.
Mutu minyak kelapa sawit bisa diukur dengan angka-angka dari minyak
sawit itu sendiri. Beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas
minyak sawit harus dipahami benar oleh produsen jika ingin produknya diterima
19
oleh konsumen, terutama konsumen luar negeri. Berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-2901-2006 mengenai mutu minyak kelapa sawit diperoleh
keterangan sebagai berikut :
No Karakteristik Batasan
1 Kadar asam lemak bebas (%) < 5,00
2 Kadar air (%) < 0,50
3 Kadar kotoran (%) < 0,05
(SNI, 2006).
1. ALB adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. ALB tinggi
adalah suatu ukuran tentang ketidakberesan dalam panen dan
pengolahan.
2. Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak
sawit pada pemanasan 105 °C. Kadar air tinggi di atas 0,1% membantu
hidrolisis.
3. Kadar kotoran adalah bahan-bahan tak larut dalam minyak, yang dapat
disaring setelah minyak dilarutkan dalam suatu pelarut pada kepekatan
10%.
20
Hubungan antara rendemen dan kadar ALB minyak dengan
derajat kematangan adalah seperti pada tabel :
Fraks
i Rendemen Minyak (%) ALB Minyak(%)
0 16,0 1,6
1 21,4 1,7
2 22,1 1,8
3 22,2 2,1
4 22,2 2,6
5 21,9 3,8
Sifat fisik dan kimia dari minyak sawit kasar (CPO) dan hasil tahapan
produksi yang diperoleh melali hasil survei MARDI ( 1977 / 78 ) dan PORIN
(1979 / 1980) (Pantzaris, 1997). Sifat fisik dan kimia disajikan dalam table 1 dan
table 2 menyajikan komposisi TAG sawit kasar.
21
Tabel 2. 5 Sifat Fisika Dan Kimia CPO
Berdasarkan hasil analisis 215 sampel, dari instalasi milling dan bulking seluruh
Malaysia selama 12 bulan. PORIM survei 1979/1980.
22
Tabel 2. 6 Komposisi Triasilgliserida dalam %, Mol dengan menggunakan GLC
minyal sawit kasar (CPO)
Berdasarkan perbedaan titik cairnya, minyak sawit dapat dibagi menjadi dua
fraksi besar yaitu fraksi stearin yang berbentuk pasta – padatan dan fraksi olein
yang berbentuk cair (Hartley 1977). Kedua fraksi ini dipisahkan melalui proses
fraksinasi berdasarkan titik cairnya.
Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama,
benar‐benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak
kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu
dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua,
pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur
berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air,
kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku
industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan.
Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan
pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
23
Tabel 2. 7 Syarat Mutu CPO
No Karakteristik Syarat Cara pengujian
1 Warna Kuning jingga Visual
sampai hingga
kemerah-merahan
2 Asam lemak bebas 5,00 BS 684 – 1958
(sebagai asam palmitat),
%(bobot/bobot), maks
3 Kadar kotoran, 0,05 SNI 01-3184-1992
%(bobot/bobot), maks
4 Kadar air, %(bobot/bobot), 0,45 BS 684 – 1958
maks
Sumber : Badan Standar Nasional
24
Tabel 2. 8 Ukuran dari asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit
A. Adsorben
25
Komponen Pengotor yang Dihilangkan
1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur
yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak
menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi
(khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang
dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.
2. Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 %
dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik
apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak
bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter,
anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam
karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah,
yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen
mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah
pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih
tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah
26
dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat
molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
4. Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium
pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat
menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan
coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine,
adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada
rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung
natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata
tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan
refractory itu.
Metode Bleaching
Menurut Estiasih (2009), ada dua metode umum pemucatan, yaitu metode
adsorbsi dengan menggunakan adsorben dan metode pemucatan kimiawi. Metode
kimia jarang digunakan dan merupakn metode penghilangan warna dengan cara
mengoksidasi pigmen dalam minyak menjadi senyawa yang tidak berwarna.
