Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lisma Dianita

NIM : 1604888
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Keluarga
Nama Dosen : Dr. Nani M. Sugandhi, M. Pd

Peranan Konselor dalam Sistem Sekolah dan Sistem Keluarga

A. Peranan konselor bersifat edukatif dan remedial

Muro & Kottman (Nurihsan, 2003: 11) (dalam Agustin Mubiar) memaparkan bahwa
bimbingan yang berkembang saat ini adalah bimbingan perkembangan. Visi bimbingan
bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan
ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun
layanan tersebut juga tidak diabaikan. Pengembangan karena orientasi sasaran bimbingan
adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan upaya memberikan
kemudahan perkembangan melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Outreach
karena sasaran populasi layanan bimbingan tidak terbatas kepada individu bermasalah tetapi
semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks
kehidupannya (masalah, target intervensi, setting, metode, dan lama waktu layanan). Teknik
bimbingan yang dipergunakan, meliputi teknik-teknik pembelajaran, pertukaran informasi,
bermain peran, tutorial, dan konseling.
Willis (2013: 75) menungkapkan bahwa menurut pakar konseling keluarga ada empat
masalah pokok yang dihadapi anak, dalam menyesuaikan diri di keluarga dan sekolah:
pertama, ketidakseimbangan sistem; kedua, gangguan perkembangan; ketiga, gangguan yang
bukan perkembangan; keempat, krisis lingkungan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahanpokok yang disebutkan diatas agar masalah
murid dapat dibantu pemecahannya, maka konselor keluarga harus turun tangan di kedua
sistem tersebut (keluarga dan sekolah). Tanpa penilaian yang akurat terhadap kedua sistem
itu maka akan terjadi kesulitan untuk membentuk tujuan yang 1esame111 dan efektif pada
intervensi strategis konselor. Karena konselor bukanlah anggota sistem manapun maka
posisinya adalah unik dalam rangka menangani kedua sistem itu. Konsultasi yang dilakukan
konselor keluarga adalah bersifat edukatif ataupun remedial. Konsultasi yang bersifat
edukatif lebih menekankan pada proses perkembangan dan pendidikan anak 1esame1
kedewasaan. Sedangkan konsultasi remedial lebih menekankan pada usaha membantu
perubahan perilaku sehingga anak terlepas dari kesulitan dalam penyesuaian diri di keluarga
atau di sekolah (Willis, 2013: 76).
B. Peran dan tugas konselor sebagai mobilisasi sumber-sumber sistem
Menurut Willis (2013: 76-77) onselor keluarga seharusnya terlibat ke dalam sistem
keluarga dan sekolah, harus menjadi bagian aliansi atau koalisi khusus dari kedua sistem.
Tugas utamanya adalah menciptakan hubungan dapat dipercaya oleh kedua sistem, dan
dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kecurigaan, ketakutan, dan rasa “kikuk” atau
meragukan pada kedua sistem. Konselor adalah “pipa penyalur” atau “jembatan” antara
kedua sistem.
Tugas konselor keluarga bukanlah untuk memfungsikan para orang tua atau guru akan
tetapi untuk memobilisasi sumber-sumber sistem sehingga orang tua dapat menjadi orang tua
yang efektif dan menjadi guru efektif pula. Konselor boleh curiga dan cepat-cepat menilai
tentang masalah keluarga dan sekolah yang menyangkut anak. Ia harus bersikap tidak menilai
(nonjudgemental). Ia harus mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan,
wawancara atau dengan memberi tugas-tugas tertentu kepada anak. Masalah anak harus
diangkat ke permukaan dengan cara mengaitkannya dengan sistem keluarga dan sistem
sekolah. Dengan kerjasama terhadap sistem-sistem itu konselor mendorong sistem-sistem
tersebut untuk melakukan strategi-strategi intervensi secara akurat terhadap masalah anak
(Willis, 2013: 77).
Seorang konselor keluarga harus mempertimbangkan pengaruh 2timbal2 balik sistem
keluarga dan sekolah dan bagaimana dampaknya terhadap anak. Hal ini agar memperoleh
pemahaman perilaku anak yang terlibat transaksi dengan sistem sistem yang lebih luas.
Tanpa pertimbangan kesamaan, aturan, informasi di kedua sistem serta mengamati kehidupan
keluarga dan sekolah, maka konselor akan kehilangan data yang penting. Proses penilaian
data/informasi paling sedikit satu sesi terjadi kunjungan semua anggota keluarga. Biasanya
sesi pertama, mengumpulkan persepsi persepsi anggota keluarga tentang masalah anak,
mengamati anak dari dekat dalam konteks sistem keluarga, dan bergabung dengan keluarga
dan mengikat anggota keluarga dalam suatu kerja sama saling membantu. Konselor perlu
mengamati tentang tingkat perkembangan, tekanan-tekanan eksternal, dan derajat perbedaan
individual di dalam sistem, relasi segi tiga ayah-ibu-anak terutama anak yang bermasalah
(Willis, 2013: 78-79).
Daftar Pustaka

Agustin, Mubiar. (TT). Hakikat Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini. Modul.
[Online]. Diakses dari http://repository.ut.ac.id/4716/1/PAUD4406-M1.pdf
Willis, Sofyan. (2013). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai