Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA UMUM
“ GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS “

Tanggal Pengumpulan : 29 November 2017


Tanggal Praktikum : 24 November 2017
Waktu Praktikum : 15.30 – 17.00 WIB

Nama : Nur Latifah Salama


NIM : 11170161000041
Kelompok/kloter : 2 (DUA/II (DUA)
Nama Anggota :
1. Mulyani Fatekhatul J (11170161000062)
Kelas : Pendidikan Biologi 1B

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS

A. Tujuan Praktikum
1. Memahami tentang Hukum Newton
2. Menentukan koefisien gesek statis dan koefisien gesek kinetis
3. Memahami gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis
4. Menentukan besarnya tegangan tali pada gesekan kinetis
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesek

B. Dasar Teori
Sebuah gaya memiliki arah dan besar, sehingga merupakan vektor
yang mengikuti aturan-aturan penjumlahan vektor. Kita dapat menyatakan
gaya apapun pada sebuah diagram dengan sebuah tanda panah, seperti
yang kita lakukan dengan kecepatan. Arah tanda panah tersebut
merupakan arah dorongan atau tarikan, dan panjangnya digambarkan
sebanding dengan besar gaya (Giancoli, 2001:91).
Secara umum, gaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
mengubah keadaan gerak suatu benda. Suatu benda dapat bergerak
dikarenakan mendapat gaya. Gaya pun dapat mempercepat atau
memperlambat gerak suatu benda. Dalam bahasa di kehidupan sehari-hari
gaya sering disebut sebagai dorongan atau tarikan (Halliday, dkk.
1991:128).
Isaac Newton membangun teori besarnya tentang gerak. Analisis
Newton tentang gerak dirangkum dalam “tiga hukum gerak” nya yang
terkenal. Dalam karya besarnya Principia, Newton menyatakan hutang
budinya terhadap Galileo. Kenyataannya, hukum gerak Newton pertama
adalah sangat dekat dengan kesimpulan Galileo. Ia menyatakan bahwa
“setiap benda akan terus dalam keadaan diam atau dalam keadaan laju
tetap pada suatu garis lurus kecuali jika dipaksa untuk mengubah kedaan
itu dengan suatu gaya total yang bekerja padanya”. Kecenderungan sebuah
benda mempertahankan keadaan diamnya atau gerak seragamnya dalam
suatu garis lurus dinamakan inersia. Sehingga hukum Newton pertama
sering disebut sebagai hukum inersia (Giancoli, 1996:89-90).
Jika anda mendorong gerobak kosong dengan gaya yang sama
seperti anda mendorong gerobak yang terisi penuh dengan makanan, anda
akan menemukan bahwa yang terakhir akan mengalami percepatan lebih
lambat. Semakin besar massa, semakin sedikit percepatan yang dihasilkan
oleh gaya total yang diberikan. Hubungan matematisnya, seperti yang
ditunjukkan Newton, bahwa percepatan sebuah benda berbanding terbalik
dengan massanya. Hubungan timbal balik ini ditemukan berlaku secara
umum dan dapat dirangkum sebagai berikut : “percepatan sebuah benda
berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding
terbalik dengan massanya. Arah percepatan searah dengan gaya total yang
diberikan.” Σ𝐹 = 𝑚. 𝑎 (Giancoli, 1996:91-92).
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah
benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud disini tidak harus
berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair ataupun gas
(http://repository.usu.ac.id).
Gesekan atau friction adalah bentuk dari hilangnya energi yang terjadi
diantara dua permukaan yang saling kontak dan bergerak relatif, dan sering
dinyatakan sebagai gaya yang melawan. Gesekan diuraikan dengan
koefisien gesek (μ). Koefisien gesek adalah suatu fungsi area kontak antara
dua permukaan, sifat dan kekuatan yang saling mempengaruhi
(http://eprints.undip.ac.id).
Gaya gesek statis ini terjadi pada keadaan diam berati besarnya akan
memenuhi hukum I Newton. Karena tetap diam berarti :
𝑓𝑠 = 𝐹
Gaya gesek statis ini memiliki nilai maksimum (fs max) pada saat
benda tepat akan bergerak. Gaya gesek statis maksimum dipengaruhi oleh
gaya normal dan kekasaran bidang sentuh (𝜇𝑠 ) . Gaya gesek statis
maksimum sebanding dengan gaya normal N dan sebanding dengan
koefisien gesek statis 𝜇𝑠 .
𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑥 = 𝜇𝑠 . 𝑁
Gaya gesek kinetis timbul saat bergerak.besar gaya gesek kinetis
sesuai dengan 𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑥 yaitu sebanding dengan gaya normal N dan
sebanding dengan koefisien gesek kinetis (𝜇𝑘 ).
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 . 𝑁
(tri_surawan.staff.gunadarma.ac.id).

