Antiphospholipid Syndrome
Antiphospholipid Syndrome
Oleh :
Pembimbing
PENDAHULUAN
SINDROMA ANTIFOSFOLIPID
A. Definisi
Sindroma antifosfolipid didiagnosis pada pasien dengan
thrombosis dan/atau morbiditas kehamilan tertentu yang memiliki antibodi
antifosfolipid persisten6.Antibodi ini dideteksi melalui metode
immunoassays menggunakan fosfolipid fase solid dan protein kofaktor
sebagai target antigen, atau dengan coagulation assays yang
mendemonstrasikan penghambatan rekasi koagulasi yang bergantung
fosfolipid1.
Tidak seperti namanya, antibodi antifosfolipid tidak langsung
menyerang fosfolipid, tetapi merupakan antibodi terhadap protein-protein
tertentu yang terikat pada fosfolipid. Target antigen yang dilaporkan pada
pasien dengan sindroma antifosfolipid adalah β2-Glikoprotein I,
protrombin, dan annexin V. Antigen lain yang juga thrombin, protein C,
protein S, trombomodulin, tissue plasminogen activator, kininogen,
prekalikrein, faktor VII/VIIA, faktor XI, faktor XII, komplemen C4,
heparin, dan LDL teroksidasi7.
B. Etiologi
D. Manifestasi Klinis
1. Sindroma tipe I
Thrombosis vena dalam dengan atau tanpa emboli paru
2. Sindroma tipe II
Thrombosis arteri koroner
Thrombosis arteri perifer
Thrombosis aorta
Thrombosis arteri karotis
3. Sindroma tipe III
Thrombosis arteri retina
Thrombosis vena retina
Thrombosis serebrovaskuler
Transcient cerebral ischemic attacks
4. Sindroma tipe IV
Campuran syndrome tipe I, II, dan III
5. Sindroma tipe V (Fetal wastage syndrome)
Trombosis vaskuler plasenta
Fetal wastage (sering pada trimester 1, dapat pada trimester 2
dan 3)
6. Sindroma tipe 6
Antibodi antifosfolipid tanpa manifestasi klinis
E. Pemeriksaan Penunjang12,13
1. IgG dan IgM antikardiolipin antibody
2. IgG dan IgM anti β2-Glikoprotein
3. Tes lupus antikoagulan
F. Kriteria Diagnostik
Kriteria klinis:
Thrombosis vaskular
1. Satu atau lebih episode thrombosis vena, arteri, atau pembuluh darah
kecil (selain thrombosis vena superfisial) di jaringan maupun organ.
Thrombosis harus dibuktikan dengan pemeriksaan pencitraan/Doppler
atau histopatologis (tanpa bukti adanya inflamasi pada dinding
pembuluh darah).
2. Morbiditas kehamilan
a. Satu atau lebih kematian fetus dengan morfologi normal pada
usia≤10 minggu kehamilan tanpa sebab yang dapat dijelaskan.
Morfologi fetus yang normal dikonfirmasi dengan pemeriksaan
ultrasonografi atau pemeriksaan fetus langsung, atau
b. Satu atau lebih kelahiran prematurpada neonatus dengan
morfologi normal sebelum usia 34 minggu karena: (1) eklampsia
atau preeklampsi, atau(2) insufisiensi plasenta, atau
c. Tigaatau lebih aborsi spontan konsekutif sebelum usia kehamilan
10 minggu tanpa adanya kelainan genetik, anatomi, maupun
penyebab hormonal.
Kriteria Laboratorium:
G. Diagnosis Banding3
1. ITP (Idiopatic Thrombocyitopenic Purpura), anemia hemolitik
autoimun
2. Kelainan autoimun sekunder:
a. SLE, arthritis rematoid
b. Induksi obat-obatan (drug induced), oleh prokainamid, hidralazin,
kuinidin, fenotiazin, penisilin
3. Keganasan hematologi (leukemia dan penyakit limfoproliferatif
lainnya)
4. Penyakit Infeksi:
a. Viral : CMV, Hepatitis C, HIV
b. Bakterial : S. hemolyticus, H.pylori, Ricketsia spp.
c. Parasit : malaria
5. Penyakit hati kronis/ Sirosis hati : alkoholik, hepatitis C
6. SIndrom hemolitik:
a. Inkompatibilitas ibu dan bayi (ABO, Rh, HLA)
b. Talasemia
H. Penatalaksanaan
1. Heparin
2. Warfarin
Pada umumnya, warfarin saja cukup untuk terapi thrombosis
vena.Meskipun demikian, penambahan aspirin atau dipiridamol pada
terapi warfarin dapat mencegah rekurensi thrombosis arteri.
3. Antiplatelet: aspirin, dipiridamol, klopidrogel
Klopidrogel diduga mempunyai peranan dalam terapi profilaksis
primer dan sekunder APS pada penderita alergi aspirin.
4. Hidroksiklorokuin
Data penelitian pemberian hidroksiklorokuin dalam pencegahan
tromboemboli pada APS masih terbatas.Hidroksiklorokuin lebih sering
digunakan pada penderita tanpa tromboemboli arterial.
Rekomendasi regimen antitrombotik pada thrombosis dengan
antibodi antifosfolipid10,11
1. Sindroma tipe I dan II
Heparin unfractioned/low molecular weight heparin jangka
pendek diikuti pemberian heparin subkutan jangka panjang.
Clopidrogel jangka panjang dapat dipertimbangkan sebagai
pengganti heparin unfractioned/low molecular weight
heparinbila tidak terjadi thrombus dalam 6-12 bulan atau
adanya efek samping osteoporosis karena heparin.
2. Sindroma tipe III
Serebrovaskuler: clopidrogel dengan heparin subkutan jangka
panjang. Setelah keadaan stabil dalam jangka panjng, heparin
dapat dihentikan, clopidrogel tetap diteruskan.
3. Sindroma tipe IV
Terapi tergantung jenis thrombosis.
4. Sindroma tipe V
Aspirin 81 mg/hari sebelum konsepsi diikuti heparin 5000 unit
setiap 12 jam segera setelah konsepsi.
5. Sindroma tipe VI
Tidak ada indikasi yang jelas untuk pemberian terapi
antitrombotik
First Event
Recurrent disease
Terapi profilaksis14