Metode Perkuatan Tanah Surface Reinforcement
Metode Perkuatan Tanah Surface Reinforcement
“SURFACE REINFORCEMENT”
Disusun Oleh :
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PERKUATAN TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK
1.1. Pendahuluan
Tanah lunak di defenisikan sebagai tanah lempung atau gambut dengan kuat geser
kurang dari 25 kN/m2 berdasarkan Panduan Geoteknik 1 No. Pt T-08-2002-B
(DPU),2002a). Jika menggunakan korelasi dari AASHTO M288-06 (CBR≈30 CU), maka
nilai kuat geser ini setara dengan nilai CBR lapangan kurang dari 1.
Timbunan yang dibangun di atas tanah lunak cenderung untuk menyebar secara
lateral akibat tekanan tanah horizontal yang bekerja di dalam timbunan. Tekanan tanah ini
menimbulkan tegangan geser horizontal pada dasar timbunan yang harus ditahan oleh
tanah pondasi. Apabila tanah pondasi tidak memiliki tahanan geser yang cukup, maka akan
terjadi keruntuhan.
1
Perkuatan timbunan yang dibangun di atas tanah lunak umumnya akan berada dalam dua
kondisi, yaitu:
A. Timbunan dibangun di atas deposit yang seragam
B. Timbunan dibangun di atas zona lemah local.
Aplikasi perkuatan timbunan yang paling umum untuk kondisi pertama adalah
timbunan jalan, tanggul, atau bendungan yang dibangun di atas lapisan lanau, lempung
atau gambut jenuh air yang sangat lunak (Lihat Gambar 1.1a). pada kondisi ini, arah
terkuat dari geosintetik biasanya ditempatkan tegak lurus terhadap garis tengah timbunan.
Perkuatan tambahan dengan arah terkuat yang ditempatkan sejajar dengan garis tengah
timbunan dapat juga dibutuhkan pada ujung timbunan.
Aplikasi kedua adalah konstruksi timbunan yang berada di atas tanah yang
mempunyai zona lemah lokal atau tanah berongga. Zona atau rongga ini dapat diakibatkan
oleh lubang amblasan (sink hole), aliran sungai tua, atau kantung lanau, lempung
atau gambut (lihat Gambar 1.1b). Untuk aplikasi ini, fungsi perkuatan adalah sebagai
jembatan di atas zona lemah lokal atau rongga, dan perkuatan tarik yang dibutuhkan dapat
lebih dari satu arah. Oleh karena itu, arah terkuat dari geosintetik harus ditempatkan
dengan arah yang benar terhadap garis tengah timbunan.
Perkuatan geotekstil atau geogrid dapat dipasang satu lapis atau lebih tergantung
besarnya gaya geser yang akan ditahan.
2
(a) Timbunan di Atas Tanah Lunak
3
Sebagian besar kondisi perkuatan timbunan, geotekstikl dan geogrid memiliki daya
tahan tinggi terhadap serangan kimiawi maupun biologis, sehingga kompatibilitas terhadap
kondisi kimiawi maupun biologi tidak perlu dipertimbangkan. Meskipun demikian, pada
kondisi pH tanah yang sangat rendah (pH < 3) atau sangat tinggi (pH > 9), serta lingkungan
kimia yang tidak umum (daerah industry, tambang atau tempat pembuangan limbah),
kompatibilitas kimiawi polimer di dalam geotekstil dan geogrid harus mampu menahan
kekuatan rencana setidaknya sampai tanah dasar cukup kuat menahan struktur tanpa
perkuatan.
4
Pada kedua kasus tersebut, diperlukan geosintetik dengan kekuatan tinggi dan
prosedur konstruksi khusus.
d. Jika terdapat kemungkinan terjadinya retak tarik pada timbunan atau munculnya
tingkat regangan yang tinggi selama konstruksi (contohnya pada timbunan tanah
kohesif), maka dibutuhkan kekuatan terhadap penyebaran lateral Tls pada kondisi
regangan sebesar 2%.
e. Persyaratan kekuatan geosintetik harus dievaluasi dan ditentukan untuk arah mesin dan
arah melintang mesin. Biasanya kekuatan jahitan menentukan persyaratan kekuatan
geosintetik dalam arah melintang mesin.
6
BAB II
JENIS-JENIS GEOTEKSTIL DAN GEOGRID
2.1 Geotekstil
Geotekstil merupakan salah satu bahan dari geosintetik yang paling luas
penggunaannya dalam bidang teknik sipil. Geotekstil sendiri adalah setiap bahan tekstil
yang umumnya lolos air yang dipasang bersama pondasi,tanah, batuan,atau material
geoteknik lainnya sebagai suatu kesatuan dari system struktur, atau suatu produk buatan
manusia.
7
konsolidasi yang tidak sama dari tanah subgrade, geotextile juga berfungsi sebagai
reinforcer. Contoh penggunaannya seperti pada Gambar 1.b
8
2.1.1.5 Pada Reklamasi Pengurugan Diatas Tanah Lunak
Reklamasi dengan cara pengurugan pada tanah lunak/rawa-rawa biasanya harus
dilakukan sepotong demi sepotong, dan tidak dapat sekaligus. Disamping itu, untuk
pekerjaan pengurugan diperlukan alat-alat berat. Problema yang timbul dengan tanah
lunak ialah bahwa alat-alat berat tersebut biasanya tidak dapat beroperasi di atas tanah
yang lunak dan berlumpur karena roda-roda kendaraan mudah ter "jeblos" dalam lumpur.
Disamping itu, pada pengurugan tanah sepotong demi sepotong biasanya sukar
dilaksanakan karena urugan tersebut mudah "ambles" kedalam tanah dasar akibat daya
dukung tanah dasar yang sangat kecil. Biasanya di tepi-tepi urugan, tanah dasar tersebul
keluar akibat adanya "bearing-capacity failure". Penghamparan lapisan geotextile di atas
tanah dasar umumnya menyebabkan alat-alat berat dapat berjalan di atasnya tanpa
terperosok. Selain itu sistem pengurugan juga dapat diatur sehingga tidak terjadi bearing
capacity failure sebagaimana terlihat pada gambar dibawah. Disini geotextile berfungsi
sebagai reinforcer dan separator.
9
geotextile sebagai pemisah memudahkan pengurugan embankment tersebut karena tidak
banyak material timbunan yang hilang karena masuk kedalam lapisan tanah dasar.
Sedangkan sebagai reinforcer, adanya geotextile juga meningkatkan daya dukung tanah
dasar sehingga timbunan dapat dibuat lebih tinggi. Embankment juga dapat diletakkan di
atas tiang-tiang pancang (atau sand column dan stone column). Fungsi geotextile adalah
untuk memindahkan beban timbunan keatas tiang-tiang pancang tersebut seperti terlihat
pada gambar berikut
10
Gambar a menunjukkan penggunaan geotextile di tepi lereng pantai. Batu-batu besar
berfungsi sebagai pemecah combak sehingga tidak menggerus pantai. Geotextile disini
berfungsi sebagai filter mencegah larinya partikel tanah dasar keluar kearah lapisan batuan
proteksi lereng pantai. Pada Gambar.b terlihat penggunaan geotextile pada tanggul
pemecah gelombang. Geotextile disini berfungsi sebagai filter dan separator. Ada kalanya
untuk menghindarkan erosi akibat gelombang dan aliran air yang cukup deras (pada
sungai-sungai misalnya) digunakan lapisan geotextile sebagai pembungkus beton tak
bertulang. Bahan geotextile dapat dirakit dan dijahit sesuai dengan design yang diinginkan
seperti terlihat pada Gambar.c.
11
Geotextile (Geotekstil) Woven adalah jenis Geotextile yang teranyam. Bahan dasar
pembuatannya biasanya Polypropilene (PP). Untuk mempermudah visualisasi, Geotextile
Woven ini mirip dengan karung beras (bukan yang dari bahan goni) tetapi berwarna hitam.
Fungsi Geotextile Woven adalah sebagai bahan stabilisasi tanah dasar (terutama
tanah dasar lunak), karena Geotextile jenis ini mempunyai Tensile Strength (kuat tarik)
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Geotextile Non Woven (sekitar 2 kali lipat untuk
gramasi atau berat per m2 yang sama).
Cara kerja Geotextile Woven adalah membrane effect, yang hanya mengandalkan
tensil strength, sehingga tidak mereduksi terjadinya penurunan setempat (differensial
settlement) akibat tanah dasar yang lunak atau jelek.
Beberapa merk Geotextile Woven lokal yang biasa digunakan di proyek
infrastruktur adalah : Multitex (seri M), HaTe Reinfox (seri HRX), G-Tex, GKTex.
12
Geotekstil Woven
13
bahan ini adalah dapat membuat air melewati geotekstil tetapi partikel tanah tertahan. Hal
ini dikarenakan geotekstil non woven memiliki sifat permeable (tembus air)
2.2 Geogrid
14
Adalah Geogrid yang mempunyai bentuk bukaan tunggal dalam satu segmen (ruas).
Berfungsi sebagai material perkuatan pada sistem konstruksi dinding penahan tanah
(Retaining Wall) dan perkuatan lereng (Slope reinforcement)
Geogrid Uniaxial
Geogrid Biaxial
2.2.1.2 Geogrid Triax
Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk segitiga. Fungsinya sama
dengan Biaxial sebagai material stabilisasi tanah dasar lunak, hanya saja performance nya
15
lebih baik. Hal ini disebabkan bentuk bukaan segitiga lebih kaku sehingga penyebaran
beban menjadi lebih merata.
Geogrid Triax
16
BAB III
METODE PEMASANGAN
18
19
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21