Anda di halaman 1dari 4

 Tidak tersedianya kerangka sampel yang memuat unit-unit sampel yang terkecil (ultimate

sampling unit);
 Untuk membangun kerangka sampel yang memuat unit-unit sampel yang terkecil
memerlukan biaya, tenaga, dan waktu yang besar
 Dengan menerapkan penarikan sampel bertahap, pengawasan lapangan lebih dapat
ditingkatkan sehingga non sampling error dapat ditekan
 Dari segi biaya, penarikan sampel bertahap jauh lebih efisien dibandingkan penarikan sampel
acak sederhana.

Sampel yang Dibentuk Menurut Aturan (Sequential Sampling)


Posted by the at 4:07 AM
Sampel yang Dibentuk Menurut Aturan (Sequential Sampling) - Hai semuanya kali ini
aku akan memberikan sedikit pengetahuan kepada kamu melalui artikel ini yang
memiliki judul Sampel yang Dibentuk Menurut Aturan (Sequential Sampling) , selamat
memperhatikan dan semoga bermanfaat. jika ada hal yang ingin di tanyakan, jangan
takut untuk disampaikan, tinggal posting saja di kolom komentar.
Di dalam penarikan sampel ini, sebuah sampel yang random berukuran kecil ditarik dan
dianalisis dahulu. Sesudah menganalisis sampel kecil, dapat ditentukan apakah penarikan
sampel yang lebih besar masih perlu dilakukan. Apabila masih perlu dilakukan
lagi haruslah ditentukan berdasarkan hasil analisis sampel kecil tadi. Sequential sampling
dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut.
a) Sampel yang ditarik secara bertingkat. Dalam hal ini, sampel ditarik berkali-kali.
Setiap sampel yang baru ditarik digabungkan dengan sampel yang ditarik sebelumnya.
Misalnya, untuk maksud tertentu, ditarik sampel yang berukuran 50. Sesudah
menganalisis sampel ini, apabila masih diragukan kesaksamaannya, ditarik sebuah
sampel lagi yang berukuran 50 dan digabungkan ke dalam sampel yang pertama. Jadi,
sampel menjadi berukuran 100 dan kemudian dianalisis.
b) Dengan mengamati satu per satu anggota populasi, pengamatan dilakukan
terus-menerus sehingga keterangan yang diperoleh dirasa cukup memuaskan.

Read more: http://gpengertian.blogspot.com/2012/06/sampel-yang-dibentuk-menurut-


aturan.html#ixzz57ZmF8pPA
Multistage sampling yang merupakan bentuk kompleks cluster sampling.

Keuntungan
 Biaya dan kecepatan yang survei dapat dilakukan
 Kemudahan untuk menemukan sampel survei
 Biasanya lebih akurat daripada cluster sampling untuk ukuran sampel yang sama

Kekurangan
 Tidak seakurat SRS (simple random sampling) jika sampel memiliki ukuran yang sama
 Pengujian Lebih sulit untuk dilakukan

Menggunakan semua elemen sampel di semua kelompok yang dipilih mungkin mahal atau tidak diperlukan.
Dalam keadaan ini, multistage cluster sampling menjadi berguna. Alih-alih menggunakan semua unsur
yang terkandung dalam cluster yang dipilih, peneliti secara acak memilih elemen-elemen dari setiap cluster.
Membangun cluster adalah tahap pertama. Memutuskan apa unsur-unsur dalam cluster untuk digunakan
adalah tahap kedua. Teknik ini sering digunakan ketika sebuah daftar lengkap dari semua anggota populasi
tidak ada dan adalah tidak tepat.