Metode ini tidak digunakan untuk minyak makan. Efek merugikan pada
pemucatan secara kimiawi adalah selain mengoksidasi pigmen, minyak juga dapat
teroksidasi. Bahan kimia yang digunakan pada proses pemucatan kimiawi ini
antara lain natrium klorit, hidrogen peroksida, natrium hiperklorat, natrium
perpirofosfat, kalium permanganat, asam hidroklorat dan natrium dikromat.
27
dihasilkan, proses pemucatan ini banyak dikembangkan pada industri
sabun.
3. Pemucatan dengan panas; pada suhu yang tinggi zat warna akan
mengalami kerusakan, sehingga warna yang dihasilkan akan lebih pucat.
Proses ini selalu disertai dengan kondisi hampa udara.
4. Pemucatan dengan hidrogenasi. Hidrogenasi bertujuan untuk
menjenuhkan ikatan rangkap yang ada pada minyak tetapi ikatan rangkap
yang ada pada rantai karbon kerotena akan terisi atom H. Karotena yang
terhidrogenasi warnanya akan bertambah pucat.
1. Metode batch
Merupakan metode konvensional yang telah lama digunakan. Pada
metode ini minyak dipanaskan dalam ketel dengan bagian bawah berbentuk
kerucut. Ketel ini dilengkapi oleh koil pemanas dan pengaduk. Pengaduk ini
berfungsi menjaga adsorben yang digunakan tetap tersuspensi dalam minyak
selama diaduk. Proses pengadukan udara dapat dapat terperangkap dalam
minyak walaupun udara diusahakan serendah-rendahnya, udara ini dapat
menyebabkan minyak teroksidasi. Untuk menghindarinya dapat digunakan
pemucatab metode vakum. Keuntungannya adalah suhu pemucatan dapat lebih
rendah. Pemanasan dilakukan secepat-cepatnya dan lama pemanasan tidak
boleh lebih dari 1 jam
2. Metode kontinu
Metode kontinu lebih efektif dalam mencegah oksidasi minyak
dibandingkan metode batch secara vakum. Pada metode ini minyak dan tanah
pemucat atau adsorben disemprotkan pada alat pemucat vakum kontinu
atau continous vacuum bleacher. Kontak antara minyak dan tanah pemucat
lebih singkat sehingga dapat menghindari proses hidrolisis minyak.
Sebagaimana diketahui, hidrolisis dapat terjadi jika adsorben yang digunakan
28
diaktivasi dengan asam. Hidrolisis ini menghasilkan asam lemak bebas yang
tidak diinginkan.
Jenis Absorben
29
Kekurangan penggunaan tanah pemucat yang bersifat asam adalah selama proses
pemucatan dapat terjadi hidrolisis terhadap trigliserida sehingga meningkatkan
kadar asam lemak bebas. Sebaliknya, tanah pemucat yang kurang asam lebih sulit
untuk memucatkan warna tetapi tidak meningkatkan kadar asam lemak bebas.
Tanah pemucat yang sudah diaktivasi terutama digunakan untuk memucatkan
minyak dengan mutu yang sangat rendah.
Zeolit
Karbon aktif
Karbon aktif jarang digunakan karena harganya mahal. Selain it, karbon
aktif mempunyai sifat dapat menahan minyak dalam jumlah tinggi sehingga
penyusutan akibat pemucatan menjadi tinggi pula. Kelebihan karbon aktif adalah
30
dapat mengadsorbsi residu sabun dari pemurnian alkali. Kelebihan lainnya adalah
karbon aktif tidak menyebabkan perubahan aroma minyak seperti adsorben yang
lain.
Silika amorf
31
digunakan setelah diaktifkan sebagai penjernih minyak kelapa sawit.