C. Alat dan Bahan


No Nama Alat / Bahan Jumlah Gambar
1 Papan inklinasi 1
berkatrol

2 Balok 3

3 Neraca digital 1

4 Tali 1
penghubung/Benang
nilon
5 Penahan papan 1
inklinasi

6 Stopwatch 1

7 Mistar 1

D. Langkah Percobaan
Percobaan I : Pengukuran koefisien gesek statis
No Langkah Percobaan Gambar
1 Siapkan alat dan bahan

2 Meletakkan balok kayu diatas


papan inklinasi yang disusun
secara mendatar

3 Mengangkat papan inklinasi


secara perlahan sampai balok
kayu tepat akan bergerak mulai
bergerak, lalu tahan posisi
tersebut dengan menggunakan
penahan balok
4 Mengukur jarak sumbu x dan
sumbu y pada kemiringan sudut
tersebut

5 Melakukan percobaan tersebut


hingga 5 kali pada permukaan
licin dan pada permukaan kasar

6 Mencatat hasil percobaan

Percobaan II : Pengukuran koefisien gesek kinetis


No Langkah Percobaan Gambar
1 Siapkan alat dan bahan

2 Timbang massa masing-masing


balok
3 Menghubungkan balok satu
(misalkan m1) dengan balok yang
satunya lagi (misalnya m2) dengan
seutas tali sepanjang 80 cm dan
letakkan balok m1 di atas papan
inklinasi mendatar, sedangkan
balok m2 biarkan tergantung bebas
4 Pada saat meletakkan balok m2
menggantung bebas, diingatkan
bahwa harus ada yang menahan
balok m1 sehingga sistem
mula-mula dalam keadaan diam
5 Mengukur jarak balok m1
terhadap ujung katrol papan
inklinasi sebagai panjang x

6 Melepaskan balok m1 dan hitung


waktu yang dibutuhkan balok m1
sampai menyentuh ujung katrol
dengan menggunakan stopwatch

7 Melakukan percobaan tersebut


hingga 5 kali pada permukaan
halus dan pada permukaan kasar

8 Mencatat hasil percobaan


E. Data Percobaan
1. Percobaan I : Pengukuran Koefisien Gesek Statis
a. Permukaan Licin
Ulangan x (m) y (m) 𝝁𝒔
1 27,4 × 10;2 10;1 0,36
2 35,3 × 10;2 10;1 0,28
3 26,1 × 10;2 10;1 0,38
4 30,4 × 10;2 10;1 0,32
5 31,4 × 10;2 10;1 0,31
Rerata 0,33

b. Permukaan Kasar
Ulangan x (m) y (m) 𝝁𝒔
1 23,5 × 10;2 10;1 0,42
2 23,4 × 10;2 10;1 0,42
3 19,8 × 10;2 10;1 0,50
4 23,4 × 10;2 10;1 0,42
5 20,3 × 10;2 10;1 0,49
Rerata 0,45

2. Percobaan II : Pengukuran Koefisien Gesek Kinetis


Massa m1 = 0,065 kg Massa m2 = 0,123 kg
a. Permukaan Licin
 Tabel 1
Ulangan Jarak Waktu t (s) Percepatan T (N) 𝝁𝒌
tempuh x 𝒂 (𝒎 ∙ 𝒔;𝟐 )
(m)
1 31 × 10;2 0,48 2,69 0,87 1,11
2 36 × 10;2 0,40 4,5 0,65 0,59
3 41 × 10;2 0,47 3,71 0,76 0,83
4 46 × 10;2 0,47 4,16 0,69 0,68
5 51 × 10;2 0,61 2,74 0,87 1,11
Rerata 3,56 0,768 0,86

