Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi travelers diarrhea

Infeksi bakteri secara umum

1. Bakteri masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi


2. Sesampainya di lambung, bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, tetapi apabila jumlah
bakteri cukup banyak, ada bakteri yang dapat lolos sampai ke dalam duodenum
3. Di dalam duodenum, bakteri akan berkembang biak sehingga jumlah mencapai 100 juta koloni
atau lebih per milliliter cairan usus halus
4. Dengan memproduksi enzim mucinase, bakteri akan mencairkan lapisan lender dengan
menutupi permukaan sel epitel mukosa usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane
sel epitel mukosa
5. Ada dua cara tergantung pada bakteri apa yang menginfeksi
a. Bakteri langsung menginvasi sel epitel mukosa usus sehingga sel epitel rusak, terbuka, dan
lepas
b. Bakteri mengeluarkan toksin yang menyebabkan ATP  cAMP, gAMP merangsang sekresi
cairan usus tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel usus. Cairan ini menyebabkan dinding
usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotalitas untuk mengalirkan cairan
ke usus besar

ETEC merupakan penyebab terbanyak diare pada bayi dan wisatawan di negara-negara berkembang atau
wilayah dengan sanitasi yang buruk. Di AS, pernah terjadi wabah yang ditularkan melalui air yang
terkontaminasi dengan sporadis, serta akibat konsumsi keju lunak, makanan ala Mexico dan sayuran
mentah. Manifestasi klinik yang ditimbulkan bervariasi, dari rasa tidak nyaman yang ringan hingga gejala
yang menyerupai kolera. Transmisi ETEC melalui konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi, pada
orang dewasa yang tinggal di daerah endemis tubunya sudah memiliki kekebalan sendiri. Untuk
menimbulkan suatu penyakit, ETEC harus melakukan adhesi, kolonisasi dan elaborasi dari satu atau lebih
enterotoksin. ETEC akan mengeluarkan dua jenis toksinnya sekaligus atau hanya salah satunya saja. ST
memiliki virulensi yang lebih disbanding LT. ETEC akan menimbulkan diare jika jumlahnya sekitar 10 8 pada
seseorang yang sehat, namun pada seorang dengan system imun yang rendah jumlah yang sedikit dapat
menyebabkan diare.

ETEC diketahui memiliki 22 fimbrae yang dapat melakukan adhesi atau perlekatan pada mukosa dari
epitel usus kemudian mengeluarkan toksinnya. ETEC dapat menghasilkan heat-labile enterotoxin (LT)
yang memiliki ukuran molekul, urutan, antigenisitas, dan fungsi mirip toksin kolera (CTX). LT di sekresi
melalui sekresi tipe 2. LT enterotoksin dibagi menjadi 2 yaitu LT1 dan LT2, LT1 ditemukan pada manusia
dan hewan, sementara LT2 hanya pada hewan. LT ini adalah suatu protein dengan berat 86kDa yang
terdiri dari suatu enzimatis satu subunit aktif (A) dengan berat 28 kDa yang dikelilingi 5 subunit (B)
dengan berat 11.5 kDa yang identik yang akan mengikat reseptor ganglioside spesifik sama seperti
reseptor pada toksin kolera yaitu GM1. Aktivitas enzimatiknya pun sama mirip dengan aktivitas toksin
kolera. Subunit B akan melakukan pengikatan dengan reseptornya yaitu ganglioside GM1
(monoasilganglioside GM1) pada permukaan sel host. Ganglioside GD1b dan beberapa glikoprotein
lainnya juga ikut bekerja sebagai reseptor dari LT. setelah melakukan pengikatan pada membrane sel
host, sub unit A akan mengalami endositosis dan translokasi ke sitoplasma melalui transport trans-Golgi
vesicular. Subunit A mengkatalisis reaksi ribosilasi-ADP yang meningkatkan aktivitas adenilat siklase dan
dengan demikian meningkatkan kadar cAMP didalam enterosit. Akibatnya penyerapan natrium, anion,
dan air yang normal dari lumen saluran cerna ke dalam sel usus menjadi sangat berkurang. Peningkatan
anion (Cl-) di lumen akan mngakibatkan penarikan air secara pasif ke dalam lumen usus kemudian
menyebabkan diare air.

ETEC juga dapat menghasilkan heat stable toxin (ST) yang ukuran molekulnya kecil dan tahan terhadap
suhu yang mendidih selama 30 menit. ST memiliki beberapa variasi, yaitu ST1a atau STp yang di temukan
dalam E.Coli yang diisolasi dari manusia dan hewan, sementara ST1b atau STh hanya ditemukan pada
manusia. ST merupakan suatu peptide dengan berat molekul sekitar 4000 dalton. Ukurannya yang kecil
menjelaskan mengapa mereka tidak menjadi inaktif oleh panas. ST menyebabkan peningkatan GMP
siklik pada sitoplasma host dan menyebabkan efek yang sama sebagai peningkatan cAMP. ST1a bertindak
mengikat siklase guanylate yang terletak di membran apikal sel host, sehingga mengaktifkan enzim. Hal
ini menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan diare.

Sumber :

Textbook of Bacteriology , Kenneth Todar, PhD, page 4

Textbook of Travelers’ diarrhea second edition, Charles D. Ericsson, MD page 21

Anda mungkin juga menyukai