Anda di halaman 1dari 8

KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan yang bersifat khusus yang harus
dimiliki tenaga pengajar agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien, dan
professional (Supriadie.2012). Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru
dapat melaksanakan peranya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efesien. Salah satu keterampilan dasar mengajar guru yang
tidak boleh dilupakan adalah keterempilan dalam memberi penguatan(Aqib.1984) .

A. Pengertian Keterampilan Memberi Penguatan


Keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon baik
verbal ataupun non verbal, yang diberikan guru terhadap tingkah laku siswa untuk memberikan
umpan balik atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi dan memotivasi siswa
yang lain untuk berbuat hal yang sama seperti siswa yang diberikan penguatan tadi
(Sanjaya.2006). Keterampilan memberikan penguatan juga diartikan dengan tingkah laku guru
dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah
laku tersebut timbul kembali, dimaksudkan untuk membesarkan hati siswa agar mereka lebih
giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengajar (Hasibuan.2008). Selain itu, Keterampilan
memberikan penguatan merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk prilaku yang
dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku diwaktu yang
lain(Majid.2012).
Pemberian penguatan adalah segala bentuk respon positif atau negatif yang diberikan
oleh guru baik yang bersifat verbal ataupun nonverbal terhadap tingkah laku siswa yang baik
sehingga menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku
yang baik tersebut dan menghilangkan perilaku yang kurang baik.

B. Tujuan Pemberian Penguatan


Ada beberapa tujuan pemberian penguatan didalam kelas yang diambil dari beberapa referensi,
diantaranya :
1. Meningkatkan perhatian siswa dan membangkitkan motivasi siswa
Melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan
merasa diperhatikan oleh gurunya, dengan demikian perhatian siswa pun akan semakin
meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya.
Menurut Sudarwan (2011) Apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya
motivasi (energy dari dalam diri seseorang yang mengarahkan tingkah lakunya) belajarnya pun
akan semakin baik pula.
2. Memudahkan siswa belajar
Tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar.
Kemudahan berfungsi untuk memberikan suasana yang dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan aktivitas belajarnya (Aria.2002). Untuk memudahkan belajar harus ditunjang
oleh kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan respon-respon
(penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksplorasi
dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
3. Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negatif yang akan
mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk
memperkecil perasaan-perasaan negatif dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau
respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
4. Memelihara iklim kelas yang kondusif
Suasana kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis akan mendorong aktivitas belajar siswa
lebih maksimal. Djamarah (2006) menyebutkan bahwa melalui penguatan yang dilakukan oleh
guru, suasana kelas akan lebih demokratis, sehingga siswa akan lebih bebas untuk
mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar
lainnya. Untuk memelihara iklim kelas dapat dilakukan dengan cara menanggapi dengan penuh
kepekaan yang mengganggu PBM, memeratakan perhatian, mengurangi keteganagan dengan
humor,dll

C. Komponen Pemberian Penguatan


Komponen pemberian penguatan yang bisa diberikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
yaitu dengan penguatan verbal dan nonverbal.
a. Penguatan Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata- kata, baik pujian dan
penghargaan atau kata- kata koreksi. Melalui kata- kata itu siswa akan merasa tersanjung dan
berbesar hati sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar. Penguatan
verbal paling mudah digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Diantara bentuk
penguatan verbal adalah :
1. Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan alat motivasi
yang positif (Sadirman.2011). Guru menggunakan pujian sebagai bentuk penguatan untuk
menyenangkan perasaan anak didik sehingga merasa diperhatikan oleh guru serta bertujuan
agar tingkah laku yang sudah baik frekuensinya dapat berulang bahkan ditingkatkan, namun
pemberian pujian tidak pula berlebihan. Pujian semacam ini dimaksudkan agar siswa
kembali terdorong untuk menyempurnakan jawabannya, penguatan ini disebut penguatan
tak penuh(Purwati.2009).

2. Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif namun bersifat mendidik dan
diperlukan dalam proses pembelajaran. Apabila diberikan secara tepat dapat menghadirkan
sebuah stimulus yang menyebabkan subyek melakukan sesuatu yang berbeda
(Baharuddin.2010). Tujuannya untuk mengurangi/menghilangkan frekuensi tingkah laku
yang kurang baik. Misalnya ketika siswa membuat keributan dapat diberi hukuman untuk
menjelaskan kembali pelajaran yang baru guru jelaskan. Pemberian hukuman harus segera
dilakukan jangan ditunda, hal ini dimaksudkan agar mendapat umpan balik bagi siswa yang
mendapat hukuman agar tidak mengulangi lagi perbuatannya sekaligus menjadi semacam
peringatan bagi siswa lainnya agar tidak meniru perbuatannya
b. Penguatan non verbal
Penguatan non verbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa
isyarat.(Noviana.2010) Bentuk penguatan non verbal adalah :
1. Mimik dan gerakan badan
Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, mengekspresikan wajah ceria, anggukan,
tepukan tangan, mengacungkan ibu jari, dan gerakan-gerakan badan lainnya, penguatan
semacam ini dikenal dengan sebutan body language (Abuddin.2009). Secara psikologis,
siswa yang menerima perlakuan guru tersebut tentu saja akan menyenangkan dan akan
memperkuat pengalaman belajar bagi siswa. Mimik dan gerakan badan dapat dipakai
bersama-sama dengan penguatan verbal.

2. Gerak mendekati
Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri
di samping siswa atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa
atau kelompok siswa. Tujuan gerak mendekati adalah memberikan perhatian, menunjukkan
rasa senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa. Bentuk
penguatan ini biasanya dipakai bersama-sama dengan penguatan verbal, artinya ketika guru
mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu sebagai penguatan tambahan.

3. Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru
dengan siswa. Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu, atau pundak siswa, menjabat tangan
siswa atau mengangkat tangan siswa yang menang, mengelus anggota badan tertentu yang
dianggap tepat. Jika sentuhan dilakukan dengan tepat, dapat merupakan penguatan yang
efektif bagi siswa. Namun, jenis penguatan ini harus dipergunakan dengan penuh kehati-
hatian dengan mempertimbangkan berbagai unsur misalnya, kultur, etika, moral, umur,
serta jenis kelamin siswa.

4. Kegiatan yang menyenangkan


Pada dasarnya siswa akan menjadi senang jika diberikan kesempatan untuk mengerjakan
sesuatu yang menjadi kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan dia berprestasi. Oleh
karena itu, kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan sebagai penguatan.

5. Pemberian simbol atau benda/hadiah


Penguatan dapat pula diberikan dalam bentuk simbol atau benda tertentu. Simbol dapat
berupa tanda cek (√ ), komentar tertulis pada buku siswa, tanda bintang, berbagai tanda
dengan warna tertentu misalnya hijau, kuning, ungu, atau merah. Atau dengan pemberian
angka sebagai symbol/hasil aktivitas belajar siswa Sedangkan benda yang digunakan
sebagai penguatan adalah benda-benda kecil yang harganya tidak terlalu mahal tetapi berarti
bagi siswa. Misalnya pensil atau buku tulis, bintang, dan benda-benda kecil lainnya.

D. Aplikasi Pemberian Penguatan


Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin bahwa siswa
akan menghargainya dan menyadari akan respon yang diberikan guru. Pemberian penguatan
dapat dilakukan pada saat berikut (Kunandar.2007) :
1. Siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan benda yang menjadi tujuan
belajar.
2. Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan tulis.
3. Menyelesaikan hasil kerja.
4. Bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan, dan mutu materi).
5. Perbaikan pekerjaan.
6. Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis)
7. Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola tingkah laku sendiri,
dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).

E. Model Pemberian Penguatan


Ada tiga model dalam pemberian penguatan diantaranya sebagai berikut (Usman.2008):
a. Penguatan seluruh kelompok
Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan sacara
terus menerus seperti halnya pada pemberian penguatan untuk individu. Penguatan verbal,
gestural, tanda, dan kegiatan adalah merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukan
pada seluruh anggota kelompok
b. Penguatan partial
Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau tidak berkesinambungan,
diberi kepada siswa untuk sebagian dari responnya. Sebenarnya penguatan tersebut digunakan
untuk menghindari penggunaan penguatan negatif dan pemberian kritik.
c. Penguatan perorangan
Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus, misalnya menyebutkan
kemampuan, penampilan, dan nama siswa yang bersangkutan.

F. Prinsip Pemberian Penguatan


Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan seorang guru dalam memberikan
penguatan, diantaranya sebagai berikut :
a. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan respon yang diberikan oleh guru terhadap
prilaku belajar siswa harus mencerminkan perasaan senang dan dilakukan dengan sungguh-
sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang gembira, suara yang meyakinkan atau sikap yang
memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Dengan kata lain
penguatan harus memberikan kesan positif, dimana siswa yang menerima penguatan akan
merasa senang dan puas, sehingga akan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi.
Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan
karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan
b. Kebermaknaan
Agar setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada situasi
dimana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah
lakunya dan melihat bahwa itu sangat bermanfaat. Sering pemberian penguatan secara verbal
menjadi tidak efektif atau bahkan menjadi salah terhadap seorang siswa, karena guru
menggunakan kalimat “pekerjaan mu bagus” siswa merasa curiga dan bahkan merasa diejek,
karena ia sadar pekerjaannya tidak bagus. Akibatnya pemberian penguatan menjadi tidak
bermakna, karena guru kurang hangat dan antusias. Penguatan hendaknya diberikan sesuai
dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut
diberi penguatan. Dengan demikian penguatan itu bermakna baginya.
c. Menghindari penggunaan respon yang negatif
Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respon negatif yang diberikan guru
berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan
mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya, jika seorang siswa
tidak dapat memberika jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkannya,
tetapi masih bisa melontarkan pertanyaan kepada siswa lain.
d. Penggunaan bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun
caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang
sama, misalnya guru selalu menggunakan kata-kata ”bagus” akan mengurangi efektifitas
pemberian penguatan, pemberian penguatan juga akan bermanfaat bila arah pemberiannya
bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas, kemudian kekelompok kecil, akhirnya ke
individu, atau sebaliknya dan tidak berurutan.
e. Berikan penguatan dengan segera
Penguatan perlu diberikan segera setelah muncul respon atau tingkah laku tertentu. Penguatan
yang ditunda pemberiannya tidak akan efektif lagi dan kurang bermakna.
f. Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan penguatan
kepada siswa tertentu, kepada kelompok siswa, ataupun kepada seluruh siswa secara utuh,
misalnya : “Wah Ibu bangga benar dengan kedisiplinan Semester II ini”.
g. Pemilihan waktu penguatan(Margaret.2011)
Timing atau pemilihan waktu dalam memberikan penguatan juga harus diperhatikan oleh guru.
Contoh, ketika pembubaran kelas lebih awal pada saat siswa sedang ribut akan menjadi bentuk
penguatan perilaku yang kurang tepat. Siswa menjadi beranggapan bahwa ketika mereka ribut
sebelum jam pelajaran berakhir membuat mereka dipulangkan lebih awal.

G. Kelebihan dan Kelemahan Pemberian Penguatan


Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat
apabila dapat dilakukan dengan tepat, namun juga memiliki kelemahan dalam penggunaannya,
antara lain:
1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan
penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses
pembelajaran akan tercapai secara maksimal
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula
pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar
karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut.
Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian
penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat
materialistis.

Daftar pustaka
Abuddin, Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media
Group.2009),Ed 1,cet 2,h.290
Aqib, Zainal., Membangun Prefesionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah (Bandung : Yrama
Widya, 2007).h.61
Aria,Djalil,dkk. Pembelajaran Kelas Rangkap,(Jakarta:universitas terbuka.2002),cet 4.h 2.36
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran,(Jogjakarta:Ar-ruzz
Media.2010),cet v.h.80
Eni Purwati,dan Zumrotul Mukaffa, Micro Teaching.Surabaya: Aprinta. 2009.h.7-12
Hasibuan, JJ. Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008).h.84
Kunandar. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses
dalam Sertifikasi Guru( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2007).h.57
Majid, Abdul.Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung:Rosdakarya,2012).h.288
Margaret ,E Gredler, Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi), (Jakarta:
Kencana.2011),ed ke-6,h.145
Noviana, Eddy dkk. Bahan Ajar Kajian dan Pengembangan Pembelajaran IPS SD,(Pekanbaru:
Cendikia Insan.2010).h108
Sanjaya, Wina,.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan,(Jakarta:Kencana Prenada Media,2006).h.37
Sudarwan, Danim, Pengembangan Profesi Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Professional
Madani,(Jakarta: prenada media group.2011).h.119
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2012).h.154
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar ,(Jakarta: Rineka
Cipta,2006).h.174
Usman, Moh.Uzer,. Menjadi Guru Profesioanal, (Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA.2008),cet 22,h.83
Contoh :
Kompetensi Dasar:

3.1 Menjelaskan metode ilmiah, hakikat ilmu kimia, keselamatan dan keamanan dilaboratorium
serta peran kimia dalam kehidupan.

3.2 Menyajikan hasil rancangan dan hasil percobaan ilmiah.

Guru : (ekspresi wajah ceria) “Hari ini kita akan mempelajari tentang apa ya?”

Siswa : “Belajar kimia, Bu.” (Serentak)

Guru : “Hmm kimia, ilmu kimia ya? Ada yang tau ilmu kimia itu ilmu yang bagaimana?”

Fajar : “Ilmu tentang bahan kimia senyawa-senyawa, material gitu Bu.”

Guru : “Bagus sekali Fajar jawabannya (dengan sedikit mengangguk), yang lain ada yg punya
jawaban lain?”

Susi : “Ilmu tentang larutan dan reaksi kimia, Bu.”

Guru : “Wah, iya, benar sekali susi. Masih ada jawaban lain?”

(Tidak ada jawaban dari siswa)

Guru : “Ya murid-murid jadi ilmu kimia adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari struktur dan sifat materi, perubahan materi dan energy yang menyertai
perubahan tersebut.”

(Sebagian murid mencatat)

Guru : “Setelah tau ilmu kimia itu yang seperti apa, menurut kalian ilmu kimia penting atau
tidak untuk dipelajari?”

Siswa : “Penting, Bu.” (Serentak)

Guru : “Kenapa menurut kalian penting?”

Dani :“Karena dekat dengan kehidupan sehari-hari, Bu.”

Guru :“Iya benar, tepat sekali Dani (dengan mengacungkan ibu jari). Ilmu kimia dikatakan
pula sebagi pusat pengetahuan (the central of science) karena pengetahuan tentang
kimia dapat membantu memahami ilmu pengetahuan yang lainnya, termasuk fisika,
biologi, geologi, astronomi, oseanografi, industry, dan kesehatan.”

Budi : “Farmasi Bu, obat-obatan juga kan Bu?”

Guru : “Wah iya, benar sekali, obat-obatan merupakan salah satu penerapan ilmu kimia dalam
kehidupan sehari-hari. Ada yang bisa memberikan contoh lain mengenai penerapan
ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari?”

Galih : “ Micin, Bu… Hahaha.”

(Siswa lain ikut tertawa)

Guru : “Hahaha iya, itu benar, micin adalah sejenis penguat rasa, semua jenis bahan tambahan
makanan seperti pengawet, pewarna adalah bahan kimia. Meskipun bahan-bahan
tambahan pada makanan tersebut bermanfaat bagi manusia, perlu diketahui bahwa ada
batas ambang minimal dalam mengonsumsi bahan-bahan tersebut. Mar kita buka buku
pelajaran kimia bab satu halaman 2 ya.“

Anda mungkin juga menyukai