 Tabel 2
Koefisien Gesek Kinetik
Rerata
0,86

 Tabel 3
Tegangan Tali
Rerata
0,768 N

b. Permukaan Kasar
 Tabel 1
Ulangan Jarak Waktu t Percepatan T (N) 𝝁𝒌
tempuh x (s) 𝒂 (𝒎 ∙ 𝒔;𝟐 )
(m)
1 31 × 10;2 0,48 2,69 0,87 1,11
2 36 × 10;2 0,48 3,13 0,82 1
3 41 × 10;2 0,42 4,82 0,61 0,48
4 46 × 10;2 0,46 4,38 0,67 0,62
5 51 × 10;2 0,46 4,85 0,61 0,48
Rerata 3,9 0,716 0,738

 Tabel 2
Koefisien Gesek Kinetik
Rerata
0,738
 Tabel 3
Tegangan Tali
Rerata
0,716 N

F. Pengolahan Data
1. Percobaan I : Pengukuran Koefisien Gesek Statis
a. Permukaan licin
𝑦
𝜇𝑠 =
𝑥
0,1
1) 𝜇𝑠 = 0,274 = 0,36
0,1
2) 𝜇𝑠 = 0,353 = 0,28
0,1
3) 𝜇𝑠 = 0,261 = 0,38
0,1
4) 𝜇𝑠 = 0,304 = 0,32
0,1
5) 𝜇𝑠 = 0,314 = 0,31
0,36:0,28:0,38:0,32:0,31
Rerata : = 0,33
5

b. Permukaan kasar
𝑦
𝜇𝑠 =
𝑥
0,1
1) 𝜇𝑠 = 0,235 = 0,42
0,1
2) 𝜇𝑠 = = 0,42
0,234
0,1
3) 𝜇𝑠 = 0,198 = 0,50
0,1
4) 𝜇𝑠 = 0,234 = 0,42
0,1
5) 𝜇𝑠 = 0,203 = 0,49
0,42:0,42:0,50:0,42:0,49
Rerata : = 0,45
5
2. Percobaan II : pengukuran koefisien gesek kinetis
Massa m1 = 0,065 kg m2 = 0,123 kg
2𝑠
𝑎=
𝑡2
a. Permukaan licin
2 .0,31
1) 𝑎 = = 2,69 𝑚. 𝑠 ;2
0,482
2 .0,36
2) 𝑎 = = 4,5 𝑚. 𝑠 ;2
0,402
2 .0,41
3) 𝑎 = = 3,71 𝑚. 𝑠 ;2
0,472
2 .0,46
4) 𝑎 = = 4,16 𝑚. 𝑠 ;2
0,472
2 .0,51
5) 𝑎 = = 2,74 𝑚. 𝑠 ;2
0,612

2,69 + 4,5 + 3,71 + 4,16 + 2,74


𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 3,56 𝑚. 𝑠 ;2
5
𝑚 𝑎 𝑚1 :𝑚2
Mencari 𝜇𝑘 = 𝑚2 − 𝑔 [ ]
1 𝑚1

123×10−3 2,69 65×10−3 :123×10−3


1) 𝜇𝑘 = − [ ] = 1,11
65×10−3 9,8 65×10−3

123×10−3 4,5 65×10−3 :123×10−3


2) 𝜇𝑘 = − 9,8 [ ] = 0,59
65×10−3 65×10−3

123×10−3 3,71 65×10−3 :123×10−3


3) 𝜇𝑘 = − [ ] = 0,83
65×10−3 9,8 65×10−3

123×10−3 4,16 65×10−3 :123×10−3


4) 𝜇𝑘 = − [ ] = 0,68
65×10−3 9,8 65×10−3

123×10−3 2,74 65×10−3 :123×10−3


5) 𝜇𝑘 = − [ ] = 1,11
65×10−3 9,8 65×10−3

1,11 + 0,59 + 0,83 + 0,68 + 1,11


𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,86
5
𝑚1 𝑚2 𝑔(1:𝜇𝑘 )
Mencari 𝑇 = 𝑚1 :𝑚2

65×10−3 .123×10−3 (1:1,11)


1) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3

16,5 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,87 𝑁
65×10−3 .123×10−3 (1:0,59)
2) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3
12,4 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,65 𝑁
65×10−3 .123×10−3 (1:0,83)
3) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3

14,3 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,76 𝑁
65×10−3 .123×10−3 (1:0,68)
4) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3

13,1 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,69 𝑁
65×10−3 .123×10−3 (1:0,59)
5) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3

12,4 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,65 𝑁
0,87 + 0,65 + 0,76 + 0,69 + 0,87
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 ∶ = 0,768 𝑁
5
b. Permukaan kasar
2 .0,31
1) 𝑎 = = 2,69 𝑚. 𝑠 ;2
0,482
2 .0,36
2) 𝑎 = = 3,13 𝑚. 𝑠 ;2
0,482
2 .0,41
3) 𝑎 = = 4,82 𝑚. 𝑠 ;2
0,422
2 .0,46
4) 𝑎 = = 4,38 𝑚. 𝑠 ;2
0,462
2 .0,51
5) 𝑎 = = 4,85 𝑚. 𝑠 ;2
0,462

2,69 + 3,13 + 4,82 + 4,38 + 4,85


𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 ∶ = 3,9 𝑚. 𝑠 ;2
5
𝑚 𝑎 𝑚1 :𝑚2
Mencari 𝜇𝑘 = 𝑚2 − 𝑔 [ ]
1 𝑚1

123×10−3 2,69 65×10−3 :123×10−3


1) 𝜇𝑘 = − [ ] = 1,11
65×10−3 9,8 65×10−3

123×10−3 3,13 65×10−3 :123×10−3


2) 𝜇𝑘 = 65×10−3
− 9,8
[ 65×10−3
]=1
123×10−3 4,82 65×10−3 :123×10−3
3) 𝜇𝑘 = − [ ] = 0,48
65×10−3 9,8 65×10−3

123×10−3 4,38 65×10−3 :123×10−3


4) 𝜇𝑘 = − [ ] = 0,62
65×10−3 9,8 65×10−3

123×10−3 4,85 65×10−3 :123×10−3


5) 𝜇𝑘 = − [ ] = 0,48
65×10−3 9,8 65×10−3

1,11 + 1 + 0,48 + 0,62 + 0,48


𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 ∶ = 0,738
5
𝑚1 𝑚2 𝑔(1:𝜇𝑘 )
Mencari 𝑇 = 𝑚1 :𝑚2

65×10−3 .123×10−3 (1:1,11)


1) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3

16,5 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,87 𝑁
65×10−3 .123×10−3 (1:1)
2) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3

15,6 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,82 𝑁
65×10−3 .123×10−3 (1:0,48)
3) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3

11,5 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,61 𝑁
65×10−3 .123×10−3 (1:0,62)
4) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3

12,6 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,67 𝑁
65×10−3 .123×10−3 (1:0,48)
5) 𝑇 = 65×10−3 :123×10−3

