Infus KCL
Infus KCL
Oleh:
BAGIAN FARMASETIKA
2015
I. TUJUAN
- Mempelajari cara pembuatan sediaan steril volume besar beserta cara sterilisasinya.
- Mempelajari cara perhitungan isotonis.
- Membuat sediaan yang bebas dari pirogen.
II. PRAFORMULASI
Tinjauan Farmakologi
Efek Utama :
- Untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi kalium
- Sumber ion kalium
- Untuk pengobatan hipokalemia atau hipochloremic alkalis
- Untuk pengobatan keracunan digitalis
Efek Samping : Dosis berlebih dapat menyebabkan hiperkalemia khusunya pada
pasien gangguan ginjal. Gejala-gejalanya meliputi paraesthesia ekstremitas (bagian
kaki/tangan), kelelahan otot, paralisis, cardiac arythmias, heart block, cardiac
arrest, dan kebingungan. Dapat menyebabkan nyeri atau radang pembuluh darah
Kontaindikasi : Pasien dengan konsentrasi kalium plasma lebih dari 5 mmol/liter
KCL merupakan garam kalium yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan
karena hypochloramic alkalosis yang sering berhubungan dengan hipoglikemia dapat
diatasi dengan ion klorida dari senyawa ini (sweetman, 2002).
= 5.73 gram
2. Formulasi
R/ KCl 0.38%
Glukosa q.s.
HCl 0.1 N ad pH 5-6
Norit 0.1%
Aqua steril bebas pirogen ad 100 ml
IV. PELAKSANAAN
1. Penyiapan Alat
1.1 Alat yang digunakan
18 Hot plate 1 - - -
Direndam dalam tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan dididihkan selama 1
hari
Direndam dalam tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan dididihkan selama 1
hari
direndam dalam etanol 70% dan air (aa), dibilas, dan diulangi sampai larutan
jernih
Menyetarakan timbangan15
Disaring dengan kertas saring yang baru satu lapis, filtrat ditampung
V. HASIL PENGAMATAN
Sterilisasi akhir sediaan dengan autoklaf 115 ̊C selama 30 menit:
1. Waktu pemanasan = 16 menit
2. Waktu pengeluaran udara = 7 menit
3. Waktu menaik = 5 menit
4. waktu kesetimbangan = 10 menit
5. Waktu pembinasaan = 30 menit
6. Waktu tambahan jaminan sterilisasi = 5 menit
7. Waktu penurunan = 8 menit
8. Waktu pendinginan = 15 menit
Total waktu = 96 menit
Proses sterilisasi dimulai dari pukul 14.40 – 16.16 WIB
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan steril infus KCL 0,38% isotonis cum
glukosa sebanyak 100 ml. KCl merupakan senyawa yang digunakan untuk terapi kekurangan
Kalium (hipokalemia). Sediaan ini banyak digunakan karena hypochoraemic alkalosis yang
sering terjadi pada pasien kekurangan kalium (hypokalemia) dapat diatasi dengan ion klorida
dari sediaan ini. Bahan lain yang digunakan adalah glukosa yang berfungsi sebagai agen
tonisitas dan nutrisi parenteral dimana glukosa juga membantu memenuhi kebutuhan glukosa
darah untuk kemudian diubah menjadi energi. Sediaan steril infus KCl 0,38% harus memiliki
sifat isotonis yaitu konsentrasi larutan sama dengan konsentrasi sel darah merah sehingga
tidak terjadi pertukaran cairan antara di plasma dan sel darah. KCl dan glukosa yang
digunakan harus disetarakan dengan larutan NaCl 0,9%. Hal ini dilakukan untuk menghindari
larutan infus bersifat hipotonis ataupun hipertonis.
Dalam FI edisi III di nyatakan persyaratan infus Intravena, yaitu :
1. Sediaan steril berupa larutan atau emulsi.
2. Bebas pirogen.
3. Sedapat mungkin isotonis terhadap darah.
4. Volume netto / volume terukur tidak kurng dari nilai nominal
Salah satu syarat sediaan infus adalah harus bebas pirogen. untuk menghilangkan
pirogen digunakan norit. Norit merupakan salah satu karbon aktif (carboadsorben) yang
digunakan untuk menyerap pirogen yang ada pada sediaan yang kemungkinan terbawa oleh
partikel atau komponen bahan maupun alat yang digunakan. Bahan berupa carbon aktif harus
dipanaskan pada suhu 70O C - 80O C selama 10 menit untuk meningkatkan aktivitas atau
kemampuan mengadsorbsi pirogen. Namun norit tidak hanya menyerap pirogen namun juga
zat organik lainnya. Dalam sediaan ini zat organik tersebut adalah glukosa, untuk mengatasi
hal tersebut maka jumlah glukosa yang digunakan ditambahkan 35% dari berat norit, jadi
jumlah glukosa yang ditambahkan sama dengan jumlah yang diabdsorbsi oleh norit.
