Anda di halaman 1dari 6

ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No.

1, April 2014

ANALISIS KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN SPESIES


TUMBUHAN DI HUTAN DESA BALI AGA TIGAWASA,
BULELENG –BALI

Nyoman Wijana

Jurusan Biologi, Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Pendidikan Ganesha

e-mail: wijana_1960@yahoo.comX

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan besarnya indeks keanekaragaman
spesies tumbuhan pada vegetasi hutan adat yang ada di Desa Bali Aga Tigawasa-
Buleleng.Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksploratif. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh spesies tumbuhan yang ada di dalam vegetasi hutan adat yang ada di Desa Bali
Aga Tigawasa-Buleleng. Metode yang digunakan dalam pengambilan data di lapangan adalah
dengan menggunakan metode kuadrat.Teknis pengambilan sampelnya adalah dengan
sistematik sampling. Untuk data komposisi spesies dianalisis secara deskriptif. Untuk data
keanekaragaman spesies dianalisis dengan menggunakan statistik ekologi. Hasil penelitian ini
menunjukkan (1) Terdapat 24 spesies tumbuhan. Spesies yang memiliki nilai desitas relatif
paling besar adalahKopi (Anacolosa frutescens) (22,34%) dan Majegau (Dysoxylum
densiflorum). Karakteristik hutan Desa Bali Aga Tigawasa bagian strata bawahnya adalah
spesies Anacolosa frutescens dan strata atas adalah Dysoxylum densiflorum; (2) Rata-rata
indeks keanekaragaman spesies pada hutan Desa Bali Aga Tigawasa sebesar 3.3829, yang
termasuk dalam kategori sedang.

Kata kunci :Komposisi Spesies, Keanekaragaman Spesies, Bali Aga

Abstract

The purpose of this research was to know the species composition and diversity index
indigenous plants on forest vegetation in the village of Bali Aga Tigawasa-Buleleng. This
research is a kind of exploratory research. The population in this study are all species of plants
in the indigenous forest vegetation in the village of Bali Aga Tigawasa-Buleleng. The method
used in collecting data in the field is quadrate method. Technical sampling used systematic
sampling. For plant species composition data were analyzed by descriptively. For the species
diversity of data were analyzed using statistical ecology. The results of this research indicate (1)
There are 24 species of plants. Species that have the greatest value relative density is Coffee
(Anacolosa frutescens) (22.34%) and Majegau (Dysoxylum densiflorum). Characteristics Bali
Aga village forest Tigawasa bottom layer is Anacolosa frutescens and the top layer is
Dysoxylum densiflorum; (2) Average index of species diversity in the forest village of Bali Aga
Tigawasa of 3.3829, which is included in the medium category.