11,5 × 10;2
=
188 × 10;3
= 0,61 𝑁
0,87 + 0,82 + 0,61 + 0,67 + 0,61
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 ∶ = 0,716 𝑁
5
G. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah praktikan lakukan yakni tentang
gesekan statis dan gesekan kinetis, dapat diketahui bahwa praktikum ini
berkaitan dengan hukum I Newton dan hukum II Newton. Dalam
praktikum ini praktikan menentukan koefisien gesek statis dan kinetis,
percepatan, dan tegangan tali.
Pada percobaan pertama yakni pengukuran koefisien gesek statis
pada permukaan balok yang berbeda yaitu licin dan kasar. Berdasarkan
percobaan, praktikan memperoleh rerata koefisien gesek statis
permukaan licin sebesar 0,33 dan rerata pada permukaan kasar sebesar
0,45. Hal ini sesuai dengan teori dimana koefisien gesek statis pada
permukaan kasar harus menghasilkan hasil yang lebih besar
dibandingkan koefisien gesek statis pada permukaan licin. Dikarenakan,
balok dengan permukaan kasar lebih sulit untuk bergerak sehingga
koefisien gesek statisnya harus lebih besar.
Pada percobaan kedua yakni pengukuran koefisien gesek kinetis
pada balok permukaan licin dan kasar. Sebelum menentukan koefisien
gesek kinetis, praktikan terlebih dahulu menentukan percepatan pada
sistem. Berdasarkan hasil percobaan, praktikan memperoleh rerata
koefisien gesek kinetis pada balok permukaan licin sebesar 0,86 dan pada
balok permukaan kasar sebesar 0,738. Hal ini tidak sesuai teori, dimana
seharusnya semakin kasar permukaan suatu benda, maka semakin besar
pula koefisien gesek kinetisnya.
Dalam praktikum ini praktikan dapat lebih mengetahui mengenai
faktor yang mempengaruhi gesekan statis ataupun gesekan kinetis yaitu
dilihat dari massa suatu benda, tingkat kekasaran permukaan suatu benda
dan luas permukaannya.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam praktikum ini yakni
kekurang telitian dalam mengambil hasil sehingga mengakibatkan data
yang kurang tepat.
H. Tugas Pasca Praktikum
1. Buatlah grafik antara jarak terhadap percepatan pada percobaan
gesekan kinetis! (menggunakan Ms.Excel dan jelaskan)
a. Permukaan Licin

Grafik Jarak terhadap Percepatan


pada Gesekann Kinetis
5
4
a (m.s-2)

3
2
1
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
x (m)

Berdasarkan grafik dapat diketahui percepatan terbesar terjadi ketika


pada jarak 0,36 m dengan percepatan 4,5 m.s-2 dan percepatan terkecil
terjadi pada jarak 0,31 m dengan percepatan 2,69 m.s-2.
b. Permukaan Kasar

Grafik Jarak terhadap


Percepatan pada Gesekan
Kinetis
6
a(m.s-2)

4
2
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
x (m)

Berdasarkan grafik dapat diketahui percepatan terbesar terjadi


ketika pada jarak 0,51 m dengan percepatan 4,85 m.s-2 dan
percepatan terkecil terjadi pada jarak 0,31 m dengan percepatan
2,69 m.s-2.
2. Dari percobaan yang dilakukan apakah ada perbedaan koefisien gesek
statis pada permukaan balok licin dan kasar? Kalau ada jelaskan!
Ada, karena perbedaan koefisien gesek statis dipengaruhi oleh
kekasaran suatu permukaan benda (balok) tersebut. Pada balok dengan
permukaan kasar koefisien gesek statis nya akan bernilai besar
dikarenakan benda sulit untuk bergerak sehingga dibutuhkan koefisien
gesek statis yang lebih besar. Sedangkan, pada balok dengan
permukaan licin benda akan mudah bergerak sehingga membutuhkan
koefisien gesek statis yang lebih kecil untuk mulai bergerak.

3. Dari percobaan yang dilakukan apakah ada perbedaan koefisien gesek


kinetis pada permukaan balok licin dan kasar? Kalau ada jelaskan!
Ada, karena perbedaan koefisien gesek statis an koefisien gesek kinetis
dipengaruhi oleh massa benda, kekasaran suatu permukaan benda, dan
percepatan benda. Berdasarkan percobaan, praktikan memperoleh
koefisien gesek kinetis pada permukaan kasar lebih kecil dibandingkan
dengan koefisien gesek kinetis pada permukaan licin. Hal ini tidak
sesuai teori, dimana seharusnya semakin kasar permukaan suatu benda,
maka semakin besar pula koefisien gesek kinetisnya.

4. Dari percobaan yang dilakukan manakah nilai koefisien gesek terbesar


antara koefisien gesek statis dan koefisien gesek kinetis? Jelaskan!
Berdasarkan percobaan, nilai koefisien gesek yang lebih besar terdapat
pada koefisien gesek kinetis. Hal ini tidak sesuai teori, dimana
seharusnya koefisien gesek statis harus bernilai lebih besar
dikarenakan benda membutuhkan gaya yang lebih besar untuk
bergerak dalam keadaan diam dan ingin bergerak (tepat bergerak).

