Anda di halaman 1dari 16

PEMBANGUNAN SEBAGAI PROSES PERUBAHAN SOSIAL

Oleh : Salahudin

Tulisan ini sengaja diberi judul Pembangunan sebagai Proses Perubahan Sosial
dengan alasan, pertama realitas pembangunan dimanapun dan dilakukan oleh siapapun
serta dalam bidang apapun pasti mengarah pada perubahan sosial baik dalam bidang
meteriil maupun non materiil. Kedua, penggerak utama pembangunan adalah manusia,
dalam konteks ini ide pembangunan dari manusia dan untuk manusia. Manusia
melalui akal dan fikiran yang dimiliki berusaha untuk melakukan pembangunan
dengan tujuan dapat mewujudkan kesejahteraan manusia (kebutuhan dan tuntutan
hidup manusia).

Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana proses perubahan sosial ditengah
pembangunan yang dilakukan oleh manusia baik oleh negara, masyarakat, dan sektor
swasta yang dibagi kedalam beberapa bidang pembahasan sebagai berikut ini: tipe-
tipe perubahan, faktor pendorong perubahan, dan faktor penghambat perubahan.
Meskipun difokuskan pada bahasan tersebut, tulisan ini dipandang perlu untuk
diawali dengan pembahasan pengertian perubahan sosial serta pendekatan teori-
teorinya dan diakhiri dengan mengulas mitos perubahan sosial.

A. Pengertian Perubahan Sosial


Pengertian tentang perubahan sosial mudah dijumpai. Hal ini disebabkan
oleh luasnya cakupan pembahasan perubahan sosial. Perubahan sosial mencakup
ilmu sosial politik, budaya, ekonomi, bahkan pada persoalan tehnik sipil, industri,
dan informasi. Perubahan sosial dapat terjadi disegala bidang, dan pendorong
perubahan sosial dapat disebabkan oleh segala bidang utamanya bidang ilmu
yang disebutkan di atas. Meskipun perubahan sosial terjadi disegala bidang
seperti yang disebutkan tadi, perubahan sosial memiliki satu arti yang sama, yaitu
pergeseran sesuatu menuju yang baru. Namun menjadi arti yang berbeda ketika
didefinisikan berdasarkan bidang/spesifikasi ilmu. Berikut definisi perubahan
sosial menurut beberapa ahli.

1
William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-
perubahan sosial mencakup unsur- unsur kebudayaan yang materiil maupun
immateriil dengan menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsur-unsur
immaterial.
Kinglesy Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang
terjadi dalam fungsi dan struktur masyarakat. Perubahan- perubahan sosial
dikatakannya sebagai perubahan dalam hubungan sosial (sosial relationship) atau
sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial tersebut.
Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial untuk
suatu variasi cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena
perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, kempetisi penduduk, ideologi,
maupun karena adanya difusi atau perubahan- perubahan baru dalam masyarakat
tersebut.
Sole Soemardjan mengatakan perubahan sosial adalah perubahan yang
terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam sutau masyarakat yang
mempengaruhi sitem sosial, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap- sikap dan
pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakat.
Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi mengartikan perubahan sosial merupakan
suatu proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi
dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku
kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-
kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek kehidupan material maupun
nonmateri.
Definisi perubahan sosial yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas
memiliki kesimpulan yang sama bahwa perubahan sosial terjadi adanya
pergeseran orientasi manusia dari yang lama menuju sesuatu yang baru dan
disebabkan oleh pola pikir manusia yang dipengaruhi lingkungan yang ada.
Perubahan tersebut berada pada dua bidang terdiri dari perubahan materiil dan
immaterial. Perubahan materiil yaitu perubahan fisik yang dilakukan dan dialami
oleh manusia misalnya dalam hal teknologi telah merubah pola interaksi manusia
dari tatap muka menjadi perantara. Perubahan immaterial yang oleh Soetomo

2
disebut perubahan idealistik, yaitu perubahan keyakinan dan prinsip hidup
manusia, misalnya berkaitan dengan HAM.