Sediaan infus yang dibuat harus bebas dari norit, untuk menghilangkan norit dilakukan
penyaringan sebanyak tiga kali. Penyaringan pertama dan kedua menggunakan kertas saring
rangkap dua dengan kertas saring yang sama, dan penyaringan ketiga dengan kertas saring
rangkap satu. Sediaan infus harus dipanaskan terlebih dahulu hingga suhunya 70O C - 80O C
lalu ditambahkan norit. Setelah itu dipanaskan lagi pada suhu yang sama selama 10 menit,
kemudian sediaan disaring, lalu filtrat dipanaskan lagi selama 10 menit kemudian disaring
kedua kali dengan kertas saring yang digunakan untuk penyaringan yang pertama. Hal ini
diharapkan bahwa sediaan akan semakin berkurang jumlah pirogennya karena dilewatkan
pada kertas saring yang mengandung norit dan untuk menahan norit yang mengadsorbsi
pirogen. Penyaringan ketiga menggunakan kertas saring satu lapis. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan norit total sehingga sediaan terbebas dari norit. Norit harus dihilangkan dari
sediaan infus karena ketika berada dalam sistemik akan menjadi toksik dan bersifat
karsinogenik (menyebabkan kanker).
Sediaan steril infus KCl yang dibuat mengggunakan pelarut aqua steril bebas pirogen.
Digunakan aqua steril bebas pirogen karena sediaan harus masuk sirkulasi sistemik sehingga
diharapkan tidak ada pirogen dalam sediaan atau jumlah pirogen dapat diminimalisir
mendekati nol.
Ada berbagai masalah dalam formylasi sediaan obat tetes mata Clorampenikol 0,5%,
adapun masalah sekaligus penyelesaiannya sebagai beriku :
= 5.73 gram
Sediaan steril yang telah dibuat dilakukan uji pH sebelum disterilisasi. Dengan
penambahan HCl 0,4 N sebanyak 20 tetes didapatkan pH sebesar 6. Hal ini sesuai dengan
rentang pH yang diharapkan, sebab bila pH sediaan terlalu basa, glukosa dalam sediaan dapat
menjadi karamel, dan jika pH terlalu asam, maka sediaan dapat meniritasi atau merusak sel
karena terjadi gangguan keseimbangan elektrolit.
Larutan glukosa intravena (terutama larutan hyperosmotic, yang juga memiliki pH
rendah) dapat menyebabkan nyeri lokal, iritasi vena, dan tromboflebitis, dan nekrosis jaringan
jika ekstravasasi terjadi. Beberapa di antaranya, reaksi mungkin terjadi karena adanya produk
degradasi setelah autoklaf atau teknik yang buruk dalam memberikan larutan. Infus intravena
dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk hipokalemia, hipomagnesemia,
dan hipofosfatemia. Tujuan utama dari pengaturan pH dalam sediaan infus ini adalah untuk
mempertinggi stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi utama obat, menghindari
kemungkinan terjadinya reaksi dari obat tersebut, sehingga obat tersebut memiliki aktivitas
dan potensi. Selain itu untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit ketika
disuntikkan. pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan pH yang
terlalu rendah akan mengganggu kenyamanan dalam penggunaan obat, yaitu sakit jika
disuntikkan.
Volume sediaan yang dibuat adalah 150 ml. Volume ini dilebihkan 50 ml sesuai
dengan persyartan pembuatan sediaan infus yaitu volume yang dibuat adalah volume yang
diinginkan ditambahkan 50 ml. Sementara volume yang dimasukkan kekemasan adalah 102
ml. Hal ini sesuai dengan persyaratan FI IV dimana untuk cairan encer dengan volume lebih
dari 50 ml ditambahkan 2% dari sediaan yang tertera pada etiket. Hal ini untuk memberi
toleransi kehilangan volume selama proses pemindahan sediaan kedalam kemasan.
