Materi Shear Wall PDF
Materi Shear Wall PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana
beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini
dibangun diantara baris kolom.
3 Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti
pusat dalam gedung yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding
yang terletak dikawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap
menjadi pilihan paling ekonomis.
4
Gambar 2.1 Bearing walls (a), Frame wall (b), Core walls (c)
5
rangka-dinding geser (dual system). Kerja sama antara sistem rangka penahan
momen dan dinding geser merupakan suatu keadaan khusus, dimana dua struktur
yang berbeda sifat dan perilakunya digabungkan sehingga diperoleh struktur yang
lebih ekonomis. Kerja sama ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam sistem
struktur berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 3.49-52 yaitu:
a. Sistem ganda yaitu sistem struktur yang merupakan gabungan dari sistem
rangka pemikul momen dengan dinding geser atau bresing. Rangka pemikul
momen sekurang-kurangnya mampu menahan 25% dari gaya lateral dan
sisanya ditahan oleh dinding geser. Nilai koefisien modifikasi respons (R)
yang direkomendasikan untuk sistem ganda dengan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK) adalah 7.
b. Sistem interaksi dinding geser dan rangka yaitu sistem struktur yang
merupakan gabungan dari sistem rangka beton bertulang dan dinding geser
biasa. Nilai R yang direkomendasikan untuk sistem interaksi dinding geser
dan rangka adalah 4,5.
c. Sistem rangka gedung yaitu sistem struktur yang memiliki rangka ruang
pemikul beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, gaya lateral akibat
gempa yang terjadi dipikul oleh dinding geser atau rangka bresing.
2.3 Perilaku Struktur Rangka Kaku, Dinding Geser, dan Struktur Rangka-
Dinding Geser (Dual System)
2.3.1 Perilaku Struktur Rangka Kaku (Rigid Frame)
Sistem rangka kaku atau rigid frame biasanya berbentuk rangka segi
empat teratur yang terdiri dari balok horizontal dan kolom vertikal yang terhubung
pada suatu bidang secara kaku (rigid), sehingga pertemuan antara kolom dan
balok dapat menahan momen. Pada dasarnya rangka kaku akan ekonomis
digunakan sampai 30 lantai untuk rangka baja dan sampai 20 lantai untuk rangka
beton bertulang (Schueller, 1989). Karena sifat hubungan yang kontinuitas antara
kolom dan balok, maka mekanisme rangka kaku dalam menahan beban lateral
merupakan suatu respons bersama dari balok dan kolom, terutama respons melalui
lentur dari kedua jenis elemen tersebut, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.2.
6
Gambar 2.2 Respons lenturan balok dan kolom
Sumber: Schueller (1989)
Schueller (1989) menjelaskan bahwa lendutan lateral yang terjadi pada balok dan
kolom pada struktur rangka kaku disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. Lendutan disebabkan oleh lentur kantilever
Lenturan ini dikenal sebagai chord drift, yaitu dimana saat menahan momen
guling (overturning moment) akibat beban lateral, struktur rangka beraksi
sebagai suatu balok kantilever vertikal yang melentur dalam bentuk deformasi
aksial dari kolom-kolom penyusunnya. Lentur kantilever ini kira-kira
menyumbangkan 20% dari total simpangan struktur.
b. Deflaksi karena lentur balok dan kolom
Perilaku struktur akibat lentur balok dan kolom dikenal sebagai shear lag
atau frame wracking. Adanya gaya geser yang terjadi pada kolom dan balok
akan menimbulkan momen lentur pada kedua elemen tersebut. Lenturan pada
kolom dan balok menyebabkan terjadi distorsi secara keseluruhan pada
rangka gedung. Tipe deformasi ini menyebabkan ± 80% dari total simpangan
struktur yang terdiri dari 65% akibat lenturan balok dan 15% akibat lenturan
kolom.
7
Pada Gambar 2.3 menunjukkan suatu struktur rangka kaku yang menerima gaya
lateral akan mengalami simpangan ke arah beban yang bekerja (Gambar 2.3c),
yang merupakan kombinasi simpangan yang diakibatkan oleh lentur kantilever
(Gambar 2.3a) sebesar 20% dari total keseluruhan simpangan dan lentur balok dan
kolom (Gambar 2.3b) sebesar 80% dari total keseluruhan simpangan (Schueller,
1989).
