Oleh:
Kelompok A2
Rizky Eka Setiani 155050100111019
Gea Candra Puspita 155050100111013
Desy Dwi Putri H. 155050100111014
Denny Hendra P 155050100111018
Edho Okta 155050100111025
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena karunia dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas dari
Praktikum Sistem Pertanian Terpadu yaitu kunjungan ke lapang. Tulisan ini membahas
mengenai sistem pertanian terpadu di kota Batu.
Selama penulisan makalah ini berlangsung, tidak lepas dari bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ucapan
terimakasih, kepada:
1. Dosen pengampu Mata kuliah Sistem Pertanian Terpadu Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
2. Seluruh Asisten Praktikum Mata kuliah Sistem Pertanian Terpadu Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya yang telah menyediakan waktu untuk kelompok kami.
3. Semua pihak atas dukungan, bantuan, serta kerja samanya hingga terselesaikannya
makalah ini.
Demi kesempurnaan dalam penulisan makalah ini, kami mengharap kritik dan saran
yang bersifat membangun. Serta kami berharap pula, makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................... iv
1. Usaha Tani Campuran (Mix Farming System)............................................................ 1
2. Sistem Produksi Tanaman-Ternak............................................................................... 1
3. Model pertanian Tekno Ekologis di Lahan Sawah..................................................... 1
4. Model pertanian Tekno Ekologis di Ekosistem Perkebunan-Ternak.......................... 1
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3
2.1 Usaha Tani Campuran (Mix Farming System)......................................................... 3
2.2 Sistem Produksi Tanaman-Ternak............................................................................ 3
2.2 Model pertanian Tekno Ekologis di Lahan Sawah.................................................. 4
2.2 Model pertanian Tekno Ekologis di Ekosistem Perkebunan-Ternak....................... 5
BAB III. MATERI DAN METODE.................................................................................... 6
3.1 Waktu dan Lokasi Praktikum.................................................................................... 6
3.2 Materi Praktikum...................................................................................................... 6
3.3 Jadwal Praktikum...................................................................................................... 6
BAB VI. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN................................................ 8
4.1 Usaha Tani Campuran (Mix Farming System)........................................................ 8
4.2 Sistem Produksi Tanaman-Ternak............................................................................11
4.3 Model pertanian Tekno Ekologis di Lahan Sawah...................................................13
4.4 Model pertanian Tekno Ekologis di Ekosistem Perkebunan-Ternak........................17
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................19
5.1 Kesimpulan................................................................................................................19
5.2 Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 20
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bagaimana anlisis usaha dan produksi beserta integrasi dari model pertanian
tekno-ekologis di lahan perkebunan berkayu?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
MATERI DAN METODE
yaitu: (1) Bapak Wasirin yang beralamat di Desa Sempu, Kel. Gading Kulon, Kec.
Dau, Kab. Malang, (2) Bapak Suwono yang alamatnya di Desa Sempu, Kel. Gading
Kulon, Kec. Dau, Kab. Malang, (3) Ibu Lastri yang beralamatkan di Gasiran Pucuk RT
03/RW 05 Tlekung No. 45, dan (4) Bapak Suwono yang beralamat di Gasiran Pucuk
RT 04/RW 05 Tlekung No. 69.
Data yang dihimpun meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
dihimpun dari petani/peternak dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara.
Observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis. yaitu
teknik pengambilan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek
yang diteliti dengan cara mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang
terkait dengan penelitian. Teknik wawancara adalah penggalian data dari responden
7
dengan cara bertatap muka dan berdialog langsung dengan berpedoman pada
kuisioner yang telah disiapkan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
No. Hp :-
Jenis Tanaman : Jeruk, kacang panjang, cabai, ketela pohon, dan pisang
2. Pisang - - - -
3. Cabai - - - -
4. Ketela pohon - - - -
5. Kacang tanah - - - -
TOTAL MODAL (Rp) 9.000.000 9.000.000
Analisis Usaha :
Berdasarkan hasil kunjungan serta wawancara yang kami lakukan di pertanian
milik Bapak Wasirin yang berada di Desa Sempu yang berjarak 100 meter dari rumah
dan berada tepat pinggir jalan. Luas lahan pertanian Bapak Wasirin 1000 m2 yang
terbagi menjadi 2 lahan berhadapan membentuk huruf L yang masing-masing
memiliki luas lahan 300 m2 dan 700 m2. Pembagian lahan juga dikarenakan perbedaan
tinggi lahan yang disesuaikan dengan kontur jalan, lahan yang memiliki luas 300 m 2
lebih tinggi tempatnya yang ditanamai beberapa varietas tanaman yang berbeda dalam
satu lahan.