5. Sebuah benda 20 kg berada diatas bidang miring yang membentuk


sudut 300 terhadap horizontal. Koefisien gesek kinetis antara kotak dan
bidang adalah 0,30. Tentukan percepatan yang dialami benda itu
sewaktu bergeser kebawah! (g = 9,8 m/s2)

Σ𝐹𝑦 = 0
𝑁 − 𝑤 cos 30° = 0
𝑁 = 𝑤 cos 30°
= 𝑚. 𝑔 cos 30°
1
= 20. 9,8 . √3
2
= 98√3 𝑁

𝐹𝑔 = 𝜇. 𝑁

= 0,30.98√3
= 29,4√3 𝑁

𝑤 = 𝑚. 𝑔
= 20.9,8
= 196

Σ𝐹 = 𝑚. 𝑎
w sin 𝜃 − 𝐹𝑔 = 𝑚. 𝑎

196. sin 30° − 29,4√3 = 20 . 𝑎


1
196 . − 29,4√3 = 20 . 𝑎
2
98 − 29,4√3 = 20 . 𝑎
98 − 29,4√3
𝑎=
20
𝑎 = 2,40 𝑚/𝑠 2

I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Hukum Newton yang berlaku pada praktikum ini adalah Hukum I
Newton dan Hukum II Newton. Dimana Hukum I berbunyi “Setiap
benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju
tetaap sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak
nol.” Artinya adalah kecenderungan suatu benda untuk
mempertahankan posisinya baik keadaan diam atau gerak tetapnya
pada garis lurus. Dan Hukum II Newton berbunyi “Percepatan sebuah
benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan
berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan
arah gaya total yang bekerja padanya.” Artinya gaya sebagai sebuah
aksi yang bisa mempercepat sebuah benda.
2. Dalam menentukan koefisien gesek statis dapat menggunakan rumus
𝑦
𝜇𝑠 = 𝑥 dan menentukan koefisien gesek kinetis dapat menggunakan
𝑚 𝑎 𝑚1 : 𝑚2
rumus 𝜇𝑘 = 𝑚2 − 𝑔 [ ].
1 𝑚1

3. Gaya gesek statis merupakan gaya gesek yang bekerja pada saat benda
dalam keadaan diam dan nilainya mulai dari nol sampai suatu harga
maksimum. Secara matematis : 𝐹𝑠 = 𝜇𝑠 . 𝑁 . Sedangkan, gaya gesek
kinetis merupakan gaya gesek yang bekerja pada benda ketika benda
sudah akan bergerak sampai bergerak. Secara matematis : 𝐹𝑘 = 𝜇𝑘 . 𝑁
4. Dalam menentukan tegangan tali pada gaya gesek kinetis dapat
𝑚1 𝑚2 𝑔(1:𝜇𝑘 )
menggunakan rumus : 𝑇 = 𝑚1 :𝑚2

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesek yaitu tingkat kekasaran


suatu benda, luas permukaan, dan massa benda yang bekerja.
J. Kritik dan Saran
1. Hendaknya praktikan menguasai materi atau teori tentang gesekan
statis dan gesekan kinetis
2. Hendaknya praktikan lebih teliti dalam membaca stopwatch
3. Hendaknya praktikan berbagi tugas agar memudahkan proses
praktikum

K. Daftar Pustaka
Anonim. Tanpa Tahun. Bab II Tinjauan Pustaka. Diambil dari
http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 26 November
2017 Pukul 19.16 WIB.
Giancoli, Douglas C. 1996. Fisika Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Halliday, dkk. 1991. Dasar-dasar Fisika Jilid 1. Tanggerang : Binapura
Aksara.
Khafidh, M. 2012. Bab 2 Revisi 6. Diambil dari http://eprints.undip.ac.id.
Diakses pada tanggal 26 November 2017 Pukul 19.19 WIB.
Surawan, Tri. Tanpa Tahun. Hukum Newton. Diambil dari
tri_surawan.staff.gunadarma.ac.id. Diakses pada tanggal 26
November 2017 Pukul 19.21 WIB.
L. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai