CRS Scba
CRS Scba
Oleh :
AULIA PRATIWI 1310311038
NADHILAH LAILANI 1310311003
VANDO VERNANDO S. 1310311160
Preseptor:
dr. Dwitya Elvira, Sp.PD
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Usaha untuk mencari faktor resiko pecahnya varises amat penting agar
dapat melakukan upaya pencegahan perdarahan dan pengobatan maksimal. Dan
mengingat bahwa angka kematian yang tinggi oleh karena pecahnya varises ini
maka diharapkan para dokter mempunyai pengetahuan mengenai patofisologi,
manifestasi klinis dan penatalaksanaan perdarahan saluran cerna bagian atas pada
varises esofagus.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
a. Bagi penulis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
3
2.1.3 Etiologi
Traumatik
Kelainan esofagus: varises, esofagitis, keganasan.
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain-lain.
Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),
purpura trombositopenia dan lain-lain.
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
4
varises kecil akan berkembang menjadi varises yang besar setiap tahun
sehingga akan berisiko terjadinya perdarahan.
2.2.3 Etiologi
5
perdarahan. Meskipun terbentuk, varises merupakan penyebab pada kurang
dari separuh episode hematemesis. Sisanya sebagian besar disebabkan oleh
pendarahan akibat gastritis, ulkus peptik, atau laserasi esofagus.
Faktor yang memicu ruptur varises belum jelas: erosi mukosa di atasnya
yang sudah menipis, meningkatnya tekanan pada vena yang secara progresif
mengalami dilatasi, dan muntah disertai peningkatan tekanan intraabdomen
mungkin berperan. Separuh pasien juga ditemukan mengidap karsinoma
haepato selular, yang mengisyaratkan bahwa penurunan progresif cadangan
fungsional hati akibat pertumbuhan tumor meningkatkan kemungkinan ruptur
varises. Setelah terjadi, perdarahan varises mereda secara spontan hanya pada
50% kasus.
- Klasifikasi Dagradi
6
Tingkat 5 : Mempunyai diameter lebih dari 5 mm, dengan jelas
sebagian besar atau seluruh esofagusnya terlihat penonjolan
serta berkelok-keloknya varises.
- Klasifikasi Omed
1. Besarnya
2. Bentuknya
7
digunakan meskipun sudah lebih baik daripada klasifikasi Dagradi atau Palmer &
Brick, karena dirasakan tidak praktis.
Manifestasi Klinis
Perdarahan dari varices biasanya parah/berat dan bila tanpa perawatan
segera, dapat menjadi fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices termasuk
muntah darah (muntahan dapat berupa darah merah bercampur dengan
gumpalan-gumpalan atau "coffee grounds" dalam penampilannya, yang
disebabkan oleh efek dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang
hitam dan bersifat ter disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam darah
ketika ia melewati usus (melena), dan kepeningan orthostatic (orthostatic
dizziness) disebabkan oleh suatu kemerosotan dalam tekanan darah terutama
ketika berdiri dari suatu posisi berbaring. Gejala lain yang termasuk adalah
gejala penyakit hati kronis, yaitu :
a. Keluhan sekarang :
Anoreksia
Penurunan berat badan, biasa terjadi pada penyakit hati akut dan
kronis, terutama karena anoreksia dan berkurangnya asupan
makanan, dan juga hilangnya massa otot dan jaringan adiposa
merupakan fitur mencolok pada stadium akhir penyakit hati.
8
Edema dan pembengkakan perut
Diagnosis
9
ultrasonography sirkulasi darah (bukan endoscopic ultrasonography).
Meskipun ini merupakan pilihan kedua yang kurang baik, tapi dapat
menunjukkan temuan varises. Alternatif lain termasuk radiografi /
barium swallow pada esofagus dan lambung, angiografi vena portal dan
manometri.
Sangatlah penting untuk menilai lokasi (esofagus dan lambung)
dan ukuran varises, tanda yang mendekati, tanda akut yang pertama, atau
perdarahan yang berulang, dan (jika memungkinkan)
mempertimbangkan penyebab dan tingkat keparahan penyakit hati.