Bentonit
B. Asam Phosphate
32
Senyawa anorganik fosfat dalam air laut pada umumnya berada dalam
bentuk ion (orto) asam fosfat (H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan 90%
dalam bentuk HPO42-. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan
protein dan membantu proses metabolisme sel suatu organism.
Sumber fosfat diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua
adalah sungai. Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat
daratan lainnya, sehingga sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari
sekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa ionisasi,
antara lain dalam bentuk ion H2PO4-, HPO42-, PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh
fitoplankton dan seterusnya masuk kedalam rantai makanan. Senyawa fosfat
dalam perairan berasal daari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan
dan pelapukan tumbuhan, dan dari laut sendiri. Peningkatan kadar fosfat dalam air
laut, akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang
akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat
untuk pertumbuhan plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter
Sifat kimia :
- Merupakan asam lemah
- Rumus molekul : H3PO4
- Berat molekul : 98 gr/mol
- Pada temperatur tinggi, asam dapat bereaksi
- dengan metal dan teroksidasi
33
- Asam fosfat dapat direduksi dengan pereduksi
- kuat seperti H2C
2.2 Produk
PTPO (Pre Treated Palm Oil)
PTPO (Pre Treated Palm Oil) adalah CPO yang telah mengalami proses
pemucatan/ penghilangan warna.
2.3 proses
A. Penghilangan getah
B. Penghilangan bau
34
2.4 Metode Analisa
Minyak sawit mentah (CPO) yang akan digunakan untuk analisis ditentukan
warnanya dengan alat lovibond-tintometer model E. Kemudian ditimbang minyak
sawit mentah (CPO) sebanyak 100 gr dan dimasukkan kedalam beaker labuleher 3
250 ml. Diberi stirer / batang pengaduk dan dipanaskan diatas heater hingga
mencapai suhu 800 C. Setelah suhu 800 C, ditambahkan asam phospat 85 %
sebanyak 1 ml dan bleaching earth jenis Bentonite sebanayk 1 % dari jumlah
minyak sawit mentah (CPO) yang digunakan. Dipanaskan kembali sampai suhu
1100 C dan dipertahankan suhunya selama satu jam. Setelah satu jam disaring
dengan alat vakum, filtratnya ditampung dengan beaker glass dan kemudian
diukur warnanya dengan alat lovibond-tintometer model E.
35
2.5 Penelitian Terdahulu
Tahun Pelaksana Judul Metode Penelitian / Analis Variable Penelitian Hasil Analisa
2017 Anik Haryanti Analisis Penambahan Rancangan Acak Lengkap a. Konsentrasi Bleaching Konsentrasi Bentonit
Dan Nur Bentonit Pada Proses Pola Faktorial Dengan 2 Earth (Bentonit) (1,2%, Terbaik Adalah 1,6%
Hidayat Pemucatan Minyak Faktor 1,4%, Dan 1,6%). Dengan Lama Pengadukan
Goreng Superworm b. Konsentrasi Bleaching 10 Menit
(Zophobas Morio) Earth (Bentonit) (1,2%,
1,4%, Dan 1,6%).
2012 Haryono, Pemucatan Minyak SawitProses Aktivasi Arang, a. Pemucatan Dilakukan Kemampuan Pemucatan
Muhammad Ali,Mentah Degumming Dengan Asam Pada Variasi Suhu 90, Sebesar 93% Pada Suhu
Wahyuni Menggunakan Arang Aktif Fosfat, Pemucatan 100, 110, Dan 120 Oc, 120 O
c Dan Konsentrasi
Dengan Arang Aktif, b. Variasi Konsentrasi Arang Aktif Sebesar 5%
Arang Aktif Pada 3, 4,
Dan 5% Selama 30
Menit
2015 Juli Elmariza, Optimasi Ukuran Proses Karbonisasi Pada Variasi Ukuran Partikel, Karbon Aktif Dari
36
Titin Anita Partikel, Massa Dan Suhu 500oc Selama 3 Jam Yang Dilakukan Cangkang Sawit Yang
Zaharah, Waktu Kontak Karbon Dan Dilanjutkan Dengan Terhadap Karbon Aktif Optimum Adalah Dengan
Savante Aktif Berdasarkan Aktivasi Selama 4 Jam Ukuran 50, 100, Dan 140 Ukuran Partikel 100 Mesh.
Arreneuz Efektivitas Adsorpsi Β- Dengan Menggunakan Mesh
Karoten Pada Cpo Larutan Naoh 2%.
2006 Widi Astuti, Pemucatan Minyak Adsorbsi yang dilakukan a. Persentase berat Kondisi terbaik untuk
Muhammad Kelapa Sawit (CPO) dengan menggunakan zeolite dengan variasi proses pemucatan adalah
Amin dan dengan cara Adsorbsi zeolit alam dari Lampung. persentase 5% persentase berat zeolit
Aprimal Menggunakan Zeolit 10%,dan 20% untuk memperoleh
Alam Lampung b. Konsentrasi HCl transmisi tertinggi adalah
dengan Variasi 2% 20% dan konsentrasi
,3% dan 4% terbaik larutan HCl adalah
4%.
37
2.6 Pemilihan Metodelogi
4 Pemucatan dengan hidrogenasi Hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap yang ada pada minyak tetapi
ikatan rangkap yang ada pada rantai karbon kerotena akan terisi atom H. Karotena yang
terhidrogenasi warnanya akan bertambah pucat.
5 Metode batch Merupakan metode konvensional yang telah lama digunakan. Pada metode ini minyak
38
. dipanaskan dalam ketel dengan bagian bawah berbentuk kerucut. Ketel ini dilengkapi oleh
koil pemanas dan pengaduk. Pengaduk ini berfungsi menjaga adsorben yang digunakan
tetap tersuspensi dalam minyak selama diaduk
6 Metode kontinu Metode kontinu lebih efektif dalam mencegah oksidasi minyak dibandingkan metode
batch secara vakum. Pada metode ini minyak dan tanah pemucat atau adsorben
disemprotkan pada alat pemucat vakum kontinu atau continous vacuum bleacher. Kontak
antara minyak dan tanah pemucat lebih singkat sehingga dapat menghindari proses
hidrolisis minyak.
Untuk menentukan pengaruh konsentrasi absorben terhadap warna CPO (crude palm oil) dilakukan penelitian dengan metode
pemucatan dengan adsorbs. Cara ini di pilih karena merupakan cara yang paling mudah dan efektif di banding dengan cara lainya, dan
metode ini merupakan metode yang banyak di pakai di industry minyak kelapa sawit.
2.7 Hipotesa
Semakin tinggi konsentrasi adsorben akan menghasilkan warna PTPO yang baik sesuai kebutuhan industry. Maka kemungkinan
semakin tinggi konsentrasi adsorben yang di tambahkan pada proses bleaching daya adsorbsinya akan semakin tinggi sehingga warna
PTPO yang di hasilkan akan semakin baik,sedangkan jika konsentrasi adsorben yang di tambahkan sedikit maka daya adsorbsinya akan
semakin jelek sehingga menghasilkan warna PTPO yang jelek.
39
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1.1 Tempat
3.1.2 Waktu
Penelitian di lakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Maret- April 2017.
3.2.1 Bahan
A. Bahan Penelitian
B. Bahan Analisa
PTPO
Isopropil Alcohol
Asam Phosphate
N-hexane
40
3.2.2 Alat
A. Alat Penelitian
Labu leher 3
Thermometer
Heater
Pompa vacuum
Alat penyaringan
Timbangan analitik
Kertas saring
B. Alat Analisa
lovibond-tintometer model E
Tabung reaksi
Erlenmeyer
A. Tahap Persiapan
Kalibrasi Alat
Alat-alat yang perlu dikalibrasi meliputi semua alat yang digunakan untuk
pengukuran. Hal ini dilakukan agar pengukuran tepat dan sesuai dengan kondisi
aktual yang ada.
CPO (crude palm oil) didapat dari pabrik minyak goreng dari sebuah
perusahaan minyak goreng terkemuka di daerah Jakarta Utara.
41
B. Tahap Pemucatan
A. Variabel Bebas
B. Variabel Terikat
42
3.4 Metode Analisa
a. Prinsip
b. Ruang lingkup
Metode ini dapat di gunakan untuk Vegetable Fats dan Oils yang
mempunyai penampakan jernih
c. Peralatan
1. Lovibind tintometer
2. Cuvette 1”
d. Cara kerja
e. Penulisan hasil
1. Tulis hasil dalam red (R) dan yellow (Y) warna standar yang di
peroleh
2. Contoh : 1.3 R,13 Y
43
B. Analisa Break Test
a. Prinsip
b. Ruang lingkup
Metode ini digunakan untuk pengujian PTPO (Pre Treated Palm Oil)
c. Peralatan
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung reaksi dan tutup
3. Gelas ukur 10 ml
d. Pereaksi
1. H3PO4 (Asam Phosphate) 85%
e. Cara kerja
1. Masukan 5 ml sampel PTPO (Pre Treated Palm Oil) dan 5 ml H3PO4
85 % (1:1) ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan gelas ukur
10 ml
2. Tutup tabung reaksi dengan penutup dan kocok selama 1
menit/sampai keduanya homogeny
3. Letakan tabung reaksi pad arak, dan diamkan selama 15
menit,kemudian amati perubahan yang terjadi (H3PO4 dan sampe akan
terpisah)
44
3.5 Diagram Alir
CPO
(100gram)
Pengambilan sampel
PTPO(Pre Treated Palm oil)
Analisa warna
Analis Breaktest Uji PTPO (Pre Treated Palm oil)
dengan Lovibond
45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel
konsentrasi A B C
R Y B R Y B R Y B
1.0 % 17.0 13 - 17.5 13 - 17.8 13 -
1.1 % 16.8 13 - 17.2 13 - 17.7 13 -
1.2 % 16.0 14 - 17.3 13 - 17.6 13 -
1.3 % 15.9 14 - 17.1 13 - 17.5 13 -
1.4 % 15.7 10 - 17.0 10 - 17.3 10 -
Dari tabel 4.1 menyatakan warna (R) paling bagus di dapat dengan
menggunakan bleaching earth 1.4% pada sampel CPO A.
46
4.2 Pembahasan
17.5
17
1%
Warna (R)
16.5 1,1%
1,2%
16
1,3%
15.5 1,4%
15
14.5
Sampel A Sampel B Sampel C
Dari gambar 4.1 terlihat bahwa Kondisi Optimum Pemucatan CPO adalah pada
Konsentrasi 1.2 %.ini terlihat dari perubahan warna yang drastis pada konsentrasi 1.2 %.
47
Hubungan Warna (R) PTO Dengan Konsentrasi Adsorben Pada
CPO A
17.2
17
16.8
16.6
warna (R)
16.4
16.2 Y-Values
16 Linear (Y-Values)
15.8
15.6 y = -0.35x + 17.33
R² = 0.9088
15.4
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi Adsorben
Gambar 4. 2 Hubungan Warna (R) PTO Dengan Konsentrasi Adsorben Pada CPO A
17.3
17.2 Y-Values
Gambar 4. 3 Hubungan Warna (R) PTO Dengan Konsentrasi Adsorben Pada CPO B
48
Hubungan Warna (R) PTO Dengan Konsentrasi Adsorben Pada
CPO C
17.9
17.8
17.7
warna (R)
17.6
17.5 Y-Values
17.2
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi Adsorben
Gambar 4. 4 Hubungan Warna (R) PTO Dengan Konsentrasi Adsorben Pada CPO C
Dari gambar 4.4 di dapat persamaan y = -0.12x + 17.94 dan R² = 0.973 pada
CPO C. yang artinya Konsentrasi Adsorben berpengaruh pada Warna PTPO yang
di hasilkan sebesar 97.30 %.