Dalam beberapa kasus, beberapa tingkatan seleksi cluster dapat diterapkan sebelum unsur-unsur sampel
akhir yang dicapai. Sebagai contoh, rumah tangga survei yang dilakukan oleh Biro Statistik Australia mulai
dengan membagi daerah metropolitan menjadi ‘kabupaten koleksi’, dan memilih beberapa kabupaten
koleksi (tahap pertama). Kabupaten koleksi yang dipilih ini kemudian dibagi menjadi blok, dan blok dipilih
dari dalam masing-masing kabupaten dipilih koleksi (tahap kedua). Selanjutnya, tempat tinggal yang
tercantum dalam setiap blok yang dipilih, dan beberapa tempat tinggal yang dipilih (tahap ketiga). Metode
ini berarti bahwa tidak perlu untuk membuat daftar dari setiap hunian di wilayah tersebut, hanya untuk blok
yang dipilih. Di daerah terpencil, tahap tambahan clustering digunakan, dalam rangka untuk mengurangi
kebutuhan perjalanan
Dalam sampel multistage random, area yang luas, seperti negara, pertama-tama dibagi menjadi daerah yang
lebih kecil (seperti negara), dan sampel acak dari daerah dikumpulkan.Pada tahap kedua, sampel acak dari
area yang lebih kecil (seperti kabupaten) diambil dari dalam masing-masing daerah dipilih dalam tahap
pertama. Kemudian, di tahap ketiga, sampel acak dari daerah bahkan lebih kecil (seperti lingkungan) yang
diambil dari dalam setiap bidang yang dipilih pada tahap kedua. Jika daerah ini cukup kecil untuk tujuan
penelitian, maka peneliti mungkin berhenti pada tahap ketiga. Jika tidak, ia mungkin terus sampel dari
daerah yang dipilih pada tahap ketiga, dll, sampai daerah tepat kecil telah dipilih.

Pengambilan Sample secara Gugus Bertahap (Multistage Sampling)


Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap. Hal ini
memungkinkan untuk dilaksanakan bila populasi terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah.
Pelaksanaannya dengan membagi wilayah populasi ke dalam sub-sub wilayah, dan tiap subwilayah
dibagi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, dan seterusnya. Kemudian menetapkan sebagian dari
wilayah populasi (subwilayah) sebagai sampel. Dari subwilayah yang menjadi sampel ditetapkan pula
bagian-bagian dari subwilayah sebagai sampel, dan dari bagian-bagian yang lebih kecil tersebut
ditetapkan unit-unit yang terkecil diambil sebagai sampel.
Misalnya pelaksanaan suatu penelitian di suatu wilayah kabupaten. Mula-mula diambil beberapa
kecamatan sebagai sampel. Dari kecamatan-kecamatan yang terkena sampel ini diambil beberapa
kelurahan sebagai sampel, selanjutnya dari kelurahan-kelurahan sampel ini diambil beberapa RW
sebagai sampel, dan dari beberapa RW sampel diambil lagi beberapa RT sebagai sampel, dan akhirnya
dari RT yang terkena sampel tersebut diambil beberapa atau seluruh unit sebagai sampel. Oleh sebab
itu, pengambilan sampel semacam ini sering disebut area sampling atau pengambilan sampel menurut
wilayah.
Proses pengambilan sampel secara gugus bertahap (multistage random sampling) :
1. Tentukan area populasi berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi, Kabupaten, Kecamatan
atau kelurahan, atau karakter lain (pedesaan-perkotaan, pantai-pegunungan, dan sebagainya).
2. Dari area populasi tersebut diambil sampel gugus di bawahnya (misalnya apabila area populasinya
provinsi maka area gugus di bawahnya kabupaten).
3. Dari area gugus tersebut diambil area gugus yang dibawahnya lagi (misalnya kalau area gugus di
atasnya kabupaten, maka area gugus yang dibawahnya adalah kecamatan), dan seterusnya.
4. Akhirnya semua anggota populasi dari gugus yang paling kecil (bawah) misalnya RT, diambil sebagai
sampel.
Syarat multistage :
 Populasinya cukup homogen.
 Jumlah populasi sangat besar.
 Populasi menempati daerah yang sangat luas.

