Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN ( VISUS )

Gb. 2 alat pengukuran visus

Pemeriksaan tajam penglihatan :


 Lakukan uji penglihatan dalam ruangan yang cukup tenang, tetapi anda dapat mengendalikan
jumlah cahaya.
 Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden dengan jarak 6 meter
 Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan
 Mata kiri responden ditutup dengan penutup mata atau telapak tangan tanpa menekan
bolamata
 Responden disarankan membaca huruf dari kiri ke kanan setiap baris kartu Snellen atau
memperagakan posisi huruf E pada kartu E dimulai baris teratas atau huruf yang paling besar
sampai huruf terkecil (baris yang tertera angka 20/20)
 Penglihatan normal bila responden dapat membaca sampai huruf terkecil 20/20 (tulis
020/020)
 Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan posisi huruf E
KURANG dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya.
 Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan posisi huruf E
LEBIH dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka tersebut.
Pemeriksaan uji penglihatan dengan HITUNG JARI :
 Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu Snellen atau kartu
E maka mulai HITUNG JARI pada jarak 3 meter (tulis 03/060).
 Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 02/060), bila belum terlihat
maju 1 meter (tulis 01/060). Bila belum juga terlihat maka lakukan GOYANGAN TANGAN
pada jarak 1 meter (tulis 01/300)
 Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah
responden dapat melihat SINAR SENTER (jika ya tulis 01/888)
 Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000)

Selanjutnya, uji fungsi visual, termasuk ketajaman penglihatan jarak dekat dan jarak jauh,
persepsi warna dan penglihatan perifer.
1. Uji penglihatan jarak jauh
Untuk menguji penglihatan jarak jauh pada klien yang dapat membaca bahasa inggris,
gunakan grafik alfabet Snellen yang berisi berbagai ukuran huruf. Untuk klien yang buta
huruf atau tidak dapat berbicara bahasa inggris, gunakan grafik Snellen E, yang menunjukkan
huruf-huruf dalam berbagai ukuran dan posisi. Klien menunjukkan posisi huruf E dengan
menirukan posisi tersebut dengan jari tangannya.
 Uji setiap mata secara terpisah dengan terlebih dahulu menutup satu mata dan kemudian
mata yang lain dengan kartu buram berukuran 3 x 5 atau penutup mata. Setelah itu, uji
penglihatan binokular klien dengan meminta klien membaca gambar dengan kedua mata
terbuka. Klien yang normalnya memakai lensa korektif untuk penglihatan jarak jauh harus
memakainya untuk uji tersebut.
 Mulai dengan baris yang bertanda 20/20. Jika klien salah membaca lebih dari dua huruf,
pindahlah ke baris berikutnya 20/25. Lanjutkan sampai klien dapat membaca baris tersebut
dengan benar dengan kesalahan yang tidak lebih dari dua. Baris tersebut menunjukkan
ketajaman penglihatan jarak jauh klien.

2. Uji penglihatan jarak dekat


Uji penglihatan jarak dekat klien dengan memegang grafik Snellen atau kartu dengan kertas
koran berukuran 30,5 sampai 35,5 cm di depan mata klien, klien yang normalnya memakai
kacamata baca harus memakainya untuk uji ini. Seperti pada penglihatan jarak jauh, uji setiap
mata secara terpisah dan kemudian bersamaan.
3. Uji persepsi warna
Minta klien untuk mengidentifikasi pola bulatan-bulatan warna pada plat berwarna. Klien
yang tidak dapat membedakan warna tidak akan mendapatkan polanya.

4. Uji fungsi otot ekstraokuler


Untuk mengkaji fungsi otot ekstraokuler klien, perawat harus melakukan tiga tes : enam
posisi kardinal tes penglihatan, tes terbuka-tertutup, dan tes refleks cahaya korneal.
A. Enam posisi kardinal tes penglihatan
 Duduk langsung di depan klien, dan pegang objek silindris, seperti pensil, tepat di depan
hidung klien, dan menjauh sekitar 46 cm dari hidung klien.
 Minta klien untuk memperhatikan objek tersebut pada saat dan menggerakkannya searah
jarum jam melewati enam posisi kardinal-medal superior, lateral superior, lateral, lateral
inferior, dan medial-kembalikan objek ke titik tengah setelah setiap gerakan.
 Melalui tes ini, mata klien akan tetap paralel pada saat bergerak. Perhatikan adanya temuan
abnormal, seperti nistagmus, atau deviasi salah satu mata yang menjauh dari objek.

B. Tes tertutup-terbuka
 Minta klien menatap suatu objek pada dinding yang jauh yang berhadapan. Tutupi mata kiri
klien dengan kartu buram dan observasi mata kanan yang tidak ditutp akan adanya gerakan
atau berputar-putar.
 Kemudian, lepas kertas dari mata kiri. Mata harus tetap diam dan berfokus pada objek, tanpa
bergerak atau berputar-putar. Ulangi proses tersebut dengan mata kanan.

C. Tes refleks cahaya korneal


 Minta klien untuk melihat lurus ke depan sementara anda mengarahkan sinar senter ke
batang hidung klien dari jarak 30,5 sampai 38 cm. Periksa untuk memastikan apakah kornea
memantulkan cahaya di tempat yang tepat sama di kedua mata. Refleks yang tidak simetris
menunjukkan ketidakseimbangan otot yang menyebabkan mata menyimpang dari titik yang
benar.

5. Uji penglihatan perifer


 Duduk berhadapan dengan klien, dengan jarak 60 cm, dengan mata anda sejajar dengan mata
klien. Minta klien menatap lurus ke depan.
 Tutupi satu mata anda dengan kertas buram atau tangan anda dan minta kien untuk menutup
matanya yang tepat bersebrangan dengan mata anda yang ditutup
 Kemudian, ambil sebuah objek, misalnya pensil dari bidang superior perifer ke arah lapang
pandang tengah. Objek tersebut harus berada pada jarak yang sama di antara anda dan klien
 Minta klien untuk mengatakan pada anda saat objek tersebut terlihat. Jika penglihatan perifer
anda utuh, anda dan klien akan melihat objek tersebut pada waktu yang bersamaan.
 Ulangi prosedur searah jarum jam pada sudut 45 derajat, periksa lapang pandang superior,
inferior, temporal, dan nasal. Ketika menguji lapang pandang temporal, anak akan mengalami
kesulitan menggerakkan objek sampai cukup jauh sehingga anda dan klien tidak dapat
melihatnya. Jadi lakukan uji lapang pandang temporal ini dengan meletakkan pensil
sedemikian rupa di belakang klien dan di luar lapang pandang klien. Bawa pensil tersebut
berkeliling secara perlahan sampai klien dapat melihatnya.

6. REFLEK PUPIL
- Pasien disuruh melihat jauh
- Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter / diberi cahaya dan lihat apakah ada reaksi pada
pupil. Normal akan mengecil
- Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut mengecil karena penyinaran pupil mata
tadi disebut dengan reaksi cahaya tak langsung
- Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap melihat jauh

7. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS KORNEA


Tujuan : Untuk mengetahui apakah sensasi kornea normal, atau menurun
Cara Pemeriksaan
Alat : Kapas steril
Caranya :
 Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan halus
 Fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh saat kornea disentuh
 Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yang halus dan runcing disentuhkan
dengan hati-hati pada kornea, mulai pada mata yang tidak sakit.
Hasil
Pada tingkat sentuhan tertentu reflek mengedip akan terjadi.
Penilaian dengan membandingkan sensibilitas kedua mata pada pasien tersebut.
8. EVERSI KELOPAK MATA
Pemeriksaan untuk menilai konyungtiva tarsalis
Cara Pemeriksaan :
 Cuci tangan hingga bersih
 Pasien duduk didepan slit lamp
 Sebaiknya mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kanan pemeriksa.
 Ibu jari memegang margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas dan meraba tarsus, lalu
balikkan
 Setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata. Biasakan memeriksa kedua
mata.

9. PEMERIKSAAN DENGAN OFTALMOSKOP


 Untuk melakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop, tempatkan klien di ruang yang
digelapkan atau setengah gelap, anda dan klien tidak boleh memakai kacamata kecuali jika
anda sangan miop atau astigmatis. Lensa kontak boleh dipakai oleh anda atau klien.
 Duduk atau berdiri di depan klien dengan kepala anda berada sekitar 45 cm di depan dan
sekitar 15 derajat ke arah kanan garis penglihatan mata kanan klien. Pegang oftalmoskop
dengan tangan kanan anda dengan apertura penglihat sedekat mungkin dengan mata kanan
anda. Letakkan ibu jari kiri anda di mata kanan klien untuk mencegah memukul klien dengan
oftalmoskop pada saat anda bergerak mendekat. Jaga agar telunjuk kanan anda tetap berada
di selektor lensa untuk menyesuaikan lensa seperlunya seperti yang ditunjukkan di sini.
 Instruksikan klien untuk melihat lurus pada titik sejajar mata yang sudah ditentukan di
dinding. Instruksikan juga pada klien, bahwa meskipun berkedip selama pemeriksaan
diperbolehkan, mata harus tetap diam. Kemudian, mendekat dari sudut oblik sekitar 38 cm
dan dengan diopter pada angka 0, berfokuslah pada lingkaran kecil cahaya pada pupil. Cari
cahaya oranye kemerahan dari refleks merah, yang harus tajam dan jelas melewati pupil.
Refleks merah menunjukkan bahwa lensa bebas dari opasitas dan kabut.
 Bergerak mendekat pada klien, ubah lensa dengan jari telunjuk untuk menjaga agar struktur
retinal tetap dalam fokus.
 Ubah diopter positif untuk melihat viterous humor, mengobservasi adanya opasitas.
 Kemudian, lihat retina, menggunakan lensa negatif yang kuat. Cari pembuluh darah retina
dan ikuti pembuluh darah tersebut ke arah hidung klien, rotasi selektor lensa untuk menjaga
agar pembuluh darah tetap dalam fokus. Karena fokus tergantung pada anda dan status
refraktif klien maka diopter lensa berbeda-beda untuk sebagian besar klien. Periksa dengan
cermat seluruh struktur retina, termasuk pembuluh darah retina, diskus optikus, latar belakang
retina, makula dan fovea.
 Periksa pembuluh darah dan struktur retina untuk warna, perbandingan ukuran arteri dan
vena, refleks cahaya arteriol, dan persilangan arteriovenosa. Mangkuk fisiologis normalnya
berwarna kuning-putih dan dapat terlihat.
 Periksa makula pada bagian akhir karena sangat sensitis terhadap cahaya.

10. PEMERIKSAAN FISIK MATA PADA ANAK


 Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
 Periksa jumlah, posisi atau letak mata
 Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
 Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian
sebagai kekeruhan pada kornea
 Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak
bulat.
 Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina
 Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
 Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
 Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.

Anda mungkin juga menyukai