Dari data data hasil analisa di atas dapat di ketahui bahwa konsentrasi Adsorben
yang di tambahkan pada saat proses bleaching sangat berpengaruh terhadap warna PTPO
yang di hasilkan,semakin tinggi konsentrasi adsorben yang kita tambahkan maka semakin
baik warna yang di hasilkan,semakin rendah warna (R) PTPO maka akan semakin
bagus.selain dari konsentrasi Adsorben Kualitas CPO juga sangat berpengaruh terhadap
Warna PTPO.semakin bagus kualitas CPO maka konsentrasi adsorben yang di butuhkan
akan semakin sedikit sehinng dapat mengurangi biaya produksi.
49
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran dari kami adalah ketika kita hendak melakukan pemucatan CPO kita
harus mengetahui kualitas CPO itu sendiri,Jika kita menggunakan CPO dengan
kualitas yang bagus maka kita hanya perlu menambahkan adsorben dengan
konsentrasi yang sedikit sehingga skan lebih efektif dan efisian pada proses
produksi dan dapat mengurangi biaya produksi juga
50
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, W. Y., 2007. Aplikasi Statistik Kendali Mutu pada Proses Pengukuran
Kadar Air dalam Tembakau. UNS, Semarang.
Badan Standarisasi Nasional, 2006. SNI Crude Palm Oil, Jakarta.
BPLG-Badan Pusat Lingkungan Geologi. 2009. Standar Operating Procedure (SOP) :
Analisis Tingkat Kecerahan Warna dengan Nanocolor Filterfotometer Merk
Nanocolor 25. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral - RI, Bandung.
Fauzi, Y., 2003. Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil & Limbah,
Analisis Limbah & Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kumar, K.V., Subanandan, K., Ramamurthi, V., Sivanesan, S. 2004 Solid Liquid
Adsorption for Wastewater Treatment: Principle Design and Operation.
Department of Chemical Engineering, A.C. College of Technology, Anna
University, India.
Komaladewi, R. 2008. Pengaruh Aktivasi Arang Tempurung Kelapa dengan Seng
Klorida dan Uap Air Terhadap Bilangan Iodin dan Luas Permukaan. Universitas
Padjadjaran, Bandung
Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. UGM-Press, Yogyakarta.
Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun, 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. UGM-Press, Yogyakarta.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.Penebar Swadaya, Jakarta. Edisi V :
11 – 30.
Pasaribu, N., 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. USU, Medan. diunduh dari
http://library-usu@ac.id.html.
Prawira, M.H. 2008. Penurunan Kadar Minyak pada Limbah Cair dalam Reaktor Pemisah
Minyak dengan Media Adsorben Karbon Aktif danZeolit. Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Ritonga, Yusuf, M., 1999, Pengaruh Suhu Pemanasan Minyak Kelapa Sawit,
Fakultas Teknik USU, Medan.
Sahertian, D.E., 2012, Kajian Karotenoid, Vitamin A, dan Stabilitas Ekstrak Karotenoid
Serabut Buah Kelapa Sawit (Elaesis guineensis) Segar dan Pasca Perebusan,
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
51
Serlahwaty, D., 2007, Kajian Isolasi Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar dengan Metode
Adsorbsi Menggunakan Penjerap Bahan
Pemucat, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Sukamto, 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Yamliha, A., Bambang D.A., Wahyunanto A.N., 2013, Pengaruh Ukuran Zeolite terhadap
Penyerapan Karbondioksida (CO2) pada Aliran Biogas, Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis, (1)2.
52
LAMPIRAN
Lampiran 3 Bentonite
Lampiran 4 Bleaching Earth Reaktifasi