Atresia Ani
Atresia Ani
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klasifikasi Wingspread pada pasien atresia ani, yaitu atresia ani letak tinggi,
intermediet, dan rendah saat ini banyak ditinggalkan karena tidak mempunyai
Klasifikasi Pena yang membagi atresia ani letak tinggi dan rendah
ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi harus dilakukan
kolostomi sebagai tindakan bedah awal untuk diversi dan dekompresi, pada
usus.
1
Pena dan de Vries pada tahun 1982 memperkenalkan metode dengan
menjadi metode operasi pilihan para dokter bedah di seluruh dunia, karena
hasil operasi yang baik dan hampir semua bentuk kelainan anorektal dapat
B. Perumusan Masalah
usia dan jenis kelamin di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
2
Penelitian ini diharapkan dapat memberi data ilmiah terkait dengan
jumlah pasien atresia ani dan distribusinya menurut umur dan jenis kelamin
serta penatalaksanaan pasien atresia ani di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus
atresia rektum. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma
2009).
B. Embriologi
desendens, sigmoid, rektum, bagian atas kanalis ani. endodern usus belakang
ini juga membentuk lapisan dalam kandung kemih dan uretra. Bagian akhir
septum urorektal, pada sudut antara allantois dan usus belakang. Sekat ini
tumbuh kearah kaudal, karena itu membagi kloaka menjadi bagian depan,
4
Sementara itu, membran analis dikelilingi oleh tonjol-tonjol
mesenkim, yang dikenal sebagai celah anus atau proktodeum. Pada minggu
ke-9, membran analis koyak, dan terbukalah jalan antara rektum dan dunia
luar. Bagian atas kanalis analis berasal dari endoderm dan diperdarahi oleh
pembuluh nasi usus belakang, yaitu arteri mesentrika inferior. Akan tetapi,
sepertiga bagian bawah kanalis analis berasal dari ektoderm dan ektoderm
dibentuk oleh linea pektinata, yang terdapat tepat di bawah kolumna analis.
Pada garis ini, epitel berubah dari epitel torak menjadi epitel berlapis gepeng
bawah, esofagus, lambung sebagian duodenum, hati dan sistem bilier serta
meluas dari midgut hingga ke membrana kloaka, membrana ini tersusun dari
endoderm kloaka, dan ektoderm dari protoderm atau analpit. Usus terbentuk
letak tinggi atau supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau infra
levator berasal dari defek perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada
Sedangkan otot sfingter eksternus dan internus dapat tidak ada atau
C. Etiologi
5
Atresia ani dapat disebabkan karena:
atresia ani yakni 1 dalam 100 kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum
macam gen yang berbeda dapat menyebabkan atresia ani atau dengan kata
D. Patofisilogi
cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel
fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada perempuan, 90% dengan
6
umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat (rektovesika) bila
kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke uretra
E. Klasifikasi
ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki
– laki golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia
rektum, perineum datar, fistel tidak ada dan pada invertogram: udara > 1 cm
dari kulit. Golongan II pada laki – laki dibagi 5 kelainan yaitu kelainan fistel
perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. dan pada
fistel tidak ada dan pada invertogram: udara > 1 cm dari kulit. Golongan II
anus, fistel tidak ada. dan pada invertogram: udara < 1 cm dari kulit (Levitt
M, 2007).
7
Gambar 2.2 Gambaran Atresia Ani pada perempuan (Levitt M, 2007)
F. Manifestasi Klinis
1. Perut kembung.
2. Muntah.
Atresia ani sangat bervariasi, mulai dari atresia ani letak rendah
dimana rectum berada pada lokasi yang normal tapi terlalu sempit sehingga
ujung dari rektum dekat ke uretra dan malformasi anorektal letak tinggi
Michigan, 2009).
Sebagian besar bayi dengan atresia ani memiliki satu atau lebih
lebih sering. Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan, akan
8
tetapi beberapa diantaranya dapat mengancam nyawa seperti kelainan
1. Kelainan kardiovaskuler.
yang paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus
2. Kelainan gastrointestinal.
urogeital dengan atresia ani letak tinggi antara 50 % sampai 60%, dengan
atresia ani letak rendah 15% sampai 20%. Kelainan tersebut dapat berdiri
9
Anorectal, Cardiovascular, Tracheoesophageal, Renal and Limb
G. Diagnosa
3. Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan
cara:
a. Fistel perianal (+), bucket handle, anal stenosis atau anal membran
b. Bila mekoneum (+) maka atresia letak tinggi dan dilakukan kolostomi
letak rendah. Akhiran rektum > 1 cm disebut letak tinggi. Pada laki-
rektoperinealis.
10
Bila ditemukan fistel perineal (+) maka dilakukan minimal PSARP
kelainan adalah letak rendah . Bila Pada pemeriksaan fistel (-) maka
setelah 18-24 jam setelah lahir agar usus terisis\ udara, dengan cara
kepala dibawah) atau knee chest position (sujud) dengan bertujuan agar
gejala obstruksi saluran cerna. Untuk itu, diagnosis harus ditegakkan pada
selama beberapa jam pertama setelah lahir dan mekonium harus dipaksa
11
Tekanan intrabdominal harus cukup tinggi untuk menandingi tonus
otot yang mengelilingi rektum. Oleh karena itu, harus ditunggu selama 16-
24 jam untuk menentukan jenis atresia ani pada bayi untuk menentukan
ditandai dengan tidak adanya garis anus dan anal dimple mengindikasikan
bahwa pasien memiliki otot-otot perineum yang sangat sedikit. Tanda ini
Tanda pada perineum yang ditemukan pada pasien dengan atresia ani
(skin tag yang terdapat pada anal dimple), dan adanya membran pada anus
H. Penatalaksanaan
letak tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu
prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan Defries pada tahun 1982
12
Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara
berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG.
a. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau
(PSARP).
d. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena
Pena secara tegas menjelaskan bahwa pada atresia ani letak tinggi dan
diversi. Operasi definitif setelah 4 – 8 minggu. Saat ini teknik yang paling
13
banyak dipakai adalah posterosagital anorektoplasti, baikminimal, limited
vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feces menjadi tidak
penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai etrhambat saat penderita mulai
keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara
dilakukan kolostomi. Pada atresia rektum, anus tampak normal tetapi pada
pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak
tidak ada fistel, dibuat invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera
diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang
Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi
sangat sempit.
terapi definitif. Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara < 1 cm dari
14
kulit. Dapat segera dilakukan pembedahan definitif. Dalam hal ini evakuasi
tidak ada, sehingga perlu segera dilakukan kolostomi (Hamami A.H, 2004).
perineum dan tidak adanya butir mekonium di urine. Dari kedua hal tadi pada
anak laki dapat dibuat kelompok dengan atau tanpa fistel urin dan fistel
perineum. Golongan I. Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari
vesika urinaria.
urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak uretra karena
fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin mengandung mekonuim maka
perempuan ; harus dibuat kolostomi. Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm
Golongan II. Fistel perineum sama dengan pada wanita ; lubangnya terdapat
anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak
sebaiknya dilakukan terapi definit secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama
dengan wanita, tindakan definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan
udara < 1cm dari kulit pada invertogram, perlu juga segera dilakukan
15
Kematian pascaoperasi PSARP pada atresia ani jarang, biasanya
mayor membutuhkan reoprasi dan kasus yang paling sering adalah repair
dehisensi luka operasi, trauma uretra atau vagina, dan trauma pada saraf
daerah pelvis. Komplikasi lanjut yang sering terjadi adalah stenosis ani,
anal dilatasi dengan anal dilator yang dinaikan sampai mencapai ukuran
ynag sesuai dengan umurnya. Businasi dihentikan bila busi nomor 13-14
mudah masuk. Dilatasi anus bisa dilakukan oleh orang tua di rumah,
16
Variabel Kondisi Skor
1. Defekasi 1-2 x sehari 1
2 hari sekali 1
3-5 x sehari 2
3 hari sekali 2
> 4 hari sekali 3
2. Kembung Tidak pernah 1
Kadang – kadang 2
Terus menerus 3
3. Konsistensi Normal 1
Lembek 2
Encer 3
4. Perasaan ingin BAB Terasa 1
Tidak terasa 3
5. Soiling Tidak pernah 1
Terjadi bersama flatus 2
Terus menerus 3
6. Kemampuan menahan feses >1 menit 1
yang akan keluar
<1 menit 2
Tidak bisa menahan 3
7. Komplikasi Tidak ada 1
Komplikasi minor 2
Komplikasi mayor 3
Nilai skoring 7 – 21
7 = Sangat baik
8-10 = Baik
11-13 = Cukup
>14 = Kurang
K. Pencegahan komplikasi post operasi PSARP
PSARP adalah perawatan luka secara baik dan benar sehingga mengurangi
resiko infeksi, melalukan dilatasi rutin pada anus dengan cara colok dubur,
menyebabkan konstipasi.
BAB III
17
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
adalah pasien dengan diagnosis atresia ani yang masuk ke RSUD Prof. Dr.
1. Populasi
a. Populasi target
atresia ani
b. Populasi terjangkau
Purwokerto.
2. Sampel
dengan atresia ani yang mengunjungi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo
18
Pasien atresia ani yang mengunjungi RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto
2) Kriteria eksklusi
2003).
c. Besar sampel
C. Pengumpulan Data
cara melihat data sekunder dari rekam medik pasien atresia ani yang masuk
2008 sampai Desember 2012. Data rekam medik pasien diambil dari bagian
data dilakukan pada bulan Mei 2013. Rekam medis dikumpulkan, dianalisis,
19
1. Pengambilan data sekunder pasien dengan diagnosis trauma thoraks di
E. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dari bagian rekam medik akan diolah dan
setiap variabel seperti umur, jenis kelamin, dan penatalaksanaan. Analisa data
BAB IV
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Januari 2013. Jumlah yang diambil dari pasien atresia ani di RSUD
Dari data rekam medis didapatkan jumlah total kasus atresia ani
Tabel 4.1 Jumlah total Kasus Pasien Atresia Ani di RSMS Purwokerto Periode
ani sebanyak 74 pasein dan yang terkecil adalah pada tahun 2012.
21
2. Karakteristik sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelamin
Jenis Kelamin
2008 2009 2010 2011 2012 Total
/ Tahun
10 10 12 9 6 47
Laki laki
58,8% 62,5% 75% 56,3% 66,7% 63,5%
7 6 4 7 3 27
Perempuan
41,2% 37,5% 25% 43,7% 33,3% 36,5%
17 16 16 16 9 74
Jumlah
100% 100% 100% 100% 100% 100%
pasien (64%).
22
Jenis/Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Total
Atresia Ani Letak Rendah
1. Tanpa fistel 3 1 2 0 3 9
17, 7% 6,2% 12,5% 0% 33,3% 12,3%
2. Dengan fistel
1 0 1 1 0 3
a. Retrovagina
5,8% 0% 6,2% 6,2% 0% 4,1%
0 1 0 0 0 1
b. Retroperineal
0% 6,2% 0% 0% 0% 1,3%
Atresia Ani Letak Tinggi
1. Tanpa fistel 11 13 10 14 4 52
64,7% 81,2% 62,5% 87,5% 44,4% 70,3%
2. Dengan fistel
0 1 1 0 1 3
a. Retrovagina
0% 6,2% 6,2% 0% 11,1 4,1%
2 0 2 1 1 6
b. Retrovestibular
11,7% 0% 12,5% 6,2% 11,1 8,1%
17 16 16 16 9 74
Jumlah
100% 100% 100% 100% 100% 100 %
jumlah pasien terbanyak didominasi oleh pasien dengan atresia ani letak
tinggi tanpa fistel, yaitu sebanyak 11 pasien (64,7% dari jumlah total
pasien atresia ani tahun 2008), pada tahun 2009 sebanyak 13 pasien
(81,2% dari jumlah total pasien atresia ani tahun 2009), pada tahun
2010 sebanyak 10 pasien (62,5% dari jumlah total pasien atresia ani
tahun 2010), pada tahun 2011 sebanyak 14 pasien (87,5% dari jumlah
total pasien atresia ani tahun 2011) dan pada tahun 2012 sebanyak 4
pasien (44,4% dari jumlah total pasien atresia ani tahun 2012).
Secara umum, dari seluruh pasien atresia ani tahun 2008-2012,
kasus terbanyak merupakan kasus atresia ani tanpa disertai fistel, yaitu
23
Jenis/Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Total
3 1 2 0 2 8
1. Anoplasti
17,7% 6,2% 12,5% 0% 22,2% 10,8%
8 7 5 10 3 33
2. Colostomi
47% 43,7% 31,2% 56,2% 33,3% 44,5%
2 2 0 3 0 7
3. Sigmoidestomi
11,7% 12,5% 0% 17,7% 0% 9,4%
0 2 1 0 2 5
4. PSARP
0% 12,5% 6,2% 0% 22,2% 6,7%
2 2 8 3 1 16
5. Colostomi, PSARP
11,7% 12,5% 50% 17,7% 11,1% 22,6%
6. Sigmoidestomi, 2 2 0 0 0 4
PSARP 11,7% 12,5% 0% 0% 0% 5,4%
0 0 0 0 1 1
7. PSARP, Businasi
0% 0% 0% 0% 11,1% 1,3%
17 16 16 16 9 74
Jumlah
100% 100% 100% 100% 100% 100%
24
(9,3%) yang pulang dalam keadaan meninggal dan yang terbanyak pada
B. Pembahasan
Jumlah kasus pasien yang mengalami atresia ani di RSUD Prof. Dr.
2012 yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 74 pasien. Jumlah kasus
tahun 2008 sampai dan dengan 2011. Jumlah kasus paling sedikit adalah
pada tahun 2012 sebanyak 9 pasien, sedangkan jumlah terbanyak pada tahun
(63,5%). Sedangkan untuk usia, kisaran usia <1 tahun paling banyak
pasien (90,6%).
dari Januari 2008 sampai dan dengan Desember 2012 lebih di dominasi oleh
pasien atresia ani letak tinggi tanpa disertai fistel yaitu sebanyak 52 pasien
sedangakan jumlah kasus paling sedikit tahun 2012 yaitu sebanyak 4 pasein
(44,4%).
25
pasien (44,5%), sigmoidestomi sebanyak 7 pasien (9,4%), PSARP sebanyak
Dari 74 sampel yang diambil dari tahun 2008- 2012, kondisi pasien
pasien (90,6%).
BAB V
KESIMPULAN
26
1. Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus
sindrom down.
7. Jumlah kasus pasien yang mengalami atresia ani di RSUD Prof. Dr.
pasien.
10. Jumlah kasus berdasarkan jenis atresia ani lebih didominasi oleh
27
11. Jumlah kasus berdasarkan jenis pembedahan lebih didominasi oleh
DAFTAR PUSTAKA
28
Bedah UGM. Atresia Ani. http://www.bedahugm.net. [diakses tanggal 18
Mei 2013].
29
30