Setelah sediaan dimasukkan kemasan yang berupa wadah berbahan kaca atau gelas
dengan penutup berbahan karet. Selanjutnya, dilakukan sterilisasi akhir menggunakan
autoklaf karea bahan obat atau bahan penyusun formula tidak tahan terhadapat sterilisasi pada
suhu tinggi menggunakan oven. Wadah/kemasan yang digunakan juga tahan terhadap
sterilisasi dengan autoklaf. Sterlisasi dilakukan pada suhu 115OC selama 30 menit. Sediaan
infus yang dibuat mengandung glukosa yang pdaa pemanasan lama akan terdegradasi menjadi
5-HMF (Hidroksi Metil Furfural). Berdasarkan (Sweetman:2009), larutan IV glukosa yang
mengandung alkohol 75% dapat disterilisasi pada suhu 115OC selama 45 menit dengan panas
basah (autoklaf) maka sterilisasi dilakukan dengan autoklaf suhu 115OC selama 30 menit.
Sediaan yang telah dibuat disterilisasi akhir dengan sterilisasi basah menggunakan
autoklaf pada suhu 115 ° C selama 30 menit. Metode ini mekanismenya dengan memaparkan
uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada objek, sehingga terjadi
pelepasan energi yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara irreversible akibat
denaturasi atau koagulasi protein sel. Waktu sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 0-115 ° C
disebut waktu pemanasan. Waktu pemanasan dibutuhkan waktu selama 28 menit, yaitu dari
pukul 14.30-14.58. Waktu pengeluaran udara 3 menit ditandai dengan adanya suara yang
dikeluarkan dari autoklaf, yaitu dari pukul 14.58 – 15.01 . Waktu menaik selama 17 menit,
yaitu dari pukul 15.01 – 15.18 . Dan waktu kesetimbangan 10 menit, yaitu dari 15.18 – 15.28.
Waktu pembinasaan selama 30 menit, yaitu dari pukul 15.28 – 15.58. Waktu tambahan
jaminan sterilisasi 5, yaitu dari 15.58 – 16.03. Waktu penurunan selama 2 menit, yaitu dari
pukul 16.03 – 16.05. Waktu pendinginan selama 12 menit, yaitu dari pukul 16.05 – 16.17.
Jadi total waktu yang dibutuhkan pada proses sterilisasi dengan autoklaf adalah selama 107
menit.
VII. KESIMPULAN
1. Sediaan Steril Infus KCl 0.38% diindikasikan untuk terapi kekurangan kalium atau
hipokalemia.
2. Sediaan steril infus KCl 0,38% harus memiliki sifat steril, isotonis, bebas pirogen dan
mikroorganisme, bening.
3. Sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir dengan metode sterilisasi basah suhu
115ºC selama 30 menit
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 4th ed. Jakarta: UI press.
Depkes R.I. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Fluid and Electrolyte Balance, 5th ed, 2012. United Kingdom.
Mark Graber. 2003. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Farmedia. p 95.
Reynolds, 1992. Martindale The Complete Drug Reference, 28th ed. The Pharmaceutical
Press, London.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients,
sixth. ed. Pharrmaceutical Press, London.
Sweetman, S., 2009. Martindale The Complete Drug Reference, 36th ed. Pharmaceutical
Press, Loncon.
Tannen RL. 1996. Potassium Disorders. In Kokko & Tannen: Fluids and Electrolytes. 3rd
Edition WB Saunders p 114.
Wirjoatmodjo, M, Rehidrasi. 1987. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi Kedua, ED Soeparman,
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal. 8 – 12.
LAMPIRAN
Penimbangan KCl
Pengukuran pH
Pemanasan campuran glukosa dan KCl pada suhu 80-90oC selama 10 menit
Penambahan Norit diatas cairan yang teah dipanaskan
Penyaringan cairan yang telah ditaburi Norit dengan menggunakan kertas saring
rangkap dua
Pemanasan filtrat penyaringan pertama
Cairan infus yang sudah disaring sebanyak tiga kali dimasukkan kedalam wadah
berbahan gelas dengan tutup yang berbahan karet kemudian disterilisasi dengan menggunakan
autoklaf pada suhu 115oC selama 30 menit
Hasil sediaan infus KCl 0,38% Isotonis cum Glucose