Panduan Diagnosis Varises Esofagus adalah sebagai berikut:
1. Screening esophagogastroduodenoscopy (EGD) untuk diagnosis
varises esofagus dan lambung direkomendasikan ketika diagnosis
sirosis sudah ditegakkan.
10
- Mengetahui bagaimana keadaan bagian dalam saluran cerna
(apakah ada luka, daging tumbuh, kelainan bentuk saluran cerna,
dll).
- Dapat digunakan untuk mengambil contoh jaringan bagian dalam
(biopsi) guna pemeriksaan.
2.2.7 Terapi
11
Lakukan transfuse darah, dilakukan dengan infuse cepat dextrose
dan larutan koloid sampai tekanan darah dan ekskresi urin
normal.
Lindungi jalan nafas dari pendarahan saluran cerna bagian atas,
terutama jika penderita tidak sadar.
Jika memungkinkan, perbaiki factor pembekuan dengan cairan
plasma dan darah segar, dan vitamin K-1.
Masukkan tabung nasogastrik untuk menilai keparahan
pendarahan sebelum dilakukan endoskopi.
Pertimbangkan terapi farmakologis (octreotide atau somatostatin)
dan endoskopi segera setelah penderita pulih. Tujuannya untuk
menentukan dan mengendalikan pendarahan.
2.2.8 Pencegahan
Varises esophagus dapat terbentuk saat gradien tekanan vena hepatica (Hepatic
Venous Pressure Gradient/HVPG) meningkat di atas 10 mmHg. Resiko
terjadinya perdarahan pada pasien dengan sirosis dan varises esophagus adalah
bervariasi, dan sebagian besar bergantung pada ukuran dari varises dan
sebagaimana keparahan sirosis hati yang terjadi. Hingga saat ini, metode skrining
yang paling direkomendasikan untuk mendeteksi adanya varises esophagus adalah
endoskopi saluran gastrointestinal bagian atas. Pada endoskopi terlihat
pembengkakan vena esophagus kea rah lumen yang sangat rentan mengalami
perdarahan.
Pada pasien sirosis yang tidak memiliki varises esophagus saat pemeriksaan
endoskopi pertama, perlu dilakukan evaluasi berjangka selama 2-3 tahun dengan
endoskopi untuk mendeteksi adanya perkembangan varises sebelum varises
12
tersebut mengalami perdarahan. Interval evaluasi berjangka tersebut akan semakin
pendek apabila pada pemeriksaan endoskopi pertama pasien telah memiliki
HVPG > 10mmHg. Sekali terbentuk, varises akan terus mengalami peningkatan
ukuran, dengan median 12% per tahun. Maka dari itu, pada pasien dengan varises
berukuran kecil, pemeriksaan endoskopi harus diulang dalam jangka waktu 1-2
tahun dengan diikuti oleh primary prophylaxis.
13
denyut nadi. Penurunan sebanyak 25% dari baseline atau denyut nadi sebesar 55
hingga 60 denyut nadi per menit merupakan tujuan standar terapi beta-blocker.
Metode profilaksis lain yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan portal
adalah menggunakan vasodilator. Vasodilator menurunkan tekanan hepatica
dengan cara menurunkan resistensi pembuluh darah intrahepatika dan
portokolateral. Karena penemuan itulah diketahui bahwa nitrat (isosorbide
mononitrate) dapat menurunkan tekanan portal namun tetap mempertahankan
perfusi liver. Namun karena agen tersebut tidak spesifik, maka dapat juga
menginduksi hipotensi arterial dan menimbulkan refleks splanchnic
vasoconstriction. Agen mononitrat dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien
dengan intoleransi -blocker.
2.2.9 Prognosis
14
Tabel Kategori sistem skor menurut cara Child-Pugh
Keterangan:
Kelas A = dengan skor kurang dari atau sama dengan 6
Kelas B = dengan skor 7-9, dan
Kelas C = dengan skor 10 atau lebih
Pasien dari kelas A biasanya meninggal akibat efek pendarahan.