B. Pendekatan Teori Perubahan Sosial


Pembahasan pendekatan teori dalam diskusi perubahan sosial menjadi
hal penting. Karena pendekatan adalah kacamata awal untuk melihat,
menganalisa, bahkan menjadi paradigma pemikiran dalam memahami realitas
sosial termasuk perubahan sosial. Perbedaan pendekatan akan menghasilkan
perbedaan pendefinisian realitas sosial (perubahan sosial).
Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi membagi tiga pendekatan teori perubahan
sosial, yaitu: Pendekatan teori klasik, Pendekatan teori equilibrium, Pendekatan
teori modernisasi, dan Pendekatan teori konflik. Berikut diuraikan pendekatan-
pendekatan tersebut.
Pendekatan Teori Klasik.
Dalam kelompok teori-teori perubahan sosial klasik dibahas empat
pandangan dari tokoh-tokoh terkenal yakni August Comte, Emile Durkheim,
dan Max Weber.
August Comte menyatakan bahwa perubahan sosial berlangsung secara
evolusi melalui suatu tahapan-tahapan perubahan dalam alam pemikiran
manusia, yang oleh Comte disebut dengan Evolusi Intelektual. Tahapan-tahapan
pemikiran tersebut mencakup tiga tahap, dimulai dari tahap Theologis Primitif;
tahap Metafisik transisional, dan terakhir tahap positif rasional. setiap perubahan
tahap pemikiran manusia tersebut mempengaruhi unsur kehidupan masyarakat
lainnya, dan secara keseluruhan juga mendorong perubahan sosial.
Emile Durkheim melihat perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari
faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat
dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi
masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik.
Max Weber pada dasarnya melihat perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini dicontohkan masyarakat Eropa yang sekian lama

3
terbelenggu oleh nilai Katolikisme Ortodox, kemudian berkembang pesat
kehidupan sosial ekonominya atas dorongan dari nilai Protestanisme yang
dirasakan lebih rasional dan lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan modern.
Dengan jelas pandangan teori klasik tentang perubahan sosial di atas
disimpulkan bahwa perubahan sosial berlangsung secara bertahap (step by step).
Perubahan sosial yang demikian disebut juga perubahan sosial alami (perubahan
yang terjadi dengan sendirinya melalui akal fikiran manusia sebagai mahluk
sosial).
Pendekatan Teori Eqiulibrium
Pendekatan ekuilibrium menyatakan bahwa terjadinya perubahan sosial
dalam suatu masyarakat adalah karena terganggunya keseimbangan di antara
unsur-unsur dalam sistem sosial di kalangan masyarakat yang bersangkutan, baik
karena adanya dorongan dari faktor lingkungan (ekstern) sehingga memerlukan
penyesuaian (adaptasi) dalam sistem sosial, seperti yang dijelaskan oleh Talcott
Parsons, maupun karena terjadinya ketidakseimbangan internal seperti yang
dijelaskan dengan Teori kesenjangan Budaya (cultural lag) oleh William Ogburn.
Teori ekuiliberium yang dijelaskan diatas cenderung mengatakan bahwa
perubahan sosial dikarenakan adanya salah satu bagian sistem yang tidak
berfungsi dengan baik. Dalam pendekatan ini perubahan sosial berjalan dengan
lambat dan perubahan sosial diatur dan dikendalikan oleh struktur yang ada
(behind design) atau rekayasa sosial.
Secara eksplisit pendekatan ini tidak menginginkan adanya perubahan
sosial, dibukti dengan adanya keharus aktor atau institusi sosial untuk memiliki
prinsip Adaptasi, Gold, Integrasi, (AGIL) dalam sistem sosial. Keseimbangan
sistem dibutuhkan dalam mencapai tujuan bersama.
Pendekatan Teori Modernisasi
Pendekatan modernisasi yang dipelopori oleh Wilbert More, Marion
Levy, dan Neil Smelser, pada dasarnya merupakan pengembangan dari pikiran-
pikiran Talcott Parsons, dengan menitikberatkan pandangannya pada kemajuan
teknologi yang mendorong modernisasi dan industrialisasi dalam pembangunan
ekonomi masyarakat. Hal ini mendorong terjadinya perubahan-perubahan yang

4
besar dan nyata dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk
perubahan dalam organisasi atau kelembagaan masyarakat.
Pendekatan Teori Konflik
Adapun pendekatan konflik yang dipelopori oleh R. Dahrendorf dan
kawan-kawan, pada dasarnya berpendapat bahwa sumber perubahan sosial
adalah adanya konflik yang intensif di antara berbagai kelompok masyarakat
dengan kepentingan berbeda-beda (Interest groups). Mereka masing-masing
memperjuangkan kepentingan dalam suatu wadah masyarakat yang sama
sehingga terjadilah konflik, terutama antara kelompok yang berkepentingan
untuk mempertahankan kondisi yang sedang berjalan (statusquo), dengan
kelompok yang berkepentingan untuk mengadakan perubahan kondisi
masyarakat.
Pendekatan teori konflik terinspirasi dari teori perubahan sosial Karl
Marx yang mangatakan pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat
dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat,
terutama sebagai akibat dari pertentangan yang terus terjadi antara kelompok
pemilik modal atau alat-alat produksi dengan kelompok pekerja.

Pada dasarnya ke empat pendekatan yang dijelaskan di atas adalah satu


kesatuan yang memiliki perbedaan pendefinisian atas perubahan sosial. Dikatan
demikian, karena munculnya pendekatan- pendekatan yang dijelaskan tadi atas
dasar perbaikan dan kritikan pendekatan sebelumnya (proses ini sering disebut
proses dialektika). Setiap pendekatan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan
(ini hal yang alami dan tidak terbantahkan dalam realitas sosial). Berikut
digambarkan bagan hubungan pendekatan dalam teori perubahan sosial.

5
Bagan Hubungan Pendekatan dalam Teori Perubahan Sosial

Pendekatan Klasik

Pendekatan Pendekatan
Equilibrium Modernisasi

Pendekatan Teori
Konflik

Pendekatan equiliberium dan pendekatan modernisasi memiliki arti yang


sama dan saling melengkapi dan terinsipirasi dari pendekatan teori klasik.
Sedangkan Pendekatan teori konflik muncul mengritisi kekurangan dan
kelemahan pendekatan equiliberium dan modernisasi. Perspektif pendekatan teori
konflik, perubahan sosial pendekatan ekuiliberium dan modernisasi adalah
perubahan yang diatur oleh struktur sosial yang berkuasa dan bermodal, oleh
karena itu peluang terjadi eksploitasi terhadap masyarakat yang tidak memiliki
modal sangat memungkinkan. Tolak ukur pendekatan konflik adalah perubahan
sosial harus mengangkat hak- hak masyarakat bukan penguasa maupun
pengusaha. Demikian hubungan antar pendekatan dan teori perubahan sosial.

C. Tipe- Tipe Perubahan Sosial


Berdasarkan pendekatan – pendekatan perubahasan sosial yang
dijelaskan di atas perubahan sosial dapat dibagi dua, yaitu tipe evolusi
(perubahan bertahap), dan tipe revolusi (perubahan cepat). Ditinjau dari
perencanaan, tipe perubahan sosial terdiri dari, perubahan terencana dan tidak
terencana. Diukur dari pengaruh, maka perubahan sosial dibagi dua tipe, yaitu
perubahan sosial yang pengaruhnya kecil dan perubahasan sosial yang
pengaruhnya besar.
6
Jadi disimpulkan perubahan sosial ada enam tipe: Perubahan sosial
evolusi, Perubaan sosial revolusi, perubahan sosial terencana, perubahan sosial
tidak terencana, perubahan sosial berpengaruh kecil, dan perubahasan sosial
berpengaruh besar. Berikut penjelasan definisi serta contoh tipe- tipe perubahan
sosial tersebut.
Perubahan Sosial Evolusi
Menurut Paul Bohannan dalam Soerjono Soekanto (1982,315),
perubahasan sosial evolusi adalah perubahan- perubahan yang memerlukan
waktu yang lama, dimana terdapat suatu rentetan perubahan- perubahan kecil
yang saling mengikuti dengan lambat. Pada evalusi, perubahan- perubahan terjadi
dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak tertentu.
Perubahan- perubahan terjadi oleh karena usaha- usaha masyarakat untuk
menyusaikan diri dengan keperluan- keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-
kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan
perubahan-perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa –
peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersakutan.
Berdasarkan penjelasan Paul di atas maka ciri-ciri perubahan evolusi
adalah:
1. Perubahan terjadi dengan sendirinya (perubahan alami)
2. Perubahan membutuhkan rentan waktu yang lama
3. Perubahan terjadi karena usaha manusia untuk mendapatkan kebutuhan
sesuai dengan kondisi yang ada disekitar kehidupan manusia (kondisi-kondisi
baru).
4. Penggerak perubahan bukan tergantung institusi/struktur sosial namun
kebutuhan dan kondisi riil yang ada.

Perubahan sosial evolusi biasanya terjadi pada masyarakat tradisional,


yaitu masyarakat yang memiliki struktur sosial tertutup (tidak memiliki akses
informasi dari lingkungan eksternal). Dan biasanya persoalan yang terkait
dengan immaterial tidak dapat dilakukan perubahan. Contoh, masyarakat di bali
yang memiliki strata sosial ksatria, brahmana, waisyak, dan sudra. Masyarakat
digolongkan pada kelas tertentu atas dasar keturunan bukan keterampilan seperti
7
di masyarakat modern (open society). Oleh karena itu masyarakat sulit merubah
status sosial yang dimiliki.

Teori perubahan sosial evolusi seperti yang dijelaskan di atas menenuai


banyak kritikan dan pertanyaan. Misalnya Soerjono Soekanto dalam buku
pengantar sosiologi (buku rujukan sosiologi sekolah dasar hingga perguruan
tinggi) mempertanyakan seperti berikut ini “apakah suatu masyarakat
berkembang melalui tahap- tahap tertentu. Lagipula adalah sangat sukar untuk
memastikan bahwa tahap yang telah dicapai dewasa ini, merupakan tahap
terakhir dan sebaliknya telah berkembang secara pasti, apakah pasti menuju ke
bentuk kehidupan sosial yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan
keadaan dewasa ini, atau bahkan sebaliknya?”. Atas pertanyaannya itu Soerjono
Soekanto mengatakan “para sosilog telah banyak meninggalkan teori-teori
evolusi tentang masyarakat.

Perubahan Sosial Revolusi

Secara sederhana arti perubahan sosial revolusi adalah perubahan yang


terjadi dengan cara cepat mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok daripada
kehidupan manusia (Soerjono Soekanto, 1982, 317). Di dalam revolusi,
perubahan sosial dapat terjadi dengan terencana dan tidak terencana (spontan).
Dan perubahan revolusi yang terencana membutuhkan waktu yang agak lama
namun secara psikologis dirasakan cepat, seperti misalnya revolusi industri yang
dimulai di Inggris, dimana terjadi perubahan – perubahan dari tahap produksi
tanpa mesin menuju ke tahap produksi dengan menggunakan mesin. Perubahan
tersebut dianggap cepat, karena merubah sendi-sendi pokok daripada kehidupan
masyarakat, seperti misalnya sistem kekeluargaan , hubungan antara buruh
dengan majikan dan seterusnya (contoh dikutip dari Soerjono Soekanto).

Revolusi yang tidak terencana (direncanakan dalam waktu yang singkat),


yaitu perubahan sosial yang terjadi pada struktur politik dan pemerintahan yang
disebabkan oleh adanya gerakan sosial melawan ketidakadilan Negara dalam
distribusi kekuasaan, kewenangan, dan distribusi ekonomi kepada masyarakat

8
umum, seperti misalnya gerakan reformasi 1998 di Indonesia, gerakan sosial
2011 di Tunisia dan Mesir. Perubahan struktur politik dan pemerintahan di
ketiga negara tersebut terjadi dalam waktu yang sangat cepat (hitungan bulan).
Untuk menuju revolusi yang demikian dibutuhkan hal- hal berikut ini, memiliki
pimpinan revolusi (gerakan sosial), memiliki kesadaran bersama, memiliki
kondisi yang sama, memiliki solidaritas sosial yang tinggi, momentum yang tepat,
dan memiliki kekuatan finansial dan fisik.

Secara teoritis perubahan sosial revolusi terjadi pada masyarakat terbuka


(open society), yaitu masyarakat yang sadar akan informasi dan teknologi. Kekuatan
revolusi di Mesir dan Tunisia digalang melalui teknologi internet program Twiter
dan Facebook. Ini menjadi buktinyata pengaruh teknoligi terhadap perubahan
sosial revolusi.

Perubahan Sosial Terencana

Perubahan sosial terencana merupakan perubahan yang diatur oleh


aktor-aktor tertentu dalam mewujudkan tujuan yang sama. Aktor-aktor tersebut
menyusun strategi, ide, dan program dengan sistimatis bahkan dijadikan sebagai
acuan normatif seperti misalnya Negara melalui birokrasi untuk mewujudkan
tujuan kesejahteraan masyarakat (merubah Negara miskin menjadi Negara
berkembang, Negara berkembang menjadi Negara maju) direncanakan dan
ditetapkan program-program bersama jadwal untuk mewujudkan tujuan
tersebut.

Perubahan Sosial Tidak Terencana

Perubahan sosial tidak terencana adalah perubahan sikap dan perilaku


manusia disebakan oleh lingkungan dan kondisi yang ada seperti misalnya
perubahan perilaku komunikasi manusia, sebelum memasuki abad teknologi
manusia tidak pernah membayangkan diabad sekarang ini (abad modern)
manusia tidak lagi hanya komunikasi tatap muka namun bisa dilakukan dengan
cara jarak jauh melalui Handpon (HP), Internet (Email, Twiter, Feecbook, dll).

9
Perubahan Sosial Pengaruhnya Kecil

Perubahan sosial pengaruhnya kecil adalah perubahan yang dampaknya


tidak langsung pada perubahan struktur sosial politik dan pemerintahan.
Pengaruhnya hanya pada wilayah perilaku manusia secara individu misalnya
seperti mode/tren pakaian.

Perubahan Sosial Pengaruhnya Besar

Perubahan sosial yang dirasakan oleh orang banyak (institusi sosial)


seperti misalnya perubahan dari agraris menuju industri. Perubahan tersebut
membawa dampak pada perubahan struktur sosial yang ada. Dari struktur sosial
yang orientasi agraris menjadi industri. Contoh lain, perubahan struktur politik
pemerintahan otoriter menuju politik pemerintahan demokratis mebawa dampak
besar bagi perubahan sikpa dan budaya politik masyarakat.

Perubahan Materiil dan Immateriil

Selain tipe-tipe perubahan sosial yang didiskusikan di atas masih ada


beberapa tipe perubahan sosial yang ditinjau dari perspektif struktur sosial
sebagaimana yang didiskusikan oleh Drs. Wawan Ruswanto, M.Si dalam buku
modul/bahan ajar (reviuwer Juli Astutik, belum dipublikasikan dalam bentuk
buku). Berdasarkan teori-teori perubahan sosial strukturasi Ruswanto
menguraikan tipe perubahan sosial berdasarkan perspektif struktur sosial sebagai
berikut.

1. Perubahan dalam personel (changes in personnel), yang berhubungan dengan


perubahan peran dan individu-individu baru dalam sejarah kehidupan manusia yang
berkaitan dengan keberadaan struktur.
2. Perubahan dalam cara bagian-bagian dari struktur berhubungan (changes in the way
parts of structures relate). Perubahan pada tipe ini menyangkut hubungan-hubungan
peran (role relationships).
3. Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur (changes in the functions of structures).
Perubahan dalam tipe ini berkaitan dengan apa yang dilakukan masyarakat dan
bagaimana masyarakat tersebut melakukannya.
4. Perubahan dalam hubungan antara struktur yang berbeda (changes in the relationships
between different structures).

