KEHIDUPAN LANSIA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK V
ANDRE HENDRAWAN
IDA AYU
IRMA SAFITRI
KURNIA HARIANI
LANI INGGA BUDIARSIH
LELY AGUSTINA
RANGGA ATMAYUDA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Keperawatan Maternitas dengan judul “Konsep kesehatan Reproduksi pada
Daur Ulang Kehidupan Lansia”. Kami berterima kasih kepada Bapak I Made Eka
Santosa S.Kp., M.Kes Selaku pembimbing yang telah memberikan arahan kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah
mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa
dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun
sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua
yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang
sempurna baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-
mata terbebas dari penyakit/kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.Salah satu
hal penting bagi para lanjut usia adalah masalah kesehatan reproduksi.
Penurunan kesehatan reproduksi pada pria usia lanjut biasanya terjadi
ketika pria memasuki tahap andropause, yaitu turunnya fungsi reproduksi.
Sementara penurunan kesehatan reproduksi pada wanita terjadi ketika
wanita memasuki masa menopause.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang di maksud dengan lansia?
2. Apakah definisi kesehatan reproduksi?
3. Bagaimana konsep kesehatan reproduksi pada daur kehidupan lansia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan lansia
2. Untuk mengetahui definisi kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep kesehatan reproduksi pada daur
kehidupan lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI LANSIA
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
(Azwar, 2006). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang
terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan
lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
WHO DAN Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa
usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulaitf, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2. lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3. lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun
c. Partisipasi
Mendorong dan menumbuhkembangkan partisipasi dan peran serta
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan reproduksi usia
lanjut dalam bentuk pendataan, mobilisasi sasaran dan pemanfaatan
pelayanan.
d. Profesionalisme
Peningkatan kinerja tenaga serta penerapan kendali mutu pelayanan
melalui pendidikan/pelatihan, pengembangan standar pelayanan dll.
e. Sistem
Membangun sistem pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut
melalui pelayanan kesehatan dasar dan rujukannya serta melakukan
pelayanan pro aktif dengan mendekatkan pelayanan kepada sasaran.
f. Survey
Melakukan survei / penelitian untuk mengetahui permasalahan
kesehatan reproduksi usia lanjut dan tindak lanjutnya untuk
pemantapan pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut.
Fase Perubahan
tanggapan
seksual
2) Pasca stroke.
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di
rumah sakit karena pasien mengalami anxietas akibat
perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan
kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau
rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk
kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke
sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik
tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf
otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka
respon seksual mungkin tidak terpengaruh. Libido biasanya
tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi
permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas
seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi
pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus,
pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk
menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan.
Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik,
namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik
“bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara
mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk
berkomunikasi.
3) Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai
organ-organ seksual. Baik operasi maupun pengobatan
mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi
seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja,
walaupun tidak ada kerusakan saraf.
4) Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak
kasus menyebabkan neuropati autonomik. Hal ini mungkin
menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi
yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi
seksual.
5) Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan
kelemahan atau kontraktur fleksi mungkin mengganggu
apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku
mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik
sebelum aktivitas seksual.
6) Rokok dan alkohol
Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi
fungsi seksual, khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang
akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok juga
mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan
mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.
7) Penyakit paru obstruktif kronik
Pada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin
terpengaruh karena adanya kelelahan umum, kebutuhan
pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat
menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat
membahayakan jiwa.
8) Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya
disfungsi seksual. Obat-obatan tersebut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Anti hipertensi
Gol. Tiazid Arousal Ca antagonis
1. diuretika
2. sentral Klonidin, Arousal Ca antagonis
3. β blocker metildopa
4. ACE Desire, arousal Ca antagonis
inhibitor Propanolol
Arousal Ca antagonis
Captopril
Anti psikotik Torasin, tiotiksen, Desire, arousal,
haloperidol priapismus,
ejakulasi
retrograd
USIA (tahun)
Gambar 2. Hubungan kadar hormon estrogen dengan usia (Fritz, 2010).
1. ANDROPAUSE
Kata andropause dibentuk dengan menggabungkan dua kata
Yunani yaitu Andras dalam bahasa Yunani yang berarti manusia laki-
laki, Jeda dalam bahasa Yunani berarti penghentian. Andropause
adalah suatu kondisi yang timbul pada saat maskulinitas menurun,
oleh karena itu andropause adalah sindrom dimana perubahan yang
menyertai penuaan terkait dengan tanda-tanda dan gejala defisiensi
androgen pada pria yang lebih tua (usia> 50 tahun). Tanda dan gejala
yang disertai dengan tingkat serum testosterone yang rendah
(Balasubramanian et al., 2012).
Andropause juga disebut oleh beberapa ahli sebagai Androgen
Deficiency in the Aging Male (ADAM), Artial Androgen Deficiency
in the Aging Male (PADAM) atau Aging-Associated Androgen
Deficiency (AAAD). Istilah menopause pria tidak pantas karena tidak
ada gangguan atau penghentian menstruasi, dan viropause tidak akurat
karena tidak ada kehilangan virilisasi (Matsumoto et al., 2002; Morley
et al., 2003).
Andropause mengacu pada sindrom endokrin, somatik, dan
perubahan psikis yang terjadi pada laki-laki normal dengan penuaan.
Istilah ini menekankan sifat multidimensi perubahan yang berkaitan
dengan usia, termasuk penurunan hormon lain seperti hormon
pertumbuhan (GH), Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1),
Dehydroepiandrosterone (DHEA), dan melatonin, tetapi tidak
berhubungan aspek sindrom penuaan laki-laki secara khusus dengan
tingkat androgen.
Istilah andropause tidak sepenuhnya akurat karena sekresi
androgen tidak berhenti sama sekali. Andropause merupakan satu-
satunya istilah yang berhubungan dengan sindrom perubahan
fisiologis yang berkaitan dengan usia dengan penurunan bertahap dan
progresif di tingkat testosteron yang terjadi dengan penuaan,
andropause saat ini digunakan para ahli untuk mempertahankan
beberapa analogi dengan menopause pada wanita (Matsumoto et al.,
2002).
Penurunan hormon androgen pada pria andropause
mengakibatkan keluhan baik secara fisik maupun psikis sebab
androgen memainkan peran penting dalam pengembangan dan
pemeliharaan fungsi reproduksi dan seksual laki-laki. Rendahnya
tingkat sirkulasi androgen dapat menyebabkan gangguan pada
perkembangan seksual laki-laki, menghasilkan kelainan bawaan pada
saluran reproduksi laki-laki. Rendahnya kadar androgen juga
menyebabkan kesuburan berkurang, disfungsi seksual, penurunan
pembentukan otot dan mineralisasi tulang, gangguan metabolisme
lemak, dan disfungsi kognitif. Kadar testosteron menurun sebagai
proses penuaan. Gejala dan keluhan akibat penurunan hormon
testosteron pada pria dapat memperoleh manfaat dari terapi testosteron
(Nieschlag et al., 2010).
2. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa tingkah laku yang khas pada pria yang mulai
mengalami andropause dapat dibagi sebagai berikut :
a. Berusaha berpenampilan muda (puber ke dua)
b. Takut akan kesehatannya
c. Pencegahan atau pengobatan berlebihan
d. Petualangan seksual.
6. PEMERIKSAAN
Dahulu andropause sering kurang terdiagnosis karena gejala-
gejalanya tidak jelas dan beragam antara satu pria dengan pria lain.
Bahkan, beberapa pria sulit untuk mengakui bahwa mereka mengalami
masalah. Sering para dokter tidak menduga kadar testosteron yang
rendah sebagai penyebab masalah, sehingga faktor-faktor ini sering
mengarahkan dokter untuk mengambil kesimpulan bahwa gejala-gejala
itu berhubungan dengan keadaan penyakit lain (misalnya depresi) atau
hanya berhubungan dengan penuaan, sehingga sering mendorong pasien
untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak muda lagi. Kini,
penentuan diagnosis lebih mudah dilakukan dengan cara peneraan
hormon steroid seks untuk memastikan gejala-gejala andropause.
Pemeriksaan itu mencakup:
a. mengukur kadar testosteron bebas dalam darah, atau
b. menghitung indeks androgen bebas (free androgen index, FAI) =
total testosteron x 100/SHBG
Testosteron bebas
40 ng/dL 15 – 70 ng/dL
(wanita)
7. Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi andropause adalah
pemberian hormon testosteron, yang lebih dikenal sebagai pengobatan sulih
hormon (hormone replacement therapy, HRT) dengan testosteron. Seperti
halnya pengobatan sulih hormon estrogen pada wanita menopause, sulih
hormon testosteron pada pria andropause juga efektif dan bermanfaat, serta
tidak menimbulkan rasa sakit. Namun pengobatan ini tidak diberikan
kepada semua pria, karena pada pria dengan gejala-gejala andropause,
mungkin juga mengidap masalah kesehatan lain yang dapat menimbulkan
gejala-gejala tersebut. Terdapat beberapa keadaan yang tidak mengizinkan
pria andropause diberikan pengobatan sulih hormon, yaitu:
Pada beberapa kasus lain, pengobatan sulih hormon ini bahkan mungkin
tidak tepat. Bilamana terdapat keadaan berikut ini, pengobatan sulih
hormon testosteron perlu dipertimbangkan apakah akan menjadi pilihan
terbaik.
a. Penyakit hati
b. Penyakit jantung atau pembuluh darah
c. Edema (pembengkakan muka, tangan, kaki, telapak kaki)
d. Pembesaran prostat
e. Penyakit ginjal
f. Diabetes mellitus (penyakit gula, kencing manis)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara biologi penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta sistem organ.
B. SARAN