Anda di halaman 1dari 340

Vol. 9 No. 1, Maret 2014 ISSN.

1907-9737

JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN


EVALUASI PENCATATAN ASET PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN BARANG MILIK DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
Arya Munawir Primasatya, David P.E Saerang, Lidia Mawikere
ANALISIS PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT INTRACO PENTA PRIMA SERVIS (IPPS)
Aditya Rachman Padja, Jantje J. Tinangon, Victorina Z. Tirayoh
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT. HASJRAT MULTIFINANCE, MANADO
Rachel Romilda Rampengan, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PENCATATAN PPH PASAL 23 DAN PELAPORAN PPH PASAL 25 PADA PT. BANK SULUT CABANG UTAMA
Cisilia Lumunon, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK ATAS PENEBUSAN LPG 3KG DARI PERTAMINA PADA PT. BERKAT JABES
Vrenshit Merdekhawati Corneles, Ventje Ilat, Victorina Z. Tirayoh
ANALISIS BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. MANGUNI PERKASA
Gabriel Michele Margaretha Raap, David P.E Saerang, Rudy J. Pusung
PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK DAN MANFAAT PAJAK RESTORAN TERHADAP KESADARAN WAJIB PAJAK MEMBAYAR PAJAK (STUDI KASUS
PADA USAHA RESTORAN DI KOTA TOMOHON)
Arian Sumando Butarbutar, Harijanto Sabijono, Heince R.N Wokas
EVALUASI PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PPH 22 ATAS PENEBUSAN BAHAN BAKAR MINYAK DI PT.PERTAMINA MANADO
Emerald Brilliant Kussoy, David Paul Elia Saerang, Winston Pontoh
EVALUASI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PENGELUARAN KAS PENGGAJIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN DIKLAT PROVINSI SULAWESI UTARA
Virginia Rebecka Golose, David P.E Saerang, Harijanto Sabijono
PENERAPAN VALUE FOR MONEY UNTUK MENILAI KINERJA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI UTARA
Andre Hendry Karwur, Ventje Ilat, Sherly Pinatik
ANALISIS KOREKSI FISKAL DALAM RANGKA PERHITUNGAN PPH BADAN PT. KAWANUA DASA PRATAMA
Felix Daniel Wongso, Jantje Tinangon, Stanley Walandouw
EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PADA BLU RSUP PROF.DR.R.D. KANDOU MANADO
Tirza Melia Sambeka, Harijanto Sabijono, Treesje Runtu
PENERAPAN PERYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR
36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT.MEGA JASAKELOLA
Ray Marcel Letlora, Jantje.J. Tinangon, Lintje Kalangi
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA MANADO
Hendro J. Rumende, Jantje Tinangon, Sherly Pinatik
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DI KOTA MANADO
Sikfrit Herold Marines Abast, Jantje Tinangon, Inggriani Elim
PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADANPADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MANADO
Yubilly M.G.R Nangka, Harijanto Sabijono, Steven Tangkuman
ANALSIS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MANADO
Melva Karla Yece Pontoh, Jantje J. Tinangon, Harijanto Sabijono
ANALISIS PERHITUNGAN PENCATATAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS EKSPEDISI ANTAR PULAU PADA PT.TAJUR JAKARTA
Priscilia J. Rundengan, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN UNTUK PUSAT TANGGUNG JAWAB LABA PADA CV. AKE ABADI KECAMATAN AIRMADIDI.
Windy F. Ering, D.P.E. Saerang, Victorina Z. Tirajoh
ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KOTA BITUNG (PERIODE
2008-2012)
Juliet Marla Hetharia, Harijanto Sabiono, Inggriani Elim
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENDAPATAN DAN BIAYA PADA PT. SKYTECH INDONESIA
Lesli Mersi Goni, Jantje J. Tinangon, Stanley Kho Walandow
ANALISIS PENGARUH PERANAN INTERNAL AUDIT TERHADAP EFEKTIFITAS PROSEDUR PENAGIHAN PIUTANG USAHA PADA PT. ADIRA DINAMIKA
MULTI FINANCE MANADO.
Lusiana Lumentut, Ventje Ilat, Sifrid S. Pangemanan
ANALISIS ALOKASI BIAYA BERSAMA UNTUK MENETUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD. VANELA
Farahdiba, G.B. Nangoi, Stanley Kho Walandow
ANALISIS PENERAPAN PSAK. 50 DAN 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PADA PT. BANK MANDIRI UNIT DOTULONG LASUT 1 MANADO
Yusni Husain, Jullie J. Sondakh, Heince Wokas
PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN BPK DI SULAWESI
UTARA)
Roland Mailuhu, G.B. Nangoi, Lintje Kalangi
PENGARUH PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA MANADO
Natalia G. Tumbel, Herman Karamoy, Victorina Z Tirajoh,
ANALISIS ALOKASI BIAYA BERSAMA UNTUK PENENTUAN BIAYA PRODUKSI NUTELLA CUPCAKE DAN COOKIES CUPCAKE PADA SHMILY CUPCAKES
Olivia Angel Tumbol, Jantje Tinangon, Stanley Kho Walandow
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA MANADO
Nurjana Noe, Jantje Tinangon, Inggriani Elim
ANALISIS PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SEBELUM DAN SESUDAH
DIBERLAKUKAN UU PPH NO. 36 TAHUN 2008
Jessica Fergie Marentek, Inggriani Elim, Treesje Runtu
PENGARUH MARKET VALUE TERHADAP HOLDING PERIOD SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD BAVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2010-2012
Inggried F. Leleng, Ventje Ilat, Heince Wokas
ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 45 (REVISI 2011) TENTANG PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS NIRLABA PADA YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN
INDONESIA (YLKI)
Regina A. Bumulo, G.B. Nangoi, Harijanto Sabijono

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA CV. MULTI DI KOTA MANADO
Marcho Rivelino Tangkere, Inggriani Elim, Stanley Kho Walandouw

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Vol.9,No.1,Maret 2014 ISSN.1907-9737

GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN

Pelindung Rektor Universitas Sam Ratulangi

Penanggung Jawab Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT


Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT

Pemimpin Redaksi Prof. DR. David. P.E. Saerang,SE,M.Com(Hons)

Redaksi Pelaksana Harijanto Sabijono,SE,MSi,Ak


Lidia Mawikere,SE,MSi,Ak
Hendrik Manossoh,SE,MSi,Ak
Imelda Najoan,SE,MSi,Ak

Dewan Redaksi DR. Grace Nangoy,SE,MSAc,Ak,CPA


Sifrid S. Pangemanan,SE,MSA
DR. Jullie J. Sondakh,SE,MSi,Ak,CPA
DR.Ventje Ilat,SE,MSi
DR. Herman Karamoy,SE,MSi,Ak
DR. Jenny Morasa,SE,MSi,Ak
DR. Agus T. Poputra,SE,MM,MA,Ak
Victorina Tirayoh,SE,MM,Ak
Linda Lambey,SE,MBA,MA,Ak
Margaretha Bolang,SE,MA,Ak
Peter Kapojos,SE,MSi,Ak

Administrasi & Sirkulasi DR. Jantje Tinangon,SE,MM,Ak


DR. Lintje Kalangi,SE,ME,Ak
Winston Pontoh,SE,MM,Ak
Christian Datu,SE,MSA,Ak

Alamat Redaksi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado
Jl. Kampus Bahu – Manado, Sulawesi Utara
Telp. (0431) 847472, Fax. (0431) 853584

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, dimaksudkan sebagai media
pertukaran informasi, penelitian dan karya ilmiah antara pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Jurnal ini terbit empat kali setahun
yaitu bulan Maret, Juni, September, Desember.
Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media dan tinjauan atas buku-buku akuntansi terbitan dalam dan luar negeri yang baru serta
catatan/komentar atas artikel yang dimuat dalam jurnal ini.
Surat menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan langganan, keagenan, dan lainnya dapat dialamatkan langsung ke alamat redaksi atau melalui email
: goingconcern2013@yahoo.com

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT i


Vol.9,No.1,Maret 2014 ISSN.1907-9737

GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
DAFTAR ISI
EVALUASI PENCATATAN ASET PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN BARANG MILIK DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
Arya Munawir Primasatya, David P.E Saerang, Lidia Mawikere ............................................................................................................................................................................................................... 1-11

ANALISIS PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT INTRACO PENTA PRIMA SERVIS (IPPS)
Aditya Rachman Padja, Jantje J. Tinangon, Victorina Z. Tirayoh ............................................................................................................................................................................................................ 12-23

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT. HASJRAT MULTIFINANCE MANADO
Rachel Romilda Rampengan, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim ................................................................................................................................................................................................... 24-31

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PENCATATAN PPH PASAL 23 DAN PELAPORAN PPH PASAL 25 PADA PT. BANK SULUT CABANG UTAMA
Cisilia Lumunon, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim .................................................................................................................................................................................................... 32-41

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK ATAS PENEBUSAN LPG 3KG DARI PERTAMINA PADA PT. BERKAT JABES
Vrenshit Merdekhawati Corneles, Ventje Ilat, Victorina Z. Tirayoh ........................................................................................................................................................................................................ 42-50

ANALISIS BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. MANGUNI PERKASA
Gabriel Michele Margaretha Raap, David P.E Saerang, Rudy J. Pusung ................................................................................................................................................................................................. 51-60

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK DAN MANFAAT PAJAK RESTORAN TERHADAP KESADARAN WAJIB PAJAK MEMBAYAR PAJAK (STUDI KASUS PADA USAHA
RESTORAN DI KOTA TOMOHON)
Arian Sumando Butarbutar, Harijanto Sabijono, Heince R.N Wokas ....................................................................................................................................................................................................... 61-68

EVALUASI PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PPH 22 ATAS PENEBUSAN BAHAN BAKAR MINYAK DI PT.PERTAMINA MANADO
Emerald Brilliant Kussoy, David Paul Elia Saerang, Winston Pontoh ..................................................................................................................................................................................................... 69-78

EVALUASI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PENGELUARAN KAS PENGGAJIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN DIKLAT PROVINSI SULAWESI UTARA
Virginia Rebecka Golose, David P.E Saerang, Harijanto Sabijono .......................................................................................................................................................................................................... 79-90

PENERAPAN VALUE FOR MONEY UNTUK MENILAI KINERJA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI UTARA
Andre Hendry Karwur, Ventje Ilat, Sherly Pinatik ................................................................................................................................................................................................................................ 91-102

ANALISIS KOREKSI FISKAL DALAM RANGKA PERHITUNGAN PPH BADAN PT. KAWANUA DASA PRATAMA
Felix Daniel Wongso, Jantje Tinangon, Stanley Walandouw ............................................................................................................................................................................................................... 103-113

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PADA BLU RSUP PROF.DR.R.D. KANDOU MANADO
Tirza Melia Sambeka, Harijanto Sabijono, Treesje Runtu ................................................................................................................................................................................................................... 114-124

PENERAPAN PERYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008
TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT.MEGA JASAKELOLA
Ray Marcel Letlora, Jantje.J. Tinangon, Lintje Kalangi ....................................................................................................................................................................................................................... 125-136

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MANADO
Hendro J. Rumende, Jantje Tinangon, Sherly Pinatik .......................................................................................................................................................................................................................... 137-147

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DI KOTA MANADO


Sikfrit Herold Marines Abast, Jantje Tinangon, Inggriani Elim.......................................................................................................................................................................................................... 148-156

PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADANPADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MANADO
Yubilly M.G.R Nangka, Harijanto Sabijono, Steven Tangkuman ........................................................................................................................................................................................................ 157-165

ANALSIS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MANADO
Melva Karla Yece Pontoh, Jantje J. Tinangon, Harijanto Sabijono .............................................................................................................................................................................................. 166-173

ANALISIS PERHITUNGAN PENCATATAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS EKSPEDISI ANTAR PULAU PADA PT.TAJUR JAKARTA
Priscilia J. Rundengan, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim .................................................................................................................................................................................................................. 174-185

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN UNTUK PUSAT TANGGUNG JAWAB LABA PADA CV. AKE ABADI KECAMATAN AIRMADIDI
Windy F. Ering, D.P.E. Saerang, Victorina Z. Tirajoh......................................................................................................................................................................................................................... 186-193

ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KOTA BITUNG (PERIODE 2008-2012)
Juliet Marla Hetharia, Harijanto Sabiono, Inggriani Elim .................................................................................................................................................................................................................... 194-201

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENDAPATAN DAN BIAYA PADA PT. SKYTECH INDONESIA
Lesli Mersi Goni, Jantje J. Tinangon, Stanley Kho Walandow ............................................................................................................................................................................................................ 202-211

ANALISIS PENGARUH PERANAN INTERNAL AUDIT TERHADAP EFEKTIFITAS PROSEDUR PENAGIHAN PIUTANG USAHA PADA PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE
MANADO
Lusiana Lumentut, Ventje Ilat, Sifrid S. Pangemanan ......................................................................................................................................................................................................................... 212-223

ANALISIS ALOKASI BIAYA BERSAMA UNTUK MENETUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD. VANELA
Farahdiba, G.B. Mogi, Stanley Kho Walandow .................................................................................................................................................................................................................................. 224-233

ANALISIS PENERAPAN PSAK. 50 DAN 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PADA PT. BANK MANDIRI UNIT DOTULONG LASUT 1 MANADO
Yusni Husain, Jullie J. Sondakh, Heince Wokas ................................................................................................................................................................................................................................. 234-245

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN BPK DI SULAWESI UTARA)
Roland Mailuhu, G.B. Mogi, Lintje Kalangi ....................................................................................................................................................................................................................................... 246-258

PENGARUH PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA MANADO
Natalia G. Tumbel, Herman Karamoy, Victorina Z Tirajoh ................................................................................................................................................................................................................. 259-269

ANALISIS ALOKASI BIAYA BERSAMA UNTUK PENENTUAN BIAYA PRODUKSI NUTELLA CUPCAKE DAN COOKIES CUPCAKE PADA SHMILY CUPCAKES
Olivia Angel Tumbol, Jantje Tinangon, Stanley Kho Walandow ......................................................................................................................................................................................................... 270-283

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA MANADO
Nurjana Noe, Jantje Tinangon, Inggriani Elim .................................................................................................................................................................................................................................... 284-294

ANALISIS PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SEBELUM DAN SESUDAH
DIBERLAKUKAN UU PPH NO. 36 TAHUN 2008
Jessica Fergie Marentek, Inggriani Elim, Treesje Runtu ...................................................................................................................................................................................................................... 295-305

PENGARUH MARKET VALUE TERHADAP HOLDING PERIOD SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD BAVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2010-2012
Inggried F. Leleng, Ventje Ilat, Heince Wokas.................................................................................................................................................................................................................................... 306-316

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 45 (REVISI 2011) TENTANG PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS NIRLABA PADA YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA (YLKI)
Regina A. Bumulo, G.B. Mogi, Harijanto Sabijono ............................................................................................................................................................................................................................ 317-328

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA CV. MULTI DI KOTA MANADO
Marcho Rivelino Tangkere, Inggriani Elim, Stanley Kho Walandouw ................................................................................................................................................................................................ 329-336

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT ii


EVALUASI PENCATATAN ASET PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN
BARANG MILIK DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA

Arya Munawir Primasatya


David P.E Saerang
Lidia Mawikere

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: aryaprimasatyaffah@gmail.com

ABSTRAK

Pencatatan aset daerah merupakan masalah yang sering terjadi dalam laporan keuangan atas
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kurangnya informasi yang dihasilkan dan kesalahan dalam
penyajian laporan pertanggungjawaban mengakibatkan tidak terwujudnya transparansi dan akuntabilitas yang
sesuai dengan harapan masyarakat dan stokeholders lainnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kesesuaian pencatatan aset barang milik daerah pada badan pengelola keuangan dan barang milik
daerah provinsi Sulawesi utara dengan permendagri No. 17 Tahun 2007. Evaluasi dilakukan dengan
mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperoleh dari hasil penelitian melalui wawancara dan atau
referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. pencatatan aset yang dilakukan pada Badan
Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara telah mengikuti dan berpedoman pada
Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah dalam hal pengelolaan
barang milik daerah adalah perencanaan, penatausahaan, dan pengahapusan telah di jalankan dengan baik.
Khususnya dalam hal pencatatan aset, penatausahaan yang dimulai dari pembukuan, inventarisasi, dan
pelaporan telah menggunakan SIMDA dari BPKP yang membuat peluang terjadinya kesalahan dalam
rekonsiliasi menjadi kecil sehingga tercapainya transparansi dan akuntabilitas untuk memberikan kepuasan bagi
para stakeholder dalam mengetahui informasi pengelolaan barang milik daerah.

Kata kunci : pencatatan aset, barang milik daerah.

ABSTRACT

Asset recording area is a common problem in the examination of financial statements Audit Agency (
BPK ) . The resulting lack of information and errors in the presentation of accountability lead to transparency
and accountability is not in accordance with the expectations of the public and other stokeholders . The purpose
of this study is to evaluate the suitability of the property asset recording between the management board of
finance and goods belonging to the northern Sulawesi province and Permendagri No. 17 of 2007 . Evaluation is
done by collecting descriptions obtained from the research through interviews and or references that relate to
the problems faced. recording assets carried on the Financial Management Board and District Property North
Sulawesi has followed and guided the Permendagri No. 17 Of 2007 on Guidelines for District Property
Management in terms of sectoral asset management is the planning, administration, and elimination has been
on the run well. Especially in terms of asset recording, beginning administration of accounting, inventory, and
reporting have used SIMDA of BPKP which makes the chances of a small error in the reconciliation to achieve
transparency and accountability so as to give satisfaction to the stakeholders in informed asset management
area.

Keywords : asset recording, district property.

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998, perkembangan akuntansi sektor publik di
Indonesia telah maju dengan pesat. Dalam era keterbukaan ini, pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal dititik beratkan pada Pemerintah Daerah. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik (good governance). World Bank dalam Halim dkk (2010) mendefinisikan Good
Governence sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang
sejalan dengan prinsip demokrasi pasar yang efisien, penghindaran sakah alokasi dana investasi, dan
pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran, serta penciptaan
legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintah semakin meningkat pada era reformasi
saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Transparansi dapat
diartikan sebagai suatu situasi dimana masyarakat dapat mengetahui dengan jelas semua kebijaksanaan dan
tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam menjalankan fungsinya beserta sumber daya yang digunakan.
Sedangkan akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban yang menggunakan sistem
akuntansi yang diatur oleh pemerintah pusat dalam bentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang
bersifat mengikat seluruh Pemerintah Daerah. Dalam Sistem Pemerintah Daerah terdapat 2 subsistem, yaitu
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Laporan
pertanggunjawaban SKPD merupakan sumber untuk menyusun Laporan pertanggungjawaban SKPKD, oleh
karena itu setiap SKPD harus menyusun Laporan pertanggunjawaban sebaik mungkin. (Winda Puspita Sari,
2011)

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. PP ini menginstruksikan pemerintah daerah agar segera
menyusun dan menerapkan sistem penatausahaan untuk pembukuan, inventarisasi dan melaporkan aset milik
daerah dengan menghasilkan neraca daerah dan laporan realisasi anggaran. Kemudian untuk terus mendukung
terjadinya akuntabilitas pengelolaan barang milik daerah, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan juga telah
menerbitkan Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan yang memuat tentang Akuntansi Aset Tetap.
Penglolaan barang milik daerah pada pemerintah daerah diatur oleh peraturan yang dikeluarkan pemerintah
daerah tersebut yaitu gubernur/bupati/walikota dan harus mengacu pada pedoman umum Pengelolaan Barang
Milik Daerah seperti Permendagri No. 17 Tahun 2007.

Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada standar akuntansi pemerintah sesungguhnya
dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mewujudkan good governance. Alasannya adalah terpenuhinya
tiga elemen good governance yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi. Pertama, akuntabilitas karena
dengan adanya standar, pengungkapan efektivitas dan efisiensi APBN/APBD menjadi bersifat kredibel dan
dapat dipertanggungjawabkan. Kedua, transparansi karena dengan adanya standar, BPK menjadi mudah
menyingkap tempat-tempat yang memiliki celah untuk melakukan korupsi karena telah mempunyai basis yang
baku, mantap dan komprehensif dalam tugas pemeriksaan keuangan dan audit atas laporan keuangan. Ketiga,
partisipasi karena dengan adanya standar, rakyat pada tiap daerah melalui DPRD makin mampu mengendalikan
keuangan daerahnya karena pemerintah tidak bisa mencatat pemakaian sumber daya sesuai keinginannya.
(Fauziah, 2010)

Permendagri No. 17 Tahun 2007 sebagai petunjuk dalam menjalankan pengelolaan barang milik daerah
yang lebih baik. Untuk menerapkan sistem ini diperlukan pengawasan dan kerja sama yang mampu
melaksanakan proses pencatatan aset di tingkat SKPD maupun pengelola barang milik daerah secara teliti dan
kompeten. BPKP membantu jalannya proses rekonsiliasi melalui aplikasi SIMDA dalam memudahkan proses
eksport/import data barang yang akan dibuat kedalam neraca daerah sesuai dengan yang diharapkan dalam
Permendagri No. 17 Tahun 2007 untuk memenuhi tuntutan transparansi publik tentang kinerja yang baik
disertai akuntabilitas terhadap pemerintah daerah. Sistem pengelolaan barang milik daerah yang baik dengan
sistem sentralisasi yang dapat dipertanggungjawabkan sangat diperlukan.

2
Pencatatan aset daerah merupakan masalah yang sering terjadi dalam laporan keuangan atas
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Selama ini pelaporan keuangan pemerintah, baik di pusat
maupun di daerah terkesan belum memenuhi kebutuhan informasi pemakaianya. Kurangnya informasi yang
dihasilkan dan kesalahan dalam penyajian laporan pertanggungjawaban mengakibatkan tidak terwujudnya
transparansi dan akuntabilitas yang sesuai dengan harapan masyarakat dan stokeholders lainnya. Demi
terciptanya good governance dimana pengelolaan dan tanggungjawab yang terlaksana dengan transparan dan
akuntabel, Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) sebagai pembantu pengelola
barang milik daerah yang ada di wilayah Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara sekaligus sebagai
penyetuju perencanaan anggaran juga harus membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang
dilaksanakannya sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah. Dan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 232 ayat (5) disebutkan bahwa dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), entitas pelaporan menyusun
laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan.

Penulis mengambil objek penelitian pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi
Sulawesi Utara karena proses inventarisasi aset yang ada pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik
Daerah sangat efektif untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini yaitu evaluasi pencatatan aset pada
Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian pencatatan aset barang milik daerah
pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara dengan
Permendagri No. 17 Tahun 2007

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi
Halim dkk (2010) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu bidang pengetahuan yang merupakan
penggunaan pengetahuan ilmiah dalam suatu wilayah negara untuk menyediakan informasi keuangan dalam
rangka mencapai tujuan sosial dan ekonomik, atau merupakan perekayasaan pelaporan keuangan dalam suatu
masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan
akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan
kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya.

Sektor Publik
Mahsun (2009) mengatakan sektor publik sering kali dipahami sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan umum penyediaan barang atau jasa kepada public yang dibayar melalui pajak
atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum.

Mardiasmo (2009) menyatakan, organisasi sektor publik dituntut untuk dapat membuat laporan
keuangan eksternal yang meliputi laporan formal, seperti laporan surplus/defisit, laporan realisasi anggaran,
laporan arus kas, neraca, serta laporan kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan non-finansial.

Akuntansi Keuangan Daerah


Darise (2008) Akuntansi pemerintahan mempunyai beberapa tujuan :
a. Pertanggungjawaban
Tujuan Pertanggungjawaban memiliki arti memberikan informasi keuangan yang lengkap, cermat,
dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan
dengan operasi unit-unit pemerintahan.
b. Manajerial

3
Tujuan manajerial berarti bahwa akuntansi pemerintah harus menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan untuk perencanaan, penganggaran,, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran,
perumusan kebijaksanaan, dan pengambilan keputusan, serta penilaian kinerja pemerintah.
c. Pengawasan
Tujuan pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi pemerintah harus memungkinkan terselenggaranya
pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.

Halim (2007), mendefinisikan Akuntansi keuangan daerah sebagai proses pengidentifikasian,


pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten,
kota, atau propinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh
pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau propinsi) yang memerlukan.

Lingkungan Akuntansi Keuangan Daerah


Salah satu tujuan akuntansi keuangan daerah adalah untuk menyediakan informasi keuangan dalam
bentuk laporan keuangan yang lengkap, cermat, akurat dan transparan sehingga dapat menyajikan laporan
keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sesuai kebutuhan para pengguna laporan
keuangan dimana dapat membantu pihak internal untuk mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan yang
telah direncanakan dan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak eksternal pemerintah daerah.

Pihak-pihak eksternal pemerintah daerah yang berkepentingan terhadap pemerintah daerah secara
langsung maupun tidak langsung tersebut disebut Stakeholders yang meliputi:
a. DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
Adalah badan yang memberikan otorisasi kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola keuangan daerah.
b. BPK (Badan Pengawas Keuangan)
Adalah badan yang melakukan pengawasan atas pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah yang termasuk dalam badan ini adalah:
Inspektorat Jenderal dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
c. Investor, Kreditor, dan Donatur
Badan atau organisasi baik pemerintahan, lembaga keuangan, maupun lainnya baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang menyediakan sumber keuangan bagi Pemerintah Daerah.
d. Analisis ekonomi dan pemerhati Pemerintah Daerah
Yaitu pihak-pihak yang menaruh perhatian atas aktivitas yang dilakukan Pemerintah Daerah, seperti:
Lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi termasuk akademisnya), ilmuan, peneliti, konsultan,
LSM, dan lain-lain.
e. Rakyat
Rakyat disini adalah kelompok masyarakat yang perhatian kepada aktivitas pemerintah khususnya yang
menerima pelayanan Pemerintah Daerah atau yang menerima produk atau jasa dari Pemerintah Daerah.
f. Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat memerlukan laporan keuangan Pemerintah Daerah untuk menilai
pertanggungjawaban Gubernur sebagai wakil pemerintah (Pasal 2 PP No. 108/2000).
g. Pemerintah Daerah (Kabupaten, Kota, dan Propinsi)
Pemerintah Daerah saling berkepentingan secara ekonomi misalnya dalam hal melakukan pinjaman.

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


Menurut permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 232 ayat (3), menyatakan bahwa Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah meliputi serangkaian prosedur, mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan atas transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangannya dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
aplikasi komputer.

Sistem Pencatatan
Terdapat dua sistem pencatatan dalam akuntansi sektor publik, yaitu:
1. Single Entry
2. Double Entry

4
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal. Dalam sistem ini,
pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali dimana kas yang bertambah dicatat pada
sisi penerimaan buku kas umum dan berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran buku kas umum.

Halim (2007) menyatakan bahwa Menurut sistem pencatatan double entry pada dasarnya suatu transaksi
ekonomi akan dicatat dua kali. Dalam pencatatan tersebut ada sisi debit dan kredit dan dalam melakukan
pencatatan tersebut setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi.

Pengakuan Akuntansi
Pengakuan akuntansi untuk sektor publik terdiri atas:
1. Basis kas (cash basis)
Halim (2007) mengatakan bahwa basis kas (cash basis) transaksi diakui/dicatat apabila menimbulkan
perubahan atau berakibat pada kas yaitu menaikan atau menurunkan kas. Jika suatu transaksi tidak
berpengaruh terhadap arus kas maka tidak dilakukan pengakuan/pencatatan.
2. Basis akrual (accrual basis)
Halim (2007) mendefinisikan basis akrual sebagai dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat transakasi dan peristiwa itu terjadi (bukan hanya pada saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar). Oleh karena itu transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa selain kas dicatat
dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya.
3. Basis kas modifikasi (modified cash basis)
Dasar basis modifikasi merupakan gabungan antara basis kas dan basis akrual, transaksi yang terjadi
diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dibayarkan. Perbedaannya basis kas modifikasi
pembukuannya masih dibuka sampai jangka waktu tertentu setelah tahun buku. Pada akhir periode
dilakukan penyesuaian untuk mengakui transaksi yang terjadi dalam periode berjalan meskipun
penerimaan atau pengeluaran kas dari transaksi tersebut belum terealisasi.
4. Basis akrual modifikasi (modified accrual basis)
Halim (2007) menyatakan basis akrual modifikasi mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas
untuk transaksi-transaksi tertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar transaksi.

Barang Milik Daerah


Ditinjau dari Permendagri No. 17 Tahun 2007 Barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari
perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang
merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan
tumbuhtumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya.

Pengelolaan Barang Milik Daerah


Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 Pengelolaan Barang Milik Daerah meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. Pengadaan
c. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
d. Penggunaan
e. Penatausahaan;
f. Pemanfaatan;
g. Pengamanan dan pemeliharaan;
h. Penilaian;
i. Penghapusan;
j. Pemindahtanganan;
k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
l. Pembiayaan; dan
m. Tuntutan ganti rugi.

5
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/ Penelitian
Tahun
Donal Analisis Untuk Deskriptif Perlakuan Peneliti Terletak
Fredy akuntansi mengetahui akuntansi terhadap sebelumnya perbedaan
Anthoni aset tetap apakah
S (2009) Pada PT. akuntansi
aset tetap telah melakukan pada objek
Agro aset tetap memadai sesuai penelitian penelitian,
makmur sepenuhnya PABUI, walaupun terhadap faktor tujuan dan
raya medan telah masih ada hal-hal yang sama pada
dilakukan yang belum yaitu Aset penelitian
sesuai
dengan
dilaksanakan tetapi tetap dan sebelumnya
PABUI. perusahaan sama-sama melakukan
berusaha menggunakan analisis.
menyempurnakann metode
nya. Perusahaan deskriptif
hendaknya terus
mengikuti
perkembangan
pedoman
akuntansi,
sehingga tidak ada
kesalahan-
kesalahan yang
disebabkan
ketidaktahuan
terhadap pedoman
akuntansi.
Ancilla Evaluasi Untuk Deskriptif Perlakuan Sama-sama Objek
Chirsty Perlakuan mengetahui dan akuntansi terhadap melakukan penelitian,
Tarigan Akuntansi dan
(2011) Terhadap mengevalu
Komparatif aktiva tetap yang evaluasi dan pedoman
Aktiva asi apakah di miliki oleh PT. terhadap aset. untuk
Tetap Sesuai perlakuan Perkebunan mengevaluasi
Psak Pasal akuntansi Nusantara II .
16 & 17 aktiva tetap Tanjung Morawa
Serta perusahaan
Hubunganny PT.Perkebu
Kebun Bandar
a Dengan nan Klippa telah sesuai
Efisiensi Nusantara dengan PSAK
Pada II pasal 16 dan 17
PT.Perkebun (Persero)Ta dan telah efisien.
an njung
Nusantara II Morawa
Tanjung Kebun
Morawa Bandar
Klippa
telah sesuai
dengan
PSAK
pasal 16
dan 17 dan
telah
efisien.

6
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan mengumpulkan data yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi. Data merupakan keterangan-keterangan yang diperoleh dari penelitian dan
atau melalui referensi untuk dapat digunakan dalam mengevaluasi Pencatatan Aset pada Badan Pengelola
Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara apakah telah sesuai dengan permendagri No.17
Tahun 2007.

Tempat dan Waktu penelitian


Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah
Provinsi Sulawesi Utara Kompleks Kantor Gubernur Sulut Jl. 17 Agustus Kota Manado lt. 1 Provinsi Sulawesi
Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013 sampai dengan selesai.

Prosedur Penelitian
1. Mengumpulkan teori-teori yang berhubungan dengan kajian penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.
2. Memilih prosedur serta teknik yang digunakan
3. Mencari data yang akan digunakan
4. Memberikan kesimpulan dan saran sehingga dapat menjadi masukan bagi pihak Badan Pengelola Keuangan
dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara..

Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pencatatan aset pada Badan Pengelola Keuangan dan
Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara, lebih khususnya di Bidang Barang Milik Daerah.

Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu jawaban dari hasil wawancara
kepada narasumber dalam hal ini kepala Sub Bidang Pelaporan Barang Milik Daerah yang dimiliki oleh Badan
Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara tentang proses pencatatan, pengakuan
serta penghapusan aset dalam penyajian laporan pertanggung jawaban atas penggunaan anggaran pendapatan
belanja daerah.

Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data dibagi atas dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data
dan membutuhkan pengelolaan lebih lanjut. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi dan dipublikasikan kepada pengguna data.
Sumber data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari dan membutuhkan pengelolaan lebih lanjut.
Contoh: hasil wawancara
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data berupa data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, seperti struktur
organisasi, dan lain - lain.

Metode Analisis
Metode analisa yang digunakan dalam skripsi ini yaitu:
1. Metode deskriptif, yaitu suatu metode analisa yang terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada, kemudian
diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai keadaan yang diteliti untuk menarik perhatian generalisasi yag bersifat umum.
2. Metode deduktif, yaitu suatu analisis yang dilakukan untuk membandingkan pencatatan aset sesuai
Permendagri No. 17 Tahun 2007 dengan praktek yang terdapat dalam Badan Pengelola Keuangan dan
Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Kemudian membuat kesimpulan dan selanjutnya
menambahkan saran dari hasil perbandingan tersebut untuk mengatasi apabila terdapat ketidaksesuaian dari
pencatatan aset pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Sulawesi Utara bertindak sebagai Lembaga
Teknis Daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Gubernur dalam melaksanakan penyusunan dan
melaksanakan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang pengelolaan keuangan dan barang milik daerah.

Visi dan Misi Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Suatu perusahaan atau lembaga pemerintah terdapat visi dan misi, pada Badan Pengelola Keuangan dan
Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara terdapat visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara adalah ”Terwujudnya
Pengelolaan Keuangan Daerah yang Akuntabel dan Transparan”
b. Misi Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara adalah:
1. Mewujudkan sistem pengelolaan keuangan daerah yang effisien dan efektif.
2. Mewujudkan aparat pengelolaan keuangan daerah yang profesional.
3. Menciptakan pelayanan prima.

MOTTO Badan Pengelola Kuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara adalah
“Pelayanan yang tegas dan santun” adalah suatu nilai yang perlu ditanamkan pada setiap petugas Badan
Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara mempunyai peranan
yang sangat penting dalam mewujudkan visi dan misi tersebut dalam hal pengelolaan keuangan daerah. Untuk
itu Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara akan berusaha semaksimal
mungkin untuk melaksanakan pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan dalam rangka memenuhi
kebutuhan para stakeholder dan semua yang memerlukan informasi tentang pengelolaan keuangan di Provinsi
Sulawesi Utara.

Pencatatan Aset Pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Pada awalnya setiap SKPD telah menyiapkan laporan semesteran, tahunan dan 5 tahunan atas
pencatatan aset yang telah diadakan berdasarkan RKA yang telah disetujui menjadi APBD, sebagai dasar
pertanggungjawaban atas pengadaan dan penggunaan barang milik daerah. Pengadaan tersebut harus benar-
benar dicatat sesuai dengan yang tertera di SP2D. Setelah masing-masing SKPD selesai melakukan sensus dan
membuat laporan inventarisasi, kemudian laporan tersebut diserahkan kepada Badan Pengelola Keuangan dan
Barang Milik Daerah. Laporan tersebut yang menjadi dasar Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik
Daerah untuk membuat buku induk inventaris dan menyusun neraca daerah.

Laporan barang setelah selesai dibuat dan masuk ke Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik
Daerah, proses pencatatan aset kemudian dilakukan oleh Bidang Barang Milik Daerah dengan melaksanakan
fungsi rekonsiliasi. Dalam proses rekonsiliasi, Bidang Barang Milik Daerah memeriksa apakah masing-masing
SKPD telah menginput data dengan benar. Proses pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa jika ada realisasi
pengadaan yang terjadi namun tidak tercatat dalam kartu inventaris barang.

Kartu Inventaris Barang tersebut memuat data meliputi lokasi, jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga,
tahun pembelian, asal barang, keadaan barang dan sebagainya. Barang milik negara/daerah digolongkan ke
dalam 6 (enam) kelompok yaitu:
1) KIB-A; Tanah
Tanah Perkampungan, Tanah Pertanian, Tanah Perkebunan, Kebun Campuran, Hutan, Tanah Kolam
Ikan, Danau/ Rawa, Sungai, Tanah Tandus/Rusak, Tanah Alang-Alang dan Padang Rumput, Tanah
Penggunaan Lain, Tanah Bangunan dan Tanah Pertambangan, tanah badan jalan dan lain-lain
sejenisnya.
2) KIB-B; Peralatan dan Mesin
a) Alat-alat besar
Alat-alat Besar Darat, Alat-alat Besar Apung. Alat-alat Bantu dan lain-lain sejenisnya.
b) Alat-alat angkutan

8
Alat Angkutan Darat Bermotor, Alat Angkutan Darat Tak Bermotor, Alat Angkut Apung Bermotor,
Alat Angkut Apung tak Bermotor, Alat Angkut Bermotor Udara, dan lain-lainnya sejenisnya.
c) Alat-alat bengkel dan alat ukur
Alat Bengkel Bermotor, Alat Bengkel Tak Bermotor, dan lain-lain sejenisnya.
d) Alat-alat pertanian/peternakan
Alat Pengolahan Tanah dan Tanaman, Alat Pemeliharaan Tanaman /Pasca Penyimpanan dan lain-
lain sejenisnya.
e) Alat-alat kantor dan rumah tangga
Alat Kantor, Alat Rumah Tangga, dan lain-lain sejenisnya.
f) Alat studio dan alat komunikasi
Alat Studio, Alat Komunikasi dan lain-lain sejenisnya.
g) Alat-alat kedokteran
Alat Kedokteran seperti Alat Kedokteran Umum, Alat Kedokteran Gigi, Alat Kedokteran Keluarga
Berencana, Alat Kedokteran Mata, Alat Kedokteran THT, Alat Rontgen, Alat Farmasi, dan lain-lain
sejenisnya.
h) Alat-alat laboratorium
Unit Alat Laboratorium, Alat Peraga/Praktek Sekolah dan lain-lain sejenisnya.
i) Alat-alat keamanan
Senjata Api, Persenjatan Non Senjata Api, Amunisi, Senjata Sinar dan lain-lain sejenisnya.
3) KIB-C; Gedung dan bangunan
a) Bangunan gedung
Bangunan Gedung Tempat Kerja, Bangunan Gedung, Bangunan Instalansi, Bangunan Gedung
Tempat Ibadah, Rumah Tempat Tinggal dan gedung lainnya yang sejenis.
b) Bangunan monumen
Candi, Monumen Alam, Monumen Sejarah, Tugu Peringatan dan lain-lain sejenisnya.
4) KIB-D; Jalan, irigasi dan jaringan
a) Jalan dan jembatan
Jalan, Jembatan, terowongan dan lain-lain jenisnya.
b) Bangunan air/irigasi
Bangunan air irigasi, Bangunan air Pasang, Bangunan air Pengembangan rawa dan Polde,
Bangunan Air Penganan Surya dan Penanggul, Bangunan air minum, Bangunan air kotor dan
Bangunan Air lain yang sejenisnya.
c) Instalasi
Instalasi Air minum, Instalasi Air Kotor, Instalasi Pengolahan Sampah, Instalasi Pengolahan Bahan
Bangunan, Instalasi Pembangkit Listrik, Instalasi Gardu Listrik dan lain-lain sejenisnya.
d) Jaringan
Jaringan Air Minum, Jaringan Listrik dan lain-lain sejenisnya.
5) KIB-E; Aset tetap lainnya
a) Buku dan perpustakaan
Buku seperti Buku Umum Filsafah, Agama, Ilmu Sosial, Ilmu Bahasa, Matematika dan Pengetahuan
Alam, Ilmu Pengetahuan Praktis. Arsitektur, Kesenian, Olah raga Geografi, Biografi,sejarah dan
lain-lain sejenisnya.
b) Barang bercorak kesenian/kebudayaan
Barang Bercorak Kesenian, Kebudayan seperti Pahatan, Lukisan Alat-alat Kesenian, Alat Olah
Raga, Tanda Penghargaan, dan lain-lain sejenisnya.
c) Hewan/ternak dan tumbuhan
Hewan seperti Binatang Ternak, Binatang Unggas, Binatang Melata, Binatang Ikan, Hewan Kebun
Binatang dan lain-lain sejenisnya.
Tumbuhan-tumbuhan seperti Pohon Jati, Pohon Mahoni, Pohon Kenari, Pohon Asem dan lain-lain
sejenisnya termasuk pohon ayoman/pelindung.
6) KIB-F; Kontruksi dalam pengerjaan

Rekonsiliasi dilakukan dengan cara mengambil data dari Bidang Akuntansi. Data tersebut merupakan
dokumen SP2D. Bidang Barang Milik Daerah melakukan pembandingan dan pengontrolan pada kartu inventaris
barang dengan yang tertera di SP2D. Pembandingan dilakukan dengan melihat angka-angka apakah telah sesuai

9
atau tidak. SKPD harus dengan benar mencatat spesifikasi barang dan angka-angka dari perolehan barang-
barang tersebut.

Rekonsiliasi yang telah terjadi dan mendapatkan angka-angka yang sesuai, dibuat berita acara
rekonsiliasi. Berita acara rekonsiliasi ini harus ditandatangani oleh petugas pemeriksa dari Badan Pengelola
Keuangan dan Barang Milik Daerah bersama dengan pengurus barang. Berita acara rekonsiliasi ini
dimaksudkan bahwa SKPD mengakui laporan yang diberikan sudah benar dan data yang diberikan telah valid
sehingga sudah bisa di export/import melalui aplikasi sistem SIMDA BMD dari BPKP untuk dijadikan laporan
realisasi anggaran dan neraca daerah.

Pembahasan
Sehubungan dengan ditetapkannya Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, maka dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di
lingkungan pemerintah daerah dalam hal pengelolaan barang milik daerah dituntut untuk menyusun laporan
pertanggungjawaban pengelolaan barang milik daerah yang lebih real. Laporan pertanggungjawaban
pengelolaan barang yang dimaksud dinyatakan dalam Buku Induk Inventaris, Laporan Realisasi Anggaran, dan
Neraca yang disusun berdasarkan SAP. Laporan pertanggungjawaban ini harus benar-benar mewujudkan
laporan yang akuntabel dan transparan, karena banyak masalah yang terjadi akibat kesalahan penyajian atas
laporan pertanggungjawaban pengelolaan barang milik daerah yang ditemukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan ketika melakukan wawancara kepada informan bahwa pencatatan
aset yang dilakukan pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara telah
mengikuti dan berpedoman pada Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah. Tugas yang diemban Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah sesuai permendagri No. 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah dalam hal pengelolaan barang milik daerah
adalah perencanaan, penatausahaan, pengahapusan dan pemindahtanganan semuanya telah di jalankan dengan
baik. Khususnya dalam hal pencatatan aset, penatausahaan yang dimulai dari pembukuan, inventarisasi, dan
pelaporan. Penggolongan inventarisasi barang telah dicatat sesuai dengan aturan Permendagri No. 17 Tahun
2007 yang dibedakan menjadi 6 golongan berdasarkan jenis barang. Pelaporan memuat gabungan kartu
inventaris barang ke dalam Buku Induk Inventaris serta hasil rekonsiliasi melalui aplikasi SIMDA dimana
rekapitulasi barang dari masing-masing SKPD diubah ke dalam bentuk neraca daerah sehingga tercapainya
transparansi dan akuntabilitas untuk memberikan kepuasan bagi para stakeholder dalam mengetahui informasi
dari pengelolaan barang milik daerah. Meskipun demikian dalam pelaksanaan terdapat kendala seperti yang
diungkapkan dalam wawancara dan analisis terhadap pengelolaan keuangan pada Badan Pengelola Keuangan
dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Implementasi dan penerapan kebijakan pengelolaan barang milik daerah telah diatur tentang petunjuk
teknis mengenai pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan keuangan. Di dalam prakteknya fungsi penatausahaan
pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara telah menggunakan SIMDA
dari BPKP yang membuat peluang terjadinya kesalahan dalam rekonsiliasi menjadi kecil. Namun dari prosesnya
kesalahan yang terjadi lebih pada laporan yang disajikan dari SKPD. SKPD sering kali lupa mencatat realisasi
pengadaan barang dan juga terjadi kesalahan pencatatan dalam spesifikasi barang. Contohnya dalam
perencanaan yang dianggarkan SKPD merencanakan pengadaan printer, namun pada saat realisasi yang
diadakan adalah cartridge printer. Dari segi belanja modal cartridge tersebut tidak memenuhi syarat, yang
termasuk dalam belanja modal dalam hal ini alat dan mesin adalah yang berharga minimal Rp. 300.000 dan
memiliki manfaat lebih dari 12 bulan. Maka ketika pembuatan laporan neraca di akhir tahun cartridge tersebut
masuk dalam belanja barang dan membuat laporan realisasi anggaran serta neraca menjadi tidak balance. Juga
ada kasus dimana terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi barang dimana sebuah pendingin ruangan
bermerek LG dicatat bermerek Samsung, sehingga ketika pemeriksaan buku inventeris terjadi pemeriksa akan
mencari pendingin ruangan Samsung. Ketika hal itu terjadi dan pemeriksa tidak menemukan pendingin ruangan
bermerek Samsung, maka hal itu dianggap sebuah penyelewengan dana. Dan sangay disayangkan kesalahan ini
sering kali lolos dari proses pemeriksaan yang dilakukan Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah
khususnya di bidang barang milik daerah, sehingga ketika terjadi pemeriksaan dari pihak eksternal dalam hal ini

10
BPK dan badan pemeriksa keuangan lainnya dan didapati kesalahan penyajian dalam buku inventaris maka
tindakan tegas secara hukum tidak bisa lagi dihindari.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai evaluasi pencatatan aset Pada Badan
Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawei Utara, diperoleh kesimpulan bahwa
pencatatan aset pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara telah
sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Permendagri No. 17 Tahun 2007. Badan Pengelolaan Keuangan
dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara melakukan proses rekonsiliasi dibantu dengan SIMDA yang
dibuat oleh BPK dalam rangka memenuhi tugas dan tanggungjawabnya untuk memeriksa laporan pengguna
barang dari SKPD. Proses penatausahaan yang sesuai Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah, sesuai fungsinya Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah
Provinsi Utara melakukan Penatausahaan yang dimulai dari Pembukuan, Inventarisasi, dan Pelaporan.
Penggolongan inventarisasi barang telah dicatat sesuai dengan aturan Permendagri No. 17 Tahun 2007 yang
dibedakan menjadi 6 golongan berdasarkan jenis barang. Pelaporan memuat gabungan kartu inventaris barang
ke dalam Buku Induk Inventaris serta hasil rekonsiliasi melalui aplikasi SIMDA dimana rekapitulasi barang dari
masing-masing SKPD diubah ke dalam bentuk neraca daerah.

Saran
Saran yang dapat diberikan kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi
Sulawesi Utara yaitu diharapkan perlu meningkatkan ketelitian agar dapat mengurangi kesalahan dalam
penggolongan barang milik daerah serta pemasukan kode verifikasi barang sehingga dapat menghasilkan
laporan neraca aset yang sesuai dengan perencanaan yang tercantum dalam APBD dan pengadaan yang terjadi
dilapangan. Karena bidang barang milik daerah merupakan salah satu bagian yang vital dan perlu memahami
mengenai akuntansi sehingga tidak menimbulkan kesalahan-kesalahan bahkan perekayasaan dalam pencatatan
yang akan merugikan daerah. agar informasi yang diberikan kepada pengguna laporan pertanggungjawaban bisa
lebih luas dan memudahkan dalam pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony S, Donal Fredy. 2009. Analisis Akuntansi Aset Tetap Pada PT. Agro Makmur Raya Medan. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24924 Diakses Tanggal : 21 November 2013
Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah ( Akuntansi Sektor Publik). Indeks. Jakarta.
Fauziah. 2010. Analisis pencatatan dan pelaporan keuangan Pada satuan kerja perangkat daerah (skpd) Di
kabupaten lima puluh kota (studi kasus pada badan kepegawaian daerah). Skripsi. Universitas Andalas.
Padang.
http://repository.unand.ac.id/16917/ Diakses Tanggal: 21 November 2013
Halim, Abdul., Restianto, Yanuar., Karman, I Wayan. 2010. Sistem Akuntansi Sektor Publik.UPP STIM YKPN.
Yogyakarta.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah Edisi Revisi. UPP STIM
YKPN. Yogyakarta.
Mahsun, Mohammad. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009, Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta.
Republik Indonesia. Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
________________. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
________________.Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sari, Winda Puspita. 2011. Analisa Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Pada Badan Kepegawaian
Daerah Kota Padang. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
http://repository.unand.ac.id/17470/ Diakses Tanggal: 29 Juli 2013
Tarigan, Ancilla Christy. 2011. Evaluasi Perlakuan Akuntansi Terhadap Aktiva Tetap Sesuai PSAK No. 16 dan
17 serta Hubungannya dengan Effisiensi pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Mowara. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25867 Diakses Tanggal : 21 November 2013

11
ANALISIS PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 PADA PT INTRACO PENTA PRIMA SERVIS (IPPS)

Aditya Rachman Padja


Jantje J. Tinangon
Victorina Z. Tirayoh

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : aditpadja@yahoo.com

ABSTRAK
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak yang dipotong oleh pihak lain atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri. Atas dasar tersebut, Kantor atau Instansi Pemerintahan yang menggaji pegawai tetapnya wajib
memotong, menyetor, dan melapor Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima pegawainya
setiap bulan melalui Surat Pemberitahuan, SPT Masa. Penelitian ini dilaksanakan di PT Intraco Penta Prima
Servis (IPPS), Tujuan dari Penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui apakah Perhitungan,
Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) apakah
sudah sesuai dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif, dan Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah teknik
Wawancara dan Dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Perhitungan,
Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan oleh PT Intraco Penta Prima
Servis(IPPS) telah sesuai dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, dan juga
diharapkan agar pihak fiskus harus lebih banyak memberikan sosialisasi mengenai Pajak Penghasilan Pasal
21 kepada Wajib Pajak khususnya yang bertindak sebagai pemotong atau pemungut pajak sehingga tidak
terjadi lagi kesalahan-kesalahan dalam perhitungan.

Kata Kunci: perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21

ABSTRACT

Income Tax Article 21 is Tax withheld by others on income in the form of salaries, wages,
honoraria, allowances, and other payments by the name and in any form in connection with employment,
services, or activities undertaken by individual taxpayers in the country. On this basis, the Office of
Government Agencies that hire or permanent employee is obliged to withhold, deposit, and report of
Income Tax Article 21 on income received by employees every month through the Tax return period. This
research was conducted in PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), The purpose of this research was
conducted is to determine whether the calculation, remittance, and Article 21 of the Income Tax Reporting
at PT Intraco Penta Prima Services (IPPS) if it is in accordance with Law No.36 Year 2008 on Income Tax.
This study used descriptive research methods, and data collection technique used is the technique of
interview, and documentation. The results of this study indicate that the application of the calculation,
remittance, and Article 21 of the Income Tax Reporting by PT Intraco Penta Prima Services (IPPS) in
accordance with Act 36 of 2008 on Income Tax, and is also expected that the tax authorities should provide
more socialization of Income Tax Article 21 taxpayers, especially acting as a cutter or a tax collector that
does not happen anymore mistakes in calculations.

Keywords : calculation, deposit and reporting of income tax article 21

12
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pajak merupakan aspek yang penting dalam proses pembangunan suatu Negara khususnya di
Indonesia, karena pembangunan bertujuan untuk mewujudkan serta meningkatkan kesejahteraan suatu
bangsa, Dalam hal ini peranan Pajak sebagai sumber pembiayaan dalam pembangunan disuatu Negara.
Disimpulkan bahwa tanpa penerimaan Pajak yang optimal maka proses pembangunan tidak akan berjalan
dengan baik.Pajak merupakan iuran wajib yang diberlakukan pada setiap pajak atas objek pajak yang
dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia
diantaranya adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hiburan,
Pajak Hadiah dan lain-lain.

Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas Penghasilannya, Pajak
Penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di
Indonesia maupun dari luar Indonesia. Pajak yang berlaku bagi pegawai atau karyawan adalah Pajak
Penghasilan Pasal 21. Setiap orang yang bekerja tentu saja akan mendapatkan penghasilan dari pekerjaan
tersebut, demikian juga dengan karyawan yang bekerja pada sebuah perusahaan, tentunya akan
mendapatkan penghasilan yang biasanya disebut gaji, atas penghasilan yang diterimanya, pemerintah akan
menarik pajak dari penghasilan tersebut.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah self assessment yaitu suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri
besarnya utang pajak. berdasarkan self assessment system, masyarakatlah yang paling menentukan dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan, mulai dari mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, menghitung
besarnya pajak terutang, membayar pajaknya sendiri ke bank atau kekantor pos, dan melaporkannya ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Pemerintah berharap dengan self assessment system, pelaksanaan
pemungutan pajak penghasilan dapat berjalan dengan lebih mudah dan lancar, Pajak yang berlaku bagi
karyawan adalah Pajak Penghasilan Pasal 21, dalam hal perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan,
biasanya akan dilakukan oleh perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja.

Prinsipnya PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS), melakukan Perhitungan, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak, tetapi tidak jarang ditemui kekeliruan didalam pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
akan disetor, dimana perubahan terhadap status wajib pajak orang pribadi (karyawan perusahaan) tidak
dapat diakui di dalam Undang-Undang Perpajakan seperti perubahan status karyawan atas tanggungannya
yang terjadi diluar tahun pajak yang bersangkutan. Mungkin ada lagi kendala atau kekeliruan lainnya,
termasuk didalam angka-angka perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Perhitungan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) telah
sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

13
TINJAUAN PUSTAKA

Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lainnya yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. subjek pajak dalam
negri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Mardiasmo (2009:164) menyatakan bahwa yang termasuk pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
adalah:
1. Pemberi kerja, yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang,
perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaaan atau jasa yang dilakukan oleh
pegawai atau bukan pegawai;
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah
Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah lembaga
pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa
pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang
membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional, perkumpulan,
orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium,
hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apa pun kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri
berkenaan dengan suatu kegiatan.

Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Penghasilan Kena Pajak (PKP) merupakan dasar perhitungan untuk menentukan besarnya Pajak
Penghasilan yang terutang. Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu dengan cara
Penghasilan Neto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang sebenarnya. Namun apabila
penghasilan Netonya lebih kecil dari pada Penghasilan Tidak Kena Pajak maka Penghasilan Kena
Pajaknya Nihil.

Penghasilan Tidak Kena Pajak(PTKP)


Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pada pasal 7 angka 1
menyatakan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku adalah:
1. Rp.15.840.000,- untuk diri Wajib Pajak Pajak Orang Pribadi
2. Rp. 1.320.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
3. Rp.15.840.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami, dengan syarat:
a. Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari suatu pemberi kerja yang telah
dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang PPh Pasal 21, dan
b. Pekerjaaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota
keluarga lain.
4. Rp.1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota keturunan sedarah semenda dalam garis keturunan lurus
serta anak angkat yang ditanggung sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga.

14
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 162/PMK./011/2012 tentang penyesuaian besarnya
Pengahasilan Tidak Kena Pajak yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2012.

Berikut adalah Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru :

1. Untuk Diri Wajib Pajak Orang Peribadi = Rp. 24.300.000,-


2. Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin = Rp. 2.025.000,-
3. Tambahan untuk penghasilan istri yang digabung dengan penghasilan suami= Rp. 24.300.000,
4. Tambahan untuk anggota keluarga (max. 3 orang) = Rp. 2.025.000,-

Dasarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diatur dalam pasal 7 UU Pajak Penghasilan,
namum perubahan PTKP ini diperkenankan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan, dan Peraturan ini
berlaku detinitif mulai 1 Januari 2013.

Berikut ini akan disajikan tabel kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai dengan
status tanggungannya, yang mulai berlaku mulai tanggal 1 Januari 2013:

Tabel 1. Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Keterangan Tahun 2012 Tahun 2013


Tidak Kawin (TK) Rp 15.840.000 Rp 24.300.000
Tidak Kawin Tanggungan 1 (TK1) Rp 17.160.000 Rp 26.325.000
Tidak Kawin Tanggungan 2 (TK2) Rp 18.480.000 Rp 28.350.000
Tidak Kawin Tanggungan 3 (TK3) Rp 19.800.000 Rp 30.375.000
Kawin (K) Rp 17.160.000 Rp 26.325.000
Kawin Tanggungan 1 (K1) Rp 18.480.000 Rp 28.350.000
Kawin Tanggungan 2 (K2) Rp 19.800.000 Rp 30.375.000
Kawin Tanggungan 3 (K3) Rp 21.120.000 Rp 32.400.000
Sumber: UU No. 36 tentang PPh dan PeMenKeu No.162/PMK./011/2012

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

Tarif merupakan tolak ukur untuk menetapkan beban pajak, dalam hal ini PPh Pasal 21 menganut
sistem tarif progresif dimana persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar

Tabel 2. Tarif Pajak Penghasilan yang diterapkan atas PTKP WP orang pribadi dalam negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp. 50. 000.000,- 5%
Di atas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,- 15%
Di atas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- 25%

Di atas Rp. 500.000.000,- 30%


Sumber: UU No. 36 tentang Pajak Penghasilan

15
Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuaan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang:
1. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau
pemungutan pajak pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak;
2. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak ;
3. harta dan kewajiban; dan/atau
4. pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi
atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Fungsi Surat Pemberitahuaan bagi pemotong atau pemungut pajak, adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut atau disetorkannya.
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
2. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak.
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jendral Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaaan. Hal pembetulan Surat Pemberitahuan menyatakan rugi atau lebih bayar,
pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa
penetapan. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang bayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:
1. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20(dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
2. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga)
bulan setalah akhir Tahun Pajak;
3. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan badan , paling lama 4 (empat) bulan setalah
akhir Tahun Pajak.
Surat Pemberitahuan yang tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau batas
waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuaan, maka dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar, Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Wajib
Pajak orang Pribadi.

Surat Setoran Pajak (SSP)

Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas Negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Surat Setoran Pajak (SSP) berfungsi sebagai bukti
pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah mendapatkan validasi, tempat pembayaran dan penyetoran pajak dapat dilakukan di Bank
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dan/atau di Kantor Pos. Batas waktu pembayaran atau penyetoran
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

16
Penelitian Terdahulu

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan


penelitian
Rochman Analisis Untuk Metode Dinkes Kedua Tidak
(2006) Pelaksanaan mengetahui yang kurang tepat penelitian ini melakukan
Pemotongan, Analisis yang digunakan dalam coba analisa
Penyetoran, dilakukan yaitu menerapkan membandingka terhadap
dan Pelaporan dengan kualitatif pemotongan n, Penyetoran perhitungan
Pajak membandingkan dengan n PPh Pasal dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pemotongan, pendekatan 21, dalam PPh Pasal 21 Penghasilan
Pasal 21 Atas Penyetoran, dan studi kasus. artian tidak yang dilakukan Pasal 21
Pegawai Tetap Pelaporan PPh sesuai perusahaan sedangkan
Pada Dinas Pasal 21 yang dengan apakah telah penelitian ini
Kesehatan telah Peraturan sesuai dengan melakukannya
Kabupaten dilaksanakan Perpajakan Peraturan .
Bangkalan. oleh Dinkes yang berlaku Perpajakan
dengan yaitu yang berlaku.
Penghitungan, Peraturan
Penyetoran, dan Menteri
Pelaporan yang Keuangan
sesuai dengan No.15/PJ/20
Peraturan 06.
Perpajakan yang
berlaku.
Oktavan Analisis Untuk Menggunak Hasil dari Persamaannya Perbedaan dari
(2010) Perhitungan, mengetahui an metode penelitian dalah kedua kedua
Penyetoran, apakah penelitian ini, penelitian ini penelitian ini
dan Pelaporan Perhitungan, deskriptif. menunjukan coba terletak pada
Pajak Penyetoran, dan bahwa membandingka objek
Penghasilan Pelaporan Pajak penerapan n apakah penelitiannya.
Pasal 21 Pada Penghasilan Perhitungan Perhitungan,
PT Assanacita Pasal 21 pada PT Penyetoran, Penyetoran, dan
Mitrabangsa. Assanacita dan Pelaporan PPh
Mitrabangsa Pelaporan Pasal 21 yang
sudah sesuai Pajak dilakukan
dengan peraturan Penghasilan perusahaan
Perundang- Pasal 21 telah sesuai
Undangan belum sesuai dengan
Perpajakan yang dengan Peraturan
berlaku di peraturan Perpajakan
Indonesia perundang- yang berlaku.
undangan
perpajakan
yang berlaku
di Indonesia.
Sumber : Data Olahan 2013

17
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan
mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. Data merupakan keterangan-
keterangan yang diperoleh dari penelitian dan atau melalui referensi untuk dapat digunakan dalam
menganalisa Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT Intraco Penta
Prima Servis (IPPS) apakah telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan
langkah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Langkah-langkah tersebut yaitu :
1. Mengumpulkan teori-teori yang berhubungan dengan Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21.
2. Memilih prosedur serta teknik yang digunakan
3. Mencari data yang akan digunakan
4. Memberikan kesimpulan dan saran sehingga dapat menjadi masukan bagi pihak PT Intraco Penta Prima
Servis (IPPS).

Objek Penelitian
Objek penelitian adalah Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada
PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS).

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Kuncoro (2003)
dalam melakukan penelitian jenis data yang digunakan adalah:
1. Data Kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu angka numeric, data kuantitatif dalam penelitian
ini berupa daftar gaji karyawan PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS).
2. Data Kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numeric, atau dalam bentuk uraian.
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data mengenai kondisi perusahaan misalnya profil
perusahaan. sejarah perusahaan, dan struktur organisasi.

Sumber Data
Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh berdasarkan dari dua
sumber data, yaitu :
1. Data Primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber data asli (tidak
melalui media perantara), Data primer dalam penelitian ini berupa data yang dikumpulkan, diolah dan
diperoleh langsung dari PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS), yaitu berupa daftar gaji.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku, artikel, ataupun jurnal-
jurnal yang berkaitan dengan perpajakan dan pajak penghasilan.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan Data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilaksanakan dalam perusahaan secara langsung untuk
memperoleh data sehubungan dengan masalah yang dibahas. Dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan data objek penelitian dengan cara sebagai berikut :

18
a. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil
(Sugiyono, 2009: 194). Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pihak yang ditunjuk
oleh PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) dalam hal ini bagian HR&GA tentang cara Perhitungan,
Penyertoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan oleh perusaahaan.
b. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan arsip atau dokumen-dokumen yang
bersifat tulisan dari perusahaan berupa profil perusahaan, sejarah perusahaan, dan struktur
organisasi.
2. Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan
keterangan dengan mempelajari teori-teori dan informasi yang berasal dari literatur-literatur lain yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu berupa buku-buku mengenai Perpajakan dan Pajak
Penghasilan.

Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan adalah Metode Analisis Deskriptif, yaitu suatu metode analisa
yang terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada, kemudian diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya
diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti untuk
menarik perhatian generalisasi yang bersifat umum.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sejarah Singkat Perusahaan


PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), adalah salah satu dari tujuh anak perusahaaan PT Intraco
Penta, Tbk yang bergerak di bidang penyedia berbagai jenis alat berat dengan merek tunggal Volvo dan
SDLG, Volvo adalah adalah alat berat asal swedia, yang merupakan brand terkemuka yang telah teruji
kekuatannya di pasar alat berat, jenis peralatan Volvo antara lain adalah Articulated Haulers, Excavator
Hidrolik, Wheel Loaders, Motor Grades,dan Compactor, Sedangkan SDLG merupakan alat berat dari china,
yang juga merupakan anak perusahaan Volvo CE. PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS), pada awalnya
bernama PT Intraco Prima Servis yang berdiri pada tahun 2001, dan berganti nama setelah melalui
keputusan perusahaan PT Intraco Penta, Tbk pada tahun 2011.

Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS), diperoleh dari
Penghasilan Bruto yaitu gaji bulanan di tambah tunjangan jabatan dan tunjangan lain berupa lembur (jika
ada) kemudian dikurangi dengan biaya asuransi sebesar 2% dan biaya jabatan sebesar 5% dari Penghasilan
Bruto, dengan jumlah setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah) dalam setahun atau Rp.
500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dalam sebulan yang dihitung menurut banyaknya bulan perolehan dalam
tahun yang bersangkutan, sebagaimana yang diaatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan Atau Biaya Pensiun Yang Dapat Dikurangkan Dari
Penghasilan Bruto Pegawai Tetap Atau Pensiunan, untuk memperoleh Penghasilan Neto. Penghasilan neto
kemudian disetahunkan dan dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), maka diperoleh
Penghasilan Kena Pajak (PKP), selanjutnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) dikalikan dengan tarif Pasal 17
UU No. 36 Tahun 2008 untuk memperoleh utang Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan.

Berikut ini adalah contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk yang dilakukan oleh PT
Intraco Penta Prima Servis (IPPS), sebagai berikut :

19
1. Karyono selaku Branch Manager dengan besar Gaji Pokok Rp. 9.000.000,- /bulan dan menerima
tunjangan jabatan sebesar Rp. 750.000,- dan membayar biaya Jamsostek dan biaya jabatan dengan
status menikah anak 2 (K2), pada akhir tahun Karyono juga menerima Tunjangan Hari Raya (THR)
sebesar Rp. 9.000.000,- (sama dengan gaji pokok).
Gaji sebulan =Rp. 9.000.000,-

Tunjangan Jabatan = Rp. 750.000,-

=Rp. 9.750.000,-
Pengurangan:

Biaya jabatan

5% x Rp.9.750.000 ,- =Rp. 487.500,-


Biaya Jamsostek
2% x Rp. 9.750.000,- = Rp. 195.000,-

Penghasilan Netto sebulan =Rp. 9.067.500,-

Penghasilan Netto setahun =Rp.108.810.000,-

Tunjangan Hari Raya (THR) = Rp. 9.000.000,-+

=Rp.117.810.000,-

PTKP setahun:

Untuk (K2) =Rp. 30.375.000,-


PKP setahun =Rp 87.435.000,-

PPh Ps. 21 setahun


5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-
15% x Rp. 37.435.000,- = Rp. 5.651.250,-
= Rp. 8.115.250,-
PPh Ps. 21 sebulan
Rp. 8.115.250: 12 = Rp. 676.270,-

Analisa 1:
Karyono selaku Branch Manager PT Intraco Penta Prima Servis (IPPPS), dengan status menikah dan
memiliki dua orang anak (K2), Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong perusahaan telah
sesuai dengan Ketentuan Pajak yang berlaku.

Mekanisme Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21


Prosedur Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT Intraco Penta Prima
Servis, (IPPS) adalah:
1. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan tiap bulan bersamaan dengan pembayaran gaji
bulanan karyawan.
2. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan oleh bagian keuangan PT Intraco Penta Prima
Servis, (IPPS) sebagai pemberi gaji.
3. PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS) menggunakan SPT Masa untuk melaporkan Pajaknya.
4. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong dilaksanakan setiap bulan paling lambat
tanggal 10 bulan gaji berikutnya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan disertai Surat Setoran Pajak
(SSP).

20
5. Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilaksanakan paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak
tersebut. Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 tersebut dilaksanakan dengasn cara mengisi formulir
SPT yang telah disediakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) disertai dengan rincian Penghasilan Kena
Pajak (PKP) tiap karyawan, sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak No. PER-
31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang
Pribadi.

Pembahasan

Berikut ini akan ditampilkan tabel perbandingan hasil perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
gaji Karyawan menurut PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS) dan UU No. 36 Tahun 2008 hasil olahan
penulis:
Tabel 4. Perbandingan Hasil Perhitungan PPh Pasal 21 menurut PT. IPPS dan UU No.36 Thn 2008

Nama Karyawan Pajak Penghasilan Pasal 21 ( Rupiah)


PT. IPPS. UU No. 36 Selisih
Karyono (K2) Rp.676.775,- Rp. 676.775,- Tidak ada
Josheph. K (K1) Rp. 61.775,- Rp. 61.775,- Tidak ada
Endrizal (TK) Rp. 78.650,- Rp. 78.650,- Tidak ada
Dali Ichwan(TK) Rp. 78.650,- Rp. 78.650,- Tidak ada
Khaidir (K1) Rp. 46.342,- Rp. 46.342,- Tidak ada
Enggelina (TK) Rp. 46.575,- Rp. 46.575,- Tidak ada
Feydy Supit (TK) Rp. 36.208,- Rp. 36.208,- Tidak ada
Ria (TK) NIHIL NIHIL -
Sumber: Data olahan PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS), 2013.

Tabel tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji
karyawan PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS), telah sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 karena tidak
didapati adanya selisih.

