Anda di halaman 1dari 10

GLIKOSIDA

Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok
metabolit sekunder. Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa,
yaitu gula dan bukan gula.
Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau
genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Di
alam ada O-glikosida, C-glikosida, N-glikosida, dan S-glikosida.

STRUKTUR GLIKOSIDA

Glikon - O - Aglikon
1. BIOSINTESIS GLIKOSIDA
Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka glikosida ini disebut
hollosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida. Hasil-hasil penyelidikan telah
menunjukkan bahwa jalan reaksi utama dari pembentukan glikosida meliputi pemindahan
(transfer) gugusan uridilil dari uridin trifosfat kesuatu gula-l-fosfat.

U T P + Gula-l-fosfat  UDP – gula + PP1


UDP – Gula + akseptor  Akseptor – gula + UDP (glikosida)
AGLIKON
Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-senyawa tersebut
meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat, nitril sianogenetik, turunan
antrasen, flavonoid dan steroid.

JENIS-JENIS GULA
Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel didalamnya dengan
menambahkan kata oksida. Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa.
Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari gula yang
mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan gula.

KLASIFIKASI DARI GLIKOSIDA


Ketika bahan kimia alami dari kelompok aglycone digunakan sebagai dasar pengaturan, dimana
penggolongannya sebagai berikut:

♥ GLIKOSIDA SAPONIN Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa


sapogenin. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid.
Glikosida saponin dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan pada struktur bahan kimia dari aglycone
(sapogenin). Saponin pada hidrolisis menghasilkan suatu aglycone yang dikenal sebagai
"sapogenin".
BIOSINTESIS GLIKOSIDA SAPONIN

Berdasarkan struktur dari aglikon maka glikosida dan saponin dapat dibagi 2 golongan yaitu
saponin netral yang berasal dari steroid dengan rantai samping spiroketal dan saponin asam yang
mempunyai struktur triterpenoid.

a) Liquiritiae Radix (Glycyrrhiza,Licorice root, Akar kayu manis dna)


Liquiritiae Radix adalah akar yang dikeringkan dan Glycyrrhiza glabra L. dikenal dengan nama
Spanish licorice atau G. glabra L. var. glandulifera Waldstein et Kitaibel, yang dalam
perdagangan 4 dikenal sebagai Russian licorice atau varitas lainnya yang menghasilkan kayu
manis dan kuning.
Pemanenan. Akar digali dan tanaman yang berumur 3 atau 4 tahun, dipanen pada musim gugur,
pada masa itu belum berbuah. Pada waktu itu kayu berasa paling manis. Akar yang telah dicuci
dikeringkan diudara (sekitar 4 sampai 6 bulan). Untuk akar yang besar (Russian licorice) dikupas
lebih dulu sebelum dikeringkan. Di Turki, Israel, dan Spanyol akar diekstraksi dengan
mendidihkan dengan air, disaring dan diuapkan sampai kentalan tertentu atau bentuk lain
(serbuk).
Kandungan kimia. Mengandung glikosida saponin, yaitu glycyrrhizin
(glycyrrhizic acid), yang berasa manis 50 kali lipat sukrosa. Bila dihidrolisis
senyawa tersebut akan terurai menjadi asam glisirisat dan 2 molekul asam
glukuronat yang tidak berasa manis lagi. Asam glisirisat merupakan triterpen
pentasiklik merupakan turunan tipe (-amyrin. Kandungan Iainnya glikosida
flavonoid (antara lain likuiritin, isolikuiritin, likuiritosida, isolikuiritosida, ramnolikuiritin,
dan ramnoisolikuiritin), turunan kumarin (herniarin dan ubeliferon),
asparagine, 22,23-dihidrostigmasterol, glukosa, manitol, dan amilum 20%.
Kegunaan. Bersifat demulsen (pelunak) dan eks-pektoran (peluruh dahak).
Sering digunakan untuk menutupi rasa tak enak atau sebagal flavoring agent ,
misalnya dalam minuman yang mengandung amonium kiorida, aloe, atau kinina.
Adanya saponin juga dapat membantu kelarutan serta absorbsi obat, misalnya
gliko-sida antrakinon. Dalam perdagangan sering merupakan komponen tablet
kunyah, permen, pastiles, campuran rokok, tembakau kunyah, juga ditambahkan
dalam minuman bir untuk meningkatkan pembuihan dan meningkatkan rasa pahit.
Dalam penelitian akhir-akhir ini di Eropa, asam glisirisat bersifat anti-inflamasi, akar
kayu manis untuk mengobati tukak lambung dan penyakit Addison (chronic
adrecortical insufficiency).
Glisirisin meningkatkan retensi cairan tubuh dan natrium dan meningkatkan
pengeluaran kalium. Sese-orang yang mempunyai problem jantung dan hipertensi
seyogyanya menghindari konsumsi terlalu banyak sim-plisia atau ekstrak ml.
b) Succus Liquintae (Ekstrak kayu manis, Pure licorice root extract)
merupakan massa granular dengan rasa yang khas manis. Digunakan sebagai
kompoien obat batuk hitam (OBH). Sifatnya sangat higroskopis dan akan
membentuk massa liat dan keras sukar diperla-kukan.
c) Dioscorea (Umbi gadung)
Yam merupakan nama yang popular untuk berbagai jenis gadung
(Dioscorea) yang enak dimakan (edible). Berbagal jenis Dioscorea dikenal sebagai
Mexican yam yang mengandung prazat kortison, yaitu diosgenin dan botogenin.
Misalnya kedua aglikon itu berasal dan Dioscorea spiculiflora yang merupakan
jerils yang dibudidaya. Kerangka steroid botogenin diubah dengan memindahkan
atom oksigen dan posisi I 2- ke I I - dan molekul polisikilk sebelum digunakan
sebagai zantara (intermediate) dalam produksi kortison. Diosgenin diperoleh
dengan menghidrolisis dioscin, sekarang merupakan prazat yang terbesar untuk
gIuko-kortkoid yang diubah dengan melibatkan transfor-masi oleh mikroba. Mexican yam
diperoleh dari D. floribunda yang me-nurut Departemen
Pertanian AS merupakan sumber yang paling balk untuk senyawa steroid.

♥ GLIKOSIDA STEROID
Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida steroid disebut
juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik terhadap otot jantung.

Struktur Kimiawi
Secara kimiawi bentuk struktur glikosida jantung sangat mirip dengan asam empedu yaitu bagian
gula yang menempel pada posisi tiga dari inti steroid dan bagian aglikonnya berupa steroid yang
terdiri dari dua tipe yaitu tipe kardenolida dan tipe bufadienolida.

Biosintesa Glikosida Jantung Aglikon dari glikosida jantung adalah steroid yaitu turunan dari
siklo-pentenofenantren yang mengandung lingkaran lakton yang tidak jenuh pada atom C-17.
Seperti sudah kita ketahui biosintesis dari senyawa steroid pada umumnya didasarkan atas
biosintesa dari senyawa kolesterol.

Secara singkat proses biosintesanya adalah asam asetat  asam mevalonat  isopentenil
pirofosfat  skulen  kholesterol.

♥ GLIKOSIDA ANTRAKINON
Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida sebagai isi
aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar tersebut mengandung
turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya.

Struktur Kimiawi
Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga mudah terhidrolisis.
Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon, trihidroksi antrakuinon, atau
tetrahidroksi antrakuinon.

Biosintesa Senyawa Antrakinon


Biosintesa senyawa antrakinon diselidiki di dalam mikroorganisme. Dan disimpulkan bahwa
biosintesa pada tumbuhan tinggi terjadi melalui proses yang serupa, salah satu contoh yang
sederhana ialah pembentukan turunan antrakinon dari asam asetat yang diberi label dalam
Peniccilium islandicum, jenis Penicillium yang dikenal menghasilkan bermacam-macam turunan
antrakinon.

Golongan aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena yang memiliki


gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10) atau
hanya C9 (antron) dan Cg ada gugus hidroksil (antranol). Adapun strukturnya
adaah sebagai berikut.

a. Sifat fisika & kimia.


Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampal merah
sindur (oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk identifikasi
digunakan reaksi Borntraeger (lihat MMI). Antrakinon yang mengandung gugus
karboksilat (rein) dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya
dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron dan
antranol, terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida. Antron bewarna kuning
pucat, tidak menunjukkan fluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sedangkan
isomernya, yaitu antranol bewarna kuning kecokiatan dan dengan alkali
membentuk larutan berpendar (berfluoresensi) kuat. Oksantron merupakan
zantara (intermediate) antara antrakinon dan antranof. Reaksi Borntraeger
modifikasi Fairbairn, yaitu dengan menambahkan hidrogen peroksida akan
menujuk-kan reaksi positif. Senyawa ml terdapat dalam Frangulae cortex.
Diantron adalah senyawa dimer tunggal atau campuran dan molekul antron,
hash oksidasi antron (misalnya larutan dalam aseton yang diaerasi dengan
udara). Diantron merupakan aglikon penting dalam Cassia, Rheum, dan
Rhamnus; dalam golongan ini misalnya senidin, aglikon senosida. Reidin A, B,
dan C yang terdapat dalam sena dan kelembak merupakan heterodiantron.

b. Efek farmakologi (bioaktivitas)


glikosida antrakinon adalah stimulan katartika
dengan meningkatkan tekanan otot polos pada dinding usus besar, aksinya
akan terasa sekitar 6 jam kemudian atau Iebih lama. Adapun meka-nisme
belum jelas, namun diduga antrakinon dan antranol dan turunannya
berpengaruh terhadap tranpor ion daam sel colon dengan menghambat kanal
ion C1. Untuk antron dan antranol mengeluarkan kegiatan lebih drastik (itulah
sebabnya ada beberapa simplisia yang boleh digunakan setelah disimpan
selama satu tahun, untuk mengubah senyawa tersebut menjadi antrakinon),
bHa jumlahnya Iebih besar dan pada antrakinon akan mengakibatkan mulas
dan rasa tidak enak.

c. Kegunaan: katartika, pewarna, dan antibakteri.

Tumbuhan yang mengandung glikosida gol. ini antara lain sebagai berikut.
1) Simptisia penghasit antrakinon
a) Daun sena, Senna Ieaf(Sennae Fotium)
Asal tumbuhan: Cassia acutifolla Detile (Alexandria senna)
dan Cassia angustifolia Vaht. (Tinnevelly senna) (Suku
Leguminosae)
Tempat tumbuh: Untuk C. acutifolia tumbuh liar di lembah
sungai Nil (dan Aswan sampai Kordofan), sedangkan C. angustifolia
tumbuh liar di Somalia, Jazirah Arab, dan India. Di India Selatan
(Tinnevelly) tanaman mi dibudidayakan. Juga di tanam di Jammu dan
Pakistan Barat Laut. Di India tanaman mi dibudidayakan dengan
pengairan. Perbedaan antara sena Aleksandria dan sena India
tercantum dengan jelas dalam Trease & Evans Pharmacognosy
(2002).
Kualitas: Daun yang bewarna hiiau kebiruan adalah yang
terbaik, sedangkan yang bewarna kuninci adalah yang terjelek.
Identifikasi makroskopik dan mikroskopik terdapat antara lain datam
Trease & Evans Pharmacognosy (2002).
Kandungan kimia: Kandungan aktif utama adalah merupakan
Qlikosida dimer yang aglikonnya terdiri dan aloe-emodin danlatau
rein. Kadar yang paling besar adalah senosida A dan senosida B,
merupakan sepasang isomer yang aglikonnya adalah rein-diantron
(senidin A dan senidin B). Kandungan lain yang lebih kecil kadarnya
adalah senosida C dan D. Polong sena (Sennae Fructus, Senna
pods) juga mengandung giikosida aktif, glikosi-danya memiliki 10
gugus .ila yang melekat pada inti rein-diantron.
Simplisia serupa yang disebut Bombay, Mecca, dan Arabian
Sennae didapatkan dari tumbuhan liar Cassia angustifolia yang
tumbuh di Arab. Daunnya mirip dengan sena namun lebih panjang
dan lebih sempit. Di Perancis digunakan dog sennae dan tumbuhan
Cassia obovata yang tumbuh di Mesir.
Penggunaan: Sebagai katartika dengan takaran 2 g sekali
pakai. Sering dikombinasi dengan bahan gom hidrokoloid. Juga
digunakan dalam teh pelangsing.
Produk : Herbalax®.
b) Rhamni purshianae Cortex (Cascara bark)
Asal tumbuhan: Kulit kayu dar Rhamrius purshianus DC atau
Frangula purshiana (DC) A. Gray ex J.C.Cooper (suku
Rhamnaceae).
Pengumpulan dan penyimpanan. Simplisia adalah kulit kayu
dikumpulkan dan tumbuhan liar pada bulan pertengahan April sampai
akhir Agustus. Kulit diambil memanjang 5-1 0 cm, dikeringkan
diketeduhan, dihindar-kan dari lembab dan hujan, karena kulit dapat
berkapang. Kemudian disimpan paling Iebih dari satu tahun. Dahulu
diekspor dalam bentuk simpleks, namun sekarang dalam bentuk
ekstrak.
Identifikasi. Makroskopik dan mikroskopik terdapat antara lain
dalam Trease & Evans Pharmacognosy (2002).
Kandungan kimia (Constituents). Kaskara mengan-dung
senyawa gol. antrakinon 6-9%, dalam bentuk 0-glikosida dan Cglikosida.
Ada empat glikosida primer, yaitu kaskarosida, yaltu
kaskarosida A, B, C, dan D yang berbentuk 0- maupun C-glikosida.
Senyawa Iainnya a.I. barbaloin dan krisaloin. Turunan emodin
oksantron, yaitu aloe emodin dan krisofanol balk dalam bentuk bebas
maupun glikosida. Juga berbagai turunan (derivates) diantron
lainnya, yaltu palmidin A, B, dan C.
Simplisia pengganti dan tumbuhan Rhamnus cathartica dan
R. carniolica.
c) Cassie pods (Buah trengguli)
Asal tanaman. Buah yang dikeringkan dan Cassia fistula
(suku Leguminosae). Tumbuhan ini ditanam di Hindia Barat
(Dominika dan Martinique) dan Indonesia.
Bentuk dalam perdagangan. Bubur daging buah dibuat
dengan perkolasi dengan air, diuapkan akan ter-bentuk bubur.
Kandungan kimia. Bubur kasia mengandung gula 50%, zat
warna, dan minyak atsiri. Bubur ini mengandung rein dan senyawa
mirip senidin. Daun tanaman ini mengandung rein bebas atau terikat,
senidin, senosida A, dan B. Empulur mengandung barbaloin dan rein,
serta leukoantosianidin. Kegunaan. Menurut pengobatan Ayurveda bubur kasia bersifat
antifungi, antibakteri, dan pencahar (laxatives), juga sebagal
antitussive.
d) Rhel Radix (Rhubarb, Chinese Rhubarb)
Asal tanaman. Bagian dalam tanah yang dikeringkan dan
Rheum palmatum L. (suku Polygonaceae) R. officinale atau hibrida
dan dua jenis tanaman ini.
Pengumpulan dan persiapan. Dahulu diperkirakan akar
ditumbuhkan atau ditanam di dataran tinggi (lebih dan 3000 m) dan
digali pada musim gugur atau musim semi saat berumur 6-10 tahun.
Didekortisasi dan dikeringkan. Akar yang telah didekortisasi adalah
jika seluruh permukaannya disilinderkan (melingkar) atau jika
dipotong secara longitudinal di bagian planokonvex (datar). Bagian
yang digunakan sering memperlihatkan lubang yang
mengindikasikan bahwa akar itu telah disiapkan untuk dikeringkan.
Obat ini diekspor dari Shanghai ke Tientsin, seringkali melewati Hong
Kong. Kualitas yang Iebih bagus dibungkus dalam kotak kayu kecil
yang berisi 280 lb atau 50 kg, dan kualitas yang tebih jelek dalam tas.
Identifikasi. Identifikasi secara makroskopi, mikros-kopi, dan
kimiawi tercantum dalam Trease & Evans Pharmacognosy (2002)
Kandungan kimia. Antrakinon bebas sebagai krisofanol, aloeemodin,
rhein, emodin, dan emodin mono-etileter (physcion).
Senyawa tersebut juga terdapat dalam bentuk glikosida. Simplisia
lain. Dalam perdagangan dikenal Chinese rhapontic, India rhubarb,
English rhubarb, dan Japanese rhubarb. Di Indonesia (P. Jawa:
Kaliangkrik Kedu) juga dikenal akar kelembak untuk bumbu rokok,
tidak dianjur-kan untuk pe-ngobatan karena adanya asam krisofanat
dan rhaponticin meriyebabkan sakit perut. Adanya rapon-tisin
ditandai dengan adanya fluresensi biru yang kuat.
Kegunaan. Akar kelembak digunakan sebagai bitter stomachic
dalam pengobatan diare, efek purgatif diikuti dengan efek astringent. e) Aloe (Jadam arab)
Aloe atau aloes adalah getah yang dikeringkan dari daun Aloe
barbadensis Miller (Aloe vera L.) dan dikenal dengan Curaçao aloe
atau Aloe ferox Miller dan hibridanya, yaitu A. spicata Baker, dalam
perdagangan dikenal dengan Cape aloe (Fam. Liliaceae).
Aloe menghasilkan tidak kurang dan 50% bahan yang larut
dalam air.
Ada sekitar 300 jenis Aloe spp. yang dikenal dan banyak
diantaranya merupakan tumbuhan aseli di Afrika. Banyak yang
diperkenalkan di Eropa dan Hindia Barat. Tumbuhan mi merupakan
tumbuhan xerophytic yang mempunyai daun yang berdaging,
biasanya tepi daun berduri, hampir mirip dengan agave (serat) (mis.
Agave americana L., Amaryllidaceae).
Pemanenan dan pembuatan aloe. Daun-daun dipanen pada
bulan Maret dan April dan letakkan bekas potongan melintang
menghadap ke bawah pada penam-pung bentuk-V. Cairan yang
keluar dan sel khusus tepat di bawah lapisan epidermis daun
dibiarkan ditampung. Cairan yang diperoleh diuapkan dalam panci
tembaga sampai kekentalan tertentu, dituang ke dalam wadah logam
dan dibiarkan mengeras. Aloe sekarang diproduksi di Aruba, Bonaire,
Haiti, Venezuela, dan Afrika Selatan. Di AS yang digunakan adalah
Curaçao aloe.
Sifat aloe. Aloe yang dipasarkan berbentuk masa opaque
(tidak tembus sinar) bewarna hitam kemerahan sampai hitam
kecoklatan sampai coklat tua. Rasanya memuakkan (memuntahkan)
dan pahit. Baunya khas tidak enak.
Kandungan kimia. Aloe mengandung sejumlah gli-kosida
antrakinon, utamanya barbaloin (aloe-emodin-C-1O glukosida
antron). 0- glikosida dan barbaloin dengan gula tambahan berhasil
diisolasi dan Cape aloe), senyawa ini disebut aloinosida. Bentuk
bebas dan aloe-emodin dan antranol kombinasi dan bebas juga
ditemukan, sedangkan asam krisofanat ditemukan dalam tipe aloe
tertentu. Senyawa aktif dalam Curaçao aloe lebih baik dari pada
Cape aloe, karena kandungan aloe-emodinnya dua Se- tengah kali.
Kandungan senyawa fisiologis aktif berkisar antara 10-30%, sedangkan kandungan yang tidak
aktif 16-63%, yaitu berupa resin
dan minyak atsiri.
Penggunaan. Bila digunakan sebagal katartik, beraksi pada
usus besar. Glikosida aloe bersifat drastik yang kuat, lebih balk
menggunakan bahan lain untuk tujuan katartik.
f) Aloe vera Gel
Gel segar yang berlendir terdapat dalam jaringan parenkim
dalam daun bagian tengah dan Aloe barbadensis (Aloe vera).
Digunakan bertahuntahun untuk mengobati luka bakar, tergores, dan
iritasi kulit lainnya. Dalam tahun I 935, getahnya dianjurkan untuk
mengobati luka bakar tingkat tiga pada penyinaran dengari sinar-X,
sekarang hanya digunakan sebagai pelunak (emollient) dan
pelembab (moisturizing).
Aloe vera gel yang berupa produk yang distabilkan sekarang
dibuat dan bagian tengh daun yang lunak dengan berbagai metode
yang dipatenkan; diantaranya termasuk pemerasan (penekanan) dan
ekstraksi dengan pelarut dalam kondisi “harsh”. Akibatnya produk ml
sangat beragam. Dalam penelitian yang memiliki daya me-rangsang
penyembuhan luka (cell- proliferative) adalah gel segar, sedangkan
produk yang dikeringkan belum diteliti.
Penggunaan. Dapat digunakan sebagai obat dalam maupun
obat luar. Sebagai campuran dalam hand lotion dan frozen yogurt.
lndikasinya untuk yang dimakan adalah sakit kepala sampai obesitas,
walaupun secara klinik belum terbukti.

♥ GLIKOSIDA SIANOPORA Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika


dihidrolisis akan terurai menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN).

Biosintesa Glikosida Sianopor Aglikon-aglikon dari glikosida sianofor yang digunakan dalam
pengobatan adalah senyawa-senyawa fenilprokanoid, yang merupakan turunan dari asam amino
C6 – C3 seperti fenilalanin dan tirosin. Biosintesa senyawa ini adalah melalui “Shikimic Acid
Pathway”.
Penggunaan. Bahan yang mengandung glikosida ini sering digunakan
sebagai flavoring agent pada makanen. Sediaan yang mengandung amigdalin
bersifat antikanker dan disebut Iaetril atau vitamin B,7 dan digunakan untuk
mengontrol sickle cell anemia.

♥ GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT
Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung glikosida yang aglikonnya
adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan alifatik atau aromatik. Senyawa-senyawa
yang penting secara farmasi dari glikosida ini adalah sinigrin (Brassica nigra = black mustard),
sinalbin (Sinapis alba = white mustard) dan glukonapin (rape seed).

Biosintesa Glikosida Isotiosianat


Aglikon dari glikosida isotiosianat dapat merupakan senyawa alifatik atau turunan aromatik.
Penelitian dengan radio isotop telah menunjukkan bahwa aglikon yang berupa senyawa alifatik
biosintesanya dapat melalui “Acetate Pathway” sedang yang aromatik melalui “Shikimic Acel
Pathwey”.

a) Mustar (mustard, moster)


Black mustard, sinapis nigra, atau mustar cokiat adalah biji masak yang
dikeringkan dan berbagai varitas Brassica nigra (L.) Koch atau Brassica juncea (L.)
Czerniaew (suku Cruciferae). B. nigra dibudidaya di Inggris, sedangkan B. a/ba di
India.
Kandungan. Meskipun mustar hitam mengandung minyak lemak (30-35%),
kandungan berkhasiat adalah glikosida, sinicrin (kalium mirosinat) yang didampingi
oleh enzim mirosin. Bila biji ditambah air dan digerus, mirosin akan menghidrolisis
sinigrin menghasilkan alilisotiosianat yang menguap.
Kegunaan. Mustar hitam merupakan local irritant dan emetik. Sebagai obat
luar untuk rubefacient dan vesicant. Dalam perdagangan digunakan sebagai
bumbu.
White mustard, sinapis a/ba adalah biji masak dikeringkan dan B. a/ba (L.)
Hooker f. (suku Cruciferae).
Kandungan. Mengandung glikosida sinalbin yang dengan enzim mirosin
menghasilkan akrinil isotiosianat, ras menggigit, namun tidak berbau karena kurang
menguap dibanding aliltiosianat. Minyak lemak sekitar 20-25%.