Multistage Sampling
Multistage sampling adalah cara pengambilan sampel dimana kita memilih sebuah sampel dengan
menggunakan kombinasi dari metode pengambilan sampel yang berbeda.Misalnya, di Tahap 1, kita bisa
menggunakan cluster sampling untuk memilih kelompok dari populasi. Kemudian, di tahap 2, kita bisa
menggunakan simple random sampling untuk memilih bagian dari unsur setiap kelompok untuk sampel
akhir. Multistage sampling yang mengacu pada rencana pengambilan sampel di mana sampel tersebut
dilakukan secara bertahap dengan menggunakan unit sampel yang lebih kecil dan lebih kecil pada setiap
tahap.
Contoh:
Dalam beberapa kasus, multistage sampling dapat diterapkan sebelum unsur sampel akhir yang dicapai.
Misalnya, survei rumah tangga yang dilakukan oleh Biro Statistik Australia mulai dengan membagi
wilayah metropolitan menjadi 'kabupaten koleksi' dan memilih beberapa kabupaten koleksi ini (tahap
pertama). kabupaten koleksi yang dipilih kemudian dibagi menjadi blok-blok, dan blok yang dipilih dari
dalam setiap kabupaten koleksi yang dipilih (tahap kedua). Selanjutnya, tempat tinggal yang tercantum
dalam setiap blok yang dipilih, dan beberapa tempat tinggal ini dipilih (tahap ketiga). Metode ini
membuat tidak perlu untuk membuat daftar setiap tinggal di wilayah dan perlu hanya untuk blok yang
dipilih. Di daerah-daerah terpencil, tahap tambahan clustering digunakan, untuk mengurangi kebutuhan
perjalanan.
Meskipun cluster sampling dan stratified sampling yang memiliki sejumlah kesamaan dangkal, mereka
secara substansial berbeda. Dalam stratified sampling, sampel acak diambil dari semua strata, di mana
di cluster sampling hanya kelompok yang dipilih dipelajari, baik dalam single atau multi-stage.

MSRS
Teknik pemilihan sample yang dilakukan secara bertingkat dan biasanya berdasarkan pembagian wilayah
kerja suatu pemerintahan
Misal: survey jamban di jawa timur → kita tentukan dulu berapa kabupaten/kota yang disampling
→berapa kecamatan →berapa desa → berapa dusun → berapa RW → berapa RT
Metode sampling sangatlah bermanfaat untuk sejumlah populasi yang banyak (biasanya lebih dari 100).
Daripada mengambil seluruh populasi untuk diteliti, akan lebih bermanfaat dari segi waktu maupun
biaya apabila peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel.
Probability Sampling merupakan metoda pengambilan sampel secara acak (random) yaitu menjamin
setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Contoh penerapannya adalah pada arisan, pemilihan pemenang lotere, dan lain sebagainya.
Beberapa definisi yang digunakan dalam probability sampling adalah:
N = Jumlah kasus dalam kerangka pengambilan sampel
n =Jumlah kasus dalam sampel
NCn = Jumlah kombinasi (himpunan bagian) n dari N
f = n/N = fraksi sampel
Multi-Stage Sampling adalah penggunaan berbagai metode random sampling secara bersama-sama
dengan seefisien dan seefektif mungkin. Cara ini digunakan pada penelitian masalah sosial yang
kompleks. Misalnya adalah dalam pengambilan sampel penduduk Jakarta mengenai masalah sosial
tertentu, dengan interview langsung. Pertama pilih proses cluster sampling sebagai tahap pertama
proses. Tahap berikutnya dapat dipilih stratified sampling terhadap sampel cluster. Dengan
mengkombinasikan beberapa metode random sampling tersebut dihadapkan hasil yang diperoleh
benar-benar qualified dan bermanfaat.

Dalam sampel multistage random, area yang luas, seperti negara, pertama-tama dibagi menjadi daerah
yang lebih kecil (seperti negara), dan sampel acak dari daerah dikumpulkan.Pada tahap kedua, sampel
acak dari area yang lebih kecil (seperti kabupaten) diambil dari dalam masing-masing daerah dipilih
dalam tahap pertama. Kemudian, di tahap ketiga, sampel acak dari daerah bahkan lebih kecil (seperti
lingkungan) yang diambil dari dalam setiap bidang yang dipilih pada tahap kedua. Jika daerah ini cukup
kecil untuk tujuan penelitian, maka peneliti mungkin berhenti pada tahap ketiga. Jika tidak, ia mungkin
terus sampel dari daerah yang dipilih pada tahap ketiga, dll, sampai daerah tepat kecil telah dipilih.

Contoh Jika hendak meneliti kondisi gizi petani sulawesi tenggara, maka pengambilan sampelnya
pertama tama dipilih secara acak kabupatennya, kemudian kecamatannya dan setelah itu dipilih secara
acak satu atau dua desa yang memiliki masyarakat petani. Pengambilan sampel petaninya dilakukan
secara acak sesuai jumlah sampel yang telah ditetapkan pada desa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai