BAB 1
PENDAHULUAN
Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi dari
luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran telinga
(canalis auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar
sebasea sampai membran timpani. (Liston L, 1997)
Banyaknya kelainan yang didapat pada telinga bagian luar, sehingga bisa
lakukan juga dengan pemeriksaan penunjang untuk melihat bentuk dari kelainan
yang ada pada bagian bagian telinga yang mengalami kelainan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga sebagai indera pendengar terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Struktur anatomi telinga seperti diperlihatkan
pada gambar 2.1.
Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi dari
luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran telinga
(canalis auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar
sebasea sampai membran timpani. (Liston L, 1997)
Daun telinga terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian daun
telinga lobula, helix, anti helix, tragus, dan antitragus.
4
Liang telinga atau saluran telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti
hurus S. Pada 1/3 paroksimal memiliki kerangka tulang rawan dan 2/3 distal
memiliki kerangka tulang sejati. Saluran telinga mengandung rambut-rambut
halus dan kelenjar lilin. Rambut-rambut halus erfungsi untuk melindungi saluran
telinga dari kotoran, debu dan serangga, seentara kelenjar sebasea berfungsi
menghasilkan serumen. Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Kelenjar sebasea terdapat
pada kulit liang telinga. (Hafil AF, 2007)
a. Struktur anatomi tulang mastoid, meliputi sel udara mastoid, diploe dan
sklerotik mastoid.
tulang temporal memperlihatkan gambaran radiografi yang akurat. Hal ini dapat
dibuat dengan pemeriksaan radiografi konvensional atau dengan teknik tomografi
yang khas.(Valvassori, GE & Becker W, 1994)
A. Pemeriksaan Rontgen
1. Posisi Schuller
2. Posisi Owen
3. Posisi Stenvers
Kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah diputar 45o
menjauhi film dan berkas sinar-X Posisi Stenvers memperlihatkan sumbu panjang
pyramid petrosus dengan kanalis akustikus internus, labirin dan antrum.
B. Computed Tomography
ETIOLOGI
Keratosis obturans hingga saat ini belum diketahui. Namun, mungkin disebabkan
akibat dari eksema, seboroik dan furonkulosis. Penyakit ini kadang-kadang
dihubungkan dengan bronkiektasis dan sinusitis kronik.
PATOGENESIS
yang disebabkan oleh lapisan keratin menyebabkan akumulasi debris epitel pada
meatus bagian dalam. Hal ini sesuai dengan studi tentang kulit normal pada
telinga luar yang dilakukan oleh Alberti (1964) menunjukkan bahwa secara
normal terdapat migrasi epitel dari membran timpani ke meatus auditorius
eksternus.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis dapat timbul pada penyakit ini adalah tuli konduktif ringan-
sedang, nyeri telinga yang hebat, liang telinga ang lebih lebar, membran timpani
yang utuh lebih tebal dan tinitus serta jarang ditemukan otorea. Gangguan
pendengaran dan nyeri hebat disebabkan oleh desakan gumpalan epitel berkeratin
diliang telinga. Keratosis disertai dengan bronkiektasis dan sinusitis kronik serta
bilateral.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Go to publication
- Patologi: Sumbatan keratin pada keratosis obturans terlihat seperti garis
geometric di dalam meatus auditorius eksternus yang terlihat seperti gambaran
onion skin. Gambaran patologi ini dihubungkan denagan adanya hyperplasia di
bawah epithelium dan adanya inflamasi kronik pada jaringan subepitelium.
PENATALAKSANAAN
Pada pasien yang telah mengalami erosi tulang liang telinga, sering kali
diperlukan tindakan bedah dengan melakukan tandur jaringan ke bawah kulit
untuk menghilangkan gaung di dinding liang telinga. Yang penting ialah membuat
agar liang telinga berbentuk seperti corong, sehingga pembersihan liang telinga
secara spontan lebih terjamin.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis
Gejala otitis eksterna maligna adalah: rasa gatal di liang telinga yang
dengan cepat diikuti dengan nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang
telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup
oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasialis dapat terkena,
sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial. (Elfiaty AS,2007)
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisis
Gambar 2.4 Gambaran otitis eksterna maligna dengan adanya pus yang keluar dari liang
telinga yang sudah nekrosis. Kelihatan aurikula membengkak dan kehilangan bentuk
di daerah yang terdiri dari kartilago. (Nussebaum B, 2013)
Pemeriksaan Penunjang:
a. Laboratorium
b. Radiologi
Gambar 2.6. CT-Scan kepala yang menunjukkan kerusakan jaringan lunak pada
MAE kiri, tulang mastoideus kiri, fossa infra-temporalis dan dasar tulang tengkorak (anak
panah). (Tandrous PJ, 2007)
3. Histopatologi
pada telinga yang sering ditemukan. Kelainan ini tidak hanya terjadi pada bentuk
telinga tetapi juga sering terjadi bersamaan dengan kelainan fungsi telinga.
Atresia liang telinga kongenital dapat terjadi bersamaan dengan mikrotia ataupun
pada telinga tengah. Kelainan ini terjadi akibat adanya gangguan pada proses
sebagai kelainan pada liang telinga luar dengan diameter liang kurang dari 4 mm.
perkembangan liang telinga luar dan merupakan kelainan telinga yang didapatkan
DIAGNOSIS
atresia/stenosis liang telinga tidak berhubun gan dengan penyakit lain, namun
anamnesis dan pemeriksaan lengkap tetap harus dilakukan. Data prenatal dan
Fokus utama orang tua, pada saat melihat kelainan pada telinga adalah masalah
Audiometric Test (BERA) dapat dilakukan segera setelah lahir, dan lebih baik
dilakukan dalam keadaan tidur alami tanpa sedasi. Pada kelainan telinga
gangguan pendengaran, tetapi hal ini tetap harus dibuktikan. Telinga yang
pada 10-15% kasus. Pada mikrotia bilateral dengan tuli konduktif, penggunaan
alat bantu dengar hantaran tulang dapat membantu perkembangan bicara dan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- CT – Scan
18
Gambar 2.7 Ct-Scan atresia liang telinga dengan potongan axial (Chakeres DW, 1985)
PENATALAKSANAAN
normal pada telinga kontralateral tidak diperlukan intervensi medis segera, karena
tidak memiliki manfaat yang cukup besar. Pada pasien atresia liang telinga
digunakan alat bantu dengar hantaran tulang (BAHA). Bila liang telinga hanya
mengalami stenosis, maka lebih dipilih alat bantu dengar hantaran udara karena
lebih baik secara kosmetik, stimulasi hanya pada satu koklea, respons frekuensi
luas,distorsi bunyi lebih sedikit dan lebih nyaman. Pemakai an alat bantu dengar
19
lebih awal dibutuhkan pada atresia liang telinga bilateral ( Papul et al, 2012 dan
jain S et al , 2012).
hidup penyandang atresia liang telinga, namun diperkirakan hanya 50% pasien
yang dapat mencapai kenaikan seperti ini. Rekonstruksi atresia telinga bilateral
tidak banyak menimbulkan dilema. Tujuan dari tindakan ini adalam memperbaiki
fungsi pendengaran. Telinga yang lebih dulu dioperasi adalah telinga yang lebih
telinga bilateral dianjurkan saat anak memasuki usia sekolah (Helmi, 2005).
20
BAB III
KESIMPULAN
pemeriksaan telinga tengah dan mastoid yang cermat dengan otoskop, maka dapat
penyakit yang curigai pada penyakit telinga itu sendiri, seperti penyakit otitis
eksterna maligna, keratosis obturan, dan atresia meatus eksterna. Banyak penyakit
radiologi.