LP KDM Cairan
LP KDM Cairan
KEBUTUHAN CAIRAN
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yangtetap dalam merespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang terdiri
sendiri jarang terjadi dalam kelebihan dan kekurangan (Tarwoto dan wartonah.2005:29)
Seluruh cairan tubuh manusia didistribusikan diantara dua kompartemen utama yaitu
ekstraseluler dan intraseluler. Cairan ekstraseluler dikelompokkan lagi dalam dua
bentuk yaitu cairan interstisial dan cairan intravaskuler. Selain dua kelompok utama
diatas ada juga sejumlah kecil cairan yang disebut sebagai cairan transeluler.
Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga synovial, peritoneum, pericardium, dan
intraokuler serta cairan serebrospinal. Secara umum volume cairan transeluler sekitar 1-
2 liter.
Jumlah cairan tubuh pada individu dewasa dengan berat badan 70 kg adalah sekitar 42
kg (60% x 70 kg). proporsi cairan ini dapat berubah –ubah bergantung pada kondisi.
Beradasarkan usia , didapatkan bahwa kompartemen cairan berubah-ubah setiap saat.
Proporsi cairan berdasarkan usia
Bayi baru
jenis Usia 3 bulan dewasa lansia
lahir
Cairan
40% 40% 40% 27%
intraseluler
plasma 5% 5% 5% 7%
Cairan
Cairan
ekstraseluler 35% 25% 15% 18%
interstisial
Total cairan 80% 70% 60% 52%
c. Volume darah
Darah terdiri atas cairan ekstraseluler (cairan plasma) dan cairan intraseluler (cairan
dalam sel darah merah). Akan tetapi, darah dianggap sebagai kompartemen yang
terpisah karena terdapat dalam ruang tersendiri. Volume darah penting artinya bagi
sirkulasi cairan tubuh lainnya.
3) Osmosis adalah pergerakan cari solven (pelarut) murni (mis. Air) melintasi
membrane sel dari larutan berkonsentrasi rendah (encer) menuju larutan
berkonsentrasi tinggi (pekat).
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan penigkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal dilingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrim melalui kulit dan
pernapasan. Cairan yang keluar umumnya tidak dapat diobservasi sehingga disebut
kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss , IWL) besarnya IWL
pada setiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolism, dan usia.
Total asupan dan haluaran pada keadaan normal dan saat beraktivitas
I&O Normal Aktivitas
Asupan (I)
Cairan dari makanan 2100 ?
Cairan dari metabolism 200 200
Total 2300 ?
Haluaran (O)
Insensible water loss kulit 350 350
Insensible water loss paru 350 650
Keringat 100 5000
Feses 100 100
Urine 1400 500
total 2300 6600
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak adekuat atau tidak seimbang. Tubuh berusaha memecah simpanan
protein dengan terlebih dahulu memecah simapanan glikogen dan lemak.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami penignkatan metabolsime seluler, penignkatan konsentrasi glukosa
darah dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat meyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari
sel/jaringan yang rusak (mis. Luka robek atau luka bakar).
Standar urin normal
usia Volume urine (ml/kg BB/hari)
BBL 10-90
Bayi 80-90
Anak-anak 50
Remaja 40
dewasa 30
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system kebutuhan cairan
a. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler
(CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada
hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi
jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus, serta pelepasan
hormone ADH DAN aldosteron. Hipovolemia yang berlangsung lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, denyut jantung meningkat.
b. Hipervolemia
Adalah penambahan atau kelebihan volume CES yang dapat terjadi pada saat
keadaan berikut ini :
Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi matrium dan air.
Kelebihan pemberian cairan.
Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
Gejala : sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites,
edema, adanya ronkhi, kulit lembap, distensi vena leher, dan irama gallop.
c. Edema
Edema adalah kelebihan cairan dalam ruang interstisial yang terlokalisasi.
Edema dapat terjadi karena hal-hal berikut ini :
Meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler akibat penambahan volume darah.
Peningkatan permeabilitas kapiler seperti pada luka bakar dan infeksi .
Penurunan tekanan plasma onkotik, penurunan tekanan onkotikkarena kadar
protein plasma rendah seperti karena malnutrisi, penyakit ginjal, dan penyakit
hati.
Bendungan aliran limfe mengakibatkan aliran terhambat sehingga cairan masuk
kembali ke kompartemen vaskuler.
Gagal ginjal di mana pembuangan air yang tidak adekuat menimbulkan
penumpukan cairan dan reabsorbsi natrium yang berlebihan sehingga tertahan
pada intestisial.
b. Keadaan Umum
1) Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan,
2) Tingkat kesadaran
c. Pengukuran pemasukan cairan
1) Cairan oral ; NGT dan oral
2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Irigasi kateter atau NGT
e. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat antara intake dan output normalnya
sekitar ± 200 cc.
2.3 Perencanaan
2.3.1 Tujuan dan criteria hasil
tujuan yang diharapkan adalah mempertahankan adekuatnya kebutuhan cairan
yang ditandai :
a. pasien menunjukkan upanya untuk memenuhi kebutuhan cairan
b. berat badan stabil
c. mukosa mulut lembab
d. intake makanan dan cairan adekuat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
e. turgor kulit baik
f. tidak ada rasa haus yang berlebihan
g. output urin sesuai intake cairan
h. tidak ada edema atau dehidrasi
i. berat jenis urine dalam batas normal
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Banjarmasin, November 2016
(.........……………………….) (.....……………………………)