Sedangkan pasien dengan kelas C kebanyakan akibat penyakit dasarnya
predikator ketahanan hidup yang paling sering digunakan untuk menentukan
mortalitas dalam 6 minggu atau 30 hari setelah pendarahan pertama adalah
klasifikasi Child-pugh. Rata-rata angka kematian setelah pendarahan pertama
pada sebagian besar penelitian menunjukkan sekitar 50%. Angka kematian ini
berhubungan erat dengan beratnya penyakit hati. Dalam pengamatan selama 1
tahun, rata-rata angka kematian akibat pendarahan varises berikutya adalah
sebesar 5% pada pasien dengan Child kelas A, 25% pada Child kelas B, dan
50% pada Child kelas C.
Selain itu, Vinel dan kawan-kawan menunjukkan bahwa HVPG dapat
digunakan sebagai predikator ketahanan hidup, bila diukur 2 minggu setelah
pendarahan akut. Masih belum jelas, apakah pendarah aktif pada saat
pemeriksaan endoskopi dapat dipakai sebagaipredikator terjadinya pendarahan
ulangyang lebih awal. Resiko kematian menurun jika cepat mendapatkan
15
penanganan di rumah sakit, demikian pula resiko kematian ini menjadi
konstan sekitar 6 minggu setelah pendarahan.
Indeks hati juga dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menilai prognosis
pasien hematemesis melena yang mendapat pengobatan secara medik. Dari
hasil penelitian sebelumnya, pasien yang mengalami kegagalan hati ringan
(indeks hati 0-2), angka kematiannya antara 0-16%, sementara yang
mempunyai kegagalan hati sedang sampai berat(indeks hati 3-8) angka
kematiannya 18-40%.
Pemeriksaan 0 1 2
Asites - Minimal +
Tabel indeks hati untuk menilai prognosis pasien hematemesis melena yang
mendapat terapi medik
Keterangan:
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 30 Tahun
No MR : 992609
Pekerjaan : Satpam
Ruangan : 10 (IP)
Anamnesis
Keluhan utama
17
tanggal 8 Oktober 2017, dilakukan pemeriksaan darah dan pasien
Keluhan mata mata dan tubuh kuning tidak ada. Penurunan nafsu
makan ada sejak 1 bulan, badan terasa lemas ada. Penurunan berat badan
BAK lancar, tidak nyeri dan berwarna kuning jernih. Sakit kepala,
- Riwayat DM (-)
- Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien
merokok (+) sejak 15 tahun yang lalu, 1 bungkus/ hari dan sudah berhenti
tahun yang lalu dan sudah berhenti tapi pasien lupa jumlah yang diminum.
18
Pasien memiliki tattoo di dada dan lengan kiri atas. Pasien tidak pernah
Pemeriksaan Umum
Tampak luka bekas tato pada lengan atas kiri dan dada
Kepala : normocephal
19
Gigi dan mulut : karies dentis (-), mukosa bibir basah
Toraks :
Perkusi : sonor
Perkusi : timpani
21
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi : PT 12,7
APTT 36,2
Kesan : PT melebihi nilai rujukan
Urinalisis : Warna kuning muda
Jernih
pH 6,0
Protein (-)
22
Reduksi (-)
Leukosit 1-3
Eritrosit (-)
Silinder (-)
Kristal (-)
Epitel Gepeng
Bilirubin (-)
Urobilin normal
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Tirah baring
O2 3 liter/menit
jam/kolf
Lactulax 3 gr 3 x 1
Sucralfat 1 gr 3 x 1
Curcuma 3x1
23
BAB 3
DISKUSI
dengan keluhan utama muntah darah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Muntah darah berwarna merah kehitaman berisi gumpalan darah dengan frekuensi
4 kali dan berjumlah ± 1 gelas (± 200cc) setiap kali muntah. Selain itu pasien
mengeluhkan BAB berwarna hitam sejak ± 1 bulan yang lalu dengan konsistensi
lembek. Keluhan muntah darah berwarna kehitaman dan BAB berwarna hitam
yang dikeluhkan pasien merupakan tanda adanya perdarahan saluran cerna bagian
atas. Warna hitam pada muntah (hematemesis) dan BAB (melena) disebabkan
saluran cerna bagian atas dapat berasal dari esofagus, gaster hingga ligamen treitz.
peptikum.
Sirosis hepatis merupakan stadium akhir kerusakan sel-sel hati yang kemudian
22
esofagus. Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, virus hepatitis B merupakan
penyebab tersering dari sirosis hepatis yaitu sebesar 40-50% kasus, diikuti oleh
Patofisiologi pecahnya VGE pada sirosis hati penting diketahui agar sasaran terapi
untuk mencegah perdarahan menjadi jelas. VGE terjadi karena hipertensi porta
yang diakibatkan oleh peningkatan tahanan ke aliran porta dan banyaknya darah
pasien apakah mengalami kehilangan darah yang bermakna, yaitu jika didapatkan:
(1) Tekanan darah sistolik < 100 mmHg, pada pasien didapatkan TDS sebesar 90
mmHg. (2) Nadi ≥ 100x/menit saat pasien datang ke RS, dimana frekuensi nadi
pasien sebesar 136x/menit. Indeks massa tubuh pasien sekitar 25,43 kg/m2 yang
ditemukan bekas tato pada kulit pasien dapat menjadi faktor resiko.
penurunan hematokrit (31%), SGOT 235 U/L, SGPT 55 U/L, Total protein 5,6
g/dl, Albumin 2,9 g/dl, PT 12,7 dan Natrium 135 mmol/L. Pada pasien ini terjadi
anemia ringan yang mana merupakan komplikasi dari terjadinya perdarahan pada
saluran cerna, namun pada pasien ini terjadinya anemia tidak sampai
menimbulkan syok. Anemia yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai macam
penyebab, dan gambaran apusan darah yang bervariasi, baik anemia normokrom
23
SGOT dan SGPT yang meningkat menunjukan adanya gangguan fungsi
hati. SGOT biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan SGPT, namun bila
pada hati yang berkorelasi dengan derajat kerusakan jaringan hati. Konsentrasi
natrium serum akan menurun terutama pada sirosis dengan ascites, dimana hal ini
terinfeksi hepatitis B. Pada hasil urinalisis urin pasien dalam batas normal.
octreotide yang merupakan obat sitetik octapeptide analog dari hormon alamiah
somatostatin. Efek hemodinamik obat ini sama dengan somatostatin murni, yaitu
menurunkan aliran darah splanknik dan tekanan portal, tanpa efek samping yang
berarti. Lactulax 3 gr 3 x 1 , obat ini mengandung lactulosa, dimana obat ini akan
osmosa hingga suasana asam akan membuat feses menajdi lebih lunak. Hal
24
Pasien ini mengalami hematemesis melena ec pecahnya varises esofagus.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
10. Siregar L, Rani AA, Manan C, Simadibrata M, Makmun D. Clinical profile
and outcome of non-variceal upper gastrointestinal bleeding in relation totiming
of endoscopic Procedure in patient undergoing elective endoscopy.Indones J
Gastroenterol Hepatol Dig Endosc. 2011; 12(3):140-5.
11. Wasse H, Gillen LD, Ball AM, Kestenbaum BR, Seliger SL, Sherrard D,
Stehman-Breen CO. Risk factors for upper gastrointestinal bleeding among
end-stage renal disease patients. Kidney Int. 2003; 64: 1455-61.
12. Turner JR. The gastrointestinal tract. In: Kumar V, Abbas A.K, Fausto N,
Aster J.C. Robbins and cotran pathologis basis of disease. 8
ed.Philadelphia: Elsevier Saunders Inc; 2010; 763-70.
27