Pada lahan dengan luas yang lebih kecil ditanami beberapa varietas tanaman
diantaranya yaitu tanaman kacang-kacangan, sedikit tanaman cabai serta terdapat
pohon jeruk. Sedagkan pada lahan yag berada dibawah ditanami pohon jeruk, ketela
pohon serta beberapa pohon pisang. Sesuai dengan pernyataan Nurhidayati, 2008
pertanaman campuran merupakan sitem pertanaman yang menanam lebih dari satu
jenis tanaman pada satu petak dalam musim tanam yang lama. Pertanaman campuran
ini komposisinya sangat beraneka tergantung pada petani. Pertanaman campuran
merupakan sitem pertanaman tradisional yang sudah sering dilakukan petani berskala
kecil. Sistem ini biasanya dikenal dengan tumpangsari/tumpang gilir, dimana dapat
diterapkan pada lahan sawah/lahan kering.
Model sistem pertanian tumpang sari atau sistem pertanian campuran memiliki
manfaat yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian sehingga
dalam kurun waktu tertentu mennghasilkan beberapa hasil panen. Hal ini sesuai
dengan Kariyasa (2011), yang menyatakan bahwa pola tanam tumpangsari ini sebagai
upaya memanfatkan lahan semaksimal mungkin, tumpang sari juga dapat dilakukan
diladang- ladang padi maupun pematang sawah dan sistem ini diterapkan untuk
10
tanaman semusim yang umurnya tidak jauh berbeda dengan tanaman berumur panjang
yang nantinya menjadi tanaman pokok.
Bukan hanya itu saja karena banyaknya manfaat dalam peggunaan sistem
pertanian campuran banyak petani yang memilih model sistem pertanian tersebut
termasuk Bapak Wasirin. Selain dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian
penggunaan sitem usaha tani campuran juga dapat membantu pemanfaatan lahan
secara maksimal, pertumbuhan gulma dan tumbuhan memanjat bisa dihilangkan serta
sudah menjadi kebiasaan orang zaman dahulu menanam lebih dari satu tanaman dalam
satu lahan. Hal ini juga diungkapkan oleh Soedjana (2008), bahwa alasan petani
melakukan usaha tani campuran adalah karena kebiasaan (tradisi), untuk
memaksimalkan penerimaan dari sumber daya yang terbatas, dan meningkatkan
manfaat keterkaitan antar cabang usaha, seperti tanaman dan ternak (sumber pakan),
ternak dan tanah (kesuburan), serta tanaman dan tanaman (tumpang sari).
Pada sistem pertanian kedua lahan milik Bapak Wasirin merupakan sistem
penanaman yang sudah sesuai dengan prinsip yaitu fase pertumbuhan yang berbeda
sehingga waktu panen juga berbeda serta tinggi antar kedua komoditi tanam ini
berbeda sehingga memaksimalkan pengaturan cahaya matahari. Dijelaskan oleh
Januartha (2012), yang menyatakan bahwa prinsip tumpangsari diantaranya yaitu
menyangkut tanaman apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur yang
hampir sama, sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda dan harus terdapat perbedaan
kebutuhan terhadap air, cahaya dan unsur hara.
Analisis Usaha :
Perkebunan miliki bu Lastri berada di daerah Gasiran Pucuk memiliki luas
2000 m2. pada lahan tersebut ditanamami jagung jenis Brista dan tebu jenis BR Hitam.
Tanaman dipupuk menggunakan pupuk phonska pada tanaman tebu dan pupuk urea
pada jagung, namun juga diselingi dengan pemberian pupuk kandang pada tanaman
tersebut. Biasanya pupuk phonska menghabiskan sebanyak 200 Kg / tahun untuk tebu
dan pupuk urea sebanyak 150 Kg/ tahun untuk jagung. Untuk harga penjualan jagung
Rp 3.500 / kg dan tebu Rp 700/kg. Biasanya bu Lastri bisa memanen jagung hingga 10
12
kw / panen, dan jagung pemanenannya 3 kali dalam satu tahun. Sedangkan bu Lastri
memanen tebu sebanyak 11 ton/ tahun.
Penanaman jagung dan tebu dilakukan agar tanah yang dimiliki bu Lastri tidak
kosong, selain itu juga dapat menambah pendapatan dengan penanaman tanaman yang
bervariasi. Menurut Raufl (2013), salah satu keuntungan/kebaikan yang diperoleh
dalam penerapan sistem pertanian terpadu (termasuk sistem agroforestry) adalah
terjadinya peningkatan keluaran hasil (output) yang lebih bervariasi yaitu berupa
pangan, pakan, serat, kayu, bahan bakar, pupuk hijau dan atau pupuk kandang. Selain
itu secara ekonomi sistem pertanian terpadu dalam bentuk sistem agroforestry
memiliki keuntungan lainnya yaitu memperkecil resiko kegagalan panen.
Bu Lastri memilih sistem produksi tanaman-ternak sebagai sistem
perkebunannya. Sistem ini dapat menghasilkan suatu siklus yang menguntungkan.
Karena selain memiliki kebun jagung dan tebu, bu Lastri memiliki 3 ekor sapi perah
lakatasi dan 1 ekor pedet betina. karena selain pemberian rumput yang diperoleh dari
ngarit, limbah pertanian dri jagung dan tebu dapat digunakan untuk pakan ternak sapi
perah. Hal tersebut dapat menghemat biaya pengeluaran. Menurut Haryanto (2009),
menyatakan bahwa sistem integrasi ternak dan tanaman pangan dapat menjadi andalan
dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman pangan, ternak, selain melestarikan
kesuburan tanah dengan adanya pupuk organik.
Saat musim kemarau, bu Lastri akan menggunakan pupuk kandang untuk
memupuk tanaman jagung dan tebu, karena pupuk kandang dapat menggemburkan
tanah, sehingga tanah pada perkebunan tidak retak. Hal ini sesuai dengan pendapat
Asroh (2010), menyatakan bahwa pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik
dengan cara membuat tanah menjadi gembur dan lepas sehingga aerasi menjadi lebih
baik serta mudah ditembus perakaran tanaman.
Melalui proses dan penambahan bahan-bahan tertentu, dari sumber daya lokal juga
bisa dihasilkan biopestisida dan bioenergi .
sawahnya serta mengurus tanaman jeruknya yang sekarang sudah berbuah. Hal ini
sesuai dengan penjelasan Winarso dan Edi (2013), yang menyatakan bahwa salah satu
kelemahan pengembangan ternak melalui pola integrasi adalah alokasi tenaga kerja
yang terbagi, antara mengurusi tanaman dan mengurusi ternak. Pembagian kerja
seperti ini, apabila tidak dikelola secara baik dapat menimbulkan permasalahan, yaitu
salah satu bidang usaha kurang mendapat perhatian dan curahan tenaga kerja secara
maksimal. Semakin banyak ternak yang dipelihara, semakin banyak waktu yang harus
dialokasikan untuk mencari hijauan pakan ternak yang berarti semakin sedikit waktu
yang tersedia untuk tanaman dan untuk beristirahat.
Kendala yang terkadang di alami oleh pak Suwono adalah dalam implementasi
model pertanian tekno-ekologis di ekosistem sawah yaitu kesadaran dan pengetahuan
pak suwono terhadap potensi ekosistem setempat masih sedikit rendah karena selama
ini masih terpaku pada komoditas. Hal ini sesuai dengan penjelasan Guntoro (2011),
yang menyatakan bahwa kendala yang mungkin dihadapi dalam implementasi model
pertanian tekno-ekologis di ekosistem sawah yaitu kesadaran dan pengetahuan petani
terhadap potensi ekosistem setempat masih rendah karena selama ini mereka masih
terpaku pada komoditas, adanya pencemaran air oleh pestisida yang berlebihan (diatas
ambang batas) yang dapat mengancam budidaya ternak atau ikan di sawah, dan faktor
keamanan, sehingga petani takut memelihara ternaknya di kandang tengah (pematang)
sawah.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada lahan seluas ½ Ha di tanami padi
dengan tanaman lainyanya berupa rumput gajah, cabe rawit sedangkan pada lahan ½
Ha lainnya ditanami jeruk pontianak yang sudah ditanam selama 4 tahun dan tanaman
lain seperti pisang, kelapa dll. Produksi padinya bisa mencapai 45 karung yaitu kurang
lebih 2 ton, sedangkan untuk tanaman jeruknya belum pernah panen karena baru
menanam selama 4 tahun tapi pak suwono menjelaskan mungkin apabila jeruknya
panen maka akan menghasilkan jeruk sekitar 1 ½ ton dalam 1 kali panen. Dalam
pengolahannya bapak poniman menggunakan teknologi traktor dalam pengolahgan
lahannya yang iya sewa dari tetangga. Pak Sowono memelihara ternak sapi 2 ekor
betina yang umurnya 2 tahun dan 1 tahun. Ternak lain yang dimiliki bapak suwono
selain sapi perah adalah ayam, mentok dan kelinci.
Tabel 16. Modal Pemeliharaan Lahan dan Jenis Pupuk Yang Digunakan
NO JENIS PUPUK KUANTITAS JUMLAH PEMBELIAN
HARGA DALAM 1 TAHUN
PEMBELIAN (Rp)
(Rp)
1. Poska 50 Kg 120.000 720.000
2. Sabit 4 30.000 120.000
TOTAL (Rp) 150.000 840.000
1. Jeruk - - - -
2. Pohon Pisang - - - -
TOTAL PENJUALAN (Rp) 0
Analisis Usaha :
Perkebunan milik pak Suwono jenis tanaman yang ditanaman adalah
pohon jeruk pontianak dengan ada pohon pisang sebagai tanaman selingan
dilahan, lahan seluas 0,5 ha. Tanamana dipupuk dengan pupuk phonska yang
mengabiskan 50 kg selama setahun, pemupukan juga ditambah dengan pupk kandang.
Untuk jeruk merupakan tanman baruyang dalam periode 5 tahun baru dipanen sekali,
dengan jumlah kurang lebih adalah 1 ton, yang dijual dengan harga Rp 16.000,-/kg.
Pohon jeruk yang ditanam kurang lebih berjumlah 450 pohon. Pemasaran dilakukan
dengan pengambilan oleh tengkulak. Berikut ini merupakan denah lahan yang dimiliki
Pak Suwono di daerah Dau.
Lahan seluas 500 m2 yang dimiliki bapak Suwono tanami jeruk, dibagian
belakang perkebuan juga ditanam pohon pisang sebagai tanaman selingan.
Produksinya jeruk baru dipanen dalam lima tahun baru dipakai sekali karena
merupakan tanaman jeruk yang awal. Menurut Girsang dan Ibrahim (2010), Budidaya
ternak semi intensif dilakukan oleh peternak yang juga pekebun jeruk, dan hijauan
pakan ternak diberikan di kandang. Hijauan pakan ternak disediakan dalam sistem
potong angkut, dan umumnya bersumber dari bawah tanaman jeruk, pinggir jalan, dan
tempat lainnya. Ditambahkan oleh Sarjono., dkk (2008), Kawasan pegunungan
umumnya ideal untuk tanaman buah-buahan dan sayuran.
Bapak Suwono memilih model pertanian tekno-ekologis sebagai model
inegerasi perkebunan dengan ternak. Model pertanian iniefektif untuk meningkatkan
hasil produksi perkebunannya karena dapat memaksimalkan lahan yang dimiliki
dengan penggunaan teknologi sabit untuk memangkas tanaman pengganggu dan
selama proses pemanenan.. Mulyoutami et al. (2005), Tekno ekologis merupakan
alternatif pola pertanian yang berupaya menyelaraskan usaha tani dengan kondisi alam
(ekosistem) dan membuka diri terhadap teknologi modern, sepanjang teknologi
tersebut bersifat ramah lingkungan.
Bibit yang tanaman di beli dari bibit penujal bibit didaerah Kota Batu. Pak
Suwono untuk memupuk lahan perkebunananya menggunakan pupuk phonska dan
pupuk kandang sapi. Ternak yang dipelihara oleh pak Suwono adalah sapi Pernakan
FH yang merupakan bekas bibit sapi perah, namun pak Wasirin tidak mengunakan nya
sebagai sapi perah. Model integerasi perekbunan jeruk yaitu dalam selahan
perkebunana ditanam pohon jeruk sebagai tanaman utama dan tanaman pisang sebagai
tanaman sampingan, Saat pemanenan pisang limbah daunnya akan diberikan ke
Ternak Sapi dan Kotoran sapi digunakan sebagai pupuk kandang. Hal ini berbanding
Sunaryo dan Laxman (2008), bahwa Jika model pertanian tekno ekologis dapat
teraplikasikan secara optimal, usaha tani akan lebih produktif dan efisien, karena
dalam model pertanian tekno ekologis akan terbentuk rantai pemanfaatan zat-zat.
Perkebunan milk bapak Suwono adalah perkebunan jeruk, yang sekelilingnya
ditanami dengan tanaman pisang. Menanam jeruk hampir sama dengan menanam
perkebunan kopi karena perkebunan kopi yang terletak di dataran tinggi dan beriklim
basah umumnya perkebunan terdapat di dataran rendah, dengan curah hujan yang
rendah atau beriklim kering. Hal ini sesuai dengan penjelasan Guntoro (2011), yang
menyatakan bahwa pertanian tekno-ekologis dapat dikembangkan di berbagai ekosistem
pertanian, termasuk di lahan kering beriklim kering seperti dikawasan perkebunan mete,
atau kelapa. Berbeda dengan kawasan perkebunan kopi yang terletak di dataran tinggi
dan beriklim basah umumnya perkebunan terdapat di dataran rendah, dengan curah
hujan yang rendah atau beriklim kering.
pakan sapi. Limbah peternakna sapi berupa feses kering merupakan nutrisi yang baik
untuk pupuk perkebunan disamping pupuk phonska. Sappi merupakan pendapatan besar
atau tabungan rumah tangga tani. Teknologi yang digunakan pak Wasiran adalah sabit
untuk membantu merawat kebun.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Usaha pertanian terpadu merupakan usaha yang tidak hanya terdiri dari lahan
pertanian namun juga terintegrasi dengan ternak dan masuk dalam suatu siklus
produksi.
Keuntungan dengan adanya sistem pertanian terpadu yakni pemanfaatan sumber
daya yang ada sehingga akan menghasilkan produksi yang optimal, dapat menjaga
kelestarian lingkungan, mengurangi resiko kegagalan dan meningkatan
kesejahteraan petani.
Dalam sistem usaha tani campuran, tanaman pakan / pangan dan ternak dapat saling
menunjang produksinya, ternak dapat memanfaatkan limbah pertanian, dan limbah
ternak digunakan sebagai pupuk bagi tanaman.
5.2 Saran
Sebaiknya peternak lebih memperhatikan manajemen pakan dan pemeliharaan
pakan ternak serta pemeliharaan tanaman pangan dan tanaman pakan agar mampu
meminimalisir pengeluaran dan memaksimalkan pendapatan yang diperoleh
kedepannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Asroh, Ardi. 2010. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Interval Pemberian Pupuk
Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays
Saccharata Linn). AgronobiS. Vol 2 (4)
Baba, S. A. Muktiani, A. Ako, Dan M. I. A. Dagong. 2011. Keragaman Dan Kebutuhan
Teknologi Pakan Peternak Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang. Media
Peternakan. 34(2): 146-154
Daru, T. P., Arliana Y., Dan Eko W. 2010. Potensi Hijauan Di Perkebunan Kelapa Sawit
Sebagai Pakan Sapi Potong Di Kabupaten Kutai Kartanegara. Pastura. 3(2):94-
98
Dompasa, Stella. 2014. Profil Usahatani Pola Penanaman Tumpangsari di Desa Sea
Kecamatan Pineleleng.Fakultas Pertanian Universitas Samratulangi. Vol 8(31): 1-
25
Fahrudin, F. M. Dan Akhmad A. H. 2013. Perancangan Lanskap Kebun Percobaan
Sindang Barang Sebagai Sarana Agrowidyawisata. Jurnal Lanskap Indonesia.
5(1): 1-6
Girsang, M. A., dan Ibrahim, T. M. 2010. Analisis Kelayakan Sistem Integrasi Ternak
Kambing dengan Tanaman Jeruk Di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
Guntoro, Suprio. 2011. Saatnya Menerapkan Pertanian Tekno-Ekologis. Jakarta Selatan :
PT AgroMedia Pustaka
Haryanto, Budi. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak Dalam Sistem Integrasi Tanaman-
Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging.
Pengembangan Inovasi Pertanian, Vol 2 (3)
23
Sardjono, M. A., Djogo, T., Arifin, H. S., dan Wijayanto, N. 2008. Klasifikasi Dan Pola
Kombinasi Komponen Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF): Bogor.
Soedjana, Tjepi. 2008. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak sebagai Respon
Petani terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 26(2) : 1-6
Sunaryo dan Laxman, J. 2008. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam Sistem
Agroforesty. World Agroforesty Centre (ICRAF): Bogor
Winarso, B. Dan Edi B. 2013. Pengembangan Pola Integrasi Tanaman-Ternak Merupakan
Bagian Upaya Mendukung Usaha Pembibitan Sapi Potong Dalam Negeri. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. 31(2): 151 – 169
24
LAMPIRAN