Anda di halaman 1dari 21

DOKUMEN USULAN TEKNIS

IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR


WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

 
 
 
 
  D TANGGAPAN  DAN  SARAN  TERHADAP  KERANGKA 
ACUAN  KERJA  DAN  PERSONIL/FASILITAS 
PENDUKUNG DARI PPK 
 
Tanggapan  terhadap  KAK  (Kerangka  Acuan  Kerja)  pada  pekerjaan  Identifikasi  Sarana 
Dan  Prasarana  Kebutuhan  Infrastruktur  Wilayah  Perbatasan  Kecamatan  Badegan  Kabupaten 
Ponorogo,  ini  akan  terbagi  atas  2  (Dua)  bagian  yang  saling  terkait  yaitu  berupa  tanggapan 
umum dan tanggapan khusus.   
Kejelasan  dari  masing‐masing  komponen  yang  saling  terkait  ini  adalah  sebagaimana  tersebut 
dibawah ini. 
D.1  TANGGAPAN UMUM : 
Secara  keseluruhan  materi  dari  KAK  (Kerangka  Acuan  Kerja)  pada  pekerjaan  dimaksud, 
telah  mencakup  komponen‐komponen  yang  komprehensif  dari  sisi  makro  hingga  mikro.  
Demikian  juga,  dari  sisi  pemahaman  materi,  konsultan  dapat  mengerti  hal‐hal  yang 
melatarbelakangi  pekerjaan  dan  substansi  dari  pekerjaan  itu  sendiri.  Dengan  kata  lain, 
secara  umum  tanggapan  terhadap  KAK  dari  pekerjaan  ini  dapat  diterima  sebagai 
pekerjaan yang sangat relevan dengan waktu yang tersedia, tuntutan terhadap tujuan dan 
sasaran  maupun  kebutuhan  pelayanan  dari  tenaga  ahli  yang  perlu  disediakan.  Secara 
khusus,  tanggapan  terhadap  masing‐masing  komponen,  akan  dilakukan  pada  pengkajian 
dibawah ini. 
 
D.2 TANGGAPAN KHUSUS : 
Telah  dikemukakan  sebagaimana  tersebut  diatas,  bahwa  secara  khusus  pekerjaan  ini 
memerlukan  tanggapan  secara  lebih  mendetail  terhadap  komponen‐komponen  dari 
pekerjaan Identifikasi Sarana Dan Prasarana Kebutuhan Infrastruktur Wilayah Perbatasan 
Kecamatan  Badegan  Kabupaten  Ponorogo.  Secara  sistematis,  tanggapan‐tanggapan  per 
komponen  akan  tersajikan  sebagaimana  format  KAK  dimaksud  diantaranya  Latar 
Belakang,  Maksud  dan  Tujuan,  Sasaran,  Lingkup  Pekerjaan,  Lingkup  Wilayah,  Lingkup 
kegiatan,  Jenis  dan  Jumlah  Tenaga  Ahli,  Jenis  dan  Substansi  Laporan  serta  Keluaran. 
Tanggapan  dan  Saran  terhadap  komponen‐koponen  sebagaimana  format  dalam  KAK 
tersebut akan dsajkan sebagai berikut: 

D - 1 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

A. Latar Belakang 
a. Tanggapan 
Pada KAK sudah dijelaskan Pada dasarnya pembangunan prasarana/sarana 
permukiman  di  suatu  kawasan telah  melalui  beberapa tahapan  proses  yang  tidak 
terlepas  dari  tujuan  awal  dari  pembangunan  prasarana/sarana  di  suatu  kawasan 
yaitu  pengembangan  sosial  ekonomi  di  kawasan  tersebut,  sehingga  tingkat 
kemiskinan  dapat  dikurangi  melalui  penyediaan  prasarana/sarana  kawasan, 
pemberdayaan  sumber  daya  kawasan  dan  peningkatan  peran  serta  swasta  dan 
masyarakat. 
Salah   satu   kawasan   yang   perlu   mendapat   perhatian   khusus   dalam 
pembangunan  sebuah  kawasan  permukiman  adalah  Kawasan  Perbatasan. 
Kawasan  Perbatasan  adalah  kawasan  yang  berbatasan  langsung  dengan  wilayah 
administratif Kabupaten lainnya dan memiliki pengaruh dan keterkaitan dalam tiap 
kegiatan  pembangunan  pada  aspek  ekonomi,  hukum,  sosial  budaya,  lingkungan, 
spasial  (sistem  kepusatan)  dan  kegiatan  hidup  masyarakat  didalammya.  Adapun 
batasan  wilayah  kawasan  perbatasan  pada  kegiatan  ini  diasumsikan  pada  batas 
bagian wilayah perbatasan antar Kabupaten maupun perbatasan antar Provinsi. 
Dalam  arahan  kebijakan  Rencana  Tata  Ruang  Wilayah  (RTRW)  Provinsi 
Jawa  Timur  untuk  kawasan  perbatasan  disebutkan  bahwa  terdapat  indikasi 
perkembangan  yang  saling  terkait,  baik  dalam  pola  pemanfaatan  lahan  dan 
infrastruktur.  Dengan  kondisi  tersebut,  diperlukan  suatu  kebijakan  yang  dapat 
mengintegrasikan  pengembangan  pembangunan  lintas  wilayah  dan  saling 
menguntungkan  semua  pihak  baik  dalam  aspek  perencanaan  maupun 
pemanfaatan wilayah tersebut. 
 
Dalam  pelaksanaan  pembangunan  sebagai  upaya  mengurangi  ketimpangan 
pembangunan  wilayah,  masih  ditemui  beberapa  permasalahan  yang  terjadi  di 
wilayah perbatasan baik antar Kabupaten/Kota maupun antar Provinsi, antara lain: 
1. Pembangunan  seringkali  tidak  dilaksanakan  secara  terintegrasi,  sehingga 
beberapa  program  pembangunan  yang  dilaksanakan  kurang  sinergis  antara 
satu dengan yang lainnya; 
2. Arah  kebijakan  pembangunan  kewilayahan  masing‐masing  wilayah  yang 
berbatasan cenderung berorientasi pada wilayahnya masing‐masing; 
3.  Masih  lemahnya  koordinasi  dan  sinkronisasi  embangunan  antar  pemerintah 
Kabupaten/Kota maupun Provinsi yang saling berbatasan 
4. Pengembangan   pembangunan   infrastruktur   jalan   yang   seringkali   belum 
terintegrasi  dan  belum  bisa  menjadi  sarana  penghubung  yang  efektif  bagi 
kedua wilayah yang saling berbatasan tersebut; 
 

D - 2 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

5. Secara  umum  banyak  kawasan  perbatasan  yang  terletak  pada  wilayah 


terpencil dan sulit dijangkau, sehingga tingkat mobilitas masyarakat yang ada 
tergolong  rendah.  Keterbatasan  ini  seringkali  menimbulkan  permasalahan 
adanya  kesenjangan  pembangunan  yang  cukup  besar  pada  wilayah 
perbatasan; 
6. Pada   beberapa   wilayah   perbatasan, pengembangan   potensi   pendukung 
kerjasama  pembangunan  belum  teridentifikasi  secara  jelas  dalam  Rencana 
Tata  Ruang  Wilayah  Provinsi  Jawa  Timur  dan  belum  dilaksanakan  secara 
optimal,  sehingga  hasilnya  terhadap  kesejahteraan  masyarakat  di  wilayah 
perbatasan  tersebut  belum  terlihat  optimal.  Oleh  karenanya  diperlukan 
pengkajian  dan  penjabaran  yang  lebih  lanjut  dalam  upaya  menyerasikan 
program‐program  pengembangan  pembangunan  di  wilayah  perbatasan 
tersebut. 
 
Sampai  dengan  saat  ini  Pemerintah  Provinsi  telah  berupaya  untuk 
mengatasi  permasalahan  tersebut  di  atas  dengan  melaksanakan  pembangunan  di  
beberapa wilayah  perbatasan  dengan  dukungan  sarana dan  prasarana yang  telah 
ada  sehingga  mengurangi  kesenjangan  antar  wilayah.  Namun  hasil  pembangunan 
yang  telah  dilaksanakan      di      wilayah      perbatasan      belum      diketahui      secara   
pasti.    Mengingat pentingnya sebuah perencanaan pengembangan suatu wilayah 
perbatasan maka perlu dipertimbangkan 4 (empat) hal sebagai berikut: 
1. Kondisi  sekarang,  berkaitan  dengan  bagaimana  posisi  dan  faktor‐faktor 
internal  maupun  eksternal  apa  yang  mempengaruhi  perkembangan, 
bagaimana kondisi, potensi, peluang serta kendala yang dihadapi. 
2. Arahan pengembangan, menyangkut apa yang merupakan sasaran dan tujuan 
yang dirumuskan bukan saja menggambarkan dengan keinginan yang dicapai 
ke depan, tetapi juga harus sesuai visi, misi dan kondisi aktual yang dihadapi. 
3. Bagaimana mencapai tujuan, merupakan rangkaian pilihan mengenai langkah‐ 
langkah  yang  akan  ditempuh  meliputi  kebijakan,  program  dan  kegiatan 
termasuk penyediaan berbagai sumber daya yang diperlukan. 
4. Sejauh mana kemajuan yang telah dicapai merupakan perkembangan kinerja 
yang  harus  dinilai  dari  waktu  ke  waktu  yaitu  mengetahui  dengan  jelas 
keberhasilan  dan  kegagalan  yang  dialami  serta  melakukan  penilaian  secara 
obyektif faktor‐faktor yang menyebabkannya. 
Pemilihan  atas  wilayah  perencanaan  dilakukan  dengan  penilaian  awal 
terhadap faktor kondisi  internal dan eksternal wilayah Kawasan  terpilih. Penilaian 
faktor  eksternal  dilakukan  dengan  penilaian  terhadap  peran  dan  fungsi  wilayah 
perbatasan  terhadap  wilayah  yang  ada  di  sekitarnya  saat  ini  dan  kemungkinan 
pengembangannya  di  masa  mendatang  termasuk  kemungkinan  memiliki  potensi 

D - 3 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

besar  yang  dapat  dikerjasamakan  dengan  wilayah  Kabupaten/Kota  maupun 


Provinsi  lainnya  yang  berbatasan.  Sedangkan  penilaian  faktor  internal  dilakukan 
dengan penilaian terhadap kondisi eksisting (potensi, permasalahan, kondisi sarana 
dan  prasarana)  wilayah  Kecamatan  yang  merupakan  wilayah  perencanaan,  untuk 
kemudian  dicari  kawasan  perencanaan  sebagai  kawasan  terpilih  dan  selanjutnya 
akan disebut sebagai “lokasi kegiatan”. 
Berkaitan  dengan  kewenangan  Pemerintahan  Provinsi  guna  mendukung 
pembangunan  regional  secara    makro    dengan    melihat    perkembangan    yang  
terjadi  selama  kurun  waktu  5  (lima)  tahun  terakhir  dan  untuk  mendukung 
informasi  data  capaian  pelayanan  bidang  permukiman  serta  proyeksi  program 
sampai  dengan  tahun  2020,  Pemerintah  Provinsi  Jawa  Timur  melalui  Sekretariat 
Dinas  Perumahan  Rakyat, Kawasan  Permukiman   dan   Cita   Karya   Provinsi   Jawa  
Timur  memandang    perlu  melakukan    kegiatan    Identifikasi    Sarana    dan  
Prasarana    Kebutuhan  Infrastruktur  Wilayah  Perbatasan  Kecamatan 
BadeganKabupaten Ponorogo 
 
b. Saran 
Konsultan  menambahkan  dengan  diberlakukannya  Undang‐undang  No.  32  Tahun 
2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka sejak saat itu di Indonesia telah  terjadi 
perubahan  yang  gradual  dalam  konsep  pembangunan  nasional.  Perubahan 
paradigma  pembangunan  ini  setidaknya  terlihat  dari  aspek  perencanaan,  aspek 
pengelolaan  seluruh  sumberdaya,  dan  aspek  kelembagaannya.  Dalam  hal  aspek 
perencanaan,  khususnya,  telah  terjadi  perubahan  pendekatan  dari  yang  bersifat 
top‐down  menjadi  bersifat  bottom‐up.  Hal  ini  berarti  bahwa  pembangunan 
nasional,  selain  harus  tetap  dalam  kerangka  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia, 
juga akan  memberi konsekuensi lebih berorientasi  pada kebutuhan pembangunan 
daerah.  Artinya,  daerah  atau  pemerintah  daerah  mempunyai  kewenangan  penuh 
dalam pengambilan keputusan dalam pelaksanaan pembangunan dengan menggali 
dan memanfaatkan potensi sumber daya dan sumber dana secara optimal. 
Dengan  demikian,  daerah  akan  memutuskan  sendiri  pola  dan  bentuk  kawasan 
yang  akan  diandalkan  untuk  dikembangkannya,  maupun  sektor  atau  produk‐produk 
potensi  daerah  yang  akan  diunggulkannya  untuk  mendukung  pembangunan 
ekonomi  daerah.  Perubahan  paradigma  pembangunan  dari  sentralistik  ke 
desentralistik tersebut di atas, juga akan memberikan implikasi bahwa Pemerintah 
Daerah  harus  mampu  mengelola  seluruh  sumber  dana  untuk  membiayai 
pembangunan  daerahnya.  Peran  Pemerintah  Pusat  yang  semula  bersifat  sektoral 
secara bertahap beralih ke Pemerintah Daerah, khususnya Kabupaten Raja Ampat, 
dengan  pendekatan  regional  yang  lebih  bersifat  lintas  sektoral.  Dalam  hal  ini, 
kelembagaan lokal dalam pembangunan ekonomi daerah akan semakin penting dan 

D - 4 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

diakui keberadaannya. 
1. Desentralisasi  menuntut  pembangunan  dikelola  berdasarkan  pada  prinsip‐
prinsip sebagai berikut: 
2. Masyarakat  atau  rakyat  sebagai  pelaku  utama  dalam  pengelolaan  dan 
pengambilan manfaatnya. 
3. Masyarakat  atau  rakyat  sebagai  pengambil  keputusan  dan  menentukan 
sistem pengusahaan dan pengelolaan yang tepat. 
4. Pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau kegiatan. 
5. Kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak. 
6. Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh masyarakat atau rakyat. 
7. Pendekatan  pengusahaan  didasarkan  pada  keanekaragaman  hayati  dan 
keanekaragaman budaya 
Dengan  disahkannya  UU  No.  32/2004  tentang  Pemerintah  Daerah,  maka 
kewenangan  dan  kewajiban  pengembangan  kawasan,  sekarang  ini  berada  pada 
Pemerintah  Kabupaten/Kota.  Peran  Pemerintah  Pusat  adalah  menyusun  Norma, 
Standar,  Pedoman  dan  Manual;  disamping  memfasilitasi  dan  meningkatkan 
kapasitas  aparat  pemerintah  daerah.  Sedangkan  kewenangan  pemerintah  daerah 
dalam  kaitannya  dengan  pengembangan  kawasan  adalah  sangat  luas,  antara  lain 
adalah: 
1. Menetapkan target pertumbuhan; 
2. Menetapkan  tahap  dan  langkah  pembangunan  kawasan  dan  kedaerahan, 
sesuai dengan potensi yang dimilikinya; 
3. Menetapkan  persetujuan  kerjasama  regional  di  bidang  perdagangan  yang 
berlandaskan pada produksi lokal yang dihasilkan oleh sentra‐sentra komoditas 
tertentu; 
4. Melakukan  berbagai  macam  negosiasi  yang  bertujuan  mewujudkan  konsepsi 
pertumbuhan ekonomi regional; 
5. Menetapkan  institusi‐institusi  pendukung  kebijakan  untuk  pertumbuhan 
ekonomi regional; 
6. Mengembangkan  sistem  informasi  untuk  promosi  kegiatan‐kegiatan  ekonomi 
regional. 
Pemerintah  pusat  dan  daerah  mempunyai  tanggung  jawab  untuk 
menyelenggarakan pelayanan infrastruktur dasar yang bersifat public goods. Sesuai 
dengan  Undang‐undang  Nomor  32  tahun  2004  urusan  wajib  pemerintah  daerah 
yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: 
Penyediaan sarana dan prasarana umum; 
Prasarana lingkungan dasar; 
Pengendalian lingkungan hidup; 

D - 5 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

Penyelenggaraan  pelayanan  dasar  lainnya  (yang  diamanatkan  oleh  peraturan 


per‐undang‐undangan) 
Pembangunan  skala  prioritas  dalam  pembangunan  infrastruktur  diperlukan 
mengingat  kewajiban  Pemerintah  Daerah  dalam  rangka  memberikan  pelayanan 
public dibatasi oleh keterbatasan pembiayaan. 
 
B. Maksud, Tujuan dan Sasaran 
a. Tanggapan 
Pada KAK sudah dijelaskan terkait  
¾ Maksud  dari  kegiatan  ini  adalah  terpenuhinya  kebutuhan  pembangunan 
khususnya  infrastruktur  bidang  permukiman  pada  wilayah  perbatasan  untuk 
menunjang  pengembangan  wilayah  perbatasan  sesuai  dengan  potensi  wilayah 
yang ada. 
 
¾ Tujuan  kegiatan  ini  adalah  tersusunnya  kebutuhan  program  pengembangan 
infrastruktur  bidang  permukiman  pada  wilayah  perbatasan  Kecamatan 
BadeganKabupaten Ponorogo dalam skala prioritas  sampai  dengan 2020. 
¾ Sasaran kegiatan ini, antara lain: 
1. Inventarisasi potensi dan permasalahan wilayah perbatasan. 
2. Menghimpun  data  dan  informasi  tingkat  capaian  pelayanan  infrastruktur 
bidang permukiman pada wilayah perbatasan dengan melihat perkembangan 
yang  terjadi  dalam  kurun  waktu  5  tahun  terakhir  sebagai dasar penyusunan 
program  perencanaan  pengembangan  infrastruktur  bidang  permukiman  di 
wilayah perbatasan. 
3.  Inventarisasi data potensi  dan  masalah  infrastruktur  permukiman  wilayah 
perbatasan  yang  dapat  dipergunakan  sebagai  dasar  untuk  perencanaan 
pengembangan wilayah perbatasan. 
4. Mengidentifikasi  kebutuhan  program  pembangunan  infrastruktur  bidang 
Permukiman  pada  wilayah  perbatasan  dalam  skala  prioritas  sampai  dengan 
tahun 2020. 
5. Menyusun  dan  merencanakan  kebutuhan  program  pembangunan 
infrastruktur bidang permukiman guna perencanaan pengembangan wilayah 
perbatasan dengan skala prioritas sampai 2020 
b. Saran 
Saran  yang  ingin  diusulkan  oleh  konsultan  pada  maksud  dan  tujuan  diantaranya 
adalah  dari  perencanaan  akan  diperoleh  suatu  perencanaan  tata  ruang  yang 
terpadu, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan serta berdaya guna sesuai 
dengan  fungsi  dan  manfaatnya  serta  dapat  dipakai  sebagai  landasan  operasional 
dan  acuan  dalam  perencanaan  yang  lebih  detail  terkait  pengembangan  kawasan 
perbatasan. 
 

D - 6 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

C. Keluaran/Output 
Dalam KAK sudah dijelaskan terkait output antara lain : 
1) Dokumen  Identifikasi  Sarana  Dan  Prasarana  Kebutuhan  Infrastruktur  Wilayah 
Perbatasan yang berisikan: 
ƒ Data dan informasi  tentang  kondisi  eksisting,  permasalahan,  potensi  dan pola 
penanganan kawasan permukiman pada kawasan lokasi kegiatan. 
ƒ Data dan informasi kondisi eksisting, permasalahan, potensi dan 
ƒ Identifikasi  kebutuhan  infrastruktur  penanganan  permukiman  pada  kawasan 
lokasi kegiatan. 
2.    Indikasi  kebutuhan  program/kegiatan  pembangunan  infrastruktur  dalam  upaya 
penanganan kawasan permukiman di wilayah perbatasan sampai dengan Tahun 
2020,  serta  Program  peningkatan  kondisi  perekonomian  pada  kawasan 
perbatasan terpilih. 
 
D. Ruang Lingkup 
a. Tanggapan 
Identifikasi  Sarana  Dan  Prasarana  Kebutuhan  Infrastruktur  Wilayah  Perbatasan 
Kecamatan  Badegan  Kabupaten  Ponorogo  memiliki  substansi  pekerjaan,  antara 
lain : 
1. Melakukan  kajian  kebijakan  pembangunan  dan  pengembangan  wilayah 
perbatasan  untuk  lokasi  kegiatan  dan  kedudukan  serta  fungsi  kawasan 
permukiman dalam konteks kewilayahan di lokasi kegiatan dan sekitarnya 
2. Melakukan  penetapan  delineasi  kawasan  permukiman  di  wilayah 
perbatasan  pada  lokasi  kegiatan  berdasarkan  berbagai  sumber  dan  hasil 
kajian melalui proses penyepakatan di daerah. 
3. Melakukan  pemutakhiran  kondisi  eksisting  kawasan  termasuk 
permasalahan, potensi dan program penanganan yang sudah dilaksanakan 
maupun  yang  telah  dicanangkan  oleh  pemerintah  kabupaten/kota 
setempat 
4. Melakukan  identifikasi  kondisi  Infrastruktur  kawasan  permukiman  baik 
kualitas maupun kuantitas meliputi infrastruktur permukiman yaitu sarana 
prasarana  air  bersih,  air  limbah  domestik,  drainase  permukiman, 
persampahan dan jalan lingkungan. 
5. Melakukan  analisis  kebutuhan  penanganan  kawasan  permukiman  dan 
identifikasi konsep pola pembangunan yang akan diterapkan sesuai dengan 
karakteristik,  permasalahan  dan  potensi  pengembangan  di  wilayah 
perbatasan. 
 
 

D - 7 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

6. Melakukan analisis kebutuhan infrastruktur berbasis pemenuhan kelayakan 
standar pelayanan minimal untuk permukiman pada lokasi kegiatan, secara 
kuantitas dan kualitas. 
7. Melakukan  identifikasi  kebutuhan  infrastruktur  berdasarkan  baseline 
kondisi eksisting dan capaian layanan eksisting. 
8. Melakukan analisis kebutuhan infrastruktur dalam mendukung konsep pola 
pembangunan  dan  pengembangan  kawasan,  dengan  mempertimbangkan 
potensi  dan  karakteristik  kondisi  sosial  ekonomi  dan  budaya 
masyarakatnya. 
9. Melakukan  pemetaan  kondisi  eksisting  dan  indikasi  kebutuhan 
infrastruktur ke dalam bentuk peta skala 1 : 5.000. 
10. Menyusun dokumen Identifikasi  Sarana  dan Prasarana  Kebutuhan 
Infrastruktur untuk kawasan perbatasan hingga tahun 2020. 
11. Menyusun  Indikasi  kebutuhan  program/kegiatan  pembangunan 
infrastruktur  kawasan  permukiman  di  lokasi  kegiatan  dalam  upaya 
mendukung pembangunan dan pengembangan wilayah perbatasan sampai 
dengan Tahun 2020. 
12. Mengidentifikasi kebutuhan kelembagaan pengelolaan infrastruktur dalam 
mendukung  pembangunan  dan  pengembangan  kawasan  permukiman  di 
lokasi kegiatan. 
 
E. PENTAHAPAN KEGIATAN 
a. Tanggapan 
Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dengan pentahapan sebagai berikut: 
1. Tahapan Delineasi Kawasan Perbatasan 
a) Melakukan kajian kebijakan pembangunan regional dan antar wilayah yang 
berkaitan dengan studi perbatasan, seperti kajian kebijakan regional serta 
program–program    kerjasama    kedua    wilayah    sebagai    arahan    dalam 
melakukan  tahapan  pekerjaan  dan  analisis  selanjutnya.  Beberapa 
dokumen  yang  dapat  dikaji  dalam  kaitannya  dengan  Penyusunan 
Perencanaan Pengembangan Wilayah Perbatasan, antara lain: 
ƒ Kajian  skenario  dan  kebijakan  pembangunan  wilayah  seperti  RTRW 
provinsi  dan  RTRW  Kota/Kabupaten  dan  dokumen  perencanaan 
spasial dan sektoral yang berkaitan. 
ƒ Program  kerjasama  antar  wilayah  dalam  pembangunan 
infrastruktur. 
ƒ Memorandum  perbatasan  dalam  dokumen  RTRW  Kabupaten/Kota 
(bila tersedia). 
o  

D - 8 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

b) Melakukan  kajian  isu  permasalahan  pada  wilayah  perbatasan,  sebagai 


dokumen  fakta  kondisi  riil  wilayah  studi  serta  sebagai  referensi  dalam 
penyusunan studi ini. Isu permasalahan meliputi: 
ƒ Konflik penggunaan lahan. 
ƒ Konflik pengelolaan pembangunan infrastruktur antar wilayah. 
ƒ Permasalahan  dan  kendala  terkait  pembangunan  prasarana  dan 
sarana permukiman. 
c) Melakukan  identifikasi  infrastruktur  bidang  permukiman  pada  wilayah 
perbatasan. 
d) Mengidentifikasi  tingkat  interaksi  wilayah  dan  kedudukan  kawasan 
permukiman  di  wilayah  perbatasan  dalam  konteks  pembangunan  dan 
pengembangan wilayah. 
e) Mengidentifikasi  kebutuhan  penanganan  dan  perumusan  konsep 
penanganan kawasan permukiman dalam konteks pengembangan wilayah 
perbatasan  sesuai  dengan  permasalahan,  potensi  dan  karakteristik 
kawasan (sosial, ekonomi dan budaya masyarakat). 
2. Tahapan Identifikasi Kondisi dan Tingkat Capaian Pelayanan 
a) Melakukan  proses  verifikasi  kepada  pihak  pemerintah  terkait  setempat 
mengenai  hasil  analisis  penentuan  klasifikasi  diatas  dan  menghimpun 
informasi skala prioritas pengembangan pada wilayah perbatasan terpilih. 
b) Identifikasi kesepakatan kerjasama antar kabupaten yang telah ada. 
c) Identifikasi peluang pengembangan kerjasama antar kabupaten. 
d) Menginventarisasi  potensi  dan  permasalahan  pelayanan  bidang 
permukiman pada lokasi kegiatan terpilih di wilayah perbatasan 
e) Identifikasi   tingkat   capaian   pelayanan   infrastruktur   pada   kawasan 
perbatasan. 
f) Penyusunan    matriks    kondisi    eksisting    dengan    variable:    kondisi  
eksisting, 
g) tingkat  capaian  pelayanan,  potensi,  permasalahan  dan  perkiraan  peluang 
pengembangan kerjasama perbatasan yang dapat dilakukan. 
 
3. Tahapan Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur 
 
a) Melakukan  identifikasi  dan  analisis  kecenderungan  pertumbuhan 
penduduk di kawasan lokasi kegiatan dan wilayah perbatasan berdasarkan 
data sekunder dan dokumen perencanaan yang ada. 
b) Menganalisis  antisipasi  dan  pemanfaatan  masalah  atau  peluang  dalam 
proses kerjasama antar kabupaten dalam pengaadan infrastruktur. 
c) Menganalisis  kebutuhan  dan  pengembangan  infrastruktur  bidang 
permukiman pada kawasan terpilih. 

D - 9 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

 
4. Tahapan Penyusunan Indikasi dan Rencana 
Rencana yang dibuat meliputi : 
 
a) Konsep rencana kebutuhan infrastruktur pada kawasan terpilih di wilayah 
perbatasan. 
b) Penyusunan indikasi program kebutuhan infrastruktur untuk pembangunan 
dan pengebangan kawasan terpilih di  wilayah  perbatasan  hingga  tahun 
2020. 
 
F. LOKASI KEGIATAN 
a. Tanggapan 
Dalam  KAK  dijelaskan  Pada  tahun  anggaran  2018  ini,  lokasi  kegiatan 
Identifikasi Sarana dan Prasarana Kebutuhan Infrastruktur Wilayah Perbatasan ini 
dilaksanakan  di  Kecamatan  Badegan  Kabupaten  Ponorogo.  Kawasan  yang 
menjadi  lingkup  lokasi kegiatan  merupakan kawasan yang  telah ditetapkan atau 
disepakati  oleh  kepala  daerah  atau  instansi  yang  berwenang  serta 
mempertimbangkan  studi  terkait  pengembangan  wilayah  perbatasan  yang  telah 
ada. 
b. Tanggapan 
Dalam  KAK  sudah  cukup  dijelaskan  bahwa  lokasi  studi  berada  di  Kecamatan 
Badegan Kabupaten Ponorogo sehingga tidak perlu ada penambahan 
 
G. NAMA DAN ORGANISASI KEGIATAN 
a. Tanggapan 
Kegiatan  ini  di  bawah  Kuasa  Pengguna  Anggaran  pada  Sekretariat  Dinas 
Perumahan  Rakyat,  Kawasan  Permukiman  dan  Cipta  Karya  Provinsi  Jawa  Timur 
Tahun Anggaran 2018. 
b. Saran  
Dalam KAK sudah dijelaskan cukup jelas sehingga konsultan tidak perlu adanya 
penambahan. 
 