♥ GLIKOSIDA FLAVONOL
Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini merupakan senyawa
yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman.

Biosintesa Glikosida Flavonoid


Aglikon dan glikosida flavonol dan falvanoid lainnya adalah contoh senyawa yang di dalam
sistem biologis pembentukannya dapat melalui kedua cara pembentukan senyawa aromatis, yaitu
dengan kondensasi asam asetat dan melalui shikimic Acid Pathway.

♥ GLIKOSIDA ALKOHOL
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus hidroksi. Senyawa
yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin.

♥ GLIKOSIDA ALDEHIDA
Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang diikat oleh m-
hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang aglikonnya suatu aldehida.

♥ GLIKOSIDA LAKTON
Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang mengandung kumarin
(glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa glikosida dari turunan hidroksi kumarin
ditemukan dalam bahan tanaman seperti skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam korteks
horse chestnut, daphin dalam mezereum, fraksin dan limettin.

♥ GLIKOSIDA FENOL
Beberapa aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan senyawa fenol.

FUNGSI GLIKOSIDA
Secara umum arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas
yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum
dan penurunan tegangan permukaan.

1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer


2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi
3. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor
4. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang mengganggu
5. Glikosida sebagai petunjuk sistematik
Beberapa Hipotesa dan Teori Tentang Adanya Glikosida dalam Tanaman
1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer. Teori Pfeffer mengatakan bahwa glikosida
adalah meruapakan cadangan gula temporer (cadangan gula sementara) bagi tanaman. Cadangan
gula di dalam bentuk ikatan glikosides ini tidak dapat diangkut dari sel satu ke sel yang lain, oleh
karena adanya bagian aglikon.
2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi. Pada tahun 1915, Geris
mengatakan bahwa proses sintesa senyawa glokosida adalah merupakan proses detoksikasi,
sedang anglikonnya merupakan sisa metabolisme.
3. Glokosida sebagai pengatur tekanan turgor Teori Wasicky mengatakan bahwa setelah
diadakan percobaan-percobaan pada tanaman digitalis, ternyata bahwa glikosida mempunyai
fungsi sebagai pengatur tekanan turgor di dalam sel.
4. Proses glikosida untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang menggangu. Teori ini
menyatakan bahwa proses glikosidasi di dalam tanaman dimaksudkan untuk menjaga diri
terhadap serangan serangga atau binatang lain dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada
tanaman.
5. Glikosida sebagai petunjuk sistimatik.
Adanya glikosida di dalam tanaman, meskipun masih sangat tersebar, dapat digunakan sebagai
salah satu cara mengenal tanaman secara sistimatik, baik dari aglikonnya, bagian gulanya
maupun dari glikosidanya sendiri. Sebab ada beberapa glikosida, aglikon atau gula yang hanya
terdapat di dalam tanaman atau familia tertentu.
6. Menurut hasil penelitian Fuch dan kawan-kawan (1952), ternyata bahwa didalam waktu 24
jam tidak terdapat perubahan yang berarti pada kadar glikosida baik ditinjau dari sudut biologi
maupun secara kimiawi. Juga pada tanaman yang ditempatkan pada tempat yang gelap selama 24
jam, tidak ada perubahan kadar glikosida.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Tim Dosen. Farmakognosi I. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNHAS.
Makassar. http/www. Google.co.id/ glycoside.

Anda mungkin juga menyukai