0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
405 tayangan2 halaman
Program 1000 HPK di Papua menghadapi beberapa hambatan seperti kurangnya partisipasi ibu dan pemahaman kader, lokasi posyandu yang jauh, transportasi yang mahal, dan ketidakjelasan pedoman pelaporan. Secara umum, tantangan meliputi kurangnya komitmen dan pemahaman multi-sektor, meningkatnya harapan masyarakat, serta keterbatasan fasilitas dan tenaga kesehatan khususnya di daerah terpencil.
Program 1000 HPK di Papua menghadapi beberapa hambatan seperti kurangnya partisipasi ibu dan pemahaman kader, lokasi posyandu yang jauh, transportasi yang mahal, dan ketidakjelasan pedoman pelaporan. Secara umum, tantangan meliputi kurangnya komitmen dan pemahaman multi-sektor, meningkatnya harapan masyarakat, serta keterbatasan fasilitas dan tenaga kesehatan khususnya di daerah terpencil.
Program 1000 HPK di Papua menghadapi beberapa hambatan seperti kurangnya partisipasi ibu dan pemahaman kader, lokasi posyandu yang jauh, transportasi yang mahal, dan ketidakjelasan pedoman pelaporan. Secara umum, tantangan meliputi kurangnya komitmen dan pemahaman multi-sektor, meningkatnya harapan masyarakat, serta keterbatasan fasilitas dan tenaga kesehatan khususnya di daerah terpencil.
a. Hambatan Beberapa hambatan tidak terlaksananya program dengan baik di daerah yang terpepencil, tertinggal, dan pelosok (Papua) yaitu meliputi : Beberapa ibu masih kurang mau berpartisipasi dalam Program Gizi ini sehingga faktor kehadirannya masih kurang, Kurangnya Pemahaman kader tentang tujuan Kegiatan, Beberapa Lokasi Posyandu yang jauh dan jalan yang sulit terutama saat hujan, Transportasi yang digunakan adalah roda 2 (motor) sehingga membutuhkan biaya lebih besar mengingat daya angkut yang minim, dan Belum ada acuan yang paten sebagai pedoman dalam pembuatan laporan sehingga laporan yang kami susun hanya sebatas kemampuan kami di pedalaman Papua yang mungkin sangat terbatas (http://wartakesehatan.com/mobile/49071/dinkes-tolikara-papua-adakan-program- 1000-hari-pertama-kehidupan?page=2) Berdasarkan Kerangka Kebijakan RI (2013) ada beberapa hambatan dalam Tidak adanya pemahaman dan komitmen yang sama tentang masalah gizi faktor penyebab dan akibat buruk yang dapat ditimbulkandari pemangku kepentingan Meningkatnya kebutuhan dan harapan masyarakat dari investasi yang dilakukan Meningkatnya kebutuhan pembiayaan untuk mendukung program-program sosial lainnya seperti program pendidikan, kesehatan, perdagangan sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan anggaran dari pemerintah. Kurang jelasnya dan kurang diterimanya cara pendekatan multisektor untuk menangani program perbaikan gizi secara efektif. Hambatan lain : Terbatasanya para konselor ASI khususnya tenaga kesehatan pada daerah terpencil, pelosok dan tertinggal. Tidak tersedianya fasilitas untuk area pemberian ASI khususnya bagi pekerja wanita yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomer 33 tahun 2012 tentang ASI, dimana tempat-tempat umum seperti kantor wajib hukumnya menyediakan tempat untuk menyusui dan memerah susu termasuk pabrik. Dan pada Peraturan Pemerintah nomor 33 pasal 30 ayat (3) yang mengatakan, pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan atau memerah ASI sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan. Tidak kooperatifnya sasaran dalam program 1000 HPK khususnya ibu menyusui hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman terkait pemberian ASI Eksklusif. Kerangka Kebijaka RI, 2010. Gerakan Nasionala Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Tersedia Online. https://www.bappenas.go.id/files/7713/8848/0483/KERANGKA_KEBIJAKAN_- _10_Sept_2013.pdf. diakses 15 Desember 2017