H. SUMBER DANA 
a. Tanggapan 
Dalam  KAK  dijelaskan  Kegiatan  Identifikasi  Sarana  dan  Prasarana  Kebutuhan 
Infrastruktur  Wilayah  Perbatasan  Kecamatan  Badegan  Kabupaten  Ponorogo 
dilaksanakan  dengan  menggunakan  Dana  DPA‐SKPD  Dinas  Perumahan  Rakyat, 
Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Tahun Anggaran 2018. 
 
 

D - 10 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

 
b. Saran  
Dalam KAK sudah dijelaskan cukup jelas sehingga konsultan tidak perlu adanya 
penambahan. 
 
I. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN 
a. Tanggapan 
Dalam  KAK  dijelaskan  Jangka  waktu  pelaksanaan  kegiatan  ini  ditetapkan  selama 
90 (sembilan puluh) hari kalender, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah 
Mulai Kerja oleh Pejabat Pembuat Komitmen. 
b. Saran  
Konsultan  beranggapan  bahwa  pelaksanaan  Identifikasi  Sarana  Dan 
Prasarana  Kebutuhan  Infrastruktur  Wilayah  Perbatasan  Kecamatan  Badegan 
Kabupaten  Ponorogo  sekitar  90  (sembilan  puluh)  hari  kalender  terhitung  sejak 
penandatanganan kontrak meskipun ada kemungkinan melebihi dari jadwal akhir 
kegiatan  karena  adanya  pertimbangan  poin  (b)  dimana  bila  diperlukan  pihak 
ketiga  bersedia  membantu  pihak  pemberi  tugas,  namun  konsultan  dapat 
memahami  perihal  tersebut  dan  tetap  berusaha  melaksanakan  pekerjaan  sesuai 
dengan batas waktu pelaksanaan pekerjaan. 
Sebagaimana  di  sebutkan  dalam  KAK  ada  beberapa  tahap  pelaksanaan 
pekerjaan antara lain: 
a) Tahap persiapan pekerjaan  : 
b) Tahap pelaksanaan  pekerjaan  : 
‐    Persiapan perangkat  dan peralatan  survey 
‐    Survey data primer serta dokumentasi  gambar 
‐    Survey data sekunder 
‐    Analisis data perencanaan 
c) Tahap Penyusunan Laporan 
Untuk melengkapi penjabaran jadwal pelaksanaan pekerjaan maka konsultan 
menyajikan  tabel  jadwal  pelaksanaan  Identifikasi  Sarana  Dan  Prasarana 
Kebutuhan Infrastruktur Wilayah Perbatasan Kecamatan Badegan Kabupaten 
Ponorogo.  (lebih  jelas  dapat  dilihat  pada  bab  Jadwal  Pelaksanaan 
Pekerjaan). 
 
 
 
 
 
 

D - 11 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

J. TENAGA AHLI YANG DI BUTUHKAN 
a. Tanggapan 
Dalam  KAK  dijelaskan  Dalam  rangka  pelaksanaan  kegiatan  ini,  diperlukan 
Tenaga  Ahli  dan  Tenaga Pendukung dengan perincian sebagai berikut: 
A. Tenaga Ahli: 
 
1. Team Leader/Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 
 
Team  Leader/Ahli  Perencanaan  Wilayah  dan  Kota  adalah  tenaga  ahli 
yang  memiliki  keahlian  dalam  hal  perencanaan  wilayah  dan  kota 
khususnya  dalam  penanganan  kawasan  permukiman,  dengan 
persyaratan  memiliki  latar  belakang  pendidikan  Sarjana  (S1)  Teknik 
Planologi/Perencanaan Wilayah dan Kota  lulusan  universitas  negeri  atau 
yang  telah  terakreditasi,  berpengalaman  dalam  bidangnya  dan 
mempunyai  pengalaman  profesional  menangani  kegiatan  sekurang‐
kurangnya  3  (tiga)  tahun,  atau  Magister  (S2)  Teknik 
Planologi/Perencanaan  Wilayah  dan  Kota  dengan  pengalaman 
profesional  di  bidangnya  sekurang‐kurangnya  3  (tiga)  tahun.  Memiliki 
SKA  Ahli  Perencanaan  Wilayah  dan  Kota  (502)  yang  masih  berlaku 
dengan  Tingkat  Keahlian  Ahli  Pratama.  Jumlah  tenaga  ahli  yang 
dibutuhkan  adalah  1  orang  selama  3  bulan,  dengan  tugas  sebagai 
berikut: 
• Tugas  utamanya  adalah  memimpin  dan  mengkoordinir  seluruh 
kegiatan anggota‐anggota tim kerja/tenaga ahli dalam mengelola 
seluruh  kegiatan  dan  pelaksanaan  pekerjaan  sampai  dengan 
pekerjaan dinyatakan selesai. 
• Bertanggung   jawab   terhadap   kelancaran   pelaksanaan   baik   
administrasi  maupun  teknis  kepada  Pemberi  Pekerjaan  berkaitan 
dalam  kegiatan  tim  pelaksana  pekerjaan  dan  pelaksanaan 
pekerjaan yang berlangsung 
• Memantapkan  metodologi,  menyusun  rencana  kerja  serta 
membuat jadwal kegiatan pekerjaan 
• Menyusun  dan  membuat  laporan  yang  terkait  dalam  bidang 
pekerjaan perencanaan kawasan dan permukiman pada umumnya 
serta prasarana permukiman. 
• Sebagai  ahli  Perencanaan  Wilayah  dan  Kota  melakukan 
penelaahan materi RTRW yang terkait dengan wilayah perbatasan 
dan kawasan permukiman di lokasi kegiatan 
• Melakukan  inventarisasi  kelembagaan  serta  kebijakan  dan 
peraturan‐peraturan  serta  tata  guna  lahan  sesuai  dengan 

D - 12 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

perundangan yang berlaku, dan bertanggung jawab terhadap hasil 
analisisnya. 
• Mengkoordinir  pengumpulan  data  primer  dan  pengambilan  data 
sekunder  yang  diperlukan  serta  mengumpulkan  data  keadaaan 
fisik dasar  serta menganalisisnya. 
• Melakukan    kajian    pengenalan    karakteristik    struktur    kawasan  
perencanaan  secara  keseluruhan  dan  mengevaluasi  kebijakan 
struktur ruang yang telah ada 
• Melakukan  analisis  kebutuhan  ruang  bagi  pengembangan 
infrastruktur pada kawasan perencanaan. 
• Menganalisis  kelemahan/permasalahan  internal  yang  selama  ini 
dihadapi  di  kawasan  perencanaan  dan  prospek/kesempatan 
pengembangan masa depan. 
• Menganalisis  pranata  kelembagaan  pembangunan  infrastruktur 
dan  identifikasi  kebutuhan  kelembagaan  yang  akan  diakomodasi 
dalam rangka pembangunan infrastruktur di kawasan. 
 
2. Tenaga Ahli Prasarana Lingkungan 
 
Tenaga Ahli  Prasarana Lingkungan  adalah  tenaga ahli yang memiliki 
keahlian dalam hal perencanaan prasarana lingkungan khususnya pada 
kawasan  permukiman,  dengan  persyaratan  memiliki  latar  belakang 
pendidikan  Sarjana  (S1)  Teknik  Lingkungan  lulusan  universitas  negeri 
atau  yang  telah  terakreditasi,  berpengalaman  dalam  bidangnya  dan 
mempunyai  pengalaman  profesional  menangani  kegiatan  sekurang‐
kurangnya  3  (tiga)  tahun.  Memiliki  SKA  Ahli  Teknik  Lingkungan  (501) 
yang  masih  berlaku  dengan  Tingkat  Keahlian  Ahli    Pratama.    Jumlah  
tenaga    ahli    yang    dibutuhkan    adalah    1    orang  selama  3  bulan, 
dengan tugas sebagai berikut: 
 
• Bertanggung jawab sesuai dengan bidang keahliannya. 
• Sebagai ahli prasarana lingkungan  melakukan  kajian  baik  analisis  
maupunpenyusunan  indikasi  kebutuhan  infratruktur  terkait 
prasarana  lingkungan  permukiman  dan  melakukan  penyusunan 
rencana  indikasi  program  kebutuhan  infrastruktur  permukiman 
kawasan terpilih di lokasi kegiatan. 
• Melakukan evaluasi terhadap kondisi fisik infrastruktur/prasarana 
lingkungan untuk menentukan kualitas dan kuantitas infrastruktur. 
• Mengidentifikasi  beberapa  alteratif  penyediaan  air  minum, 
sanitasi, persampahan, dan jaringan drainase. 
• Melaksanakan  koleksi  data  sekunder  yang  berkaitan  dengan 

D - 13 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

kebutuhan pembangunan infrastruktur. 
• Melakukan  evaluasi  terhadap  kondisi  eksisting  dan  karakteristik 
yang berkaitan dengan perencanaan infrastruktur. 
3. Tenaga Ahli Permukiman 
Tenaga Ahli Permukiman adalah tenaga ahli yang memiliki keahlian 
dalam  hal  pembangunan  permukiman  dan  perumahan  dengan 
persyaratan  memiliki  latar  belakang  pendidikan  Sarjana  (S1)  Teknik 
Arsitektur  lulusan  universitas  negeri  atau  yang  telah  terakreditasi, 
berpengalaman  dalam  bidangnya  dan  mempunyai  pengalaman 
profesional  menangani  kegiatan  sekurang‐kurangnya  3  (tiga)  tahun. 
Memiliki SKA Ahli Teknik Arsitektur (101) yang masih berlaku dengan 
Tingkat  Keahlian  Ahli  Pratama.  Jumlah  tenaga  ahli  yang  dibutuhkan 
adalah 1 orang selama 2 bulan, dengan tugas sebagai berikut: 
ƒ Sebagai  ahli  permukiman  dan  perumahan  melakukan  kajian  baik 
analisis  maupun  penyusunan  indikasi  kebutuhan  prasarana 
perumahan  dan  jalan  lingkungan  dan  melakukan  penyusunan 
rencana  indikasi  program  kebutuhan  infrastruktur  permukiman 
kawasan terpilih di lokasi kegiatan. 
ƒ Melakukan  evaluasi  terhadap  kondisi  fisik  infrastruktur/ 
prasarana  lingkungan  untuk  menentukan  kualitas  dan  kuantitas 
infrastruktur  khususnya  terkait  sektor  perumahan  dan  jalan 
lingkungan. 
ƒ Mengidentifikasi  beberapa  alteratif  penyediaan  prasarana 
perumahan dan jalan lingkungan. 
ƒ Melaksanakan  koleksi  data  sekunder  yang  berkaitan  dengan 
kebutuhan pembangunan infrastruktur. 
• Melakukan  evaluasi  terhadap  kondisi  eksisting  dan  karakteristik 
yang  berkaitan  dengan  perencanaan  prasarana  perumahan  dan 
jalan lingkungan. 
 
B. Tenaga Pendukung, antara lain: 
 
1. 1  (satu)  orang  Asisten  Tenaga  Ahli  Prasarana  Lingkungan  berjenjang 
pendidikan  minimal  S1  Teknik  Lingkungan,  berpengalaman  2  (dua) 
tahun  di  bidangnya.  Jumlah  Asisten  Tenaga  Ahli  yang   dibutuhkan 
adalah  1  orang  selama  2  bulan.  Dengan  tugas  utamanya    adalah 
membantu  lingkup  pelaksanaan  kegiatan  yang  dilakukan  oleh  ahli 
Prasarana Lingkungan. 
 
2. 2 (dua)   orang   Surveyor   berjenjang   pendidikan   sekurang   kurangnya  

D - 14 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

D3  Teknik  Sipil  yang  mempunyai  pengalaman  3  (tiga)  tahun  di 


bidangnya. Jumlah  Surveyor yang  dibutuhkan  adalah 2  orang  selama  
2  bulan. Dengan tugas sebagai berikut: 
• Melakukan  survey  kondisi  data  eksisting  terkait  profil  kawasan 
permukiman di lokasi kegiatan  
• Melakukan survey pendataan kondisi infrastruktur eksisting di dalam 
kawasan 
• Koordinasi  dalam  penentuan  referensi  dan  peta  dasar  yang 
digunakan. 
 
• Memeriksa  data  lapangan  dan  membantu  melakukan  analisis  data 
lapangan. 
 
3. 1  (satu)  orang  Juru  Gambar  yang  mempunyai  keterampilan 
mengoperasikan komputer   (program   Auto   CAD   atau   Corel   Draw)   
berjenjang    pendidikan  sekurang‐kurangnya  D3  Teknik  Arsitektur, 
berpengalaman  3  (tiga)  tahun di  bidangnya.  Jumlah  Juru  Gambar  yang 
dibutuhkan adalah 1 orang selama 2 bulan. 
 