8
rangka kaku dengan dinding geser (dual system). Pada struktur kombinasi ini,
dinding geser dan kolom-kolom struktur akan dihubungkan secara kaku (rigid)
oleh balok-balok pada setiap lantai bangunan. Dengan adanya hubungan yang
rigid antara kolom, balok, dan dinding geser akan memungkinkan terjadinya
interaksi antara struktur rangka dan dinding geser secara menyeluruh pada
bangunan, dimana struktur rangka dan dinding geser akan bekerja bersama-sama
dalam menahan beban yang bekerja baik itu beban gravitasi maupun beban lateral.
Selain itu, dengan menggunakan sistem ganda ini, maka simpangan lateral akan
jauh berkurang seiring dengan peningkatan jumlah lantai struktur. Semakin tinggi
suatu struktur gedung, semakin kecil simpangan yang terjadi. Besarnya simpangan
keseluruhan yang terjadi pada sistem rangka kaku-dinding geser diperoleh dengan
cara menggabungkan perilaku kedua elemen tersebut seperti yang terdapat pada
gambar 2.6.
9
Interaksi antara struktur rangka kaku dan dinding geser diperoleh dengan
membuat superposisi mode s defleksi terpisah yang menghasilkan kurva S
datar. Perbedaan sifat defleksi antara dinding geser dan rangka kaku
menyebabkan dinding geser menahan simpangan rangka kaku pada bagian
bawah, sedangkan rangka kaku akan menahan simpangan dinding geser pada
bagian atas. Dengan demikian, geser akibat gaya lateral akan dipikul oleh
rangka pada bagian atas bangunan dan dipikul oleh dinding geser dibagian
bawah bangunan.
2.5.1 Balok
10
gempa dan diproporsikan terutama untuk menahan lentur. Komponen struktur
rangka ini juga harus memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut.
1. Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur, Pu, tidak boleh melebihi
Agf’c/10.
2. Bentang bersih untuk komponen struktur, ln, tidak boleh kurang dari empat
kali tinggi efektifnya.
3. Lebar komponen, bw, tidak boleh kurang dari yang lebih kecil dari 0,3h dan
250 mm.
4. Lebar komponen struktur, bw, tidak boleh melebihi lebar komponen struktur
penumpu, c2, ditambah suatu jarak pada masing-masing sisi komponen
struktur penumpu yang sama dengan yang lebih kecil dari (a) dan (b):
(a) Lebar komponen struktur penumpu, c2, dan
(b) 0,75 kali dimensi keseluruhan komponen struktur penumpu, c1.
2.5.2 Kolom
1. Persyaratan dari sub pasal ini berlaku untuk komponen struktur rangka momen
khusus yang membentuk bagian sistem penahan gaya gempa dan yang
menahan gaya tekan aksial terfaktor Pu akibat sebarang kombinasi beban yang
melebihi Agf’c/10 .
2. Dimensi penampang terpendek, diukur pada garis lurus yang melalui pusat
geometri, tidak boleh kurang dari 300 mm.
3. Rasio dimensi penampang terpendek terhadap dimensi tegak lurus tidak boleh
kurang dari 0,4.
4. Luas tulangan memanjang, Ast, tidak boleh kurang dari 0,01Ag atau lebih dari
0,06Ag.
5. Pada kolom dengan sengkang bulat, jumlah tulangan longitudinal minimum
harus 6.
6. Spasi tulangan transversal sepanjang lo tidak lebih daripada:
a. Seperempat dimensi terkecil komponen struktur 0.25C2
11
b. Enam kali diameter tulangan longitudinal,.
c. So yang dihitung dengan:
350-hx
So = 100 +
3
d. Nilai so dari persamaan di atas tidak boleh lebih besar dari 150 mm dan
tidak perlu lebih kecil dari 100 mm.
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
tersebut (PPPURG, 1987). Beban gempa dapat dihitung dengan metode statik
(Statik Ekivalen dan Autoload) dan metode dinamis (respons spectrum dan time
history). Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.9.4.1, kombinasi respons untuk
geser dasar ragam (Vt) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung (V)
menggunakan prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan
0,85 . Berdasarkan ketentuan tersebut maka perhitungan gaya gempa dengan
menggunakan metode dinamis bisa digunakan jika gaya geser dasar dengan
metode dinamis kurang dari 85 % gaya geser dasar dasar dengan metode statik.
12
2.7.1 Menentukan Spektral Percepatan (Ss dan S1)
13
struktur bangunan yang bersebelahan, maka struktur bangunan yang bersebelahan
tersebut harus didesain sesuai dengan kategori risiko IV.
Ta = C t h nx
Keterangan:
hn adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur, dan koefisien Ct dan x ditentukan dari Tabel 15 SNI-1726-2012
Ta = 0,1 N
Keterangan :
N = jumlah tingkat
Periode fundamental pendekatan, Ta, dalam detik untuk struktur dinding geser
batu bata atau beton diijinkan untuk ditentukan dari persamaan sebagai berikut:
0,0062
Ta = hn
Cw
14
dimana hn didefinisikan dalam teks terdahulu dan C w dihitung dari Persamaan
sebagai berikut:
2
100 x hn Ai
Cw =
AB i 1 hi
2
h
1 0,83 i
Di
Keterangan:
At = luas badan dinding geser "i" dinyatakan dalam meter persegi (m2)
x = jumlah dinding geser dalam bangunan yang efektif dalam menahan gaya
lateral dalam arah yang ditinjau.
15
Beban gempa akan didefinisakan untuk arah x dan arah y. Untuk gempa arah x
pada Load Patterns Name diberi nama Gempa X. Pada Type dipilih Quake.
Kemudian pada Auto Lateral Load Patterns ada beberapa peraturan mengenai
beban gempa, disini dipilih IBC 2009. Untuk mendefinisikan gempa arah y Load
Patterns Name diganti dengan Gempa Y. Setelah itu pilih Modify Lateral Load
Patterns.
1. Pada Load Direction dipilih Global X Direction untuk arah x dan Global Y
Direction untuk arah y.
2. Pada Seismic Coefficients dipilih User Specified, kemudian isikan nilai Ss,
S1 dan kelas situs lokasi bangunan. Misalkan bangunan berlokasi di Kota
Denpasar dengan kondisi tanah keras maka Ss = 0,978, S1 = 0,358 dan
kelas situs C.
3. Pada Time Period dipilih User Defined, kemudian isikan nilai periode
fundamental alami struktur (T). Misalkan bangunan terdiri dari 7 tingkat
dan sistem penahan gaya gempa terdiri dari rangka pemikul momen
khusus keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m maka dapat
dihitung dengan periode fundamental pendekatan (Ta).
Ta = 0,1.N = 0,1.7 = 0,7
16
4. Pada Factors isikan nilai faktor koefesien modifikasi respon (R),
pembesaran defleksi (Cd) , faktor kuat lebih sistem (Ωo) dan factor
keutamaan bangunan (Ie). Misalkan bangunan berfungsi sebagai
perkantoran dan sistem penahan gaya seismik berupa rangka pemikul
momen khusus (SRPMK) maka Ie = 1, R = 8, Ωo = 3 dan Cd = 5,5.
17
Define < Mass Source
Dalam SAP 2000 terdapat dua pilihan definisi sumber massa struktur antara lain :
Pilihan ketiga merupakan gabungan kedua metode tersebut. Massa dari Element
adalah massa yang berasal dari semua elemen yang ada pada model struktur
(seperti balok, kolom, pelat dan shear wall) yang akan dihitung berdasar data
berat jenis material terkait. Additional Masses adalah massa yang berasal dari
massa tambahan, bias berupa joint mass (massa pada nodal), line mass (pada
frame/batang), atau area mass (pada elemen area / luasan).Massa yang berasal
dari Loads akan ditentukan dari beban tambahan yang bukan merupakan elemen
model (element), missal beban finishing lantai dan beban hidup pelat. Untuk
beban selain beban mati, pembatasan definisi tersebut cukup jelas, karena pasti
akan termasuk dalam tipe Loads. Sedangkan untuk beban mati, perlu diwaspadai
kemungkinan overlap atau tumpang tindih antara beban berat sendiri (self weight)
dengan beban mati tambahan (superimposed dead load).
Suatu contoh struktur dimana beban mati didefinisikan pada load case
DEAD. Pada tipe beban ini, berat sendiri elemen telah dihitung dengan aktivasi
self weight multiplier. Untuk beban mati tambahan berupa finishing pelat lantai
(beban luasan) juga termasuk dalam tipe beban DEAD tersebut. Sekarang akan
dijabarkan beberapa alternative pemilihan mass source dan hasilnya (tinjauan
untuk beban mati / DEAD saja).