10
5. Kemunculan struktur baru (the emergence of new structures). Perubahan yang terjadi
merupakan peristiwa munculnya struktur baru untuk menggantikan struktur
sebelumnya.

Tipe perubahan sosial yang dijelas Ruswanto di atas menggunakan


pendekatan struktural fungsional Talcott Parson yang terfokus pada analisa
peran struktur. Meskipun banyak kritikan namun pendekatan tersebut
memberikan kontribusi banyak dalam memahami realitas sosial tentang
perubahan sosial. Sedikit banyak yang disampaikan oleh Ruswanto di atas adalah
fenomena riil yang terjadi pada kehidupan masyarakat.

D. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial


Faktor Pendorong Perubahan Sosial
Sudah menjadi kesepakatan umum perubahan sosial dalam kehidupan
masyarakat akan dan pasti terjadi baik dengan lambat maupun cepat, terencana
maupun tidak terencana, dan berpengaruh besar maun kecil. Pertanyaannya apa
faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial? Sebagai bentuk
jawaban atas pertanyaan ini telah melahirkan banyak teori.
Soejono Sukanto mengatakan perubahan sosial disebabkan oleh faktor internal
dan eksternal. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri adalah
antara lain:
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk. Dengan bertambahnya penduduk
menyebabkan terjadinya perubahan struktur masyarakat, terutama yang
menyangkut lembaga- lembaga kemasyarakatan. Berkurangnya penduduk
yang disebabkan oleh adanya aktivitas transmigrasi juga berpengaruh pada
perubahan struktur masyarakat.
2. Penemuan- penemuan baru. Penemuan baru ditengah kehidupan masyarakat
berdampak luas pada cara hidup masyarakat seperti misalnya pada
pengolahan lahan dengan menggunakan pacul/tembilang yang menguras
tenaga manusia lebih besar. Karena inovasi manusia, cara tersebut mulai
ditinggalkan dan digantikan dengan cara baru, hasil temuan manusia yaitu
pengolahan lahan dengan menggunakan mesin traktor.
3. Pertentangan (conflict) didalam masyarakat. Konflik antar individu dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok dapat berpengaruh besar pada
11
perubahan sosial budaya seperti misalnya pertentangan individu dengan
tradisi kebudayaan dilingkungan sekitar.
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi. Gerakan revolusi berpengaruh
lebih besar dalam perubahan sosial dibandingkan penyebab lain. Karena
revolusi merubah bentuk dan struktur Negara dan pemerintahan.

Soetonomo (2009, 83) menjelaskan ada lima faktor yang mendorong


perubahan sosial diantaranya: sebagai upaya pemecahan masalah sosial,
percepatan perubahan, proses reintegrasi, memotong lingkaran kemiskinan,
transformasi struktur dan antisipasi dampak. Faktor perubahan sosial tersebut
oleh Soetonomo diistilahkan sebagai perubahan sosial terencana menuju kondisi
sosial yang lebih baik.

1. Pemecahan Masalah Sosial

Soetomo menguraikan “sebagaimana diketehui, masalah sosial kondisi


yang tidak diharapkan, karena mengandung unsur yang merugikan, baik fisik
maupun non fisik, atau merupakan pelanggaran terhadap norma maupun
standar sosial”.

Masalah sosial juga dapat dikatakan sebagai penyakit sosial yang


meresahkan masyarakat bahkan negara seperti misalnya tindakan teroris yang
melakukan bom bunuh diri, bom buku, bom senter, bom tarmos,dll terhadap
tempat umum atau individu. Ini menjadi masalah sosial ditengah kehidupan
masyarakat dan bernegara. Oleh karena itu masyarakat, negara, dan pihak
tertentu harus mengambil langkah untuk merubah tindakan terorisme menjadi
sesuatu yang lebih baik dan dapat menciptakan keamanan dan kedamaian.

2. Percepatan Perubahan

Definis percepatan perubahan dalam konteks ini adalah mendorong


perubahan alami menjadi perubahan terencanakan dengan tujuan dapat berubah
lebih cepat. Langkah ini diatur oleh struktur sosial yang memiliki otoritas untuk
mengatur dan mengarahkan struktur sosial dibawahnya seperti misalnya untuk

12
merubah pola pikir tradisional masyarakat Baduy menuju pola pikir moderen
dengan cara alami cenderung lambat, oleh karena itu perlu direncanakan oleh
pemerintah terkait untuk merubah lebih cepat melalui program pembangunan
yang dianggap tepat.

3. Memotong Lingkaran Kemiskinan

Perubahasan sosial dalam model ini mengarah pada pembangunan


kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang berada pada lingkaran kemiskinan
diusahakan untuk merubah menuju masyarakat yang sejahtera sandang pangan.
Langkah ini tentu berawal dari inisiatif negara dan didorong oleh kemauan keras
masyarakat itu sendiri.

4. Transformasi Struktur dan Antisipasi Dampak

Berdasarkan perspektif struktural fungsional, kondisi pembangunan


sangat tergantung dari struktur sosial yang ada. Jika struktur sosial korup maka
pembangunan akan bertumpu pada struktur sosial tertentu dan distribusi
kekuasaan terpusat pada struktur tertentu pula akhirnya keadilan yang dinginkan
tidak dapat terwujud dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
perubahan atau reformasi struktur sosial menuju struktur yang mampu
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan. Good and Political Will seluruh lapisan
sosial utamanya negara adalah hal utama yang harus dimiliki dalam melakukan
transformasi struktur serta menjaga struktur baru agar berjalan dengan baik dan
dapat mewujudkan cita- cita dan tujuan yang dinginkan.

Faktor Penghambat Perubahan Sosial

Ada beberapa alasan atau faktor kenapa perubahan sosial cenderung


lambat dan bahkan jalan ditempat. Berikut diuraikan penghambat perubahan
sosial.

Kurangnya Hubungan Dengan Masyarakat Lain

Individu atau masyarakat yang tidak memiliki atau tidak mau memiliki
akses untuk berhubungan dengan masyarakat lain. Dadot (2011) “bahwa
13
masyarakat tersebut tidak dapat mengetahui perkembangan-perkembangan apa
yang terjadi pada masyarakat lain di luarnya. Jika hal tersebut tetap berlangsung,
atau bahkan tidak sepanjang masa maka akan menyebabkan kemunduran bagi
masyarakat yang bersangkutan, sebab mereka tidak memperoleh masukan-
masukan misalnya saja pengalaman dari kebudayaan lain, yang dapat
memperkaya bagi kebudayaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, faktor
ketertutupan atau kurangnya hubungan dengan masyarakat atau kebudayaan lain,
menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat atau menghalangi bagi proses
perubahan sosial dan budaya di dalam masyarakat”.

Tradisi dan Adat

Karena tradisi dan adat merupakan aktivitas yang dilakukan secara


berulang-ulang dan dianggap sebagai aktivitas yang sakral oleh masyarakat
tertentu maka tidak gampang untuk dirubah meskipun aktivitas itu
mengorbankan harta bahkan jiwa seperti misalnya tradisi Ngayau (potong
kepala) suku Dayak Iban di Kalimantan Barat.

Kepentingan Politik yang Tertanam Kuat

Negara – negara yang memiliki sistem politik tertutup (otoriter, monarki,


sosialis) memiliki kepentingan politik yang tertanam kuat akhirnya perubahan
pada struktur sangat sulit dilakukan termasuk pergantian pimpinan negara.

Manusia Pasrah pada Nasib (takdir Tuhan)

Manusia seperti ini sulit untuk merubah hidup karena prinsip yang
dimiliki hidup tergantung tuhan sedangkan manusia hanya menunggu dan
menerima nasib/takdir. Biasanya manusia yang berprinsip seperti ini tidak
memiliki wawasan luas tentang ketuhanan dan mereka berada jauh dari akses
pendidikan dan informasi.

E. Penutup, Mitos Pembangunan dan Perubahan Sosial


Pada bagian ini penulis mendiskusikan pembangunan dan perubahan
sosial perspektif kritis. Maksud dari topik ini adalah melihat dan menganalisa
pembangunan dan perubahan sosial yang sedang dan telah terjadi berdasarkan
pandangan kritis. Pembangunan di era globalisasi dan modernisasi telah banyak

14
yang melakukan kritikan. Karena pembangunan di era tersebut menyampingkan
hak asasi manusia (HAM) dan mengagungkan teknologi dan industrialisasi.
Menurut Mansour Fakih (2006), teori pembangunan dan globalisasi yang begitu
diagung-agungkan oleh negara maju telah gagal dalam mewujudkan tujuannya
bagi negara di Asia. Negara NIC (Newly Industrial Countries) yang menjadi
percontohan telah hancur dan tidak bisa bertahan diterpa oleh badai krisis
multidimensi yang melanda dunia. Revolusipun bukan suatu langkah yang tepat
dalam pembangunan politik. Karena menurut Irma Adelman (dalam Fakih,
2006: 66), 40-60 % penduduk di negara miskin menjadi semakin buruk. Yang
diperlukan adalah human resource development untuk mencapai pertumbuhan
dengan pemerataan. Dengan pembangunan sumberdaya manusia diharapkan
akan dapat menumbuhkan kesadaran dan daya kritis masyarakat terhadap proses
pembangunan politik (http://duniapolitik-wibiono.blogspot.com,2011).
Indonesia, salah satu contoh negara berkembang yang melakukan pembangunan
tetapi mengorbankan kepentingan (masyarakat). Masyarakat digusur dari tempat
tinggalnya untuk kepentingan industri dan kapitalisme. Ambil contoh kasus
penggusuran di Surabaya seperti yang dimuat di blog
http://www.blogger.com/profile/18269832098847358043 sebagai berikut:
“212 KK atau 50% dari jumlah KK warga korban penggusuran stren kali jagir
memilih menolak dan tidak mau menempati rusun yang dipersiapkan. Realitas
diatas, dalam pandangan teori kebutuhan bertingkat psikologi humanistik dilatar
belakangi oleh asumsi bahwa tindakan penggusuran menjadi ancaman
pemenuhan kebutuhan fisiologis (physiological needs) dan kebutuhan akan rasa
aman (need for self-security) sehingga bila tidak diimbangi dengan mekanisme
pertahanan (defence mechanism), maka akan berpengaruh pada ketidak
menentuan kondisi psikologis yang tercermin dari kelainan perilaku sehari-hari.
Dengan demikian, tragedi penggusuran yang berdampak pada ketidak
menentuan kondisi psikologis warga korban penggusuran tentu menjadi
masalah yang memerlukan langkah-langkah solutif agar normalisasi kondisi
psikologis warga minimal kembali pada kondisi sebelum terjadi penggusuran.
Namun untuk mempertajam langkah-langkah solutif dipandang perlu
menemukan gambaran perasaan tertekan yang dialami oleh warga korban
penggusuran”.

Contoh di atas adalah sebagian kecil dari banyak kasus penggusuran

lainnya. Model pembangunan seperti ini yang dikedepankan adalah kepentingan

penguasa dan pengusaha. Mol, Rumah Susun, Ruko, Perusahaan Tambang,


15
kanor- kantor mewah, gedung- gedung bertingkat, semuanya adalah milik

penguasa dan pemodal. Ironisnya, pembangunan tersebut dibangun diatas

penderitaan rakyat.

Bahan Bacaan :

Soetomo, Cetakan 1, 2009. Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka.


Penerbit Pustaka Pelajar Yogyakarta.

Soerjono Soekanto, Cetakan 1, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit Rajawali


Pers.

Ruswanto, dkk, 2011. Modul Mata Kuliah Perubahan Sosial Universitas Terbuka.
(http://duniapolitik-wibiono.blogspot.com,2011).

Perubahan Sosial dan Pembangunan oleh Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi dalam
http://pustaka.ut.ac.id/web/index.php.

16

Anda mungkin juga menyukai