4. 1  (satu)  orang  Operator  Komputer,  mempunyai  keterampilan 
mengoperasikan  komputer  (program  Microsoft  Word,  Excel  dan  Power 
Point) berjenjang pendidikan D3 Semua Jurusan, berpengalaman 2 (dua) 
tahun  di  bidangnya.  Jumlah  Operator  Komputer  yang  dibutuhkan 
adalah 1 orang selama 3 bulan. 
5. 1  (satu)  orang  Tenaga  Administrasi,  berjenjang  minimal  pendidikan 
SMU  atau  sederajat  yang  mempunyai  pengalaman  2  (dua)  tahun  di 
bidangnya,  sebagai  Tenaga  Sekretaris,  Administrasi  dan  Keuangan. 
Jumlah  Tenaga  Administrasi  yang  dibutuhkan  adalah  1  orang  selama  3 
bulan 
b. Saran  
Tenaga  yang  di  butuhkan  dalam  penyusunan  kegiatan  ini  sebagaimana  di 
jabarkan dalam KAK sudah cukup jelas sehingga tidak memerlukan penambahan 
 
K. PRODUK PEKERJAAN 
a. Tanggapan 
Dalam  KAK  dijelaskan  Produk  akhir  kegiatan  penyusunan  diserahkan  dalam 
bentuk  pelaporan  sebagai berikut: 
a) Laporan  Pendahuluan,  berisi  uraian  ringkas  mengenai  rencana  awal 
pelaksanaan  pekerjaan  berdasarkan  sebagian  dari  data  primer  dan 
sekunder  yang  sudah  diperoleh,  juga  dimasukkan  metodologi  serta 
pendekatan  teknis  pelaksanaan      pekerjaan.      Laporan      Pendahuluan   

D - 15 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

diserahkan      15      hari  setelah  Surat  Perintah  Mulai  Kerja  (SPMK)  di 
terbitkan.    Laporan  ini  diserahkan  rangkap  3  (tiga)  buku  ukuran  kertas 
A4. 
b) Laporan Antara, berisi hasil kompilasi data serta hasil analisis awal terkait 
dengan  delineasi  wilayah  perencanaan  dan  kondisi  eksisting  kawasan. 
Diskusi  dari  laporan  ini  dilakukan  secara  eksternal  dengan  Tim  Teknis 
pengguna  jasa  dan  pihak  terkait  dari  Kabupaten/Kota  Wilayah  Studi  dan 
diharapkan  dapat  diperoleh  satu  kesepakatan  mengenai  hasil  kompilasi 
dan  analisis  data.  Hasil  diskusi  dituangkan  dalam  bentuk  satu  berita 
acara  dan  dijadikan  pedoman  dalam  penyusunan  laporan  berikutnya.  
Laporan  Antara  diserahkan  45  Hari  setelah  Laporan  Pendahuluan.  
Laporan ini diserahkan rangkap  3 (tiga) buku ukuran kertas A4. 
 
c) Laporan  Akhir,  adalah  bentuk  akhir  dari  keseluruhan  rangkaian 
pelaksanaan  pekerjaan  studi  dan  merupakan  penyempurnaan  dari  draft 
laporan sesuai dengan catatan dalam berita acara pembahasan. Laporan ini 
harus  diserahkan  rangkap  10  (Sepuluh)  buku  ukuran  kertas  A4.  Laporan 
Akhir diserahkan 30 Hari setelah Laporan Antara (hard cover). 
d) Excutive Summary, merupakan ringkasan dari Laporan Akhir yang disajikan 
secara komunikatif dalam tampilan yang menarik.  Laporan ini diserahkan 
rangkap3 (tiga) buku dengan ukuran kertas A4. 
e) Softcopy  dari  seluruh  naskah  laporan  yang  dibuat  oleh  Konsultan  harus 
diserahkan  kepada  pemberi  kerja  dalam  bentuk  media  elektromagnetis 
berupa  Disk    atau      Compact    Disc    (CD)    yang    digandakan    sebanyak    5  
(lima) keping. 
b. Saran 
Produk Laporan dalam penyusunan kegiatan ini sebagaimana di jabarkan dalam 
KAK sudah cukup jelas sehingga tidak memerlukan penambahan. 
 
L. SERTIFIKAT BADAN USAHA 
a. Tanggapan 
Dalam KAK dijelaskan Sertifikat Badan Usaha Jasa Konsultansi sebagai berikut : 
• Klasifikasi    : Perencanaan Penataaan Ruang 
• Kualifikasi Usaha  : Usaha Kecil 
 
 
 
 
b. Saran 

D - 16 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

Sertifikat badan usaha dalam penyusunan kegiatan ini sebagaimana di jabarkan 
dalam KAK sudah cukup jelas sehingga tidak memerlukan penambahan. 
 
INNOVASI KONSULTAN 
A. Landasan Hukum 
a. Tanggapan 
Dalam  KAK  belum  dijabarkan  terkait  landasan  hukum  sehingga  konsultan 
menambahkan terkait landasan hokum kegiatan Identifikasi Sarana Dan Prasarana 
Kebutuhan  Infrastruktur  Wilayah  Perbatasan  Kecamatan  Badegan  Kabupaten 
Ponorogo  disusun  dengan  mengacu  pada  Peraturan  Perundang‐undangan  yang 
meliputi: 
1. Undang‐Undang  Nomor  5  Tahun  1990  Tentang  Konservasi  Sumber  Daya 
Alam Hayati dan Ekosistemnya; 
2. Undang  Undang  Republik  Indonesia  Nomor  32  Tahun  2009  tentang 
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 
3. Undang‐Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 
4. Undang‐Undang  Nomor  1  Tahun  2011  tentang  Perumahan  dan  Kawasan 
Permukiman 
5. Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air 
6. Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  34  Tahun  2006  tentang 
jalan 
7. Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  43  Tahun  2008  tentang 
Air Tanah 
8. Peraturan  Pemerintah  Nomor  15  Tahun  2010  tentang  Penyelenggaraan 
Penataan Ruang 
9. Peraturan  Pemerintah  Nomor  27  Tahun  1999  Tentang  Analisa  Dampak 
Lingkungan Hidup; 
10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan; 
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis 
Rencana  Usaha  dan/atau  kegiatan  yang  wajib  dilengkapi  dengan  Analisis 
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman 
Penetapan Izin Gangguan di Daerah; 
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang 
Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Strategis; 
14. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 46 / UM.001 / MKP / 
2009 tentang Pedoman Penulisan Sejarah Lokal; 
15. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 47 / UM.001 / MKP / 
2009 tentang Pedoman Pemetaan Sejarah; 

D - 17 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

16. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 49 / UM.001 / MKP / 
2009 tentang Pedoman Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Situs; 
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman 
Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 tentang Tata Cara 
Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 
19. Peraturan  Menteri  Komunikasi  dan  Informatika  Nomor  01  /  PER  / 
M.KOMINFO / 01 / 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi; 
20. Peraturan  Menteri  Pekerjaan  Umum  Nomor  11  /  PRT  /  M  /  2010  tentang 
Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan; 
21. Peraturan  Menteri  Pekerjaan  Umum  Nomor  14  /  PRT  /  M  /2010  tentang 
Standar Pelayanan Umum Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; 
22. Peraturan  Menteri  Pekerjaan  Umum  Nomor  18  /  PRT  /  M  /  2010  tentang 
Pedoman Revitalisasi Kawasan; 
23. Peraturan  Menteri  Pekerjaan  Umum  Nomor  20  /  PRT  /  M  /  2010  tentang 
Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian‐Bagian Jalan; 
24. Peraturan  Menteri  Perhubungan  Nomor  81  Tahun  2011  tentang  Standar 
Pelayanan  Minimal  Bidang  Perhubungan  Daerah  Provinsi  dan  Daerah 
Kabupaten/Kota; 
25. Keputusan  Menteri  Negara  Perumahan  dan  Permukiman  Nomor 
09/KPTS/M/IX/1999 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan 
dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D). 
 
B. Metodologi  
a. Tanggapan 
Berdasarkan KAK Pekerjaan ini akan dilaksanakan dengan metode : 
Tahap 1 : Delineasi Kawasan Perencanaan 
1) Melakukan  kajian  Kebijakan  tentang  Wilayah  pada  Kawasan  perbatasan 
Kecamatan  Badegansebagai  arahan  dalam  melakukan  pengembangan 
infrastruktur  yang  berkaitan  dengan  studi  literatur  seperti  Kajian  Urban   
skenario      seperti      RTRW      provinsi      dan  dokumen  perencanaan  spasial  dan 
sektoral yang berkaitan. 
2) Melakukan  kajian  tipologi  Wilayah  pada  Kawasan  perbatasan  Kecamatan 
Badegan di Kabupaten Ponorogo 
3) Kajian  Issue  Permasalahan  Pada  Wilayah  pada  Kawasan  perbatasan  Kecamatan 
Badegan, sebagai dokumen fakta kondisi riil wilayah studi serta sebagai referensi 
dalam penyusunan studi ini, adapun issue permasalahan meliputi : 
9 Konflik Penggunaan lahan 
9 Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Alam 

D - 18 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

9 Permasalahan Terkait Infrastruktur Wilayah 
4) Mengidentifikasi  Potensi  dan  permasalahan  fisik  infrastruktur  wilayah  pada 
wilayah perencanaan, yang meliputi ; 
9 Sistem Pengelolaan Air Bersih 
9 Pelayanan Jaringan Keenergian/Kelistrikan 
9 Pelayanan Jaringan Telekomunikasi 
9 Sistem Persampahan 
9 Sistem Pengelolaan Air Limbah 
9 Sistem Transportasi Wilayah 
5) Kajian  Tingkat  Perkembangan  Wilayah  pada  Kawasan  perbatasan  Kecamatan 
Badegan, guna menelaah perkembangan infrastruktur wilayah baik sarana serta 
prasarana wilayah, kajian ini meliputi : 
9 Keberadaan Pusat Pertumbuhan Skala Regional 
9 Tingkat Perkembangan lahan 
 
Tahap 2 : Identifikasi Kondisi dan Tingkat Pelayanan Infrastruktur 
1) Melakukan  proses  verifikasi  kepada  pihak  pemerintah  terkait  setempat 
mengenai  hasil  analisa  penentuan  klasifikasi  diatas  dan  menghimpun  informasi 
skala prioritas  pengembangan pada kegiatan Wilayah pada Kawasan perbatasan 
Kecamatan Badegan 
2) Identifikasi kondisi infrastruktur  
3) Identifikasi peluang pengembangan sarana prasarana wilayah 
4) Menginventarisasi  potensi  dan  permasalahan  pengembangan  infrastruktur 
disekitar Wilayah pada Kawasan perbatasan Kecamatan Badegan 
5) Identifikasi Tingkat capaian pelayanan infrastruktur pada Wilayah pada Kawasan 
perbatasan Kecamatan Badegan. 
 
Tahap 3  : Identifikasi Kebutuhan pengembangan infrastruktur 
1) Menganalisa  antisipasi  dan  pemanfaatan  masalah  atau  peluang  dalam  proses 
pengembangan wilayah 
2) Menganalisa  pengembangan  infrastruktur  pada  Wilayah  pada  Kawasan 
perbatasan Kecamatan Badegan dengan memadukan dua factor yaitu  : 
9 Perkembangan penduduk 
9 Analisa kebutuhan infrastruktur   
9 Membandingkan  kesesuaian  antara  kedua  faktor  diatas  untuk  acuan 
pengembangan  infrastruktur  pada  Wilayah  pada  Kawasan  perbatasan 
Kecamatan Badegan. 
 
Tahap 4  : Penyusunan Arahan Pengembangan 

D - 19 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

1) Menyusun arahan pengembangan infrastruktur : 
9 Rencana pengelolaan sarana prasarana wilayah 
9 Persebaran infrastruktur wilayah sesuai dengan kebutuhan kawasan 
9 Pengendalian  secara  ketat  disekitar  Wilayah  pada  Kawasan  perbatasan 
Kecamatan Badegan 
 
Konsultan menambahkan terkait pengumpulan data primer dan data sekunder 
Pengumpulan data primer dilakukan melalui : 
1.   Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui  penyebaran 
angket, temu wicara, wawancara orang perorang, dan lain sebagainya    untuk 
menjaring aspirasi masyarakat terhadap kebutuhan yang diatur dalam produk 
tata  ruang  serta  kepada  pihak  yang  melaksanakan  pemanfaatan  dan 
pengendalian pemanfaatan ruang; dan 
2.      Pengenalan  kondisi  fisik  dan  sosial  ekonomi  secara  langsung  melalui 
peninjauan lapangan serta Metode Overlay guna memadukan data‐data dasar 
yang diperoleh dari hasil survey dan investigasi lapangan. 
 
Data sekunder yang harus dikumpulkan meliputi : 
1. Peta‐peta rencana kawasan dari RTRW dan dokumen terkait lainnya; 
2. Data dan informasi, meliputi :  
a. Data wilayah administrasi; 
b. Data fisiografis; 
c. Data kependudukan; 
d. Data ekonomi dan keuangan; 
e. Data ketersediaan prasarana dan sarana; 
f. Data peruntukan ruang; 
g. Data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan; 
h. Peta  dasar  rupa  bumi  dan  peta  tematik  yang  dibutuhkan,  penguasaan 
lahan, penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada skala atau tingkat 
ketelitian minimal peta 1: 5.000; 
i. Identifikasi potensi dan masalah dari masing‐masing kegiatan serta kondisi 
fisik (tinggi bangunan dan lingkungannya); 
i. Kajian  dampak  terhadap  kegiatan  yang  ada  atau  akan  ada  di  zona  yang 
bersangkutan; 
 
 
 
Metode Pelaksanaan : 

D - 20 
 
DOKUMEN USULAN TEKNIS
IDENTIFIKASI SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH PERBATASAN KECAMATAN BADEGAN KABUPATEN PONOROGO

1) Metode  pelaksanaan  kegiatan  yang  digunakan  dalam  pekerjaan  ini  adalah 


Literary  Study,  stakeholders  approach  dan  survey.  Metode  literary  study 
diawali  dengan  melaksanakan  pengumpulan  data  baik  peraturan  perundang‐
undangan  terkait  infrastruktur  Pengembangan  ekonomi,  dan  dilanjutkan 
dengan review untuk dapat mengidentifikasi aspek strategis ekonomi wilayah; 
2) Metode  stakeholders  approach    yaitu  dengan  melakukan  pendekatan 
melibatkan  seluruh  pemangku  kepentingan  (stakeholders).  Pendekatan 
stakeholders  dilakukan  antara  lain  dengan  melakukan  review,  wawancara 
terkait Penyusunan Dokumen Strategis Infrastruktur Pengembangan Ekonomi; 
3) Metode survey dilakukan ke beberapa wilayah studi untuk memperkaya data, 
informasi  baik  primer  dan  sekunder  terkait  Infrastruktur  Pengembangan 
Ekonomi; 
4) Langkah  selanjutnya  menampung  data  dan  informasi  yang  terkait  sebagai 
bahan  masukan  dalam  Identifikasi  Sarana  Dan  Prasarana  Kebutuhan 
Infrastruktur Wilayah Perbatasan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo; 
5) Koordinasi  penyesuaian  serta  pemuktahiran  data  serta  informasi  penataan 
ruang dengan pihak pemangku kepentingan terkait. 
 

D - 21 
 

Anda mungkin juga menyukai