18
1. From Element and Additional Masses
Massa dari berat sendiri masuk pada element (tidak ada additional mass),
namun massa dari beban mati tambahan tidak terhitung karena berupa
beban (load). Jadi massa terlalu kecil.
2. From Loads
Bila dipilih option ini maka massa yang terhitung adalah dari beban mati
tambahan (load), dan juga termasuk dari berat sendiri (karena pada beban
DEAD sudah termasuk self weight).
3. From Element and Additional Masses and Loads
Pada pilihan ini, maka massa dari berat sendiri struktur masuk pada
element, beban mati tambahan masuk pada loads, namun perhatikan juga karena
beban DEAD juga sudah mengandung self weight, maka berat sendiri juga akan
masuk pada loads sehingga akan terhitung ganda. Jadi massa terlalu besar.
Dengan demikian untuk contoh ini (beban mati tambahan menjadi satu
dengan berat sendiri dalam load case DEAD), maka dipilih metode kedua yaitu
cukup dari Loads saja.
Harap diperhatikan jika pemodelannya lain maka pilihan metode bisa saja
berubah. Misalnya model dengan pemisahan beban mati, untuk beban mati dari
berat sendiri diberikan pada load case D1 dan D2 untuk beban mati tambahan.
Dalam hal ini yang dipilih adalah metode ketiga (From Element and Additional
Masses and Loads) dengan loads didefenisikan dari D2 saja (D1 masuk dalam
element).
19
(From Element and Additional Mass), agar massa balok dan kolom masuk pada
element dan massa pelat dan beban tambahan masuk pada additional masses
(lewat joint mass). Pada intinya, pemilihan sumber massa harus sesuai dengan
pemodelannya, tidak ada yang kurang (terlalu kecil) atau terhitung ganda (terlalu
besar). Kembali pada contoh model :
Massa struktur dianggap berasal dari beban mati total (pengali = 1) dan beban
hidup efektif sebesar sekitar 30% (pengali = 0,3).
20
2.8 Metode Response Spectrum
Input data untuk grafik response spectrum bisa dilakukan dengan dua
macam cara, yaitu (a) memasukkan input data absis dan ordinat grafik secara
langsung pada input SAP 2000, (b) import data input dari luar, missal dari file
teks berisi koordinat grafik yang dibuat sebelumnya. Sebelum melakukan input
data kita harus membuat suatu spektrum respon desain. Spektrum respon desain
merupakan suatu grafik hubungan antara periode T (detik) dan percepatan respon
spektra Sa (g).
21
1. Untuk perioda yang lebih kecil dari To, spektrum respons percepatan
desain Sa harus diambil dari persamaan :
= (0,4 + 0,6 )
2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan dan lebih kecil dari
atau sama dengan , spektrum respons percepatan desain , sama dengan
.
3. Untuk perioda lebih besar dari , spektrum respons percepatan desain ,
diambil berdasarkan persamaan :
=
Keterangan
= parameter respons spektral percepatan desain pada periode pendek
= parameter respons spektral percepatan desain pada periode 1 detik
= perioda getar fundamental struktur
= 0,2
22
Gambar 2.12 Copy dan Paste Data ke Editor Teks
Berbeda dengan input analisis statik, yang dimasukkan lewat load patern,
pada input respon spectrum input dimasukkan lewat function.
Pada Choose Function Type to Add pilih From File (Karena akan mengambil /
impor data dari luar). Kemudian klik tombol Add New Function.
23
Gambar 2.14 Input Data Response Spectrum dari Sumber Luar
Pada kotak input yang muncul, klik tombol Browse di bawah nama fungsi.
Selanjutnya cari dan pilih file teks input koordinat grafik response spectrum yang
telah dibuat sebelumnya. Ganti pilihan Files of type menjadi Text Files (*.txt) bila
belum nampak, setelah file terpilih lalu klik Open.
24
3. Klik Display Graph
Pada kotak bagian Function Graph akan tertampil grafik response spectrum
sesuai yang didefinisikan. Harap diperiksa pula untuk nilai – nilai pada grafik
tersebut, yang termudah adalah dengan menempatkan kursor di dekat sisi puncak,
maka nilai ordinat yang terbaca pada box di samping tombol Display Graph harus
sesuai dengan nilai percepatan respon spektra Sa puncak yang dihitung
sebelumnya.
Perlu diperhatikan pula bahwa karena input dilakukan lewat impor file teks dari
luar, maka input function tersebut menjadi tergantung pada file teksnya. Sehingga
file teks asal input harus senantiasa ada bersama dengan file input SAP 2000.
Untuk keperluan pemindahan data, hal ini menjadi tidak praktis karena bila file
teks tersebut tidak ikut terbawa maka analisis response spectrum tidak akan bisa
berjalan. Guna mengatasi hal tersebut, sebagai langkah terakhir data akan diubah
25
menjadi bagian integral input SAP 2000, dengan cara klik pada tombol Convert to
User Defined. Dengan format ini, maka input sudah menjadi satu kesatuan dalam
file SAP 2000 (walaupun jika dikehendaki perubahan harus mengganti manual,
atau bias impor ulang dengan function baru).
Klik OK lalu OK lagi untuk menyelesaikan input data grafik response spectrum.
Pada analisis statik, setelah tipe beban didefenisikan lewat load patterns,
maka beban statik selanjutnya diaplikasikan pada struktur lewat assignment joint
atau frame load. Sedangkan pada beban response spectrum, setelah selesai diinput
lewat Function, maka pembebanan pada struktur dikakukan lewat load case.
26
Define > Load Cases
Perhatikan pula bahwa secara default, Load Case juga akan dibuat secara
otomatis untuk Load Case beban statik (DEAD, LIVE, dst), sedangkan untuk tipe
beban berupa function perlu ditambahkan sendiri dengan cara klik tombol Add
New Case. Seperti pada analisis statik ekuivalen, beban gempa response spectrum
akan diberikan di kedua arah sumbu utama gedung (X dan Y) secara individual
yang selanjutnya digabung dalam kombinasi pembebanan berikutnya.
27
1. Pada Load Case Name beri nama misal “RS-X”.
2. Pilih Response Spectrum pada Load Case Type
3. Pada bagian Loads Applied :
Load Type : pilih U1
Function : pilih yang sesuai yang telah didefenisikan sebelumnya
Scale Factor : isikan 2180
Input respon spektrum diberikan nilai pengali sebesar I / R dengan I adalah
Faktor Keutamaan dan R adalah Faktor Reduksi Gempa. Karena input
nilai C pada respon spectrum dinyatakan dalam gravitasi bumi (g), maka
untuk input juga akan ditambahkan faktor pengali sebesar g = 9,81 m /
. Nilai faktor pengali juga berhubungan dengan satuan yang
digunakan pada SAP 2000. Jika pada SAP 2000 digunakan satuan
N,mm,C maka faktor pengali menjadi g = 9810 mm / .
Misal nilai I = 1 , R = 8 (untuk rangka beton pemikul momen khusus) dan
satuan pada SAP 2000 digunakan satuan N,mm,C maka nilai faktor
pengali = x 9810 =1226,25.
28
Gambar 2.20 Analysis Case Gempa Response Spectrum Arah-Y
Analisis modal diperlukan untuk penentuan mode atau ragam vibrasi, juga
untuk mengetahui waktu getar fundamental alami struktur. Secara default setiap
membuat file baru sudah tersedia tipe analisis modal, sehingga hanya diperlukan
editing saja.
29
Pilih Modal pada Load Case lalu klik tombol Modify/Show Load Case
30
2.8.4 Penentuan Massa Struktur
31
2.9 Batasan Simpangan Antar Tingkat
Penentuan simpangan antar tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai
perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau.
Simpangan antar tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai
tingkat ijin (∆a) seperti yang ditentukan pada SNI 03-1726-2012 tabel 16 untuk
semua tingkat. Tabel simpangan antar lantai tingkat ijin (∆a) dapat dilihat pada
Gambar 2.24.
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 ( A atau R)
3. 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D +1,0W + L + 0,5(Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0Ex + 0,3 Ey + L
6. 1,2D + 1,0Ey + 0,3 Ex + L
7. 0,9D + 1,0W
8. 0,9D + 1,0 Ex + 0,3 Ey
9. 0,9D + 1,0Ey + 0,3 Ex
32
Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan
dengan nilai faktor bean yang sama dengan faktor beban untuk beban mati D pada
kombinasi 1 hingga 6 dan 9.
Pengaruh paling menentukan dari beban – beban angin dan seismic harus ditinjau,
namun kedua beban terseut tidak perlu ditinjau secara simultan.
33