Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor kehutanan merupakan salah satu sumber devisa negara yang cukup

menjanjikan. Selama ini Perum Perhutani identik dengan hasil hutan kayunya

terutama kayu jati. Bahkan hingga saat ini komoditas kayu jati masih menjadi

tumpuan utama bagi Perhutani. Sebenarnya kayu jati hanyalah salah satu dari

sekian banyak produk yang dihasilkan oleh Perhutani. Ada banyak produk

yang dihasilkan oleh Perhutani, baik berupa produk kayu maupun non kayu.

Industri minyak kayu putih merupakan salah satu industri yang cukup

prospektif selain kayu jati di wilayah Ponorogo dan sekitarnya. Dalam profil

PMKP Sukun tahun 2013 dijelaskan pengusahaan tanaman kayu putih pada

mulanya berawal dari terjadinya penebangan hutan yang sulit dikendalikan

pada tahun 1948-1964 di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)

Madiun.

Hamparan tanah kosong akibat penebangan tersebut semakin luas

walaupun disisi lain reboisasi tetap dilakukan. Melihat kondisi kesuburan

tanah yang semakin menurun, pada saat itu muncul gagasan untuk

menghijaukan kembali tanah-tanah kosong tersebut dengan jenis tanaman

pioneer yang mampu tumbuh dilahan kritis dan dalam waktu singkat

mempunyai kemampuan dalam menutup lahan dan dapat membuka lapangan

kerja bagi penduduk di sekitar hutan. Untuk itu dipilih jenis tanaman kayu

1
2

putih untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan konservasi

pada lahan-lahan kritis.

Di Ponorogo, tanaman kayu putih mulai ditanam pada tahun 1924 di

kawasan Ponorogo sebelah timur. Biji kayu putih didatangkan dari pulau Buru

yang sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Si Pucuk Putih”. Pabrik

Minyak Kayu Putih (PMKP) Sukun terletak di lereng gunung Wilis sebelah

barat, tepatnya di dukuh Sukun ±11 km ke arah timur Kabupaten Ponorogo.

Secara pemerintahan berada di dukuh Sukun desa Sidoharjo Kec. Pulung Kab.

Ponorogo. Pabrik ini berdiri dipetak 3b BKPH Sukun KPH Madiun dengan

luas pabrik 0,7 Ha sedangkan luas tanah 2 Ha.

Menurut Boediono (1980), setiap proses produksi mempunyai landasan

teknis, yang didalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi

adalah suatu persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output

dan tingkat penggunaan input. Efisiensi produksi sendiri menggambarkan

besarnya biayaa atau pengorbanan yang harus dibayar untuk menghasilkan

satu unit produk. Untuk menentukan keadaan yang efisien dalam proses

produksi, jumlah atau kuantitas faktor produksi yang digunakan harus dipakai

untuk menghasilkan Y (produk).

Pabrik minyak kayu putih harus mengetahui efisiensi produksi dalam

melaksanakan proses produksinya, hal ini dikarenakan efisiensi produksi

tersebut akan memberikan gambaran kombinasi faktor produksi yang optimal

dalam menghasilkan suatu produk (output). Analisis efisiensi penggunaan

faktor produksi penting untuk mengetahui tingkat produksi yang efisien.


3

Efisiensi produksi akan dapat dicapai apabila pabrik menerapkan

kebijakan penggunaan faktor-faktor produksi sebagai input proses produksi

secara efisien dalam menghasilkan output produksi. (Soekartawi, 2002)

Selama ini PMKP Sukun belum mengetahui faktor produksi yang secara

signifikan berpengaruh terhadap proses produksi minyak kayu putih dan

bagaimana tingkat efisiensi dari masing-masing faktor produksi tersebut. Oleh

karena itulah dalam penelitian ini dilakukan kajian mengenai analisis efisiensi

penggunaan faktor produksi pada industri minyak kayu putih di PMKP Sukun.

Penelitian yang mengkaji mengenai tingkat efisiensi faktor-faktor produksi

di industri minyak kayu putih pernah dilakukan sebelumnya, misalnya

penelitian oleh Affianto (1996) di PMKP Kupang, KPH Mojokerto dan Evi

Wulandari (2010) di PMKP Gelaran Yogyakarta. Penelitian di Pabrik Minyak

Kayu Putih Sukun ini adalah dalam rangka memenuhi keperluan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Setiap usaha selalu berupaya untuk memperoleh keuntungan sebesar-

besarnya. Keuntungan yang tinggi dapat diperoleh dari penerimaan yang tinggi

atau biaya yang rendah, maupun dari kombinasi keduanya. Menurut Kadarsan

(1992), untuk memperoleh meraih pendapatan yang memuaskan, perlu memiliki

dan atau menguasai faktor produksi yang diperlukan, dengan jumlah yang

semaksimal mungkin dan dengan kombinasi yang setepat mungkin.

Namun pada kenyataannya, PMKP Sukun dihadapkan pada permasalahan

bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang dimilikinya secara

tepat dan efisien untuk menghasilkan produksi maksimal sehingga keuntungan


4

tertinggi dapat tercapai. Keterampilan dalam penggunaan dan pengalokasian

faktor-faktor produksi memegang peranan yang sangat penting. Jika mampu

mengalokasikan faktor-faktor produksinya secara efisien untuk dapat

memberikan manfaat sebesar-besarnya, maka tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang maksimum dapat tercapai.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin menganalisis faktor-faktor

produksi yang berpengaruh terhadap produksi minyak kayu putih. Pada

penelitian ini, dipilih bahan baku daun kayu putih, bahan bakar briket, tenaga

kerja, spare part atau suku cadang, listrik dan modal sebagai faktor-faktor

produksi yang diduga mempengaruhi output produksi minyak kayu putih di

PMKP Sukun. Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi diperlukan untuk

mengetahui tingkat efisiensi teknis dan ekonomi penggunaan faktor-faktor

produksi di PMKP Sukun.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis

penggunaan faktor-faktor produksi (daun kayu putih, briket, tenaga kerja,

spare part atau suku cadang, listrik dan modal kerja) pada proses produksi

minyak kayu putih di PMKP Sukun.


5

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain :

a. Sebagai sumber informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

perusahaan untuk meningkatkan efisiensi kerja di Pabrik Minyak Kayu

Putih Sukun.

b. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi perusahaan untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi yang digunakan dalam

proses produksi.

c. Sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis.

Anda mungkin juga menyukai