Keywords : Species Composition, Species Diversity, Bali Aga


Jurnal Sains dan Teknologi |288
ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 1, April 2014
dari hutan/tegal
digunakan secara 2550 ha,
arif sehingga perkebunan
PENDAHULUAN kelestarian hutan 92,65 ha,
itu tetap terjaga. pertanian 46,42
Keunikan Bali bisa dilihat dari kekerabatan Di samping itu ha dan
di antara mereka. Mereka sangat ingat mereka mengakui pemukiman 6840
pada asal muasal dari mana asal mereka. dan percaya ha. (3) Desa
Hal ini melahirkan soroh atau wangsa atau bahwa hutan itu Pedawa dengan
golongan masyarakat. Tatanan masyarakat adalah hutan luas wilayah
berdasarkan soroh ini begitu kuat duwe yaitu hutan 16.680 ha yang
menyelimuti aktivitas kehidupan milik dan/atau terdiri dari hutan
masyarakat Bali. Beberapa soroh yang pemberian Tuhan 8,56 ha,
selama ini dikenal adalah Warga Pande, Yang Maha Esa perkebunan
Sangging, Bhujangga Wesnawa, Pasek, (Ida Sang Hyang 85,106 ha,
Dalem Tarukan, Tegeh Pulasari, Arya, Widhi Wasa) pertanian 10,15
Brahmana Wangsa, Bali Aga dan lain- sehingga harus ha dan
lainnya. Perbedaan pengaruh dari dijaga dan pemukiman
kebudayaan Jawa Hindu di berbagai dilestarikan. 18,300 ha. (4)
daerah di Bali dalam zaman Majapahit, Dengan demikian Desa Tiga Wasa
menyebabkan adanya masyarakat Bali hutan itu sampai dengan luas
yaitu Masyarakat Bali-Aga dan masyarakat saat ini masih wilayah 1690 ha
tetap lestari. yang terdiri dari
hutan 8,41 ha,
Bali Majapahit. Khusus soroh Bali Aga,
Profil masing- perkebunan
dianggap sebagai Bali Asli. Masyarakat
masing desa Bali 947,17 ha, dan
Bali Aga kurang sekali mendapat pengaruh
Aga yang ada di pemukiman 16,75
dari kebudayaan Jawa-Hindu dari
Buleleng, meliputi ha.
Majapahit dan mempunyai struktur
Desa Sidatapa,
Hasil observasi di
Orang Bali Aga. Masyarakat Bali Aga pada Desa Cempaga,
lapangan dan
umumnya mendiami desa-desa di daerah Desa Pedawa,
dan Desa Tiga hasil wawancara
pegunungan seperti Desa Sembiran,
Wasa memiliki dengan beberapa
Cempaga, Sidatapa, Pedawa dan Tiga
profil desa orang masyarakat
Wasa di Kabupaten Buleleng. Desa
sebagai berikut. setempat
Tenganan Pegringsingan di Kabupaten
menyatakan
Karangasem. Orang Bali Majapahit pada (1) Desa Bali Aga
bahwa kondisi
umumnya merupakan bagian yang paling Sidatapa memiliki
hutan di masing-
besar dari penduduk Bali (Anonimus, dalamluas wilayah
sebesar 965,4 ha. masing desa Bali
Wijana, 2013a).
Dari luas wilayah Aga tersebut
desa tersebut ha masih tetap
Sebagaimana layaknya masyarakat asli
adalah hutan lestari. Kondisi
yang tinggal di daerah
149,24 ha, hutannya sejak
pegunungan/perbukitan maka jelas bahwa
perkebunan 882,3 dari dahulu
wilayahnya itu terdiri atas hutan sebagai
ha dan 29,45 ha hingga saat ini
wilayah yang menjadi sumber
pemukiman. (2) masih tetap
kelangsungan hidupnya. Wilayah hutan
Desa Cempaga seperti biasa.
yang menjadi sumber kelangsungan
dengan luas Perubahan-
hidupnya ini dijaga secara ketat dan
wilayah 9.550,15 perubahan yang
ha yang terdiri terjadi sebagai
akibat dari adaptasi terhadap kondisi mengglobal Jenis hutan
lingkungan edafik dan klimatik yang seperti saat ini.
dan Teknologi
Jurnal Sains |289
ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 1, April 2014
akan mana pelaksanaan
kelestarian upacara agama
hutan ditembak khususnya pada
yang ada tersebut termasuk jenis hutan piodalan tertentu
tropika dataran tinggi. dilakukan di hutan
dengan senjata
Kondisi di atas tampak sangat pada saat tersebut. Karena hutan
kontradiktif dengan kondisi hutan orang tersebut dianggap oleh
secara umum di Indonesia. melakukan masyarakat setempat,
Berdasarkan data yang ada untuk penghijauan di maka
tahun 2000, luas kerusakan hutan di tengah hutan
Indonesia mencapai 54,65 juta ha yang pemerintah kondisi hutan di desa
terdiri dari 9,75 juta ha hutan lindung, (Bali Post, 12 tersebut sangat lestari.
3,9 juta ha hutan konservasi, dan 41 April 2011). Berbeda halnya dengan
juta ha hutan produksi. Kerusakan Fenomena lain kondisi hutan yang
lahan di luar kawasan hutan mencapai yang hangat dikelola oleh
41, 69 juta ha (Direktorat Jendral menjadi warta pemerintah pada
Planologi Kehutanan, Kementerian media cetak di umumnya yang telah
Kehutanan, 2010). Kerusakan hutan ini Bali adalah banyak mengalami
akan berdampak pada klimatologi, meluapnya air degradasi.
hidroorologis, tanah, kesehatan, Danau Buyan Sebagaimana diketahui
budaya dan lain-lain baik secara lokal, dan Danau bahwa kondisi hutan
nasional maupun global. Tamblingan yang lestari,
sampai memberikan
Data dari Dinas Kehutanan Propinsi merendam ketertarikan tersendiri
Bali tahun 2002 menunjukkan bahwa pemukiman bagi ekologiwan untuk
dari luas lahan 127.271,5 ha kawasan penduduk, mengetahui lebih jauh
hutan yang ada, kondisi tempat wisata, tentang fenomena dan
tegakan/vegetasi hutannya yang masih dan lahan eksistetensi dari hutan
bagus seluas 56,06%, hutan pertanian tersebut baik dari sisi
bervegetasi belukar atau semak masyarakat biodiversity dan
sebesar 25,55% dan sisanya berupa sekitar. Hal ini bioconservation.
hutan kritis atau sangat rawan sampai diprediksi akibat Kondisi yang berkaitan
kosong adalah sebesar 18,39%. Ada 3 terjadinya alih dengan informasi
faktor penyebab kerusakan hutan di fungsi lahan parameter ekologi
Bali yakni kebakaran, penebangan liar, yakni dari vegetasi khususnya
dan pembibrikan. Kebakaran hutan ekosistem komposisi dan
tahun 2002 mencapai 544,19 ha; hutan menjadi keanekaragaman
penebangan liar 83,17 m3/th; dan ekosistem spesies tumbuhan yang
pembibrikan mencapai 5.245, 77 ha pemukiman dan ada di hutan Desa Bali
(Adnyana dan Suwarna, 2007). pertanian (Bali AgaTigawasa tersebut,
Post, 11 dan 13 belum ada sama sekali
Hutan-hutan yang dikelola oleh April 2011). bahkan data ilmiah
pemerintah banyak mengalami yang dilakukan oleh
gangguan dan perambahan/ilegal Hutan yang ada para peneliti lain pun
logging yang terus berjalan hingga saat di Desa Bali belum tersedia sama
ini (Bali Post, 7 Maret 2011), dan AgaTigawasa sekali. Kondisi ini
bahkan ada kejadian yang cukup dipandang menjadikan ketertarikan
menarik yakni masyarakat yang peduli sebagai suatu penulis untuk
tempat suci, di melakukan penelitian
dalam mengkaji biodiversity yang meliputi komposisi

Jurnal Sains dan Teknologi |290

Anda mungkin juga menyukai