Surat Pemberitahuaan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan Kewajiban
pelaporan dilakukan oleh wajib pajak dengan mengambil sendiri dan mengisi Surat Pemberitahuan serta
menyampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat atau Kantor Pelayanan Pajak yang ditetapkan bagi
wajib pajak tertentu. Kantor Pelayanan Pajak tempat melapor adalah kantor dimana Wajib Pajak yang
bersangkutan terdaftar, Dalam hal ini Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
yang dilakukan oleh PT Intrco Penta Prima Servis (IPPS) mengacu kepada formulir SPT Masa Pajak
Penghasilan.

Berikut ini akan disajikan tabel ketaatan penyetoran dan pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan
Pasal 21 Pada PT Intraco Penta Prima Servis, (IPPS):

21
Tabel 5. Ketaatan Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 Pada PT. IPPS

Bulan/Masa Pajak Penyetoran Keterangan


PT IPPS Paling lambat
Januari 2013 7 February 2013 10 February 2013
February 2013 7 Maret 2013 10 Maret 2013
Maret 2013 4 Apil 2013 10 April 2013
April 2013 9 Mei 2013 10 Mei 2013
Mei 2013 6 Juni 2013 10 Juni 2013
Juni 2013 4 July 2013 10 July 2013 Telah sesuai dengan
July 2013 8 Agustus 2013 10 Agustus 2013 UU No. 36 Tahun
Agustus 2013 5 September 2013 10 September 2013 2008
September 2013 10 Oktober 2013 10 Oktober 2013
Oktober 2013 7 November 2013 10 November 2013
November 2013 5 Desember 2012 10 Desember 2013
Desember 2013 Belum disetor 10 Januari 2014
Pelaporan
PT IPPS Paling Lambat
Januari 2013 14 February 2013 20 February 2013
February 2013 14 Maret 2013 20 Maret 2013
Maret 2013 11 April 2013 20 April 2013
April 2013 16 Mei 2013 20 Mei 2013
Mei 2013 13 Juni 2013 20 Juni 2013
Juni 2013 11 July 2013 20 July 2013
Telah sesuai dengan
July 2013 15 Agustus 2013 20 Agustus 2013
UU No. 36 Tahun
Agustus 2013 12 September 2013 20 September 2013 2008
September 2013 17 Oktober 2013 20 Oktober 2013
Oktober 2013 17 November 2013 20 November 2013
November 2013 12 Desember 2013 20 Desember 2013
Desember 2013 Belum dilapor 20 Januari 2014
Sumber: PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), 2013.

Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), telah dilakukan sesuai
dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku, yakni penyetorannya dilakukan paling lambat Tanggal 10 bulan
berikutnya dan Pelaporan dilakukan Paling lambat 20 hari setelah akhir masa Pajak, dan apabila tanggal
Penyetoran dan Pelaporan tersebut jatuh pada hari libur atau hari minggu, maka tanggal Penyetoran dan
Pelaporannya dapat digeser pada hari kerja.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis pada PT Intraco Penta Prima Servis
(IPPS), dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), dalam Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perpajakan yang berlaku yaitu Undang-Undang No.36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
2. Penyetoran dan Pelaporan Pajak yang dilakukan PT. Intraco Penta Prima Servis (IPPS), pada kantor
pelayanan pajak telah dilakukan dengan tepat waktu.

22
Saran
Setelah melakukan Penelitian ini dan Berdasarkan hasil analisis maka penulis dapat memberi saran
sebagai berikut:
1. PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), harus sering mengupdate informasi pajak terbaru, agar sesuai
dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku, serta meningkatkan kualitas petugas yang berwenang
(bendahara) mengenai pengetahuan Perpajakan.
2. Pihak fiskus harus lebih banyak memberikan sosialisasi mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 kepada
Wajib Pajak khususnya yang bertindak sebagai pemotong atau pemungut pajak sehingga tidak terjadi
lagi kesalahan-kesalahan dalam perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Erlangga. Jakarta.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Andi. Yogyakarta.
Oktavan 2010. Analisis Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT
Assanacita Mitrabangsa. Skripsi Universitas Mercubuana. Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/skripsi1.php?ID_Skripsi=0000017593/.Diakses Mei, 24, 2013
Republik Indonesia. Undang-Undang No.36 Tahun 2008, mengenai perubahan ketiga atas Undang-
Undang No.16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan. Jakarta.
http://www.pajak.go.id/dmdocuments/UU-36-2008.pdf/. Diakses April, 05, 2013
. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 mengenai perubahan keempat atas Undang-
Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, Jakarta.
http:// www.bpkp.go.id/uu /. Diakses April, 05, 2013
. Peraturan Menteri Keuangan No. 162/PMK.011/2012. tentang Penyesuaian besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak. Jakarta.
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15122/. Diakses Juli, 06, 2013.
. Peraturan Menteri Keuangan No. 250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya
Jabatan Atau Biaya Pensiun Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pegawai
Tetap Atau Pensiunan. Jakarta
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13573/. Diakses Sep, 09, 2013.
. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi. Jakarta.
http://www.slideshare.net/gusmanshor/p-ph-pasal-21/. Diakses Juni, 13, 2013.
Rochman 2006. Analisis Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
Atas Pegawai Tetap Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan. Skripsi. Universitas Airlangga.
Surabaya.
http:/skripsiakuntan.blogspot.com/2013/05/penghitungan-PPh-pasal-21 /.Diakses Mei,24, 2013
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta. Bandung.

23
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.
HASJRAT MULTIFINANCE, MANADO

Rachel Romilda Rampengan


David Paul Elia Saerang
Inggriani Elim

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: artchel280909@yahoo.com

ABSTRAK

Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23), mengatur pemotongan pajak yang dikenakan atas
penghasilan Wajib Pajak di dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari modal, penyerahan
jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perhitungan serta perlakuan akuntansi dari Pajak Penghasilan pasal 23 dan
mengetahui pelaporan pajak yang telah dilaksanakan oleh PT. Hasjrat Multifinance, Manado apakah telah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Objek penelitian ini diambil pada PT. Hasjrat Multifinance, Manado dengan
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT. Hasjrat
Multifinance, Manado telah melakukan perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 23 secara benar yaitu sesuai
dengan ketentuan. Untuk penyetoran paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya sedangkan untuk pelaporan
paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Kata kunci : pph pasal 23, perhitungan dan pelaporan pph pasal 23

ABSTRACT

Income Tax Article 23 ( article 23 ) , set cutting taxes imposed on income taxpayer in the country or
Permanent Establishment (PE ) derived from the capital , the delivery of services , or implementation of
activities other than those of Article 21 Income Tax withheld.This study aims to determine the calculation as
well as the accounting treatment of income tax article 23 and to know the tax reporting has been carried out by
PT . Hasjrat Multifinance , Manado whether in accordance with applicable regulations . Object of this study was
taken at. Hasjrat Multifinance , Manado using qualitative descriptive analysis method . From the results of this
study concluded that PT . Hasjrat Multifinance , Manado has done the calculation and reporting of article 23 are
right that is in accordance with the provisions . To deposit no later than the 10th of the next month while
reporting not later than 20 days after the tax period ends .

Keywords : income tax article 23 , income tax calculation and reporting article 23

24
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan perkembangan ekonomi tersebut menyebabkan munculnya kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang


harus dipenuhi khususnya negara Indonesia. Dengan adanya pengaruh dari negara-negara lain diluar Indonesia,
pemerintah perlu memperbaharui sistem-sistem yang sudah dianggap usang agar dapat sesuai dengan zaman
modern dalam hal mencakup perpajakan. Pengembangan dan perluasan usaha tersebut dalam upaya untuk
bertahan dan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang baru atau perusahaan yang sudah
berkembang serta memenuhi kebutuhan para konsumen atau pengguna jasa atau produk perusahaan itu sendiri.
Banyak cara yang ditempuh oleh perusahaan guna memenuhi kebutuhan pasar. Salah satunya dengan upaya
dalam perluasan dan pengembangan usaha.
Pajak merupakan hal yang wajib untuk dibayarkan demi terciptanya keseimbangan kondisi ekonomis
dalam negara. Pembiayaan yang dilakukan dalam negeri bergantung pada seberapa banyak dan tekunnya suatu
Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajak. Atau dapat dikatakan bahwa pemungutan pajak merupakan
perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta wajib pajak yang secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Jika dilihat dari penerimaan negara, kondisi keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan negara
berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan
negara.
Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Peneliti
tertarik untuk membahas pengenaan pajak dipihak badan usaha dikaitakan dengan Pajak Penghasilan pasal 23
sehingga peneliti mengangkat judul ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT. HASJRAT MULTIFINANCE, MANADO.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:


Mengetahui perhitungan serta perlakuan akuntansi dari Pajak Penghasilan pasal 23 dan mengetahui
pelaporan pajak yang telah dilaksanakan oleh PT. Hasjrat Multifinance, Manado apakah telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Perpajakan

Muljono (2009:27) menyatakan bahwa akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan
perhitungan perpajakan, yang mengacu pada peraturan, perundang-undangan, dan aturan pelaksanaan
perpajakan.

Pajak

Mardiasmo (2011:1) mengatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Prasetyono (2011), menyatakan
bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang, sebagai perwujudan
pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan pembangunan nasional. Y. Sri Pudyatmoko
(2009:2) mengatakan bahwa pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.

25
Pajak Penghasilan

Mardiasmo (2010), menyatakan bahwa sesuai dengan sebutannya pajak penghasilan itu dikenakan atas
penghasilan. Pajak penghasilan merupakan salah satu jenis pajak pusat yang obyeknya adalah penghasilan.
Pajak penghasilan dikenakan terhadap wajib pajak yaitu apabila telah terpenuhi syarat subyektif dan syarat
obyektif sebagamaina ditentukan oleh Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23


Purwono (2012), menyatakan bahwa PPh Pasal 23 adalah pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau Wajip Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, yang
dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggaraan kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 23


Dasar hukum PPh 23 adalah:
a. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) Huruf c Angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Cara Menghitung PPh Pasal 23 atas Bunga, termasuk Premium, Diskonto, dan Imbalan karena Jaminan
Pengembalian Utang
Atas penghasilan berupa bunga dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto.
PPh pasal 23 = 15% x Bruto
Cara Menghitung PPh Pasal 23 atas Imbalan Sehubungan dengan Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa
Konstruksi, Jasa Konsultan, dan Jasa Lain
Atas penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan 21 dikenakan pemotongan PPh pasal
23 sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
PPh pasal 23 = 2% x Bruto

Surat Pemberitahuan

Diana & Setiawati (2010) Surat pemberitahuan adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta
dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak yang terutang adalah
pajak yang harus dibayar pada suatu saat dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, tau dalam Bagian Tahun Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

26
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/Tahun Penelitian
Najiyullah Analisis Kualitatif PT. Hikerta Pratama Mengacu Terdapat
(2010) Penghitungan, melaporkan dan menyetorkan pada perbedaan
Pemotongan, SPT Tahunan Tahun 2007 penilaian objek dan
Penyetoran, dan PPh 21 telah sesuai dengan penghitunga penghitungan
Pelaporan peraturan dan ketentuan yang n, dan dan pelaporan
Wajib Pajak berlaku. pelaporan Pajak
Penghasilan Pajak Penghasilan
Pasal 21 Pada Penghasilan. 23
PT. Hikerta
Pratama
Walandouw Analisis Kualitatif PPh Pasal 23 berpengaruh Membahas Peneliti tidak
(2013) Perhitungan dan terhadap besarnya angsuran perhitungan membahas
Pelaporan PPh PPh Pasal 25 yang harus dan mengenai PPh
Pasal 23 dan dibayarkan perusahaan, pelaporan Pasal 25
PPh Pasal 25 sedangkan PPh Pasal 25 tidak PPh Pasal 23
mempunyai pengaruh apapun
terhadap PPh Pasal 23.
Sumber : Data Olahan 2013

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil jenis penelitian eksplanasi, dimana penelitian ini
dilakukan pada satu variabel mandiri tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel
lainnya. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk memberi gambaran secara jelas mengenai masalah yang
diteliti yaitu tentang analisis perhitungan dan pelaporan pajak penghasilan pasal 23 pada PT. Hasjrat
Multifinance, Manado.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT Hasjrat Multifinance, Manado yang bertujuan untuk memahami perlakuan
penghitungan, dan pelaporan pajak khususnya pada Pajak Penghasilan pasal 23.

Jenis Data
Menurut Sugiyono (2010:13) dalam penelitian ada dua jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif
dan data kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Data Kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, data kuantitatif berupa data
Surat Setoran Pajak dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa pada PT. Hasjrat Multifinance, Manado.
2. Data Kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambil sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi. Dalam penelitian ini, data kualitatif adalah data yang disajikan secara deskriptif yaitu berupa
sejarah dan struktur organisasi dari PT. Hasjrat Multifinance, Manado.

Sumber Data
Supardi (2013:16) menyatakan bahwa pengumpulan data dapat menggunakan dua sumber yaitu sumber
primer dan sumber sekunder yaitu sebagai berikut:
1. Sumber Primer
Merupakan sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh orang yang melakukan penelitian
atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer disebut juga data asli atau data baru.

27
2. Sumber Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh
atau dikumpulkan diperoleh dengan mempelajari bahan-bahan kepustakaan yang berupa peraturan
perundang-undangan dan literatur-literatur yang telah ada. Data digunakan dalam penelitian ini berupa data
sekunder dari perusahaan yang telah diolah dan diperoleh yang sudah didokumentasikan seperti sejarah dan
data Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 23.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum PT. Hasjrat Multifinance, Manado


PT. Hasjrat Multifinance ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan. Maksud dari
perusahaan pembiayaan adalah suatu bentuk perusahaan yang memfokuskan bisnisnya kepada pemberian dana
atau pembiayaan kepada pihak lain atas suatu benda atau barang yang akan diberli atau dimiliki oleh pihak
tersebut. Selain itu perusahaan juga melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
secara finance lease (kegiatan sewa guna usaha dimana penyewaan sewa guna usaha pada akhir masa kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama)
maupun secara operating lease (kegiatan sewa guna, dimana penyewa guna usaha tidak mempunyai hak opsi
untuk membeli objek sewa guna usaha). PT. Hasjrat Multifinance mempunyai focus bisnis memberikan
pembiayaan untuk pembelian kendaraan beroda dua dan empat yaitu untuk merk kendaraan Yamaha dan
Toyota.

Tata Cara Pemungutan, Perhitungan PPh 23 PT. Hasjrat Multifinance, Manado

Pajak Penghasilan pasal 23 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan modal, penyerahan
jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong PPh Pasal 21. Pemungutan PPh Pasal 23 pada PT.
Hasjrat Multifinance, Manado sendiri dikenakan untuk kegiatan jasa lebih khusus untuk Jasa Manajemen, dan
Jasa Cleaning Service, serta Biaya Bunga atas denda keterlambatan bayar.

Penyetoran yang dilakukan untuk Jasa Manajemen, dan Jasa Cleaning Service dilakukan setiap bulannya,
sedangkan untuk Biaya Bunga (denda keterlambatan bayar) dilakukan setiap tahun kepada perusahaan yang
bekerjasama. Dalam hal ini PT. Hasjrat Multifinance dengan PT. Hasjrat Abadi merupakan suatu kesatuan
perusahaan yang saling mendukung.

A. Jasa Manajemen
Dalam hal ini, PT. Hasjrat Multifinance yang tidak memiliki kantor cabang di daerah-daerah lain
melakukan kerjasama dengan PT. Hasjrat Abadi dalam melakukan pengelolaan administrasi konsumen, dan
penerimaan iuran cicilan konsumen sehingga PT Hasjrat Multinance memberikan Fee kepada PT. Hasjrat Abadi
atas Jasa Manajemen.

Menghitung PPh Pasal 23 atas Imbalan Sehubungan dengan Jasa Manajemen


PT. Hasjrat Multifinance membayar jasa manajemen sehubungan dengan fee administrasi kepada PT.
Hasjrat Abadi yang telah membantu dalam pengurusan data-data konsumen sebesar Rp 79.032.000,00. PPh
Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Hasjrat Multifinance adalah 2% x Rp 79.032.000,00 = Rp 1.580.640,00
Perlakuan Akuntansi PPh Pasal 23:
Maka, PT. Hasjrat Multifinance mencatat sebagai berikut:

Biaya Fee Administrasi Rp 79.032.000,00


Kas Rp 79.032.000,00
(Mencatat pengeluaran fee)

Kas Rp 1.580.640,00
Hutang PPh 23 Rp 1.580.640,00
(Mencatat pemungutan PPh Pasal 23)

28
Hutang PPh 23 Rp 1.580.640,00
Kas Rp 1.580.640,00
(Mencatat pembayaran PPh Pasal 23 kepada kas negara)

B. Jasa Cleaning Service


Dalam hal ini, PT. Hasjrat Multifinance tidak memiliki karyawan khusus untuk tenaga kebersihan
sehingga PT. Hasjrat Multifinance bekerjasama dengan CV. Merpati Putih untuk mendapatkan karyawan khusus
untuk tenaga kebersihan. Transaksi pembayaran dilakukan antara kedua perusahaan yang kemudian PT. Hasjrat
Multifinance yang melakukan pemotongan PPh Pasal 23 kepada CV. Merpati Putih atas Jasa Cleaning Service.

Menghitung PPh Pasal 23 atas Imbalan Sehubungan dengan Jasa Lain (Cleaning Service).
PT. Hasjrat Multifinance membayarkan jasa cleaning service kepada CV. Merpati Putih sebesar Rp
1.767.000,00. PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Hasjrat Multifinance adalah sebesar: 2% x Rp 1.767.000,00
= Rp 35.340,00
Perlakuan Akuntansi PPh Pasal 23:
Maka, PT. Hasjrat Multifinance mencatat sebagai berikut:
Biaya Cleaning Service Rp 1.767.000,00
Kas Rp 1.767.000,00
(Mencatat pengeluaran biaya untuk Cleaning Service)

Kas Rp 35.340,00
Hutang PPh 23 Rp 35.340,00
(Mencatat pemungutan PPh Pasal 23)

Hutang PPh 23 Rp 35.340,00


Kas Rp 35.340,00
(Mencatat pembayaran PPh Pasal 23)

C. Biaya Denda atas Keterlambatan Bayar


Dalam pemotongan biaya denda telat bayar, PT. Hasjrat Multifinance dalam kontrak pembiayaan dengan
konsumen seringkali terjadi keterlambatan dalam pembayaran iuran sehingga dikenakan denda yang dipotong
PPh Pasal 23.

Menghitung PPh Pasal 23 atas Denda Keterlambatan Pembayaran


Konsumen membayar biaya denda atas keterlambatan pembayaran pada PT. Hasjrat Multifinance
sebesar Rp 1.000.000,00. Maka PPh Pasal 23 yang dipotong konsumen adalah Rp 1.000.000,00 x 15% = Rp
150.000,00.

Perlakuan Akuntansi PPh Pasal 23:


Ketika PT. Hasjrat Multifinance yang membayar sendiri dicatat sebagai berikut:
Biaya Denda Telat Bayar Rp 1.000.000,00
Kas Rp 1.000.000,00
(Mencatat pengeluaran denda keterlambatan bayar )

Kas Rp 150.000,00
Hutang PPh 23 Rp 150.000,00
(Mencatat pemungutan PPh Pasal 23 atas denda keterlambatan bayar)

29
Hutang PPh 23 Rp 150.000,00
Kas Rp 150.000,00
(Mencatat pembayaran PPh Pasal 23 ke kas negara)

Tata Cara Pelaporan PPh Pasal 23 PT. Hasjrat Multifinance, Manado

1. PT. Hasjrat Multifinance, Manado harus melaporkan jumlah setoran PPh Pasal 23 yang telah dipungut
melalui Surat Setoran Pajak (SSP) kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu yang telah
ditentukan, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya (apabila jatuh pada hari libur nasional maka
penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya).
2. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 disertai lampiran dilaporkan selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya (apabila jatuh pada hari libur nasional maka pelaporan dilakukan
pada hari kerja berikutnya):
a. Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 23 yang mencantumkan antara lain: Bagian A identifikasi Wajib
Pajak (NPWP, Nama, Alamat).
b. Bukti Penyetoran melalui bank dan atau kantor pos yang telah ditentukan oleh pemerintah.
3. Jumlah uang yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 harus sama
dengan yang telah disetorkan ke Kas Negara sesuai dengan bukti Surat Setoran Pajak (SSP).

Pembahasan
Dalam hasil penelitian, PT. Hasjrat Multifinance, Manado sebagai perusahaan pembiayaan konsumen,
wajib memungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 sehubungan dengan Biaya Denda keterlambatan bayar, Jasa
Manajemen, dan Jasa Lain (Jasa Cleaning Service) yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 244/PMK.03/2008 dan telah benar melakukan perhitungan PPh Pasal 23 atas kegiatan-kegiatan tersebut.
PT. Hasjrat Multifinance telah melakukan perhitungan PPh Pasal 23 dengan pengenaan Bunga dikenakan 15%
dari pembayaran, dan Jasa Manajemen, Jasa Cleaning Service dikenakan 2% dari pembayaran. Perhitungan
tersebut telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Penyetoran dan pelaporan berupa Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PT.
Hasjrat Multifinance, Manado telah dilakukan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Penyetoran
paling lambat 10 hari dan selanjutnya pelaporan paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak. Dan apabila
tanggal penyetoran dan pelaporan tersebut jatuh pada hari libur atau tanggal merah, maka tanggal penyetoran
dan pelaporan dapat digeser pada hari kerja berikutnya.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa PT. Hasjrat Multifinance, Manado sebagai
perusahaan yang bergerak dibidang Leasing khususnya sebagai pembiayaan konsumen sebagaimana yang diatur
dalam PMK-244/PMK.03/2008 serta PER-70/PJ/2007, wajib memungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23
sehubungan dengan kegiatan perusahaan berupa pengenaan Bunga (denda keterlambatan bayar), dan jasa-jasa
dalam hal ini dikenakan jasa manajemen dan jasa cleaning service. Pengenaan besarnya pajak yang dipotong
disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yaitu pengenaan Biaya Denda Atas
Keterlambatan Pembayaran dikenakan 15% dan sehubungan dengan Jasa (Fee, Cleaning Service) dikenakan
2% dari pembayaran.

PT. Hasjrat Multifinance, Manado dalam penyetoran dan pelaporan pajaknya telah sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku, yaitu penyetoran dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya ke bank/kantor pos. Dan pelaporannya menggunakan Surat
Pemberitahuan (SPT) selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.

30
Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, peneliti dapat memberikan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
yang berkaitan dengan perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 23, perusahaan dapat mempertahankan kinerja
karyawan dan terus mencatat secara benar sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008, berkenaan dengan tarif perhitungan dan pelaporan pajaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Diana, L. Setiawati. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi, & Penuntun Praktis. ANDI. Yogyakarta.

Muljono, Djoko. 2009. Ketentuan Umum Perpajakan. ANDI. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2010. Perpajakan. Edisi Revisi. ANDI. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. ANDI. Yogyakarta.

Najiyullah. 2010. Analisis Penghitungan, Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Wajib Pajak Penghasilan
Pasal 21 Pada PT. Hikerta Pratama.

Republik Indonesia. Permenkeu Nomor 244 tahun 2008 tentang Jenis Jasa Lain PPh 23.

Prasetyono, Sunar. 2011. Panduan Lengkap Tatacara Perhitungan Pajak Penghasilan dan Petunjuk Pengisian
SPT. Laksana. Jakarta.

Pudyatmoko, Y, Sri. 2009. Pengantar Hukum Pajak. ANDI. Yogyakarta.

Purwono, Joseph. 2012. Perpajakan Jasa Konstruksi dan Aplikasinya. Gava Media. Yogyakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kesembilan. Edisi Revisi. CV Alberta. Bandung.

Supardi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Smart. Jakarta.

Walandouw. 2013. Analisis Perhitungan dan Pelaporan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 25. Skripsi. Universitas
Sam Ratulangi. Manado.

31
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PENCATATAN PPH PASAL 23 DAN PELAPORAN PPH PASAL 25
PADA PT. BANK SULUT CABANG UTAMA

Cisilia Lumunon
David Paul Elia Saerang
Inggriani Elim

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: cisilialumunon@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pajak penghasilan pasal 23 (PPh Pasal 23), yaitu pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan,
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Sedangkan PPh Pasal
25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam
tahun pajak berjalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pajak
Penghasilan Pasal 25 yang disetorkan dan untuk mengetahui apakah perhitungan dan pencatatan Pajak
Penghasilan Pasal 23 dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25 Pada PT. Bank Sulut Cabang Utama sudah
sesuai dengan Undang-undang tentang Pajak Penghasilan. Objek penelitian diambil pada PT. Bank Sulut
Cabang Utama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa Perhitungan dan Pencatatan PPh Pasal 23 dan Pelaporan PPh Pasal 25 sudah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Kata kunci : pph pasal 23, pph pasal 25.


ABSTRACT

Income tax article 23 ( article 23 ) , is withholding tax on income derived by a taxpayer in domestically
and Permanent Establishment derived from the capital , organizing the delivery of services or activities other
than those of Article 21 Income Tax withheld , paid , supplied , to be paid , or was due for payment by
government agencies , subject to tax in domestically , organizers of the event , the permanent establishment ,
representatives of other foreign companies . While the Income Tax Article 25 is that income tax installment
must be paid by the taxpayer for any month in the current tax year. This study aims to determine the amount of
income tax Article 23 and Income Tax Article 25 are deposited and to know whether the calculation and
recording of income tax under Article 23 and Article 25 of the Income Tax Reporting at PT. Bank Sulut Main
Branch is in conformity with the Law on Income Tax. The object of research is taken at PT. Bank Sulut Main
Branch. The method used is descriptive analysis method. From the results of this study concluded that the
calculation and recording of article 23 and article 25 of Income Tax Reporting was in accordance with
applicable regulations.

Keywords : Income tax article 23, Income tax article 25.

32
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Terdapat beberapa cara dalam menghitung pajak. Salah satu cara dalam perhitungan pajak adalah
dengan self assessment system. Kendati demikian, self assessment system ini memiliki beberapa kelemahan.
Untuk melengkapi dan menutup kelemahan yang ada pada self assessment system digunakan sistem perpajakan
yang lain yaitu sistem pemotongan (withholding system). Withholding system adalah suatu cara pemungutan
pajak yang penghitungan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak dilakukan oleh pihak ketiga.
Salah satu pajak yang menggunakan withholding system adalah Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal
23), yaitu pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan, untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
Adapun perhitungan untuk mengetahui jumlah pajak badan yang terutang diatur dalam ketentuan PPh
Pasal 25. Dalam ketentuan PPh Pasal 25 diatur tentang angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.
Oleh karena itu pemerintah bersifat keras dan tegas dalam kewenangannya sebagai pengawas dan
pemeriksa terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak. Akan tetapi dengan
adanya self assessment system, ini membuat wajib pajak orang pribadi maupu badan mendapatkan kewenangan
untuk menghitung dan melaporkan sendiri kewajiban PPh pasal 25. Ini menjadi suatu permasalahan tersendiri
karena dengan melaporkan sendiri PPh Pasal 25 maka setiap perusahaan bukan tidak mungkin akan melakukan
penyelewengan pajak atau manipulasi pajak.
Perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Perbankan merupakan perusahaan
yang dalam kegiatannya berhubungan langsung dengan masyarakat. Kegiatan perbankan begitu dipengaruhi
oleh kepercayaan nasabah atau masyarakat luas. PT. Bank Sulut Cabang Utama merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Sebagai perusahaan yang taat akan pajak maka, PT. Bank Sulut
berkewajiban untuk melakukan perhitungan dan pencatatan dalam hal ini khususnya Undang-Undang Pajak
Penghasilan Pasal 23 serta pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai ketentuan yang mengacu pada Undang-
Undang Perpajakan yang berlaku.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang perpajakan,
khususnya mengenai bagaimana suatu perusahaan menentukan besarnya Pajak Penghasilan dan pencatatannya
dalam hal ini PPh Pasal 23 dan yang harus dilaporkan dan disetorkan dalam hal ini PPh Pasal 25, kepada
pemerintah dan apakah perhitungan, pencatatan, dan pelaporan Pajak Penghasilan telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, maka penulis mengambil judul “ANALISIS PERHITUNGAN DAN PENCATATAN PPH
PASAL 23 DAN PELAPORAN PPH PASAL 25 YANG PADA PT. BANK SULUT CABANG UTAMA.”

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perhitungan dan pencatatan PPh Pasal 23 pada PT. Bank Sulut Cabang Utama.
2. Untuk mengetahui pelaporan PPh Pasal 25 pada PT. Bank Sulut Cabang Utama.

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi
Pengertian akuntansi menurut Hongren, dan Harison dalam Akuntansi (2007), adalah “sistem informasi
yang mengukur aktivitas bisnis, memroses data menjadi laporan, dan mengomunikasikan hasilnya kepada para
pengambil keputusan.” Dalam definisi ini pula Horngren dan Harison menyatakan bahwa akuntansi merupakan
bahasa bisnis.
Pengertian akuntansi menurut American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) dalam
Ahmed Riahi Balkaoui mendefinisikan akuntansi sebagai berikut: Akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna
dan dalam bentuk satuan uang dan penginterprestasikan hasil tersebut (Balkaoui, 2000:37).

33
Menurut C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess pengertian akuntansi
adalah sebagai berikut: Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem akuntansi yang menghasilkan laporan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan (Niswonger,
1999:6).
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpukan bahwa akuntansi mengandung dua hal. Pertama,
akuntansi memberikan jasa, maksudnya kita harus memanfaatkan sumber-sumber yang ada (misalnya : sumber
daya alam, tenaga kerja dan kekayaan keuangan) dengan bijaksana sehingga kita dapat memaksimalkan manfaat
bagi kesejahteraan masyarakat, semakin baik system akuntansi yang mengukur dan melaporkan biaya
penggunaan sumber daya tersebut, maka akan semakin baik juga keputusan yang di ambil untuk
mengalokasikannya. Kedua, akuntansi menyediakan informasi kauangan yang bersifat kuantitatif yang di
gunakan dalam kaitannya dengan evaluasi kualitatif dalam membuat perhitungan. Sehingga informasi masa lalu
yang disediakan akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi masa mendatang.

Pajak Penghasilan Pasal 23


Mardiasmo (2011), “Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang
dibayarkan, disediakan, untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.”

Cara menghitung PPh Pasal 23


Cara menghitung PPh Pasal 23 atas dividen :
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto (Penghasilan kotor)
Cara menghitung PPh Pasal 23 atas bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang :
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto (Penghasilan kotor)
Cara menghitung PPh Pasal 23 atas royalti :
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto (Penghasilan kotor)
Cara menghitung PPh Pasal 23 atas hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya :
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto (Penghasilan kotor)
Cara menghitung PPh Pasal 23 atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta :
PPh Pasal 23 = 2% x Bruto (Penghasilan kotor)
Cara menghitung PPh Pasal 23 atas imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain :
PPh Pasal 23 = 2% x Bruto (Penghasilan kotor)

Pajak Penghasilan Pasal 25


Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran perusahaan yang dibayarkan perusahaan setiap bulannya
sebagai uang muka pajak PPh pasal 25 yang akan diperhitungkan pada akhir masa pembukuan.

Tatacara Pelaporan PPh Pasal 25


Pembayaran PPh Pasal 25 harus dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya, dan pelaporannya
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Menurut Peraturan Dirjen Pajak
No.PER-22/PJ/2008 bahwa pembayaran PPh Pasal 25 melalui modul penerimaan negara (MPN) dan SSP PPh
Pasal 25 yang telah mendapat validasi NTPN (nomor transaksi penerimaan Negara) dari bank, maka Wajib
Pajak dianggap telah melakukan pelaporan PPh Pasal 25.

34
Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Matriks Perbandingan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu


Nama
Metode
Peneliti Judul Tujuan Hasil penelitian persamaan perbedaan
Penelitian
/ tahun
Kusuma Prosedur Untuk membahas Kuantitatif Penerpan PPh 23 sudah Meneliti Objek yang di
(2010) perhitungan perhitungan PPh 23 Deskriptif dilakukan dengan baik perhitungan teliti bukan
dan di komisi Agen dan benar. PPh Pasal 23. perusahaan
pelaporan Penjualan Tiket perbankan.
PPh pasal 23 Pada PT. Garuda Penelitian hanya
Atas Komisi Indonesia. dilakukan untuk
Agen perhitungan PPh
Penjualan 23.
Tiket Pada
PT. Garuda
Indonesia.
Idris Perhitungan Untuk membahas Kuantitatif Perhitungan dan Meneliti PPh Objek penelitian
dan Perlakuan perhitungan dan Deskriptif. Perlakuan Akuntansi pasal 25. bukan perusahaan
(2006) Akuntansi perlakuan PPh Pasal 21 dan PPh perbankan.
Pajak akuntansi PPh Pasal 25 Pada CV. Menitik beratkan
Penghasilan pasal 21 dan pasal Haltim Raya Ternate. pada PPh 21.
Pasal 21 dan 25 pada CV. Telah dilakukan dengan
Pajak Haltim Raya tepat.
Penghasilan ternate .
Pasal 25 Pada
CV. Haltim
Raya Ternate.
Sumber : Hasil olahan data

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-
masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi ( Indriantoro dan Supomo, 2012: 26)

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat Penelitian adalah di PT. Bank Sulut Cabang Utama. Dan waktu penelitian selama kira-
kira 3 bulan.

Prosedur Penelitian
1. Merumuskan masalah yang ditemui untuk kemudian dapat diteliti dan dicari solusinya.
2. Mengajukan Permohonan Penelitian dengan cara memasukan surat permohonan penelitian dengan
persetujuan dari Fakultas Ekonomi untuk melakukan penelitian pada objek atau instansi yang dipakai
dalam penyusunan skripsi.
3. Disposisi Pimpinan Instansi yaitu setelah pemasukan surat permohonan penelitian, Bidang Umum dan
Kerjasama, menindak lanjuti pembuatan surat perintah yang menjelaskan tentang izin penelitian pada
instansi tersebut dengan persetujuan pimpinan instansi.
4. Pengumpulan informasi dengan mencari berbagai literatur dari berbagai sumber, seperti di perpustakaan,
yang terkait dengan pokok masalah yang dibahas oleh peneliti, demi lancarnya proses penyusunan skripsi
ini. Juga, melalui media elektronik, berupa akses data dalam internet untuk melengkapi teori-teori yang ada
untuk lebih memahami permasalahan yang ditemui.
5. Mencari data secara langsung yang diperoleh dari PT. Bank Sulut Cabang Utama.
6. Melakukan peneletian dan pembahasan berdasarkan data yang telah didapatkan sebelumnya dan mengkaji
kembali apakah sesuai dengan teori-teori yang telah ada.
7. Menarik kesimpulan serta memberikan saran dari penulis sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan,
apakah permasalahan yang telah dibahas tersebut memiliki dampak bagi perusahaan itu sendiri.

35
Metode Pengumpulan Data
Jenis Data
Data adalah sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung atau survei
(Indriantoro dan Supomo, 2012: 10). Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu:
a. Data Kuantitatif
adalah data penelitian berupa angka-angka atau numerik dan analisis menggunakan statistik.
b. Data Kualitatif
adalah data yang disajikan secara deskriptif dan tidak dapat diukur dengan skala numerik.

Sumber Data
1. Data Primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak
melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2012: 146).
2. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro dan Supomo, 2012: 147).

Teknik Pengumpulan Data


1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait dengan penyediaan
informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian.
2. Teknik Dokumentasi, yaitu dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen perusahaan yang
mendukung keperluan penelitian.
3. Penelitian Lapangan, melalui penelitian ini dikumpulkan data-data langsung dari sumber data sebagai
perbandingan untuk memperoleh keterangan dan kenyataan yang sebenarnya.

Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dimana penelitian
dilakukan dengan mengumpulkan, dan menganalisa data yang dikumpulkan serta memberi keterangan-
keterangan yang dihadapi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian


PT. Bank Sulut (Bank) dahulu bernama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara didirikan
dengan nama Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Tengah berdasarkan Akte no. 88 tanggal 17 Maret
1961 oleh Raden Hadiwido, notaris pengganti dari Raden Kadiman, Notaris di Jakarta yang diperbaiki dengan
Akte Perubahan Anggaran Dasar No. 22 tanggal 4 Agustus 1961 oleh Raden Kadiman Notaris di Jakarta dan
Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 46 tanggal 10 Oktober 1961 oleh Raden Hadiwido pengganti dari Raden
Kadiman, notaris di Jakarta, yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan penetapan No. J.A.5/109/6 tanggal 13 Oktober 1961.
Modal Dasar ditetapkan sebesar Rp. 100 milyar dengan kepemlikan Daerah Propinsi, Kabupaten dan
Kota pemegang saham Seri A maksimum sebesar 55 % dan pemegang saham seri B bersama-sama dengan
pihak ketiga termasuk koperasi maksimum sebesar 45 %. Saham-saham terbagi atas Saham Seri A sebanyak
550.000 nilai nominal @ Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah) dan Saham Seri B sebanyak 450.000 nilai niminal
@ Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah). Perubahan bentuk badan hukum Bank Sulut tersebut merupakan tuntutan
dalam rangkam memenuhi salah satu persyaratan mengikuti program rekapitalisasi perbankan karena Bank
Sulut menghadapi risiko kewajiban pemenuhan modal minimum (KPPM) kurang dari 8 %.
Setelah Bank Sulut melepaskan diri dari program rekapitalisasi perbankan terjadi beberapa perubahan
Anggaran Dasar berkaitan dengan perubahan susunan kepemilikan saham setelah divestasi saham negara, dan
terakhir dengan peningkatan modal dasar dari Rp. 100 milyar menjadi Rp. 300 milyar yang telah mendapat
persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No.C-24640 HT.01.04.TH.2006 tanggal 23 Agustus
2006 telah diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 23 Oktober 2006 No. 85 Tambahan No. 11432/2006.

36
Hasil Penelitian

Tabel 2. Perhitungan PPh Pasal 23 pada PT. BANK SULUT CABANG UTAMA
NO Tanggal Pemotong pajak Objek pemotongan Tarif PPh pasal 23
pemotongan (Rp) pajak (Rp)
1 27-06-2013 PPh pasal 23 atas jasa Rp. 3.781.250 2% Rp. 75.625
perbaikan AC split
dan pasang coban
dicabang utama
2 08-07-2013 PPh pasal 23 Atas Rp. 2.218.150 2% Rp. 44.375
jasa perbaikan dan
service AC split di
ATM kk Walikota
dan Gubernur
3 25-07-2013 PPh pasal 23 Atas Rp. 3.656.250 2% Rp. 73.125
jasa perbaikan alat
untuk ganti AC split
di kk Marina
4 30-08-2013 PPh pasal 23 Atas Rp. 6.250.000 2% Rp. 125.000
jasa petugas polisi
untuk pengamanan di
cabang utama
peragustus 2013
5 30-08-2013 PPh pasal 23 Atas Rp. 3.250.000 2% Rp. 65.000
jasa perbaikan AC
split tranding di
cabang utama
Sumber : Hasil olahan data

Pada bulan Juni, Juli dan Agustus tahun 2013, terdapat 5 pemotongan PPh Pasal 23 yang dilakukan oleh
PT. Bank Sulut Cabang Utama dalam rangka memperbaiki fasililitas serta memperketat keamanan demi
kenyamanan semua pihak. Berikut adalah rincian perhitungan PPh Pasal 23 yang dimiliki oleh PT. Bank Sulut
Cabang Utama :
1. Pada tanggal 27 juli 2013, PT. Bank Sulut Cabang Utama membayarkan jasa perbaikan AC split dan
pasang coban dicabang utama sebesar Rp. 3.781.250. PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Bank Sulut
Cabang Utama adalah :
2% x Rp. 3.781.250 = Rp. 75.625
2. Di bulan selanjutnya, tepat pada tanggal 8 juli 2013, PT. Bank Sulut Cabang Utama kembali melakukan
perbaikan dan service AC split namum kali ini bertempat di ATM kk Walikota dan Gubernur. PT. Bank
Sulut Cabang Utama kemudian harus membayar jasa untuk perbaikan tersebut sebesar Rp. 2.218.150. PPh
Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Bank Sulut Cabang Utama adalah :
2% x Rp. 2.218.150 = Rp. 44.375
3. Terjadi kerusakan AC split di kk Marina pada tanggal 25 Juli 2013 sehingga PT. Bank Sulut Cabang Utama
harus melakukan pergantian alat untuk AC d kk Mariana tersebut. Dan PT. Bank Sulut Cabang Utama
kembali harus membayar jasa service sebsesar Rp. 3.656.250. PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Bank
Sulut Cabang Utama adalah :
2% x Rp. 3.656.250 = Rp. 73.125
4. Atas jasa petugas polisi untuk pengamanan di cabang utama per-agustus 2013, PT Bank Sulut Cabang
Utama harus melakukan pembayaran sebesar Rp. 6.250.000. PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Bank
Sulut Cabang Utama adalah :
2% x Rp. 6.250.000 = Rp. 125.000
5. Pengeluaran yang terakhir pada bulan agustus dilakukan PT. Bank Sulut Cabang Utama atas jasa perbaikan
AC split tranding di cabang utama sebesar Rp. 3.250.000. PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Bank Sulut
Cabang Utama adalah :
2% x Rp. 3.250.000 = Rp. 65.000

37
Pelaporan PPh Pasal 25 Pada PT. Bank Sulut Cabang Utama
PT. Bank Sulut Cabang Utama Manado memiliki pelaporan PPH pasal 25. Berikut adalah rician
pelaporan beserta besarnya PPh Pasal 25 yang harus di bayarkan setiap bulannya oleh PT. Bank Sulut Cabang
Utama Manado.

Tabel 3. Pelaporan PPh Pasal 25 Pada PT. Bank Sulut Cabang Utama
Masa Pajak Jumlah ( Rp )
Januari Rp. 5.066.311.000
Februari Rp. 5.066.311.000
Maret Rp. 5.066.311.000
April Rp. 8.723.118.000
Mei Rp. 8.723.118.000
Juni Rp. 8.723.118.000
Juli Rp. 6.747.000.000
Agustus Rp. 6.747.000.000
September Rp. 6.747.000.000
Oktober Rp. 5.290.000.000
Sumber : PT. Bank Sulut Cabang Utama

PT. Bank Sulut Cabang Utama harus membayarkan angsuran PPh Pasal 25 untuk masa pajak Januari
s/d Maret tahun 2013 sebesar Rp. 5.066.311.000, masa pajak April s/d Juni tahun 2013 sebesar Rp.
8.723.118.000, masa pajak Juli s/d Agustus tahun 2013 sebesar Rp. 6.747.000.000, dan masa pajak September
s/d Oktober tahun 2013 sebesar Rp. 5.290.000.000.

Pembahasan

Analisis Perhitungan dan Pencatatan PPh Pasal 23


Dari rincian perhitungan PPh Pasal 23 yang dimiliki oleh PT. Bank Sulut Cabang Utama, dapat dilihat
bahwa pemotongan PPh Pasal 23 yang tertinggi dilakukan pada saat pembayaran atas jasa petugas polisi untuk
pengamanan di cabang utama per-agustus 2013 dengan perhitungan ( 2% x Rp. 6.250.000 = Rp. 125.000 ). Jadi
PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Bank Sulut Cabang Utama pada tanggal 30 Agustus 2013 adalah sebesar
Rp. 125.000. Dan yang terendah dilakukan pada saat perbaikan dan service AC split di ATM kk Walikota dan
Gubernur dengan perhitungan ( 2% x 2.218.150 = Rp. 44.375 ). Jadi PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Bank
Sulut Cabang Utama pada tanggal 8 Ju;i 2013 adalah sebesar Rp. 44.375 . Total pemotongan PPh Pasal 23 yang
dilakukan oleh PT. Bank Sulut Cabang Utama pada bulan Juni, Juli dan Agustus tahun 2013 adalah Rp.
383.125. Pelaporan harus di lakukan perbulan dan harus diterbitkan bukti pemotongan pajak PPh Pasal 23 yang
sah.
PT. Bank Sulut Cabang Utama akan melalukan pencatatan untuk masing-masing transaksi PPh Pasal 23
sebagai berikut :
1. PPh Pasal 23 atas jasa perbaikan AC split dan pasang coban dicabang utama pada tanggal 27 Juni 2013.
Biaya service Rp. 3.781.250
Kas Rp. 3.781.250
( Mencatat Pengeluaran atas Jasa Perbaikan )
Kas Rp. 75.625
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 75.625
( Mencatat Pemungutan PPh Pasal 23 )
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 75.625
Kas Rp. 75.625
( Mencatat Pembayaran PPh Pasal 23 )
2. PPh pasal 23 atas jasa perbaikan dan service AC split di ATM kk Walikota dan Gubernur pada tanggal
8 Juli 2013.
Biaya service Rp. 2.218.150
Kas Rp. 2.218.150

38
( Mencatat Pengeluaran atas Jasa Perbaikan )
Kas Rp. 44.375
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 44.375
( Mencatat Pemungutan PPh Pasal 23 )
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 44.375
Kas Rp. 44.375
( Mencatat Pembayaran PPh Pasal 23 )
3. PPh pasal 23 Atas jasa perbaikan alat untuk ganti AC split di kk Marina pada tanggal 25 Juli 2013.
Biaya service Rp. 3.656.250
Kas Rp. 3.656.250
( Mencatat Pengeluaran atas Jasa Perbaikan )
Kas Rp. 73.125
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 73.125

( Mencatat Pemungutan PPh Pasal 23 )

Hutang PPh Pasal 23 Rp. 73.125

Kas Rp. 73.125


( Mencatat Pembayaran PPh Pasal 23 )
4. PPh pasal 23 Atas jasa petugas polisi untuk pengamanan di cabang utama peragustus 2013.
Biaya keamanan Rp. 6.250.000
Kas Rp. 6.250.000
( Mencatat Pengeluaran atas Jasa Keamanan )
Kas Rp. 125.000
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 125.000

( Mencatat Pemungutan PPh Pasal 23 )

Hutang PPh Pasal 23 Rp. 125.000

Kas Rp. 125.000


( Mencatat Pembayaran PPh Pasal 23 )
5. PPh pasal 23 atas jasa perbaikan AC split tranding di cabang utama pada tanggal 30 Agustus 2013.
Biaya Service Rp. 3.250.000 Kas
Rp. 3.250.000
( Mencatat Pengeluaran atas Jasa Perbaikan )
Kas Rp. 65.000
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 65.000

( Mencatat Pemungutan PPh Pasal 23 )

Hutang PPh Pasal 23 Rp. 65.000


Kas Rp. 65.000
( Mencatat Pembayaran PPh Pasal 23 )

PPh Pasal 23 PT. Bank Sulut Cabang Utama bulan Juni, Juli dan Agustus tahun 2013 sebesar Rp.
383.125 yang pelunasannya paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan SPT masa disampaikan paling
lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir. Perhitungan dan Pencatatan PPh Pasal 23 bulan Juni, Juli dan
Agustus tahun 2013 yang dibuat oleh penulis dengan perhitungan yang dibuat oleh PT. Bank Sulut Cabang
Utama tidak terdapat perbedaan, berarti perusahaan dalam menghitung dan melakukan pencatatan PPh pasal 23
sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.

39
Analisis Pelaporan PPh Pasal 25

Tabel 4. Rincian Pelaporan PPh Pasal 25 PT. Bank Sulut Cabang Utama dari bulan Januari sampai
bulan Oktober tahun 2013
Masa Pajak Jumlah ( Rp ) Tanggal pelaporan
Januari Rp. 5.066.311.000 15-Februari-2013
Februari Rp. 5.066.311.000 15-Maret-2013
Maret Rp. 5.066.311.000 15-April-2013
April Rp. 8.723.118.000 15-Mei-2013
Mei Rp. 8.723.118.000 14-Juni-2013
Juni Rp. 8.723.118.000 12-Juli-2013
Juli Rp. 6.747.000.000 15-Agustus-2013
Agustus Rp. 6.747.000.000 13-September-2013
September Rp. 6.747.000.000 15-Oktober-2013
Oktober Rp. 5.290.000.000 14-Novemeber-2013
Sumber : PT. Bank Sulut Cabang Utama

Dari bulan Januari sampai bulan Oktober tahun 2013 angsuran PPh Pasal 25 yang harus dibayarkan PT.
Bank Sulut berbeda setiap triwulannya. Untuk masa pajak Januari s/d Maret tahun 2013 sebesar Rp.
5.066.311.000, masa pajak April s/d Juni tahun 2013 sebesar Rp. 8.723.118.000, masa pajak Juli s/d Agustus
tahun 2013 sebesar Rp. 6.747.000.000, dan masa pajak September s/d Oktober tahun 2013 sebesar Rp.
5.290.000.000.
PT. Bank Sulut Cabang Utama sendiri melakukan pembayaran angsuran PPh Pasal 25 secara bersamaan
dengan pelaporannya.
Pelaporan yang dilakukan oleh PT. Bank Sulut Cabang utama setiap bulannya yaitu pada bulan Januari
tahun 2013 dilakukan pada tanggal 15 Februari tahun 2013, begitu pula dengan bulan februari tahun 2013,
pelaporan dilakukan pada tanggal 15 Maret tahun 2013, pada bulan selanjutnya yaitu bulan Maret tahun 2013
dilakukan pelaporan pada tanggal 15 April tahun 2013 dan untuk bulan April tahun 2013 dilakukan pelaporan
pada tanggal 14 Mei tahun 2013 namun untuk bulan Mei tahun 2013. Pelaporan PPh pasal 25 dilakukan pada
tanggal 14 Juni tahun 2013, hal ini dikarenakan tanggal 15 jatuh pada bukan hari kerja sehingga PT. Bank Sulut
Cabang Utama memanjukan tanggal pelaporan PPh Pasal 25 yang terutang. Karena apabila tanggal pelaporan
dan penyetoran tersebut jatuh pada hari libur atau tanggal merah, maka tanggal pelaporan dan penyetoran dapat
digeser pada hari kerja. Begitu pula dengan bulan Juni tahun 2013, pelaporan dilakukan pada tanggal 12 Juli
tahun 2013. Untuk bulan Juli tahun 2013 pelaporannya kembali dilakukan pada tanggal 15 Agustus tahun 2013.
Dan pada bulan Agustus tahun 2013 pelaporan harus dilakukan lebih awal yaitu tanggal 13 September tahun
2013. Di bulan September tahun 2013 pelaporan kembali dilakukan pada tanggal 15 Oktober tahun 2013. Tapi,
pada bulan oktober tahun 2013 pelaporan harus dimajukan pada tanggal 14 November tahun 2013.
PT. Bank Sulut Cabang Utama akan melalukan pencatatan untuk PPh Pasal 25 sebagai berikut :

Pembayaran PPh Pasal 25 misalkan untuk bulan Januari tahun 2013, akan dibayar pada bulan berikut.
Untuk itu PT. Bank Sulut Cabang Utama akan melakukan pencatatan seperti :

PPh Pasal 25 Rp. 5.066.311.000


Hutang PPh Pasal 25 Rp. 5.066.311.000
( Mencatat Pengakuan Bulan PPh Pasal 25 bulan Januari Tahun 2013 )
Pada saat pelunasan / pembayaran PT. Bank Sulut Cabang Utama mencatat :
Hutang pajak PPh pasal 25 Rp. 5.066.311.000
Kas Rp. 5.066.311.000
( Mencatat Pembayaran PPh Pasal 25 pada Bulan Berikutnya )
PPh Pasal 25 yang harus dibayarkan PT. Bank Sulut Cabang Utama Untuk masa pajak Januari s/d Maret
tahun 2013 sebesar Rp. 5.066.311.000, masa pajak April s/d Juni tahun 2013 sebesar Rp. 8.723.118.000, masa
pajak Juli s/d Agustus tahun 2013 sebesar Rp. 6.747.000.000, dan masa pajak September s/d Oktober tahun
2013 sebesar Rp. 5.290.000.000 yang pelunasannya paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya dan
SPT Masa disampaikan paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir. Pelaporan PPh Pasal 25 yang dibuat

40
penulis dan yang dilakukan oleh PT. Bank Sulut Cabang Utama tidak terdapat perbedaan, berarti PT. Bank
Sulut Cabang Utama dalam melaporkan PPh Pasal 25 sudah sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perhitungan dan Pencatatan PPh Pasal 23 yang telah dilakukan oleh PT. Bank Sulut Bank Sulut Cabang
Utama pada saat terjadinya transaksi yang berkaitan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang
terdapat di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Namum tak di cantumkannya mitra yang diajak
bekerja sama dalam setiap transaksi membuat data yang diterima tidak maksimal.
2. Pelaporan PPh Pasal 25 yang telah dilakukan oleh PT. Bank Sulut Cabang Utama setiap bulannya sudah
sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

Saran
Berdasarkan dari kesimpulan, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut.
1. Perusahaan dalam hal ini PT. Bank Sulut Cabang Manado sebaiknya menggunakan staf pajak professional
ekstern, hal ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah pajak di perusahaan dengan cara yang benar dan
legal. Sehingga perusahaan dapat menghitung, memotong, menyetordan melaporpajaknya dengan cara
yang benar sesuai ketentuan peraturan perpajakan dan dapat terhindar dari sanksi pajak serta dapat
meminimalkan beban pajak dan kerugiannya. Serta mencantumkan perusahaan yang menjadi mitra dari PT.
Bank Sulut Cabang Utama sehingga terjadi transparansi pajak yang berguna bagi semua pihak.
2. Dalam hal pelaporan PPh Pasal 25 PT. Bank Sulut Cabang Manado sudah melaporkan tepat waktu dan hal
itu sebaiknya dipertahankan. Seperti pada tanggal jatuh tempo jatuh pada hari libur, PT. Bank Sulut Cabang
Utama telah mengantisipasinya dengan melapor PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 25 terutang sebelum hari libur.
Hal ini memang harus dilakukan agar PT. Bank Sulut Cabang Utama dapat terhindar dari sanksi pajak atas
keterlambatan pelaporan PPh pasal 25 berupa sanksi bunga sebesar 2% per bulan dari pajak yang terutang.

DAFTAR PUSTAKA

Balkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat : Jakarta.

Hongren, dan Harison. 2007. Akuntansi. Edisi Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Idris. 2006. Perhitungan dan Perlakuan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pajak Penghasilan Pasal 25
Pada CV. Haltim Raya Ternate. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Samratulangi Manado.

Indriantoro, Supomo, 2012. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE-
Yogyakarta : Yogyakarta.

Kusuma, Yoga. 2010. Prosedur perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 23 atas komisi agen penjualan tiket pada
PT. Garuda Indonesia. Skripsi Universitas Gunadarma Jakarta.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Niswonger, C. Rollin, dkk. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi Edisi 19 Jilid 1. Penerbit Erlangga: Jakarta.

www.banksulut.co.id

www.kajianpustaka.com

www.pajak.go.id

41
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK ATAS PENEBUSAN LPG 3KG DARI
PERTAMINA PADA PT. BERKAT JABES

Vrenshit Merdekhawati Corneles


Ventje Ilat
Victorina Z. Tirayoh

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail : cvrenshit@yahoo.co.id

ABSTRAK

Program pemerintah untuk peralihan Bahan Bakar Minyak ke Bahan Bakar Gas sejak tahun 2007
membuat PT. Berkat Jabes yang tadinya merupakan agen minyak tanah, ikut beralih menjadi agen penyalur
BBG, khususnya LPG 3Kg. Terhitung sejak Mei 2012. Untuk setiap pembelian/penebusan LPG 3kg PT. Berkat
Jabes harus membayar PPh Pasal 22 dengan tarif 0,3% serta PPN sebesar 10% atas penjualan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perhitungan dan pelaporan pajak atas pembelian/penebusan LPG
3kg, yaitu PPh Pasal 22 dan PPN apakah sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif, data-data kuantitatif yang diperoleh penulis
kemudian diolah dan dianalisis untuk menjelaskan bagaimana proses perhitungan dan pelaporan pajak yang
dilakukan PT. Berkat Jabes. Dari hasil penelitian, menunjukan bahwa PT. Berkat Jabes telah melaksanakan
kewajiban perpajakannya dengan baik, namun masih perlu melengkapi dokumen-dokumen perpajakan atas
pembayaran PPh 22 dan PPN serta melakukan pencatatan akuntansi sesuai transaksi pembelian/penebusan yang
terjadi.

Kata Kunci : Perhitungan, pelaporan, PPh Pasal 22, PPN, pembelian/penebusan LPG 3kg

ABSTRACT

Government program over the transition from oil fuel to gas fuel since 2007 has made PT. Berkat Jabes that
had worked as kerosene dealer, turned to join as LPG dealer, especially 3kg LPG as from May 2012. For each
purchase/redemption of 3kg LPG PT. Berkat Jabes have to pay Income Tax article 22 at the rate of 0,3% and
10% VAT. The objective of this study is to analyze the calculation and reporting tax of the purchased of 3kg
LPG if it is in accordance with the provisions of the applicable tax. The method that has been used in this
research is descriptive quantitative. Quantitatve data that obtained by the author was processed and analyzed
to describe the process of calculating and reporting tax by PT. Berkat Jabes. The result from the research
showed that PT. Berkat Jabes has fully run their tax obligation, but still need to complete the documents upon
the payment of Income Tax article 22 and VAT and make the right accounting records based on the transactions
of purchase/redemption that have occurred.

Keywords : Calculation, reporting, Income Tax Article 22, VAT, the purchase/redemption 3kg LPG

42
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu penyumbang pendapatan negara terbesar adalah pajak dari industri minyak dan gas,
khususnya dalam usaha pemasaran migas, pajak yang dipungut antara lain adalah Pajak Penghasilan Pasal 22
yang wajib dipungut oleh Pertamina dan badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak
jenis premix, super TT, minyak tanah, gas LPG dan pelumas serta PPN atas penjualan hasil produksinya. Objek
dalam penelitian ini adalah agen resmi Pertamina, yaitu PT. Berkat Jabes.
PT. Berkat Jabes merupakan agen resmi Pertamina yang menjadi penyalur Bahan Bakar Minyak, yaitu
minyak tanah. Namun sejak adanya program pemerintah untuk pengalihan Bahan Bakar Minyak ke Bahan
Bakar Gas sejak tahun 2007 dengan pertimbangan bahwa dalam rangka untuk menjamin penyediaan dan
pengadaan Bahan Bakar di dalam negeri dan mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak guna meringankan
beban keuangan negara, perlu dilakukan substitusi penggunaan Minyak Tanah ke Liquefied Petroleum Gas
maka ditetapkanlah Peraturan Presiden Nomor 104 tahun 2007 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan
Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram.
Liquefied Petroleum Gas yang selanjutnya disebut LPG adalah gas hidrokarbon yang dicairkan dengan
tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan penanganannya yang pada dasarnya terdiri atas
propana, butana, atau campuran keduanya. LPG Tabung 3 Kilogram yang selanjutnya disebut LPG Tabung 3
Kg adalah LPG yang diisikan ke dalam tabung dengan berat isi 3 Kilogram. Harga patokan untuk LPG 3 Kg ini
adalah harga yang didasarkan pada harga indeks pasar LPG yang berlaku pada bulan yang bersangkutan
ditambah biaya distribusi (termasuk handling) dan margin usaha yang wajar.
Terhitung sejak bulan Mei 2012 PT. Berkat Jabes mengkhususkan penyaluran produknya berupa
Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram yang ditebus/dibeli dari PT. Pertamina. Atas pembelian tersebut,
PT. Berkat Jabes harus membayar Pajak Penghasilan Pasal 22 dengan tarif untuk Gas LPG sebesar 0,3%,
bersifat final terhadap agen/penyalur dan PPN sebesar 10% atas setiap penyerahan barang.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul
skripsi “Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak atas Penebusan Lpg 3kg dari Pertamina pada Pt. Berkat Jabes
Manado”.

Tujuan Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui dan
menganalisis perhitungan dan pelaporan pajak penghasilan pasal 22 dan PPN yang dipungut atas pembelian
produk Pertamina berupa gas LPG 3Kg oleh PT.Berkat Jabes apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

TINJAUAN PUSTAKA
Pertamina
Pertamina adalah perusahaan nasional yang berusaha dibidang pertambangan minyak dan gas bumi
milik bangsa Indonesia yang dikuasai negara. Tujuan Pertamina termasuk membangun dan melaksanakan
penguasaan migas dalam arti seluas-luasnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan negara serta
menciptakan ketahanan nasional (Muljono, 2007 :14).
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 224/PMK.011/2012, PT Pertamina merupakan BUMN
yang ditunjuk atau diberi wewenang oleh pemerintah sebagai Pemungut pajak atau wajib pungut atas penjualan
hasil produksinya.

Pajak Pertambahan Nilai


Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atau disingkat
PPN dan PPNBM merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam Daerah Pabean),
baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Oleh karena itu barang yang tidak dikonsumsi di dalam Daerah
Pabean (diekspor), dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen). Pajak Pertambahan Nilai dikenakan hanya
terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang
berlaku atas penyerahan BKP/JKP adalah tarif tunggal, sehingga mudah dalam pelaksanaannya dan tidak
memerlukan daftar penggolongan barang atau penggolongan jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana
berlaku pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Muhamad : 2007)..

43
Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Penyetoran dan pelaporan PPN dilakukan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan (Psl 15A).

Pajak Penghasilan Pasal 22


Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 merupakan pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan yang
dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan
lembaga-lembaga negara lainnya sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, atau badan-badan
tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan di
bidan lain.
Tabel 1. Tarif PPh 22 Dipungut oleh Pertamina dan Badan Usaha Selain Pertamina
JENIS USAHA TARIF

Premium
SPBU Swasta 0,30% dari penjualan
SPBU Pertamina 0,25% dari penjualan
Solar
SPBU Swasta 0,30% dari penjualan
SPBU Pertamina 0,25% dari penjualan
Premix
SPBU Swasta 0,30% dari penjualan
SPBU Pertamina 0,25% dari penjualan
Minyak tanah 0,30% dari penjualan
Gas LPG 0,30% dari penjualan
Pelumas 0,30% dari penjualan
Sumber: PMK No. 224 Tahun 2012 (diolah peneliti)
Penyetoran PPh Pasal 22 dilakukan secara kolektif dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak.
Pemungut pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah
Masa Pajak berakhir.

Tabel 2. Penelitian Terdahulu


Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/ta Penelitian
hun
Kuswanto Analisis Selisih Untuk mengetahui apakah Kuantitatif PT Cita Lini Meneliti Objek
(2011) Perhitungan perhitungan Pajak Deskriptif Persada selaku perhitunga penelitian.
Pajak Penghasilan final Pasal 22 pemilik SPBU n dan Penelitian
Penghasilan di SPBU 34.151.37 dan melaporkan pajak pelaporan sebelumn
Final Pasal 22 Pertamina sebagai penghasilan final PPh Pasal ya hanya
Atas Penjualan pemungut telah sesuai pasal 22 sesuai 22 yang dilakukan
Bahan Bakar dengan perturan yang jumlah pajak yang dipungut untuk
Minyak berlaku dipungut meskipun Pertamina. perhitunga
Terhadap dalam n dan
Laporan Pajak perhitungannya ada pelaporan
selisih jumlah pajak. PPh 22
.

Christant ANALISIS Untuk menilai dan Kuantitatif perusahaan telah Meneliti Objek
y EKUALISASI mengevaluasi penyebab Deskriptif melakukan perhitunga penelitian.
(2012) PAJAK terjadinya perbedaan antara perhitungan dengan n PPh
PENGHASILA nilai total penjualan dalam benar, ditunjukkan pasal 22
N PASAL 22 negeri yang dapat dari kesamaan nilai dan PPN
DAN PAJAK dikenakan PPh Pasal 22 antara nilai PPh
PERTAMBAH dengan nilai total Pasal 22 dan total
AN NILAI DI penyerahan yang penyerahan yang
PT KAS dilaporkan dalam SPT PPN dilakukan
perusahaan.
Sumber : Olahan

44
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-
masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi ( Indriantoro dan Supomo, 2012: 26).

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilaksanakan di PT. Berkat Jabes di Manado, dengan meminta data formulir setoran
atas pembelian/penebusan LPG 3kg dari Pertamina. Namun karena kurang lengkapnya data pada PT Berkat
Jabes maka penulis pun meminta data dari pihak Pertamina, yaitu di PT. Pertamina yang berlokasi di Bitung.
Data tersebut berupa data bukti potong PPh pasal 22 dan faktur pajak PPN atas pembelian PT. Berkat Jabes
berupa gas LPG 3kg dari Pertamina selama tahun 2012. Waktu penelitian pada bulan November sampai
Desember tahun 2013.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut.
1. Permohonan mengadakan penelitian pada PT. Berkat Jabes, Manado dan PT. Pertamina di Bitung
2. Disposisi Pimpinan Instansi : Setelah pemasukan surat permohonan penelitian, Bidang Umum dan
Kerjasama, menindak lanjuti pembuatan surat perintah yang menjelaskan tentang izin penelitian pada
instansi tersebut dengan persetujuan pimpinan instansi.
3. Pengumpulan Data : Dalam tahap ini peneliti melaksanakan proses pengumpulan data yang akan dipakai
dalam penelitian dan penyusunan skripsi, yaitu melaksanakan wawancara di bagian administrasi PT. Berkat
Jabes, kemudian mengambil data berupa formulir setoran pembayaran atas pembelian/penebusan produk
Pertamina dari perusahaan, kemudian melakukan wawancara di bagian keuangan PT Pertamina Bitung, dan
meminta data berupa bukti potong PPh Pasal 22 atas PT. Berkat Jabes beserta faktur pajak PPN. Dalam
tahap ini penulis melakukan analisis data yang telah dikumpulkan dan melakukan pembahasan tentang
rumusan masalah dalam penelitian dan menentukan hasil penelitian.
4. Menarik Kesimpulan : Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sebagai
akhir dari penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Jenis Data
Data adalah sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung atau survei
(Indriantoro dan Supomo, 2012: 10). Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu:
a. Data Kuantitatif
adalah data penelitian berupa angka-angka atau numerik dan analisis menggunakan statistik.
b. Data Kualitatif
adalah data yang disajikan secara deskriptif dan tidak dapat diukur dengan skala numerik.

Sumber Data
1. Data Primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak
melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2012: 146).
2. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro dan Supomo, 2012: 147).

Teknik Pengumpulan Data


Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Sugiyono 2012
:137).
1. Penelitian Lapangan (field research), merupakan kegiatan kunjungan serta kegiatan pengumpulan data
ditempat atau objek yang memiliki sumber data yang sesuai dengan penelitian, dan data diperoleh melalui
cara:

45
a. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan kegiatan komunikasi
langsung dengan pihak-pihak instansi yang terkait, dan membahas masalah-masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini.
b. Dokumenter, merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan arsip atau dokumen-
dokumen yang bersifat tulisan dari instansi yang bersangkutan.
2. Penelitian Kepustakaan (library Research), merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan
mengumpulkan data dari teori-teori yang diperoleh dan dipelajari dari buku-buku, literatur, jurnal, serta
bahan-bahan informasi lainnya yang berhungan dengan masalah yang diteliti untuk digunakan sebagai
landasan pemikiran teoritis bagi penulis didalam membahas penelitian ini.

Metode Analisis Data


Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode dengan mengumpulkan data, menyusun
selanjutnya dianalisis dengan mengolah kembali data yang diperoleh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Profil PT Berkat Jabes Manado


PT Berkat Jabes berlokasi di Desa Picuan Baru, Kecamatan Motoling Kabupaten Minahasa Selatan. PT
Berkat Jabes sebelumnya bernam UD. Sandra merupakan agen/penyalur Bahan Bakar Minyak, khususnya
minyak tanah. Namun sejak adanya program pemerintah untuk peralihan Bahan Bakar Minyak ke Bahan Bakar
Gas maka sejak bulan Mei tahun 2012 UD. Sandra beralih menjadi agen penyalur Gas LPG khususnya LPG 3kg
dan berganti nama menjadi PT. Berkat Jabes sejak tahun 2013. Wilayah penyaluran Gas LPG 3Kg oleh PT.
Berkat Jabes berlokasi di daerah Minahasa Selatan, antara lain Desa Kumelembuai, Desa Tokin, Desa Raanan
Baru, Desa Motoling, Desa Wanga, Desa Ranoyapo, Desa Poopo, Desa Pontak, Desa Tompaso Baru, Desa
Tumani, Desa Tambelang, Desa Linelean, Desa Pinasungkulan, Desa Makaaruyen, Desa Palelon.
Kantor administrasi yang mengurus kewajiban perpajakan PT Berkat Jabes berlokasi di kota Manado
tepatnya di Jalan Sam Ratulangi 29 no. 1, kelurahan Tanjung Batu, lingkungan 4.

Hasil Penelitian
Komponen Perpajakan dalam Harga Jual Eceran LPG 3 kg
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2007 Tentang Penyediaan,
Pendistribusian Dan Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram, dalam rangka untuk
menjamin penyediaan dan pengadaan Bahan Bakar di dalam negeri dan mengurangi subsidi Bahan Bakar
Minyak guna meringankan beban keuangan negara, perlu dilakukan substitusi penggunaan Minyak Tanah ke
Liquefied Petroleum Gas. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Presiden tentang
Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram.
Harga Jual eceran LPG 3kg berbeda untuk setiap daerah. Khusus untuk daerah Manado, Pemerintah
Daerah menetapkan harga jual terhadap agen dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3. Rincian Harga Penebusan Refill/isi LPG 3Kg Pertamina

Harga pokok Rp11.590,920


PPN 10% Rp1.159,092 a)

HARGA PER TABUNG Rp12.750,012


PPH 0,3% (dari harga pokok) Rp34,773 b)
HARGA PER TABUNG + PPH 0,3% Rp12.784,785

MARGIN AGEN (Rp400 x 3) Rp1.200 c)


HARGA TEBUS DI PERTAMINA
(Harga per tabung + PPh 0,3% - Margin agen) Rp11.584,785

Sumber : PT Berkat Jabes

46
a)
PPN masukan sebagai dasar perhitungan SPT Massa PPN dan untuk pengkreditan pajak. Besarnya 10% .
b)
PPh Pasal 22 yang dipungut merupakan PPh Final karena PT. Berkat Jabes merupakan penyalur/agen resmi
Pertamina. Tarif PPh 22 adalah sebesar 0,3% untuk produk gas LPG.
c)
Untuk pembelian produk LPG 3kg pemerintah menetapkan margin agen sebesar Rp1.200. Untuk ketentuan
margin agen telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 64/Pmk.02/2012
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/Pmk.02/2011 Tentang Tata Cara Penyediaan
Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, Dan Pertanggungjawaban Subsidi Liquefied Petroleum Gas (LPG)
Tabung 3 Kilogram. Dalam pencatatan akuntansi/penjurnalan atas penebusan/pembelian LPG 3kg PT. Berkat
Jabes mencatat Margin Agen (MA) sebagai pendapatan yang belum diterima perusahaan.

Analisis Perhitungan PPh Pasal 22 dan PPN atas Penebusan LPG 3kg pada PT. Berkat Jabes
Khusus untuk pembelian produk LPG 3kg dari PT Pertamina (Persero), PT. Berkat Jabes melakukan
pembayaran ke bank persepsi menggunakan formulir setoran pembayaran produk pertamina yang disetor terdiri
dari harga beli, PPN dan PPh Pasal 22. Kemudian formulir setoran tadi di bawa ke PT. Pertamina untuk
ditukarkan dengan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) yang diterbitkan oleh PT. Pertamina. Selanjutnya
SPPB tadi berfungsi sebagai surat perintah kepada depot tersebut untuk mengangkut dan mengirimkan produk
LPG 3kg yang dibeli.
Adapun Jurnal atas transaksi Penebusan produk LPG 3kg oleh PT. Berkat Jabes adalah sebagai berikut.
a. Pada saat Pembelian
Uang muka Pembelian xxx
Bank xxx
b.Pada saat Penerimaan Dokumen Pembelian
Pembelian xxx
PPN masukan xxx
Beban PPh pasal 22 xxx
Margin agen xxx
Kas xxx
Berikut penulis sajikan data untuk setiap transaksi penebusan/pembelian yang terjadi per bulan, mulai dari bulan
Mei-Desember tahun 2012.

Tabel 4. Rekapan jumlah PPh Pasal 22 dan PPN yang dibayar per bulan atas penebusan refill/isi LPG
3kg oleh PT. Berkat Jabes

PPH 22 PPN
NO BULAN HPP
(0,3%xHPP) (10%xHPP)

1 MEI Rp45.436.406 Rp136.311 Rp4.543.640

2 JUNI Rp45.436.406 Rp136.311 Rp4.543.640

3 JULI Rp97.363.728 Rp292.091 Rp9.736.372

4 AGUSTUS Rp71.400.067 Rp214.200 Rp7.140.067

5 SEPTEMBER Rp71.400.067 Rp214.200 Rp7.140.067

6 OKTOBER Rp73.254.614 Rp219.764 Rp7.325.461

7 NOVEMBER Rp82.063.713 Rp246.191 Rp8.206.371

8 DESEMBER Rp110.345.558 Rp331.037 Rp11.034.555

Sumber : Dikelola penulis berdasarkan data formulir setoran pembayaran atas pembelian LPG 3Kg oleh PT.
Berkat Jabes

47
Pembahasan
Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan
kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak dipersoalkan apakah badan tersebut mengalami kerugian
atau tidak memperoleh penghasilan sekalipun, tetap akan disebut sebagai Wajib Pajak (Christanty, Fita 2012).

Analisis Perhitungan dan Pelaporan PPN pada PT Berkat Jabes


(Mardiasmo, 2012 : 307) Undang-undang pajak PPN 1984 menganut metode kredit pajak (credit
method) serta metode faktur pajak (invoice method). Dalam metode ini PPN dikenakan atas penyerahan BKP
atau JKP oleh Pengusaha Kena Pajak. PPN dipungut secara bertingkat pada setiap jalur produksi dan distribusi.
Unsur pengenaan pajak berganda atau pengenaan pajak atas pajak dapat dihindari dengan diterapkannya
mekanisme pengkreditan pajak masukan (metode kredit pajak). Untuk melakukan pengkreditan pajak masukan,
sarana yang digunakan adalah faktur pajak (metode faktur pajak).
Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Bagi pembeli, PPN yang
dipungut oleh PKP penjual tersebut merupakan pembayaran pajak di muka dan disebut dengan Pajak
Masukan. Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.
2. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN. Bagi penjual, PPN
tersebut merupakan Pajak Keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat
faktur pajak.
3. Apabila dalam suatu masa pajak jumlah Pajak Keluaran lebih kecil daripada jumlah Pajak Masukan,
selisihnya dapat diretribusi (diminta kembali) atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.
4. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN).
Dalam setiap transaksi pembelian/penebusan produk LPG 3kg yang dilakukan PT Berkat Jabes akan dipungut
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN yang dipungut adalah sebesar 10% dari hasil penjualan. Bagi PT. Berkat
Jabes sebagai pembeli, PPN yang dipungut tersebut merupakan pembayaran pajak dimuka dan disebut dengan
PPN Masukan. PPN Masukan tertinggi atas transaksi penebusan/pembelian refill/isi LPG 3kg yang dilakukan
oleh PT Berkat Jabes terjadi pada bulan Desember 2012, dimana total pembelian tercatat sebesar
Rp110.345.558 sehingga PPN yang dipungut adalah sebesar
10% x Rp110.345.558 = Rp11.034.555
Dan yang terendah terjadi pada bulan Mei dan Juni 2012 dimana total pembelian hanya sebesar Rp45.436.406.
Sehingga PPN yang dipungut hanya sebesar
10% x Rp45.436.406 = Rp4.543.640.
Pelaporan harus dilakukan setiap bulan, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan
untuk setiap transaksi pembelian, PT Pertamina harus mengeluarkan faktur pajak PPN kepada PT Berkat Jabes.

Analisis Perhitungan dan Pelaporan PPh Pasal 22


Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangka Penyerahan Barang atau Penjualan Hasil Produksi Pertamina
berupa bahan bakar minyak, gas, dan pelumas dipungut/terutang pada saat penerbitan Surat Perintah
Pengeluaran Barang (Delivery Order). Pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan/penyerahan barang atau
penjualan hasil produksi Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis
premix, super TT dan gas dilaksanakan dengan cara penyetoran sendiri oleh agen/penyalur dalam hal ini PT.
Berkat Jabes sebagai wajib pajak ke bank persepsi.
Penyetoran oleh PT. Berkat Jabes dilakukan 1 hari sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang
(Delivery Order) ditebus. Penyetoran yang dilakukan oleh PT. Berkat Jabes sendiri sebagai agen/penyalur, tidak
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) tapi menggunakan Formulir Setoran Pembayaran Produk Pertamina.
Formulir Setoran Pembayaran Produk Pertamina tadi kemudian kita bawa ke PT Pertamina untuk
ditukarkan dengan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) yang diterbitkan oleh PT Pertamina. Selanjutnya
SPPB tadi berfungsi sebagai surat perintah untuk mengangkut dan mengirimkan produk LPG 3kg yang dibeli.
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penyerahan barang atau penjualan hasil produksi
Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan
gas dengan tarif PPh 22 final 0,3% dilaksanakan dengan cara penyetoran sendiri oleh Wajib Pajak ke bank
persepsi atau Kantor Pos dan Giro sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (delivery order) ditebus.
Penyetoran pajak dilakukan secara kolektif dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak. Pemungut pajak
harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

48
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT Berkat Jabes, yaitu formulir setoran pembelian produk LPG
3kg di bank persepsi pada bulan Mei-Desember 2012 dapat dilihat bahwa pembayaran PPh 22 yang tertinggi
terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar
Rp110.287.160 X 0,3% = Rp331.037

Sedangkan pembayaran PPh 22 yang terendah terjadi pada bulan Mei dan Juni 2012 adalah sebesar
Rp45.436.406 x 0,3% = Rp136.311
Karena bersifat Final, maka kewajiban Pajak untuk tahun 2012 dianggap lunas/ selesai, tetapi PT. Berkat Jabes
masih tetap mempunyai kewajiban melaporkan SPT PPh Badan dengan perhitungan pajak terhutang disesuaikan
dengan bukti pemotongan dari Pertamina dan sebagai pemungut Pertamina harus melaporkan SPT Masa PPh 22
ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir dan menerbitkan Bukti
Pemotongan PPh Pasal 22 3 rangkap.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab 4, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebagai berikut.
1. Mekanisme penghitungan dan penyetoran PPh 22 yang terutang PT. Berkat Jabes selama periode bulan Mei-
Desember tahun 2012 telah sesuai dengan ketentuan PMK No. 224 Tahun 2012. PT. Berkat Jabes membayar
PPh pasal 22 yang terutang pada saat penyetoran ke bank persepsi yaitu 1 hari sebelum Surat Perintah
Pengeluaran Barang (Delivery Order) ditebus.
2. Dalam hal pelaporan PPh Pasal 22, karena bersifat Final, maka kewajiban Pajak untuk tahun 2012 dianggap
lunas/ selesai, tetapi PT. Berkat Jabes masih tetap mempunyai kewajiban melaporkan PPh Pasal 22 dalam
SPT PPh Badan sesuai jumlah pajak yang dipungut oleh Pertamina yang disesuaikan dengan bukti pungut
yang ada.
3. Untuk perhitungan dan pembayaran PPN pun PT. Berkat Jabes telah membayar sesuai dengan jumlah pajak
yang terutang, yang dibayar pada saat penyetoran ke bank persepsi.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran-saran yang mungkin dapat membantu
PT Berkat Jabes dalam meningkatkan dan memperbaiki penerapan kewajiban perpajakannya yaitu sebagai
berikut.
1. Sebagai agen/penyalur LPG 3Kg PT. Berkat Jabes memiliki kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi,
berhubungan dengan penelitian ini dalam hal pelaporan atas pembayaran PPh Ps 22 dan PPN atas
penebusan LPG 3Kg, PT. Berkat Jabes sebaiknya melengkapi dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan kewajiban perpajakan tersebut dan melakukan pencatatan akuntansi sesuai dengan transaksi
penebusan/pembelian yang dilakukan perusahaan.
2. Perusahaan juga dapat mengikutsertakan karyawannya dalam pelatihan atau seminar perpajakan dan
akuntansi agar perusahaan dapat melakukan pencatatan akuntansi yang tepat dan lebih memahami prosedur
pelaporan pajak yang benar, mengingat adanya perubahan ketentuan dan peraturan perpajakan yang
berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Christanty, Fita 2012. Analisis Ekualisasi Pajak Penghasilan Pasal 22 Dan Pajak Pertambahan Nilai Di PT.
KAS.
Indriantoro, Supomo, 2012, Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama, BPFE
Yogyakarta, Yogyakarta.
Muljono, Djoko, 2007, PPH dan PPN untuk Berbagai Kegiatan Usaha, Andi, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2012, Perpajakan Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 224/PMK.011/2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/Pmk.03/2010 Tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan Di Bidang Impor Atau
Kegiatan Usaha Di Bidang Lain.

49
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 64/Pmk.02/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 218/Pmk.02/2011 Tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan,
Pembayaran, Dan Pertanggungjawaban Subsidi Liquefied Petroleum Gas (LPG) Tabung 3 Kilogram.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2007 Tentang Penyediaan, Pendistribusian Dan
Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram.
Rusdji, Muhamad 2007, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Gramedia, Jakarta.
Sugiyono 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D edisi 16, Alfabeta, Bandung.
Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga UU PPN 1984.

50
ANALISIS BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU
MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. MANGUNI PERKASA

Gabriel Michele Margaretha Raap


David P.E Saerang
Rudy J. Pusung

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : michelle_biie@yahoo.com

ABSTRAK

Keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan
operasi perusahaan. Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi manajer. Dalam menjalankan kegiatan
suatu perusahaan, maka seringkali manajemen dihadapkan pada beberapa pilihan atau alternatif dari aktivitas
yang dilakukan. Untuk memilih salah satu dari alternatif tersebut, maka pihak manajemen membutuhkan
informasi tentang biaya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan biaya harga
pokok produksi yang digunakan oleh perusahaan, serta menganalisis biaya relevan dalam kaitannya menerima
atau menolak pesanan khusus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa CV. Manguni Perkasa belum menerapkan metode analisis
biaya relevan dalam menghitung harga pokok produksi. Dengan harga pesanan khusus Rp 183.600.000
mungkin akan terlihat dapat merugikan perusahaan yang pada dasarnya menjual rumah panggung dengan harga
normal Rp 216.000.000, tetapi bila dianalisis kembali dengan menggunakan perhitungan metode biaya relevan
sebagai cara untuk menghitung biaya variabel secara terpisah dari harga pokok produksi dengan menggunakan
metode full costing, maka pesanan khusus rumah panggung dengan harga jual Rp 183.600.000 dapat diterima.
Karena harga jual pesanan khusus lebih besar daripada biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
memproduksi rumah panggung.
Kata Kunci: biaya relevan, biaya variabel, full costing

ABSTRACT

The success of an enterprise depends on the ability of corporate management in running the company.
Decision making is one of the functions of a manager. In carrying out the activities of a company, the
management is often faced with several options or alternatives of activities undertaken. To choose one of these
alternatives the management need information about costs. The purpose of this study was to determine the cost
of production cost calculations used by the company, as well as analyzes of relevant costs in relation to accept
or reject a special order. The method used in this research is descriptive method. Based on the results of the
study, showed that CV. Manguni Perkasa not applying relevant cost analysis method in calculating the cost of
production. With the price of Rp 183.6 million special orders may be seen to be detrimental to the company that
basically sells the house on stilts with the normal price of Rp 216 million, but when analyzed again using the
relevant cost calculation method as a way to calculate the variable costs separately from the cost of production
using the full costing method, the special orders stilt houses with a selling price of Rp 183.6 million is
acceptable. Due to special order the sale price is greater than the variable costs incurred by the company in
producing the stage.

Keywords: relevan cost, variable costing, full costing

51
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada prinsipnya suatu perusahaan yang didirikan oleh sekelompok orang yang dalam kegiatannya
menghasilkan barang dan jasa memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendapatkan laba yang maksimal dari
sejumlah dana yang telah digunakan sebagai modal utama berdirinya perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh
menjadi indikator keberhasilan bagi perusahaan yang orientasinya mencari laba. Agar diperoleh laba sesuai
yang dikehendaki, perusahaan perlu menyusun perencanaan yang baik. Hal tersebut ditentukan oleh kemampuan
dari pihak manajemen dalam memprediksi kondisi dari usaha-usaha yang akan dilakukan pada masa yang akan
datang yang penuh ketidakpastian, serta mengamati kemungkinan dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
laba untuk perusahaan tersebut.
Dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan, maka seringkali manajemen dihadapkan pada beberapa
pilihan atau alternatif dari aktivitas yang dilakukan. Dari setiap alternatif yang ada, maka manajemen harus
memilih salah satu alternatif yang dapat memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Untuk memilih
salah satu dari alternatif tersebut, maka pihak manajemen membutuhkan informasi tentang biaya.
Informasi tentang biaya yang relevan menjadi hal yang penting yang senantiasa diperlukan oleh perusahaan
dalam pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan pada hakikatnya merupakan pemilihan di
antara serangkaian alternatif tindakan.
Salah satu yang menjadi faktor utama dari kegagalan yang dialami oleh suatu perusahaan adalah kesalahan
dari pihak manajemen dalam mengambil keputusan. Setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen akan
menjadi tolak ukur keberhasilan dari suatu perusahaan di masa yang akan mendatang.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui perhitungan biaya harga pokok produksi yang digunakan oleh perusahaan.
b. Untuk menganalisis biaya relevan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan atas menerima atau
menolak pesanan khusus.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Akuntansi Manajemen


Wild and Shaw. 2010:4 , menyatakan “Managerial accounting is an activity that provides financial and
nonfinancial information to an organization’s managers and other internal decision makers”. Akuntansi
manajerial adalah kegiatan yang memberikan informasi keuangan dan non keuangan untuk manajer organisasi
dan pengambil keputusan internal lainnya.
Atkinson et al. 2012:2, menyatakan “Management accounting is the process of supplying the managers
and employees in an organization with relevant information, both financial and nonfinancial, for making
decision, allocating resources, and monitoring, evaluating, and rewarding performance”. Akuntansi
manajemen adalah proses memasok informasi yang relevan kepada manajer dan tenaga kerja, baik informasi
keuangan maupun non keuangan, untuk pengambilan keputusan, pengalokasian sumber daya, dan pemonitoran,
pengevaluasian, dan pemberian imbalan terhadap kinerja.
Garrison (et al. 2008:2), menyatakan “Managerial accounting is concerned with providing information
to managers-that is, people inside organization who direct and control its operation”. Akuntansi manajerial
berkaitan dengan pemberian informasi kepada manajer yaitu orang-orang dalam organisasi yang mengarahkan
dan mengendalikan operasi.

Perbedaan Antara Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen


Perbedaan antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan mencuat karena kedua tipe akuntansi ini
melayani pemakai informasi yang berlainan.
Simamora (2012:15) menyatakan hal-hal yang membedakan antara akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen.

52
a. Pemakai informasi
b. Frekuensi pelaporan
c. Skema klasifikasi
d. Orientasi waktu
e. Relevansi dan fleksibilitas data
f. Presisi informasi
g. Unit pelaporan
h. Sumber displin

Penentuan Harga Pokok Produk


Penentuan harga pokok produk yang konvensional adalah dengan membebankan semua unsur biaya
produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) baik yang bersifat tetap maupun
variabel kepada produk atau jasa. Metode tersebut dikenal dengan nama penentuan harga pokok penuh (full
costing), atau sering pula disebut dengan metode absorption costing atau conventional costing.
Penentuan harga pokok variabel (variable costing) merupakan metode penentuan harga pokok produk
yang membebankan unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja. Unsur biaya produksi bersifat tetap
diperlakukan bukan sebagai harga pokok produk melainkan sebagai unsur biaya periodik. Biaya periodik
merupakan biaya yang lebih erat hubungannya dengan periode akuntansi daripada dengan produk yang
dihasilkan dan umumnya biaya periodik bersifat tetap (Halim et al.2013:47).

Perbedaan Antara Metode Full Costing dan Variable Costing


Perbedaan antara metode full costing dan metode variable costing yang dikemukakan oleh (Halim et al.
2013:49) seperti diuraikan di bawah ini.
a. Berdasarkan perhitungan harga pokok produk tersebut di atas dapat dikatakan bahwa perbedaan antara
kedua metode tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya overhead pabrik yang bersifat tetap.
1) Menurut Metode Full Costing.
Biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok. Biaya overhead pabrik tetap belum diakui sebagai
biaya sampai saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, karena biaya overhead pabrik tetap masih
melekat pada persediaan produk atau jasa yang belum terjual.
2) Menurut Metode Variable Costing.
Biaya overhead pabrik diperlakukan sebagai biaya periodik. Variable costing memperlakukan biaya
overhead pabrik sebagai biaya periodik, sehingga langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
Dengan kata lain, pengertian biaya periodik berbeda menurut masing-masing metode tersebut.

b. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan di muka
dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa
pembebanan overhead pabrik berlebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan overhead pabrik
kurang (underapplied factory overhead).
1) Menurut Metode Full Costing.
Selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok produk yang belum
laku dijual (harga pokok persediaan).

c. Penyajian laporan rugi-laba, terutama dasar yang digunakan dalam klasifikasi biaya.
1) Menurut Metode Full Costing.
Pada laporan rugi-laba metode full costing, biaya dikelompokkan berdasarkan fungsi pokok yang ada
dalam perusahaan, yaitu fungsi produksi – fungsi pemasaran – fungsi administrasi dan umum. Pada
perhitungan rugi-laba pada metode full costing digunakan istilah laba kotor (gross profit).
2) Menurut Metode Variable Costing.
Pada laporan rugi-laba metode variable costing, biaya digolongkan berdasarkan perilakunya terhadap
perubahan volume atas kegiatan-kegiatan perusahaan. Pada perhitungan laporan rugi-laba metode variable
costing dipergunakan istilah margin kontribusi, yaitu kelebihan hasil penjualan dari biaya-biaya variabel
(Halim et al.2013:49).

Pengertian Biaya

53
Simamora (2012:40), menyatakan biaya adalah kas atau setara kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk
barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau di masa depan bagi
perusahaan.
Rayburn (1999:4), biaya adalah mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi. Untuk suatu produk, biaya menunjukkan ukuran moneter sumber daya yang digunakan, seperti
bahan, tenaga kerja dan overhead. Untuk suatu jasa, biaya merupakan pengorbanan moneter yang dilakukan
untuk menyediakan jasa.

Horngren, et al. (2008:31) bahwa: “Biaya merupakan sumber daya yang dikorbankan (sacrificed) atau
dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu.

Pola Perilaku Biaya


Sistem kalkulasi biaya (costing system) mencatat biaya sumber daya yang diperoleh seperti bahan, tenaga
kerja, dan peralatan, serta menelusuri bagaimana sumber daya tersebut digunakan untuk menghasilkan dan
menjual produk atau jasa. Dengan mencatat biaya sumber data yang diperoleh dan digunakan akan
memungkinkan manajer melihat bagaimana biaya berperilaku.
Sebagian besar keputusan yang diambil oleh manajemen memerlukan informasi biaya yang didasarkan
pada perilakunya. Besar-kecilnya biaya dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi atau volume
penjualan. Oleh sebab itu perlu diketahui penggolongan biaya atas dasar perilakunya. Perilaku biaya adalah pola
perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas perusahaan (Halim et
al.2013:21).

Pengertian Biaya Relevan


Manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan, koordinasi dan pengendalian akan selalu
dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif tindakan. Dari rangkaian alternatif tindakan yang ada, manajemen
harus mengambil keputusan alternatif tindakan yang mana yang akan dipilih. Ketepatan pilihan yang dilakukan
manajemen besar pengaruhnya dalam pencapaian tujuan perusahaan secara berhasil guna dan berdayaguna.
Keputusan berlandaskan pada prediksi perbedaan kinerja mendatang pada setiap alternatif. Pada saat
memilih di antara alternatif-alternatif yang berbeda, manajer sepatutnya hanya berkonsentrasi pada biaya dan
pendapatan yang berbeda di antara alternatif-alternatif keputusan. Biaya yang tetap sama, terlepas dari apa pun
alternatif yang dipilih, dianggap tidak relevan untuk pengambilan keputusan. Keputusan yang berbeda biasanya
memerlukan data yang berlainan pula.
Ambarriani (2000:92), menyatakan biaya relevan mempunyai dua sifat: (a) berbeda untuk setiap pilihan
keputusan, (b) akan terjadi pada saat yang akan datang.
Biaya relevan dipergunakan untuk pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan berbagai
alternatif tindakan bagi pihak manajemen. Biaya relevan adalah biaya masa depan yang diperkirakan dan
pendapatan yang relevan adalah pendapatan masa depan yang diharapkan, yang berbeda di antara alternatif
tindakan yang sedang dipertimbangkan oleh seorang manajer (Horngren, et al. 2008:446).
Halim et al.(2013: 107), dalam pengambilan keputusan taktis atau khusus, pihak manajemen harus
melewati beberapa proses untuk pengambilan keputusan.
a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
b. Mengidentifikasi alternatif solusi yang dianggap tidak layak.
c. Mengidentifikasi biaya dan manfaat yang terkait dengan masing-masing alternatif solusi yang layak.
Kelompokkan biaya dan manfaat dalam relevan dan tidak relevan, dan mengeluarkan yang tidak relevan
dari pertimbangan.
d. Jumlahkan biaya dan manfaat relevan untuk masing-masing alternatif.
e. Menilai faktor kualitatif.
f. Pilihlah alternatif dengan manfaat (secara keseluruhan) yang paling besar.

Aplikasi Biaya Relevan dalam Pengambilan Keputusan

Hansen dan Mowen (2009:76), aplikasi biaya relevan dalam pengambilan keputusan adalah:
1. Keputusan Membuat Atau Membeli
2. Biaya Kesempatan
3. Keputusan Meneruskan Atau Menghentikan
4. Keputusan Pesanan Khusus

54
5. Keputusan Menjual Atau Memproses Lebih Lanjut

Penelitian Terdahulu
Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Nama Metode
Judul Tujuan Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti/Tahun Penelitian
Andry (2011) Analisis Untuk mengetahui Deskriptif PT. Adinata Menganalisis Metode
Penerapan perhitungan biaya belum biaya relevan analisis yang
Biaya Relevan relevan yang melakukan dengan digunakan
Dalam dilakukan oleh analisis biaya kaitannya peneliti
Menerima perusahaan dalam relevan secara dalam sebelumnya
atau Menolak menerima atau tepat. pengambilan menggunakan
Pesanan menolak pesanan keputusan metode regresi
Khusus pada khusus. untuk kuadrat
PT. Adinata di menerima atau terkecil.
Makassar. menolak
pesanan
khusus
Geraldy (2012) Analisis Biaya Untuk mengetahui Deskriptif Metode biaya Untuk Metode
Relevan dampak yang relevan Menganalisis analisis yang
Dalam terjadi bila PT memegang biaya relevan digunakan
Pengambilan Catur Kreasi peranan penting dengan peneliti
Keputusan Aksara dalam kaitannya sebelumnya
Manajemen menggunakan mengambil dalam menggunakan
Berkaitan metode biaya keputusan pengambilan metode
Dengan relevan dalam menerima atau keputusan margin
Special Order pengambilan menolak untuk apakah kontribusi.
Pada PT Catur keputusan yang pesanan khusus. perusahaan
Kreasi Aksara berkaitan dengan Hanya biaya akan
pesanan khusus relevan yang menerima atau
dari pelanggan diperhitungkan menolak
(special order). dalam pesanan
penentuan harga khusus
pokok produksi.

55
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, metode penelitian ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat yang menjadi penelitian ini adalah CV. Manguni Perkasa yang berlokasi di Jl. Kakaskasen II No.
5. Kota Tomohon, Kecamatan Tomohon Utara.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Survey objek penelitian.
b. Mengumpulkan data-data dari perusahaan serta melakukan wawancara.
c. Membandingkan dan mengolah setiap informasi yang di dapatkan secara langsung dan data-data
pendukung dari setiap kegiatan/ aktivitas produksi CV. Manguni Perkasa
d. Mengolah data-data sesuai dengan dasar teori yang digunakan.

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif
dalam penelitan ini yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang bukan dalam bentuk angka, tetapi
dalam bentuk lisan maupun tulisan, seperti sejarah singkat perusahaan, prosedur-prosedur perusahaan dan
struktur organisasi perusahaan. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu data-data biaya harga jual,
jumlah produksi, dan pendapatan perusahaan.

Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam
penelitian ini yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pimpinan dan
karyawan perusahaan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh berupa formulir, dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas serta
literatur yang dibaca dan dijadikan acuan oleh penulis.

Teknik Pengumpulan Data


Proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung ke
obyek penelitian, tepatnya pada CV. Manguni Perkasa yang berada di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.
b. Interview, yaitu bentuk pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan wawancara atau tatap muka
secara langsung dengan pimpinan perusahaan dan staf personil yang ada kaitannya dengan masalah yang
akan dibahas.
c. Dokumentasi, yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan dokumen-dokumen perusahaan
yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.
d. Tinjauan kepustakaan, Yaitu bentuk pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari literatur-
literatur, karya-karya ilmiah serta bacaan-bacaan lain yang berkaitan dengan penulisan.

Metode Analisis Data


Metode analisis yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah metode deskriptif. Metode ini
membahas permasalahan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan dan melukiskan suatu data atau keadaan
sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada.

56
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sejarah Singkat Harian Tribun Manado


CV. Manguni Perkasa adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan yang ada di Sulawesi Utara,
khususnya di daerah Kota Tomohon. Produktivitas utama dari perusahaan ini adalah memproduksi rumah adat
minahasa dari Sulawesi Utara. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Kakaskasen Dua Lingkungan 5, Tomohon-
Sulawesi Utara. CV. Manguni Perkasa mulai terbentuk pada bulan Agustus tahun 1994 yang didirikan secara
perorangan oleh Bapak Bart Senduk yang dikelola secara langsung beserta dengan istrinya, Ibu Milly Mosal.

Visi dan Misi Harian CV. Manguni Perkasa


Visi
“Teknologi Rumah Kayu Minahasa di tengah zaman modernisasi”.

Misi
Memperkenalkan Rumah Kayu Tradisional Minahasa sebagai salah satu warisan Budaya Minahasa dengan
memanfaatkan teknologi inovatif.

Hasil Penelitian
Harga Pokok Produksi
CV. Manguni Perkasa menerapkan metode full costing dalam memperhitungkan harga pokok produksi
disaat perusahaan memproduksi rumah panggung.
Tabel 2 Biaya Bahan Baku

Biaya Bahan Baku Dalam Produksi Rumah Panggung


Pada CV. Manguni Perkasa Tahun 2012
Jenis Bahan Baku Yang Digunakan Untuk Jumlah
Memproduksi Rumah Panggung Ukuran 8x12
Kayu Rp 76.032.000
Semen Rp 300.000
Pasir Rp 1.000.000
Batu dasar Rp 200.000
Kerikil Rp 500.000
Tiang Rp 360.000
Papan mal Rp 200.000
Besi gelang Rp 60.000
TOTAL Rp 78.052.000
Sumber: CV. Manguni Perkasa (data diolah, 2013)

Tabel 3 Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik Dalam Produksi Rumah Panggung


Pada CV. Manguni Perkasa Tahun 2012
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya tenaga kerja langsung Rp 16.200.000
Minyak dan oli mesin Rp 3.240.000
Reparasi dan pemeliharaan mesin Rp 3.240.000
Biaya jasa mesin Rp 21.600.000
TOTAL Rp 44.280.000
Sumber: CV. Manguni Perkasa (data diolah, 2013)

Pembahasan

57
CV. Manguni Perkasa biasanya melakukan produksi normal dengan menghasilkan 10 rumah panggung
dengan ukuran 8x12. Namun terdapat pesanan dari klien khusus yang memesan 5 unit rumah ukuran 8 x 12
dengan harga jual yang lebih rendah, yaitu sebesar Rp 183.600.000. Apabila dilihat hanya berdasarkan pada
perhitungan harga pokok produksi full costing yang diterapkan oleh perusahaan, biaya produksi untuk satu unit
rumah yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 182.226.900, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan
tidak akan mendapatkan keuntungan yang maksimal apabila perusahaan menerima pesanan khusus tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana peranan biaya relevan dalam kaitannya dengan
pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus, dengan kriteria apabila harga jual pesanan
khusus lebih besar dari biaya variabel maka pesanan khusus tersebut dapat diterima, dan jika harga jual pesanan
khusus lebih kecil dari biaya variabel maka sebaiknya perusahaan menolak pesanan khusus tersebut.
Berikut ini akan disajikan analisis penerapan biaya relevan berdasarkan data yang diperoleh.

Tabel 4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV. Manguni Perkasa

Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV. Manguni Perkasa


Dalam Memproduksi Rumah Panggung
Menggunakan Metode Analisis Biaya Relevan (Relevan Cost)
Nama Biaya Real Cost Relevan Cost
Biaya bahan baku:
Kayu Rp 76.032.000 Rp 76.032.000
Semen Rp 292.500 Rp 292.500
Pasir Rp 240.000 Rp 240.000
Kerikil Rp 500.000 Rp 500.000
Batu dasar Rp 200.000 Rp 200.000
Tiang Rp 360.000 Rp 360.000
Papan mal Rp 200.000 Rp 200.000
Besi gelang Rp 60.000 Rp 60.000
Biaya tenaga kerja langsung:
Upah buruh Rp 16.200.000 Rp 5.670.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 9.000.000 Rp 3.150.000
Minyak Rp 4.860.000 Rp 4.860.000
Oli mesin Rp 4.860.000 -
Biaya listrik Rp 3.456.000 Rp 3.456.000
Biaya telepon Rp 864.000 -
Biaya jasa mesin Rp 21.600.000 -
Biaya asuransi Rp 2.160.000 -
Penyusutan gedung pabrik Rp 2.160.000 -
Penyusutan mesin dan peralatan Rp 1.080.000 -
Reparasi dan pemeliharaan mesin Rp 3.240.000 -
Harga pokok produksi: Rp 147.364.500 Rp 95.020.500
Biaya non-produksi
Biaya administrasi dan umum
Gaji karyawan adm. dan umum Rp 25.920.000 -
Penyusutan gedung kantor Rp 734.400 -
P.B.B Rp 432.000 -
Biaya pemasaran:
Gaji bagian pemasaran Rp 7.776.000 Rp 5.832.000

TOTAL HARGA POKOK Rp 182.226.900 Rp 100.852.500


PRODUKSI
Sumber: Olahan Data 2013

Di dalam metode analisis biaya relevan, ada beberapa akun-akun biaya yang tidak perlu dihitung lagi
misalnya biaya oli mesin, biaya telepon, biaya jasa mesin, biaya asuransi, penyusutan gedung pabrik, dan
penyusutan mesin dan peralatan. Karena di dalam perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh
perusahaan adalah metode full costing, dimana dalam perhitungan full costing tersebut masih ada terdapat biaya
tetap yang sebenarnya tidak akan mempengaruhi terhadap jumlah atau banyaknya produksi yang menjadi

58
kegiatan rutin dari perusahaan. Biaya tersebut tetap ada meskipun perusahaan tidak melakukan produksi. Maka,
biaya tetap tersebut tidak perlu diperhitungkan lagi.

Dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam memproduksi rumah panggung
ukuran 8x12 yaitu sebesar Rp 182.226.900 seperti yang dipaparkan dalam tabel 4 tidak akan memungkinkan
bilamana perusahaan akan menerima pesanan khusus dari konsumen yang memesan 5 unit rumah panggung
dengan harga yang lebih rendah sebesar Rp 183.600.000. Apabila dibandingkan dengan harga jual normal yang
telah ditetapkan oleh perusahaan sebesar Rp 216.000.000, maka secara logika perusahaan akan menolak
pesanan khusus tersebut karena perusahaan akan mengalami kerugian.

Namun jika dianalisis kembali dengan melihat perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode analisis biaya relevan (relevan cost) yang diterapkan dalam penelitian ini, ada beberapa akun-akun biaya
yang tidak perlu diperhitungkan kembali (dihilangkan) seperti biaya pemakaian oli pada mesin, biaya telepon,
biaya jasa mesin, biaya asuransi, penyusutan gedung pabrik, serta penyusutan mesin dan peralatan. Karena di
dalam perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh perusahaan adalah metode full costing, dimana
dalam perhitungan full costing tersebut masih ada terdapat biaya-biaya tetap yang sebenarnya tidak akan
mempengaruhi terhadap volume jumlah produksi perusahaan. Biaya tersebut tetap ada meskipun perusahaan
tidak melakukan produksi. Maka, biaya tetap tersebut tidak perlu diperhitungkan.

Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode biaya relevan (relevan cost) tersebut di atas, maka
perusahaan hanya akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.852.500 dalam memproduksi rumah panggung per
unit. Dengan nilai total harga pokok produksi berdasarkan analisis biaya relevan yang telah diterapkan dalam
penelitian ini, sebaiknya perusahaan menerima (mengerjakan) pesanan khusus yang diberikan oleh konsumen,
karena perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal bila menerima pesanan khusus tersebut.

Dengan meninjau kembali dari harga pesanan khusus yang ditawarkan oleh konsumen yaitu sebesar Rp
183.600.000, maka harga pesanan khusus tersebut ( Rp 183.600.000 ) jauh lebih besar daripada biaya variabel (
Rp 100.852.500 ) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam memproduksi rumah panggung. Dengan
perhitungan yang ada maka perusahaan memperoleh keuntungan sebesar Rp 81.374.400 untuk setiap penjualan
satu unit rumah panggung ukuran 8x12 yang dijual dengan harga pesanan khusus tersebut.

PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan mengenai analisis perhitungan biaya relevan dalam pengambilan
keputusan menerima atau menolak suatu pesanan khusus pada CV. Manguni Perkasa, maka dapat ditarik
kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dalam perhitungan harga pokok produksi untuk menghasilkan satu unit rumah panggung dengan ukuran
8x12 yang diterapkan oleh CV. Manguni Perkasa adalah metode perhitungan full costing. Di setiap kegiatan
produksi CV. Manguni Perkasa harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 182.226.900. Apabila perusahaan
menerapkan metode perhitungan yang baru dalam menghitung harga pokok produksi, yaitu analisis biaya
relevan maka perusahaan hanya akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 106.829.220 untuk memproduksi satu
unit rumah panggung dengan ukuran 8x12.
2. CV. Manguni Perkasa menetapkan harga jual satu unit rumah panggung ukuran 8x12 dengan harga Rp
216.000.000. Pada tahun 2012, CV. Manguni Perkasa menerima pesanan konsumen dengan harga khusus
yaitu Rp 183.600.000. Ditinjau dari harga pokok produksi dengan perhitungan metode full costing yang
digunakan oleh perusahaan, maka perusahaan tidak akan menerima pesanan dengan harga jual khusus
tersebut. Apabila perusahaan menerapkan analisis biaya relevan guna memperhitungkan harga pokok
produksi maka perusahaan dapat menerima pesanan tersebut. Dengan menggunakan analisis biaya relevan,
maka perusahaan tidak perlu menghitung kembali akun-akun biaya tetap yang sebenarnya akan selalu ada
meskipun perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi. Sehingga perusahaan dapat menerima
(mengerjakan) pesanan khusus tersebut, karena harga jual pesanan khusus lebih tinggi (Rp 183.600.000) bila
dibandingkan dengan harga pokok produksi (Rp 100.852.500) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

59
Saran
Untuk menentukan harga pokok produksi dalam kegiatan produktivitas perusahaan melakukan perhitungan
dengan metode full costing, tetapi perusahaan dapat memperhitungkan harga pokok produksi berkaitan
dengan pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak pesanan khusus dengan menggunakan analisis
biaya relevan.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, A, Atkinson., Robert, S, Kaplan., Matsumura, Ella, Mae., Young, Mark, S. 2012. Management
Accounting. 6th Edition. Pearson Education, Inc. New Jersey.

Ambarriani, Susty. 2000. Manajemen Biaya. Buku I. Salemba Empat. Jakarta.

Garrison, H, Ray., Noreen, W, Eric., Brewer, C, Peter. 2008. Manajerial Accounting. Twelfth Edition. McGraw-
Hill Irwin. New York.

Halim, Abdul., Supomo, Bambang., Kusufi, Muhammad. 2013. Akuntansi Manajemen (Akuntansi Manajerial).
Edisi Kedua. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Hansen, Mowen, 2009. Akuntansi Manajerial. Buku II. Edisi 8. Penerbit Salemba. Jakarta.

Horngren, Datar, M., Foster, George. 2008. Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Jilid 1. Edisi
Keduabelas. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Rayburn, L, Gayle. 1999. Akuntansi Biaya dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya Jilid 1. Edisi
Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi III. Star Gate Publisher. Duri, Riau.

Wild, John., Shaw, W. Ken. 2010 edition. Managerial Accounting.McGraw-Hill Irwin. New York. NY, 10020.

60
PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK DAN MANFAAT PAJAK RESTORAN TERHADAP
KESADARAN WAJIB PAJAK MEMBAYAR PAJAK
(Studi Kasus Pada Usaha Restoran Di Kota Tomohon)

Arian Sumando Butarbutar


Harijanto Sabijono
Heince R.N Wokas

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: ryankandox@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemahaman wajib pajak, dan manfaat pajak restoran
terhadap kesadaran wajib pajak membayar pajak. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang berasal dari wajib pajak restoran di Kota Tomohon. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda. Hasil analisis regresi menghasilkan persamaan r Y = 8.000 + 0,136X1 + 0,440X2 .Nilai R2
sebesar 0,303 menunjukan proporsi kontribusi pemahaman wajib pajak dan manfaat pajak restoran terhadap
kesadaran wajib pajak membayar pajak restoran di kota Tomohon sebesar 30.3%. Dan nilai koefisien korelsi (r)
sebesar 0,550. Uji hipotesis dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa pemahaman wajib pajak tidak
berpengaruh secara parsial terhadap kesadaran wajib pajak membayar pajak restoran di kota Tomohon sedangkan
manfaat pajak restoran berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak restoran di kota Tomohon.

Kata kunci: pemahaman wajib pajak, manfaat pajak restoran dan kesadaran membayar pajak

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of taxpayer understanding and awareness of tax benefits to the
restaurants taxpayer pays taxes . Sources of data used in this study is primary data derived from taxpayer
restaurant in Tomohon. The analytical method used is multiple regression analysis. The results of the regression
analysis resulted in the equation r Y = 8.000 + 0.136 X1 + 0.440 X2 . R2 value of 0.303 indicates the proportion
of the taxpayer contributes understanding and awareness of tax benefits to the restaurants taxpayer pays tax at a
restaurant in Tomohon 30.3 %. And korelsi coefficient ( r) of 0.550 . Hypothesis testing using t-test showed that
no taxpayer understanding partial effect on consciousness taxpayer pays tax while the restaurant in Tomohon
city restaurant tax benefits significantly influence the consciousness of the top tax payers in the city of Tomohon.

Keywords: understanding taxpayers, tax benefits awareness restaurants and paying taxes

61
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kesadaran dalam membayar pajak dari para wajib pajak bukan hanya sekedar sebagai wacana, tetapi lebih
dari itu, kita seharusnya juga memandang kesadaran dalam membayar pajak sebagai objek sorotan secara objektif
bahkan mendekati kebenaran dalam mensukseskan program yang dicanangkan oleh pemerintah karna selama ini
perekonomian dalam Negeri kita secara umum masi buruk. Harus kita akui juga bahwa ada beberapa sektor usaha
(terutama sektor swasta) masih menunjukan kinerja yang cukup bagus, sebagai salah satu contoh adalah usaha
restoran yang mulai meramaikan industri jasa maupun indrustri perdagangan. Suatu hal yang paling menentukan
dalam keberhasilan pemungutan pajak adalah kemauan wajib pajak terhadap kesadaran membayar pajak.

Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak di kota Tomohon karena kurangnya pengetahuan
dan tidak menyadari akan manfaat yang dirasakan dari pajak itu sendiri. Wajib pajak akan memahami perpajakan
dan akan timbul sikap optimis jika mereka memiliki pengetahuan dan menyadari akan manfaat yang dirasakan
dari perpajakan.

Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diatas, maka dapat dirumuskan masalah :
1. Apakah pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kesadaran membayar
pajak restoran?
2. Apakah manfaat yang dirasakan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak restoran

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian dan penulisan skripsi ini untuk mengetahui pengaruh
pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan, dan manfaat yang di rasakan wajib pajak terhadap
kesadaran membayar pajak restoran.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata satu (S1) pada fakultas
ekonomi Universitas Sam Ratulangi dan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan
mempraktekkannya sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Bagi pemerintah, untuk menjadikan sebagai bahan informasi pelengkap dan masukan sekaligus pertimbangan
bagi pihak–pihak yang berwenang yang berhubungan dengan penelitian ini dalam penelitian dua faktor yang
mempengaruhi wajib pajak restoran terhadap kesadaran membayar pajak.
3. Bagi pembaca, dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak, dan dapat menjadi
referensi dalam memahami akan dua faktor yang mempengaruhi wajib pajak restoran terhadap kesadaran
membayar pajak.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Akuntansi Pajak
American Accounting Association dalam Soemarso (2005: 3), mendefinisikan akuntansi sebagai proses
mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi kegiatan akuntansi dan kegunaan
akuntansi.
Horngren dalam Mardiasmo, (2011:4), akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis,
memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan.
Trisnawati (2007:5), akuntansi pajak adalah akuntansi yang diterapkan sesuai dengan peraturan
perpajakan. Akuntansi pajak merupakan bagian dari akuntansi komersial.

Konsep Pajak
Definisi dan Unsur Pajak
Pengertian yang ditulis dalam Muljono (2010), pajak merupakan suatu pengalihan sumber-sumber yang
wajib di lakukan dari sektor swasta kepada sektor pemerintah berdasarkan peraturan tanpa suatu imbalan kembali
dan langsung dan seimbang.

62
Menurut Brotodihardjo (2011:1), pengertian pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang di paksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutupi belanja
pemerintah, yang artinya pajak merupakan suatu pemungutan dari masyarakat yang berguna untuk kepentingan
negara.

Fungsi Pajak
Fungsi pajak yang ditulis dalam Soemitro (2010:1), fungsi pajak terdiri atas beberapa fungsi, yaitu:
fungsi anggaran (budgetir), fungsi mengatur (regulerend), fungsi stabilitas, dan fungsi redistribusi pendapatan.

Syarat Pemungutan Pajak


Syarat-syarat pemungutan pajak menurut Sumarsan, (2012:7) adalah Pemungutan pajak harus adil,
Pungutan pajak tidak menggangu perekonomian, Pemungutan pajak harus efisien dan Sistem pemungutan pajak
harus sederhana.

Pengelompokan Pajak
Mardiasmo (2011:5), pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Menurut golongannya yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.
2. Menurut sifatnya yaitu pajak subjektif dan pajak objektif.
3. Menurut lembaga pemungutannya yaitu pajak pusat dan pajak daerah.

Tata Cara Pemungutan Pajak


1. Stelsel Pajak menurut Sumarsan, (2012;13), cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel yaitu
Stelsel Nyata, Stelsel Anggapan, dan Stelsel Campuran.
2. Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi: Official Assesment System, Selft Assesment System, dan
Withholding System.
3. Asas pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2011:7), mengemukakan bahwa asas pemungutan pajak terbagi
menjadi tiga, yaitu: Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal), Asas Sumber, dan Asas Kebangsaan.

Kewajiban Perpajakan
Perwujudan dari pengabdian dan sarana peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional dengan
tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaannya dipercayakan sepenuhnya kepada anggota masyarakat.

Konsep Pajak Restoran


Sesuai dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2005, pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran dan yang di maksud dengan restoran adalah fasilitas penyediaan makanan dan minuman
yang di pungut bayaran, yang mencangkup juga rumah makan, kafetaria, bar, warung, kantin, dan sejenis lainnya
termasuk jasa boga/katering.

Dasar Hukum Pemungutan Pajak Restoran


Dasar hukum pemungutan pajak restoran pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagai berikut:
1. Peraturan pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah.
2. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang yang merupakan perubahan atas Undang –undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
3. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang pajak restoran sebagai aturan pelaksanaan peraturan
daerah tentang pajak restoran pada kabupaten/kota yang dimaksud.
4. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak restoran.

Objek Pajak Restoran


1. Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran.
2. Bukan objek pajak restoran dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 37 ayat 3 adalah pelayanan
yang disediakan oleh restoran yang nilai jualnya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan
peraturan daerah.

63
Subjek Pajak dan Wajib Pajak Restoran
Pada pajak restoran yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan
dan minuman dari restoran. Sementara itu yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha restoran yaitu orang
pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaanya melakukan usaha
dibidang rumah makan.

Dasar Pengenaan Pajak Restoran


Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Pembayaran
adalah jumlah uang yang harus dibayarkan oleh subjek pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah
uang yang dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas
pembelian makanan atau minuman.

Tarif Pajak Restoran


Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10 % dan ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan.

Faktor – Faktor Yang Melatarbelakangi


Faktor adalah hal (keadaan atau peristiwa) dan sebagainya yang mempengruhi terjadinya sesuatu
berdasarkan pengertiannya, keadaan atau peristiwa yang dapat melatarbelakangi terhadap kesadaran wajib pajak
restoran dalam membayar pajak adalah Pemahaman Wajib Pajak tentang Peraturan Perpajakan dan Manfaat Yang
Dirasakan Wajib Pajak.

Kesadaran Wajib Pajak


Kesadaran adalah tahu, mengerti, dan ingat kepada hal yang benar. Maka kesadaran wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak restoran adalah bagaimana wajib pajak menyadari akan membayar pajak.

Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak daerah terdapat dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan
undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan
pembiayaan pendapatan daerah.
Pajak Kabupaten/Kota Lainnya
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 memberikan peluang kepada daerah kabupaten/kota untuk
memungut jenis pajak daerah lain yang dipandang memenuhi syarat, selain 7 jenis pajak kabupaten/kota yang
telah ditetapkan. Penetapan jenis pajak lainnya harus benar-benar bersifat spesifik dan potensial di daerah.

Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian berdasarkan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Dwi (2010) dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilik usaha kecil
menengah dalam pelaporan kewajiban perpajakan di Daerah Yogyakarta. (studi kasus pada usaha coffeshop di
Daerah Jogjakarta)”. Bila dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, terdapat persamaan
dengan penelitian ini adalah persamaan variabel tetapi dalam penelitian ini penulis hanya mengambil 2 variabel
untuk diteliti yaitu pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan dan manfaat pajak yang dirasakan wajib
pajak terhadap pajak. Sedangkan perbedaannya yaitu hasil penelitian, lokasi dan objek penelitian, dimana Dwi
mengadakan penelitian di Daerah Yogyakarta, sedangkan penulis mengadakan penelitian di Kota Tomohon dan
objek penelitiannya pada usaha restoran.
William (2006), dengan judul “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak tentang Sanksi,
dan Pelayanan Pemerintah terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi empiris terhadap wajib pajak restoran di Kota
Surabaya Cabang Selatan)”. Dalam penelitian ini terdapat persamaan dari variable pajaknya dan metode analisis
yang di gunakannya, analisis regresi linear berganda. Sedangkan perbedaannya penulis hanya mengambil 2
variabel sedangkan William mengambil 3 variabel, dan lokasi penelitian, dimana Wiliam mengadakan penelitian
di Kota Surabaya Cabang Selatan, sedangkan penulis di Kota Tomohon.

64
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua variabel atau lebih.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kota Tomohon dengan objek penelitian Pengusaha Restoran di Kota
Tomohon. Tempat Penelitian adalah Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan (KP2KP)
Tomohon yang bertempat di Jl Raya Manado – Tomohon, Kakaskasen III. Periode waktu penelitian dimulai dari
akhir bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2013.

Prosedur Penelitian
Penulis melakukan kajian awal dengan melakukan studi literatur baik studi kepustakaan maupun
membaca melalui internet. Kemudian melakukan pengidentifikasian tentang masalah, merumuskannya,
menetapkan tujuan atau manfaat penelitian, kemudian membatasi masalah ke lingkup yang disesuaikan dengan
penelitian saat ini. Perancangan dan persiapan survai pada objek penelitian yang telah ditentukan, kemudian
pengumpulan data baik primer melalui kuisioner kepada wajib pajak badan/pengusaha di kota Tomohon yang
terdaftar di KP2KP Tomohon maupun data sekunder. Melakukan pengolahan data, membahasnya kemudian
menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran guna melengkapi penelitian.

Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perancangan dan Persiapan Survai
2. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder
3. Pengolahan Data
4. Hasil dan Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran

Jenis Data dan Sumber Data


Data adalah keterangan-keterangan mengenai sesuatu yang diperoleh dalam satu penelitian untuk
menjelaskan, menerangkan, dan memecahkan masalah-masalah sesuai dengan konteks judul yang diambil dengan
maksud tujuan tersebut.
Jenis data menurut Kuncoro (2011), terbagi atas 2 bagian yaitu :
1. Data kualitatif, adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik.
2. Data Kuantitatif, adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka).
Sumber data Menurut Kuncoro (2011), terbagi atas 2 bagian yaitu :
1. Data Primer adalah data yang di peroleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data original.
2. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data yang di publikasikan kepada
masyarakat pengguna data.

Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
judul, Memperoleh gambaran umum dari objek penelitian, Mengolah data yang diperoleh, Menarik kesimpulan
dan memberikan saran.

Populasi dan Sampel


Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau
kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi dari penelitian ini
adalah wajib pajak restoran yang terdaftar di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tomohon yang masih aktif
menjalankan usahanya sampai pada akhir tahun 2012. Wajib pajak restoran yang terdaftar di Kota Tomohon yang
aktif sampai dengan akhir tahun 2012 mencapai 98 restoran, dan yang menjadi sampel adalah sebagai yang
mewakili populasi yaitu 50 responden.

65
Metode Analisis Data
Uji Validitas dan Realibilitas
Validitas kriteria diukur dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing butir dengan skor
total mengunakan teknik korelasi pearson. Bilamana koefisien korelasi politif dan ≥ 0,3 maka indikator yang
bersangkutan dianggap valid. Kriteria pengujian validiitas yang digunakan atau batas-batas minimum suatu
instrument/angket bahan tes untuk dinyatakan valid atau dianggap memenuhi syarat (Solimun 2008).Salah satu
pengukuran reliabilitas adalah menggunakan koefisien cronbach alpha, di mana jika nilai Alpha > 0,6
menunjukan instrument tersebut reliabel (Solimun 2008).

Uji Asumsi Klasik


Asumsi klasik yang digunakan adalah asumsi klasik heteroskedastisitas, multikolinearitas dan auto
korelasi. Dalam literature ekonometrika dikemukakan berapa asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh suatu model
regresi agar model regresi tersebut dapat dipakai.asumsi klasik tersebut adalah bebas heteroskedastisitas, tidak
ada multikolinearitas dan bebas autokorelasi.

1. Asumsi Klasik Normalitas


2. Asumsi Klasik Multikolinearitas
3. Asumsi Klasik Autokorelasi

Analisis Regresi Linear berganda


Analisis regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya)
variabel dependen bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaik-turunkan
nilainya). Pengujian hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear berganda.
Model analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Y = a + β1X1 + β2X2 + ε

Pengujian Hipotesis
Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka digunakan statistik uji F dan uji t sebagai
berikut :

1. Uji simultan (Uji F) dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel dependen.
2. Uji parsial (Uji t) dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen secara individual (parsial)
terhadap variabel dependen.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Untuk memberikan pemahaman yang lebih spesifik terhadap variabel penelitian ini maka variabel –
variabel tersebut didefinisikan secara operasional yaitu kesadaran wajib pajak restoran (Y), pemahaman wajib
pajak restoran tentang peraturan perpajakan (X1), dan manfaat yang dirasakan wajib pajak restoran (X2).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sejarah Kota Tomohon
Tomohon sejak dahulu telah dituliskan dalam beberapa catatan sejarah. Salah satunya terdapat dalam
karya etnografis Pendeta N. Graafland yang ketika pada tanggal 14 Januari 1864 di atas kapal Queen Elisabeth, ia
menuliskan tentang suatu negeri yang bernama Tomohon yang dikunjunginya pada sekitar tahun 1850. Menurut
beberapa sumber, Tomohon asal kata (Tou mu'ung) dalam bahasa tombulu. Dikatakan bahwa Tomohon adalah
salah satu daerah yang termasuk dalam etnis tombulu, ialah salah satu dari delapan etnis asli minahasa.
Perkembangan peradaban dan dinamika penyelenggaraan pembangunan dan kemasyarakatan dari tahun ke tahun
menjadikan Tomohon sebagai salah satu ibukota kecamatan di Kabupaten Minahasa.
Kota Tomohon diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno atas nama Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 4 Agustus 2003 dan saat ini Kota Tomohon terbagi menjadi 5 kecamatan, yaitu:
1. Tomohon Utara
2. Tomohon Tengah
3. Tomohon Timur
4. Tomohon Barat
5. Tomohon Selatan

66
Gambaran Umum Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak restoran yang terdaftar di di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Tomohon yang masih aktif menjalankan usahanya sampai pada akhir tahun 2012. Adapun jumlah
responden yang di tentukan sebagai sampel adalah sebanyak 50 responden, dengan teknik pengambilan sampel
memilih anggota populasi yang paling mudah diakses untuk memperoleh informasi.

Uji Validitas dan Reliabilitas


Perhitungan uji validitas instrumen menggunakan analisis korelasi pearson dengan bantuan komputer
program SPSS. Keputusan mengenai butir item yang dinyatakan valid dengan nilai r hitung dengan nilai r hitung
> 0.3 maka butir item dinyatakan valid. Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor
masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan jika
koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar dari 0,3 maka pertanyaan tersebut valid. Berdasarkan hasil uji
validitas dari ketiga variabel bahwa dari seluruh butir semuanya valid, karena nilai r hitung (korelasi) lebih besar
dari 0,3.
Uji reliabilitas instrument bertujuan untuk mengetahui besarnya indeks instrument dari variabel. Setelah
dilakukan uji validitas dan diperoleh butir pernyataan yang valid, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan rumus Cronbach Alpha. Keputusan untuk mengetahui bahwa pertanyaan adalah reliabel jika nilai r
Alpha > 0,6. Dari hasil uji reliabilitas instrument menunjukkan bahwa ketiga variabel yaitu pemahaman wajib
pajak, manfaat pajak restoran dan kesadaran mambayar pajak adalah reliabel karena nilai r Alpha > 0,6.

Uji Asumsi Klasik


Dari uji asumsi klasik yang dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS dapat disimpulkan model
regresi memenuhi asumsi normalitas dan tidak adanya masalah heteroskedastisitas, dalam penelitian ini juga
bebas dari problem autokorelasi atau kesalahan pengganggu sebab DW terletak diantara -2 sampai +2 yang
berarti bebas dari autokorelasi. Tidak adanya multikolinieritas variabel bebas dalam persamaan regresi.

Analisis Regresi Linear Berganda


Persamaan regresi linear berganda dalam olahan data dengan menggunakan bantuan SPSS untuk
menjelaskan pengaruh pemahaman wajib pajak restoran tentang pajak, dan manfaat yang di rasakan wajib pajak
restoran terhadap kesadaran membayar pajak di Kota Tomohon adalah Y = 8.000+ 0,136X1 + 0,440X2

Pembahasan
Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Membayar Pajak Restoran (X1)
Uji hipotesis dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak restoran di kota Tomohon, karena wajib pajak kurang memahami
tentang perpajakan, sehingga pemerintah kota Tomohon perlu melakukan penyuluhan atau sosialisasi, serta
pelatihan mengenai tata cara perpajakan sehingga mempengaruhi mereka dalam membayar pajak. Tingkat
pemahaman wajib pajak ini dapat ditingkatkan dengan bimbingan oleh fiskus saat melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku tidak
berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak, dimana pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku sangatlah penting untuk dapat melaksanakan dan memenuhi kewajibannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga kesadaran wajib pajak dapat ditingkatkan (Gunadi, 2006).

Pengaruh Manfaat Pajak Restoran Terhadap Kesadaran Membayar Pajak Restoran (X2)
Uji hipotesis dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa manfaat pajak restoran berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak di kota Tomohon, karena wajib pajak sudah merasakan secara tidak
langsung bentuk-bentuk kontraprestasi dari pemerintah. Seperti melihat banyak dibangunnya fasilitas umum dan
prasarana yang dibiyai dari APBN atau APBD. Merasakan keamanan dan stabilitas negara karena aparatur negara
maupun prasarana dan sarana pertahan dan keamanan negara telah dibiayai dengan pajak. Manfaat yang
dirasakan wajib pajak adalah guna atau faedah atau baik dan buruknya pajak yang dapat diterima atau dirasakan
oleh wajib pajak. Wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung dengan apa yang telah dibayarkannya
pada pemerintah. Pemerintah tidak memberikan nilai atau penghargaan atau keuntungan kepada wajib pajak
secara langsung. Apa yang telah dibayarkan oleh wajib pajak kepada pemerintah digunakan untuk keperluan
umum pemerintah

67
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang disimpulkan oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran membayar
pajak restoran di kota Tomohon.
2. Manfaat yang dirasakan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak restoran di kota
Tomohon.
3. Secara bersama – sama pemahaman wajib pajak dan manfaat yang dirasakan pajak berpengaruh signifikan
terhadap kesadaran wajib pajak restoran di kota Tomohon.

Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa manfaat yang dirasakan wajib pajak berpengaruh terhadap
kesadaran membayar pajak restoran di kota Tomohon sehingga sangat perlu untuk meningkatkan himbauan
dan pengawasan terhadap wajib pajak restoran yang baru terdaftar agar lebih sadar dan patuh akan kewajiban
dan lebih transparan dalam melakukan kewajiban perpajakan.
2. Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak restoran, maka pemerintah khususnya pemerintah Kota
Tomohon perlu memberikan motivasi kepada wajib pajak restoran untuk membayar pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani. 2010, Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.


Brotodiharjo. 2011. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Rafika Aditama, Bandung
Boediono. 2010. Perpajakan Indonesia. Diadit Media. Jakarta.
Bohari. H. 2010. Pengantar Hukum Pajak. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Devano. Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2008, Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu, Kenana. Jakarta.
Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Tomohon. 2008. Peraturan Daerah Kota Tomohon No.16 Tahun
2005 Tentang Pajak Restoran. Tomohon.
Gunadi. 2006. Kebijakan Pemeriksaan Pajak Pasca Berlakunya Undang-Undang Perpajakan Baru. Berita Pajak.
www.google.co.id.
Harahap. Abdul Asri. 2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia. Integrita Dinamika Press: Jakarta.
Kuncoro Mudrajat. 2011. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. CV. Andi Offset. Yogyakarta.
Muljono. 2010. Panduan Brevet Pajak. CV. Andi Offset. Yogyakarta.
Prasetyo Fery Dwi. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilik Usaha Kecil Menegah dalam
Pelaporan Kewajiban Perpajakan di Daerah Jogjakarta (studi kasus pada usaha coffeshop di Daerah
Jogjakarta). Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol. 4 No. 4. November. 2010.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Jakarta.
Rochmat Soemitro. 2010. Dasar-Dasar Hukum Pajak Pendapatan. Penerbit PT. Eresco. Bandung.
Siahaan Marihot. 2008 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Cetakan Pertama. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Soemarso. 2008. Akuntansi Suatu Pengantar. Salemba Empat. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit AlfaBeta. Bandung.
Sumarsan. Thomas. 2012. Perpajakan Indonesia. PT. Index. Jakarta
Trisnawati. 2009. Akuntansi Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta.
William Melandri. 2006. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi dan
Pelayanan Pemerintah Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Restoran
di Kota Surabaya Cabang Selatan). Skripsi Pada FE UPN Jawa Timur.

68
EVALUASI PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PPH 22 ATAS PENEBUSAN
BAHAN BAKAR MINYAK DI PT.PERTAMINA MANADO

Emerald Brilliant Kussoy


David Paul Elia Saerang
Winston Pontoh

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: brilliantkussoy@yahoo.com

ABSTRAK

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan
negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Salah satu penyumbang pendapatan negara terbesar adalah
pajak dari industri minyak dan gas. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu jenis bahan
bakar yang dihasilkan dari pengilangan minyak mentah. Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam
pengilangan terlebih dahulu untuk menghasilkan produk-produk minyak,yang termasuk di dalamnya
adalah BBM. Terkait dengan aturan perpajakan, BBM merupakan objek pajak yang dikenakan PPh
pasal 22 yang dipungut oleh Pertamina dan badan usaha lain selain pertamina yang bergerak dalam
bidang BBM atas penjualan produk BBM. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi perhitungan dan pelaporan pajak pph 22 atas penebusan bahan bakar minyak apakah
sesuai dengan PMK 154/03/2010. Metode analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif. Hasil
temuan penelitian ini adalah perhitungan yang dilakukan oleh PT. Pertamina atas penjualan hasil
produksi atau penyerahan barang bahan bakar minyak, gas, dan pelumas telah dilakukan dengan baik
atau sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku sebesar 0,30% dari harga penjualan dalam hal ini
SPBU Sindulang sebagai SPBU Swasta, dalam pelaporan PPh Pasal 22 pun PT. Pertamina
sepenuhnya sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, yaitu pelaporannya paling
lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Kata Kunci : perhitungan, pelaporan,pajak penghasilan pasal 22,bbm

ABSTRACT

Taxes are the main source of state revenue . Without taxes , the majority of state activities is
difficult to be implemented . One of the biggest contributor to state revenue is taxes from the oil and
gas industry . Fuel ( BBM ) is one type of fuel produced from refining crude oil . Crude oil from the
earth refinery processed in advance to produce oil products , which including the fuel . Associated
with the tax code , the fuel tax is the object of section 22 is subject to income tax levied by Pertamina
and entities other than Pertamina engaged in the sale of fuel over petroleum products . The purpose of
this study is to evaluate the tax calculation and reporting of the top 22 pph fuel redemption is in
accordance with the PMK 154/03/2010 . The analytical method used is descriptive analysis . The
findings of this study is the calculation done by PT . Pertamina on the sale of products or the goods
are delivered fuel oil , gas , and lubricants have done well or in accordance with the provisions of
applicable tax of 0.30 % of the sales price in the gas station filling station Sindulang as Private , in
income tax article 22 reporting PT. Pertamina already fully in accordance with the tax regulations
,reporting not later than 20 days after the tax period ends.

Keyword : calculation, reporting,income tax article 22, fuel

69
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pajak adalah salah satu penerimaan Negara yang berpotensi besar dalam membiayai
pengeluaran serta biaya negara yang dibebankan kepada masyarakat. Salah satu pajak yang di
bebankan oleh pemerintah kepada masyarakatnya adalah Pajak Penghasilan (PPh). Pajak penghasilan
(PPh) adalah pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang
pribadi atau badan atas penerimaan yang berupa gaji/upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lainnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan
negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Di samping fungsi penerimaan, pajak juga melaksanakan
fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih
tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib
Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat yang
mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan
ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal
Salah satu penyumbang pendapatan negara terbesar adalah pajak dari industri minyak dan
gas. Selain itu, Indonesia merupakan pioneer dalam pengembangan industri migas di dunia melalui
sistem kontrak yang disebut Production Sharing Contract (PSC). Dua komponen utama penerimaan
migas berasal dari penerimaan bagi hasil migas dan penerimaan pajak penghasilan (PPh) migas atau
pajak migas.
PPh Pasal 22 Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah pajak penghasilan yang dikenakan pada saat
penebusan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas oleh agen/penyalur atau selain penyalur/agen oleh
Pertamina dan badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix,
super TT, minyak tanah, gas LPG dan pelumas.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi perhitungan dan pelaporan pajak pph 22 atas
penebusan bahan bakar minyak di PT. Pertamina Manado apakah sesuai dengan PMK 154/03/2010.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Perpajakan


Sumarsan (2012: 3) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Adriani (Pudyatmoko, 2009 : 3) Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan perundang-undangan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan

Pajak Penghasilan
. Menurut Pasal 4 Ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan, penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai unuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun (Mardiasmo, 2011
: 29).

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak (Waluyo, 2011 : 36).

70
Pajak Penghasilan Pasal 22

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 merupakan pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun
berjalan yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah, instansi atau
lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, atau badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan
dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan di bidan lain.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 termasuk ke dalam salah satu jenis pungutan atas Penjualan
hasil produksi yang dilakukan Pertamina dan badan usaha selain Pertamina ynag bergerak di bidang
bahan bakar minyak jenis premix dan gas.

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22

Besarnya Pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh Pertamina
serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT
dan gas berdasarkan PMK-154/PMK.03/2010 (Waluyo, 2010 : 143) adalah sebagai berikut :

1. Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh SPBU swastanisasi adalah 0,3% dari
penjualan. PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan

2. Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh SPBU Pertamina adalah 0,25% dari
penjualan. PPh Pasal 22 = 0,25% x Penjualan

3. Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, dan pelumas adalah 0,3% dari penjualan.

PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan

Tabel 1. Pungutan Pajak Penghasilan 22 atas penjualan hasil produk oleh Pertamina

Jenis Usaha Tarif


Premium
SPBU Swasta 0,30% dari penjualan
SPBU Pertamina 0,25% dari penjualan
Solar
SPBU Swasta 0,30% dari penjualan
SPBU Pertamina 0,25% dari penjualan
Premix
SPBU Swasta 0,30% dari penjualan
SPBU Pertamina 0,25% dari penjualan
Minyak Tanah 0,30% dari penjualan
Gas LPG 0,30% dari penjualan
Pelumas 0,30% dari penjualan

Sumber : PMK Nomor 154/PMK.03/2010

Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22

Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penyerahan barang atau penjualan hasil produksi
Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix, super
TT dan gas dilaksanakan dengan cara penyetoran sendiri oleh Wajib Pajak ke bank persepsi atau
Kantor Pos dan Giro sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (delivery order) ditebus. Penyetoran
pajak dilakukan secara kolektif dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak. Setelah kita
menyetorkan ke bank persepsi, SSP tadi kemudian kita bawa ke PT Pertamina untuk ditukarkan
dengan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) yang diterbitkan oleh PT Pertamina. Selanjutnya

71
SPPB tadi berfungsi sebagai surat perintah kepada depot tersebut untuk mengangkut dan
mengirimkan BBM yang kita beli. Jika pembeli bukan berstatus sebagai agen/penyalur BBM, BBG
maupun pelumas, PPh Pasal 22 itu bisa dikreditkan di SPT Tahunan PPh.

Sementara jika pembeli berstatus sebagai agen/penyalur BBM, BBG maupun pelumas,
misalnya SPBU, maka PPh Pasal 22 tadi bersifat final dan tidak boleh dikreditkan di SPT Tahunan
PPh (Rosdiana, Irianto, 2011 :153)

Pemungut pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lambat 20 (dua puluh)
hari setelah Masa Pajak berakhir. Besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut terhadap Wajib Pajak yang
tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukan Nomor Pokok Wajib Pajak. Kepemilikan
Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dibuktikan oleh Wajib Pajak, antara lain, dengan cara menunjukan
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak

Penelitian Terdahulu

Tabel 2. Matriks Perbandingan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu


Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti/tahu Penelitian Penelitian
n
Ahmad Tinjauan Atas Untuk Kuantitatif PT.TMC Meneliti Objek penelitian.
Fauzan Perhitungan mengetahui Deskriptif melaksanakan perhitungan Penelitian hanya
(2009) Dan prosedur kegiatan impor dan pelaporan dilakukan untuk
Penyetoran perhitungan dan melakukan PPh Pasal 22 perhitungan dan
Bea Masuk, dan penyetoran atas impor pelaporan PPh 22
Pajak penyetoran pajak dalam barang.
Pertambahan Bea Masuk, rangka impor
nilai, Dan Pajak dengan baik
Pajak Pertambahan karena selalu
Penghasilan Nilai, dan mengacu
pasal 22 Pajak kepada
Dalam Penghasilan tata cara
Rangka Impor Pasal 22 prosedur impor .
Obat Hewan dalam rangka
Oleh Pt. impor di PT.
Tekad TMC
Mandiri Citra
Putri Pengenaan Untuk Kuantitatif Pengenaan Meneliti Objek dan waktu
Dewi Sartika Pajak Atas mengetahui Deskriptif pajak atas perhitungan Penelitian sehingga
(2011) Pembelian cara pembelian PPh pasal 22 hasil penelitiannya
Bahan Bakar perhitungan bahan bakar berbeda.
Minyak perpajakan minyak (BBM)
(BBM) atas transaksi Industri oleh
Industri dan pembelian PT.XYZ
Jasa BBM Industri meliputi
transportir Pengenaan PPn,
Bahan Bakar PPh 22, dan
Minyak PBBKB.
(BBM)
Industri Pada
PT.XYZ

72
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap
masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi ( Indriantoro dan Supomo, 2012: 26)

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat Penelitian adalah PT. PERTAMINA Manado. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan oktober sampai november.

Prosedur Penelitian
1. Mengajukan Permohonan Penelitian: Memasukan surat permohonan penelitian dengan
persetujuan dari Fakultas Ekonomi untuk melakukan penelitian pada objek atau instansi yang
dipakai dalam penyusunan skripsi.
2. Disposisi Pimpinan Instansi: Setelah pemasukan surat permohonan penelitian, Bidang Umum
dan Kerjasama, menindak lanjuti pembuatan surat perintah yang menjelaskan tentang izin
penelitian pada instansi tersebut dengan persetujuan pimpinan instansi.
3. Pengumpulan Data: Dalam tahap ini peneliti melaksanakan proses pengumpulan data yang akan
dipakai dalam penelitian dan penyusunan skripsi, yaitu melaksanakan wawancara dengan
beberapa pimpinan PT Pertamina, pengumpulan data mengenai Harga pokok Penjualan Bahan
Bakar Minyak, Pengenaan pajak atas penebusan BBM oleh SPBU,Formulir Setoran Pembayaran
Produk Pertamina, Bukti Pungutan PPh Pasal 22 dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal
22.
4. Analisis Data Penelitian dan Pembahasan: Dalam tahap ini dilakukan analisis data yang telah
dikumpulkan dan melakukan pembahasan tentang rumusan masalah dalam penelitian dan
menentukan hasil penelitian.
5. Menarik Kesimpulan: Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan
sebagai akhir dari penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
Data adalah sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung atau
survei (Indriantoro dan Supomo, 2012: 10). Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu:
a. Data Kuantitatif
adalah data penelitian berupa angka-angka atau numerik dan analisis menggunakan statistik.
b. Data Kualitatif
adalah data yang disajikan secara deskriptif dan tidak dapat diukur dengan skala numerik.

Sumber Data
1. Data Primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
atau tidak melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2012: 146).
2. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro dan Supomo,
2012: 147).

Teknik Pengumpulan Data


1. Penelitian Lapangan (field research), merupakan kegiatan kunjungan serta kegiatan
pengumpulan data ditempat atau objek yang memiliki sumber data yang sesuai dengan
penelitian, dan data diperoleh melalui cara:
a. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan kegiatan komunikasi
langsung dengan pihak-pihak instansi yang terkait, dan membahas masalah-masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini.
b. Dokumenter, merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan arsip atau dokumen-
dokumen yang bersifat tulisan dari instansi yang bersangkutan.

73
2. Penelitian Kepustakaan (library Research), merupakan cara pengumpulan yang dilakukan
dengan mengumpulkan data dari teori-teori yang diperoleh dan dipelajari dari buku-buku,
literatur, jurnal, serta bahan-bahan informasi lainnya yang berhungan dengan masalah yang
diteliti untuk digunakan sebagai landasan pemikiran teoritis bagi penulis didalam membahas
penelitian ini.

Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu analisis deskriptif yaitu metode dengan
mengumpulkan data,menyusun selanjutnya menginterpretasikan dan dianalisis dengan mengolah
kembali data yang diperoleh sehingga memberikan keterangan yang lengkap dalam pemecahan
masalah (Sekaran dan Uma, 2006 : 17)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian


Provinsi Sulawesi Utara terletak di ujung utara pulau Sulawesi Indonesia, dengan ibukotanya
adalah kota Manado. Provinsi Sulawesi Utara dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun
1964 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 September 1964. Dengan visinya
yaitu, “ Menuju Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing dan Sejahtera”.
PERTAMINA adalah Perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Republik
Indonesia (state-owned oil company) yang dibentuk pada tanggal 10 Desember 1957 dengan nama
PT. PERTAMINA. Pada tahun 1961, perusahaan ini bergani nama menjadi PN PERMINA, dan
setelah bergabung dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN
PERTAMINA. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.8 1971, nama perusahaan menjadi
PERTAMINA. Nama Perusahaan ini tetap digunakan pada waktu PERTAMINA berubah status
hukumnya menjadi Perseroan Terbatas pada tanggal 17 September 2003, menjadi PT PERTAMINA
(PERSERO).
Lingkup usaha PT. PERTAMINA terdiri atas sektor bisnis energi di hulu dan sektor hilir. Sektor
bisnis energi hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi yang dilakukan baik
di dalam negeri maupun di luar negeri. Bisnis di sektor hilir meliputi kegiatan pengolahan minyak
mentah (refinery), pemasaran dan niaga produk-produk hasil minyak dan petrokimia, dan bisnis
perkapalan terkait pendistribusian produk-produk Perusahaan. Produk-produk yang dihasilkan oleh
Perusahaan meliputi Bahan Bakar Minyak (BBM), Non BBM, LPG, LNG, Petrokima, dan Pelumas (
Lube Base Oil).

Hasil Penelitian
Tata Cara Pemungutan PPh Pasal 22 PT. Pertamina (Persero)
Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangka Penyerahan Barang atau Penjualan Hasil Produksi
Pertamina berupa bahan bakar minyak, gas, dan pelumas dipungut/terutang pada saat penerbitan Surat
Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order). Pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan/penyerahan
barang atau penjualan hasil produksi Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak di bidang
bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas dilaksanakan dengan cara penyetoran sendiri oleh
agen/penyalur dalam hal ini SPBU Sindulang sebagai wajib pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos
dan Giro.
Penyetoran oleh SPBU dilakukan 1 hari sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery
Order) ditebus. Penyetoran yang dilakukan oleh agen/penyalur dalam hal ini SPBU Sindulang, tidak
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) tapi menggunakan Formulir Setoran Pembayaran Produk
Pertamina
Formulir Setoran Pembayaran Produk Pertamina tadi kemudian kita bawa ke PT Pertamina untuk
ditukarkan dengan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) yang diterbitkan oleh PT Pertamina.
Selanjutnya SPPB tadi berfungsi sebagai surat perintah kepada depot tersebut untuk mengangkut dan
mengirimkan BBM yang kita beli.

Pemungutan PPh Pasal 22 di atas dilakukan oleh pemungut pajak (produsen/importir) terutang dan
dipungut pada saat penjualan. Atas pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 tersebut, pemungut pajak

74
wajib menerbitkan bukti pemungutan pajak penghasilan Pasal 22 yang dibuat dalam rangkap 3 (tiga),
yaitu:

1. Lembar pertama : untuk Wajib Pajak (pembeli)

2. Lembar kedua : disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (dilampirkan pada SPT Masa
PPh Pasal 22)

3. Lembar ketiga : untuk arsip pemungut

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pertamina ke SPBU Sindulang adalah : atas penebusan premium,
solar, premix/super TT oleh SPBU adalah 0,3% dari penjualan :

PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan

Pengenaan Pajak Atas Penebusan Bahan Bakar Minyak


Pengenaan pajak atas transaksi pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh SPBU Sindulang
meliputi pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga jual dan
pungutan PPh pasal 22 sebesar 0,30 % (nol koma tiga persen) oleh Pertamina. Untuk setiap
penyerahan Bahan Bakar Minyak (BBM) , Pertamina diwajibkan menerbitkan Faktur Pajak. Masa
pajak untuk pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan BBM oleh Pertamina adalah 1
(satu) bulan takwim. Pemerintah daerah juga mengenakan pajak atas pembelian BBM ini yang disebut
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Sesuai dengan Undang-Undang No 28 tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Serta ketentuan formal dalam pelaksanaan
pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dilakukan berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Manado Nomor 6 Tahun 2010 tentang Ketentuan Umum
Pajak Daerah.
Setiap Pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) pada PT. Pertamina oleh SPBU Sindulang
pemungutan perpajakan yang dikenakan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%, PPh
Pasal 22 sebesar 0,30% dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).

Perhitungan Pajak PPh Pasal 22 Atas Penebusan Bahan Bakar Minyak


Khusus untuk pembelian Bahan Bakar Minyak (Premium, Solar, dan Pertamax) dari PT Pertamina
(Persero), biasanya pembeli dalam hal ini SPBU Sindulang melakukan pembayaran ke Bank yang
ditunjuk oleh pihak PT.Pertamina menggunakan formulir setoran pembayaran produk pertamina
dengan sejumlah nilai atau harga yang telah ditentukan oleh PT. Pertamina, yang disetor terdiri dari
harga beli, PBBKB, PPN dan PPh Pasal 22.Kemudian formulir setoran tadi di bawa ke PT. Pertamina
untuk ditukarkan dengan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) yang diterbitkan oleh PT.
Pertamina. Selanjutnya SPPB tadi berfungsi sebagai surat perintah kepada depot tersebut untuk
mengangkut dan mengirimkan BBM yang kita beli.
Sehingga perhitungan perpajakan atas transaksi pembelian BBM adalah :

a. PPN masukan sebagai dasar perhitungan SPT Massa PPN dan untuk pengkreditan pajak.
Besarnya 10% .

b. PPh. Pasal 22 yang dipungut merupakan dasar PPh Final karena SPBU Sindulang merupakan
penyalur/agen/ dealer resmi Pertamina. Besarnya 0,30%.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Dan merupakan pengenaan Pajak Daerah dengan tarif 5% untuk usaha
kontraktor dan transportir, 4,5% untuk usaha pertambangan, kehutanan, dan perkebunan, dan 0,858%
untuk selain usaha tersebut.

75
Tata Cara Pelaporan PPh Pasal 22 PT.PERTAMINA (Persero)

1. PT. PERTAMINA Manado harus melaporkan PPh Pasal 22 yang telah di pungut kepada
Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu yang telah ditentukan yaitu paling lama 20 hari setelah
masa pajak berakhir.

2. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa pajak penghasilan pasal 22 disertai lampiran :

a. Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 yang mencantumkan antara lain :


Bagian A identifikasi wajib pajak (NPWP, Nama, Alamat).

b. Bukti Penyetoran melalui bank dan atau kantor pos yang telah ditentukan oleh Pemerintah.

3. Jumlah uang yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 22
harus sama dengan yang telah disetorkan ke Kas Negara sesuai dengan bukti setoran dari bank dan
atau kantor pos yang telah ditentukan oleh Negara.

Tabel 3. Ketaatan Pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22 pada PT. Pertamina
PENYETORAN
Bulan/ Masa PT. PERTAMINA PMK Keterangan
Pajak No.154/PMK.03/2010
Januari 2013 11 Februari 2013 20 Februari 2013
Ferbruari 11 Maret 2013 20 Maret 2013
Maret 11 April 2013 20 April 2013 Telah Sesuai Dengan
April 10 Mei 2013 20 Mei 2013 PMK
Mei 10 Juni 2013 20 Juni 2013 No.154/PMK.03/2010
Juni 10 Juli 2013 20 Juli 2013
Juli 12 Agustus 2013 20 Agustus 2013
Agustus 10 September 2013 20 September 2013
September 10 Oktober 2013 20 Oktober 2013
Oktober 10 Novermber 2013 20 November 2013
Sumber : PT. Pertamina (Persero) Manado

Tabel 6 menunjukan bahwa PT. Pertamina ( Persero) Manado dalam pelaporan PPh Pasal
22 telah dilakukan sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku, sesuai dengan PMK no
154/PMK.03/2010. Pelaporan dilakukan paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.
Pembahasan

Dalam hasil penelitian di atas PT. PERTAMINA Manado sebagai Produsen bahan bakar minyak,
gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas sebagaimana yang diatur
dalam Kepmenkeu nomor 184/PMK.03/2007 Ss.t.d.t.d. PMK no 154/PMK.03/2010 wajib memungut
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 sehubungan dengan penyerahan barang atau penjualan hasil
produksi Pertamina berupa bahan bakar minyak, gas, dan pelumas telah melakukan perhitungan PPh
Pasal 22 atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan
bakar minyak, gas, dan pelumas dengan baik atau sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku
sebesar 0,30% dari harga penjualan selain potongan PPn dan PBBKB.

Penyetoran dan pelaporan SPT Masa PT. PERTAMINA (Persero) Manado telah dilakukan sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku,yakni penyetorannya dilakukan 1 hari sebelum Surat
Perintah Pengeluaran Barang (delivery order) ditebus dan pelaporan dilakukan paling lambat 20 hari
setelah akhir masa pajak. Dan apabila tanggal pelaporan dan penyetoran tersebut jatuh pada hari libur
atau tanggal merah, maka tanggal pelaporan dan penyetoran dapat digeser pada hari kerja.

Karena bersifat Final, maka kewajiban Pajak untuk tahun berjalan dianggap lunas/selesai, tetapi
SPBU Sindulang masih tetap mempunyai kewajiban melaporkan SPT PPh Badan dengan perhitungan

76
pajak terhutan Nihil dan Pertamina sebagai pemungut harus melaporkan SPT Masa PPh 22 ke Kantor
Pelayanan Pajak paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir dan menerbitkan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 22 3 rangkap.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan untuk penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
PT. PERTAMINA Manado sebagai Produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas sebagaimana yang diatur dalam Kepmenkeu nomor
184/PMK.03/2007 Ss.t.d.t.d. PMK no 154/PMK.03/2010 wajib memungut Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 22 sehubungan dengan penyerahan barang atau penjualan hasil produksi Pertamina berupa
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas telah melakukan perhitungan PPh Pasal 22 atas penjualan hasil
produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
dengan baik atau sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sebesar 0,30% dari harga
penjualan dalam hal ini SPBU Sindulang sebagai SPBU Swasta. PT. PERTAMINA Manado dalam
pelaporan PPh Pasal 22 pun sepenuhnya sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku,
yaitu pelaporannya paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir, namun dalam penyetoran
SPBU Sindulang belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, dalam
penyetoran SPBU sindulang hanya menggunakan formulir setoran pembayaran produk pertamina
yang di bayar ke Bank tanpa menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka yang menjadi saran dari penulis yaitu agen/penyalur
dalam hal ini SPBU Sindulang sebagai Wajib Pajak harus menyetorkan pungutan PPh Pasal 22 yang
telah dipungut. Pemungutan dilaksanakan dengan cara penyetoran sendiri oleh Wajib Pajak ke bank
persepsi atau Kantor Pos dan Giro. Penyetoran pajak dilakukan secara kolektif dengan menggunakan
formulir Surat Setoran Pajak, dan PT. PERTAMINA sebagai pemungut pajak harus melaporkan
pungutan PPh Pasal 22 yang telah dipungut dalam jangka waktu yang telah ditentukan, yaitu paling
lama 20 hari setelah masa pajak berakhir, dan perusahaan perlu lebih memahami peraturan perpajkan
yang berlaku dengan mengikutsertakan karyawan bagian accounting dalam pelatihan atau seminar
perpajakan

77
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan Ahmad,skripsi minor, 2009. Tinjauan Atas Perhitungan Dan Penyetoran Bea Masuk,
Pajak Pertambahan nilai, Dan Pajak Penghasilan pasal 22 Dalam Rangka Impor Obat
Hewan. Pt. Tekad Mandiri Citra.

Indriantoro, Supomo, 2012. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi
Pertama. BPFE-Yogyakarta : Yogyakarta.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 pasal 2 “Tentang Pemungutan Pajak


Pengasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan
Kegiatan Dibidang Impor atau Usaha di Bidang Lain”.

Mardiasmo, 2011. Perpajakan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Pudyatmoko Sri, 2009. Pengantar Hukum Pajak. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Rosdiana Haula,Irianto Slamet Edi, 2011. Panduan Lengkap Tata Cara Perpajakan di Indonesia.
Penerbit Visimedia. Jakarta.

Santika Dewi Putri, 2011. Pengenaan Pajak Atas Pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) Industri
dan Jasa Transportir Bahan Bakar Minyak Industri. PT.XYZ

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Sumarsan Thomas, 2012. Perpajakan Indonesia. Edisi ketiga. Pt. Indeks. Jakarta.

Waluyo, 2010. Pemotongan / Pemungutan Pajak Penghasilan. Penerbit DBW Tax Center.

Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia. edisi 10. Salemba Empat : Jakarta

78
EVALUASI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PENGELUARAN KAS PENGGAJIAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN DIKLAT PROVINSI SULAWESI UTARA

Virginia Rebecka Golose


David P.E Saerang
Harijanto Sabijono

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: virginrebecka@yahoo.com

ABSTRAK

Dalam sistem akuntansi pengeluaran kas diperlukan adanya prosedur yang baik dan sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan. Pengeluaran kas yang dilakukan di luar prosedur yang telah ditentukan, akan
kemungkinan terjadinya penyelewengan, pencurian, dan penggelapan kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa
semakin baik sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas yang dilakukan maka akan semakin dapat di
percaya besarnya akun kas pada laporan keuangan tersebut.
Masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas khususnya
pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil di Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara.
Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penerapan sistem akuntansi pengeluaran kas, proses
pembayaran gaji pegawai negeri sipil di Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara.
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Dimana suatu
analisis yang mengumpulkan, menyusun, dan mengolah, agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu
keadaan tertentu sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi pengeluaran kas pada Badan Diklat
Provinsi Sulawesi Utara secara umum baik sesuai dengan permendagri No.13 Tahun 2006.

Kata Kunci : Sistem akuntansi Pengeluaran Kas.

ABSTRACT

In the accounting system cash outlay necessary to procedure well and in accordance with established
policy cash expenditures made outside the prescribed procedure, the possibility of fraud, theft, and
embezzlement cash. So that can be said that the better expenditure accounting systems and procedures cash will
be able to do it in the trust account the amount of cash in the financial statement.
The problem in this study is How the implementation process payroll payments to the Civil Service
Training Agency of North Sulawesi.
The purpose of this study to evaluate the application of the accounting system cash expenditures, the
payment of salaries of civil servants in the province of North Sulawesi training agency.
This study is a descriptive research using qualitative methods in which an analysis is collecting,
collating, and processing, in order to provide an overview of a particular state so that it can be deduced.
Based on the results of the study indicate that the accounting. System is cash expenditure on Training
Agency of North Sulawesi is generally well under Permendagri Number. 13 of 2006.

Keywords: Accounts Payable Accounting System

79
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dizaman era global menuntut seluruh perusahaan untuk
memperoleh keuntungan yang maksimal. Terutama dalam sistem informasi akuntansi yang dipergunakan secara
efektif dan efisien. Penanganan dalam hal ini pengeluaran kas merupakan suatu aktifitas dalam perusahaan yang
tidak mungkin dapat dilepaskan.
Pada perusahaan haruslah berhati-hati dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan penerimaan
dan pengeluaran kas, artinya setiap penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan harus diperhitungkan
manfaat dan keuntungan yang akan didapat. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka setiap perusahaan
harus mempunyai kualitas sistem informasi akuntansi yang baik dari segi pendidikan, keahlian atau pun
keterampilan dalam melaksanakan tugasnya. Dengan adanya sistem informasi akuntansi yang benar, maka
manajemen dalam organisasi perusahaan dapat mengevaluasi hasil dari suatu operasi atau suatu kegiatan apakah
berjalan dengan efisien dan efektif. Selain itu sistem informasi akuntansi dapat digunakan sebagai pedoman
dalam penugasan dan wewenang bagi sumber daya manusia yang bekerja dalam organisasi atau perusahaan
tersebut, sehingga dapat berjalan sesuai prosedur. Dengan adanya sistem informasi akuntansi, penyajian
informasi yang sangat dibutuhkan tersebut bisa dengan cepat didapat, tepat waktu, akurat, dan relevan.
Pengeluaran kas harus dilaksanakan secara efektif dan efisien agar tidak terjadi pemborosan anggaran. Sistem
akuntansi pengeluaran kas merupakan sistem yang digunakan untuk mencatat seluruh transaksi pengeluaran kas.
Penatausahaan pengeluaran kas merupakan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan, menyetor,
membayar, menyerahkan, dan mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang berada dalam pengelolaan
SKPKD (Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah) dan/atau SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah).
Sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas kususnya keuangan daerah merupakan serangkaian tahap dan
langkah yang harus dilalui dalam melakukan fungsi akuntansi tertentu. Sistem dan prosedur akuntansi yang
terdapat di pemerintahan daerah meliputi:

1. Sistem dan prosedur penerimaan kas


2. Sistem dan prosedur pengeluaran kas
3. Sistem dan prosedur akuntansi selain kas
4. Sistem dan prosedur akuntansi aset
(Mahmudi:Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah)

Berdasarkan uraian diatas, maka pemerintah daerah mempunyai peran yang sangat penting dalam
pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di daerahnya. Untuk mengetahui sistem penerapan pelaksanaan
penggajian pegawai negeri sipil tersebut. Yaitu Badan Diklat sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
pada Pemerintah Daerah wajib menyusun laporan pertanggungjawaban dengan menggunakan sistem
akuntansi yang di atur oleh pemerintah daerah dalam bentuk Peraturan Gubernur yang bersifat mengikat. Dalam
hal ini proses penggajian terpusat di Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD)
Provinsi Sulawesi Utrara. Dalam pelaksanaan proses pembayaran gaji terdapat permasalahan yaitu masih
kurang optimalnya proses pembayaran (manual) yang berimbas pada ketidaktepatan waktu pembayaran.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan sistem akuntansi pengeluaran kas khususnya
pembayaran gaji pegawai negeri sipil di Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara.

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi
American Institute of Certified Public Accountant yang di kutib Muhammad (2002:11) mendefinisikan
sebagai berikut “akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan
dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk
menafsirkan hasil-hasilnya
Akuntansi Pemerintahan
Menurut Revrisond, Baswir (2000:7), Akuntansi Pemerintahan (termasuk akuntansi untuk
lembaga non profit pada umumnya) merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan
dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk tidak mencari laba. Walaupun lembaga pemerintah senantiasa
berukuran besar, namun sebagaimana dalam perusahaan ia tergolong sebagai lembaga mikro.

80
Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
Mulyadi (2001:2). Setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang berulangkali atau secara rutin
terjadi. Sedangkan akuntansi berasal dari kata “to Account” yang berarti “memperhitungkan”.Dengan kata
lainakuntansi adalah serangkaian kerja yang dimulai dari transaksi sampai membuat laporan keuangan yang
berguna untuk pemakai laporan keuangan tersebut. Adapun sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan
dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan
oleh managemen untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaan kinerja perusahaan. Mulyadi (2001:3).
Padapengertian sistem akuntansi tentu terkandung unsur-unsur seperti formulir, catatan yang terdiri dari jurnal,
buku besar, buku pembantu dan laporan.
Sistem Penggajian Pegawai Negeri Sipil
Menurut Armstrong dan Murlis (1994:16) bahwa system penggajian adalah proses yang menentukan
tingkat penggajian staf, memonitornya dan mengendalikan nya. Sampai saat ini belum ada teori atau ilmu yang
pasti member acuan tentang pemberian gaji atau upah. Hal ini disebabkan karena masalah penggajian
menyangkut dua kepentingan yang berbeda antara pegawai dan perusahaan dan sifatnya sangat kondisional.
Konsep SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
Setiap SKPD yang mempunyai kewenangan untuk memungut dan atau menerima pendapatan daerah
sesuai dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) wajib melaksanakan pemungutan dan atau penerimaan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pendapatan daerah melalui SKPD dilarang digunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran,
kecuali di tentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Penerimaan pendapatan daerah berupa uang atau
cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama satu hari kerja. Menurut permendagri Nomor
900/316/BAKD tentang pedoman sistem dan prosedur penatausahaan dan akuntansi, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan daerah, berikut adalah pihak-pihak yang terkait dalam penatausahaan beserta
tugas dan wewenangnya.
1. PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) berwenag untuk menetapkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKP-Daerah)
2. Pengguna Anggaran berwenang untuk:
a. Menetapkan Surat Ketetapan Restribusi Daerah (SKR-Daerah)
b. Menerima dan mengesahkan Laporan pertanggungjawaban dari bendahara penerimaan melalui PPK
SKPD.
c. PPK (Pejabat Penatausahaan Keuangan) SKPD berwenang untuk melakukan verifikasi atas penerimaan
harian yang diterima dan dibukukan oleh bendahara penerimaan.
3. Bendahara Penerimaan SKPD dimana me miliki kewenangan sebagai berikut.
a. Menerima pembayaran sejumlah uang yang tetera pada SKPD/SKR-Daerah .
b. Memverifikasikan kesesuaian jumlah uang yang diterima dengan dokumen SKP-Daerah Yang
diterimanya dari PPKD
c. Memverifikasikan kesesuaian jumlah uang yangditerima dengan dokumen SKR yang diterimanya dari
pengguna anggaran.
d. Membuar Surat Tnada Setoran (STS) dan Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti lain yang sah.
e. Menyerahkan Tanda Bukti Pembayaran.
f. Menyerahkan STS beserta uang yang diterimanya pada rekening bank Kas Umum daerah.
g. Mendokumentasikan daftar STS dalam register STS
h. Membukukan penerimaan pendapatan daerah dengan menggunakan buku Penerimaan dan Penyetoran
bendahara penerima.
i. Membuat dan menyampikan laporan pertanggunjawaban penerima administratif kepada pengguna
anggaran melalui PPK SKPD.
4. Bendahara Penerimaan Pembantu SKPD
5. PPKD selaku BUD (Bendahara Umum Derah)

81
Konsep SKPKD (Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah)
Menurut Permendagri No.13 Tahun 2006 Pasal 1 Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku
pengguna anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.Dalam
kegiatannya, SKPKD dipimpin oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) yang mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD).
Penerimaan yang dikelola PPKD berupa pendapatan dana perimbangan,pendapatan lain-lain yang sah,
dan pembiayaan penerimaan. Penerimaan-penerimaan tersebut diterima secara langsung di rekening Kas Umum
Daerah. Untuk mengelola penerimaan tersebut, dapat ditunjuk bendahara penerimaan PPKD. Sesuai
permendagri No55 Tahun 2008 Pasal 1, bendahara penerimaan PPKD adalah pejabat fungsional yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan uang
yang bersumber dari transaksi PPKD.
Meskipun demikian, atas pertimbangan efisiensi dan efektivitas, tugas dan wewenang bendahara
penerimaan PPKD dapat dirangkap oleh Bendahara Umum Daerah.
Sesuai Permendagri No 55 Tahun 2008 Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang dilakukan
Bendahara Pengeluaraan PPKD adalah untuk melakukan belanja PPKD dan Pengeluaran Pembiayaan. Belanja-
belanja PPKD tersebut antara lain belanja Hibah, belanja bunga, dan belanja tak terduga. Dalam melaksanakan
tugas, bendahara pengeluaran PPKD berwenang untuk:
1. Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP-LS PPKD
2. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS PPKD
3. Mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS PPKD kepada pejabat terkait jika dokumen tersebut tidak
memenuhi syarat dan/tidak lengkap.
Dalam Proses belanja PPKD dan pengeluaran pembiayaa, bendahara pengeluaran PPKD mengajukan dan
menyusun dokumen SPP-LS PPKD.Selain dokumen SPP-LS itu sendiri, lampiran yang perlu di persiapkan
dalam pengajuan SPP-LS antara lain:
1. Salinan SPD
2. Lampiran lain yang diperlukan
Disamping membuat SPP, bendahara pengeluaran PPKD juga membuat buku register untuk SPP yang diajukan,
SPM, dan SP2D yang sudah diterima bendahara.

Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/ Penelitian
Tahun
Tiura Penerapan Bertujuan Pengemba Penerapan sistem Peneliti Metode analisis
Siahaan Sistem bagaimana ngan penggajian belum sebelumnya sebelumnya
(2010) Penggajian cara deskriptif memadai sehingga melakukan menggunakan
Pegawai mengatasi dengan menyebabkan penelitian metode analisis
Negeri Sipil hambatan jenis ketidakpaduan sistem terhadap faktor deskriptif
di yang timbul penelitian yang sama dengan jenis
Pemerintah dalam empiris memerlukan penelitian
Kota Medan pelaksanaan penerapan sistem empiris
Penggajian yang tepat untuk sedangkan
Pegawai gaji Pegawai peneliti
Negeri Sipil Negeri Sipil menggunakan
di Pemerintah jenis penelitian
Kota Medan deskriptif
dengan metode
kualitatif.

82
Intan Pelaksanaan Bertujuan Bersifat Pelaksanaan Terjadi Peneliti
Hapsari Sistem menganalisis deskriptif Penggajian Pegawai keterlambatan terdahulu
(2011) Penggajian bagaimanakah dengan Negeri Sipil di dalam menggunakan
Pegawai pelaksanaan jenis Pemerintah Kota ketidaktepatan metode analisis
Negeri Sipil Penggajian penelitian Surakarta sudah sesuai waktu deskriptif jenis
di Pegawai empiris dengan peraturan pembayaran gaji penelitian
Pemerintah Negeri Sipil perundang-undangan Pegawai Negeri empiris
Kota di Pemerintah yang berlaku. Sipil . sedangkan
Surakarta Kota peneliti
Surakarta menggunakan
analisis
deskriptif
dengan metode
kualitatif.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk memberikan gambaran secara sistematis dan
akurat mengenai fakta, sifat dari hubungan antar fenomena yang diteliti pada objek penelitian. Gambaran yang
sistematis dan akurat diperoleh dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan data sehingga akan memberikan
hasil yang konkrit pada permasalahan dan kemudian dilaksanakan analisis sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Tempat dan Waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara. Jl.Walanda Maramis KM.10
Watutumou Maumbi, Minahasa Utara. Instansi ini sebagai Badan Pendidikan dan Pelatihan sebagai sumberdaya
aparatur di lingkungan pemerintahan. Lamanya waktu penelitian sekitar 1 bulan, yaitu pada bulan November.

Prosedur Penelitian
Penulis melakukan kajian awal dengan melakukan studi literatur baik studi kepustakaan maupun
membaca melalui internet.Kemudian diperoleh dengan mengumpulkan, pengidentifikasian tentang masalah,
merumuskannya, menetapkan tujuan/ manfaat penelitian, dan kemudian dilaksanakan evaluasi sehingga dapat
ditarik kesimpulan. Kemudian membatasi masalah ke lingkup yang disesuaikan dengan penelitian saat ini.
Perancangan dan persiapan survei pada objek penelitian yang telah ditentukan, kemudian pengumpulan data
baik primer maupun sekunder.

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data dibedakan atas dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Kuncoro (2007:124)
a. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang tidak berbentuk angka (numerik) yang diperoleh dari rekaman,
pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka diperoleh dari penjumlahan atau pengukuran.
Jenis data yang di gunakan penulis dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Bersumber dari
lokasi penelitian yang diperoleh melalui wawancara dan tanya jawab dengan kepala badan diklat dan pegawai
negeri sipil sebagai bendahara pengeluaran yang terkait dengan objek penelitian serta penelitian secara langsung
mengenai siklus kerja dalam badan diklat yang terkait dengan penelitian. Disajikan tidak dalam bentuk angka-
angka.

83
Sumber Data
Sumber Data dibedakan atas dua,yaitu data primer dan data sekunder. Hasan (2008:19).
a. Data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
melalui medis prantara). Data primer dapat berupa subjek (orang) secara individual/kelompok,
kejadian/kegiatan dan hasil-hasil pengujian.
b. Data sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (di peroleh dan di catat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan,
atau laporan yang telah tersimpan dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak di publikasikan.
Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dalampenelitian ini data
di ambil dari kantor badan diklat provinsi sulawesi utara.

Metode Analisis
Dari data yang diperoleh, maka dilakukan analisa data agar dapat diinterpretasikan. Metode analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif kualitatif
merupakan data yangtidak berbentuk angka (numerik) yang diperoleh melalui wawancara dan Tanya jawab
dengan kepala badan diklatdan pegawai negeri sipil sebagai bendahara pengeluaran. Disajikan tidak dalam
bentuk angka-angka.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Gambaran Umum Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia termasuk didalamnya Sumber Daya Aparatur sebagai
kunci utama pembangunan yang ditunjang dengan Kearifan Lokal yang menyatu dalam ikatan keterpaduan,
kekompakan dan persaudaraan sebagai kekuatan untuk membangun daerah merupakan salah satu bagian penting
yang harus dilakukan.
Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sulawesi Utara sebagai salah satu Unsur Pelaksana sesuai
tugas pokok dan fungsinya, harus mampu menopang kebijakan pembangunan Sulawesi Utara tersebut dengan
peningkatan profesionalisme,disiplindan produktivitas aparatur melalui pelaksanaan serangkaian Kegiatan
Kediklatan.

Visi dan Misi Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara


A. Visi
Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sulawesi Utara dalam menjawab tuntutan kerja secara
internal maupun eksternal dan dalam mengantisipasi tantangan di masa akan datang, menetapkan Visi:
“Mewujudkan Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara Sebagai Pusat Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Aparatur Daerah”.
B. Misi

Untuk mewujudkan Visi Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sulawesi Utara tersebut,
dirumuskan Misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas Tenaga Kediklatan
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur
3. Meningkatkan kualitas sarana, prasarana diklat

Sistem dan Prosedur Pengeluaran Kas Penggajian


Surat Pertanggungjawaban (SPJ) merupakan dokumen yang menjelaskan penggunaan dari dana-dana
yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran. SPJ juga merupakan laporan keuangan yang dihasilkan oleh sebuah
sistem tata buku tunggal yang dilaksanakan oleh bendahara Pengeluaran.
Permendagri 13/2006 (pasal 220 sampai 227) memberikan panduan pelaksanaan penyusunan dokumen SPJ.
Deskripsi Kegiatan

84
Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang
persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang persediaan, dokumen laporan pertanggungjawaban
yang disampaikan mencakup:
a. Buku kas umum pengeluaran.
b. Ringkasan pengeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah atas
pengeluaran dari setiap rincian obyek yang tercantum dalam ringkasan pengeluaran per rincian obyek
dimaksud.
c. Bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara.
d. Register penutupan kas.
Dalam melakukan verifikasi atas laporan pertanggungjawaban yang disampaikan, PPK-SKPD
berkewajiban:
a. Meneliti kelengkapan dokumen laporan pertanggungjawaban dan keabsahan bukti-bukti pengeluaran
yang dilampirkan;
b. Menguji kebenaran perhitungan atas pengeluaran per rincian obyek yang tercantum dalam ringkasan per
rincian obyek
c. Menghitung pengenaan PPN/PPh atas beban pengeluaran per rincian obyek dan menguji kebenaran
sesuai dengan SPM dan SP2D yang diterbitkan periode sebelumnya.
Dokumen yang digunakan oleh PPK-SKPD dalam menatausahakan pertanggungjawaban pengeluaran
mencakup:
1. Register penerimaan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
2. Register pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
3. Surat penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
4. Register penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
5. Register penutupan kas.

Pihak Terkait
1. Bendahara Pengeluaran
Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran memiliki tugas sebagai berikut :
a. Menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen pertanggungjawaban.
b. Melakukan pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana dari UP/GU/TU dan LS pada dokumen
Buku pengeluaran, Buku Pembantu Simpanan/ Bank, Buku Pembantu Pajak, Buku Pembantu
Panjar, dan Buku Pembantu Pengeluaran per objek.
c. Melakukan rekapitulasi pengeluaran dan mencatatnya dalam SPJ yang akan diserahkan ke
Pengguna Anggaran (melalui PPK SKPD) untuk disahkan.
2. PPK-SKPD
Dalam kegiatan ini, PPK SKPD memiliki tugas sebagai berikut :
a. Menguji SPJ pengeluaran beserta kelengkapannya.
b. Meregister SPJ pengeluaran yang disampaikan oleh Bendahara pengeluaran dalam buku register
penerimaan SPJ pengeluaran.
c. Meregister SPJ pengeluaran yang telah disahkan oleh Pengguna Anggaran ke dalam buku
register pengesahan SPJ pengeluaran.
d. Meregister SPJ pengeluaran yang telah ditolak oleh Pengguna Anggaran ke dalam buku register
penolakan SPJ pengeluaran.
3. Pengguna Anggaran
Dalam kegiatan ini, Pengguna Anggaran memiliki tugas Menyetujui atau menolak SPJ pengeluaran
yang diajukan oleh Bendahara.
Sistem Dan Preosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Penggajian
Prosedur akuntansi pada SKPKD sebagai PA meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Permendagri 13/2006 (pasal 266
sampai dengan 288) mengatur tentang hal terkait.
Deskripsi Kegiatan

85
Akuntansi PPKD adalah sebuah entitas akuntansi yang dijalankan oleh fungsi akuntansi di SKPKD,
yang mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD dalam kapasitas sebagai Pemda. SKPKD adalah
suatu satuan kerja yang mempunyai tugas khusus untuk mengelola keuangan daerah. SKPKD biasanya dikelola
oleh suatu entitas tersendiri berupa Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD).
Badan/Biro/Bagian Keuangan juga menyusun RKA-SKPKD selaku Pejabat Pengguna Anggaran.
Kosekuensi atas keadaan ini adalah bahwa PPK-SKPKD hanya mengurusi masalah pendapatan/belanja untuk
satuan kerja saja.
Dalam pelaksanaan anggaran transaksi yang terjadi di SKPKD dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai satuan kerja
2. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD pada level Pemerintah Daerah seperti pendapatan dana
perimbangan, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tiga
terduga. Termasuk transaksi-transaksi pembiayaan, pencatatan investasi dan hutang jangka panjang.
Tata cara dan perlakuan akuntansi oleh SKPKD sebagai satuan kerja mengikuti tata cara dan perlakuan
akuntansi
Pada prosedur ini akan dijelaskan tata cara dan perlakuan akuntansi bagi SKPKD yang berfungsi
merekam transaksi-transaksi oleh (pada level) pemerintah daerah.
Dengan demikian, prosedur ini akan meliputi:
1. Akuntansi Pendapatan (Dana Perimbangan dan Pendapatan Lainnya)
2. Akuntansi Belanja (belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan
belanja tidak terduga)
3. Akuntansi Pembiayaan
4. Akuntansi Aset (Investasi Jangka Panjang)
5. Akuntansi Hutang
6. Akuntansi Konsolidator
7. Akuntansi Selain Kas.
Sistem Akuntansi Pengeluaran kas penggajian pada Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara sesuai
dengan Permendagri No 13 Tahun 2006 terdiri atas 4 sub sistem yaitu:
1. SPK
2. PPKD selaku BUD
3. SKPD
4. Bendahara Pengeluaran
5. Bank
Berikut ini akan disajikan sistem akuntansi pengeluaran kas penggajian pada Badan Diklat Provinsi
Sulawesi Utara.

86
Gambar 4.5.Flowchart Akuntansi Pengeluaran Kas Tahap IV

Pengajuan SPP-LS Gaji dan Tunjangan


Bendahara Pengguna
Uraian PPK SKPD
Pengeluaran Anggaran

SPD SPD
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada
Bendahara dan PPK SKPD. SPD

2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara


membuat SPP-LS beserta dokumen lainnya,
yang terdiri dari:
- Surat Pengantar SPP-LS Gaji
SPP-LS dan
- Ringkasan SPP-LS Gaji
Dokumen Lain
- Rincian SPP-LS Gaji
- Lampiran yang terdiri dari :
- Pembayaran Gaji Induk SPP-LS dan
Dokumen Lain
- Gaji Susulan
- Kekurangan Gaji
- Gaji Terusan
- Dll.

3. Bendahara menyerahkan SPP-LS Gaji beserta DPA


dokumen lain kepada PPK-SKPD.

4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen


SPP-LS Gaji berdasar SPD dan DPA-SKPD. Penelitian
SPP LS Gaji

5. SPP-LS Gaji yang dinyatakan lengkap akan


dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD.
Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja 2 hari kerja
sejak SPP-TU diterima. sejak SPP
Lengkap
Tidak diterima
Lengkap

6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna


Anggaran untuk diotorisasi Rancangan
SPM

7. Jika SPP-LS Gaji dinyatakan tidak lengkap, PPK


SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. 1 hari kerja SPM
sejak SPP
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja
diterima
sejak SPP-LS Gaji diterima.
SPP-LS dan
Dokumen Lain
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan
Surat Penolakan
kepada Bendahara agar Bendahara melakukan Penerbitan SPM
penyempurnaan SPP-LS Gaji. Kemudian
diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti
kembali.

SPP-LS dan
Dokumen Lain
Surat Penolakan
Penerbitan SPM

87
Pembahasan
Berdasarkan Flowchart mengenai sistem pelaporan akuntansi bahwa
1. Menjelaskan bahwa akuntansi pengeluaran kas penggajian pada Badan Diklat Provinsi Sulawesi
Utarapengguna anggaran memberikan SPD kepada bendahara dan PPK SKPD
2. Mmenjelaskan bahwa Berdasarkan SPD dan SPJ,bendahara membuat SPP-LS beserta dokumen lainnya:
Surat SPP-LS Gaji
Ringkasan SPP-LS Gaji
Rincian SPP-LS
Lampiran yang terdiri dari: Pembayaran gaji induk,Gaji susulan, Kekurangan gaji,Gaji terusan.
3. Bendahara menyerahkan SPP-LS Gaji beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD
4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-LS gaji berdasar SPD dan DPA-SKPD
5. SPP-LS gaji dinyatakan lengkap akan dibuatkan rancangan SPM oleh PPK-SKPD penerbitan SPM paling
lambat 2 hari kerja sejak SPP-TU diterima
6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada pengguna anggaran untuk diotorisasi
7. Jika SPP-LS gaji dinyatakan tidak lengkap PPK-SKPD akan menerbitkan surat penolakan SPM.Penolakan
SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-LS gaji diterima.
8. Surat Penolakan SPM diberikan kepada bendahara agar bendahara melakukan penyempurnaan SPP-LS
gaji.Kemudia diserahkan kepada PPK-SKPD untuk diteliti kembali.
Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Penggajian Pegawai Negeri Sipil pada Badan Diklat Provinsi
Sulawesi Utara berdasarka flowchart dokumen telah diterapkan dengan baik dan tertib,dan penerapannya sudah
sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan dan dilakukan secara sistematis, dimulai dari bendahara
umum kemudian akan diotorisasi oleh SKPD Pengguna Anggaran yang kemudian akan dibuatkan surat untuk
melakukan pembayaran yang diotorisasi oleh PPKD melalui input ke sistem komputerisasi,bendahara akan
melakukan penerimaan tunai melalui bank, kemudian dicatat pada bagian akuntansi.
Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara sebagai unsur pendukung tugas Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara yang bersifat spesifik dibidang pendidikan dan pelatihan meskipun sistem pencatatan maupun pelaporan
akuntansinya sudah komputerisasi dengan menggunakan microsoft exel ,tetapi cara pemakaianya masi semi
manual,dengan tidak menggunakan berbagai fasilitas yang ada pada microsoft exel.Namun segala bentuk
pencatatan dan pelaporannya sudah memenuhi standar akuntansi sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada.
Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Penggajian Pegawai Negeri Sipil di Badan Diklat Provinsi Sulawesi
Utara sudah sesuai Permendagri No 13 Tahun 2006, karena informasi/data dapat dipertanggunjawabkan secara
administratif,dan benar menurut kaidah standar akuntansi, aspek hukum dan aspek teknis manajemen dan
keadaan database di pastikan penggunaannya secara fisik oleh Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara diterima
umum karena adanya dokumen-dokumen dan bukti transaksi seperti: Surat Penyediaan Dana (SPD),Surat
Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Permintaan membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D),
Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dan Nota Permintaan Dana (NPD).
Dilihat dari Gambar 4.5.Flowchart Akuntansi Pengeluaran Kas Tahap IV tentang Pengajuan SPP-LS
Gaji dan Tunjangan dalam Sistem akuntansi yang sesuai aturan Permendagri No 13 tahun 2006.Adapun uraian
yang dijelaskan pengguna anggaran telah memberikan SPD (Surat Pencairan Dana) kepada Bendahara
Pengeluaran karena proses dari bendahara mengalami keterlambatan dalam pembuatan SPP-LS gaji untuk di
berikan kepada PPK-SKPD dalam hal ini untuk pencairan dana.Dan karena terjadi kesalahan dalam proses
penggajian diakibatkan karena adanya perubahan pangkat dan golongan sehingga terjadi kesalahan yang tidak
sesuai dengan prosedur akuntansi yang ada dan untuk menyelesaikan di butuhkan dua hari kerja tetapi memakan
waktu hingga 3 sampai empat hari sehingga dalam proses pembayaran gaji kepada Pegawai Negeri Sipil
mengalami keterlambatan.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan,maka dapat diambilbeberapa kesimpulan tentang Sistem
Akuntansi Pengeluaran Kas Penggajian Pegawai Negeri Sipil di Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara,
khususnya pada Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan sebagai berikut:
1. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Penggajian Pegawai Negeri Sipil di Badan Diklat Provinsi Sulawesi
Utara berdasarkan flowchart dokumen telah diterapkan dengan baik dan tertib, dan penerapannya sudah
sesuai denga karakteristik kualitatif laporan keuangan dan dilakukan secara sistematis, dimulai dari

88
Bendahara umum kemudian akan diotorisasi oleh SKPD Pengguna Anggaran, yang kemudian akan
dibuatkan surat untuk melakukan pembayaran yang diotorisasi oleh PPKD, dan selanjutnya bendahara akan
melakukan penerimaan tunai melalui bank, kemudian di catat pada bagian akuntansi dan di bayar atau di
berikan secara tunai kepada pegawai sesuai dengan pangkat dan golongan pegawai itu sendiri.
2. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Penggajian Pegawai Negeri Sipil di Badan Diklat Provinsi Sulawesi
Utara sudah sesuai Permendagri No 13 Tahun 2006, karena informasi/data dapat dipertanggunjawabkan
secara administratif, dan benar menurut kaidah standar akuntansi. Keadaan database di pastikan
penggunaannya secara fisik oleh Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara diterima umum karenaadanya
dokumen-dokumen dan bukti transaksi seperti: Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan
Pembayaran (SPP),Surat Permintaan membayar (SPM),Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) dan Nota Permintaan Dana (NPD)
3. Sistem Penggajian Pegawai Negeri Sipil Badan Diklat Provinsi Sulawesi Utara melalui SIMDA Penggajian.

Saran
Dikarenakan adanya tuntutan transparansi keuangan daerah sekarang ini, maka peneliti menyarankan
agar sistem ini dilaksanakan secara efisien dan efektif dengan mengacu pada peraturan yang sudah ditetapkan.
Selain itu ada saran yang ditawarkan oleh peneliti menyangkut pembahasan dalam skripsi ini.
1. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena mempunyai
peranan amat penting sebab Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur aparatur Negara.
2. Kebijaksanaan yang sudah digariskan atau ditetapkan kehendaknya dijadikan pedoman dan pengalaman
dimasa yang akan datang serta memperhatikan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Bidang akuntansi (bidang keuangan) harus lebih teliti dalam membuat laporan keuangan,untuk
menghindarkan kesalahan akuntansi dalam pengeluaran kas penggajian dan pengeluaran kas lainnya.
4. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Penggajian Pegawai Negeri Sipil Badan Diklat Provinsi Sulawesui
Utara harus benar-benar dirancang sedemikian rupa dan dijalankan sesuai dengan fungsi dan tanggung
jawabnya agar tidak terjadi keterlambatan dalam pembayaran gaji dan tidak terjadi kesalahan-kesalahan
dalam pencatatan akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2002. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat.

Armstrong, Murlis. 1994.System Penggajian. Yogyakarta : Salemba Empat.

Bachtiar Arif, Muchlis, Iskandar. 2002:3. Akuntansi Pemerintahan, Jakarta : Salemba Empat.

Balkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Bawono,Tata cara Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Bendahara pada SKPD dan SKPKD.Penerbit
Salemba Empat 2012.

Darise,Pengelolaan Keuangan Daerah.Edisi Kedua.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Pegawai Negeri Sipil. (Penerbit Fokus Media).


Website:www.fokusmedia.co.id.

Harahap,Sofyansyafri. 2005. Teori Akuntansi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Kieso Weygandt Warfield,Intermediate Accounting.Volume 1IFRS Edition.

Mahmudi, Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Muhammad. 2002. Balkaoui. 2000.American Institute of Certified Public Accountant.

Mulyadi, 2001.Sistem Akuntansi, Edisi Ke-5, Penerbit Bagian Penerbitan.

89
Niswonger, C. Rollin, et.al 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi Edisi 19 Jilid 1. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006. Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,Jakarta.

Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005. Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Revrisond, Baswir. 2000. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Sugiarto dkk. 1999. Pengantar Akuntansi I. Penerbit Universitas Terbuka: Jakarta.

Sukiyoprapti, 2007. Pegawai Negeri Sipil. Yogyakarta Universitas Muhammadiyah.

Soemarsono S.R 2002. Akuntansi Pengeluaran Kas.

Warren et al. 2005. System Informasi Akuntansi. Bandung.

Weygandt Kimmel Kieso,Financial Accounting. IFRS Edition.

90
PENERAPAN VALUE FOR MONEY UNTUK MENILAI KINERJA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI
SULAWESI UTARA

Andre Hendry Karwur


Ventje Ilat
Sherly Pinatik

FakultasEkonomi dan Bisnis, JurusanAkuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: andre.karwur@gmail.com

ABSTRAK

Merupakan salah satu penunjang kebutuhan mendasar yang dibutuhkan manusia. Pembangunan
perkebunan di Sulawesi Utara dilaksanakan selaras dengan pengelolaan sumberdaya dan pemeliharaan daya
dukungnya, agar lebih bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.Maka dengan ini tugas dan tanggung
jawab yang harus dijalankan Pemerintah, dalam hal ini Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara semakin
banyak.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Keuangan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi
Utara, melalui pengukuran 3E (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas). Dalam penelitian ini, pengukuran nilai
ekonomi, menggunakan teknik wawancara, nilai efisiensi menggunakan perbandingan output dan input dari data
LAKIP Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, sedangkan nilai efektivitas dihitung berdasarkan
perbandingan nilai outcome dan output, dimana nilai outcome berisi tingkat kepuasan masyarakat yang
diperoleh dari kuesioner kepada masyarakat Provinsi Sulawesi Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan untuk
tingkat ekonomi dan efisiensi, Dinas Provinsi Sulawesi Utara mampu mencapai hasil yang cukup baik.Namun,
untuk tingkat efektivitasnya masih kurang, karena didasari tingkat kepuasan masyarakat yang belum maksimal.

Kata Kunci :Kinerja Keuangan, Value For Money.

ABSTRACT

The Plantation is one of the basic needs supporting of human. Plantation development in North
Sulawesi implemented with resource management and maintenance. So with this duties and responsibilities by
the government, in this case Department of Plantation of North Sulawesi Province is more. The purpose of this
research was to determine the financial performance of the Department of Plantation of North Sulawesi
Province, through the measurement of 3E (economy, efficiency, and effectiveness). In this research,
measurement of economic value is using interview techniques, efficiency value is using the ratio of output and
input value from data LAKIP of Department of Plantation of North Sulawesi Province, while the value is
calculated based on comparison of outcomes and outputs value, where the outcome shows the level of
community satisfaction obtained from the questionnaires to the people of North Sulawesi Province. The results
of this research indicate that the economy and efficiency value of the Department of Plantation of North
Sulawesi Province Department of Plantation of North Sulawesi Province were able to achieve fairly good
results. But, the level of effectiveness is still lacking, because it is based on the level of community satisfaction
that is not maximized.

Keywords :Financial Performance, Value For Money.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hasrat untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam arti sebenarnya adalah tujuan mulia yang
hendak dicapai oleh bangsa Indonesia termasuk Provinsi Sulawesi Utara sebagai sub sistem di dalam Sistem
Pemerintahan Republik Indonesia.

91
Peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dimungkinkan apabila pendapatan penduduk mengalami
kenaikan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya.Hal ini dapat diartikan
bahwa kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan dan sebagainya tersedia dan
mudah dijangkau setiap penduduk sehingga pada gilirannya penduduk yang miskin semakin sedikit jumlahnya.

Sumber daya perkebunan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat, namun pada kenyataannya masih cukup banyak petani dan pelaku usaha
perkebunan (agribisnis) belum dapat meningkatkan hasil kebunnya, sehingga pendapatan tidak meningkat.

Perkebunan merupakan salah satu penunjang kebutuhan mendasar yang dibutuhkan manusia. Kualitas
perkebunan masyarakat sangat didukung oleh peran serta pemerintah dalam menyediakan layanan sarana dan
prasarana yang baik dan terjangkau untuk seluruh kalangan.Adanya desentralisasi menumbuhkan kreativitas
daerah untuk membangun daerah masing-masing.Desentralisasi perkebunan secara prinsip menyerahkan urusan
perkebunan ke pemerintah daerah.Namun dikhawatirkan, terdapat gap antara kebijakan tertulis dari pemerintah
pusat dan implementasinya oleh pemda.Terkadang, kebijakan perkebunan digunakan sebagai alat strategis
dalam politik tanpa disertai kemampuan dalam menjalankannya.Sehingga, masyarakat terutama kalangan
menengah ke bawah menjadi pihak yang paling dirugikan.Berbagai tuntutan masyarakat tentang pelayanan yang
cepat hingga biaya perkebunan yang murah diharapkan mampu direalisasikan pemrintah atas program-program
kinerjanya.

Pembangunan perkebunan di Sulawesi Utara dilaksanakan selaras dengan pengelolaan sumberdaya dan
pemeliharaan daya dukungnya, agar lebih bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Pemanfaatan
potensi sumberdaya alam ditujukan sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat secara berkualitas dan
berkelanjutan, serta piningkatan peran perkebunan sebagai sumber devisa, penyerap tenaga kerja,
pengembangan industry hulu sampai ke industri hilir perkebunan, pengembangan wilayah dan mendukung
pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Maka dengan ini tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan Pemerintah, dalam hal ini Dinas
Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara semakin banyak.Termasuk kesiapan dalam menghadapi evaluasi atas
kinerja yang telah dilaksanakan. Salah satu hal yang dapat di jadikan alat untuk menilai pertanggungjawaban
suatu instansi Pemerintah adalah dengan melihat kinerja kuangan daerahnya melalui perhitungan dan analisis
terhadap pencapai target dan realisasi dari penerimaan dan pengeluaran atas Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah-nya (APBD), baik dari sisi input, output,
impact, dan benefit-nya. Untuk itu Dinas Perkebunan diharapkan agar memperhatikan Value For Money dalam
menjalankan aktivitasnya, dimana konsep pengelolaan ini mendasarkan pada tiga elemen utama (Mardiasmo
2002 : 4), yaitu : (1) Ekonomi, yang terkait dengan sejauh mana organisasi sector public dalam hal ini
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dapat meminimalisir input resources yang digunakan untuk menghindari
pengeluaran yang boros. (2) Efisiensi, merupakan pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. (3) Efektivitas, yaitu tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang ditetapkan, atau secara sederhana merupakan perbandingan outcome dengan output.

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dengan adanya implementasi Value For Money yang benar
adalah ; (1)Meningkatnya efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang deberikan tepat sasaran, (2)
Meningkatnya mutu pelayanan publik, (3) Menurunnya biaya pelayanan publik kinerja, inefisiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input, (4) Alokasi belanja lebih berorientasi pada kepentingan
publik, (5) Maningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness) sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.

Sangat penting dirasakan adanya penilaian kinerja untuk mengetahui apakah Dinas Perkebunan Provinsi
Sulawesi Utara telah melaksanakan program kerjanya dengan baik.Terlebih pelaksanaan program-program yang
langsung menyentuh masyarakat karena secara langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Karena
kita tahu bahwa Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara merupakan Dinas yang kegiatannya menyentuh
seluruh kalangan masyarakat khususnya masyarakat tani dan esensi dari keberhasilan kinerjanya tersebut adalah
dari kepuasan masyarakat itu sendiri tentang bagaimana palayanan langsung mengenai tujuan yang ingin
dicapai.

92
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat judul penelitian “Penerapan Value For
Money Untuk Menilai Kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara” untuk mengetahui kinerja Dinas
Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara diukur dari Value For Money anggaran dan sebagai evaluasi
agar Pemerintah dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerjanya dimasa yang akan datang.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Value For Money pada : (1) Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, dengan kegiatan
Penyediaan benih/bibit unggul bermutu dan bersertifikat serta Pengawasan Peredaran Benih/Bibit Tanaman
Perkebunan, (2) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dengan kegiatan Pelatihan petani dan pelaku
agribisnis, (3) Program Peningkatan nilai tambah, daya saing, industry hilir, pemasaran dan ekspor hasil
pertanian, dengan kegiatan Promosi Produk Pertanian/Perkebunan (Pameran, Brosur, Leaflet, dll)

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi
Menurut Accounting Principle Board yang dikutip oleh Abdul Halim (2006) Akuntansi adalah suatu
kegiatan jasa, fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama bersifat keuangan tentang entitas ekonomi
yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomik dalam membuat pilihan-pilihan yang
nalar diantara alternatif arah dan tindakan.

Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, menyatakan Akuntansi adalah proses pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran
transaksi dan kejadian keuangan, penginterpretasian atas hasilnya, serta penyajian laporan.

Pemerintah
Menurut PP 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar republik Indonesia Tahun 1945.
Dikutip dari Indra Bastian (2007) fungsi pemerintah yaitu :
1. Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan
2. Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan
3. Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta, seperti
halnya dengan jalan, dam-dam dan sebagainya.

Akuntansi Pemerintahan
Menurut Abdul Halim (2008) memberikan definisi akuntansi pemerintah daerah yang disebutnya
sebagai Akuntansi Keuangan Daerah, Akuntansi Keuangan Daerah adalah Proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah
(kabupaten, kota atau provinsi) yang dijadikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh
pihak-pihak eksternal pemerintah daerah yang memerlukan.

Menurut Indra Bastian (2007) akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknis dan
analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun
pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta.

Kinerja
Menurut Indra Bastian (2006) kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program
/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Secara umum, kinerja merupakan
prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

Indekator Kinerja
Menurut Indra Bastian (2006), indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan

93
indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak (impacts)
dimana Indra Bastian menjelaskan :
a. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia,
informasi, kebijaksanaan/peraturan perundang-undangan, dan sebagainya.
b. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang
dapat berupa fisik dan/atau nonfisik.
c. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya kegiatan pada
jangka menengah (efek langsung).
d. Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
e. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif terhadap
setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

Pengukuran Kinerja
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kinerja suatu organisasi perlu dilakukan adanya pengukuran
seluruh aktivitas yang dilakukan dalam organisasi tersebut. Manurut Larry D Stout (1993) dalam Performance
Measurement Guide (dalam Indra Bastian, 2006) Pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan
mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui
hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses.

Value For Money


Value for Money adalah salah satu alat pengukuran kinerja untuk menilai suatu kinerja pada perusahaan
publik dan juga digunakan untuk mengukur ekonomi, efisiensi dan efektivitas segala kegiatan pada organisasi
sektor publik tersebut.

Pengertian Value for Money dalam buku Manajemen Kinerja Sektor Publik oleh Mahmudi (2005)
adalah, bahwa Value for Money merupakan konsep penting dalam organisasi sektor public dimana Value for
Money memiliki pengertian penghargaan terhadap nilai uang.

Definisi Value For Money berdasarkan Audit Commision dalam Final Report yang disampaikan oleh
ITAD, dalam jurnal berjudul Measuring the Impact and Value For Money of Governance & Conflict
Programmes (Chris Barnett, dkk, 2010) mengungkapkan VFM is about obtaining the maximum benefit over
time with the resources available. It is about achieving the right local balance between economy, efficiency and
effectiveness, or, spending less, spending well and spending wisely to achieve local priorities...VFM is high
when there is an optimum balance between all three elements, when costs are relatively low, productivity is high
and successful outcomes have been achieved.

Tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang berorientasi laba (swasta)
maupun organisasi nonprofit (sektor publik) adalah Value For Money yang meliputi penilaian efisiensi,
efektivitas, dan ekonomi. Dimana pengertian dari masing-masing elemen tersebut adalah :
1. Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa yang dibeli oleh organisasi
digunakan untuk mencapai output tertentu. Atau dengan kata lain efisiensi merupakan perbandingan
output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Indra Bastian, 2006).
Efisiensi merupakan hal terpenting di antara ketiga hal tersebut. Suatu organisasi dirasa semakin efisien
apabila rasio efisiensi cenderung di atas satu. Semakin besar angkanya, semakin tinggi tingkat efisiensinya.
Secara absolute, rasio ini tidak menunjukkan posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Namun, berbagai
program di dua perusahaan dalam industri yang sama, dapat diperbandingkan tingkat efisiensinya. Apabila
rasionya lebih besar dari satu dan dibandingkan dengan hasil rasio program yang sama di perusahaan lain,
maka program tersebut bisa disebut lebih efisien. Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana
barang dan jasa yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu. Efisiensi dapat
diukur dengan membandingkan rasio antara output dan input. Semakin besar rasio berarti semakin tinggi
tingkat efisiensinya.
Output
Rasio Efisiensi = x 100%
Input

94
Dimana nilai output merupakan hasil persentase perhitungan realisasi fisik lapangan dari setiap kegiatan
yang ada, sedangkan nilai input merupakan persentase antara dana yang digunakan dengan dana yang
dianggarkan oleh pemerintah. Adapun nilai output telah diuraikan dalam Penjabaran APBD Dinas
Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara Tahun Anggaran 2012.
2. Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh
tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana,
efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Efektivitas menunjukkan kesuksesan atau
kegagalan dalam pencapaian tujuan (Indra Bastian, 2006). Ukuran efektivitas merupakan refleksi output.
Jika suatu organisasi bertujuan membangun suatu rumah sakit dengan 250 tempat tidur, 4 unit operasi,
sebuah departemen kecelakaan dan darurat, serta departemen pasien luar dan semua target tersebut tercapai,
maka mekanisme kerja organisasi tersebut efektif. Apabila hanya 150 tempat tidur yang terbangun, maka
organisasi tersebut tidak bekerja efektif. Jadi tujuan tersebut harus spesifik, detail, dan terukur. Dalam
rangka mencapai tujuan, organisasi sektor publik sering kali tidak memperhatikan biaya yang dikeluarkan.
Hal seperti ini bisa terjadi apabila efisiensi biaya bukan merupakan bagian dari indikator hasil. Efektif
adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Rasio efektivitas adalah hubungan
antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan
prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana efektivitas dapat diukur
dengan memperbandingkan antara outcome dan output Maka, rumus untuk mengukur rasio efektivitas:
Outcomes
Rasio Efektivitas = x 100%
Output
Dimana outcomes merupakan penilaian publik/pelanggan terhadap hasil dari setiap output program
pemerintah. Sedangkan output merupakan penilaian pemerintah terhadap keluaran dari program dan
kegiatan yang telah direalisasikan.
3. Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan jasa dibeli pada kualitas yang
diinginkan pada harga terbaik yang dimungkinkan. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor
publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif (Indra Bastian 2006). Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan
input. pertanyaan yang diajukan adalah “apakah organisasi telah mengeluarkan biaya secara ekonomis?”.
Ekonomi berkaitan dengan pemerolehan input dengan kualitas tertentu dengan harga terendah. Hal ini dapat
diketahui dengan membandingkan ; pertama, program sejenis dengan organisasi lain, dan kedua, biaya yang
dikeluarkan dengan anggaran yang telah disetujui (Indra Bastian, 2006 : 78). Kinerja pemerintah daerah
akan dikatakan ekonomis apabila dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Namun, karena keterbatasan penulis dalam
menemukan organisasi sejenis yang dapat dibandingkan, maka penulis hanya akan membandingkan biaya
yang dikeluarkan (input) dengan anggaran yang telah disetujui, dan melalui wawancara.
Input
Rasio Ekonomis = x 100%
Harga Input

Standar Pelayanan Minimal (SPM)


SPM merupakan standar minimum pelayanan publik yang harus disediaan oleh pemerintah
daerah kepada masyarakat. Dengan adanya SPM maka akan terjamin kualitas minimum dari suatu
pelayanan publik yang dapat dinikmati oleh masyarakat, dan sekaligus akan terjadi pemerataan
pelayanan publik dan menghindari kesenjangan pelayanan antar daerah. Kedua, SPM sangat mendesak
untuk disusun, khususnya bagi kabupaten/kota yang memang secara langsung merupakan penyedia
pelayanan publik. Ketiga, posisi propinsi yang dalam pelaksanaan kewenangan daerah lebih banyak
bertindak sebagai “pendukung, fasilitator, ataupun koordinator ” bagi pelaksanaan kewenangan lintas
kabupaten/kota, maka sebaiknya dalam penyusunan SPM juga tidak melepaskan diri dari posisi dan
peran tersebut, sehingga lebih mendorong daerah kabupaten/kota untuk lebih berinisiatif melaksanakan
kewenangan daerah. Keempat kemampuan seorang pemimpin daerah dalam mendelegasikan
wewenang ke unit-unit organisasi juga menentukan keberhasilan daerah dalam melaksanakan SPM.

95
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/ Penelitian
Tahun
Ardi Analisa bertujuan Deskriptif Hasil pengujian secara Analisis kinerja Penelitian
Hamzah Kinerja untuk langsung antara keuangan sebelumya
(2007) Keuangan melihat kinerja keuangan menggunakan menggunakan
Terhadap pengaruh terhadap pertumbuhan rasio efektivitas pendekatan
Pertumbuha rasio ekonomi menunjukkan dan efisiensi kuantitatif
n Ekonomi, kemandirian rasio kemandirian1, dengan statistic
Penganggur , rasio rasio kemandirian2, deskriptif dan
an, dan efektivitas, dan rasio efisiensi regresi linier
Kemiskinan dan rasio berpengaruh positif berganda,
: Pendekatan efisiensi secara signifikan sedangkan
Analisis terhadap terhadap pertumbuhan penelitian
Jalur (Studi pertumbuha ekonomi, sedangkan menggunakan
pada 29 n ekonomi rasio efektifitas tidak metode analisis
Kabupaten berpengaruh secara kuantitatif
dan 9 Kota signifikan terhadap (Descriptive
di Propinsi pertumbuhan ekonomi Kuantitative
Jawa Timur Analysis
Periode Method)
2001-2001)
Dian Evaluasi Untuk Deskriptif Tingkat ekonomi dan kinerja Objek penelitian
Annisa kinerja mengetahui efisiensi, dinas keuangan pada dinas
(2011) keuangan kinerja kesehatan kota menggunakan kesehatan kota
dinas keuangan makasar mampu rasio efektivitas, makasar,
kesehatan dinas mencapai hasil yang efisiensi, dan sedangkan
kota kesehatan cukup baik. Namun, ekonomi penelitian pada
makassar kota untuk tinggkat pendekatan dinas
melalui makasar efektivitas masih Value for money perkebunan
pendekatan melalui kurang, karena provinsi
Value for pengukuran didasari tingkat Sulawesi utara.
money ekonomi, kepuasan masyarakat
efisiensi, yang belum maksimal
dan
efektivitas

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan mengumpulkan data yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi. pengukuran nilai ekonomi, menggunakan teknik wawancara, nilai efisiensi
menggunakan perbandingan output dan input dari data LAKIP Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara,
sedangkan nilai efektivitas dihitung berdasarkan perbandingan nilai outcome dan output, dimana nilai outcome
berisi tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari kuesioner kepada masyarakat Sulawesi utara.

Tempat dan Waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi utara yang bertempat di Jalan kompleks
pertanian kalasey, Manado, Sulawesi Utara, Indonesia. Waktu Penelitian tanggal 1 September – 3 Oktober
2013.

Prosedur Penelitian
1. Menentukan Rumusan Masalah
2. Merumuskan masalah penelitian
3. Mencari informasi yang mendukung penelitian
4. Menentukan metode penelitian

96
5. Memberikan saran
6. Membuat kesimpulan

Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti (Bambang Prasetyo & Lina Miftahul
Jannah, 2010). Populasi penelitian ini adalah masyarakat/penduduk Provinsi Sulawesi Utara khususnya di
kabupaten Minahasa.

Adapun responden untuk pengukuran outcome dalam penelitian ini adalah masyarakat Provinsi
Sulawesi Utara yang dianggap melihat atau merasakan secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan
Pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara.

Metode Pengumpulan Data


Datayang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait baik dari
instansi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara maupun pihak lain yang dianggap kompeten dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini.
2. Data kuantitatif yaitu berupa Laporan Realisasi Anggaran Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara
dan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi Sulawesi Utara untuk tahun anggaran 2012 serta data pendukung lainnya.

Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian lapangan (Field Research)
pada instansi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara atau instansi yang berhubungan dengan
penelitian.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain maupun sumber lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.

Metode Analisis
Pada dasarnya metode analisis penelitian ini menggunakan metoda analisis kuantitatif (Descriptive
Kuantitative Analysis Method). Setelah data terkumpul, selanjutnya data yang bersifat kuantitatif yang berwujud
angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan beberapa cara yaitu : diklasifikasikan
dan dianalisis.

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pengukuran kinerja Value For Money adalah memahami
aktivitas operasional organisasi dengan menganalisis program dan kegiatan yang organisasi yang telah
dilaksanakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Sejarah Organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara
Pengelolan pembangunan perkebunan di Provinsi Sulawesi Utara, secara organisasi dimulai tahum 1967
yang dipimpin oleh Bapak Jan Senduk dan Wakil Kepala Dinas Bapak Langkay. Pada tahun 1970 diberi nama
Dinas Perkebunan Rakyat dan berubah lagi pada tahun 1974 dengan nama Dinas Perkebunan Daerah Tingkat I
Sulawesi Utara selanjutnya sejak tahun 2003 menjadi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara.

Status dan Dasar Hukum


kedudukan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai unsur pelaksana pemerintah yang
dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur Sulawesi
Utara melalui Sekretaris daerah privinsi. Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sulawesi Utara
Nomor 3 Tahun 2008, mempunyai tugas dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi, tugas dekonsentrasi
dan tugas pembantuan serta kewenangan desentralisasi dan kewenangan kabupaten/ kota yang diserahkan
kepada provinsi di bidang perkebunan.

97
Visi dan Misi
Visi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara “Terwujudnya peningkatan pembangunan perkebunan
yang produktif dan berdaya saing secara berkelanjutan mendukung terbukanya pintu gerbang ke Asia Pasifik.”

Sejalan dengan Visi tersebut, maka Misi Dinas perkebunan adalah :


1. Meningkatkan pelaksanaan rehabilitasi, intensifikasi, deversifikasi, ekstensifikasi dan Intergrasi
perkebunan.
2. Memfasilitasi penanganan perlindungan tanaman dan gangguan usaha perkebunan
3. Mengembangkan dan menggerakan sub sistem (hulu, usahatani, hilir, dan penunjang) dalam sistem dan
usaha agribisnis perkebunan malalui hubungan kerjasama yang produktif dan efisien dengan instansi
pemerintah, swasta dan petani perkebunan.
4. Meningkatkan penerapan teknologi baru dalam pengembangan usaha perkebunan.
5. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdangan komoditas perkebunan.

Tugas Pokok dan Fungsi


Tugas Pokok Dinas Perkubunan adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas
otonomi dan tugas pembantuan di bidang perkebunan.

Sedangkan Fungsi Dinas Perkebunan adalah perumusan kebijakan teknis; penyusunan perencanaan,
pengkoordinasian, pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas; penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan umum di bidang perkebunan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur melalui Peraturan
Gubernur (Pergub) Sulawesi Utara No. 59 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Sulawesi Utara No. 27 Tahun
2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Sulawesi Utara No. 59 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas
Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara.

Pembahasan
Program dan Indikator Kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan Rencana Kinerja (Renja) Tahun 2012, telah ditetapkan sasaran dengan dukungan program
dan kegiatan sebagai salah satu strategi pencapaian sasaran. dalam mengarahkan pencapaian sasaran secara
efektif, maka disusunlah 11 program dan 15 kegiatan yang implementasinya diatur melalu kebijakan/policy
yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara dengan rincian program dan kegiatan
yang termuat dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran dan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran tahun
2012. Adapun Program yang akan dibahas dalam skripsi ini, sebagai berikut :

Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, dengan
kegiatan Penyediaan benih/bibit unggul bermutu dan bersertifikat serta Pengawasan Peredaran Benih/Bibit
Tanaman Perkebunan. Dengan indikator kinerja (LAKIP Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara)
a. Input : Input dana
b. Output : Meningkatnya Luas Areal Kelapa, Cengkeh, Kakao, Pala, Aren. Dan tersedianya Sertifikasi
Benih
c. Outcome : Kualitas Luas Areal Produktif Tanaman Perkebunan.. Dan terpenuhinya Sertifikasi Benih

Indikator SPM, Target, dan Realisasinya


Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, dengan
kegiatan Penyediaan benih/bibit unggul bermutu dan bersertifikat serta Pengawasan Peredaran Benih/Bibit
Tanaman Perkebunan.

98
Tabel 2. Indikator SPM, Target, dan Realisasinya Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
%
No Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi
Capaian
1. Luas Areal :
- Kelapa Ha 2.900 3.200 110,34
- Cengkeh Ha 1.825 2.364 129,51
- Kakao Ha 875 1.175 134,29
- Pala Ha 550 550 100,00
- Aren Ha 100 100 100.00

2. Sertifikasi Benih Bibit 1.483.125 1.485.797 100,18

Sumber : LAKIP Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara 2012

Tercapainya sasaran meningkatnya luas areal produktif tanaman perkebunan adalah dengan
melaksanakan Peremajaan/rehabilitasi dan intensifikasi, penyedian bibit unggul bermutu dan bersertifikat serta
pengawasan peredaran benih/bibit tanaman perkebunan.

Hasilnya terlihat dari tersedianya bibit unggul bermutu dan bersertifikat serta terlaksananya pengawasan
peredara benih/bibit tanaman perkebunan, yang terealisasi 100,18%.

Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan


Nilai Ekonomi
Seperti yang telah diterangkan pada Bab II, bahwa ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi
sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan, yaitu dengan menghindar pengeluaran yang
boros dan tidak produktif. Ukuran ekonomi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain dengan cara
membandingkan harga yang digunakan organisasi sektor publik dengan organisasi sejenis, membandingkan
dengan harga pasar, atau membandingkan dengan anggaran yang telah disetujui. Nilai Ekonomi dari program-
program yang dilakukan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, dapat diukur dengan membandingkan
input primer (dana yang terealisasi) dengan input sekunder (jumlah tani, benih/bibit, promosi, dan lain-lain).
Dari hasil wawancara dengan Kepala Subbagian Keuangan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara yang
dilakukan penulis, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara telah melaksanakan program kerjanya sesuai
dengan prinsip ekonomis. Salah satunya dengan menerapkan Standar Pelayanan Minimum yang memang
diwajibkan bagi seluruh Pemerintah Daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005
Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, sehingga setiap SKPD memiliki
target yang harus dicapai, seperti yang telah dibahas pada Subbab 4.2 mengenai Indikator SPM, Target, dan
Realisasinya.
Input
Rasio Ekonomis = x 100%
Harga Input

Dari hasil wawancara dengan Kepala Subbagian Keuangan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara,
dana input pada Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
sebesar Rp 6.864.737.000, terlaksana 100%.
6.864.737.000
Rasio Ekonomis = x 100%
6.864.737.000
= 100%

Nilai Efisensi
Efisiensi diukur dengan membandingkan rasio antara output dan input. Persentasi nilai input yang
digunakan adalah dari perbandingan nilai input real dengan nilai input dalam anggaran, dalam hal ini telah
diukur pada nilai ekonomis diatas. Secara matematis, efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan
input, atau dengan istilah lain output per unit input. Sesuai dengan batasan masalah yang penulis jabarkan dalam
Bab I dan II, maka pengukuran Value For Money hanya sebatas pada 3 program dengan 3 kegiatan pada tahun

99
anggaran 2012. Nilai output yang digunakan dalam pengukuran ini adalah persentase perbandingan jumlah
realisasi fisik yang dianggarkan. Sedangkan nilai inputnya merupakan persentase dari perbandingan input yang
terealisasi dengan input yang dianggarkan. Maka rumus untuk pengukuran Nilai Efisiensi, sebagai berikut :
Output
Rasio Efisiensi = x 100%
Input
Untuk lebih jelasnya, akan dipaparkan dalam Tabel berikut :
Tabel 3. Data Target dan Realisasinya Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
Idikator
Program Uraian Satuan Target Realisasi Persen
Kinerja
Penyediaan Input Rupiah 6.864.737.000 6.864.737.000 100.00
benih/bibit
Peningkatan unggul
Produksi, bermutu dan
Ha 6.250 7.389 118,22
Produktivitas bersertifikat
dan Mutu serta
Output 109,2
Tanaman Pengawasan
Perkebunan Peredaran
Bibit 1.483.125 1.485.797 100,18
Berkelanjutan Benih/Bibit
Tanaman
Perkebunan.
Sumber : LAKIP Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara 2012

Berdasarkan tabel di atas, maka pengukuran Nilai Efisiensi Dinas Perkebunan Provinsi
Sulawesi Utara untuk kegiatan tersebut, adalah sebagai berikut :
109,2%
Nilai Efisiensi = x 100%
100%
= 109,2%

Nilai Efektivitas
Hasil uji reabilitas untuk Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan
Berkelanjutan, dengan kegiatan Penyediaan benih/bibit unggul bermutu dan bersertifikat serta Pengawasan
Peredaran Benih/Bibit Tanaman Perkebunan, menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha Coeffisien sebesar 0.874.
Ini menunjukkan bahwa kuesioner cukup reliabel, apabila digunakan untuk mengukur kembali objek yang sama,
hasil yang ditunjukkan relatif tidak berbeda.

Tabel 4. Hasil Uji Reabilitas Data Kuesioner kegiatan Penyediaan benih/bibit unggul bermutu dan
bersertifikat serta Pengawasan Peredaran Benih/Bibit Tanaman Perkebunan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 100 100.0

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.874 5
Sumber : Data diolah

Dari data tersebut dapat ditentukan interval kepuasan untuk kemudian digunakan dalam
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan.
Interval = (IKmaks – IKmin) : 5
IKmaks = PP x R x EXmaks

100
= 5 x 100 x 5
= 2500
IKmin = PP x R x EXmin
= 5 x 100 x 1
= 500
Interval = (2500 – 500) : 5
= 400
Tabel 5. Interval Kepuasan Masyarakat Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
Interval Kategori
500 – 900 Tidak Puas
900 – 1300 Kurang Puas
1300 – 1700 Cukup Puas
1700 – 2100 Puas
2100 - 2500 Sangat Puas
Sumber : Data diolah

Adapun indeks kepuasan pelanggan (masyarakat) yang diperoleh dari penyebaran kuesioner
adalah 1669, yang berarti berada pada kategori cukup puas. Maka untuk mengetahui persentase
pencapaian outcome, dapat ditentukan dengan rumus :
Batas bawah skala cukup puas + Batas atas skala cukup puas
Nilai outcome = ( / IKmaks ) x 100%
2
1300 + 1700
=( / 2500) x 100%
2
= 60%
Setelah nilai outcome kita ketahui maka selanjutnya nilai efektivitas dapat kita peroleh dengan
perhitungan :
Outcome
Nilai Efektivitas = x 100%
Output
60
= x 100%
109,2
= 54,9%

Angka 54,9% ini menunjukkan bahwa Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, dengan kegiatan Penyediaan benih/bibit unggul bermutu dan
bersertifikat serta Pengawasan Peredaran Benih/Bibit Tanaman Perkebunan belum terlaksana secara
efektif. Hal ini berarti bahwa program yang dilaksanakan pemerintah belum memuaskan masyarakat
secara maksimal.

PENUTUP

Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara melalui
pendekatan Value For Money. Adapun kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, dengan
kegiatan Penyediaan benih/bibit unggul bermutu dan bersertifikat serta Pengawasan Peredaran
Benih/Bibit Tanaman Perkebunan telah melaksanakan kinerjanya dengan ekonomis. Nilai efisiensi
menunjukan hasil yang sangat baik yaitu mencapai 109,2%, mampu menghasilkan output 109,2%
dengan input 100% yang telah ditentukan, hal ini menyatakan bahwa program ini sangat efisien. Nilai
efektivitas menunjukan hasil 54,9% belum mencapai hasil yang maksimal, dengan nilai outcome
mencapai 60%, hal ini menyatakan bahwa program ini tidak efektif.

101
2. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dengan kegiatan Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
telah melaksanakan kinerjanya dengan ekonomis. Nilai efisiensi menunjukan hasil yang sangat baik
yaitu mencapai 141,18%, mampu menghasilkan output 141,18% dengan input 100% yang telah
ditentukan, hal ini menyatakan bahwa program ini sangat efisien. Nilai efektivitas menunjukan hasil
53,8% belum mencapai hasil yang maksimal, dengan nilai outcome mencapai 76%, hal ini menyatakan
bahwa program ini tidak efektif.
3. Program Peningkatan nilai tambah, daya saing, industry hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian,
dengan kegiatan Promosi Produk Pertanian/Perkebunan (Pameran, Brosur, Leaflet, dll) telah
melaksanakan kinerjanya dengan ekonomis. Nilai efisiensi menunjukan hasil yang sangat baik yaitu
mencapai 100%, mampu menghasilkan output 100% dengan input 100% yang telah ditentukan, hal ini
menyatakan bahwa program ini sangat efisien. Nilai efektivitas menunjukan hasil 60% belum mencapai
hasil yang maksimal, dengan nilai outcome mencapai 60%, hal ini menyatakan bahwa program ini
kurang efektif.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat khususnya masyarakat tani dengan merata di setiap
daerah, dan terus memberikan kenyamanan bagi masyarakat, karena pentingnya faktor perkebunan bagi
kelangsungan hidup bangsa.
2. Berusaha untuk terus memenuhi target penyelesaian kinerja dengan menerapkan Standar Pelayanan
Minimal, agar selain tingkat ekonomi dan efisiensi tercapai, efektivitas pun dapat ditingkatkan dengan
adanya kepuasan dari masyarakat.
3. Rutin memberikan pelatihan kepada petani dan pelaku agribisnis agar mampu memberikan hasil terbaik
dari perkebunan, dan menjadi lebih terampil dan profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat Fathoni, 2011, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, PT Rineka Cipta. Jakarta
Bastian, Indra.2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik). Jakarta. penerbit PT Indeks.
Ekawarna, Shita Unjaswati; Iskandar Sam; Sri Rahayu.2009. Pengukuran Kinerja Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi. Universitas Negeri Jambi,
dalam Jurnal Cakrawala Akuntansi, Volume 1, Nomor 1.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta. Salemba Empat.
Halim, Abdul. 2007. Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah: Akuntansi dan Pengendalian
Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta. UPP STIM YPKN.
Halim, Abdul. 2010. Seri Bunga Rampai Akuntansi Sektor Publik: Sistem Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta.
UPP STIM YPKN
Hery, 2012. Inti Sari Konsep Dasar Akuntansi. Edisi pertama. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Mardiasmo.2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Mardiasmo.2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik : Suatu
Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah.
Nafarin, M.2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta. Salemba Empat.
Nugrahani, Tri Siwi.2007. Analisis Penerapan Konsep Value For Money pada Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Paper Akmenika UPY, Volume 1, 2007.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Dinas Perkebunan.2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah 2012. Manado.
Smith, Peter C.2009. Measuring Value For Money in Health Care : Concepts and Tools. University of York :
Centre for Health Economics.
Tanjung, Abdul Hafiz.2009. Akuntansi Pemerintahan Daerah, Konsep dan Aplikasi. Bandung. Alfabeta.
Yang diakses dari internet:
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi diakses pada 3 Oktober 2013 jam 09.10
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_pemerintahan diakses pada 3 Oktober 2013 jam 10.15
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_sektor_publik diakses pada 3 Oktober 2013 jam 09.15

102
ANALISIS KOREKSI FISKAL DALAM RANGKA PERHITUNGAN PPH BADAN
PT. KAWANUA DASA PRATAMA

Felix Daniel Wongso


Jantje Tinangon
Stanley Walandouw

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: lize_la_twice@yahoo.com

ABSTRAK
PT. Kawanua Dasa Pratama adalah sebuah perusahaan yang merupakan Wajib Pajak berbentuk
badan yang memiliki tanggung jawab untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan pajak terutang
yang harus dibayarkan kepada Negara. Tetapi, terdapat suatu masalah yang akan dihadapi dalam
pembayaran pajak. Hal ini disebabkan pada laporan keuangan khususnya laporan rugi – laba yang
mempunyai laporan Laba Rugi Komersial dan Laporan Laba Rugi Fiskal.Keduanya jelas berbeda dilihat
dari Laba Komersial yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, sedangkan Laba
Fiskal mengacu pada Undang – Undang Perpajakan yang berlaku.Perbedaan ini sederhananya terdapat
pada adanya pendapatan maupun biaya yang diakui sebagai pendapatan maupun biaya oleh perusahaan
tetapi tidak diakui oleh Pajak. Perbedaan tersebut memerlukan suatu penyesuian atau rekonsiliasi agar
jumlah PPh Badan Terutang yang dihitung oleh perusahaan dan pajak bisa sama. Untuk itu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui laba rugi fiskal yang didapat dari hasil koreksi fiskal pada laporan
keuangan komersial. Dalam penelitian ini, didapat laba setelah koreksi fiskal sebesar Rp 2.241.020.568
dan harus membayar pajak sebesar Rp 560.255.142.
Kata Kunci : Pajak Terutang, Laba Rugi, Koreksi Fiskal

ABSTRACT
PT.Kawanua Dasa Pratama is a company which is a resident and as an entity that has the
responsibility to calculate , report , and deposit the tax payable to be paid to the State. However , there are
problems that will occurred in the payment of taxes. This is due to the particular financial reports,
especially income statement have commercial income statement and fiscal income statement. Both of
them are distinctly different, from some point of views about Profit Commercial that refers to the
Financial Accounting Standards, while referring to the Act Taxable Income - Tax Act applicable. These
differences are simply found in the presence of income and expenses are recognized as income or expense
by the company but are not recognized by the Tax. These differences require an adjustment or
reconciliation so that the amount of corporate income tax payable are calculated by the company and the
tax could be alike. The purpose of this study is to determine the fiscal income statement derived from the
financial statements of fiscal correction in the commercial. In this study, obtained after correction of the
fiscal profit of Rp 2.241.020.568 and had to pay tax of Rp 560.255.142.
Key Words : Tax due, Income Statement, Fiscal Correction

103
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Laporan laba rugi merupakan sesuatu hal yang amat penting dalam laporan keuangan. Di
dalam laporan laba rugi ini menyajikan pendapatan (revenue), biaya (expenses) serta laba
atau rugi (profit / losses) suatu perusahaan dalam periode atau masa waktu tertentu. Laporan
ini sangat berguna untuk mengukur seberapa baik atau buruknya kinerja dari suatu
perusahaan yang ada. Laporan ini biasanya disajikan pada masanya yaitu perbulan atau pun
pertahun.
Laporan laba rugi ini sendiri juga merupakan suatu laporan keuangan yang harus
dihasilkan dari sistem akuntansi, baik yang dibuat berdasarkan dengan ketentuan yang dalam
Undang – Undang Perpajakan maupun yang ditetapkan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). Secara mendasar, kedua hal ini ( Undang – Undang Perpajakan dan
Standar Akuntansi Keuangan) mengatur suatu hal yang sama yakni tentang seberapa besar
jumlah yang dibebankan kepada konsumen. Namun dalam koreksi fiskal, kita dapat
menemukan suatu hal yang berbeda. Perbedaan ini terjadi apabila dari sisi Akuntansi
penghasilan diukur terlalu rendah dan tidak wajar dikarenakan adanya perlakuan khusus yang
mendukung terjadinya hal ini. Koreksi fiskal itu sendiri merupakan suatu koreksi atau
penyesuaian yang harus dilakukan wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan bagi
wajib pajak badan dan wajib pajak pribadi yang menggunakan pembukuan dalam
penghitungan penghasilan kena pajak. Walaupun prinsip perbedaan ini tidak bertentangan
berdasarkan konsep dasar, prinsip, metode atau ketentuan yang berlaku dalam prinsip
akuntansi keuangan dan akuntansi perpajakan. Namun, dalam beberapa hal harus diakui
memang terdapat perbedaan, sehingga sepantasnya apabila laporan laba rugi yang dihasilkan
oleh kedua disiplin akuntansi ini juga berbeda.
Perbedaan yang nyatanya adalah bagi perusahaan yang menganut prinsip dasar keuangan
(SAK) berpendapat bahwa pendapatan yang akan menambah laba kena pajak dan semua
pengeluaran adalah beban yang akan mengurangi laba kena pajak. Hal ini berbeda dengan
undang – undang perpajakan yang tidak mengakui semua pemasukan sebagai faktor
penambahan laba kena pajak, serta ada beberapa jenis pendapatan yang bukan merupakan
faktor penambah laba kena pajak karena pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat
final (tidak dapat dipungut lagi) dan tidak semua pengeluran adalah faktor pengurang laba
kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluran yang sesungguhnya bukan merupakan
bagian dari kegiatan perusahaan.
Dalam periode yang berjalan sebuah badan pasti telah membuat suatu laporan keuangan
yang termasuk di dalamnya laporan laba rugi yang memuat penghasilan, biaya dan laba rugi.
Seluruh penghasilan dan biaya yang terjadi dalam perusahaan perlu dilaporkan semua
sehingga dalam menghitung pajak penghasilannya perlu dilakukan sebuah koreksi atau pos –
pos yang tidak dapat dimasukan dalam perhitungan PPh Badan. Koreksi inilah yang biasanya
disebut koreksi fiskal. PT. Kawanua Dasa Pratama adalah salah satu perusahaan yang cukup
berkembang di Manado di bidang super market. Hal ini terbukti dengan masih eksisnya
perusahaan ini selama lebih dari 10 tahun beroperasi di kota Manado. Atas dasar inilah
penulis ingin mengamati bagaimana perusahaan ini menyikapi perbedaan – perbedaan yang
terjadi di antara laba rugi komersial dan laba rugi fiskal berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan dan serta Undang – Undang Perpajakan yang berlaku dengan mengangkat topik
“Analisis Koreksi Fiskal dalam rangka perhitungan PPh Badan pada PT Kawanua Dasa
Pratama”

104
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui koreksi fiskal yang dilakukan PT. Kawanua Dasa
Pratama dalam rangka perhitungan PPh Badan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Akuntansi
Warren dkk (2005 : 10) akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak – pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan.
Horngren & Harrison (2007 : 54) menyatakan bahwa Akuntansi adalah sistem informasi yang
mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada para pengambil keputusan.

Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan juga
berguna untuk menyampaikan informasi keuangan yang dipercaya kepada pihak yang
berkepentingan.

Soemarso (2006 : 430) laporan keuangan adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan
keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend)
suatu fenomena.

Pengertian Akuntansi Pajak


Akuntansi pajak adalah akuntansi yang diterapkan dengan tujuan untuk menetapkan besarnya
pajak terhutang. Fungsi akuntansi pajak ini adalah untuk mengolah data kuantitatif yang akan
digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat perhitungan perpajakan.

Pengertian Pajak
Mardiasmo (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat di paksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat di
tunjukkan dan yang di gunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Fungsi Pajak
(Mardiasmo 2011:1) Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang mempunyai dua
fungsi yaitu :
1. Fungsi Anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah, untuk membiayai
pengeluaran – pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat pengatur atau melaksanakan pemerintah
dalam bidang social ekonomi.

Konsep Koreksi Fiskal


Koreksi fiskal merupakan suatu penyesuaian yang dilakukan sebelum menghitung Pajak
Penghasilan bagi wajib pajak badan dan wajib pajak pribadi. Penyesuaian ini biasanya

105
dilakukan karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan antara akuntansi fiskal dengan
akuntansi komersial.

Jenis Koreksi Fiskal


Terdapat dua jenis koreksi fiskal yaitu koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif. Koreksi
fiskal positif adalah koreksi / penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak
yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan Terhutangnya juga akan meningkat.Sedangkan koreksi
fiskal negatif adalah koreksi atau penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak
yang akan membuat PPh badan terhutangnya juga akan menurun.

Definisi Pajak Penghasilan


Menurut Prabowo (2008:34) pajak penghasilan adalah suatu pengutan resmi yang ditujukan
kepada masyarakat yang berpenghasilan yang diterima dan diperoleh dalam tahun pajak, untuk
kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban
yang harus dilaksanakan.
Resmi (2009:41) mengemukakan definisi pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.

Penelitian Terdahulu (Kajian Empiris)


Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti/tahu Penelitian Penelitian
n
Prang Analisis Untuk analisis Terdapat Meneliti Meneliti perbedaan
Buwono Koreksi Fiskal menghitung kualitatif beberapa akun dampak pos – pos dari
(2012) atas Laporan penghasilan perbedaan laporan berbagai aspek yang
Keuangan yang dapat pengakuan keuangan ada.
pada agar penghasilan dan yang telah
CV.Reviana mengetahui biaya setelah direkonsiliasi
Penghasilan direkonsiliasi. terhadap
Kena Pajak pemungutan
menurut pajak
laporan
keuangan
fiskal yang
menjadi dasar
perhitungan
PPh badan
Terhutang.
Dewi Yuniarti Rekonsiliasi Untuk analisis Menunjukkan Merekonsilias Objek dan waktu
(2008) Fiskal menentukan kualitatif adanya i antara laba Penelitian sehingga
Atas Laporan nilai pajak beda antara laba komersial hasil penelitiannya
Keuangan penghasilan akuntansi dengan laba pun berbeda.
Komersial terutang dengan fiskal.
Untuk perusahaan laba untuk
Menentukan dengan tujuan pajak
Pajak melakukan yang dialami
penghasilan rekonsilias PT. BPR
(Studi pada i laporan Nusamba
Laporan keuangan Ngunut
Keuangan komersial Tulungangagun
Tahun 2007 menjadi g
PT. BPR laporan
Nusamba keuangan
Ngunut fiskal.
Tulungagung)

106
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena
dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data
yang diperoleh.Metode Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2005 : 54). Sedangkan metode penelitian kualitatif
adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan data
dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi (Sugiono, 2009
:15).

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian adalah pada kantor PT Kawanua Dasa Pratama yang terletak di Jl. Wolter
Monginsidi 1 Kompleks perumahan Bahu Mall. Waktu penelitian dilakukan pada 23 Agustus 2013
sampai dengan 3 Desember 2013.

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2012 : 110). Dalam proses mengumpulan data yang diperlukan
untuk perusahaan, penulis menggunakan 2 teknik pengumpulan data yaitu :
A. Wawancara : Penulis berusaha memewancarai dan bertanya kepada sumber terpercaya
perusahaan terutama di bidang pajak agar dapat mendapatkan informasi yang baik dan relevan.
B. Dokumentasi : Penulis mendapatkan informasi – informasi yang dibutuhkan dari dokumen -
dokumen perusahaan tentang pajak serta laporan keuangan yang telah dibuat.

Metode Analisis
Analisis yang digunakan penulis untuk menyelesaikan permasalahan dalam penulisan ini adalah
dengan menggunakan analisis deksripftif kualitatif. Kirk dan Miller (2010: 4) mendefinisikan metode
kualitatif sebagai suatu tradisi dalam ilmu pengetahuan yang bergantung pada pengamatan seseorang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum dan Sejarah PT. Kawanua Dasa Pratama


PT. Kawanua Dasa Pratama adalah perusahaan yang bergerak dibidang supermarket. Perusahaan
yang terbentuk pada 19 Maret 2002 atau dengan kata lain telah eksis selama lebih dari 11 tahun ini
juga menggambarkan bagaimana Fresh Mart Supermarket telah mendapatkan tempat yang lebih di
hati masyarakat kota Manado dalam hal perbelanjaan.
Fresh Mart sendiri telah membuka beberapa cabang yang telah tersebar di kota Manado. Cabang
Fresh Mart yang pertama yaitu “Fresh Mart Kembang” yang dibuka pada 8 Desember 2008.
Melihat antusiasme masyarakat yang cukup positif menyambut cabang pertama dari Fresh Mart
maka Fresh Mart juga berusaha untuk membuka cabang – cabangnya yang lain hal ini dapat dilihat
dengan dibukanya Fresh Mart Teling pada 23 Agustus 2009, Fresh Mart Winangun pada tanggal 13
November 2010 dan cabang terakhir yaitu Fresh Mart Wonasa pada tanggal 4 Agustus 2011.
Sampai saat ini, Fresh Mart telah mempekerjakan 281 orang karyawan per 31 Oktober 2013. Para
karyawan ini tersebar dari Fresh Mart pusat (Fresh Mart Bahu) serta ke cabang – cabang ( Fresh Mart

107
Kembang, Teling, Winangun, dan Wonasa). Setiap karyawan memiliki peran dan tugas masing-
masing. Setiap elemen dari pekerja, dari atasan sampai bawahan memiliki peran dan tugas masing –
masing yang saling berhubungan dan sangat mempengaruhi kinerja dari Fresh Mart itu sendiri.
Terganggunya suatu elemen pekerjaan dapat mengganggu elemen – elemen lainnya dalam struktur
Fresh Mart. Karena itu Fresh Mart sangat menekankan kepada kemajuan setiap karyawan yang
bekerja.

Hasil Penelitian
Berikut ini adalah laporan rugi – laba PT. Kawanua Dasa Pratama per 31 Desember 2012

PT KAWANUA DASA PRATAMA


RUGI-LABA
PER 31 DESEMBER 2012
Pendapatan
Penjualan BKP Rp. 90.496.531.623,00
Penjualan non BKP Rp 26.644.805.844,00
Pendapatan Sewa Rp 529.116.352,00
Pendapatan Sewa (Final) Rp 274.227.273,00
Total Pendapatan Rp 117.944.681.092

Harga Pokok Penjualan


Persediaan Awal Rp 12.803.487.475,00
Pembelian BKP Rp 83.622.211.917,00
Pembelian NON BKP Rp 20.199.429.907,00
RET/POL.PBL BKP Rp (712.947.103,00)
RET/POT.BPL NON BKP Rp (8.563.963,00)
Persediaan Akhir Rp (10.173.907.608,00)
Total HPP Rp 105.729.710.625
Laba Bruto Rp 12.214.970.467

Biaya Operasi
Biaya Gaji Karyawan Rp 4.481.740.000,00
Biaya Promosi Rp 69.863.636,00
Biaya Pemeliharaan & Keamanan Rp 241.831.567,00
Biaya PAM Rp 31.228.001,00
Biaya Listrik Rp 3.159.228.444,00
Biaya Pajak Daerah Rp 108.043.327,00
Biaya Telpon Rp 99.665.083,00
Biaya Keperluan Super Market Rp 283.486.528,00
Biaya Alat Tulis Menulis Rp 12.555.232,00
Biaya Percetakan/Fotocopy Rp 1.023.600,00
Biaya Kendaraan/Suku cadang Rp 16.077.000,00
Biaya Pemeliharaan Kendaraan Rp 7.438.646,00
Biaya BBM/Transport/Parkir Rp 50.696.842,00
Biaya Peralatan & Perlengkapan Rp 40.821.184,00
Biaya Administrasi Bank / Provinsi Rp 11.766.500,00
Biaya Bunga Bank Rp 513.804.681,70
Biaya Asuransi Rp 74.788.382,00
Biaya Sewa Rp 55.000.000,00
Biaya Penyusutan Rp 421.164.052,59
PPH Pasal 21 Rp 47.315.063,00

108
PPH Pasal 23 Rp 10.582.738,00
PPH Pasal 4 ayat 2 Rp 27.422.663,00
PPH Pasal 25/29 Rp 549.672.262,00
PPH Jasa Giro Rp 2.567.310,13
Biaya Jamsostek Rp 167.008.750,00
SKPKB/STP Rp 204.817.979,00
Biaya Lainnya Rp 19.499.919,30
Total biaya Operasi Rp 10.709.109.390,72
Laba bersih Rp 1.505.861.076,28

Non Operasi
Jasa Giro Rp 12.836.527,66
Total biaya non Operasi Rp 12.836.527,66
Laba/Rugi Rp 1.518.697.603,94

Dari data yang ada, dapat dilihat bahwa PT. Kawanua Dasa Pratama belum melakukan
penyesuaian untuk pembayaran pajak. Dari data yang ada, terlihat bahwa PT. Kawanua Dasa Pratama
mengalami keuntungan sebesar Rp 1.518.697.603,94 tetapi data itu hanya berdasarkan laporan
keuangan yang ada tanpa dilakukan rekonsiliasi. Hal ini menunjukan bahwa PT. Kawanua Dasa
Pratama mengikuti Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan bukan mengikuti
Undang – Undang Perpajakan.

Pembahasan
Dalam hasil penelitian pada PT. Kawanua Dasa Pratama, dapat dilihat bahwa perusahaan telah
mencoba mengeluarkan suatu laporan laba – rugi yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
tapi belum memegang prinsip Undang – Undang Perpajakan. Hal ini membuat sistem pembayaran
pajak jadi terganggu, akan lebih baik jika dalam laporan laba – rugi juga di masukan data koreksi
fiskal positif dan juga negatif seperti yang akan di paparkan berikut ini.
PT KAWANUA DASA PRATAMA
RUGI-LABA
PER 31 DESEMBER 2012
Pendapatan
Penjualan BKP Rp. 90.496.531.623,00
Penjualan non BKP Rp 26.644.805.844,00
Pendapatan Sewa Rp 529.116.352,00
Pendapatan Sewa (Final) Rp 274.227.273,00
Total Pendapatan Rp 117.944.681.092

Harga Pokok Penjualan


Persediaan Awal Rp 12.803.487.475,00
Pembelian BKP Rp 83.622.211.917,00
Pembelian NON BKP Rp 20.199.429.907,00
RET/POL.PBL BKP Rp (712.947.103,00)
RET/POT.BPL NON BKP Rp (8.563.963,00)
Persediaan Akhir Rp (10.173.907.608,00)
Total HPP Rp 105.729.710.625
Laba Bruto Rp 12.214.970.467

Biaya Operasi
Biaya Gaji Karyawan Rp 4.481.740.000,00
Biaya Promosi Rp 69.863.636,00

109
Biaya Pemeliharaan & Keamanan Rp 241.831.567,00
Biaya PAM Rp 31.228.001,00
Biaya Listrik Rp 3.159.228.444,00
Biaya Pajak Daerah Rp 108.043.327,00
Biaya Telpon Rp 99.665.083,00
Biaya Keperluan Super Market Rp 283.486.528,00
Biaya Alat Tulis Menulis Rp 12.555.232,00
Biaya Percetakan/Fotocopy Rp 1.023.600,00
Biaya Kendaraan/Suku cadang Rp 16.077.000,00
Biaya Pemeliharaan Kendaraan Rp 7.438.646,00
Biaya BBM/Transport/Parkir Rp 50.696.842,00
Biaya Peralatan & Perlengkapan Rp 40.821.184,00
Biaya Administrasi Bank / Provinsi Rp 11.766.500,00
Biaya Bunga Bank Rp 513.804.681,70
Biaya Asuransi Rp 74.788.382,00
Biaya Sewa Rp 55.000.000,00
Biaya Penyusutan Rp 421.164.052,59
PPH Pasal 21 Rp 47.315.063,00
PPH Pasal 23 Rp 10.582.738,00
PPH Pasal 4 ayat 2 Rp 27.422.663,00
PPH Pasal 25/29 Rp 549.672.262,00
PPH Jasa Giro Rp 2.567.310,13
Biaya Jamsostek Rp 167.008.750,00
SKPKB/STP Rp 204.817.979,00
Biaya Lainnya Rp 19.499.919,30
Total biaya Operasi Rp 10.709.109.390,72
Laba bersih Rp 1.505.861.076,28

Non Operasi
Jasa Giro Rp 12.836.527,66
Total biaya non Operasi Rp 12.836.527,66
Laba/Rugi Rp 1.518.697.603,94

Yang harus dilakukan penyesuaian diantaranya PPh pasal 21 yang didapat dari gaji karyawan,
PPh pasal 25 yang telah di bayarkan di tiap akhir bulan yang merupakan angsuran untuk pajak yang
akan dibayar di akhir tahun pada PPh pasal 29, PPh pasal 23 yang telah dibayarkan ini didapatkan dari
potongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang diperoleh dari
penggunaan harta atau modal, PPh pasal 4 ayat 2 merupakan pajak penghasilan yang didapatkan dari
pendapatan sewa (final) sebesar 10%, PPh Jasa Giro didapatkan dari Jasa Giro yang dipotong sebesar
20%, biaya Jamsostek didapatkan dari seberapa besar kontribusi seseorang terhadap perusahaan yang
merupakan bentuk perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi setiap orang,
biaya SKPKB/STP yang dihitung dari kantor pajak yang menilai kewajaran suatu perusahaan tentang
seberapa besar pajak yang kurang dibayar berdasarkan laporan yang telah dibuat.

Penyesuaian Fiskal Positif


PPh Pasal 21 Rp 47.315.063,00
PPh Pasal 23 Rp 10.582.738,00
PPh Pasal 4 ayat 2 Rp 27.422.738,00
PPh Pasal 25/29 Rp 549.672.262,00
PPh Jasa Giro Rp 2.567.310,13
Biaya Jamsostek Rp 167.008.750,00

110
SKPKB/STP Rp 204.817.979,00
Total penyesuaian fiskal positif Rp 1.009.386.765,13
Total laba setelah koreksi fiskal positif Rp 2.528.084.369,07

Penyesuaian Fiskal Negatif


Jasa Giro Rp 12.836.527,66
Pendapatan Sewa (Final) Rp 274.227.273,00
Total penyesuaian fiskal negative Rp 287.063.800,66
Total laba setelah koreksi fiskal Rp 2.241.020.568,41

Dari data yang ada ini telah benar mengikuti Undang – Undang pajak yang berlaku. PPh Pasal 21
sebesar Rp 47.315.063,00 , PPh Pasal 23 sebesar Rp 10.582.738,00 , PPh pasal 4 ayat 2 sebesar
27.422.663,00 dan juga PPh pasal 25/29 sebesar 549.672.262,00 harus dilakukan koreksi fiskal positif
dikarekan menurut peraturan perpajakan yang berlaku tentang pajak penghasilan menyatakan bahwa
pajak penghasilan kecuali PPh pasal 26 (tidak termasuk dividen) sepanjang PPh dimaksud ditambah
sebagai dasar perhitungan pajak untuk pemotongan PPh pasal 26 adalah merupakan beban yang tidak
dapat dikurangi dari penghasilan bruto.
PPh Jasa Giro sebesar 2.567.310,13 harus dikoreksi ke rekonsiliasi positif karena merupakan
suatu pajak penghasilan. Begitu juga dengan SKPKB/STP merupakan suatu sanksi administrasi pajak
yang menurut Undang – Undang perpajakan harus dikoreksi secara positif.
Biaya Jamsostek harus dikoreksi secara positif dikarenakan bukan merupakan suatu biaya yang
boleh dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Jasa giro sebesar Rp 12.836.517,66 serta Pendapatan Sewa (Final) sebesar Rp 274.227.273,00
harus dilakukan rekonsiliasi fiskal negatif karena beban merupakan objek pajak penghasilan. Hal ini
disebabkan oleh pengenaan pajak yang bersifat final.
Peraturan perundangan pajak mengatakan bahwa untuk menghitung besaran pajak penghasilan
badan yang harus dibayar adalah dengan cara mengalikan 25% dari total laba kena pajak.

PPh Badan = 25% x Laba Kena Pajak

Laba kena pajak PT. Kawanua Dasa Pratama sebelum dilakukan koreksi fiskal adalah sebesar Rp
1.518.697.603,94. Jadi jumlah pajak yang harus dibayar PT Kawanua Dasa Pratama sebelum
dilakukan koreksi fiskal adalah sebagai berikut
PPh badan = 25% x Laba Kena Pajak
PPh badan = 25 % x 1.518.697.603,94 = Rp. 378.674.401
Sebelum dilakukan koreksi fiskal, PT. Kawanua Dasa Pratama harus membayar pajak sebesar Rp
378.674.401. Hal ini tentu akan berbeda setelah dilakukan koreksi fiskal. Laba kena pajak PT
Kawanua Dasa Pratama yang sebelumnya Rp 1.518.697.603,94 berubah menjadi 2.241.020.568,41
setelah dilakukan koreksi fiskal.
PPh badan = 25% x Laba Kena Pajak
PPh badan = 25% x 2.241.020.568,41 = Rp 560.255.142
Sesuai peraturan perpajakan, telah dilakukan beberapa koreksi fiskal yang meningkatkan laba
kena pajak PT. Kawanua Dasa Pratama dan hal itu tentu saja mempengaruhi jumlah pajak yang harus
dibayar. Sebelum dilakukan koreksi fiskal, PT Kawanua Dasa Pratama harus membayar pajak sebesar
Rp 378.674.401. Setelah dilakukan koreksi fiskal, PT Kawanua Dasa Pratama harus membayar pajak
sebesar Rp 560.255.142. Hal ini telah sesuai dengan Undang Undang Perpajakan yang berlaku.

111
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibuat, dapat ditarik kesimpulan yaitu :
PT Kawanua Dasa Pratama telah membuat laporan laba komersial dengan tepat dan telah membuat
laporan laba fiskal sesuai dengan Undang – Undang perpajakan yang berlaku.

Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, terdapat beberapa saran yang
dapat diberikan untuk PT Kawanua Dasa Pratama, yaitu :
1. PT Kawanua Dasa Pratama sebaiknya menyertakan penyesuaian dalam membuat laporan rugi –
laba perusahaan.
2. Perusahaan harus lebih memperhatikan aspek - aspek yang harus dikoreksi fiskal agar supaya
tidak terdapat kekeliruan dalam pembayaran pajak.

112
DAFTAR PUSTAKA

Januarsi, Yeni. 2013. Laporan Keuangan Menurut PSAK


http://newsakuntansi.blogspot.com/2013/05/pengertian-laporan-keuangan-menurut.html.
Diakses Desember, 03 , 2013.

Mardiasmo, 2008. Perpajakan, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Muljono, Djoko. 2007. Pengantar PPh dan PPh 21 lengkap dengan undang-undang. Penerbit
Andi. Yogyakarta.

Muljono, Djoko. 2009. Akuntansi Pajak Edisi Revisi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Setiawati, Lilis. 2009. Pedoman dan Cara pengisian SPT PPh pasal 21. Penerbit Andi.
Yogyakarta.

Waluyo, 2011. Perpajakan Edisi 10- buku 1. Salemba Empat. Jakarta.

Waluyo, 2012. Perpajakan Indonesia 1. Salemba Empat. Jakarta.

Wicaksono, Baruni. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

113
EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PADA
BLU RSUP PROF.DR.R.D. KANDOU MANADO

Tirza Melia Sambeka


Harijanto Sabijono
Treesje Runtu

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi
email: tirzamelia@yahoo.com

ABSTRAK

Sistem pengendalian intern penerimaan kas harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam
suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, dan
penyelewengan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengendalian intern yang dilakukan,
guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengendalian intern penerimaan kas yang
diterapkan pada BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Untuk memperoleh data yang diperlukan
maka penulis menggunakan pengumpul data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian, sistem pengendalian penerimaan kas pada BLU RSUP Prof.dr.R.D.
Kandou Manado sudah memadai. Selain itu telah ditemukan beberapa kelemahan yang harus menjadi
perhatian manajemen, terutama pada dokumentasi dan penyampaian informasi. Penulis menyarankan
agar pengendalian yang telah berjalan hingga saat ini dapat dipertahankan dan disesuaikan dengan
kondisi perusahaan.

Kata kunci : Evaluasi, sistem pengendalian intern, penerimaan kas.

ABSTRACT

Internal control system of cash receipts should be implemented as effectively as possible in a


company to prevent and avoid the occurrence of errors, fraud and abuse. The purpose of this
research was to evaluate the internal control conducted, to get a clear view of the internal control of
cash receipts are applied to the BLU RSUP. Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. To obtain the necessary
data, the researcher used data collectors in the form of observations, interviews and documentation.
Based on the results o the research, system controlling of cash receipts in the department is sufficient.
But other than that, the researcher found several weakness that should be a concern of management,
especially on the Entity’s documentation and the delivery of information. The writer suggested that
the control has been run to date can be maintained and adapted o the conditions of the company.

Keywords: evaluation, internal control system, cash receipt.

114
PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian


Struktur organisasi yang baik sangatlah diperlukan dalam perusahaan sebagai satu
kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri. Informasi berupa laporan-laporan serta analisis-
analisis diperlukan manajemen agar kegiatan usaha dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan sistem akuntansi yang baik, diharapkan manajer akan mampu mengendalikan
perusahaan, agar kegiatan usahanya berkembang. Oleh karenanya, pemimpin suatu
perusahaan sangat membutuhkan suatu sistem dalam menjalankan pengendalian intern agar
dapat mengamankan atau mengawasi aset perusahaan.
Menurut Donald E. Kieso, dkk (2008), “Kas adalah aktiva lancar yang paling likuid,
yang berarti dapat digunakan secara langsung untuk keperluan operasional perusahaan. Kas
terdiri dari uang tunai dan saldo perusahaan di bank. Uang tunai terdiri dari uang kertas dan
uang logam”. Setara kas adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan
nilai yang signifikan.
Rumah Sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan memiliki berbagai
macam fungsi, antara lain fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, yang mencakup
berbagai tingkatan dan jenis kegiatan. Di sisi lain rumah sakit bersifat padat modal
(memerlukan biaya besar), padat karya (memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah
cukup banyak dimana sebagian besar tidak dapat digantikan dengan alat), serta padat
teknologi (memerlukan berbagai alat dengan teknologi mutakhir).
Objek penelitian pada penulisan skripsi ini adalah Badan Layanan Umum (BLU)
Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado sebagai institusi di bidang
pelayanan kesehatan. Pasien yang berobat tidak sedikit dan jangkauan wilayah rumah sakit
cukup luas dan juga merupakan rumah sakit rujukan bagi Rumah Sakit Daerah, Puskesmas di
wilayah Manado serta rumah sakit pemerintah lain di sekitar Sulawesi Utara. Adapun
aktivitas transaksi perusahaan meliputi penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan kas
perlu adanya pengawasan dan pengendalian intern meskipun sudah ada pemisahan fungsi.
Melihat arti penting pengendalian intern bagi manajemen Rumah Sakit dalam pengeloaan
dana khususnya penerimaan kas, penulis tertarik untuk mengevaluasi sistem penerimaan kas
perusahaan apakah sudah dilaksanakan secara memadai atau tidak. Dengan demikian penulis
mengambil judul penulisan skripsi ini yaitu: “Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Penerimaan Kas Pada BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dapat dibuat perumusan
masalah yaitu apakah sistem pengendalian intern penerimaan kas di BLU RSUP Prof. DR.
R.D. Kandou Manado dilakukan secara memadai atau tidak.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi sistem pengendalian
intern penerimaan kas di BLU RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado apakah sudah
dilaksanakan dengan memadai atau tidak.
Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teotitis
Memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi
manajemen, dan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian
selanjutnya guna melakukan evaluasi yang lebih baik, tentang pengendalian intern atas
penerimaan kas dalam mengefektifkan penggunaan dana perusahaan.
b) Manfaat Praktis
1. Bagi Perusahaan
Hasil simpulan dari penelitian ini diharapkan pengelolaan penerimaan kas di
perusahaan dapat disempurnakan penggunaan standar dan praktek Akuntansinya dan
dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi manajemen perusahaan

115
mengenai perbaikan dari kelemahan-kelemahan pengendalian intern penerimaan kas
yang diterapkan perusahaan saat ini sehingga dapat meminimalkan kecurangan atau
penyelewengan dana.
2. Bagi Akademisi
Sebagai bahan masukan dan bahan referensi sehingga dapat menerapkan perpaduan
yang tepat antara praktik dan keadaan teoritis yang diperoleh dari bangku kuliah
khususnya bidang sistem pengendalian intern penerimaan kas.
3. Bagi Penulis
Dengan membandingkan teori-teori pengendalian intern atas penerimaan kas dengan
aplikasinya terhadap pengendalian intern penerimaan kas, penulis dapat lebih
memahami dan mencermati manfaat pengendalian intern terhadap penerimaan kas.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Akuntansi
Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan,
kemajuan perusahaan dapat dilihat dari proses akuntansi perusahaan tersebut. Berikut definisi
dari akuntansi menurut pendapat beberapa ahli.
Menurut Lili M. Sadeli (2006:2) : “Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan,
mengukur dan melaporkan informasi untuk membuat pertimbangan dan mengambil
keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut”.
Menurut Rudianto (2009:4) : “Akuntansi sebagai sebuah sistem yang menghasilkan
informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi
dan kondisi perusahaan”.
Dari beberapa definisi yang sudah dikemukakan para ahli tersebut maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa definisi akuntansi adalah semua kegiatan seperti pencatatan,
penggolongan, pengidentifikasian, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi dalam
sebuah sistem yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengambil tindakan-tindakan mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi
perusahaan.

Konsep Akuntansi Manajemen


Dalam dunia usaha, mulai dari usaha kecil sampai pada perusahaan besar
membutuhkan informasi akuntansi sebagai alat pengawasan maupun sebagai dasar
pengambilan keputusan.
Menurut Horison, Horngren, (2004 : 5), akuntansi manajemen didefinisikan :
“Management Accounting is the process o identifying, measuring, accumulating, analizing,
preparing, interpreting, and communicating information that helps managers fulfill
organizational objectives”. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa akuntansi manajemen
mencakup ruang lingkup yang amat luas yaitu mencakup analisis keuangan, internal kontrol,
sistem akuntansi, akuntansi biaya, audit internal, dan akuntansi keuangan.
Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2001 : 3), “Akuntansi manajemen
adalah suatu kegiatan (proses) yang menghasilkan informasi keuangan bagi manajemen untuk
pengambilan keputusan ekonomi dalam melaksanakan fungsi manajemen”.

Sistem Informasi Akuntansi Manajemen


Informasi akuntansi manajemen dikelola dalam suatu sistem, yaitu sistem informasi
akuntansi manajemen.
Menurut Krismiadji, ( 2005) : “Sistem informasi akuntansi manajemen merupakan
sisem informasi yang menghasilkan output dengan menggunakan input dan memprosesnya
untuk mencapai tujuan khusus manajemen. Tidak ada suatu criteria formal yang menjelaskan
sifat dari input atau proses, bahkan output dari sistem informasi akuntansi manajemen”
Pengendalian Intern

116
Menurut Werren Reeve, dkk (2005) terdapat beberapa konsep dasar pengendalian
intern berikut ini:
1. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengendalian intern itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan. Pengendalian intern
merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak
terpisahkan.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari
pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang
organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.
3. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang
melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan
pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian intern
tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.

Tujuan Pengendalian Intern


Menurut Mulyadi (2008 : 181), ” tujuan pengendalian intern adalah sebagai berikut :
1) Keandalan informasi keuangan,
2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
3) Efektifitas dan efisiensi operasi”.
Sistem Pengendalian Intern
Menurut Horison Horngren, (2004), istilah sistem pengendalian intern mempunyai
dua pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit istilah tersebut
merupakan prosedur-prosedur dan mekanis untuk memeriksa ketelitian dari data-data
administrasi seperti pencocokan penjumlahan mendatar dan penjumlahan kebawah. Dalam
arti luas sistem pengendalian intern merupakan sistem yang terdiri dari berbagai unsur
dengan tujuan untuk melindungi harta milik, meneliti ketepatan dan sampai seberapa jauh
data akuntansi dapat dipercaya mendorong efisiensi dan menjamin dipatuhinya kebijakan
perusahaan.
Sedangkan menurut Mulyadi (2008:163) ”mendefenisikan sistem pengendalian intern
meliputi struktur organisasi, metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi
dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern merupakan suatu proses
yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang terdiri dari berbagai kebijakan,
prosedur, teknik, peralatan fisik, dokumentasi, dan manusia.

Kas
Menurut Donald E. Kieso,dkk (2008) : “Kas adalah aktiva lancar yang paling likuid,
yang berarti dapat digunakan secara langsung untuk keperluan operasional perusahaan”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2010: 02) “Kas adalah alat pembayaran yang
siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan”. Kas adalah uang
tunai yang paling likuid sehingga pos ini biasanya ditempatkan pada urutan teratas dari aset.
Yang termasuk dalam kas adalah seluruh alat pembayaran yang dapat digunakan dengan
segera seperti uang kertas, uang logam dan saldo rekening giro di bank kas terdiri dari saldo
kas (cash on hand) dan rekening giro. Arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas disebut
arus kas. Cash on hand adalah saldo kas yang ada ditangan perusahaan (biasa disebut dengan
Kas saja), sedang rekening giro adalah kas yang ada di Bank (disebut dengan Kas Bank atau
Bank saja).

Pengertian Penerimaan Kas


Mengacu kepada pendapat Mulyadi (2004: 455), pengertian penerimaan kas adalah
kas yang diterima perusahaan, baik yang berupa uang tunai maupun surat-surat berharga yang

117
mempunyai sifat dapat segera digunakan, yang berasal dari transaksi perusahaan, maupun
penjualan tunai, pelunasan piutang atau transaksi lainnya yang dapat menambah kas
perusahaan: “Sumber penerimaan kas terbesar suatu perusahaan dagang berasal dari transaksi
penjualan tunai.”

Prosedur Penerimaan Kas


Bagian-bagian yang terkait aktiva lancar dari penjualan tunai:
1. Bagian Order Penjualan : bertugas membuat faktur penjualan 3 lembar (untuk pembeli,
bagian gudang, arsip bagian penjualan).
2. Bagian Kasa : bertugas menerima pembayaran, memasukkan data ke register kas,
memberi cap lunas, faktur bersama pita register diserahkan ke bagian pengiriman
selanjutnya membuat bukti setoran ke bank.
3. Bagian Pengiriman : bertugas menerima barang dan faktur ke 2 dari gudang lalu
mencocokkan dengan faktur yang di cap lunas dan pita register diserahkan ke bagian
jurnal dan laporan.
4. Bagian Jurnal dan Laporan : bertugas menerima faktur lembar ke 1 dan pita register lalu
mencatat ke buku jurnal penerimaan kas.

Bagian-Bagian yang Terkait dalam Prosedur Penerimaan Kas


Bagian-bagian yang terkait dalam prosedur penerimaan kas adalah :
1. Bagian Sekretariat
Bagian ini bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan cek dan surat
pemberitahuan melalui pos dari para debitur perusahaan. Fungsi sekretariat bertugas
membuat daftar surat pemberitahuan atas dasar surat pemberitahuan yang diterima
bersama cek dari debitur.
2. Bagian Penagihan
Bagian ini bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada debitur perusahaan
berdasarkan daftar piutang pada fungsi akuntansi.
3. Bagian Kas
Bagian ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari bagian sekretariat dan
menyetorkannya ke bank dalam jumlah penuh.
4. Bagian Akuntansi
Bagian ini bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang ke jurnal
penerimaan kas dan berkurangnya piutang dalam kartu piutang.
5. Bagian Pemeriksaan Intern
Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan perhitungan kas pada bagian kas
secara periodik dan melakukan rekonsiliasi bank untuk mengecek ketelitian catatan kas
yang diselenggarakan oleh bagian akuntansi.

Prinsip-prinsip Pengendalian Intern atas Penerimaan Kas


Prinsip-prnsip pengendalian intern penerimaan kas adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan tanggung jawab pengelolaan dan pengawasan secara fisik.
b. Semua surat masuk harus dibuka dengan pengawasan yang cukup.
c. Harus segera dibuat catatan oleh yang membuat surat tentang cek atau uang yang
diterima dari siapa saja, jumlahnya dan digunakan untuk apa.
d. Semua penjualan tunai harus dibuatkan nota penjualan yang sudah diberi nomor urut
atau dicabut dalam mesin cash register.
e. Daftar penerimaan uang harus dicocokkan dengan jurnal penerimaan uang.
f. Tembusan nota penjualan tunai harus dikirimkan ke kasir dan bagian pengiriman.
g. Bukti setor ke bank setiap hari dicocokkan dengan daftar penerimaan uang harian dan
catatan dalam jurnal penerimaan uang.
h. Semua penerimaan uang harus disetorkan pada hari itu juga atau pada awal hari kerja
berikutnya.

118
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan pendekatan spesifik untuk
menekiti masalah-masalah secara lebih mendalam dengan tujuan mengungkapkan fakta
dalam hubungan sebab akibat, mencari keterangan-keterangan sebab terjadinya masalah dan
bagaimana memecahkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan sistem
pengendalian terhadap penerimaan kas apakah sudah memadai.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian bertempat di BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado yang terletak di
Jalan Raya Tanawangko. Adapun kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2013
sampai selesai.
Prosedur Penelitian
Melakukan observasi pada perusahaan dan wawancara terhadap pegawai perusahaan.
Mengumpulkan dokumen-dokumen dan data yang didapat serta mempelajarinya untuk
memahami akan kondisi-kondisi yang ada dalam perusahaan, kemudian mengevaluasi
perbedaan-perbedaan yang terjadi dan menentukan apakah perbedaan itu menyangkut hal-hal
yang mendasar, dari evaluasi ini dapat diketahui apakah sistem pengendalian penerimaan kas
sudah memadai.

Populasi dan Sampel


Populasi
Populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal
minat yang ingin peneliti investigasi.Obyek penelitian pada BLU RSUP Prof.Dr. R.D.
Kandou yang berkedudukan di Jalan Raya Tanawangko. Populasi yang digunakan penelitian
ini adalah faktur penerimaan kas di perusahaan tersebut.

Sampel
Sampel (sample) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah
anggota yang dipilih dari populasi. Sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi
(Uma Sekaran, 2006).

Teknik Pengambilan Sampling


Teknik pengambilan adalah merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling
yang digunakan. Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian adalah attribute
sampling atau disebut pula proportional sampling yang digunakan terutama untuk menguji
efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian pengendalian).
Metode Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data subjek (self report data), dan data
documenter (documentary data), yaitu:
1. Data Subyek (self report data)
Data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjadi subjek penelitian (responden).
2. Data Dokumenter (documentary data)
Data dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa: faktur, jurnal,
surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau alamat dalam bentuk laporan program. Data
dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa yang
terlibat dalam suatu kejadian. Data dokumenter dalam penelitian ini adalah formulir-
formulir yang terkait dengan aktivitas penerimaan kas pada BLU RSUP Prof.Dr. R.D.
Kandou, slip pembayaran administrasi Rumah Sakit dari pasien, slip pembayaran
konsultasi dokter spesialis, biaya tindakan dan dokumen pendukung lainnya.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi :

119
1. Data Primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti
yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Dalam hal ini
responden harus menjawab beberapa pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang
diberikan oleh peneliti.
2. Data Sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa data dokumen perusahaan, seperti
dokumen keuangan, buku standar operasional perusahaan, dokumen-dokumen yang
terkait dengan penerimaan kas.

Teknik Pengumpulan Data


Penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai objek yang
akan diteliti dengan menggunakan beberapa pendekatan teknik yang diperlukan, diantaranya
adalah Studi Lapangan (Field Research). Metode yang digunakan adalah metode wawancara,
observasi, dan survei dokumen.
1. Wawancara
Penulis melakukan wawancara kepada staf BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado
untuk mendapatkan informasi tentang sistem pengendalian intern yang berlaku pada
perusahaan.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data secara detail. Observasi dilakukan
dengan mengamati secara langsung proses penerimaan kas dari konsumen dalam hal ini
pasien.
3. Survei Dokumen
Survei dokumen ini dilakukan dengan cara melihat dokumen-dokumen yang terkait serta
bukti-bukti penerimaan kas, dan membaca buku yang berhubungan dengan sistem
penerimaan kas.

Metode Analisis Data


Metode Kualitatif
Metode analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan unsur sistem
pengendalian intern, yaitu:
1. Struktur organisasi.
2. Otorisasi dan prosedur pencatatan.
3. Praktik yang sehat.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya.

Metode Kuantitatif
Pengujian dilakukan pada kelengkapan dokumen-dokumen seperti slip pembayaran
dan bukti-bukti transaksi lainnya, otorisasi yang terdapat dalam dokumen dan nomor urut
yang tercetak pada dokumen tersebut.

Teknik Analisis Data


Berdasarkan masalah yang ada, langkah-langkah dalam analisis data pada penelitan
ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis data
2. Merumuskan masalah
3. Teknik pengumpulan data
4. Melakukan analisis terhadap bahan penelitan yang ada
5. Memberikan kesimpulan
6. Memberikan saran

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Objek Penelitian

120
Badan Layanan Umum (BLU) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado berawal dari
RSU Gunung Wenang Manado yang terletak di Kelurahan Wenang Kota Manado.Didirikan
pada zaman Hindia Belanda dengan nama KONINGEN WILHELMINA ZIEKENHEUIS
(K.W.Z). Tahun 1942, tentara Koigun Jepang menduduki Kota Manado dan KWZ diganti
namanya menjadi KOIGUN BYOIN. Pada tahun 1945, sesudah Perang Dunia KOIGUN
BYOIN mengalami kerusakan berat dan direhabilitasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 730/Menkes/SK/VI/2004
tahun 2004 telah ditetapkan nama Rumah Sakit Umum Pusat Manado menjadi Rumah Sakit
Umum Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Selanjutnya pada 26 Juni 2007, RSUP Prof. Dr.R.D.
Kandou Manado ditetapkan sebagai instansi yang menerapkan PPK-BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 756/MENKES/SK/VI/2007 dan Keputusan Menteri
Keuangan No.272/Keu.05.2007 tanggal 21 Juni 2007.

Visi dan Misi Perusahaan


Visi
”Menjadi Rumah Sakit Pendidikan Unggulan di Kawasan Timur Indonesia Bagian
Utara”
Misi
1. Melaksanakan pelayanan medis,keperawatan,penunjang yang professional, bermutu,
tepat waktu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat;
2. Melaksanakan pendidikan,pelatihan dan penelitian untuk pengembangan SDM
3. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum,keuangan dan anggaran yang efektif,
efesien serta akuntabel
4. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan

Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan salah satu alat bagi manajemen atau pimpinan
perusahaan untuk mengendalikan kegiatannya. Proses pembentukannya dimulai dengan
menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan
yang telah ditetapkan.Setiap kegiatan akan dibagi ke dalam unit-unit kegiatan yang lebih
kecil, dengan disertai perincian tugas dari masing-masing karyawan yang menjalankan
tugasnya. Selanjutnya tugas tersebut dibagi-bagi dan ditentukan bagian-bagian mana yang
akan mengerjakan suatu tugas atau kelompok tugas tertentu. Apabila diperlukan di dalam
suatu bagian masih bisa dibentuk sub bagian yang lebih kecil sesuai dengan bentuk bagian
yang diperlukan dalam organisasi.Tahap terakhir adalah menentukan hubungan antara
tugas yang satu dengan tugas yang lain. Penentuan ini agar tercipta kerjasama yang baik dan
terarah diantara bagian-bagian tersebut, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil Penelitian
Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas Pada BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado
Sistem pengendalian intern merupakan istilah yang telah umum dan banyak
digunakan sebagai kepentingan. Istilah pengendalian intern diambil dari terjemahan istilah
“Internal Control”. Untuk mengetahui sistem pengendalian yang ada pada perusahaan, maka
terlebih dahulu kita harus mengetahui mengenai pengendalian intern yang terdapat dalam
suatu perusahaan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penyimpangan atas kas sebagai aset
perusahaan.
Adapun sistem pengendalian intern pada BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado
adalah :

1. adanya sistem atau prosedur dan dokumentasi yang dapat diperiksa dari laporan
keuangan sampai ke dokumen asal.

121
2. adanya dokumentasi sehingga memungkinkan untuk diperiksa kembali oleh pihak lain,
baik dari internal perusahaan maupun pemeriksaan dari luar perusahaan (external
auditor).
3. adanya pemisahan tugas, yaitu adanya pemisahan tanggung jawab, pemisahan
pelaksanaan kegiatan. Sebagai contoh : untuk melaksanakan pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas adalah seorang staf akuntansi; yang melakukan pembayaran adalah staf
kas kecil; yang menyimpan uang kas adalah kepala kasir.

Prosedur Penerimaan Kas


Bagian-bagian yang terkait aktiva lancar dari penjualan tunai:
1. Bagian Kasir
Bertugas menerima bukti registrasi dan pembayaran tunai dari pasien umum,
memasukkan data ke register kas, memberi cap lunas dengan kwitansi selanjutnya
membuat bukti setoran ke bank.
2. Bagian Mobilisasi Dana
Bertugas menerima bukti setoran ke bank yang di cap lunas dan bukti registrasi serta
kwitansi diserahkan ke bagian jurnal dan laporan.
3. Bagian Jurnal Dan Laporan
Bertugas menerima bukti setoran ke bank yang di cap lunas dan kwitansi lalu mencatat
bukti penerimaan kas ke buku jurnal penerimaan kas, kemudian diarsipkan.
4. Bagian Bendahara Umum
Bertugas menerima surat pemberitahuan dari bagian mobilisasi dana tentang transfer
dana dari Bank, dan menerima jurnal dan laporan keuangan untuk dicocokkan ke jurnal
penerimaan kas dari bagian jurnal dan laporan.
5. Bagian Sekretariat
Bertugas menerima semua surat pemberitahuan dari bendahara umum tentang
penerimaan kas perusahaan.
6. Bagian Kas
Menerima daftar surat pemberitahuan dan kwitansi dari bagian sekretariat, membuat
bukti setoran ke bank sebanyak 3 lembar, menyetor cek dari langganan ke bank dan
bukti setoran dan 1 lembar untuk arsip bagian kasa.

Pembahasan
Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Secara Umum
Evaluasi terhadap pengendalian internal secara umum, didapatkan fakta-fakta atas
aktivitas di BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou. Terdapat fakta yang merupakan kelebihan,
dan ada fakta yang merupakan kelemahan. Fakta-fakta yang diperoleh adalah BLU RSUP
Prof. Dr. R.D Kandou menekankan kejujuran, ketertiban waktu dalam bekerja, dan peraturan
mengenai ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. Hal tersebut dilakukan agar tingkat
kedisiplinan dari semua pegawai baik dari ketepatan absensi dari masing-masing pegawai.
Aktivitas pengendalian dari hal pemisahan tugas dan sistem otorisasi sudah dilakukan dengan
baik. Sedangkan terhadap pengelolaan dokumen secara umum harus lebih tertata dengan baik
agar mudah dimengerti dan mempermudah pendataan. Pengendalian secara fisik telah
memadai dilihat dari perusahaan mendata setiap tamu atau pelanggan yang datang, kunci
perusahaan hanya dipegang oleh security perusahaan sehingga tidak ada personel lain yang
memiliki kunci ruangan kemudian perusahaan memiliki ruangan khusus untuk menyimpan
dokumen-dokumen penting dan akses ke dalam ruangan tersebut hanya dimiliki oleh personel
yang berwenang. Manajemen BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou memiliki cara atau standar
komunikasi antarbagian dan sub-bagian, dengan surat pemberitahuan mengadakan rapat yang
harus dihadiri oleh masing-masing unit. BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou hanya memiliki
peraturan umum perusahaan dan belum memiliki peraturan kode etik secara tertulis, sehingga
BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou belum bisa menekankan secara tegas pentingnya
kompetensi terhadap pegawainya, karena sangatlah penting jika dilakukan pelatihan secara

122
berkala dan juga dilakukan penilaian kinerja berdasarkan pokok-pokok tugas masing-masing
pegawai. Susunan struktur organisasi secara umum sudah memadai dan juga memiliki auditor
internal, jadi selama ini penilaian risiko dilakukan subbidang sehingga memiliki laporan hasil
audit internal, akan tetapi sistem pencatatan dan pelaporan keuangan yang sudah
menggunakan sistem komputer yang harusnya mendapat pengawasan ketat sehingga
pekerjaan tidak dapat selesai secara efisien.

Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Kas


BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou sebaiknya dilakukan pelatihan secara berkala dan
juga dilakukan penilaian kinerja berdasarkan pokok-pokok tugas masing-masing pegawai,
dan melakukan pengawasan secara ketat kepada setiap pegawainya terutama pada bagian
pencatatan dan pelaporan keuangan khususnya penerimaan kas sehingga meminimalkan
adanya kemungkinan kecurangan atau penyimpangan uang kas. Penerapan pengendalian
internal dan sistem akuntansi terhadap penerimaan kas sudah baik walaupun ada masalah
dalam hal softfile dari daftar peserta yang baru dimiliki pada akhir bulan sehingga dapat
menyebabkan meningkatnya kemungkinan adanya transaksi yang lupa atau tidak tercatat oleh
pihak bank. Oleh karena itu, harus dibuat kebijakan bahwa data softfile daftar peserta harus
terbaharui setiap hari. Apabila terjadi pergerakan uang di kasir, harus ada approval dari
Bagian Akuntansi dan Keuangan. Hal tersebut diharapkan agar tidak adanya penyalahgunaan
kas kecil.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, pengendalian internal secara keseluruhan
maupun yang berkaitan dengan penerimaan kas BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou yang
dibuat oleh manajemen sudah memadai dan dapat melindungi aset dan meminimalkan risiko
yang dapat menghambat kinerja dan operasional perusahaan. Namun, selain hasil evaluasi
yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa masalah
yang harus diperhatikan dan menjadi pertimbangan manajemen BLU RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou, yaitu kurangnya pedoman tertulis dan konkret atas kode etik, penyampaian
informasi, pelatihan bagi para pegawai secara berkala dan harus ada pengawasan secara ketat.

Saran
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dijelaskan, rekomendasi dan saran yang
mungkin dapat membantu manajemen dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou untuk
meningkatkan efektivitas kinerja dan operasional perusahaan khususnya dalam pengendalian
penerimaan kas. Rekomendasi-rekomendasi tersebut adalah: perusahaan membuat kebijakan
baru yang secara jelas menyatakan berkas harus dikirim sehari setelah transaksi berlangsung
dan sampai diperusahaan maksimal satu minggu lamanya; bagian pertanggungan melakukan
pencocokan berkas dengan softfile setiap berkas sampai di perusahaan, tidak hanya di akhir
bulan atau awal bulan selanjutnya; manajemen pada setiap bagian memiliki pedoman dan
peraturan tertulis dalam bertukar informasi atau dokumen ke bagian lain atau subbagian
masing-masing. Peraturan tersebut misalnya: peraturan permintaan dokumen atau data
antarbagian, peraturan permintaan dokumen atau data antarsubbagian. Sedangkan terhadap
pengelolaan dokumen secara umum harus lebih tertata dengan baik agar mudah dimengerti
dan mempermudah pendataan. Apabila terjadi pergerakan uang di kasir, harus ada approval
dari Bagian Akuntansi dan Keuangan. Hal tersebut diharapkan agar tidak adanya
penyalahgunaan kas kecil. Selain itu perusahaan dapat mengetahui setiap pelaporan
keuangan. Oleh karena itu perusahaan disarankan agar dapat mengadakan pemeriksaan secara
mendadak (surprised audit) sehingga aset perusahaan dapat terawasi.

123
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim dan Bambang Supomo. 2001. Auditing: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi
Kedua. Yogjakarta

Donald E. Keiso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2008. Akuntansi Intermediate. Jilid 1.
Erlangga, Jakarta.

Horison, Horngren. 2004. Akuntansi di Indonesia . Salemba Empat Patria.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit : Salemba Empat.
Jakarta

Krismiadji. 2005. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Kedua. Akademia Manajemen Perusahaan
YKPN. Yogyakarta

Lili M. Sadeli. 2006. Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta

Mulyadi, 2004. Sistem Akuntansi, Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Erlangga. Jakarta.

Warren S. Carl, James M. Reeve dan Philip E. Fees. 2005. Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Salemba
Empat, Jakarta.

124
PENERAPAN PERYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 46 TENTANG
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008
TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA
PT.MEGA JASAKELOLA

Ray Marcel Letlora


Jantje.J. Tinangon
Lintje Kalangi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: Raymarcel07@Gmail.com

ABSTRAK

Penerapan PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan diharapkan dapat


menjembatani antara peraturan perpajakan dengan ketentuan akuntansi.. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui penerapan PSAK No.46 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 atas pajak
penghasilan badan pada PT.Mega Jasa Pengelola. Metode analisis yang digunakan adalah analisa
deskriptif,. Hasil penelitian Penerapan PSAK No. 46 atas pajak penghasilan badan pada PT.Mega
Jasakengelola telah diterapkan sesaui terutama mengenai pajak tangguhan, laba fiskal dan hutang
pajak kini. Penerapan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 atas pajak penghasilan pada PT.Mega
Jasa Pengelola sudah sesuai peraturan Perpajakan yang ada. PT.Mega Jasakelola telah melaksanakan
pelaporan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan, sesuai dengan ketentuan hal ini dibuktikan dengan
dilakukannya koreksi positif atas biaya yang non taxable.

Kata Kunci : Penerapan Peryataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 , Undang-undang Nomor
36 Tahun 2008,Pajak Penghasilan Badan

ABSTRACT

The application of PSAKNo. 46, Accounting for Income Taxes expected to bridge between
accounting and tax laws with provisions . The purpose of this study is to investigate the application of
PSAK No. 46 and Act No. 36 of 2008 on corporate income tax on PT.mega Jasakelola. The analytical
method used is descriptive analysis. The application of PSAK No.46 of research results . 46 top
corporate income tax has been applied on PT.Mega Jasakelola especially regarding deferred tax,
taxable income and tax payable now . Implementation of Act No. 36 of 2008 on income tax on
business services is appropriate PT Mega Jasakelola Taxation existing regulations. PT.Mega
Jasakelola has implemented reporting income tax on their annual tax return, in accordance with the
provisions of this is evidenced by the positive correction done at the expense of the non- taxable.

Keywords : Application of statement of Financial Accounting Standards No. 46 , act No. 36 of 2008 ,
Corporate Income Tax

125
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2008
tentang pajak penghasilan dengan menerapkan sistem self assessment sebagai sistem pemungutan
pajak dimana wajib pajak diwajibkan mendaftar, menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang terhutang.
Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 46 tentang Akuntansi
Pajak Penghasilan diharapkan dapat dijembatani antara peraturan perpajakan dengan ketentuan
akuntansi. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 46 mengatur pengakuan,
pengukuran,penyajian dan pengungkapan pajak penghasilan entitas.
Pajak penghasilan merupakan salah satu pajak langsung yang dipungut oleh pemerintah pusat
atau merupakan pajak negara. Sebagai pajak langsung maka beban pajak tersebut menjadi tanggungan
wajib pajak yang bersangkutan dalam arti beban pajak tersebut tidak bisa dilimpahkan kepada pihak
lain dengan cara memasukkan beban pajak tersebut kepada kalkulasi harga jual. Yang menjadi objek
pajak penghasilan adalah orang pribadi atau badan. Yang terkait sebagai badan antara lain : PT, CV,
BUMN, BUMD, BUMS, Firma koperasi, yayasan, serta bentuk usaha tetap.
PT. Mega Jasakelola adalah merupakan anak perusahaan dari PT. Megasurya Nusalestari
yang bergerak di bidang pengelolaan kawasan Mega Mas. PT. Mega Jasakelola memiliki kaitan yang
sangat erat dengan Pajak Penghasilan, karena PT. Mega Jasakelola adalah merupakan Pengusaha
Kena Pajak, yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sejak 26 September 2002 dengan
Nomor NPPKP 02 020 097 8 821 000.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan PSAK no.46 dan Undang-undang no 36
tahun 2008 pada PT.Mega Jasakelola sesuai dengan aturan pemerintah.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Akuansi Perpajakan


Akuntansi perpajakan adalah akuntansi yang dalam penerapannya menggunakan perhitungan
perpajakan dan mengacu pada peraturan dan perundang-undang perpajakan beserta pelaksanaanya
disamping Prinsip dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). (Lubis, 2010:31).

Akuntansi Perpajakan adalah Suatu seni dalam mencatat, menggolongkan,


mengihtisarkan serta menafsirkan transaksi-transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan dan
bertujuan untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak (penghasilan yang digunakan sebagai
dasar penetapan beban dan pajak penghasilan yang terutang) yang diperoleh atau diterima dalam suatu
tahun pajak untuk dipakai sebagai dasar penetapan beban dan/atau pajak penghasilan yang terutang
oleh perusahaan sebagai wajib pajak. (Dhanny R Cysco:kamus akuntansi).

Konsep Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.46

Tujuan Peryataan Standar Akuntansi Keuangan No. 46

tujuan PSAK No.46 tahun 2010 adalah sebagai berikut:

- Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan


- Bagaimana mempertanggung jawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan
mendatang
- Pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada
laporan posisi keuangan entitas.
- Transaksi‐transaksi dan kejadian‐kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan
keuangan entitas.
- Pernyataan ini juga mengatur pengakuan aktiva pajak

126
- tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut.
- Perbedaan pengaturan dengan IAS 12 : pengaturan pajak final, SKP, penambahan
kesesuaian dengan peraturan perpajakan untuk definisi aset pajak tangguhan.

Pencatatan dan Penyajiannya

Pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap rugi fiskal yang masih
dapat dikompensasikan dan beda waktu antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan
fiskal yang dikenakan pajak, dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku, tarif maksimum PPh
30%.Jurnal untuk mencatat timbulnya asset pajak tangguhan adalah

Keterangan Debit Kredit

Aset pajak tangguhan Xxxx

Pendapatan pajak tangguhan Xxx

jurnal untuk mencatat timbulnya kewajiban pajak tangguhan adalah

Keterangan Debit Kredit

Beban pajak tangguhan Xxxx

Kewajiban pajak tangguhan xxx

Penyajian pajak tangguhan:

1.Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan kewajiban lainnya
dalam neraca.

2.Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini (tax
receivable/prepaid tax) dan kewajiban pajak kini (tax payable).

3.Aset atau kewajiban pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset atau kewajiban
lancar.

4.Aset pajak kini harus dikompensasikan (offset) dengan kewajiban pajak kini dan iumlah
netonya disajikan dalam neraca.

5.Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal
harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.

6.Aset pajak tangguhan disajikan terpisah dengan akun tagihan restitusi PPh dan kewajiban
tangguhan juga disajikan terpisah dengan utang PPh 29.

7.PPh final:

A. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan PPh final
berbeda dari Dasar Pengenaan Pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak boleh
diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.
B. Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak diakui proporsional
dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.
C. Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan
sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai pajak Dibayar di
Muka dan Utang pajak.

127
D. Akun PPh final dibayar di muka harus disajikan terpisah dari PPh final yang masih
harus dibayar.

8.Perlakuan akuntansi untuk hal khusus:

A. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan
pajak harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan
Laba Rugi periode berjalan.
B. Apabila diajukan keberatan dan atau banding, pembebanannya ditangguhkan.
C. Apabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuan akuntansinya mengacu pada
PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk periode berjalan, kesalahan
mendasar, dan perubahan kebijakan akuntansi.

Konsep Undang-Undang Pajak Penghasilan No 36 tahun 2008

Menurut undang-undang pajak penghasilan pasal 4 ayat 1 penghasilan merupakan tambahan


kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai
kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan
pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan.

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, penghasilan
dapat dikelompokkan menjadi :
i. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara,
dan sebagainya;
ii. penghasilan dari usaha dan kegiatan;
iii. penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti
bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha; dan
iv. penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat pula
ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak. pajak penghasilan digolongkan menjadi dua bagian
antara lain pajak migas dan pajak non migas .pajak migas adalah pajak penghasilan yang diperoleh
dari pajak minyak bumi dan gas alam .sedangkan pajak non migas antara lain :

a. Pajak penghasilan pasal 21 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau
diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan .
Subjek pajak PPh pasal 21 adalah :

1. Pegawai

2. Penerima pensiun

3. Penerima honorarium

4. Penerima upah

5. Orang pribadi lainnya yang menerima / memperoleh penghasilan sehubungan dengan


pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak.

b. Pajak penghasilan pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan dari
pemerintah pusat ataupun daerah,instansi,atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
Negara lainnya yang berkenaan atas penyerahan barang,dan badan-badan tertentu baik badan

128
pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain.
Tarif PPh pasal 22 atas penjualan instansi pemerintah :

PPh pasal 22 bendaharawan = 1,5% x nilai penjualan

Tarif PPh pasal 22 atas import :

1. Bila importir memiliki API (Angka Pengenal Impor)


PPh pasal 22 impor = 2,5% x nilai import
2. Bila importir tidak memiliki API
PPh pasal 22 impor = 7,5% x nilai import
c. Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diperoleh
atau diterima atas penghasilan wajib pajak dalam negeri dalam bentuk usaha tetap yang
berdasarkan dari modal, penyerahan jasa,atau penyelengaraan kegiatan selain yang telah
dipotong pajak penghasilan pph 21,yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau
subjek pajak dalam negeri,penyelengara kegiatan,bentuk usaha tetap atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya.
Tarif PPh 23:

1. Deviden, royalti, bunga, hadiah penghargaan


PPh pasal 23 = 15% x penghasilan bruto
2. Sewa dan jasa
PPh pasal 23 = 2% x penghasilan bruto
d. Pajak panghasilan pasal 24 merupakan pajak yang terutang atau yang dibayarkan di luar negeri
atas penghasilan yang diperoleh atau diterima dari luar negeri yang boleh dikreditkan terhadap
pajak penghasilan yang terutang terhadap seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri .
e. Pajak penghasilan pasal 25 merupakan pajak yang diangsurkan dan harus dibayar wajib pajak
untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan . pajak penghasilan pasal 25 bisa di kreditkan
dengan seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun dalam surat pemberitahuan tahunan
pajak penghasilan sedangkan pajak penghasian pasal 29 merupakan pajak yang masih harus
dibayar atas kekurangan pembayaran pajak pada akhir tahun pajak .
f. Pajak penghasilan pasal 26 merupakan pajak yang dikenakan oleh penghasilan yang diterima
oleh wajib pajak luar negeri dari Indonesia,selain penghasilan yang diperoleh melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia

129
Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Matriks Perbandingan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu


No Nama/Tahun Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
1 Windy Namwi Analisis Analisis Perusahaan telah Penerarapan Penelitian
Ansyur/2012 Penerarapan deskriptif menerapkan PSAK No 46 terdahulu tidak
PSAK No 46 akuntansi pajak tentang pajak meneliti
pada Laporan penghasilan pada penghasilan Undang-undang
Keuangan laporan Nomor 36 Tahun
pada PT Prima keuangannya, 2008
Karya namun belum
Manunggal sepenuhnya
mengakui adanya
konsekuensi atas
pajak di masa
yang akan datang
berupa perubahan
kewajiban jangka
panjang menjadi
kewajiban jangka
pendek
2 Wulan Dampak Analisis regresi Terdapat Penerapan penelitian
Puspitasari Penerapan berganda perbedaan yang Undang-Undang sebelumnya
(2011) Undang- signifikan No 36 Tahun menggunakan
Undang No 36 terhadap wajib 2008 tentang analisis regresi
Tahun 2008 pajak dan pajak penghasilan berganda
Tentang Pajak penerimaan pajak sedangkan
penghasilan sebelum dan penulis
Terhadap sesudah undang- mengunakan
Jumlah Wajib undang nomor 36 analisis
Pajak dan tahun 2008 deskriptif
penerimaan
Pajak

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif untuk memberikan gambaran cara sistematis dan akurat
mengenai fakta, sifat dari hubungan antar fenomena yang diteliti pada suatu perusahaan.

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat Penelitian adalah PT. Mega Jasakelola Manado. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan oktober sampai november.

Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Mengajukan Permohonan Penelitian Pada tahap ini dimulai dengan memasukan surat
permohonan penelitian yang sudah dibuat peneliti dengan persetujuan fakultas untuk
melakukan penelitian pada objek tersebut.
2. Pengumpulan DataTahap ini dimulai dari mengumpulkan data pendukung penelitan yaitu
stuktur organisasi,PPh pasal 21,PPh pasal 22,PPh pasal 23,PPh pasal 25,PPh pasal 29,laporan
keuangan,laporan laba rugi

130
3. Analisa Data Penelitian Pada tahap ini dilakukan analisa pada data yang ada sesuai dengan
judul penelitian untuk melengkapi dan menentukan hasil penelitian yang akan diambil.
4. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini merupakan tahapan akhir dari penelitian dengan
menarik kesimpulan dari hasil penelitian mengenai Penerapan PSAK nomor 46 dan Undang –
undang nomor 36 tahun 2008 pada PT.Mega Jasakelolah

Metode Pengumpulan Data

Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini menurut Kuncoro (2003: 124). ada 2 jenis data, yaitu :

1. Data kuantitatif ,adalah data yang disajikan dan diukur dalam suatu skala numerik atau dalam
angka-angka.Dalam penelitian ini data kuantitatif yang di butuhkan adalah hasil jumlah pph
terutang dan laporan keuangan pada PT.Mega jasakelola
2. Data kualitatif ,adalah data yang bersifat deskriptif atau berbentuk uraian atau penjelasan serta
tidak dapat diukur dalam skala numerik.Dalam penelitian ini data kualitatif yang di butuhkan
adalah yang merupakan gambaran umum perusahaan tersebut dan stuktur organisasi.

Sumber Data
Sumber data menurut Kuncoro (2003 : 127) dibedakan menjadi dua jenis yaitu

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian melalui metode
pengamatan dan wawancara langsung kepada pihak yang terkait dengan data-data yang ada.
2. Data sekunder adalah data yang sudah ada, diperoleh secara lisan maupun tulisan menyangkut
dengan objek penelitian .

Metode Pengumpulan Data


1. Penelitian Lapangan
a) Wawancara, yaitu melakukan kegiatan tanya jawab dengan pimpinan dan
karyawan perusahaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
b) Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian,
guna mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

2. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Method)


Yaitu pengambilan data dari berbagai literatur-literatur dengan masalah yang dihadapi guna
mendapatkan landasan teori, tinjauan pustaka, dan analisis yang sesuai dalam memecahkan
masalah tersebut.
3. Mengakses Website dan Situs-situs terkait Website atau situs-situs yang menyediakan
informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi. yaitu suatu
metode pembahasan masalah yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, suatu data atau keadaan
serta melukiskan dan menerangkan suatu keadaan sedemikian rupa sehingga dapatlah ditarik suatu
kesimpulan. mengetahui penerapan PSAK No. 46 dan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 atas
pajak penghasilan pada PT. Mega Jasakelola sebagai Perusahaan jasa Persewaan Ruangan dan
Pengelolaan Kawasan Mega Mas dengan peraturan Undang-undang Perpajakan yang ada.

131
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

PT. Megasurya Nusalestari didirikan pada tanggal 29 Desember 1994 dengan Akta Notaris
No 85 yang dibuat dihadapan Notaris Sri Hartini Widjaja, SH, di Ujung Pandang Sulawesi Selatan.
Namun Akte pendirian tersebut telah mengalami perubahan yakni melalui Akta Risalah Rapat
Pemegang Saham No. 29 yang dibuat pada tanggal 26 Februari 1999 dihadapan Notaris yang sama.
Sesuai Akta Notaris tersebut, maksud dan tujuan PT. Megasurya Nusalestari adalah untuk bergerak
dalam bidang usaha Pembangunan Perumahan, Property dan Developer, kontraktor, Perdagangan
umum, Pertanian dan Perkebunan, industri jasa, dan lain sebagainya.
. bidang Usaha dan aktivitas usaha dari PT. Mega Jasakelola adalah :
a. Jasa Persewaan Ruangan
Jasa persewaan Ruangan yang dilakukan tersebut meliputi:
(1) Jasa Persewaan Ruangan Kios
(2) Jasa Persewaan Ruangan Marquis
(3) Jasa Persewaan Ruangan ATM Galery
Jasa Persewaan Lahan

b. Jasa Perparkiran
c. Jasa Keamanan dan Kebersihan
d. Jasa Rekreasi Laut
e. Jasa Penyediaan Listrik Kawasan

Hasil Penelitian
PT Mega Jasakelola
Neraca
Per 31 Desember 2012 dan 2011

Keterangan 2012 (Rp) 2011 (Rp) Ket


AKTIVA
Aktiva lancar
Kas 675.158.290 611.600.062
Bank 1.948.505.267 2.336.642.129
Deposito 1.425.000.000 379.700.000
Piutang dagang 45.404.767.820 35.514.096.442
Piutang karyawan 318.110.714 428.125.864
Cadangan Kerugian piutang (5.348.300.126) (4.793.297.385) (2)
Persediaan 5.876.754.868 8.797.164.320
Pekerjaan dalam pelaksanaan 5.949.5000 -
Pembayaran dimuka 2.213.017.296 1.618.532.212
Biaya dibayar dimuka 548.239.384 1.022.667.194
Pajak dibayar dimuka 3.614.810.904 1.604.388.665
Jumlah aktiva lancer 56.682.013.920 47.519.519.505
Investasi jangka panjang
Penyusutan modal 1.201.000.000 1.200.000.000
Jumlah investasi jangka panjang 1.201.000.000 1.200.000.000
Aktiva tetap
Bangunan 1.376.705.654 1.512.279.898
Harga perolehan bangunan 2.710.803.674 270.803.674
Akum Peny bangunan 1.334.094.020 1.198.523.776
Mesin dan peralatan 2.448.549.806 2.658.665.114
Hp mesin dan peralatan 5.403.944.008 5.236.149.008
Akum peny mesin dan peralatan 2.955.394.201 2.577.683.893 (3)

132
Keterangan 2012 (Rp) 2011 (Rp) Ket
Kendaran 5.932.467.771 5.312.284.804
HP kendaran 36.380.934.601 35.635.968.945
Akum peny kendaran 30.448.437.830 30.323.684.941 (3)
Alat kerja 36.730.096 26.724.169
HP alat kerja 204.920.261 183.740.943 (3)
Akum peny alat kerja 168.190.165 157.016.773
Inventaris 112.287.735 155.856.656 (3)
HP Inventaris 1.214.854.921 1.187.044.921
Akum peny inventaris 1.102.647.186 10.31.194.265 (3)
Jumlah Aktiva tetap 10.938.506.131 9.665.603.844
Aktiva lain-lain
Aktiva pajak tangguhan 3.286.025.885 3.506.004.680
Hak guna 36.209.500 52.434.500
Jumlah aktiva lain-lain 3.332.235.385 3.558.439.188
Jumlah aktiva 72.143.755.456 61.943.562.523
KEWAJIBAN
Kewajiban lancar
Hutang dagang 27.330.176.036 22.836.494.463
Hutang pajak 4.369.240.064 2.231.555.954
Biaya yang masih harus dibayar 11.000.366.252 10.849.714.360
Pendapatan diterima dimuka 807.107.994 1.976.216.827
Hutang deviden 616.210.660 -
Jumlah kewajiban lancar 44.125.109.009 37.893.981.605
Kewajiban jangka panjang
Hutang bank 6.996.005.192 8.016.302.288
Kewajiban manfat karyawam 7.793.495.938 7.692.520.656
Jumlah kewajiban jangka 14.923.183.543 15.708.822.944
panjang
EKUITAS (1)
Modal saham 5.668.730.349 5.668.730.348
Laba (rugi) ditahan 2.668.448.195 (1.047.345.110
Laba (rugi) tahun berjalan 4.797.086.434 4.953.057.739
Jumlah ekuitas 13.134.272.970 9.574.450.978
Jumlah kewajiban dan ekuitas 85.278.028.435 71.518.0.13.500
Sumber : PT. Mega Jasakelola, 2013
Berdasarkan neraca PT Mega Jasakelola dapat di ketahui bahwa :
1. Kewajiban manfaat karyawan adalah saldo pencadangan untuk imbalan paska kerja karyawan
yang dihitung sebesar 18 kali penghasilan karyawan sebagai pesangon, termasuk juga
penghargaan yang dihitung berdasarkan masa kerja karyawan. Namun bagi peraturan perpajakan
yang tidak mengakui konsep konservatisme, maka imbalan paska kerja karyawan hanya akan
dibebankan saat telah dibayarkan. Oleh karena itu, kewajiban ini tidak diakui oleh pajak dan
menimbulkan perbedaan sementara.
2. Perusahaan mencadangkan kerugian piutang yang mungkin diperoleh perusahaan akibat tidak
tertagihnya piutang. Hal ini tidak diakui oleh pajak.
3. Total beban penyusutan dihitung berdasarkan estimasi yang dilakukan perusahaan memiliki
beberapa perbedaan dengan aturan perpajakan, sehingga saat rekonsiliasi fiskal terdapat selisih
penyusutan yang boleh diakui perusahaan berdasarkan peraturan perpajakan.
4. Ketiga hal sebelumnya, kewajiban manfaat karyawan, cadangan kerugian piutang dan selisih
pembebanan penyusutan merupakan total perbedaan sementara antara peraturan perpajakan
dengan estimasi perusahaan. Total perbedaan ini kemudian dikalikan 25% untuk tahun 2010
(setelah 2009, aktiva pajak tangguhan tidak lagi 28% dari total perbedaan).
PT. Mega Jasakelola telah menerapkan Pernyataan standar akuntansi keuangan No 46 dan
undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan mengenai akuntansi pajak

133
penghasilan. Penerapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan ini dalam mengakui konsekuensi
perhitungan pajak penghasilan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan aktiva pajak tangguhan, perusahaan menentukan selisih sementara antara
perhitungan yang dilakukan perusahaan dengan perhitungan yang dilakukan pihak fiskus, hal
ini dilakukan dengan membandingkan neraca menurut perusahaan dengan neraca menurut
peraturan perpajakan (balance sheet liability method);
2. Menghitung laba fiskal dan hutang pajak, laba fiskal didapatkan dari perhitungan koreksi fiskal
yang telah perusahaan lakukan sebelumnya, dengan demikian kemudian diketahuilah utang
pajak kini perusahaan;
3. Menghitung laba komersial, laba komersial dihitung setelah mengurangkan dan/atau
menambahkan saldo laba tahun berjalan di neraca dengan biaya yang tidak sesuai perhitungan
pajak. Setelah itu dikurangkan dengan beban pajak kini dan beban pajak tangguhan sehingga
didapatkan laba komersial bersih;

PT Mega Jasakelola
Laporan Rugi Laba
Per 31 Desember 2012 dan 2011
Keterangan 2012 (Rp) 2011 (Rp)
PENDAPATAN USAHA 69.772.766.019 66.533.675.461
BEBAN USAHA 55.112.046.707 55.253.616.982
LABA (RUUGI) KOTOR 14.660.719.312 11.200.058.479
PENDAPATAN BEBAN LAIN-LAIN
Pendapatan lain-lain 6.817.707.413 8.517.206.005
Beban lain-lain 14.738.328.206 14.372.480.104
Total pendapatan (beban ( lain-lain 7.420.620.791 3.855.274.089
LABA SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN 7.240.098.519 7.344.784.390
TAKSIRAN PPH BADAN
Beban pajak kini tidak final - 446.536.250
Beban pajak kini final 4.813.328.608 3.128.290.696
Beban (manfaat pajak tangguhan) 2.544.629.957 191.177.784
2.268.698.651 3.506.004.680
LABA (RUGI) BERSIH SETELAH
PAJAK 4.971.399.888 3.838.779.710
Sumber : PT. Mega Jasakelola, 2013
PT. Mega Jasakelola telah menerapkan Pernyataan standar akuntansi keuangan No 46 dan
undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan mengenai akuntansi pajak
penghasilan. Penerapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan ini dalam mengakui konsekuensi
perhitungan pajak penghasilan yaitu perusahaan menghitung hutang pajak yang masih harus dibayar,
karena adanya uang muka PPh yang dibayar perusahaan tiap bulannya (PPh 25 masa), maka total
pajak yang harus dibayarkan tidak sebesar utang pajak yang telah dihitung sebelumnya.
.

Pembahasan

Penerapan PSAK No. 46 Atas Pajak Penghasilan pada PT.Mega Jasakelolah


Jurnal
Beban pajak kini Rp 1.891.783.550
Aktiva pajak kini Rp 1.891.783.550
Berdasarkan perhitungan beban pajak kini, maka dapat diketahui hutang pajak yang masih
harus dibayar oleh perusahaan dengan mengurangkannya dengan PPh 25 masa yang telah dibayar
sebelumnya, sehingga:
Hutang pajak (PPh 29) Rp 1.891.783.550
Pajak yang di bayar dimuka 2011 Rp 1.604.288.665 -
Hutang PPh yang masih harus dibayar Rp 287.494.885

134
Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa point-point dalam PSAK No. 46 telah
diterapkan dengan benar pada PT. Mega Jasakelola terutama mengenai pajak tangguhan, laba fiskal
dan hutang pajak kini.
Jurnal Pencatatan Kredit Pajak :
Piutang PPh 25 Rp 3.614.810.904
Piutang PPh Pasal 23 Sewa Rp 287.000.000
Kas Rp 3.614.810.904
Pendapatan Sewa Rp 287.000.000
- Jurnal Pencatatan Kurang Bayar :
Biaya PPh Rp 6.887.378.250

Piutang PPh 25 Rp 3.614.810.904


Piutang PPh Sewa Rp 287.000.000
Kas Rp 2.985.567.350

- Jurnal Pencacatan Pembayaran PPh


Hutang PPh Rp 2.985.567.350
Kas Rp 2.985.567.350
Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk menghitung dan melaporkan dalam SPT PPh
Tahun yang bersangkutan mengenai jumlah PPh pasal 25 tahun berikutnya diangsur setiap bulan,
yaitu dengan cara pajak penghasilan yang terutang menurut SPT PPh Tahun yang bersangkutan
dikurangi dengan PPh yang dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar dan terhutang diluar
negeri yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 (dua belas) bulan. Perhitungan Pajak yang harus
diangsur (PPh pasal 25) PT. Mega Jasakelola adalah sebagai berikut :
Laba sebelum pajak Rp 27.549.513.000
Pendapatan tidak teratur Rp(10.151.000.000)
Laba Dasar Perhitungan PPh pasal 29 Rp 17.398.513.000
Pajak Penghasilan Terutang :
- 25 % X 17.398.513.000
Jumlah Pajak Penghasilan Terutang Rp 4.349.628.250

Kredit Pajak

- PPh Pasal 23 atas Sewa Rp 287.000.000


Jumlah Kredit Pajak` Rp (287.000.000)
PPh yang dibayar sendiri
- PPh Pasal 25 Rp (3.614.810.904)
Dasar Perhitungan Angsuran per tahun Rp 447.817.350

Angsuran PPh Pasal 25 per bulan Rp 37.318.112


Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 36 tahun
2008 atas pajak penghasilan pada PT.Mega Jasakelola sudah sesuai peraturan Perpajakan yang ada.

PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan PSAK No. 46 atas pajak penghasilan badan pada PT.Mega Jasakelola telah sesuai
dengan PSAK No. 46 terutama mengenai pajak tangguhan, laba fiskal dan hutang pajak kini.
2. Penerapan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 atas pajak penghasilan pada PT.Mega
Jasakelola sudah sesuai peraturan Perpajakan yang ada.
3. PT. Mega Jasakelola telah melaksanakan pelaporan Pajak Penghasilan pada Surat Pemberitahuan
Tahunan, sesuai dengan ketentuan hal ini dibuktikan dengan dilakukannya koreksi positif atas
biaya yang non taxable.

135
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang diajukan kepada PT. Mega jasakelola adalah:
1. Dengan adanya perubahan undang-undang perpajakan yang berlaku maka selama Tahun 2008
pemerintah memberikan pengampunan pajak atau lebih dikenal dengan nama Sunset Policy,
setiap perusahaan dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah tersebut. Akan
tetapi, setelah dilakukan analisis setiap perusahaan tidak terdapat adanya pelanggaran terhadap
kewajiban perpajakannya.
2. Selalu memperhatikan dan melakukan komunikasi dengan pihak Fiskus untuk mengetahui
ketentuan-ketentuan baik berupa Keputusan Menteri Keuangan maupun Peraturan Pemerintah
lainnya mengenai pajak penghasilan.

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, 2009, Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi dan
Penutupan Praktis, ANDI, Yogyakarta.

Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati 2009. Pajak Penghasilan Teknik Rekonsiliasi Fiskal. Edisi
Kedua. Yogyakarta. Ekonisia.

Lubis, Irsan, 2010. Akuntansi Perpajakan. LPMB/STEI. Ciledug

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi XVI- Revisi 2009. Penerbit Andi Yogyakarta

Suandy, Erly 2011. Hukum Pajak. Edisi Pertama. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.

Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Elementer Konsep Dasar Perpajakan Indonesia.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Simamora Hendry 2013. Akuntansi manajemen Edisi III. Stard Date Publiser. Jakarta

Siti, Resmi. 2007. Perpajakan Teori dan Kasus, Dua, Salemba Empat ; Jakarta.

Soemitro Rochmat. 2007. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan; PT. Eresco, Bandung .

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

136
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA
TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MANADO

Hendro J. Rumende
Jantje Tinangon
Sherly Pinatik

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : hendro_012@yahoo.com

ABSTRAK

Pajak merupakan sumber pendapatan utama setiap negara di dunia. Tentu keberadaan pajak sangat
penting dalam pelaksanaan fungsi negara dan pemerintahan. Di negara-negara maju dan berkembang, sebagian
potensi pendapatan negara melalui pajak itu sudah dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan kemampuan
inovasi dan teknologi badan usaha dan industri nasional mereka. Dengan pajak, suatu pemerintahan juga dapat
menjalankan kebijakan terkait dengan stabilitasi harga sehingga tingkat inflasi dapat tetap dijaga. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan pajak dengan menggunakan surat paksa
dan surat teguran dan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penagihan pajak dengan surat paksa dan surat
teguran pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat
perbedaan yang cukup signifikan. Dimana tingkat efektifitas penagihan pajak dengan surat teguran dan surat
paksa justru lebih besar pada tahun 2011 dibandingkan 2012. Beberapa hal yang menyebabkan tidak seluruhnya
surat teguran dan surat paksa yang diterbitkan dapat tertagih atau dilunasi oleh penunggak pajak, antara lain;
penanggung pajak lalai dalam melunasi utang pajak, penanggung pajak tidak mengakui adanya utang pajak,
penanggung pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya. Dari data perhitungan yang di peroleh bahwa
penagihan pajak dengan dengan surat teguran pada tahun 2011 dan 2012 tidak efektif di bandingkan dengan
penagihan pajak dengan surat paksa yang tergolong cukup efektif. Dan kontribusi surat teguran terhadap
pencairan tunggakan pajak sangat kurang di bandingkan dengan surat paksa yang tergolong cukup baik.

Kata kunci : Penagihan Pajak, Surat Teguran dan Surat Paksa, Tingkat Efektivitas.

ABSTRACT

Tax is a source of income main every country in the world. of existence tax is important in the function
state and government. In developed countries and developing world, partly potential state revenue through tax
has been utilized for purposes improvement of innovation and technology business entities and industry national
them. With taxes, a government can run policy relating to stabilitasi price inflation so that the rate can remain
maintained. The purpose of this research is to determine the level effectiveness billing tax by using letter
forcibly and warning and to know how big contribution billing tax with letters forcibly and warning on tax
office pratama manado. Based on the data processing, can be seen distinction significantly. Whereby a level
effectiveness billing taxes by warning and letters forcedly is larger in 2011 than 2012. Some things which
causes an entirely warning and letters forcedly published can tertagih or repaid by companies to tax among
others; the tax carelees in pay its debts tax underwriter tax not recognize the debt tax underwriter tax unable to
pay its debts assessment. From data calculations in get that billing tax with with warning in 2011 and 2012
ineffective in compare to billing tax with letters forcedly belonging very effective. And contribution warning
against disbursement arrears tax is lacking in compare with letters forcedly belonging good enough.

Keywords : Taxes, Billing the warning letter from forcibly, and a letter of the effectivenes.

137
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Roda pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka untuk mewujudkan bangsa yang adil dan
sejahtera, aman, tentram dan tertib serta menjamin kedudukan hukum yang sama bagi masyarakat Indonesia.
Hal ini berarti pembangunan yang dilaksanakan harus ada keseimbangan antara pembangunan fisik dan non
fisik, dan dapat menjangkau seluruh daerah dan lapisan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan dan arah
pembangunan yang dimaksud, pembangunan nasional harus dilaksanakan secara terus-menerus,
berkesinambungan, dan perlu perencanaan yang matang. Perencanaan pembangunan harus ditata dalam skala
pembangunan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, sehingga pembangunan itu terlaksanakan dengan
baik. Untuk menunjang terealisasinnya pembangunan, maka diperlukan investasi dalam jumlah besar yang
pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan sendiri. Oleh karena itu sudah waktunya diletakkan suatu
landasan yang lebih menjamin tersedia dana dari sumber-sumber didalam suatu negara, sehingga bantuan luar
negeri merupakan pelengkap, yang makin lama makin kecil peranannya. Untuk itu peran serta seluruh
masyarakat Indonesia perlu digalakkan guna memenuhi kebutuhan pembangunan. Salah satu peran serta
tersebut diwujudkan dalam bentuk pembayaran pajak.
Pajak merupakan sumber pendapatan utama setiap negara di dunia. Tentu keberadaan pajak sangat
penting dalam pelaksanaan fungsi negara dan pemerintahan. Di negara-negara maju dan berkembang, sebagian
potensi pendapatan negara melalui pajak itu sudah dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan kemampuan
inovasi dan teknologi badan usaha dan industri nasional mereka. Sebagaimana dimaklumi, pajak berfungsi
dalam pembiayaan (budgeter) pembangunan, terutama untuk keperluan pengeluaran rutin seperti belanja
pegawai, barang, termasuk pemeliharaannya.
Pajak juga berfungsi sebagai pendistribusi pendapatan masyarakat. Dengan pajak, suatu pemerintahan
juga dapat menjalankan kebijakan terkait dengan stabilitasi harga sehingga tingkat inflasi dapat tetap dijaga.
Stabilitasi dilakukan dengan mengatur peredaran uang, yang dilakukan melalui pemungutan pajak dan dengan
pemanfaatannya secara efektif dan efisien.
Penerimaan pajak dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah yang dalam arti seluas-luasnya adalah
mulai dari penerimaan dalam dan luar negeri. Penerimaan pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting
dalam penerimaan negara, karena disamping cepat dan rendah biayanya, pajak merupakan sumber penerimaan
yang sangat besar potensinya.
Dengan kondisi target penerimaan pajak tahun 2013 yang cukup tinggi maka pemerintah dan Direktorat
Jendral Pajak (DJP) melaksanakan Sensus Pajak Nasional (SPN). Dengan tujuan untuk memperluas basis pajak,
meningkatkan penerimaan pajak, dan pemuktahiran data wajib pajak. Peran Direktorat Jendral Pajak
mempunyai andil besar sebagai pengawas, pemeriksa, penyidik dan penagih kepada wajib pajak guna
mengurangi tunggakan pajak baik yang murni penghindaran pajak maupun ketidakmampuan membayar pajak.
Untuk meminimalisir tunggakan pajak, Direktorat Jendral Pajak melakukan penagihan pajak yang mempunyai
kekuatan hukum yang memaksa. Tindakan penagihan meliputi pemberitahuan surat teguran, penagihan seketika
dan sekaligus, pemberian surat paksa, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, serta menjual
barang yang disita berdasarakan ketentuan yang di atur dalam Undang-undang perpajakan Nomor 19 tahun1997
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 19
Tahun 2000.

Tujuan Penelitian

Untuk mengukur tingkat efektivitas dan kontribusi penagihan pajak dengan surat teguran dan surat
paksa terhadap pencairan tunggakan pajak KPP Manado.

TINJAUAN PUSTAKA

Pajak

Istilah pajak atau fiskal berasal dari bahasa latin fiscolis yang berasal dari kata benda yaitu fiscus atau
fisc dalam bahasa Perancis yang berarti kerangka uang. Batasan atau definisi pajak bermacam-macam, dalam

138
hubungannya dengan penelitian yang merupakan landasan atau pedoman dalam teori penganalisaan terdapat
beberapa pendapat atau definisi tentang pajak.
Undang-undang No.28 tahun 2007 tetang Perubahan Ketiga atas Undang-undang No.6 thun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara
yang tertutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarakan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2008;1) ada 2 fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi.

Sistem Pemungutan Pajak


Sistem pemungutan pajak terbagi atas tiga (Mardiasmo, 2008, 7-8) yaitu:
1. Official Assessment System, sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
b. Wajib Pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Self Assessment System, adalah suatu system pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada Wajib
Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.
b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. With Holding System, adalah suatu pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terhutang menurut Wajib Pajak
Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus
dan Wajib Pajak.

Asas Pemungutan Pajak


Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih
alternatif pemungutannya. Maka terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih
diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak menurut Waluyo
(2008;13) menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada:
1. Equity
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus
sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang
diterima. Adil dimaksudkan bahwa tiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran
pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.
2. Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, wajib pajak herus mengetahui
secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
3. Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan
wajib pajak, sebagai contoh pada saat wajib pajak memperoleh penghasilan.
4. Economy
Secara ekonomi biaya pemungutan pajak dan biaya pemenuhan pajak kewajiban pajak bagi wajib pajak
diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

139
Efektivitas
Berikut adalah beberapa pengertian efektivitas menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Sondang P. Siagian
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan jumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.
2. Menurut Abdurahmat,
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara
sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
3. Menurut Hidayat
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu)
telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.
4. Menurut Roulette
Efektivitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang
panjang, baik pada organisasi tersebut dan pelanggan.
Hal terpenting yang perlu dicatat bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang beberapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut, efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Formula untuk mengukur efektivitas yang terkait dengan perpajakan
adalah perbandingan realisasi penerimaan pajak dengan potensi pajak.

Penagihan Pajak

Menurut Haula Rosdiana & Edi Irianto (2010;245): Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar
penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita.
Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997. Undang-undang
ini kemudian diubah dengan Undang-undang No. 19 tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2001.

Penerbitan Surat Teguran

Dalam buku KUP Pelaksanaan penagihan pajak dilakukan dengan menerbitkan Surat Teguran oleh
Dirjen Pajak. Keputusan Dirjen Pajak yang menyetujui penanggung pajak untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak mengakibatkan tidak adanya upaya penagihan pajak kecuali penanggung pajak tidak
menepati keputusan tersebut.
Penerbitan Surat Teguran harus dilakukan dengan mempertimbangkan upaya hukum Wajib Pajak karena upaya
hukum keberatan dan banding atas utang pajak mulai tahun pajak 2008 menyebabkan tertangguhnya jatuh
tempo dengan syarat Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya atas SKPKB/SKPKBT dalam
pembahasan akhir, adalah sebagai berikut:
1. Apabila Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya jumlah pajak yang terutang dalam
pembahasan akhir dan ternyata tidak mengajukan permohonan keberatan atas ketetapan hasil
pemeriksaan tersebut, Surat Teguran disampaikan setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pengajuan keberatan. Tujuan menunggu jatuh tempo pengajuan keberatan 3(tiga) bulan sejak
diterbitkannya SKPKB/SKPKBT karena dalam jangka waktu tersebut Wajib Pajak mempunyai hak
mengajukan permohonan keberatan.
2. Apabila wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya jumlah pajak yang terutang dalam
pembahasan akhir dan tidak mengajukan upaya permohonan banding atas keputusan keberatan
SKPKB/SKPKBT, surat teguran disampaikan setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan
banding.
Tujuan menunggu jatuh tempo pengajuan keberatan 3(tiga) bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan
atas keberatan SKPKB/SKPKBT karena dalam jangka waktu tersebut Wajib Pajak masih mempunyai
hak mengajukan permohonan banding.
3. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan Wajib Pajak mengajukan:

140
a. Permohonan keberatan atas SKPKB/SKPKBT, Surat Teguran disampaikan setelah 7 (tujuh) hari
sejak saat jatuh tempo berdasarkan Keputusan Keberatan (jatuh tempo keputusan keberatan adalah
1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan keputusan tersebut).
b. Permohonan banding atas Keputusan Keberatan sehubungan dengan SKPKB/SKPKBT,Surat
Teguran disampaikan setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo berdasarkan putusan banding
(jatuh tempo putusan banding adalah 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan putusan tersebut).
4. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir
hasil pemeriksaan, Surat Teguran disampaikan setelah 7(tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan (1
bulan setelah tanggal penerbitan SKPKB/SKPKBT)
5. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas SKPKB/SKPKBT, Surat Teguran
disampaikan setelah 7(tujuh) hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan tersebut
Surat Teguran dalam rangka penagihan pajak atas utang Pajak Bumi dan Bangunan dan atau Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana tercantum dalam STP PBB, SKBKB, SKBKBT, atau Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah disampaikan kepada Wajib Pajak setelah 7(tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo.

Penerbitan Surat Paksa

Menurut pasal 8 ayat (1) UU PPSP, Surat Paksa diterbitkan apabila:


1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan
kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika dan sekaligus
3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan
angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Tata cara pemberitahuan Surat Paksa diatur dalam pasal 10 ayat (1) UU PPSP yaitu pemberitahuan
Surat Paksa dilakukan oeh juru sita dengan pernyataan dan penyerahan Surat Paksa kepada penanggung pajak
yang dituangkan dalam berita acara.

Daluwarsa Penagihan Pajak

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak,
daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Kurang
Bayar tambahan, dan surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Surat
Putusan Peninjauan Kembali (Billy Ivan Tansuria, 2010; 304).Daluwarsa penagihan pajak tertangguh dapat
melampaui 5 (lima) tahun disebabkan hal-hal sebagai berikut:
1. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat teguran dan menyampaikan surat paksa kepada Penanggung
Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.
Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian surat paksa tersebut.
2. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara sebagai berikut.
a. Wajib pajak mengajukan permohonan angsuran dan penundaan pembayaran utang pajak
sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal itu daluwarsa penagihan dihitung sejak
tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh
Direktur Jenderal Pajak.
b. Wajib Pajak mengajukan permohonan pengajuan keberatan. Dalam hal seperti itu daluwarsa
penagihan dihitung sejak tanggal surat keberatan Wajib Pajak diterima Direktur Jenderal Pajak.
c. Wajib Pajak melaksanakan pembayaran sebagian utang pajaknya. Dalam hal seperti itu
daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal pembayaran sebagian utang tersebut.
3. Terdapat surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan yang
diterbitkan terhadap Wajib Pajak karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan berdasarkan
putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan
pajak dihitung sejak tanggal penerbitan ketetapan pajak tersebut.

141
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti/Thn Penelitian
1. Mayang Pengaruh Untuk Statistik Dari hasil yang Penelitian Metode
Wijoyanti Penagihan mengetahui linier diperoleh, sebelumnya analisis
(2010) Pajak pengaruh sedehana membuktikan melakukan penelitian
dengan yang timbul bahwa penelitian sebelumnya
Surat Paksa dari penagihan pajak yang sama menggunak
Terhadap penagihan dengan surat yaitu tetang an metode
Kepatuhan pajak paksa penagihan analisis
Wajib Pajak dengan surat mempunyai pajak statistik
di Kantor paksa pengaruh yang dengan linier
Pelayanan terhadap signifikan surat paksa. sederhana.
Pajak kepatuhan terhadap Sedangkan
Pratama wajib pajak. kepatuhan wajib peneliti
Jakarta pajak. menggunak
Mampang an metode
Prapatan penelitian
deskriptif.
2. Stella Penerbitan Untuk Deskriptif Efektivitas Menguraik Penelitian
Meiliza surat paksa memahami penagihan pajak an tetang sebelumnya
Bringkanae sebagai tingkat dengan surat penagihan memaparka
(2010) upaya efektivitas paksa dalam pajak n upaya
penagihan dan rangka dengan penagihan
aktif dan kontribusi menginkatkan surat paksa aktif
kontribusiny penagihan pembayaran terhadap
a terhadap pajak tunggakan pajak pembayara
pembayaran dengan surat dan masalah n
tunggakan paksa dalam yang tunggakan
pajak pada rangka behubungan pajak.
KPP meningkatka dengan hal Sedangkan
Pratama n tersebut, seperti peneliti
Makasar pembayaran kurang menghitung
Utara tunggakan pengawasan efektivitas
pajak di dalam penagihan
KPP pembuatan surat pajak
Pratama teguran harus terhadap
Maksar meneliti satu per penerimaan
Utara. satu wajib pajak pajak.
yang
menyebabkan
tunggakan pajak
berkurang
sehingga
menyulitkan
pengawasan
dalam
penagihan aktif.

142
METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data Kualitatif adalah data berupa data verbal atau keterangan, seperti sejarah singkat, struktur
organisasi beserta pembagian tugas, Undang-undang perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, dan
data lain yang relevan dengan objek penulisan.
2. Data Kuantitafif, data yang berupa angka-angka seperti, jumlah penerbitan surat paksa dan surat
teguran, pencairan tunggakan, serta data lainnya yang dibutuhkan dalam penulisan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Data Primer merupakan data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah
penelitiannya secara khusus.
2. Data Sekunder merupakan data yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan/instansi dan
sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang ada
hubungannya dengan penulisan.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah studi literatur dengan mengumpulkan literatur
dan buku tetang perpajakan serta melakukan observasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado.

Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu
penelitian dengan mengumpulkan data, menyusun, mengolah, dan menganalisis data angka, agar dapat
memberikan gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan adalah
rasio efektivitas dan rasio kontribusi.
a) Rasio efektivitas penagihan surat teguran dan surat paksa.
Untuk mengetahui apakah suatu organisasi dikatakan efektif harus diperlukan suatu indikator sebagai tolak
ukur untuk mengetahui tingkat keefektivan suatu objek. Untuk menghitung tingkat / rasio keefektivan
penerbitan Surat Paksa dan Teguran.

Jumlah Penagihan yang dibayar


Efektivitas = x 100%
Jumlah Penagihan yang diterbitkan

b) Rasio kontribusi penagihan surat eguran dan surat paksa.


Untuk mengukur seberapa besar kontribusi penerbitan surat teguran dan surat paksa terhadap jumlah
pencairan tunggakan pajak dari tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh KPP Pratama Manado.
Kontribusi penerbitan surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP dihitung
dengan menggunakan rumus:

Pencairan tunggakan pajak melalui


Surat teguran dan surat paksa
Kontribusi = x 100%
Jumlah seluruh pencairan tunggakan pajak

143
PEMBAHASAN

Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran

Tabel 4.3
Pembayaran Surat Teguran di KPP Pratama Manado
Tahun 2011 dan 2012

Tahun ST Terbit (Rp) ST Bayar (Rp) Tingkat Efektivitas

2011 11.388.411.546 884.488.392 7,76%


2012 2.089.561.057 65.714.964 3,14%

Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Manado(data diolah)


Dilihat dari tabel 4.3 penagihan surat teguran tahun 2011 di KPP Pratama Manado tercatat sebesar Rp
11.388.411.546 dan yang dibayar sebesar Rp 884.488.392 atau sekitar 7,76%. Berdasarkan indikator
pengukuran tingkat efektivitas penagihan dengan surat teguran tahun 2011 tergolong tidak efektif.
Tahun 2012 penagihan surat teguran mengalami penurunan yakni sebesar Rp 2.089.561.057 dan yang di
bayar sebesar Rp 65.714, 964 atau sekitar 3,14 %. Berdasarkan indikator perhitungan tingkat efektivitas
penagihan surat teguran tahun 2012 tidak efektif.
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dapat dilihat bahwa penagihan pajak dengan surat teguran
mengalami penurunan baik dari segi jumlah lembar maupun nominal nya pada tahun 2012, ini disebabkan
karena tunggakan pajak berkurang pada tahun 2012. Jika dilihat tingkat efektifitas penagihan pajak 2011 lebih
besar dibandingkan penagihan tahun 2012, namun hasil presentasi penagihan pajak dengan surat teguran tahun
2011 dan 2012 tergolong tidak efektif.
Adapun hal-hal yang menyebabkan tidak seluruhnya surat teguran yang diterbitkan dapat tertagih atau
dilunasi oleh Penunggak Pajak, sehingga analisis tidak efektif antara lain:
a) Penanggung Pajak lalai dalam melunasi utang pajak.
b) Penanggung Pajak tidak mengakui adanya utang pajak.
c) Penanggung Pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya.
d) Penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya.
e) Kondisi keuangan penanggung pajak tidak memungkinkan jika dibayar sekaligus.

Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa


Tabel 4.4
Pembayaran Surat Paksa di KPP Pratama Manado
Tahun 2011 dan 2012
Tahun SP Terbit (Rp) SP Bayar (Rp) Tingkat Efektivitas

2011 12.003.784.719 10.395.492.542 86,60%

2012 2.886.858.583 2.258.259.375 78,22%


Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Manado (data diolah)

Penagihan surat paksa di KPP Pratama Manado tahun 2011 tercatat sebesar Rp 12.003.784.719 dan
yang di bayar sebesar Rp 10.395.492.542 atau sekitar 86,60%. Berdasarkan indikator pengukuran tingkat
efektivitas penagihan surat paksa, penagihan tahun 2011 tergolong cukup efektif.
Tahun 2012 penagihan surat paksa sebanyak Rp 2.886.858.583 dan dibayar sebesar Rp 2.258.259.375
atau sebesar 78,22%. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2012 tergolong
kurang efektif.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dapat dilihat bahwa penagihan pajak dengan surat paksa
mengalami penurunan dari segi jumlah lembar dan nominalnya. Jika dilihat dari tingkat efektivitas penagihan

144
pajak dengan surat paksa tahun 2011 lebih besar dari tahun 2012. Namun presentase secara keseluruhan
penagihan pajak dengan surat paksa di KPP Pratama Manado tergolong cukup efektif.

Kontribusi Penagihan Pajak dengan Surat Teguran Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP
Pratama Manado
Tabel 4.5
Perbandingan Penagihan Tunggakan Pajak Denagan Surat Teguran
Terhadap Jumlah Pencairan Tunggakan Pajak KPP Pratama Manado Tahun 2011 dan 2012
Penagihan aktif lainya
Jumlah Pencairan
Penagihan (Surat Paksa,SPMP,
Tunggakan Pajak
dengan Surat Lelang, Pemblokiran
Tahun dari Tindakan Kontribusi
Teguran Rekening, Pencegahan PP
Penagihan
(Rp) ke LN, Penyanderaan)
(Rp)
(Rp)
2011 884.488.392 10.727.901.641 11.612.390.033 7,61%

2012 65.714.964 3.498.335.318 3.564.050.282 1,81%


Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Manado (data diolah)
Dilihat dari tabel 4.5 pada tahun 2011 kontribusi penagihan pajak dengan surat teguran sebesar 7,61%.
Berdasrakan kriteria perhitungan kontribusi, penagihan pajak dengan surat teguran terhadap jumlah pencairan
tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif di KPP Pratama Manado tergolong sangat kurang.
Pada tahun 2012 kontribusi penagihan pajak dengan surat teguran sebesar 1,84%. Berdasarkan kriteria
perhitungan kontribusi, maka penagihan pajak dengan surat teguran tahun 2012 terhadap jumlah pencairan
tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif di KPP Pratama Manado tergolong sangat kurang.
Beberapa hal yang menyebabkan kontribusi pencairan surat teguran tergolong sangat kurang terhadap
penerimaan pajak secara keseluruhan antara lain:
1. Penanggung pajak belum mengakui adanya utang pajak.
2. Penanggung pajak lalai dalam membayar tunggakan pajak.
3. Jurusita pajak tidak dapat menemukan alamat penanggung pajak.

Kontribusi Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Manado

Tabel 4.6
Perbandingan Penagihan Tunggakan Pajak Dengan Surat Paksa
Terhadap Jumlah Pencairan Tunggakan Pajak KPP Pratama Manado Tahun 2011 dan 2012
Penagihan aktif
lainya (Surat
Jumlah Pencairan
Teguran,SPMP,
Penagihan dengan Tunggakan Pajak
Lelang, Pemblokiran
Tahun Surat Paksa dari Tindakan Kontribusi
Rekening,
(Rp) Penagihan
Pencegahan PP ke
(Rp)
LN, Penyanderaan)
(Rp)
2011 10.395.492.542 1.216.897.491 11.612.390.033 89,52%

2012 2.258.259.375 1.305.790.907 3.564.050.282 63,36%


Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Manado (data diolah)

Dilihat dari tabel 4.6 besarnya kontribusi penagihan tunggakan pajak dengan surat paksa terhadap
jumlah pencairan tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif di KPP Pratama Manado pada tahun 2011
sebesar 89,52%. Berdasarkan kriteria perhitungan kontribusi, maka kontribusi pencairan tunggakan pajak
dengan surat paksa tahun 2011 tergolong sangat baik.

145
Tahun 2012 kontribusi penagihan tunggakan pajak dengan surat paksa tergolong sangat baik juga
terhadap jumlah pencairan tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif di KPP Pratama Manado yakni hanya
sebesar 63,36%.
Beberapa hal yang menyebabkan kontribusi penagihan tunggakan pajak dengan surat paksa tergolong sangat
baik terhadap pencairan tunggakan pajak antara lain:
1. Penanggung pajak telah mengakui adanya hutang pajak.
2. Jurusita pajak berperan aktif dalam melaksanakan tugasnya.
Dari rasio perhitungan kontribusi diatas dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak dengan surat paksa tahun
2011 dan 2012 terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Manado memiliki kontribusi yang cukup
besar dibandingkan dengan penagihan pajak dengan surat teguran.

PENUTUP
Kesimpulan
Penagihan dengan surat teguran pada tahun 2011 dan 2012 di KPP Pratama Manado tergolong tidak efektif
baik ditinjau dari segi jumlah lembar maupun nilai nominal yang tertera pada surat teguran. Penyebab pencairan
surat teguran tidak mencapai 100% antara lain penanggung pajak belum mengakui adanya utang pajak,
penanggung pajak keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya, dan penanggung pajak lalai dalam membayar
pajak. Sedangkan penagihan dengan surat paksa pada tahun 2011 dan 2012 di KPP Pratama Manado tergolong
cukup efektif ditinjau dari jumlah lembar maupun nilai nominal yang tertera pada surat paksa, dikarenakan
penanggung pajak telah mengakui adanya utang pajak setelah di terbitkan surat paksa.
Kontribusi penagihan surat paksa pada tahun 2011 dan 2012 di KPP Pratama Manado terhadap jumlah
pencairan tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif tergolong sangat baik di bandingkan dengan penagihan
pajak dengan surat teguran.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu penagihan pajak dengan dengan surat teguran dan surat paksa
dalam pelaksanaanya masing belum efektif dilihat dari penagihan tunggakan pajak, maka saran yang dapat
penulis berikan adalah:
1. KPP harus mengintensifikasi kegiatan mapping penunggak pajak terbesar agar penagihan pajak lebih
efektif
2. Direktorat Jenderal Pajak agar lebih menggencarkan sosialisasi perpajakan terhadap wajib pajak tentang
peraturan-peraturan perpajakan agar kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak meningkat.
3. Jurusita Pajak meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam proses penagihan pajak agar
lebih memudahkan jurusita pajak dalam menjalankan tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Biringkanae, Stella Meiliza. 2012. Penerbitan Surat Paksa Sebagai Upaya Penagihan Aktif dan Kontribusinya
Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Pada KPP Pratama Makassar Utara.Fakultas Ekonomi.
Universitas Hassanudin. Makassar.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 149/PMK.03/2011 tanggal 12 September 2011
tentang Sensus Pajak Nasional.Jakarta.

Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset.

Rosdiana, Haula dan Irioanto, Edi Slamet. 2011. Panduan Lengkap Tata Cara Perpajakan di Indonesia. Jakarta:
Visi Media.

Tansuria, Billy Ivan. 2010. Pokok-pokok Ketentuan Umum Perpajakan. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga ataRealisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012
dan Target Penerimaan Pajak Tahun 2013.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tetang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.

146
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tetang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997
tetang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Wijoyanti, Mayang. 2010. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Mampang Prapatan. Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”. Jakarta.

Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

147
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DI KOTA MANADO

Sikfrit Herold Marines Abast


Jantje Tinangon
Inggriani Elim

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: sikfrit.abast@gmail.com

ABSTRAK
Pajak Hiburan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
roda pemerintahan dan pembangunan suatu daerah, dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi daerah
yang diamanatkan melalui Undang-undang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif kualitatif. Teknik penelitian yang digunakan adalah mengumpulkan data-data informasi,
gambaran umum, permasalahan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Manado yang digunakan untuk
menganalisa dan mengolah data Pajak Hiburan tersebut. Hasil penelitian dapat disimpulkan kontribusi Pajak
Hiburan terhadap Pendapat Asli Daerah Kota Manado sangat kurang, begitu pula terhadap pertumbuhan
penerimaan Pajak Hiburan meskipun Pajak Hiburan terjadi peningkatan pertumbuhan penerimaanya namun
berdasarkan indeks laju pertumbuhan penerimaan Pajak Hiburan dibawah rata-rata sehingga mendapat predikat
tidak berhasil, dari sisi trend penerimaan Pajak Hiburan menggunakan metode kuadrat terkecil diperkirakan akan
meningkat penerimaanya secara signifikan 10 tahun yang akan datang. Agar penerimaan dan pertumbuhan Pajak
Hiburan Kota Manado memperoleh indeks predikat baik. Penulis menyarankan Dinas Pendapatan Kota Manado
membangun sistim informasi perpajakan berbasis data base dan sistim pembayaran pajak online sehingga
memudahkan fiskus mengawasi subjek Pajak Hiburan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Kata kunci: analisis, pajak hiburan

ABSTRACT
Entertainment tax one source revenue sources used to finance the implementation of the wheels of government
and the development of an area, so the area is able to implement regional autonomy mandated by the Act. The
method used in this research is descriptive qualitative analysis method. The technique used in this study is to collect
data information, the general picture, the problems on the Entertainment Tax Revenue Office of Manado City used
to analyze and process data of the Entertainment Tax. The results of this study concluded contributions
Entertainment Tax to the original local Opinions Manado is very less , so does the tax revenue growth despite
Leisure Entertainment Tax increased the revenue growth but the growth rate of the index is based on entertainment
tax revenue is below the average so that a predicate is not successful , in terms of Entertainment Tax receipts trend
using the least squares method is expected to increase significantly the revenue coming 10 years . In order for
acceptance and growth of Entertainment Tax Manado obtain good predicate index. The author suggests Manado
City Revenue Service tax -based information systems to build a data base and online tax payment systems to
facilitate tax authorities overseeing subject Entertainment Tax in implementing their tax obligations.
Keywords: analysis, entertainment tax

148
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peranan Pajak Daerah sangat penting sebab pajak daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli
Daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan roda pemerintahan dan pembangunan demi
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat suatu daerah. Dengan demikian daerah tersebut mampu
melaksanakan otonomi daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang, yaitu mampu mengatur dan membiayai
penyelenggaraan roda pemerintahan dan pembangunan secara mandiri.
Atas dasar itu Pemerintah Kota Manado menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah yang mengatur jenis-jenis pajak daerah apa yang akan dikenakan dikota manado, sebagai berikut:
1. Pajak Hotel;
2. Pajak Restoran;
3. Pajak Hiburan;
4. Pajak Reklame;
5. Pajak Penerangan Jalan;
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
7. Pajak Parkir;
8. Pajak Air Tanah;
9. Pajak Sarang Burung Walet;
10. Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan;
11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Pajak Hiburan adalah salah satu jenis pajak daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Manado tercermin dalam
Target Penerimaan PAD Dinas Pendapatan Kota Manado Tahun Anggaran 2012 sebagai berikut.

Tabel 1. Target Penerimaan PAD Kota Manado Tahun Anggaran 2012

No. Uraian Target Penerimaan


Jenis Pajak 2012 (Rupiah)
1. Pajak Hotel 10.350.000.000
2. Pajak Restoran 28.000.000.000
3. Pajak Hiburan 4.250.000.000
4. Pajak Reklame 4.200.000.000
5. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 100.000.000
6. Pajak Parkir 2.100.000.000
7. Pajak Air Tanah 500.000.000
8. Pajak Sarang Burung Walet 20.000.000
10. BPHTB 30.000.000.000
11. Retribusi Kebersihan 6.300.000.000
12. Pajak Penerangan Jalan 30.000.000.000
Sumber Data Dinas Pendapatan Kota Manado

Dari jenis-jenis Pajak Daerah tersebut, penulis bermaksud menganalisa Penerimaan, Pertumbuhan dan
Trend Pajak Hiburan dikota Manado, mengingat kota Manado salah satu kota di Indonesia yang menjadi tujuan
wisata baik wisatawan domestik maupun internasional serta salah satu kota besar yang banyak menyediakan tempat
hiburan sebagai fasilitas untuk para wisatawan

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah.
1. Untuk mengetahui kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan Pajak Hiburan di Kota Manado.
3. Untuk mengetahui perkembangan Pajak Hiburan di Kota Manado

149
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Akuntansi
Halim (2004:138), Pengertian akuntansi dapat dijelaskan dengan dua pendekatan yaitu dari segi progresnya
dan segi fungsinya.
1. Dilihat dari segi progresnya akuntansi adalah suatu keterampilan dalam mencatat, menggolongkan dan
meringkas transaksi keuangan yang dilakukan suatu lembaga atau perusahaan, serta melaporkan hasilnya
dalam suatu laporan keuangan.
2. Dilihat dari segi fungsinya akuntansi asalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya menyediakan data kualitatif
yang bersifat keuangan dari suatu lembaga atau suatu satuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam rangka memilih berbagai alternative tindakan.

Akuntansi Pajak
Muljono (2010:91), Pengertian akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan
perhitungan perpajakan, yang mengacu pada peraturan, Undang-undang dan aturan pelaksanaanya. Prinsip-prinsip
yang diakui dalam dalam akuntansi perpajakan meliputi :
1. Kesatuan akuntansi
2. Kesinambungan
3. Harga pertukaran yang objektif
4. Konsistensi dan konservatif

Konsep Pajak
Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
1. Mardiasmo (2011:1) ada dua fungsi pajak.
a. Fungsi budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (regulerend), pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2. Mardiasmo (2011:5) pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Menurut golonganya, pajak langsung dan pajak tidak langsung.
b. Menurut sifatnya, pajak subjektif dan pajak objektif.
c. Menurut lembaga pemungutanya, pajak pusat dan pajak daerah.
3. Mardiasmo (2011:1) ada dua sistim pemungutan pajak.
a. Official assessment system.
b. Self assessment system.
c. With Holding System

Pajak Daerah
Pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah, pajak daerah merupakan pendapatan
daerah yang berasal dari pajak.
Pasal 2 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
pajak daerah terbagi dua yaitu pajak provinsi dan pajak daerah.

Pajak Hiburan
Pasal 1 angka 24 dan 25 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Hiburan adalah pajak atas
penyelenggaraan hiburan. Sedangkan yang dimaksud dengan hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,
permainan, dan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
150
Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan
Dasar hukum pemungutan Pajak Hiburan pada kabupaten/kota adalah, Undang –undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan perubahan atas Undang-Undang No. 34
Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

Subjek dan Objek Pajak Hiburan


Pasal 43 Undang-undang Nomor 28 T ahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah,
m enyebutkan subjek Pajak Hiburan yaitu sebagai berikut:
1. Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan.
2. Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

METODE PENELITIAN

Jenis Data dan Sumber Data


1. Jenis Data
a. Data kualitatif, data kualitatif dalam penelitian ini adalah informasi yang diperoleh dari hasil wawancara
kepada pimpinan dan pegawai yang bekerja pada objek penelitian yaitu Dinas Pendapatan Kota Manado.
b. Data kuantitatif, data kuantitatif dalam penelitian ini adalah daftar target dan realisasi penerimaan
Pendapatan Asli Daerah tahun 2008-2012 yang diperoleh dari objek penelitian yaitu Dinas Pendapatan
Kota Manado.
2. Sumber Data
a. Data Primer, data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan survey lapangan yang
menggunakan semua metode pengumpulan data original.
b. Data Sekunder, data sekunder dalam penelitian ini berupa data-data target dan realisasi penerimaan pajak
hiburan yang berasal dari Dinas Pendapatan Kota Manado.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari teori-teori serta mencatat dari buku-buku, literature, jurnal, serta
bahan-bahan informasi lainnya yang berhubungan dengan Pajak Hiburan.
b. Studi Lapangan, yaitu mengumpulkan data-data yang terdapat pada Dinas Pendapatan Kota Manado

Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif
1. Analisis Kontribusi
Untuk menghitung kontribusi penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah maka digunakan
rumus sebagai berikut:

Sumber Halim (2004)


Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah kemudian dinilai berdasarkan kriteria yang telah
disusun pada tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Kinerja Keuangan


Presentase Kinerja
Kriteria
Keuangan
0-10.00% Sangat Kurang
10.10-20.00% Kurang Baik
20.10-30.00% Cukup
30.10-40.00% Sedang
40.10-50.00% Baik
Lebih Dari 50.00% Sangat Baik
Sumber Halim (2004)
151
2. Analisis Laju Pertumbuhan
Laju pertumbuhan Pajak Hiburan menunjukkan kemampuan Dinas Pendapatan dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilannya dalam memungut Pajak Hiburan, rumus untuk menghitung laju pertumbuhan
adalah:

Sumber Halim (2004)


Skala pengukuran laju pertumbuhan Pajak Hiburan didasarkan pada kriteria yang disusun pada tabel 4.

Tabel 4. Kriteria Laju Pertumbuhan


Presentase Laju
Kriteria
Pertumbuhan
85 – 100% Sangat Berhasil
70 – 84% Berhasil
55 -69% Cukup Berhasil
30 – 54% Kurang Berhasil
Kurang dari 30% Tidak Berhasil
Sumber Halim (2004)

3. Analisis Trend
Analisis trend dalam Pajak Hiburan untuk mengetahui estimasi atau ramalan penerimaan Pajak Hiburan di
tahun-tahun yang akan datang. Rumus untuk menghitung analisis trend time series dalam kuadrat terkecil:
Y = a + bX
Keterangan :
Y = variabel yang dicari trendnya
X = variable waktu (tahun)
a = ΣY / N dan
b = ΣXY / ΣX2

Teknik Analisis Data


Proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan data-data dan informasi yang berhubungan dengan judul penelitian.
2. Memperoleh gambaran umum dari objek penelitian secara keseluruhan serta mengetahui permasalahan yang
ada.
3. Menganalisa dan mengolah data perhitungan Pajak Hiburan yang diperoleh.
4. Membuat kesimpulan dan memberikan saran yang dianggap perlu sebagai perbaikan dalam masalah yang ada.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Tabel 5. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Manado Tahun 2008-2012


Tahun Target Pendapatan Asli Realisasi Pendapatan Asli
No.
Anggaran Daerah (Rupiah) Daerah (Rupiah)
1 2008 52.250.000.000 54.715.561.525
2 2009 63.007.373.000 73.481.423.371
3 2010 74.854.540.000 68.205.163.422
4 2011 109.946.708,000 93.364.135.117
5 2012 132.210.650.825 135.204.783.495
Sumber Data Dinas Pendapatan Kota Manado
152
Tabel 5. menunjukkan pada umumnya penerimaan PAD Kota Manado mengalami peningkatan dari tahun
ketahun, kecuali tahun 2010 dan 2011 yang mengalami penurunan sebesar -8,9% dan -15,1%. Selanjutnya PAD
mengalami kenaikan kembali.

Tabel 6. Realisasi ajak Hiburan Kota Manado Tahun 2008-2012

Tahun Target Pajak Hiburan Realisasi Pajak Hiburan


No.
Anggaran (Rupiah) (Rupiah)
1 2008 1.400.000.000 1.653.026.831
2 2009 1.650.000.000 1.950.072.379
3 2010 2.005.000.000 2.180.879.823
4 2011 2.526.000.000 2.897.097.211
5 2012 4.250.000.000 3.389.256.027
Sumber Data Dinas Pendapatan Kota Manado

Tabel 5. dan 6. data penerimaan daerah Kota Manado selama periode Tahun Anggaran 2008-2012 yang
berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Diantaranya yaitu Target Penerimaan Pajak Hiburan, data
Realisasi Pajak Hiburan, dan data Realisasi Pendapatan Asli Daerah yang merupakan jumlah dari Pendapatan Asli
Daerah.

Pembahasan

Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado Tahun 2008-2012
Kontribusi rata-rata tiap tahun sebesar 2,80%, membuktikan bahwa Pajak Hiburan mampu memberikan
kontribusi terhadap PAD Kota Manado. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado

Tahun Realisasi Pajak Realisasi Pendapatan Kontribusi


Anggaran Hiburan (Rp) Asli Daerah (Rp) (%)
2008 1.653.026.831 54.715.561.525 3,02
2009 1.950.072.379 73.481.423.371 2,65
2010 2.180.879.823 68.205.163.422 3,20
2011 2.897.097.211 93.364.135.117 3,10
2012 3.389.256.027 135.204.783.495 2,51
Sumber Data Olahan 2013

Namun dalam kriteria kinerja keuangan pajak hiburan mendapat skala peringkat sangat kurang. Dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

Tabel 8. Kriteria Kinerja Keuangan Pajak Hiburan

Tahun Persentase Kinerja


Kriteria
Anggaran Keuangan
2008 3,02 Sangat Kurang
2009 2,65 Sangat Kurang
2010 3,20 Sangat Kurang
2011 3,10 Sangat Kurang
2012 2,51 Sangat Kurang
Sumber Data Olahan 2013

153
Pertumbuhan Pajak Hiburan Kota Manado Tahun 2008-2012
Pertumbuhan Pajak Hiburan di Kota Manado mengalami proses naik-turun, dimana pada tahun 2009
mendapat persentase 17,97% dan pada tahun 2010 mengalami penurunan dengan persentase 11,84%, pada tahun
2011 mengalami kenaikan sebesar 32,84% dan untuk tahun 2012 mengalami penurunan kembali sebesar 17,01%.
Dapat dilihat pada dibawah ini.

Tabel 9. Pertumbuhan Pajak Hiburan Kota Manado

Tahun Realisasi Pertumbuhan


Anggaran (Rupiah) (%)
2008 1.653.026.831 -
2009 1.950.072.379 17,97
2010 2.180.879.823 11,84
2011 2.897.097.211 32,84
2012 3.389.256.027 17,01
Sumber Data Olahan 2013

Dengan melihat skala laju pertumbuhan Pajak Hiburan, dapat disimpulkan laju pertumbuhan pajak hiburan tidak
berhasil, hal ini tercermin pada tabel dibawah ini.

Tabel 10. Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan Kota Manado

Tahun Persentase Kinerja


Kriteria
Anggaran Keuangan
2008 - -
2009 17,97 Tidak Berhasil
2010 11,84 Tidak Berhasil
2011 32,84 Kurang Berhasil
2012 17,01 Tidak Berhasil
Sumber Data Olahan 2013

Analisis Trend Kontribusi Pajak Hiburan Kota Manado


Analsis trend dalam penerimaan kontribusi Pajak Hiburan di Kota Manado digunakan untuk melihat dan
menghitung seberapa besar penerimaan kontribusi pajak hiburan dalam kurun waktu sepuluh tahun kedepan.
Perhitungan estimasinya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11. Analisis Trend Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado

Tahun Kontribusi (Y) X XY X²


2008 3,02 -2 -6,04 4
2009 2,65 -1 -2,65 1
2010 3,20 0 0 0
2011 3,10 1 3,10 1
2012 2,51 2 5,02 4
Jumlah 14,48 -0,57 10
Sumber Data Olahan 2013

154
14,8 - 0,57
a= b=
5 10

a = 2,89 b = - 0,057

Persamaan garis liniernya adalah Y = 2,89 + (-0,057)X. Dengan menggunakan persamaan tersebut, dapat
diramalkan penerimaan Pajak Hiburan untuk tahun 2020 adalah : Y = 2,89 + (-0,057) 8 (untuk tahun 2020 nilai X
adalah 8), sehingga : Y = 2,89 + (-0,456) = 2,434, artinya penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan asli
Daerah Kota Manado pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 243,4%.

PENUTUP

Kesimpulan
1. Kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kota Manado dari tahun 2008 – 2012
tidak stabil, pada tahun 2008 pajak hiburan memberikan kontribusi sebesar 3,02%. Pada tahun 2009, kontribusi
pajak hiburan menurun menjadi sebesar 2,65%. Selanjutnya pada tahun 2010 kontribusi pajak hiburan
meningkat jauh, yaitu sebesar 3,20%. Dan pada tahun 2011 kontribusi pajak hiburan kembali menurun sehingga
menjadi 3,10%. Namun pada tahun 2012 kontribusi pajak hiburan menurun drastis menjadi 2,51%. Maka pada
tahun 2008 – 2012 pajak hiburan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 2,80%.
2. Laju pertumbuhan Pajak Hiburan di Kota Manado mengalami proses naik-turun, dimana pada tahun 2009
mendapat persentase 17,97% dan pada tahun 2010 mengalami penurunan dengan persentase 11,84%, pada
tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 32,84% dan untuk tahun 2012 mengalami penurunan kembali sebesar
17,01%.
3. Dalam analisis trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperkirakan penerimaan Pajak Hiburan
pada tahun 2020 terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado sebesar 243,4%.

Saran
Untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan, Dinas Pendapatan Kota Manado perlu membangun sistim
informasi perpajakan berbasis data base dan pembayaran pajak hiburan online sehingga memudahkan fiskus
mengawasi para subjek Pajak Hiburan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

155
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul, 2004, Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit PT Salemba Empat, Jakarta.

Muljono, Djoko, 2010 Panduan Brevet Pajak : Akuntansi pajak dan Ketentuan Umum Perpajakan, Penerbit
Andi Jogjakarta.

Mardiasmo, 2000, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Mardiasmo, 2011, Perpajakan Edisi Revisi 2011, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Siahaan, Marihot, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

-------------------Undang-undang RI No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dengan Pemeritah Daerah.

-------------------Undang-undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

-------------------Undang-undang Replublik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

--------------------Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. D
aerah.
http://ssantoso.blogspot.com/2008/08/analisis-trend-materi-x-pengertian-dan.html, Diakses Agustus, 03 , 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_tren, Diakses Agustus, 03 , 2013.

http://id.scribd.com/doc/48417459/ANALISIS-TREND, Diakses Agustus, 03 , 2013.

156
PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MANADO

Yubilly M.G.R Nangka


Harijanto Sabijono
Steven Tangkuman

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : yubilly.nangka@gmail.com

ABSTRAK

Pajak merupakan sumber pembiayaan dalam negeri yang sangat di butuhkan untuk
menjalankan pembangunan negara. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pengetahuan wajib pajak badan terhadap penerimaan PPh Badan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Manado. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
sederhana yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variable dependen.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan wajib pajak badan tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PPh Badan.

Kata kunci: Pengaruh, Pengetahuan, Pajak Penghasilan (PPh) Badan, Penerimaan

ABSTRACT

Tax is a source of domestic financing that is in need to run the national development. This study was
conducted aimed to determine the effect of knowledge of the corporate taxpayers for income tax at Manado
Small Taxpayer Office. The method of data analysis used in this study is that a simple linear regression to
determine the effect of independent variables on the dependent variable. Based on the research results, it can be
concluded that the taxpayer knowledge had no significant effect on corporate income tax revenues.

Keywords : Influence, Knowledge, Corporate Income Tax, Revenue

157
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia alinea keempat terdapat tujuan dan cita-
cita luhur bangsa Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan semua hal tersebut
maka salah satu cara adalah melalui pemungutan pajak untuk pembangunan bangsa.
Dahulu negara menggantungkan penerimaan negara dari sektor minyak dan gas, akan tetapi semakin
disadari bahwa penerimaan dari sektor minyak dan gas suatu saat akan berkurang disebabkan sumber daya alam
tersebut tidak dapat dibaharui. Dengan pemikiran seperti itu maka pemerintah memutuskan untuk berusaha
mencapai kemandirian penerimaan negara dari sektor perpajakan.
Jika dicermati, dalam APBN selama tahun 2010 sampai dengan 2012 sebagaimana diuraikan pada
Tabel 1 berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak, terlihat jelas bahwa penerimaan negara dari sektor
pajak memberi kontribusi yang signifikan serta senantiasa mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Tabel 1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2010-2012
(dalam milyar rupiah)
URAIAN 2010 2011 2012
PPh MIGAS 58,872.70 65,230.70 58,665.80
PPh NON MIGAS 298,172.80 366,746.30 454,168.70
PPN DAN PPnBM 230,604.90 298,441.40 350,342.20
PBB 28,580.60 29,057.80 35,646.90
BPHTB 8,026.40
CUKAI 66,165.90 68,075.30 72,443.10
PAJAK LAINNYA 3,968.80 4,193.80 5,632.00
TOTAL PENERIMAAN 696,402.10 833,756.30 978,910.70
TARGET PENERIMAAN 661,400 878,700 1,016,000.00
% TERHADAP TARGET 105.29 94.89 96.35
PERTUMBUHAN PENERIMAAN 19.72% 17.41%
sumber: http://www.pajak.go.id/statistic

Penerimaan negara melalui pajak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Beberapa tahun terakhir
justru penerimaan pajak dalam APBN menjadi semakin dominan. Dalam data pokok APBN 2005-2011
(http://www.budget-info.com) pada tahun 2011 target penerimaan negara sebesar 1.086 triliun rupiah dan dari
jumlah tersebut 878,8 triliun berasal dari penerimaan pajak. Itu berarti target penerimaan pajak mencapai kurang
lebih 80,85% dari total rencana penerimaan dalam APBN 2011. Pada tahun 2012 rencana penerimaan dari
sektor pajak naik menjadi 1.016 triliun rupiah, hal ini mengindikasikan bahwa target penerimaan pajak naik
sebesar kurang lebih 16% dari target penerimaan tahun 2011. Data yang ada di Direktorat Jenderal Pajak
menunjukkan bahwa dari 238 juta penduduk Indonesia, sekitar 44 juta orang dianggap layak membayar
pajak. Tetapi dari jumlah itu hanya 8,5 juta orang yang memenuhi kewajiban perpajakannya.
Dari sektor wajib pajak badan, yang tercatat di Direktorat Jenderal Pajak terdapat 22.6 juta badan
usaha baik yang berdomisili tetap maupun tidak, namun hanya 466 ribu badan usaha yang membayar pajak.
Dari data tersebut bisa dilihat bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dalam
memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah.
Dalam rangka memberikan kemudahan bagi para Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan sesuai ketentuan perundangan perpajakan, maka Direktorat Jenderal Pajak menerapkan berbagai
kebijakan strategis antara lain dengan reformasi perpajakan (tax reform) melalui perubahan organisasi, sistem,
sarana dan prasarana kerja, peraturan maupun aparat yang mengelola pajak. Reformasi perpajakan diupayakan
untuk merealisasikan peraturan perpajakan dan penerimaan negara sebagaimana amanat APBN.
Tujuan utama dari reformasi pajak ialah untuk lebih menegakkan kemandirian negara dalam
membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan kemampuan dari
dalam negeri, khususnya dengan cara meningkatkan penerimaaan negara melalui perpajakan dari berbagai
sumber di luar minyak bumi dan gas.
Pemerintah juga melakukan pembaharuan yang menyangkut kebijakan perpajakan, administrasi
158
perpajakan, dan undang-undang perpajakan yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai
target penerimaan pajak secara optimal. Tanggung jawab tersebut diberikan kepada Direktorat Jenderal
Pajak untuk bertindak sebagai law enforcement agent, yaitu tindak penegakan hukum yang meliputi
pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan. Ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Dirjen Pajak
untuk meningkatkan penerimaan pajak selain setoran pembayaran pajak secara sukarela dan rutin. Reformasi
perpajakan mencakup perubahan mendasar pada Undang-Undang perpajakan, sistem pemungutan pajak yang
semula official assesment system, artinya pihak fiskus (petugas pajak) yang menghitung, memungut, menyetor
dan melaporkan pajak menjadi self assesment system, dimana Wajib Pajak sendiri yang menghitung,
memungut, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang setiap tahunnya sehingga tidak perlu
menunggu Surat Pemberitahuan dari kantor pajak.
KPP Pratama Manado diberikan tugas untuk menghimpun penerimaan pajak pada wilayah kota
Manado dan kota Tomohon. Untuk penerimaan pajak dari sektor PPh Badan sendiri dari data yang diperoleh,
pada tahun 2012 mengalami penurunan dari presentasi target. Hal ini tidak terjadi pada tahun 2011 (Tabel.2).

Tabel 2.
Target dan realisasi Penerimaan PPh Badan
KPP Pratama Manado
Rencana 2011 90,441,772,953 Rencana 2012 119,745,840,841
Realisasi 2011 97,945,999,046 Realisasi 2012 112,706,032,838
% 108.00% % 94.20%
sumber data: KPP Pratama Manado 2013

Salah satu faktor yang dianggap cukup mempengaruhi penurunan presentasi penerimaan pajak dari
rencana penerimaan adalah kurangnya pengetahuan wajib pajak badan dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Atas dasar ini pihak fiskus (pemungut pajak) harus memberi pengawasan dan pembinaan
kepada Wajib Pajak agar Wajib Pajak tidak mengalami kesulitan dan hambatan dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Misi utama Direktorat Jenderal Pajak adalah misi fiskal yaitu menghimpun penerimaan pajak
berdasarkan Undang-Undang perpajakan yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan
dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pengetahuan wajib pajak badan terhadap
penerimaan PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pajak
Menurut Undang-undang UU No. 28 Tahun 2007 mengatur bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak
kepada negara yang terhutang oleh pribadi/badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya
kemakmuran rakyat. Menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro, SH : Pajak adalah adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Mardiasmo, 2013:1).

Kesadaran Wajib Pajak


Kesadaran wajib pajak adalah kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara
sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006:28). Menurut Suardika (dikutip
dari Muliari dan Setiawan, 2010:33), masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga negara dan
harus selalu menjunjung tinggi Undang- Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaran negara.
Dalam penelitian ini kesadaran pajak diukur melalui, wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas,
ketepatan dalam pembayaran pajak yang terutang, pembayaran pajak sebagai pendapatan negara, ketepatan
membayar pajak, kewajiban membayar pajak, membayar pajak tanpa paksaan.
159
Pengetahuan wajib pajak badan
Pengetahuan wajib pajak badan adalah salah satu upaya pendukung dalam pemungutan pajak, baik
dengan cara sosialisasi atau dengan mengadakan tax challenge. Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2009
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sedangkan pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
masa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Penerimaan PPh Badan


Penerimaan PPh badan adalah suatu kondisi di mana wajib pajak membayar kewajibannya sesuai
dengan aturan yang berlaku sebagai warga Negara yang taat pajak.

Kewajiban Wajib Pajak Badan


1. PPh Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek pajak dalam negeri, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2. PPh Pasal 23
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Kewajiban PPh
pasal 21 yang harus dilaksanakan meliputi pelaporan atas PPh pasal 23 yang telah dihitung dan disetor
oleh wajib pajak badan, yang terutang pada setiap masa pajak. Tanggal batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak SPT Masa untuk PPh Pasal 23 adalah tanggal 10 bulan berikutnya,
sedangkan batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah tanggal 20 bulan berikutnya.
3. PPh Pasal 26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang
bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk
usaha tetap (BUT) di Indonesia. Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan
perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan. Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri
selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia,
adalah Negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya
menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner). Kewajiban PPh pasal 26 yang harus
dilaksanakan meliputi pelaporan atas PPh pasal 26 yang telah dihitung dan disetor oleh wajib pajak
badan, yang terutang pada setiap masa pajak. Tanggal batas waktu pembayaran/penyetoran pajak SPT
Masa untuk PPh Pasal 26 adalah tanggal 10 bulan berikutnya, sedangkan batas waktu pelaporan SPT
Masa-nya adalah tanggal 20 bulan berikutnya.
4. PPh Final
Pengenaan PPh secara final mengandung arti bahwa atas penghasilan yang diterima atau diperoleh akan
dikenakan PPh dengan tarif tertentu dan dasar pengenaan pajak tertentu pada saat penghasilan tersebut
diterima atau diperoleh. PPh yang dikenakan, baik yang dipotong pihak lain maupun yang disetor
sendiri, bukan merupakan pembayaran di muka atas PPh terutang tetapi sudah langsung melunasi PPh
terutang untuk penghasilan tersebut. Dengan demikian, penghasilan yang dikenakan PPh final ini tidak
akan dihitung lagi PPh nya di SPT Tahunan untuk dikenakan tarif umum bersama-sama dengan
penghasilan lainnya. Begitu juga, PPh yang sudah dipotong atau dibayar tersebut juga bukan merupakan
kredit pajak di SPT Tahunan.
5. PPh Pasal 25
Yaitu pembayaran angsuran PPh dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak untuk setiap masa pajak. Besarnya PPh Pasal 25 yang wajib disetor setiap bulan dihitung
berdasarkan ketentuan pasal 25 UU PPh beserta ketentuan pelaksanaannya. Untuk PPh Pasal 25
(angsuran pajak) untuk WP OP dan Badan, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah
160
tanggal 15 bulan berikutnya, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masanya adalah tanggal 20
bulan berikutnya.
6. PPh Pasal 29
Yaitu kewajiban untuk melunasi kekurangan pembayaran pajak yang terutang pada akhir tahun pajak,
dengan memperhitungkan kredit pajak berupa angsuran PPh Pasal 25 yang telah disetor setiap bulan dan
PPh yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain.

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan wajib pajak badan, berpengaruh terhadap penerimaan PPh Badan pada KPP Pratama
Manado.
2. Pengetahuan wajib pajak badan, diduga tidak berpengaruh terhadap penerimaan PPh Badan pada KPP
Pratama Manado.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian explanatory research yaitu jenis penelitian yang
menjelaskan hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang ada. Pada penelitian ini penulis
menjelaskan & menguji hubungan antara variabel bebas (pengetahuan wajib pajak badan) dan variabel terikat
(Penerimaan Pajak Penghasilan Badan). Populasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah Pajak Badan yang
terdaftar di KPP Pratama Manado. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 responden dengan
menggunakan random sampling. Kuncoro (2003:111) menjelaskan bahwa secara umum jumlah sampel untuk
studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel
Skala pengukuran yang digunakan yaitu skala likert. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisi kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam analisis data
kuantitatif adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linear sederhana, koefisien
determunasi dan pengujian hipotesis melalui uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengorelasikan antara skor masing-masing butir
pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan. Selanjutnya dengan
menggunakan angka kritis dari r tabel (tabel r Product Moment) dengan taraf signifikan 5% dan jumlah
responden 40 orang, jika koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar dari r tabel maka pertanyaan tersebut valid,
sebaiknya jika koefisien korelasi yang diperoleh lebih kecil dari rtabel maka pertanyaan tersebut tidak valid. Hasil
perhitungan dengan menggunakan program SPSS version 18 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
pertanyaan – pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid karena hasilnya sesuai dengan syarat
dalam pengujian validitas.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan apakah suatu alat ukur dapat dipercaya/diandalkan, bila
suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative
konsisten maka alat ukur tersebut reliable. Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi hasil alat ukur
di dalam mengukur gejala yang sama berulang kali.

Tabel 3. Reliability Statistics X


Cronbach's Alpha N of Items
.640 5
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS

Tabel 4. Reliability Statistics Y


Cronbach's Alpha N of Items
.611 5

Sumber : Output Pengolahan Data SPSS

161
Tabel 4 dan 5 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran dalam menguji data dalam penelitian ini reliable
atau dengan kata lain alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya/diandalkan karena hasilnya
sesuai dengan syarat dalam pengujian realibilitas. Yaitu Apabila alpha cronchbach lebih besar dari 0,6 atau 60
%, maka item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali 2006 :42).

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Santoso (2002:322) berpendapat untuk menentukan normal tidaknya data pada variabel dependen dapat
dilakukan dengan melihat grafik plot normal (Probability Plots) dalam program SPSS yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Apabila data distribusi normal, maka penyebaran plot akan berada
disepanjang garis 45o. Dari grafik plot normal (gambar 1) diketahui bahwa penyebaran plot berada di sepanjang
garis 45o sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Keterangan diatas dapat
digambarkan sebagai berikut :

Normal P-P Plot Of Regression Standardized


Residual

Dependan Variable: Penerimaan Pajak

Gambar 1. Hasil Uji Normalitas


Sumber: Data primer diolah, 2013

Dari Gambar 1. di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi syarat asumsi normalitas

Analisis Regresi Linear Sederhana


Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data dengan menggunakan bantuan program SPSS
Version 18, maka hasil perhitungan analisis regresi linear sederhana dapat dilihat dalam Tabel 5. berikut.

Tabel 5. Coefficients(a)
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 15.569 3.424 4.547 .000
X .117 .169 .112 .692 .493
a. Dependent Variable: Penerimaan PPh Badan (Y)
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS

Dari Tabel 5. diatas, maka dapat diketahui bahwa model regresi yang diperoleh adalah :
162
Y = a + bX
Y = 15,569 + 0,117 X

Konstanta a sebesar 15,569 memberikan pengertian bahwa jika Pengetahuan Wajib Pajak Badan yang
dipersepsikan konstan atau sama dengan nol (0), maka besarnya Penerimaan PPh Badan tersebut sebesar 15,569
satuan.
Koefisien regresi dari variabel X ( Pengetahuan Wajib Pajak Badan ) sebesar 0,117 mempunyai arti
bahwa jika Pengetahuan Wajib Pajak Badan mengalami peningkatan sebesar satu (1) satuan, maka besarnya
kenaikan pajak mengalami perubahan sebesar 0,117 satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan.
Koefisien regresi X sebesar 15,569 + 0,117 dapat diartikan bahwa dengan melihat sig. variabel
independen >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Wajib Pajak Badan ( X ) tidak berpengaruh
terhadap Penerimaan PPh Badan ( Y ).

Pengujian Hipotesis
Perumusan hipotesis yang diuji, telah dikemukakan pada Bab sebelumnya dengan tingkat signifikansi
yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5 % atau = 0,05 maka hasil pengujian hipotesis tersebut dapat
dilihat melalui uji t.

Uji t
Dengan menggunakan bantuan program SPSS Version 18 maka dapat diketahui dari hasil uji t untuk
variabel X ( Pengetahuan Wajib Pajak Badan ) = 0,692 dan ttabel = 2,021. Karena thitung < ttabel maka H0 diterima
dan Ha ditolak. Artinya Pengetahuan Wajib Pajak Badan tidak berpengaruh terhadap Penerimaan PPh Badan.

Koefisien Korelasi (R)


Tabel 5. Model Summary(b)
Adjusted R Std. Error of the
Model R
Square Estimate
1 .112a .014 2.23829
a. Predictors: (Constant), X
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS

Analisis koefisien korelasi (R) ini digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel bebas
(X) terhadap variabel terikat (Y), dalam hal ini mengukur kuat lemahnya hubungan antara Pengetahuan Wajib
Pajak Badan (X) dengan Penerimaan PPh Badan (Y).
Nilai koefisien korelasi masing-masing variabel bebas yaitu untuk X (Pengetahuan Wajib Pajak Badan)
= 0,112 artinya hubungan variabel Pengetahuan Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan PPh Badan lemah.

Koefisien Determinasi (R2)


Tabel 6. Model Summary(c)
Adjusted R Std. Error of
Model R Square
Square the Estimate
1 .012 .014 2.21658
a. Predictors: (Constant), X
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel di atas, maka dapat diketahui nilai R square yang diperoleh
adalah sebesar 0,012 atau 1,2 %. Angka tersebut memberikan pengertian bahwa Penerimaan PPh Badan (Y)
mendapat kontribusi dari Pengetahuan Wajib Pajak Badan (X), sebesar 1,2 %, sedangkan sisanya mendapat
kontribusi faktor-faktor atau variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Pembahasan
Dalam penelitian ini dengan menggunakan analisa regresi sederhana yang menghasilkan persamaan Y =
15,569 + 0,117 X. Hasil regresi di atas memberikan pengertian bahwa jika Pengetahuan Wajib Pajak Badan
yang dipersepsikan konstan atau sama dengan nol (0), maka besarnya Penerimaan PPh Badan tersebut sebesar
163
15,569 satuan sedangkan koefisien regresi b setara 0,117 dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang kuat dan searah antara variabel bebas X, dengan variabel terikat Y, dimana angka koefisien
regresi yang diperoleh semuanya menunjukkan sangat lemah. Menurut Edwin Robert Anderson Seligman,
dalam Essay on taxation (New York 1925): “Tax is a compulsory contribution from the person, to the
government to defray the expenses the expenses incurred in the common interest of all without reference to
special benefits conferred”. Banyak yang berkeberatan karena bagaimanapun juga uang-uang pajak tersebut
digunakan untuk produksi barang dan jasa, jadi benefit diberikan kepada masyarakat, hanya tidak mudah
ditunjukkan apalagi secara perorangan. (Siti Kurnia Rahayu 2010:22). Hasil penelitian ini juga mendukung
penelitian Riane Yani (2000), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pajak terhadap Penerimaan PPh Badan
di KPP Pratama Sidoarjo”. Penelitian tersebut ingin mengetahui bagaimana pengaruh pajak terhadap
penerimaan PPh badan dengan menggunakan kuesioner dan menganalisis data tersebut menggunakan regresi
logistik. Dari analisis tersebut diketahui bahwa pengetahuan wajib pajak berpengaruh negatif terhadap
penerimaan.

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah :
1. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan PPh Badan di KPP Pratama Manado,
koefisien korelasinya positif namun tidak berpengaruh secara signifikan.
2. Pengetahuan wajib pajak badan adalah salah satu upaya pendukung dalam pemungutan pajak, baik dengan
cara sosialisasi atau dengan mengadakan tax challenge. Sedangkan penerimaan PPh badan adalah suatu
kondisi di mana wajib pajak membayar kewajibannya sesuai dengan aturan yang berlaku sebagai warga
negara yang taat pajak. KPP Pratama manado sudah menggunakan system komputerisasi dan integrasi
dalam melakukan pendataan objek pajak, melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat dan
tujuan pemungutan PPh.
3. Penerimaan PPh Badan ( Y ) mendapat kontribusi dari faktor Pengetahuan Wajib Pajak Badan ( X ) pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado tersebut adalah 1,2% sedangkan sisanya mendapat kontribusi dari
faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Dengan demikian diketahui bahwa Pengetahuan
Wajib Pajak Badan tidak berpengaruh terhadap Penerimaan PPh Badan.

Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis adalah lewat penelitian yang dilakukan, KPP Pratama Manado harus
bisa mengembangkan program sosialisasi yang berkesinambungan dan pelayanan yang baik bagi Wajib Pajak,
khususnya Wajib Pajak Badan agar mereka dapat membayar pajak sesuai ketentuan sehingga target penerimaan
bisa tercapai. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukkan kepada pihak-pihak yang terkait
dengan pemungutan PPh terutama Wajib Pajak Badan dan dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian yang
selanjutnya atau yang akan datang, baik yang berkaitan dengan penelitian ini secara langsung maupun tidak
langsung.

164
DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cet. Ke-4. Badan Penerbit Undip:
Semarang

Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2010-2012. http://www.pajak.go.id/statistic. Diakses


September, 30, 2013

Data Pokok APBN 2005-2011. http://www.budget-info.com. Diakses September, 30, 2013

Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus,
dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak
Orang Pribadi di Kota Semarang. Universitas Diponegoro: Tesis Megister Akuntansi. Semarang

Kuncoro. 2003. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. UPP-AMP YPKN:
Yogyakarta

Kuncoro. 2006. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga: Jakarta

Mardiasmo 2013. Perpajakan. Edisi Revisi. ANDI: Yogyakarta

Rahayu, Siti Kurnia. 2012. Akuntansi Perpajakan. Cet. Ke-2. Graha Ilmu: Yogyakarta

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-undang. Jakarta

Ridwan, Sunarto, H. 2007. Pengantar Statistik. Alafabeta: Bandung

Santoso, Singgih,. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. PT Elex Media Komputindo Gramedia:
Jakarta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Alafabeta : Bandung

Suprianto, Edy. 2012. Akuntansi Perpajakan. Cet. Ke-2. Graha Ilmu: Yogyakarta

Teguh Wahyuno. 2008. Belajar Sendiri SPSS 18. Elex Media Komputindo: Jakarta

Waluyo. 2009. Akuntansi Perpajakan. Salemba Empat: Jakarta

165
ANALSIS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MANADO

Melva Karla Yece Pontoh


Jantje J. Tinangon
Harijanto Sabijono

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : melva.karla@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pajak merupakan unsur penting dalam APBN karena pajak merupakan instrument pendapatan terbesar untuk
membiayai pengeluaran negara. Pada kenyataannya dalam pemungutan pajak masih ada Wajib Pajak dengan
tingkat kepatuhan rendah sehingga tidak membayar dan melaporkan pajak tepat waktu sehingga timbul sanksi
pajak dan timbulnya kegiatan Penagihan Pajak secara aktif salah satunya dengan Melalui Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dilakukan
penelitian dengan Metode Deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses penagihan
pajak dengan surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado dijalankan telah sesuai dengan
prosedur. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa memberikan dampak positif terhadap pencairan tunggakan
pajak. Dampak terhadap Wajib Pajak diantaranya yakni memberikan efek jera sehingga kedepannya Wajib
Pajak dapat lebih taat dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannnya. Saran yang dapat dikemukakan untuk
peneltian selanjutnya yakni hendaknya dilakukan penelitian lebih mendalam untuk menambah referensi
kepustakaan.

Kata kunci: Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Perpajakan.

ABSTRACT

Tax is an important element in APBN because tax as the largest thing of national fund. In fact there are tax
payers in low obedience so they don’t pay and make report giving them by tax penalty, that is the basic element
for Tax Billing and one of them is Tax Billing by Enforcement Letter. According to my research I use
Descriptive Methode to analize data. According to my research I can conclude that Tax Billing by Enforcement
Letter at Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado has been run according to the procedure. That also give a
good effect in order to undertake the Arrears Disbursement. One of the good result do assessable is make them
wary s for future the Assessable will be more obedient to fulfill they Tax Responsibility. Suggestions can be put
forward for the further course of a study should be conducted in-depth research to add to the reference library.

Keyword: Tax Billing by Enforcement Letter, Taxes.

166
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun 2013, pendapatan negara ditetapkan
sebesar Rp 1.488,4 triliun, dimana alokasi pendapatan dari penerimaan pajak sebesar Rp 1.139,8 triliun, dari
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 344,5 triliun, sedangkan dari hibah sebesar Rp 4,5 triliun.
Berdasarkan data tersebut dengan presentase yang hampir 77% dari total keseluruhan pendapatan
negara maka sangatlah jelas bahwa penerimaan dari sektor pajak memegang kunci yang sangat penting dalam
pendapatan negara kita. Oleh karena itu, Pemerintah dalam hal ini Departemen Keuangan Republik Indonesia
melalui Direktorat Jenderal Pajak yang telah mengembangkan dan melakukan berbagai cara agar pendapatan
melalui sektor pajak dapat memenuhi target yang ditetapkan oleh pemerintah. Berbagai kegiatan seperti
penyuluhan perpajakan sampai sosialisasi-sosialisasi mengenai manfaat dari pajak itu sendiri telah dilakukan
oleh pemerintah.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak sangat
mengapresiasi bagi mereka baik orang pribadi maupun badan-badan dalam bentuk perusahaan yang taat
membayar pajak. Namun disisi lain, seringkali ditemui pihak-pihak yang tidak memiliki kesadaran untuk
melakukan pembayaran pajak. Dikarenakan salah satu dari sifat pajak adalah dapat dipaksakan, sehingga
mengakibatkan pihak-pihak yang tidak mau memenuhi kewajiban pajaknya dapat dilakukan penagihan
menggunakan surat paksa. Penagihan pajak dengan surat paksa dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak
melalui Kantor Pelayanan Pajak dimana wajib pajak yang bersagkutan tinggal. Dengan adanya penagihan pajak
dengan surat paksa, wajib pajak yang tidak mau membayar pajaknya dapat dipaksa untuk memenuhi
kewajibannya.

Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dilaksanakannya penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui mekanisme Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang dilaksanakan oleh Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Manado.
2. Untuk mengetahui apakah dengan diterbitkannya surat paksa memberikan pengaruh terhadap pencairan
tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado.
3. Untuk mengetahui dampak penagihan pajak dengan surat paksa terhadap wajib pajak.

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori
Akuntansi
Hongren, Walter T. Harrison Jr, dan Linda Smith Bamber dalam buku Akuntansi (2006:3) dijelaskan
bahwa Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi menjadi
laporan keuangan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat keputusan.
American Accounting Association, akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan,
mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas
dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

Akuntansi Pajak
Edy Suprianto (2012, 2) Akuntansi Pajak adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, dan
pengikhtisaran suatu transaksi keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri dengan
pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai
dasar pembuatan Surat Pemberitahuan Tahunan. Dalam pajak, pembukuan dan pencatatan tidak sama.
Pembukuan digunakan sebagai dasar penghitungan pajak bagi Wajib Pajak baik Badan maupun Orang Pribadi
yang menggunakan pengitungan pajak secara normal, sedangkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan
yang menggunakan pencatatan, maka dalam penghitungan pajaknya menggunakan Norma Penghitungan

167
Penghasilan Netto yang besaran presentasinya ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak berdasarkan jenis
usahanya.

Pajak
Prof. Dr. Rochmat Soemitro,SH menerangkan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra prestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2008 : 1).
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
memberikan definisi mengenai Pajak, yaitu “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa


Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksnakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
dan menjual barang yang telah disita. Tindakan Penagihan Pajak dilakukan apabila utang pajak sampai dengan
jatuh tempo pembayaran belum dilunasi. Sebagaimana disebutkan oleh Arif Rahman (2013:190) yang sesuai
pula dengan UU KUP Pasal 1, Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Karena sifatnya
yang memaksa itulah maka pajak yang terutang harus dilunasi oleh Wajib Pajak.
Langkah-langkah penagihan pajak adalah sebagai berikut:
1. Pemberian Surat Teguran;
2. Pemberian Surat Paksa;
3. Pemberian Surat Sita;
4. Lelang;
5. Penagihan Seketika dan sekaligus.

Salah satu cara dimana daluwarsa penagihan dapat tertangguh adalah dengan diteritkannya Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Utang pajak adalah pajak
yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum
dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan pajak.
Surat Paksa akan diterbitkan apabila dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal Surat Teguran
tidak dilunasi, maka diterbitkan surat paksa yang disampaikan oleh Juru Sita Pajak Negara dengan pernyataan
dan penyerahan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak. Pemberitahuan Surat Paksa kepada
Penanggung Pajak dilaksanakan dengan membacakan isi Surat Paksa oleh Juru Sita Pajak dan dituangkan dalam
Berita Acara.

Penelitian Terdahulu
Marduati (2012), Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap
Pencairan Tungga-kan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat, Tujuan Penelitian Untuk
mengeta-hui seberapa besar pengaruh penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap
pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat. Metode yang digunakan adalah
Uji Asumsi Klasik, yaitu melalui uji normali-tas, uji multikoli-nieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi, serta Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil yang diperoleh adalah setelah melalui berbagai
metode pengujian yaitu jumlah surat teguran yang diterbitkan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
pencairan tunggakan pajak. Persamaan dengan penelitian ini adalah Menganalisis pengaruh Surat Paksa
terhadap pencairan tunggakan pajak. Perbedaannya adalah Objek penelitian serta metode penelitian yang
digunakan dan variabel yang diteliti.
Rahma (2010), Analisis Efektifitas Penagihan Dengan Surat Paksa Dalam Meningkatkan Penerimaan
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar. Tujuannya untuk mengetahui prosedur penerbitan
Surat Paksa yang diterapkan oleh KPP Pratama Karanganyar, untuk menganalisis efektifitas penagihan dengan
menggunakan Surat Paksa di KPP Pratama Karang-anyar, dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam

168
kegiatan pelaksa-naan Surat Paksa di KPP Pratama karang-anyar. Metode penelitian yang digunakan desain
kasus, yaitu suatu desain dimana adanya pertanyaan ‘bagaimana’ menjadi permasalahan utama penelitian
dengan keharusan membuat deskripsi atau analisis yang terbatas pada kasus tertentu untuk menjawab
permasalahan tersebut. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yaitu proses kegiatan penagihan pada tahun
2008 setiap triwulannya kurang efektif karena pencairan kurang dari 60% meskipun untuk per lembarnya dirasa
cukup efektif. Surat Paksa berpengaruh terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Karanganyar walaupun
dalam pelaksanaan tugasnya terdapat kendala baik dari pihak intern maupun pihak ekstern yakni dari Wajib
Pajak. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan atu variabel yang sama yaitu Surat
Paksa untuk dianalisis serta metode yang digunakan. Perbedaannya yaitu penelitian ini menggunakan variabel
‘penerimaan pajak’ sedangkan Peneliti membahas ‘pencairan tunggakan pajak’. Lokasi yang dipilih juga
menjadi perbedaan penelitian.
Retnowati (2012), Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan
Pajak. Tujuan penelitian dilakukan Untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak dengan Surat Paksa (PPSP)
terhadap peningkatan pencairan piutang pajak serta untuk mengetahui apakah penagihan pajak merupakan
penagihan pajak aktif yang dilakukan oleh jabatan pajak guna pencairan tunggakan pajak. Metode Penelitian
yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Hasil penelitian yang diperoleh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
dilakukan telah sesuai dengan prosedur yang berlaku dan berdasarkan surat paksa yang diterbitkan, PPSP sudah
cukup efektif dalam mencairkan piutang pajak karena dapat meningkatkan pencairan tunggakan pajak yang
maksimal. Persamaan dengan penelitian ini menganalisis variabel yang sama yaitu Surat Paksa dan Pencairan
Piutang Pajak. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada metode penelitian yang digunakan.

METODE PENELITIAN
Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang akan digunakan untuk penelitian ini yaitu:
a.1. Data kualitatif
a.2. Data kuantitatif

b. Sumber Data
Data yang digunakan berupa data primer dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait dan dan
sekuner berupa bahan literatur yang diperoleh dari buku-buku maupun sumber lain.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado selama 2 (dua) bulan yaitu bulan
September dan Oktober 2013.

Prosedur Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado sebagai berikut:
1. Penelitian kepustakaaan
2. Membuat rangkuman atas data yang diperoleh dan membuat daftar pertanyaan.
3. Penelitian lapangan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manad ke seksi terkait yaitu Seksi
Penagihan.
4. Melakukan wawancara kepada pihak terkait.
5. Meminta data yang diperlukan untuk penelitian
6. Mengolah data yang diperoleh.

Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian, menggunakan dua metode yaitu:
1. Penelitian kepustakaan (library research)
2. Penelitian lapangan, yang terdiri dari:
a. survey langsung pada tempat penelitian;

169
b. wawancara langsung dengan pihak yang berhubungan dengan penagihan pajak.
Metode Analisis Data
Data yang yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis deskriptif yang
diproses sedemikian rupa sehingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Mekanisme Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Tindakan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa yang dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Manado merupakan salah satu tindakan penagihan pajak yang dilakukan sesuai dengan prosedur
penagihan pajak yang ditetapkan dengan Undang-Undang. Pada prosesnya dilapangan, penagihan pajak dengan
surat paksa telah menggunakan suatu sistem yaitu ALPP yang menampilkan data secara realtime. Juru sita pajak
memonitor penunggak pajak melalui menu monitoring data sehingga pencetakan surat paksa untuk disampaikan
kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah sesuai dengan persyaratan khususnya jangka waktu penerbitannya.
Surat Paksa dicetak melalui sistem sehingga hutang pajak yang belum tertagih dapat tencantum didalam surat
paksa. Surat paksa harus disampaikan langsung oleh Juru Sita Pajak yang telah ditunjuk. Mekanismenya
adalah dengan membaca isi surat paksa didepan wajib pajak. Oleh karena itu sebelum surat paksa disampaikan,
Wajib Pajak dihubungi terlebih dahulu demi kelancaran proses penagihan pajak dengan surat paksa.

Peranan Pencairan Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama


Pencairan Tunggakan Pajak memiliki peran yang cukup penting pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Manado karena sesuai dengan fungsinya yaitu menghimpun penerimaan. Pencairan tunggakan pajak
menghimpun penerimaan dari sektor pajak dari Wajib Pajak yang tidak patuh atau tidak melaksanakan
kewajiban perpajakannya tepat waktu. Dengan adanya pencairan tunggakan pajak, maka target penerimaan
KPP Pratama Manado dapat tercapai dari sisi penagihan pajak sekaligus sebagai salah satu indikator pengukura
kinerja juru sita pajak. Semakin baik pencairan tunggakan pajak, maka semakin baik kinerja juru sita pajak.

Pembahasan
Proses Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado.
Proses Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang dilakukan oleh KPP Pratama Manado telah sesuai
dengan prosedur yakni melalui serangkaian tindakan penagihan dan telah sesuai dengan jangka waktu yang
diberikan juga efektif dalam pencapaian target pencairan tunggakan pajak. Bila dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Retnowati (2012) walaupun dengan metode penelitian yang berbeda namun diperoleh hasil
yang sama yaitu tindakan penagihan pajak telah dilakukan dengan efektif. Namun bila dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2010) dimana sama-sama menganalisis akan satu variable terdapat
perbedaan hasil. Menurut Rahma, penagihan pajak tidak dilakukan secara efektif namun pada penelitian ini,
diperoleh hasil bahwa penagihan pajak telah dilakukan secara efektif dan telah sesuai prosedur.

Hubungan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Dengan Pencairan Tunggakan Pajak
Hubungan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dengan Pencairan Tunggakan Pajak yakni Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa berdampak positif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Seperti namanya, Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa memiliki kekuatan yang tinggi sehingga dapat memaksa Wajib Pajak untuk melunasi
utang pajaknya. Pencairan tunggakan pajak diatas 75% mengindikasikan bahwa Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa memiliki pengaruh positif yang besar terhadap Pencairan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Manado. Tindakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa merupakan salah satu senjata yang mumpuni
dalam pencairan tunggakan pajak. Hal ini dapat dikatakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu
Dari data tahun 2010 diperoleh hasil bahwa jumlah tunggakan pajak selama tahun 2010 sangat sedikit yakni
hanya sejumlah Rp. 4.949.982 dengan total Surat Paksa yang diterbitkan sebanyak 512 lembar. Untuk tahun
2011, dari total Rp. 12.003.784.719,00 utang pajak yang harus ditagih dengan Surat Paksa kepada Wajib Pajak,
dilunasi oleh Wajib Pajak sejumlah Rp. 10.395.492.542. atasu sebesar 86,6%. Sisanya akan dilakukan tindakan
penagihan aktif selanjutnya. Dan untuk tahun 2012 nominal surat paksa yang disampaikan cukup besar

170
yaitu sebesar Rp.2.886.858.583,00 dengan jumlah Surat Paksa yang disampaikan sejumlah 381 Surat
Paksa. Total pencairan pajak dengan surat paksa adalah Rp.2.258.259.375,00 atau sebesar 78,22%.
Seperti yang dikemukakan juga oleh Marduati (2012), bahwa jumlah surat paksa dan surat teguran
yang diterbitkan memberikan pengaruh positif dan signifikan, demikian pula hasil penelitian di KPP
Pratama Manado bahwa jumlah surat paksa yang diterbitkan berpengaruh positif dan efektif.terhadap
pencairan tunggakan pajak

Dampak Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Wajib Pajak


Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan Penulis melalui wawancara terhadap Wajib Pajak dan
informasi tidak langsung yang diperoleh Penulis, Penagihan Pajak dengan Surat Paksa memiliki dampak
terhadap Wajib Pajak. Menurut Juru Sita Pajak Negara, dampak yang dirasakan Wajib Pajak atas penyampaian
Surat Paksa diantaranya:
1. Wajib Pajak merasa malu bila tidak melunasi tunggakan pajaknya. Hal ini disebabkan karena tatacara
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yakni harus membaca isi Surat Paksa dihadapan Wajib Pajak, baik
Wajib Pajak sendiri maupun bersama dengan orang lain;
2. Wajib Pajak memiliki kesadaran untuk melunasi tunggakan pajaknya karena disampaikan langsung oleh
Jurusita tidak melalui pos atau kurir. Surat Paksa yang disampaikan menurut mekanisme Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa adalah dibacakan langsung kepada Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak seluruh isi
yang tertuang dalam Surat Paksa tersebut. Dengan demikian Wajib Pajak mengetahui secara jelas jumlah
pajak yang ditagihkan;
3. Wajib Pajak mengetahui jumlah tunggakan pajak yang harus dilunasi secara langsung apakah sesuai
dengan Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan, sehingga dapat diambil tindakan selanjutnya, apakah
dibayar langsung atau akan diangsur menurut tingkat kemampuan Wajib Pajak tersebut. Apabila Wajib
Pajak tidak memiliki kemampuan untuk melunasi utang pajaknya secara langsung, maka dapat diajukan
permohonan pembayaran pajak secara mengangsur dengan jumlah angsuran dan masa angsuran sesuai
kesepakatan bersama;
4. Wajib Pajak menyadari bahwa proses perpajakan tetap berjalan sekalipun Wajib Pajak sedang mengajukan
keberatan atas hasil pemeriksaannya sehingga memberikan kesadaran bagi Wajib Pajak untuk melunasi
utang pajaknya sesuai Surat Ketetapan Pajak yang dikeluarkan;
5. Pendapatan Wajib Pajak berkurang karena harus melunasi utang pajak;
6. Memberikan kesadaran kepada Wajib Pajak untuk melaksakan kewajiban perpajakannya tepat waktu
sehingga kedepannya bisa lebih baik.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Proses Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dapat dilakukan apabila dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari
sejak tanggal Surat Teguran Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya, maka tindakan Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa harus dilakukan. Tindakan ini dimaksudkan agar Wajib Pajak mau melunasi tunggakan
pajaknya sehingga tidak perlu untuk dilakukan tindakan penagihan aktif lainnya seperti pemblokiran
rekening Wajib Pajak, Penyitaan sampai dengan Pencekalan terhadap Wajib Pajak.
2. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa mempunyai hubungan yang positif terhadap pencairan tunggakan
pajak. Dengan dilaksanakannya Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Wajib Pajak dapat melunasi
tunggakan pajaknya baik secara langsung maupun meminta keringanan berupa pembayaran melalui
angsuran yang jangka waktunya sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan tergantung kondisi keuangan
Wajib Pajak tersebut. Dengan dilaksakanannya tindakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa maka Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Manado telah melaksanakan tindakan penagihan aktif sesuai ketentuan yang
kedepannya diharapkan dapat membantu penerimaan, tidak hanya pencairan tunggakan pajak, tapi juga
membantu pencapaian tugas utama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado yakni pencapaian target
penerimaan pajak yang dibebankan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado.
3. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa memiliki dampak terhadap Wajib Pajak salah satunya adalah efek jera
sehingga kedepannya diharapkan Wajib Pajak lebih sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
tepat waktu.

171
Saran
Saran yang dikemukan berdasarkan hasil penelitian, sebagai berikut:
1. Bagi institusi yang dilakukan penelitian, hendaknya dimasa yang akan mampu meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan masyarakat akan perpajakan sehingga dengan edukasi yang lebih baik, diharapkan kemudian
hari tingkat kepatuhan dan kesadaran masyarakat akan semakin tinggi dan perpajakan di Indonesia akan
semakin maju guna meningkatkan penerimaan Negara.
2. Bagi Peneliti selanjutnya yang berkeinginan meneliti sehubungan dengan penelitian ini, disarankan
sebaiknya melaksanakan penelitian dengan lebih mendalam, karena Peneliti sadar bahwa penelitian ini
belum sempurna sehingga dikemudian hari literatur akan Analisis Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
dapat bertambah dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bantodihardjo. Cahyono, (2008). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta.

Hongren, Chales T., Walter T. Harisson Jr, & Linda Smith Bamber, (2006). Akuntansi, Edisi Keenam Jilid I. PT
Indeks. Jakarta.

Ilyas, Wirawan & Richard Burton, (2008). Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta.

Komara, Ahmad, (2012). Cara Mudah memahami Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Bee Media
Indonesia. Jakarta.

Mardiasmo, (2008). Perpajakan, 2006. Jakarta.

Masyuri & M.Zainudin, (2008). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. PT Refika Aditama.
Bandung.

Muhammad Rusjdi, (2007). Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.
Jakarta.

Marduati, Andi. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Pencairan
Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/
handle/123456789/2740 /SKRIPSI.pdf?sequence=1, diakses tanggal 23 September 2011. Hal 1-64.

Prasetyono, Dwi Sunar, (2012). Buku Pintar Pajak. Laksana. Jogjakarta.

Rahma, Aldila Laila. (2010). Analisis Efektifitas Penagihan dengan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak di
Kantor Pelayanan Pratama Karanganyar. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
http://eprints.uns.ac.id/4081/, diakses tanggal 14 Juli 2013.

Rahman, Arif, (2013). Panduan Akuntansi dan Perpajakan. Trans Media Pustaka. Jakarta.

Retnowati, Leli. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Peningkatan Pencairan
Piutang Pajak. Skripsi. Universitas Pamulang, Tangerang Selatan.
http://perpus.unpam.ac.id/index.php?p=show_detail&id=9374, diakses tahun 2012.

Sari, Diana, (2013). Konsep Dasar Perpajakan. PT Refika Aditama. Bandung.

172
Sumarsan, Thomas, (2010). Perpajakan Indonesia. PT Indeks. Jakarta.

Sumarsan Thomas, (2013). Perpajakan Indonesia, Edisi 3, Jakarta : PT Indeks

Suprianto, Edy, (2012). Akuntansi Perpajakan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

--------------, (2011). Persandingan Undang-Undang KUP dan Tata Cara Perpajakan. Direktorat Jenderal
Pajak. Jakarta.

--------------, (2011). Persandingan Susunan Sub Naskah Peraturan Pajak, Penghasilan. Kanwil DJP Sulawesi
Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara. Manado.
--------------, (2012).Pedoman Penagihan Pajak. Direktorat Jenderal Pajak. Jakarta.

http://www.kemenkeu.go.id.

http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/Data%20Pokok%20APBN%202013.pdf

http://home.unpar.ac.id/~hasan/sampling.doc

173
ANALISIS PERHITUNGAN PENCATATAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI ATAS EKSPEDISI ANTAR PULAU PADA
PT. TAJUR JAKARTA

Priscilia Joanna Rundengan


Jantje Tinangon
Inggriani Elim

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: rundenganp@yahoo.com

ABSTRAK

Pajak Pertambahan Nilai merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan,di
karenakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Perusahaan sebagai wajib pajak harus melaksanakan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang dinamis dan terus
berubah sesuai dengan laju perkembangan perekonomian negara. PT. Tajur Jakarta adalah perusahaan
yang berdiri pada tahun 1967 yang beralamat Jl Jati Baru No. 83 merupakan perusahaan ekspedisi
yang menggunakan jasa trucking, dan perusahaan yang menghitung, mencatat, dan melaporkan pajak
pertambahan nilai pada konsumen pengguna jasa atas barang yang dikenakan pajak pertambahan
nilai.Metode dalam Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu berupa studi kasus
dan studi pustaka. Studi kasus dilakukan pada PT TAJUR Jakarta sedangkan studi pustaka dilakukan
dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur yang relevan dengan Pajak Pertambahan Nilai.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu bahwa perusahaan telah melakukan perhitungan,
pencatatan dan pelaporan dengan baik dan sesuai dengan Undang-undang No. 42 tahun 2009 yaitu
dengan menggunakan tarif 10% untuk setiap Jasa Kena Pajak / Barang Kena Pajak, dan juga hasil
yang didapat pula bahwa perusahaan telah melakukan penyetoran dan pelaporan pajak dengan
menggunakan e-SPT dan disetorkan melalui bank persepsi paling lambat tanggal 15 (lima belas)
setelah akhir masa pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai.

Kata Kunci : Pajak Pertambahan Nilai, Perhitungan, Pencatatan, Pelaporan

ABSTRACT
Value-added tax represent the source of revenue for very dominant state,to fulfill requirement of
people. Company as a taxpayer have to carry out their tax liability in accordance with the provisions
of the tax laws are dynamic and constantly changing according to the rate of development of
country’s economics. PT. Tajur Jakarta was established in 1967 which is located in Jl. Jati Baru No.
83 where the main activities of company is a shipping that uses trucking services, and that companies
that count, reecord, and report Value Added Tax on the consumers of services on goods subject to
Value Added Tax.The method in this research is using descriptive analysis which is describe the case
studies and literature. Case studies conducted in PT TAJUR Jakarta while literature conducted by
collecting data from the literature relevant to the Value-added tax. Pursuant to result of obtained
research from the study,the company calculating, recording and reporting properly and in accordance
with the Law No. 42 of 2009,using the rate of 10% for each taxable service / goods taxable, and also
the results obtained also that the company has to deposit and tax reporting using e-SPT return and
paid through the bank by the 15th of each month after the end of the tax period in accordance with
law No. 42 of 2009 on Value Added Tax.

Keyword : Value Added Tax, Calculating, Recording, Reporting

174
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang sangat potensial, sektor Pajak merupakan
pilihan yang sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil tetapi juga merupakan cerminan
partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang merupakan pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh
pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak
(konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Mekanisme perhitungan
pencatatan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul
istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP.Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai barang dan jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, menyatakan bahwa tarif yang dikenakan pada jasa yaitu sebesar 10 % (sepuluh persen) dari
jumlah tagihan.Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku atas penyerahan barang kena pajak
maupun jasa kena pajak adalah tarif tunggal sehingga mudah dalam pelaksanaannya tidak ada
penggolongan dengan tarif yang berbeda.Sistem yang dianut dalam perpajakan Indonesia adalah
sistem self assesment. Dalam sistem ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya.
PT TAJUR adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa pengiriman
barang jalur darat dengan via Trucking dengan tujuan Jakarta-Palembang dengan kuantitas
besar.Perusahaan ini hanya bergerak pada Jasa Trucking dan merupakan salah satu perusahaan yang
sudah menerapkan pajak pertambahan nilai dalam usahanya, untuk itu perusahaan harus melakukan
proses perhitungan, pencatatan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. Dan penerapan pajak
pertambahan nilai mulai dari perhitungan, pencatatan sampai pelaporan harus dilakukan sesuai
dengan undang-undang yang berlaku. Berdasarkan latar belakang, maka penulis merumuskan
permasalahan yaitu: Bagaimanakah perhitungan, pencatatan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
yang dilakukan oleh PT. Tajur Jakarta?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Perhitungan, Pencatatan dan
Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Atas Ekspedisi Antar Pulau pada PT.TAJUR.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Prof. Rochmat Soemitro, SH
2007 : 1).
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk yang kegunaannya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran mum berhubungan
langsung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (P.J.A Andriani 2007 : 3).
Fungsi Pajak
Menurut Siti Resmi (2011:3) Fungsi pajak berarti kegunaan atau manfaat dari pajak itu
sendiri . Umumnya terdapat 2 fungsi pajak yang dikenal , yaitu :
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

175
Pajak mempunyai fungsi budgetair,artinya pajak merupakan salah satu penerimaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.Sebagai sumber keuangan
negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya
tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak melalui
penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dan lain-lain.
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijkan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan
tertentu diluar bidang keuangan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Menurut Waluyo (2011:9) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
merupakan Pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam Daerah Pabean), baik
konsumsi barang maupun konsumsi jasa.
Menurut UU No.42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah ”Pajak yang
dikenakan atas konsumsi barang dan jasa, di dalam daerah pabean yang dikenakan bertingkat disetiap
jalur produksi dan distribusi.”

Tarif Pajak Pertambahan Nilai


Menurut Undang-undang Perpajakan (2010:211) Berdasarkan Pasal 7 ayat (1), (2) dan (3)
undang-undang no. 42 Tahun 2009, tarif Pajak Pertambahan Nilai
a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0 %.
c. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5%
(lima persen) dan paling tinggi 15 % (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur
dengan peraturan pemerintah.

CARA MENGHITUNG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


Menurut Waluyo (2011:21) Cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah
dengan mengkalikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai ( 10% atau 0% untuk ekspor Barang Kena Pajak)
dengan Dasar Pengenaan Pajak.

PPN yang Terutang = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak

PENCATATAN
Menurut Pasal 28 ayat (9) UU KUP menyatakan pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur
tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final.
Pencatatan atas peredaran bruto juga menjadi dasar penghitungan PPN bagi PKP yang
menghitung penghasilan neto mempergunakan norma penghitungan (peredaran bruto menjadi dasar
penghitungan Pajak Keluaran dan Jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan).
Menurut waluyo (2012;332) Dalam akuntansi komersial tidak mengatur tersendiri perilaku akuntansi
khusus untuk PPN maupun PPnBM, PSAK hanya mengatur Akuntansi Pajak Penghasilan.
Namun demikian baik dalam akuntansi komersial maupun dalam akuntansi pajak terdapat
persamaan dalam melakukan pencatatan yang harus dipersiapkan antara lain :
a. Akun Pajak Masukan

176
Untuk mencatat besarnya Pajak Masukan yang dibayar atau dipungut atas terjadinya transaksi
pembelian
b. Akun Pajak Keluaran
Pada akun ini untuk mencatat Pajak Keluaran yang dipugut atau disetorkan ke kas negara atas
transaksi.

PELAPORAN PAJAK
Menurut (Rudi & Wirawan, 2010:12) Kewajiban WP setelah melakukan penyetoran pajak
adalah melaporkan seluruh penghitungan dan penyetoran pajak tersebut ke KPP tempat WP tersebut
terdaftar dengan menggunakan formulir SPT. Pelaporan tersebut ada yang dilakukan berdasarkan
bulan (Masa Pajak) dan juga tahunan. Menurut (Rudi & Wirawan, 2010:56) Pasal 1 angka 11 UU
KUP menegaskan bahwa SPT adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perudang-undangan perpajakan.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu berupa studi kasus dan studi
pustaka. Studi kasus dilakukan pada PT TAJUR Jakarta sedangkan studi pustaka dilakukan dengan
mengumpulkan data-data dari literatur-literatur yang relevan dengan Pajak Pertambahan Nilai.
Penelitian ini menggunakan metode Perhitungan, Pencatatan, dan Pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai pada PT Tajur dengan peraturan Undang-Undang perpajakan yang ada,
sebagaimana terdapat dalam peraturan pemerintah.

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Pemilihan lokasi yang dilakukan pada kantor PT TAJUR Jakarta yang beralamat di Tanah Abang Jl
Jati Baru No.83 Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan judul dan merumuskan masalah.
2. Menelaah tinjauan pustaka / literatur yang timbul dengan peneliti.
3. Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat.
4. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait serta pengambilan
data-data pada Kantor PT TAJUR untuk mengetahui bagaimana analisis penghitungan,
pencatatan dan pelaporan pajak pertambahan nilai.
5. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data.
6. Menarik kesimpulan dan memberikan saran yang dianggap perlu sebagai perbaikan dalam
masalah yang ada.

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
1. Data kuantitatif
Menurut Fathoni (2011: 37) menyatakan data kuantitatif merupakan data yang
disajikan dalam bentuk angka – angka dan tabel.. Dalam penelitian ini yakni data Pajak
Keluaran dan Pajak Masukan PT TAJUR JAKARTA.
2. Data kualitatif
Menurut Fathoni (2011: 37) menyatakan data kualitatif adalah data yang disajikan
dalam bentuk uraian deskriptif mengenai gambaran umum dan sebagainya.

177
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif berupa
profil perusahaan PT TAJUR, kegiatan operasional dan data kepustakaan.

Sumber Data
1. Data Primer
Menurut Fathoni (2011:30) Data primer merupakan data yang diperoleh langsung
dari perusahaan atau tempat penelitian. Dalam penelitian ini yakni saat wawancara dengan
karyawan perusahaan tentang pengambilan data sejarah perusahaan, struktur organisasi,
pembagian tugas kerja, kinerja dari para pekerja, dan lain sebagainya.
2. Data Sekunder
Fathoni (2011: 38) menyatakan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
literatur – literatur serta tulisan – tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.Dalam
penelitian ini data sekunder yang digunakan yakni PPN Keluaran dan PPN Masukan serta
laporan Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) dari perusahaan periode 2012.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik atau cara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Teknik observasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan
langsung terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penghitungan, pencatatan
dan pelaporan pajak pertambahan nilai.
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang
terkait yang dibutuhkan. Yakni Pimpinan perusahaan dan karyawan perusahaan.
3. Teknik Dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen, bukti-bukti atau
catatan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Penelitian ditujukan pada dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan data yang diperlukan. Pengumpulan data dokumentasi
menggunakan alat tulis manual maupun elektronik.

Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu suatu
metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data sehingga
diperoleh gambaran yang cukup jelas tentang masalah yang dihadapi, kemudian ditarik suatu
kesimpulan mengenai analisis perhitungan,pencatatan dan pelaporan pajak pertambahan nilai apakah
sesuai dengan peraturan Undang-Undang perpajakan yang ada, sebagaimana terdapat dalam peraturan
pemerintah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN
PT. Tajur merupakan Pengusaha Kena Pajak dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
01.102.620.0.307.000. PT. Tajur resmi berdiri sebagai badan usaha yang otonom pada tahun1973.
Hingga saat ini PT. Tajur memiliki 3 kantor yang pusatnya berada di palembang dan yang duanya lagi
berada di Tanah Abang Jalan Jati Baru dan Cikupa.
Objek yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Tajur yaitu berupa Jasa angkutan
yang mengangkut barang dari tempat pengiriman ke tempat tujuan berdasarkan Berat Barang,
Kubikasi, dan besarnya mobil angkutan yang dipakai.

178
Sebagai Pengusaha Kena Pajak PT. Tajur membuat / menerbitkan faktur pajak untuk setiap
penyerahanJasa Kena Pajak yang digunakan sebagai bukti pemungutan pajak yang selalu disertakan
dalam setiap penyerahan Jasa Kena Pajak.

Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai


PT. TAJUR menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor serta PPN yang harus
dipungut adalah berdasarkan rumus :

Pajak Pertambahan Nilai = Dasar Pengenaan Pajak X Tarif Pajak 10%

Berikut ini contoh perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan PT.TAJUR :
PT. TAJUR yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam jasa angkutan menerima Jasa
Angkutan dari PT. SHARP INDONESIA untuk mengangkut barang-barang elektronik dengan biaya
Jasa Transportasi yang dibayarkan PT Sharp dihitung dengan Kubikasi.

Perhitungan Pajak Keluaran :


DPP = Rp 22.704.750
Pajak Keluaran 10% = Rp 2.270.475.

Berikut akan disediakan penjabaran secara singkat mengenai Pajak Keluaran PT. Tajur Tahun 2012:

Tabel 4.6.1.1
Pajak Keluaran Masa Tahun 2012
Penjualan
Masa Pajak
DPP (Rp) PPN (Rp)
Januari Rp. 1.054.409.910 Rp. 105.440.991
Februari Rp. 1.281.930.120 Rp. 128.193.012
Maret Rp. 1.223.892.970 Rp. 122.389.297
April Rp. 1.080.930.320 Rp. 108.093.032
Mei Rp. 1.210.523.310 Rp. 121.052.331
Juni Rp. 1.079.806.860 Rp. 107.980.686
Juli Rp. 1.085.897.820 Rp. 108.589.782
Agustus Rp. 1.032.147.070 Rp. 103.214.707
September Rp. 1.016.643.800 Rp. 101.664.380
Oktober Rp. 1.321.637.780 Rp. 132.163.778
November Rp. 1.166.310.810 Rp. 116.631.081
Desember Rp. 972.481.670 Rp. 97.248.167
TOTAL Rp. 13.526.612.440 Rp. 1.352.697.244
Sumber : Data Olahan

Berdasarkan tabel 4.6.1 Dapat dilihat bahwa besarnya Penjualan yang diperoleh perusahaan
selama tahun 2012 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp. 13.526.612.440, menghasilkan Pajak
Keluaran sebesar Rp. 1.352.697.244.

Perhitungan Pajak Masukan:


PT. TAJUR yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam jasa angkutan Membeli mobil dari PT.
Istana Kebon Jeruk dengan Dasar Pengenaan Pajak Rp. 140.244.136, perhitungan pajak masukan PT.
Tajur adalah:
DPP = Rp. 140.244.136
Pajak Masukan 10% = Rp 14.024.414.

179
Berikut akan disediakan penjabaran secara singkat mengenai Pajak Masukan PT. Tajur Tahun 2012:

Tabel 4.6.1.2
Pajak Masukan Masa Tahun 2012
Pembelian
Masa Pajak
DPP (Rp) PPN (Rp) Jumlah (Rp)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus Rp. 236.725.909 Rp. 23.672.589 Rp. 260.398.498
September Rp. 1.140.909.091 Rp. 114.090.905 Rp. 1.254.999.996
Oktober Rp. 327.315.454 Rp. 32.731.545 Rp. 360.046.999
November
Desember
TOTAL Rp. 1.704.950.454 Rp. 170.495.039 Rp. 1.875.445.493
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.6.1.2 Dapat dilihat bahwa besarnya Pembelian yang dilakukan oleh PT.
Tajur selama tahun 2012 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp. 1.704.950.454, menghasilkan
Pajak Masukan sebesar Rp. 170.495.045, dan total pembelian pada tahun 2012 adalah sebesar Rp.
1.875.445.493.

Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar / Kurang Bayar


Perhitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang Lebih Bayar atau yang Kurang Bayar
dapat dihitung berdasarkan data-data Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang telah dijabarkan
penulis sebelumnya.
Berikut akan disediakan penjabaran secara singkat mengenai besarnya Pajak Pertambahan
Nilai Lebih Bayar / Kurang Bayar PT. Tajur pada tahun 2012:
Tabel 4.6.2.
Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. Tajur Selama Tahun 2012
Pajak Kurang /
Masa Pajak Masukan Dikompensasikan
Keluaran Kompensasi (Lebih) Bayar
Pajak (Rp) Ke Bulan
(Rp) (Rp)
Januari Rp. 105.440.991 - Rp. 105.440.991 -
Februari Rp. 128.193.012 - Rp. 128.193.012 -
Maret Rp. 122.389.297 - Rp. 122.389.297 -
April Rp. 108.093.032 - Rp. 108.093.032 -
Mei Rp. 121.052.331 - Rp. 121.052.331 -
Juni Rp. 107.980.686 - Rp. 107.980.686 -
Juli Rp. 108.589.782 - Rp. 108.589.782 -
Agustus Rp. 103.214.707 Rp. 23.672.589 - Rp. 79.542.118 -
September Rp. 101.664.380 Rp. 114.090.905 - Rp. 12.426.525 -
Oktober Rp. 132.163.778 Rp. 285.321.702 - (Rp 153.157.925) November 2012
November Rp. 116.631.081 Rp. 153.157.925 (Rp.36.526.844) Desember 2012
Desember Rp. 97.248.167 Rp 36.526.844 Rp. 60.721.323 -
TOTAL Rp. 1.352.697.244 Rp. 423.085.196 Rp. 189.684.769 Rp. 954.429.097 -
Sumber : Data Olahan

180
Analisis Pencatatan Pajak Pertambahan Nilai
Dari setiap transaksi penjualan yang dilakukan, perusahaan akan membuat jurnal atas Pajak
Keluaran yang dipungut perusahaan. Pencatatan atas penerimaan hasil penjualan jasa tunai dilakukan
dengan mendebit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan penjualan jasa dan Pajak Keluarannya.

Pencatatan Pajak Keluaran


Selama bulan desember 2012 PT. Tajur menjual Jasa Kena Pajak kepada PT. Sharp
Electronics Indonesia dengan dasar pengenaan pajak sebesar Rp. 972.481.670, sehingga Pajak
Keluaran yang dipungut sebesar Rp. 97.248.167. perusahaan akan mencatat jurnal sebagai berikut:
Kas Rp. 1.069.729.837
Penjualan Rp. 972.481.670
PPN Keluaran Rp. 97.248.167

Pencatatan Pajak Masukan


Contoh: Selama bulan juni 2012 PT. Tajur membeli Barang Kena Pajak kepada PT. Istana Kebun
Jeruk dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp. 140.244.136, sehingga Pajak Keluaran yang
dipungut sebesar Rp. 14.024.414. perusahaan akan mencatat jurnal sebagai berikut :

Pembelian Rp. 140.244.136


PPN Masukan Rp. 14.024.414
Kas Rp. 154.268.550

Pencatatan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Kepada Kas Negara.


Seluruh Pajak Keluaran dan Pajak Masukan diperhitungkan dalam SPT Masa PPN. Jika Pajak
Keluaran lebih besar dari Pajak Masukan maka Pengusaha Kena Pajak masih harus membayar
selisihnya kepada kas negara. Berdasarkan contoh sebelumnya, dengan asusmsi tidak ada transaksi
lain, maka jurnal perhitungan kurang bayar adalah :
PPN Keluaran Rp. 97.248.167
PPN Masukan Rp. 36.562.844
Kas Rp. 60.721.323

Analisis Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai


PT. TAJUR wajib melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang Kurang Bayar
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Surat Setoran Pajak ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari:

- Lembar ke-1 : Untuk arsip PT. TAJUR


- Lembar ke-2 :Untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui Kantor Perbendaharaan Kas
Negara (KPKN).
- Lembar ke-3 :Untuk PT. TAJUR yang akan dilampirkan pada Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.
- Lembar ke-4 :Untuk arsip Kantor Penerimaan Pembayaran
- Lembar ke-5 :Untuk arsip Pemungut/Pihak lain.

Menurut Undang-Undang No.42 tahun 2009 , penyetoran Pajak Pertambahan Nilai paling
lambat penyetoran dilakukan akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat

181
Pemberitahuan Masa disampaikan. Namun apabila perusahaan tidak melakukan pembayaran ataupun
penyetoran Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berikut penjabaran mengenai penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukakn oleh PT.
TAJUR apakah sudah sesuai atau tidak dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No.42
Tahun 2009 yang berlaku untuk Masa pajak periode Januari s/d Desember 2012 :

TABEL 4.6.4
Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT.TAJUR Tahun 2012
Keterangan Sesuai / tidak Sesuai dengan
Masa Pajak Tanggal Setor
UU PPN No. 42 Tahun 2009
Januari 27 Februari 2012 Sesuai
Februari 28 Maret 2012 Sesuai
Maret 23 April 2012 Sesuai
April 22 Mei 2012 Sesuai
Mei 26 Juni 2012 Sesuai
Juni 19 Juli 2012 Sesuai
Juli 27 Agustus 2012 Sesuai
Agustus 26 September 2012 Sesuai
September 22 Oktober 2012 Sesuai
Oktober 26 November 2012 Tidak ada Setoran / Lebih Bayar
November 10 Desember 2012 Tidak ada Setoran / Lebih Bayar
Desember 23 Januari 2013 Sesuai
Sumber : Data Olahan

Berdasarkan tabel 4.6.4 dapat dilihat bahwa selama tahun 2012 PT. Tajur telah menyetorkan
PPN melalui bank persepsi yang ditunjuk yaitu Bank Permata sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009,
tidak mengalami keterlambatan penyetoran.

Pelaporan SPT Masa PPN


Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 dan telah diubah dengan Undang-Undang
No. 42 Tahun 2009 tentang pelaporan Pajak Pertambahan Nilai paling lambat akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan
oleh PT. Tajur di Kantor Pelayanan Pajak tempat perusahaan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak. Apabila perusahaan terlambat dalam melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai, maka perusahaan akan dikenakan sanksi sebesar Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu
Rupiah) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28
PT. Tajur dalam hal penyampaian Surat Pemberitahuan Masa PPN dilakukan secara
elektronik (e. Filing).
Berikut ini akan diberikan penjabaran mengenai apakah PT. Tajur telah melaporkan Surat
Pembetitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sesuaidengan Undang – Undang No. 42 Tahun 2009
atau tidak sesuai untuk masa pajak 2012.

182
Tabel 4.6.5
Pelaporan SPT MASA PPN PT. Tajur Periode Januari s/d desember 2012
Keterangan Sesuai /
Kurang / (Lebih) tidak Sesuai dengan
Masa Pajak Tanggal Lapor
Bayar (Rp) UU PPN No. 42
Tahun 2009
Januari Rp. 105.440.991 27 Februari 2012 Sesuai
Februari Rp. 128.193.012 28 Maret 2012 Sesuai
Maret Rp. 122.389.297 23 April 2012 Sesuai
April Rp. 108.093.032 22 Mei 2012 Sesuai
Mei Rp. 121.052.331 26 Juni 2012 Sesuai
Juni Rp. 107.980.686 19 Juli 2012 Sesuai
Juli Rp. 108.589.782 27 Agustus 2012 Sesuai
Agustus Rp. 79.542.118 26 September 2012 Sesuai
September (Rp. 12.426.525) 22 Oktober 2012 Sesuai
Oktober (Rp.153.157.925) 26 November 2012 Sesuai
November (Rp. 36.526.844) 10 Desember 2012 Sesuai
Desember Rp. 60.721.323 23 Januari 2013 Sesuai
Sumber : Data Olahan

Berdasarkan tabel 4.6.5 dapat dilihat bahwa selama tahun 2012 PT. Tajur telah melaporkan
SPT Masa PPN pada Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009, tidak mengalami
keterlambatan pelaporan.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Tajur mengenai Analisis Perhitungan,
Pencatatan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai sudah sesuai dengan undang-undang mengenai
Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku di Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang No. 42 tahun 2009 Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan
Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak berwujud, ekspor Barang Kena
Pajak tidak berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak. Pajak Keluaran yang dipungut oleh
perusahaan berasal dari PPN atas penyerahan Jasa Kena Pajak. Penyerahan Jasa Kena Pajak dilakukan
oleh PT. Tajur dalam bentuk penyediaan akses pengiriman barang yang digolongkan sebagai
penyerahan Jasa Kena Pajak karena memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-undang PPN.
Pada tahun 2012 jumlah pendapatan jasa pengiriman barang sebesar Rp. 13.526.612.440, hal
ini berarti menunjukan bahwa total Pajak Keluaran yang harus dibayar PT. Tajur adalah sebesar (10%
x Rp. 13.526.612.440) = Rp. 1.352.661.244, Jumlah pendapatan sudah sama dengan jumlah Pajak
Keluaran yang harus dibayar yang tertera dalam SPT masa PPN yaitu sebesar Rp. 1.352.661.244.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen) sesuai dengan ketetapan dalam
UU No. 42 tahun 2009, namun berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 567/KMK. 04/2000
dalam pasal 1 dan 2 tarif pajak yang harus dipungut PT. Tajur adalah sebesar 10% (sepuluh persen)
dari jumlah pendapatan atau penjualan Jasa Kena Pajak yang diperoleh. Dan berdasarkan hasil
penelitian perusahaan telah melakukan perhitungan dan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan peraturan Dirjen Pajak yaitu PER-11/PJ/2013 tentang bentuk, isi, dan tata cara
pengisian dan penyampaian SPT Masa PPN dan PER-21/PJ/2013 tentang tata cara penerimaan dan
pengelolaan SPT Masa PPN, Dirjen Pajak tidak lagi mengijinkan PKP badan untuk melaporkan SPT
Masa secara Hard Copy (Manual), kalau dalam peraturan-peraturan sebelumnya PKP badan masih
diberikan pilihan untuk memilih melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Masa PPN melalui data

183
elektronik atau hard copy asalkan jumlah transaksinya tidak melebihi 25 lembar, maka terhitung
mulai masa juni 2013 pilihan itu sudah tertutup. Semua PKP badan harus melaporkan SPT Masa PPN
menggunakan e-SPT (electronik-SPT).
PT. Tajur telah melakukan penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai melalui e-SPT
dan dilaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat dan di setorkan pada Kantor Bank yang
ditunjuk yaitu Bank Permata.Berdasarkan Undang-undang No. 42 tahun 2009, pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. Dalam hal
pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT. Tajur sudah melakukan pelaporan SPT Masa PPN pada
Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan data yang diperoleh pada PT. Tajur, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa :
1. Dalam melaksanakan Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak / Jasa
Kena Pajak, PT. Tajur telah mengikuti pedoman sesuai dengan Undang-undang No. 42 tahun
2009 yaitu dengan menggunakan tarif 10% untuk setiap Jasa Kena Pajak / Barang Kena
Pajak.
2. PT.TAJUR Dalam melaksanakan Pencatatan Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena
Pajak / Jasa Kena Pajak, PT. Tajur telah mengikuti pedoman Undang-undang PPN yang
berlaku
3. PT.TAJUR adalah perusahaan jasa yang telah melakukan penyetoran dan pelaporan pajak
dengan menggunakan e-SPT dan disetorkan melalui bank persepsi paling lambat tanggal 15
(lima belas) setelah akhir masa pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
tentang Pajak Pertambahan Nilai.

Saran
Berdasarkan hasil evaluasi dan pembahasan pada PT. TAJUR maka penulis memberikan
saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan :

1. PT. Tajur harus selalu siap dalam menghadapi perubahan-perubahan peraturan perpajakan
sehingga tidak terjadi permasalahan di kemudian hari mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan
harus selalu up to date mengenai perkembangan ketentuan perpajakan yang berlaku,
mengingat peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di Indonesia sering
mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi mengikuti perkembangan sosial dan
ekonomi.penyetoran dan pelaporan yang telah sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009 tentang
PPN, maka perusahaan harus terus mempertahankan kepatuhan terhadap peraturan dan sebisa
mungkin menghindari kelalaian manusia.
2. Dalam penyimpanan Faktur Pajak dan data-data mengenai perpajakan, kiranya PT. Tajur bisa
mengelola dan menyimpannya dengan baik agar dalam perhitungan pajak dikemudian hari
bisa lebih mudah, dan apabila peneliti selanjutnya melakukan penelitian pada PT. Tajur data-
data yang dibutuhkan bisa diberikan dengan cepat dan lengkap.
3. PT. Tajur sebaiknya mempekerjakan seseorang yang ahli dalam bidang perpajakan sehingga
fokus perpajakan bisa di kelola lebih baik, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
kesalahan perhitungan atau pencatatan serta pelaporan pajak dan bisa menghindari sanksi di
kemudian hari.

184
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, 2013. Buku Panduan Penulisan Skripsi Dan Artikel.
Manado
Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Fitriandi, P., Aryanto Y., & Puji Priyono, A., 2010, “Kompilasi Undang-undang Perpajakan”,
Salemba Empat, Jakarta
Irwansyah Lubis. Gustian Djuanda, Ardiansyah Lubis. 2010, “Review Pajak Orang Pribadi Dan
Orang Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Erlangga Jogjakarta.
Mardiasmo. 2009 , Perpajakan. Jakarta, Andi.
Republik Indonesia, UU No. 42 Tahun 2009., “Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah”
Rudy Suhartono, Wirawan B. Ilyas. 2010, “Panduan Komprehensif dan Praktis
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)”, Salemba Empat, Jakarta
Siti Resmi. 2011, “Perpajakan Teori Dan Kasus”, Salemba Empat, Jakarta
Siti Resmi. 2012, “Perpajakan Teori Dan Kasus”, Salemba Empat, Jakarta
Waluyo.2009, “Akuntansi Pajak”. Jakarta, Salemba Empat
Waluyo.2012, “Akuntansi Pajak”. Jakarta, Salemba Empat
Yamin, Mohammad. 2012. “Pajak Pertambahan Nilai Jilid 1”, Graha Ilmu, Yogyakarta

185
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN UNTUK PUSAT
TANGGUNG JAWAB LABA PADA CV AKE ABADI KECAMATAN AIRMADIDI
Windy Fieska Ering
D.P.E. Saerang
Victorina Z. Tirajoh

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: windy.ering@yahoo.com

ABSTRAK

CV. Ake Abadi adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan air minum
mineral, dalam melakukan Pengendalian manajmen yang baik akan memudahkan penerapan
akuntansi pertanggungjawaban dalam perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Dengan
adanya sistem pengendalian manajmen yang benar,maka manajemen dalam organisasi perusahaan
dapat mengevaluasi hasil dari suatu kegiatan apakah berjalan dengan efisien dan efektif.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengendalian manajemen untuk pusat tanggung jawab
laba pada CV Ake Abadi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pengendalian manajemen pusat laba pada CV Ake Abadi telah memenuhi salah
satu karakteristik akuntansi pertanggungjawaban yaitu adanya identifikasi pusat-pusat
pertanggungjawaban laba. Pelaksanaan pengendalian manajemen pusat pertanggungjawaban laba
pada CV Ake Abadi sudah memadai, hal ini dapat dilihat dari adanya pencatatan dan otorisasi untuk
pengeluaran biaya yang memadai dan adanya perhitungan analisis laporan keuangan, dan dapat
digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam mengendalikan pusat laba dengan biaya sebagai alat
pengendalinya

Kata kunci : sistem pengendalian manajemen, pusat tanggung jawab laba

ABSTRACT

CV. Ake Abadi is a company engaged mineral drinking water supply , in doing good
management control will facillitate the application of accounting accountability within then company
so that the company’s goals can be achieved. With the right management control systems,the
management in organizations the company can evaluate the results of an operation or an activity is
running efficiently and effectively. The purpose of this study was to determine the management control
system to profit center responsibility Ake Abadi CV. The analytical method used is descriptive
analysis . The analysis showed that the control of profit center manager at CV Ake Abadi has met one
of the characteristics of accounting that is the identification of accountability profit centers.
Implementation of central management control accountability in the CV Ake Abadi earnings are
sufficient, it can be seen from the registration and authorization for expenditure costs and the
calculation of an adequate financial statement analysis, and can be used as a management tool in
controlling the profit center as a means of controlling costs.

Keywords : management control systems , profit center responsibility

186
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara umum semua perusahaan baik itu perusahaan industri, dagang maupun jasa, tentu
memiliki tujuan sama yaitu memperoleh keuntungan pada tingkat tertentu. Untuk memudahkan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan, pihak manajemen memperoleh informasi berkaitan
dengan tujuan yang hendak diraih maka diperlukan beberapa pengetahuan dan alat yang efektif. Salah
satu pengetahuan dan alat yang dimaksud adalah akuntansi.
Akuntansi sebagai “proses pengumpulan, pencatatan, penganalisaan, peringkasan,
pengklasifikasian dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu kesatuan ekonomi untuk menyediakan
informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan
keputusan”. Sebagaimana telah diketahui bahwa analisis akuntansi atas pendapatan dan biaya
merupakan dua hal yang sangat berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan, dimana
pendapatan merupakan suatu hasil yang diperoleh dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya
merupakan alat yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan.
CV. Ake Abadi adalah perusahaan yang bergerak pada penyediaan air minum mineral,
besarnya biaya operasional membuat keterbatasan pada sisi laba perusahaan, upaya yang ada
dipusatkan untuk peningkatan efisiensi di segala aspek, serta peningkatan pengendalian untuk
mengelola sisi biaya secara ketat. Demi kelangsungan hidup perusahaan, maka sebaiknya perlu
dilakukan pengendalian terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan mengurangi biaya – biaya
yang tidak efektif dalam kegiatan usaha.
CV. Ake Abadi adalah perusahaan yang bergerak pada penyediaan air minum mineral,
besarnya biaya operasional membuat keterbatasan pada sisi laba perusahaan, upaya yang ada
dipusatkan untuk peningkatan efisiensi di segala aspek, serta peningkatan pengendalian untuk
mengelola sisi biaya secara ketat. Demi kelangsungan hidup perusahaan, maka sebaiknya perlu
dilakukan pengendalian terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan mengurangi biaya – biaya
yang tidak efektif dalam kegiatan usaha. Dengan adanya Sistem Pengendalian Manajemen yang
benar, maka manajemen dalam organisasi perusahaan dapat mengevaluasi hasil dari suatu operasi atau
suatu kegiatan apakah berjalan dengan efisien dan efektif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai pentingnya melakukan pengendalian manajemen pusat
yang hasilnya dapat dilihat dari laporan pertanggungjawaban akan berpengaruh signifikan terhadap
laba yang dapat dilakukan dengan menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengendalian
manajemen untuk pusat tanggung jawab laba pada CV Ake Abadi.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian akuntansi
Akuntansi sering disebut sebagai bahasa bisnis atau sering disebut sebagai bahasa dari
keputusan keuangan. Hal ini di sebabkan banyak aspek sehari-hari yang didasarkan pada akuntansi,
seperti perencanaan keuangan pribadi, investasi pinjaman, biaya pendidikan, pajak penghasilan dan
lainnya.

Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan


Menurut Alijaya (2003 : 1) akuntansi manajemen dapat dipandang dari dua sudut yaitu :
1. Sebagai tipe manajemen, akuntansi manajemen merupakan suatu sistim pengolahan
informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi
kepentingan pemakai intern organisasi.
2. Sebagai tipe informasi, akuntansi manajemen merupakan tipe informasi kuantitatif yang
menggunakan uang sebagai alat ukur yang digunakan untuk membantu manajemen dalam
pelaksanaan pengelolaan perusahaan.

187
Tabel 2.1. Perbedaan Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan
Akuntansi Keuangan Akuntansi Manajemen
Dasar Pencatatan Menggunakan Prinsip Tidak terikat dengan prinsip
akuntansi yang lazim dalam akuntansi yang lazim dalam
mengolah data keuangan. pengolahan data informasinya.
Fokus informasi Mengolah informasi Mengolah informasi keuangan
keuangan masa lalu. masa lalu dan juga menyediakan
informasi keuangan masa yang
akan datang.

Lingkup informasi Mengolah dan menyajikan Mengolah dan menyajikan


informasi keuangan informasi keuangan bagian-
perusahaan secara bagian suatu perusahaan untuk
keseluruhan. memenuhi keperluan manajer
tertentu.
Sifat laporan yang Berupa ringkasan dan berisi Lebih rinci dan unsur taksiran
dihasilkan informasi yang teliti. lebih dominan dalam informasi
yang disajikan di dalamnya.
Keterlibatan dalam Lebih mementingkan Lebih banyak bersangkutan
perilaku manusia pengukuran kejadian- dengan pengukuran kinerja
kejadian ekonomi. manajemen.
Disiplin sumber yang Bersumber pada satu disiplin Memiliki dua disiplin sumber:
melandasi sumber: ilmu ekonomi. ilmu ekonomi dan psikologi
sosial.
Sumber: Mulyadi (2002 ; 4-7)

Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen merupakan tipe akuntansi yang mengolah informasi keuangan yang
terutama untuk memenuhi keperluan manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan
pengendalian organisasi.
Fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian
dan pengambilan keputusan. (Sugiri, 2009). Informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh
manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen yaitu perencanaan dan pengendalian
aktivitas perusahaan

Sistem Pengendalian Manajemen


Sumarsan (2013 : 6) mendefinisikan sistem pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan
dan aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus – menerus.
Sistem pengendalian manajemen mempunyai beberapa ciri penting, yaitu :
1. Sistem pengendalian manajemen digunakan untuk mengendalikan seluruh organisasi, termasuk
pengendalian terhadap seluruh sumber daya (resources) yang digunakan, baik manusia, alat-alat
dan teknologi, maupun hasil yang diperoleh organisasi, sehingga proses pencapaian tujuan
organisasi dapat berjalan lancar.
2. Pengendalian manajemen bertolak dari strategi dan teknik evaluasi yang berintegrasi dan
menyeluruh, serta kurang bersifat perhitungan yang pasti dalam mengevaluasi sesuatu.
3. Pengendalian manajemen lebih berorientasi pada manusia, karena pengendalian manajemen lebih
ditujukan untuk membantu manajer mencapai strategi organisasi dan bukan untuk memperbaiki
detail catatan.
Suatu sistem pengendalian memiliki beberapa elemen yang memungkinkan pengendalian
berjalan baik. Elemen-elemen tersebut adalah (Halim dkk,2009:5):
1. Sensor/Detektor, yakni suatu alat untuk mengidentifikasi apa yang sedang terjadi dalam suatu
proses.
2. Assesor, yakni suatu alat untuk menentukan ketepatan. Biasanya ukurannya dengan
membandingkan kenyataan dan standar yang telah ditetapkan.

188
3. Efektor, yakni alat yang digunakan untuk mengubah sesuatu yang diperoleh dari assessor.
4. Jaringan Komunikasi, yakni alat yang mengirim informasi antara detektor dan assesor dan antara
assesor dan efektor.

Unsur Sistem Pengendalian Manajemen


Suatu sistem pengendalian manajemen yang dapat diandalkan harus memenuhi unsur-unsur
berikut (Sumarsan, 2013:9):
1. Keahlian karyawan (pegawai) sesuai dengan tanggung jawabnya.
2. Pemisahan tugas.
3. Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik serta pengawasan yang wajar untuk mengadakan
pengendalian atas harta, utang, penerimaan, dan pengeluaran.
4. Pengendalian terhadap penggunaan harta dan dokumen serta formulir yang penting.
5. Periksa fisik harta dengan catatan-catatan harta dan utang, atau yang benar-benar ada, dan
mengadakan tindakan koreksi jika dijumpai adanya perbedaan.

Tujuan Sistem Pengendalian Manajemen


Pengendalian manajemen yang diciptakan dalam suatu perusahaan mempunyai tujuan.
Adapun tujuan sistem pengendalian manajemen (Sumarsan, 2013:9), yaitu sebagai berikut :
1. Diperolehnya keandalan dan integritas informasi.
2. Kepatuhan pada kebijakan , rencana, prosedur, peraturan, dan ketentuan yang berlaku.
3. Melindungi harta perusahaan.
4. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien.

Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban


Akuntansi pertanggungjawaban menurut menurut Mulyadi (2001:218) adalah suatu sistem
akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan
dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat
ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan/ atau
pendapatan yang dianggarkan.

Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban


Tujuan dari mengembangkan laporan pusat pertanggungjawaban adalah untuk (Ikhsan, 2009):
a) Mengijinkan manajemen puncak untuk mendelegasikan tanggungjawaban dan otoritas terhadap
kepala departemen sehingga mereka dapat mencapai tujuan operasi departemen.
b) Menyediakan manajemen puncak dengan informasi (umumnya terhadap dasar akuntansi) untuk
mengukur kinerja dari setiap departemen dalam pencapaian tujuan operasi. Dengan praktek
akuntansi pertanggungjawaban organisasi tunggal, departemen dapat diidentifikasi sebagai pusat
biaya, pusat pendapatan, pusat laba dan pusat investasi.
Manfaat dari akuntansi pertanggungjawaban adalah:
1. Dasar penyusunan anggaran
2. Penilai kerja manajer pusat pertanggungjawaban
3. Pemotivasi manajer
4. Alat untuk memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas

Karakteristik Akuntansi Pertanggugjawaban


1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban
2. Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang bertanggungjawab atas pusat
pertanggungjawaban tertentu.
3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran.
4. Pimpinan secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan
manajemen yang lebih tinggi.

Syarat-syarat Akuntansi Pertanggungjawaban


Untuk dapat diterapkannya sistem akuntansi pertanggungjawaban ada lima syarat, yaitu
sebagai berikut.

189
1. Struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap
tingkatan manajemen
2. Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tingkatan manajemen
3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya (controllability) biaya oleh
manajemen tertentu dalam operasi.
4. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya (controllability) biaya oleh
manajemen tertentu dalam operasi.
5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab (responsibility reporting).

Pusat Pertanggungjawaban
Halim, Abdul, dkk (2009: 68) mengartikan pusat pertanggungjawaban adalah satu unit
organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer pertanggungjawaban”.
Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban, digolongkan menurut sifat input dan/atau output
moneter yang diukur untuk tujuan pengendalian (Anthony dan Govindarajan, 2009):
1. Pusat pendapatan
2. Pusat biaya
3. Pusat laba
4. Pusat investasi

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelian ini adalah penelitian deskriptif untuk memberikan gambaran cara sistematis
dan akurat mengenai fakta, sifat dari hubungan antar fenomena yang diteliti pada suatu perusahaan.
Gambaran yang sistematis dan akurat diperoleh dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan data
sehingga akan memberikan hasil yang konkrit pada permasalahan dan kemudian dilaksanakan analisis
sehingga dapat ditarik kesimpulan (Kuncoro, 2006 : 32)

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di CV. Ake Abadi yang bertempat di Kecamatan Airmadidi.
Sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai Bulan Oktober - November 2013.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian disajikan lengkap dan terinci tentang langkah-langkah yang akan dilakukan pada
pelaksanaana penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
Ada 2 jenis data, yaitu :
1. Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik.
2. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2001).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi objek
penelitian dan data kuantitatif berupa catatan perusahaan seperti Laporan Rugi Laba.

Sumber Data
Ada 2 sumber data, yaitu :
1. Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua
metode pengumpulan data original.
2. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2006 : 33).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang
dibutuhkan merupakan data yang diperoleh langsung dari karyawan untuk mendapatkan sejarah
singkat CV Ake Abadi dan dari staff administrasi untuk mendapatkan penjelasan sistem pengendalian
manajer pusat tanggung jawab laba.

190
Metode Analisis
Metode analisis deskriptif, yaitu metode yang berusaha untuk memberikan gambaran cara sistematis
dan akurat mengenai fakta, sifat dari hubungan antar fenomena yang diteliti pada suatu perusahaan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Objek Penelitian
Ake Abadi berdiri pada tanggal 5 Mei 2002 yang berkedudukan di kecamatan airmadidi.
Ake Abadi pertama kali melangkah ke pasar minuman Indonesia pada tahun 2000 dengan AKE
Mineral Water. Sejak saat itu, perusahaan telah dikhususkan untuk pembangunan berkesinambungan
dan memberikan masyarakat dengan produk-produk berkualitas. Selama lebih dari satu dekade, Ake
Abadi telah berpegang pada tradisi dan terus melestarikan pasar minuman lokal dan domestik. Ake
Abadi .melakukan yang terbaik dan untuk menjangkau pelanggan telah dibuka bidang manufaktur
produk-produk berkualitas tinggi. Ake Abadi, kami memiliki IPAL (Waste Water Treatment)
Dari semua kegiatan yang dilaksanakan oleh CV.Ake Abadi semuanya akan menghasilkan
hasil akhir yaitu produk-produk yang siap minum yang dihasilkan oleh CV. Ake Abadi yaitu sebagai
berikut :
1. Kemasan Gelas 240 ml
2. Kemasan 330 ml
3. Kemasan 600 ml
4. Kemasan 1.500 ml
5. Gallon 19 liter
6. Gallon 15 liter

Hasil Penelitian Tabel 4.1. Laporan Rugi Laba CV Ake Abadi Tahun 2010-Juni 2012
Uraian Tahun
2010 2011 S/d Juni 2012
Pendapatan :
Penjualan 59.513.100.000 65.421.216.000 35.825.904.000
(Potongan Harga) 4.971.168.000 5.429.963.700 2.973.551.550
(Retur Penjaulan) 2.97.565.500 327.106.080 179.129.520
Penjualan Bersih 54.244.366.500 59.664.146.220 32.673.222.930
(Harga Pokok Penjualan) 31.935.778.515 34.029.670.804 16.001.417.339
Laba Kotor 22.308.587.984 23.634.475.415 16.671.805.590
Pendapatan Lainnya 16.800.000 18.000.000 10.500.000
Total Pendapatan 22.325.387.984 25.652.475.415 16.682.305.590

Biaya-Biaya :
BIaya Operasional 2.975.655.000 3.271.060.800 1.791.295.200
BIaya Pemasaran 3.273.220.500 3.598.166.880 1.970.424.720
Biaya Penyusuta aktiva tetap
lainnya 177.200.000 177.200.000 99.400.000
Biaya Bunga 797.800.316 668.038.068 1.092.832.562
Total Biaya
7.223.875.816 7.714.465.748 4.953.952.482
Laba 15.101.512.167 17.938.009.666 11.728.353.108
Sumber : CV Ake Abadi, 2013

Pembahasan
Suatu pusat pertanggungjawaban laba dibentuk untuk membantu pencapaian tujuan suatu
organisasi sebagai suatu keseluruhan.
Adapun karakterisitik yang harus dipenuhi dalam akuntansi pertanggung jawaban di CV. Ake
yaitu:
1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban.

191
2. Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang bertanggungjawab atas pusat
pertanggungjawaban tertentu.
3. Kinerja manajemen diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran.
4. Pimpinan secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan
manajemen yang lebih tinggi.
Syarat-syarat pengendalian manajen untuk pusat tanggung jawab laba pada CV Ake Abadi
terdiri dari:
1. Struktur Organisasi
2. Anggaran Perusahaan
3. Biaya
4. Laporan Pertanggungjawaban
5. Pusat Pertanggungjawaban
6. Standar Kinerja
7. Pengukuran Kinerja
8. Penghargaan Atau Hukuman

PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang disimpulkan oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Sistem pengendalian manajemen untuk pusat tanggung jawab laba pada CV Ake Abadi dalam
pelaksanaanya sudah memadai, hal ini dapat dilihat dari adanya pencatatan, untuk
pengeluaran biaya yang memadai dan adanya perhitungan analisis laporan keuangan,yang
dapat digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam mengendalikan pusat laba dengan biaya
sebagai alat pengendaliannya,sehingga bisa dilihat dan di pantau untuk menunjukkan hasil
yang baik dan menguntungkan bagi perusahaan.
2. Perhitungan pusat laba pada CV. Ake Abadi di lihat bahwa Gross Profit Margin (GPM) CV
Ake Abadi tahun 2010 2011 menunjukkan hasil yang baik yang menguntungkan. Operating
Profit Margin (GPM) CV Ake Abadi tahun 2010 menunjukkan hasil yang baik yang
menguntungkan. Net Profit Margin (GPM) CV Ake Abadi tahun 2011 menunjukkan hasil
yang baik yang menguntungkan.
3. Pengendalian manajer pusat laba pada CV Ake Abadi telah memenuhi salah satu
karakteristik akuntansi pertanggungjawaban yaitu adanya identifikasi pusat-pusat
pertanggungjawaban laba, hal ini dapat dilihat dari adanya pencatatan dan otorisasi untuk
pengeluaran biaya yang memadai dan adanya perhitungan analisis laporan keuangan, dan
dapat digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam mengendalikan pusat laba dengan biaya
sebagai alat pengendalinya

Saran
1. Manajer sebaiknya melakukan analisis dan koreksi terhadap penyimpangan yang tidak
menguntungkan kemudian mengajukan rekomendasi menanggapi penyimpangan materiil yang
terjadi.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan mampu menilai tingkat kesehatan perusahaan dengan
memasukkan aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek dinamis sesuai dengan
ketentuan.Aspek-aspek tersebut berisi indikator-indikator yang merupakan unsur kegiatan yang
dianggap paling dominan dalam rangka menunjang keberhasilan operasi.

DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R. N. dan V. Govindarajan. 2009. Sistem Pengendalian Manajemen Jilid 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Halim, Abdul; Achmad Tjahjono dan Muh Fakhri Husein, 2009, Sistem Pengendalian Manajeman,
Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Hansen Don. R, and Mowen M, 2007, Akuntansi Manajemen, Terjemahan Ancella A.
Hermawan, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

192
Sugiri, Slamet. 2009. Akuntansi Manajemen, penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Yogyakarta.
Simamora Hendry 2013. Akuntansi manajemen Edisi III . Stard Date Publiser. Jakarta
Samryn, L. M. 2012. Akuntansi Manajemen. (Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Oprasi
dan Infestasi) Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sugiyono 2012 Metode Penelitian Kombinasi. Penerbit CV Alfabeta Bandung
Sumarsan. Thomas 2013. Sistem Pengendalian Manajemen, Konsep, Aplikasi dan Pengukuran
Kinerja. Edisi 2.. Penerbit PT Indek. Jakarta.

193
ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG
PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KOTA BITUNG
(PERIODE 2008-2012)

Juliet Marla Hetharia


Harijanto Sabiono
Inggriani Elim

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : juliethetharia@yahoo.com

ABSTRAK

Paradigma pengelolaan keuangan daerah, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota mengalami
perubahan yang sangat berarti seiring dengan diterapkannya otonomi daerah. Dalam menjalankan otonomi
daerah, Pemerintah Daerah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan yang efektif, efisien, dan mampu
mendukung peran masyarakat dalam meningkatkan pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Kemampuan keuangan suatu daerah dapat dilihat dari besar
kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh daerah yang bersangkutan, dalam kaitannya dengan
pemberian otonomi daerah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan keuangan
daerah Kota Bitung dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah periode 2008-2012. Data yang
digunakan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah dengan menghitung rasio-rasio
keuangan daerah antara lain rasio kemandirian, rasio derajat desetralisasi fiskal, rasio keserasian, rasio indeks
kemampuan rutin, rasio ketergantungan dan rasio pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan (1) Rasio
Kemandirian masih rendah, (2) Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal masih kurang, (3) Rasio Keserasian masih
rendahnya belanja pembangunan dibandingkan belanja rutin, (4) Rasio Indeks kemampuan Rutin sangat kurang,
(5) Rasio Ketergantungan sangat tinggi dan (6) Rasio Pertumbuhan rata-rata positif dan negatif. Dari hasil
penelitian dan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kemampuan keuangan daerah Kota
Bitung dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah untuk periode 2008-2012 dianggap kurang mampu.

Kata Kunci : Kemampuan Keuangan Daerah, Otonomi Daerah

ABSTRACT

The paradigm of local financial management, both at the provincil and district/city experienced a
significant change in line with the imlementation of regionel autonomy. In undergoing decentralization, local
goverments are required to run the goverment that is effective, efficient, and able to support the community’s
role in improving equity and justice by developing the full potential of each region by. Financial capacity of n
area can be seen from the size of local revenue obtained the relevant area, in relation tothe granting of regional
autonomy. The purpose of this study is to analyze the financial ability Bitung city areas in order to support the
implementation of regional autonomy period 2008-2012. The data used is secondary data. The analytical method
used is to calculate the area of financial ratios, among others, independence ratio, the ratio of the degree of fiscal
decentralization, harmony ratio, the rti of routine capability index, dependency ratio, and the ratio of growth.
The results showed (1) Independency Ratio still low, (2) The Ratio of the Degree of Fiscal Decentralization is
still lacking, (3) Harmony Ratio is still low compared to regular shopping development spending, (4) Routine
Capability Index Ratio is very less, (5) Dependency Ratio is very high and (6) Average Growth Ratio of positive
and negative. From the research and data analysis can be conclude that the level of fiscal capacity Bitung city in
support of regional autonomy for the period 2008-2012 are considered underprivileged.

Keywords : Local Fiscal Capacity, Local Autonomy

194
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Paradigma pengelolaan keuangan daerah, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota mengalami
perubahan yang sangat berarti seiring dengan diterapkannya otonomi daerah. Hal ini ditandai dengan
diberlakukannya UU yang menyangkut otonomi ini, yaitu UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Berlakunya kedua UU ini memberikan peluang lebih besar kepada daerah dalam mengoptimalkan potensi yang
ada, baik menyangkut sumber daya manusia, dana maupun sumber daya kekayaan daerah lainnya.
Hakekat dari otonomi daerah adalah kewenangan yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan
daerah, termasuk didalamnya pengelolaan keuangan. Di era otonomi daerah ini, daerah diberikan kesempatan
untuk mengelolah keuangan daerahnya sendiri dengan lebih otonom tanpa harus diatur oleh pemerintah pusat.
Pemerintah daerah diharapkan semakin mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat terkait
dengan pembiayaan dan pengelolaan daerah. Berkenaan dengan hal itu, pemerintah daerah diharapkan semakin
mendekatkan diri dalam berbagai kegiatan pelayanan publik guna meningkatkan tingkat kepercayaan publik.
Keberhasilan otonomi daerah tidak terlepas dari kemampuan dalam bidang keuangan. Oleh karena itu
pemerintah daerah diharapkan dapat mengembangkan potensi daerahnya sendiri dan menggali sumber dana
yang ada dan potensial guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan warga masyarakatnya. Akibatnya
mekanisme pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah berubah yaitu diutamakan semaksimal mungkin berasal
dari potensi penerimaan asli daerah baik melalui pajak daerah, retribusi daerah maupun dari laba Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) dan penerimaan lain yang dianggap sah serta potensi penerimaan lain yang masih belum
terjangkau oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kemampuan keuangan suatu daerah dapat dilihat dari besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
diperoleh daerah yang bersangkutan, dalam kaitannya dengan pemberian otonomi daerah. PAD selalu
dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengukur ketergantungan suatu daerah kepada pusat.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan Kota Bitung menjadi daerah otonom dalam konsep
kemampuan desentralisasi otonomi daerah, dibatasi pada aspek keuangan yang meliputi struktur dan
pengesahan dalam menghitung rasio keuangan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sumber
Pendapatan dari Pihak Ekstern, Total Penerimaan Daerah (TPD), Total Pengeluaran Rutin, Belanja Operasi,
Belanja Modal, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bantuan-bantuan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
kemampuan keuangan daerah Kota Bitung dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah periode
2008-2012?”. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat
kemampuan keuangan daerah Kota Bitung dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah periode
2008-2012.

TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya akuntansi didefinisikan dengan melihat proses kegiatannya. Definisi akuntansi dilihat dari
kegiatannya yang merupakan suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan
penganalisasian data-data keuangan dari suatu organisasi atau perusahaan (Puwanti & Nugraheni, 2001: 2).
Pengertian Akuntansi Pemerintahan Daerah menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan
data, pencatatan penggolongan, peringkasan, dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.
Perkembangan pada sektor pemerintahan dewasa ini menuntut dilaksanakannya pemberian informasi dan
pengungkapan atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah kepada berbagai pihak yang
berkepentingan. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka
pemebuhan hak-hak publik yaitu: hak untuk tau, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar
inspirasinya (Halim, 2007:29).
Menurut Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubunagn dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003, disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD). Menurut Sugianto (2007:15) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah
dan kemampuan pendapatan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah. Proses penyusunan

195
APBD pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia,
juga mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai dengan kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi
bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran (Sigianto, 2007:16).
Yang dimaksud dengan Laporan realisasi anggaran pemerintah daerah adalah laporan yang menyajikan
ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara realisasi dan anggaran dalam satu periode pelaporan. Anggaran
pemerintah daerah adalah rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk perolehan pendapatan dan
belanja dalam satuan moneter.
Anggaran merupakan daokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas, dan estimasi mengenai apa yang akan dilakukan
organisasi di masa yang akan datang (Halim,2007:36). Anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi utama,
yaitu: (1) sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiskal, (4) alat politik, (5) alat
koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi, dan (8) alat menciptakan ruang publik
(Mardiasmo,2002:63).
Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan
desetralisasi terdiri atas Pendapatan dan Pembiayaan. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pembiayaan adalah semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya (Nurlan,2009:42). Pendapatan Asli
Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Nurlan,2009:48).
Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah adalah sebagai berikut
(Natahiddin, 2001:167):
a. Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk
menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup
memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya.
b. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin agar Pendapatan Asli Daerah (PAD)
harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan
pusat dan daerah, sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar.

Pengertian otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Nuansa
Aulia, 2009:5). Menurut Mahmudi (2006:23) dalam buku Standar Akuntansi Pemerintahan, tujuan utama
pelaksanaan otonomi dan desentralisasi fiskal adalah untuk menciptakan good governance, yaitu tata kelola
pemerintahan yang baik yang ditandai dengan adanya transparansi, akuntabilitas publik, partisipasi, efisiensi
dan efektivitas, serta penegakan hukum.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan objek penelitian Pemerintah Kota Bitung.
Dalam penelitian ini digunakan jenis data kuantitatif dan sumber data sekunder mengenai APBD di Kota Bitung
tahun anggaran 2008-2012. Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi dan observasi. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Rasio Kemandirian (RM)
Menurut Halim (2007:232), kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah darah
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang
telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio
kemandirian dapat diformulasikan sebagai berikut:

2. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)

196
Menurut Tangkilisan (2007:83) dalam buku Manajemen Publik, tingkat kemandirian fiskal antara
pemerintah pusat dan daerah dapat dipelajari dengan melihat besarnya DDF suatu daerah. Secara
sederhana rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

3. Rasio Keserasian
Menurut Halim (2007:235-236), rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Secara
sederhana rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
a.

b.

4. Rasio Indeks Kemampuan Rutin


Menurut Tangkilisan (2007:85), Derajat Desentralisasi Fiskal tercermin melalui angka IKR, yaitu
proporsi antara Pendapatan Asli Daerah dengan pengeluaran rutin tanpa transfer dari pemerintah pusat.
Indeks kemampuan rutin dihitung dengan rumus:

5. Rasio Ketergantungan
Menurut Mahmudi (2007:128), rasio ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh penerimaan daerah dengan total
penerimaan daerah.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

6. Rasio Pertumbuhan
Ratio pertumbuhan (Growth Rasio) mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam
mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari satu periode ke periode
berikutnya (Halim, 2007:241). Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:
Pn : Data yang dihitung pada tahun ke-n
Po : Data yang dihitung pada tahun ke-0
R : Pertumbuhan
Data : PAD, TPD, Belanja Rutin, Belanja Pembangunan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada tanggal 1 Januari 1918 Bitung diakui oleh Pemerintah Belanda sebagai suatu negeri, walaupun
pengesahannya baru pada tanggal 1 Januari 1928 setelah dikeluarkan beslit oleh pemerintah. Secara geografis,
Kota Bitung terletak pada posisi diantara 1023’23’’ – 10 35’ 39’’ LU dan 12501’43’’ – 125018’13’’ BT.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

197
1. Rasio Kemandirian

Perhitungan Rasio Kemandirian Kota Bitung Tahun Anggaran 2008-2012


Pendapatan Sumber Pendapatan Pola
No TA Hasil %
Asli Daerah dari Pihak Ekstern Hubungan
1 2008 Rp. 17.392.736.281,93 Rp. 351.865.142.589,00 0,0494 4,94 Instruktif
2 2009 Rp. 16.822.773.814,07 Rp. 390.247.191.102,00 0,0431 4,31 Instruktif
3 2010 Rp. 18.763.528.960,85 Rp. 428.055.869.453,00 0,0438 4,38 Instruktif
4 2011 Rp. 25.394.063.796,63 Rp. 465.242.263.856,00 0,0545 5,45 Instruktif
5 2012 Rp. 38.435.120.911,59 Rp. 517.135.271.153,00 0,0743 7,43 Instruktif
Rata-Rata Rp. 23.361.644.753,01 Rp. 430.509.147.630,60 0,05 5,00 Instruktif
Sumber: Data diolah, 2013

2. Rasio Derajat Desenralisasi Fiskal

Perhitungan Rasio Derajat Desetralisasi Fiskal

Pendapatan Total Kemampuan


No TA Hasil %
Asli Daerah Pendapatan Daerah Keuangan Daerah
1 2008 Rp. 17.392.736.281,93 Rp. 369.257.878.870,93 0,0471 4,71 Sangat Kurang
2 2009 Rp. 16.822.773.814,07 Rp. 407.069.964.916,07 0,0413 4,13 Sangat Kurang
3 2010 Rp. 18.763.528.960,85 Rp. 446.819.398.413,85 0,0419 4,19 Sangat Kurang
4 2011 Rp. 25.394.063.796,63 Rp. 490.636.327.652,63 0,0517 5,17 Sangat Kurang
5 2012 Rp. 38.435.120.911,59 Rp. 555.570.392.064,59 0,0691 6,91 Sangat Kurang
Rata-Rata 0,0502 5,02 Sangat Kurang

3. Rasio Keserasian
Perhitungan Rasio Keserasian

Rasio Rasio
Total Total Belanja Belanja
No TA Total Belanja % %
Belanja Operasi Belanja Modal Rutin Pembangunan
(Operasional) (Modal)

1 2008 Rp. 366.960.420.078,00 Rp. 287.386.205.855,00 Rp. 78.762.098.123,00 0,7831 78,31 0,2740 27,4
2 2009 Rp. 397.263.093.216,60 Rp. 298.977.031.703,60 Rp. 96.790.461.513,00 0,7525 75,25 0,3237 32,37
3 2010 Rp. 459.724.036.794,00 Rp. 343.331.542.956,00 Rp. 113.573.131.025,00 0,7468 74,68 0,3307 33,07
4 2011 Rp. 483.991.924.455,00 Rp. 380.005.130.183,00 Rp. 103.257.610.472,00 0,7851 78,51 0,2717 27,17
5 2012 Rp. 538.645.556.073,00 Rp. 409.011.702.380,00 Rp. 129.165.574.193,00 0,7593 75,93 0,3157 31,57
Rata-Rata 0,765 76,5 0,3032 30,32
Sumber: Data diolah, 2013

198
4. Rasio Indeks Kemampuan Rutin

Perhitungan Rasio Indeks Kemampuan Rutin

Rasio Rasio
Total Total Belanja Belanja
No TA Total Belanja % %
Belanja Operasi Belanja Modal Rutin Pembangunan
(Operasional) (Modal)

1 2008 Rp. 366.960.420.078,00 Rp. 287.386.205.855,00 Rp. 78.762.098.123,00 0,7831 78,31 0,2740 27,4
2 2009 Rp. 397.263.093.216,60 Rp. 298.977.031.703,60 Rp. 96.790.461.513,00 0,7525 75,25 0,3237 32,37
3 2010 Rp. 459.724.036.794,00 Rp. 343.331.542.956,00 Rp. 113.573.131.025,00 0,7468 74,68 0,3307 33,07
4 2011 Rp. 483.991.924.455,00 Rp. 380.005.130.183,00 Rp. 103.257.610.472,00 0,7851 78,51 0,2717 27,17
5 2012 Rp. 538.645.556.073,00 Rp. 409.011.702.380,00 Rp. 129.165.574.193,00 0,7593 75,93 0,3157 31,57
Rata-Rata 0,765 76,5 0,3032 30,32
Sumber: Data diolah, 2013

5. Rasio Ketergantungan

Perhitungan Rasio Ketergantungan

Pendapatan Total
No TA Hasil % Kemampuan Keuangan
Transfer Pendapatan Daerah
1 2008 Rp. 345.365.142.589,00 Rp. 369.257.878.870,93 0,9352 93,52 Sangat Tinggi
2 2009 Rp. 390.247.191.102,00 Rp. 407.069.964.916,07 0,9586 95,86 Sangat Tinggi
3 2010 Rp. 406.552.501.953,00 Rp. 446.819.398.413,85 0,9098 90,98 Sangat Tinggi
4 2011 Rp. 353.630.749.839,00 Rp. 490.636.327.652,63 0,7207 72,07 Sangat Tinggi
5 2012 Rp. 517.135.271.153,00 Rp. 555.570.392.064,59 0,9308 93,08 Sangat Tinggi
Rata-Rata 0,891 89,1 Sangat Tinggi
Sumber: Data diolah, 2013

6. Rasio Pertumbuhan
Perhitungan Rasio Pertumbuhan
Tahun Anggaran
No Keterangan
2008 2009 2010 2011 2012
Pendapatan
Rp. 17.392.736.281,93
1 Asli Daerah Rp. 16.822.773.814,07 Rp. 18.763.528.960,85 Rp. 25.394.063.796,63 Rp. 38.435.120.911,59

Pertumbuhan - 3,27 % 11,53 % 35,33 % 51,35 %

2 Total Pendapatan Rp. 369.257.878.870,93 Rp. 407.069.964.916,07 Rp. 446.819.398.413,85 Rp. 490.636.327.652,63 Rp. 555.570.392.064,59

Pertumbuhan - 10,24 % 9,76 % 9,80 % 13,23 %


Belanja
3 Rutin (Operasi) Rp. 287.386.205.855,00 Rp. 298.977.031.703,60 Rp. 343.331.542.956,00 Rp. 380.005.130.183,00 Rp. 409.011.702.380,00

Pertumbuhan - 4,03 % 14,83 % 10,68 % 7,63 %


Belanja
Pembangunan
4 (Modal) Rp. 78.762.098.123,00 Rp. 96.790.461.513,00 Rp. 113.573.131.025,00 Rp. 103.257.610.472,00 Rp. 129.165.574.193,00

Pertumbuhan - 22,88 % 17,33 % 9,08 % 25,09 %


Sumber: Data diolah, 2013

199
Hasil Pembahasan
- Rasio Kemandirian selama lima tahun terakhir yang menghasilkan jumlah rata-ratanya sebesar 5,00%
dengan pola hubungan yang instruktif. Dari hasil tersebut, tergambar dengan jelas masih besarnya
ketergantungan pemerintah Kota Bitung terhadap sumber-sumber dana bantuan dari pihak ekstern, baik
dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah provinsi, dengan komponen bantuan terbesar adalah Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
- Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal selama lima tahun terakhir menghasilkan jumlah rata-rata sebesar
5,02% dengan kemampuan keuangan yang masih sangat kurang. Artinya pemerintah Kota Bitung belum
mampu membiayai pengeluarannya sendiri karena masih kurangnya penerimaan yang diperoleh
berdasarkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
- Rasio Keserasian selama lima tahun terakhir menunjukkan rata-rata belanja rutin (operasi) sebesar 76,5%
dan 30,32% untuk belanja pembangunan (modal). Artinya pemerintah Kota Bitung lebeih memprioritaskan
pengeluarannya pada belanja rutin dibandingkan dengan belanja pembangunan.
- Rasio Indeks Kemampuan Rutin selama lima tahun terakhir menunjukkan rata-rata sebesar 6,64% dengan
kemampuan keuangan sangat rendah. Artinya PAD belum mampu membiayai belanja rutin yang dilakukan
pemerintah Kota Bitung.
- Rasio ketergantungan selama lima tahun terakhir menunjukkan rata-rata sebesar 89,1% dengan kemampuan
keuangan sangat tinggi. Artinya pemerintah Kota Bitung masih sangat bergantung pada pendapatan yang
diterima diluar PAD dan sangat kurangnya dana dari daerah sendiri untuk membiayai kebutuhan
daerahnya.
- Berdasarkan rasio pertumbuhan, PAD mengalami pertumbuhan dari tahun 2008-2012 yang artinya
mengalami pertumbuhan positif. Total pendapatan mengalami penurunan dari tahun 2009-2010 dan
pertumbuhan dari tahun 2010-2012. Belanja rutin mengalami pertumbuhan pada tahun 2009-2010 dan
penurunan dari tahun 2010-2012. Dan belanja pembangunan mengalami penurunan dari tahun 2009-2011
kemudian mengalami pertumbuhan pada tahun 2012. Maka total pendapatan, belanja rutin dan belanja
pembangunan mengalami pertumbuhan yang positif juga negatif karena pertumbuhan setiap komponen
mengalami peningkatan dan penurunan dari setiap periode berjalan. Artinya, pemerintah Kota Bitung
belum mampu mempertahankan pertumbuhannya dari periode yang satu ke periode berikutnya.

Kesimpulan
Pada bab sebelumnya telah diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang tingkat kemampuan keuangan
daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah tahun anggaran 2008-2012 di Kota Bitung. Berdasarkan hasil
penelitian dan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kemampuan keuangan daerah Kota
Bitung belum mampu mendukung pelaksanaan otonomi daerah untuk periode 2008-2012.

Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan, penulis mencoba mengajukan beberapa saran. Saran-saran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana dinyatakan dalam UU Nomor 32 tahun 2004, sangat
diperlukan kemandirian keuangan daerah agar tingkat ketergantungan keuangan daerah kepada
pemerintah pusat dapat dikurangi melalui intensifikasi Pendapatan Asli Daerah yang dilakukan oleh
masing-masing daerah.
2. Pemerintah Kota Bitung diharapkan lebih mempertimbangkan belanja daerahnya terhadap belanja
pembangunan untuk menunjang kesejahteraan rakyat.
3. Pemerintah Kota Bitung diharapkan memacu pengembangan BUMD yang dapat meningkatkan PAD.
4. Pemerintah Kota Bitung diharapkan lebih mampu untuk mempertahankan pertumbuhannya khusus
untuk belanja pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: PT Indeks.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

200
Mahmudi, 2006, Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik : Standar Akuntansi Pemerintahan. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.

Mahmudi, 2007, Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Purwanti, Rita Eni dan Indah Nugraheni, 2001. Siklus Akuntansi. Kanisius. Yogyakarta.
Sugianto, 2007. Pajak dan Retribusi Daerah, Pengelolaan Pemerintah Daerah dalam Aspek Keuangan, Pajak,
dan Retribusi Daerah. Cikal Sakti. Jakarta.

Tangkilisan, Hessel. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo.

Tim Redaksi Nuansa Aulia. 2009. Otonomi Daerah. Nuansa Aulia. Bandung.

201
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENDAPATAN DAN BIAYA PADA PT.SKYTECH
INDONESIA

Lesli Mersi Goni


Jantje J. Tinangon
Stanley Kho Walandow
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : lesli_goni@yahoo.com

ABSTRAK

Pendapatan merupakan salah satu unsur penting untuk memaksimalkan laba.


Pendapatan harus diukur secara wajar agar pendapatan yang akan diakui perusahaan tepat, sehingga terhindar dari
overstate atau understate dalam penyajian pada laporan keuangan. Menurut PSAK No. 34 (revisi 2010), ada 2
metode pengakuan pendapatan yang digunakan yaitu metode persentase penyelesaian dan metode kontrak selesai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian pengakuan pendapatan dan biaya oleh PT. Skytech
Indonesia dengan PSAK No.34 (revisi 2010). Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa perusahaan menggunakan metode persentase penyelesaian dengan dasar biaya
terhadap biaya dimana telah menunjukkan nilai yang wajar. Demikian pula dengan pengakuan dan pengukuran
biaya yang terkait dengan pendapatan berdasarkan nilai wajar

.Kata kunci: Analisis, Pendapatan, Persentase Penyelesaian, Biaya.

ABSTRACT

Income is one of the important elements to maximize the profits. Revenue should be measured appropriately so that
the revenue will be recognized the right company , so avoid overstate or understate the presentation of the financial
statements . According to PSAK No. . 34 ( revised 2010 ) , there are two methods of revenue recognition method
used is the percentage of completion and completed contract method . The purpose of this study was to determine
the suitability of the recognition of revenue and expenses by PT . Skytech Indonesia with PSAK No. 34 ( revised
2010 ) . The analytical method used is descriptive qualitative , where the data obtained , compiled , categorized ,
interpreted , and analyzed so as to give a proper picture . The results of the study revealed that the company uses
the percentage of completion method on the basis of cost against the cost of which has shown a reasonable value .
Similarly, the recognition and measurement of costs associated with the revenue based on the fair value .

Keywords : Analysis , Revenue , Percentage of Completion , Cost

202
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dunia usaha yang semakin berkembang seiring dengan kemajuan zaman menuntut para pelaku bisnis untuk
selalu tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi. Kemajuan teknologi, informasi serta metode yang
berhubungan dengan kondisi dalam suatu badan usaha sudah seharusnya menjadi bahan acuan bagi pihak
manajemen perusahaan, baik perusahaan yang berskala besar maupun kecil untuk menghasilkan kinerja yang
terbaik. Hal tersebut berhubungan erat dengan upaya penciptaan nilai yang baik dari suatu badan usaha kepada
pihak luar.
Secara umum semua perusahaan baik itu perusahaan industri, dagang maupun jasa tentu memiliki tujuan
sama yaitu memperoleh laba pada tingkat tertentu. Untuk memudahkan perusahaan dalam memperoleh laba, maka
pihak manajemen perusahaan memerlukan informasi berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai serta diperlukan
beberapa pengetahuan dan alat yang efektif. Salah satu pengetahuan dan alat yang dimaksud adalah akuntansi.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan perumusan masalah diatas untuk
mengetahui perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya PT Skytech Indonesia apakah telah sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 34 (revisi 2010) tentang Kontrak Konstruksi.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian akuntansi menurut (hongren & Harrison, 2007:4) menyatakan bahwa “akuntansi adalah system
informasi yang mengukur aktivitas bisnis,memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada para pengambil keputusan.” Menurut Komite American Institute Of Certified Public Accounting (AICPA)
yang dikutip dari buku Harahap (2012:5) “akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan,pengiktisaran dengan
cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.”
Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) “laporan keuangan adalah sarana utama bagi perusahaan
untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak luar.” Menurut Lam & Lau (2009) “laporan keuangan
adalah representasi terstruktur atas posisi keuangan dan performa keuangan entitas. Dari semua pengertian laporan
keuangan menurut para ahli ekonomi, penulis dapat menyimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari
proses akuntansi yang merupakan penghubung antara perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan cara
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak tersebut untuk mengetahui keadaan dan perkembangan
perusahaan bersangkutan.”
Menurut Hery (2013:46) untuk menentukan besarnya jumlah pendapatan dan beban secara tepat pada periode
yang tepat, ada dua pilihan yang tersedia yang dapat dijadikan sebagai dasar pencatatan oleh akuntan, yaitu:
1. Cash basis
2. Accrual basis
Menurut Harahap dalam buku Teori Akuntansi (edisi revisi 2011) (2012:242-243) menurut teori matching
concept, maka biaya harus dibebankan sesuai dengan pengakuan dan periode penghasilan.
Berdasarkan waktu pengeluaran atau pembebanan biaya dan prinsip matching dikenal dua konsep sebagai
berikut:
1. Direct atau produk matching
2. Indirect atau period matching

Pengertian Pendapatan
Menurut Sodikin & Riyono (2012:91) yang dikutip dari SAK ETAP 2009 paragraf 2.20a mendefinisikan
pendapatan yaitu, “penghasilan atau (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam
bentuk arus masuk atau peningkatan asset, atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.”

203
Menurut PSAK No. 34 revisi 2010 paragraf 11 mendefinisikan, pendapatan kontrak terdiri dari :
1. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak, dan;
2. Penyimpangan pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran insentif :
a. Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan, dan;
b. Dapat diukur secara andal.

Pengakuan Pendapatan
Menurut (Donald Kieso, et al. 2008:515) “prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognitioan principle)
menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:
1. Pendapatan direalisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim atas kas (piutang).
2. Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat dikonversi
menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui.
3. Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa
yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni,
apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.

Pengakuan Pendapatan Sebelum Penyerahan


Menurut (Donald Kieso, et al. 2008:521-527), ada 2 metode metode akuntansi yang sangat berbeda untuk
kontrak konstruksi jangka panjang yang diakui oleh profesi akuntansi:
1. Metode persentase penyelesaian (percentage of completion method)
Untuk menerapkan metode persentase penyelesaian, perusahaan harus mempunyai beberapa dasar atau
standar untuk mengukur kemajuan kea rah penyelesaian pada tanggal interim tertentu. Metode yang paling
umum digunakan adalah metode biaya terhadap biaya (cost-to-cost-method) dan metode unit yang
dikirimkan (units delivery method).
2. Metode kontrak selesai (completed contract method
Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat penjualan yaitu, pada saat kontrak diselesaikan.
Menurut metode ini perusahaan mengakumulasi biaya kontrak jangka panjang dalam proses, tetapi tidak
ada pembebanan dan pengkreditan interim keakun laporan laba rugi seperti pendapatan, laba dan laba
kotor.
3. Dasar penyelesaian produksi
Menurut Dasar Penyelesaian Produksi, pendapatan diakui pada saat logam ditambang atau produk
pertanian dipanen karena harga jualnya dapat dipastikan dengan layak, unit-unitnya dapat dipertukarkan,
serta tidak diperlukan biaya yang signifikan dalam mendistribusikan produk itu.

Pengakuan Pendapatan Setelah Penyerahan


Menurut (Donald Kieso, et al. 2008:533) ada 2 metode yang biasanya dipakai untuk menangguhkan pengakuan
pendapatan sampai kas diterima yaitu
1. Metode Akuntansi Penjualan Cicilan
2. Metode Simpanan

Pengukuran Pendapatan
Pengukuran ialah pemberian nilai dan atribut-atribut pengukuran akuntansi pada item tertentu dari suatu
transaksi berdasarkan satuan ukuran uang. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima. Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban
diselesaikan dengan pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.

Pengertian Biaya
Harahap (2012:244) yang dikutip dari FASB mendefinisikan biaya yaitu”expense sebagai arus keluar aktiva,
penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selam suatu periode yang disebabkan oleh
pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan jasa atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan
kegiatan utama perusahaan.”

204
Biasanya biaya dibagi dalam 3 golongan yaitu:
1. Biaya yang dihubungkan dengan penghasilan pada periode itu;
2. Biaya yang dihubungkan dengan periode tertentu yang tidak dikaitkan dengan penghasilan;
3. Biaya yang karena alas an praktis tidak dapat dikaitkan dengan periode manapun.

Pengukuran Biaya
Pengukuran merupakan penambahan kewajiban dan deplesi aset di periode berjalan mungkin tampak tugas
sederhana. Ada beberapa standar akuntansi yang memberikan panduan mengenai hal-hal seperti itu, tapi
menawarkan pilihan dalam metode biaya dan pembagian pendapatan. Sebagai contoh, IAS 16/AASB 116 aset, dan
tetap memungkinkan untuk nilai aset tetap menjadi masured dalam beberapa cara setelah pengakuan (misalnya
model biaya atau model penilaian) dan beberapa pilihan penyusutan alternatif (misalnya garis lurus, nilai berkurang
dan unit metode produksi).

Pengakuan Biaya
Chariri dalam Mulia (2007) menyatakan bahwa pengukuran pendapatan dapat didasarkan pada historical cost,
replacement cost . Pada umumnya pengukuran biaya atau beban menggunakan metode historical cost lebih sering
digunakan yaitu pengukuran beban berdasarkan jumlah rupiah yang dikeluarkan pada saat barang dan jasa
diperoleh. Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu :
1. sebagai aktiva (potensi jasa)
2. sebagai beban pendapatan (biaya)

Pendapatan Kontrak Menurut PSAK No. 34 (Revisi 2010) Kontrak Konstruksi


Kontrak konstruksi meliputi:
1. kontrak pemberian jasa yang berhubungan langsung dengan konstruksi aset, misalnya, pelayanan jasa
untuk manajer proyek dan arsitek; dan
kontrak untuk penghancuran atau restorasi aset dan restorasi lingkungan setelah penghancuran aset.

Pendapatan Kontrak
Pendapatan kontrak terdiri dari:
1. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak
2. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif:
a. Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan;
b. Dapat diukur secara andal.

Pengukuran Pendapatan
Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan diterima. Pengukuran
pendapatan kontrak dipengaruhi oleh beragam ketidakpastian yang bergantung pada hasil dari peristiwa di masa
depan. Estimasi sering kali perlu untuk direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Oleh karena
itu, jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari satu periode ke periode berikutnya. Misalnya:
1. Kontraktor dan pelanggan mungkin menyetujui penyimpangan atau klaim yang meningkatkan atau
menurunkan pendapatan kontrak pada periode setelah periode di mana kontrak pertama kali disetujui;
2. Nilai pendapatan yang disetujui dalam kontrak dengan nilai tetap dapat meningkat karena ketentuan-
ketentuan kenaikan biaya;
3. Nilai pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul akibat keterlambatan kontraktor dalam
penyelesaian kontrak tersebut
4. Jika dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit ouput, pendapatan kontrak meningkat jika
jumlah unit meningkat.

Biaya Kontrak
Biaya suatu kontrak konstruksi terdiri dari:
1. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu;

205
2. Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada
kontrak tersebut; dan
3. Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak.

Pengakuan Pendapatan Dan Beban Kontrak


Pengakuan pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaian suatu kontrak sering disebut sebagai
metode persentase penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang
terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban, dan laba yang dilaporkan dapat
diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional. Metode ini memberikan informasi yang berguna
mengenai cakupan aktivitas kontrak dan kinerja selama suatu periode. Dalam metode persentase penyelesaian,
pendapatan kontrak diakui sebagai pendapatan dalam laba rugi pada periode akuntansi di mana pekerjaan
dilakukan. Biaya kontrak biasanya diakui sebagai beban dalam laba rugi pada periode akuntansi di mana pekerjaan
yang berhubungan dilakukan. Namun, setiap ekspektasi selisih lebih total biaya kontrak terhadap total pendapatan
kontrak segera diakui sebagai beban.

Pengakuan Taksiran Rugi


Jika kemungkinan besar terjadi bahwa total biaya kontrak akan melebihi total pendapatan kontrak, maka
taksiran rugi segera diakui sebagai beban. Jumlah kerugian tersebut ditentukan tanpa memerhatikan:
1. Apakah pekerjaan kontrak telah dilaksanakan atau belum;
2. Tahap penyelesaian aktivitas kontrak; atau
3. Jumlah ekspektasi laba yang akan diperoleh pada kontrak lain yang tidak diperlakukan sebagai satu
proyek tunggal konstruksi

Perubahan Estimasi
Metode persentase penyelesaian diterapkan secara kumulatif dalam setiap periode akuntansi terhadap estimasi
pendapatan kontrak dan biaya kontrak. Oleh karena itu, pengaruh perubahan dalam estimasi pendapatan kontrak
atau biaya kontrak, atau pengaruh perubahan estimasi dari hasil kontrak, dipertanggungjawabkan sebagai perubahan
dalam estimasi akuntansi (lihat PSAK 25 (revisi 2009): “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan).” Perubahan estimasi digunakan sebagai dasar dalam penentuan jumlah pendapatan dan beban yang
diakui dalam laba rugi pada periode saat perubahan tersebut terjadi dan periode selanjutnya.

Pengungkapan
Entitas mengungkapkan:
1. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada periode;
2. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui pada periode;
3. Metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak.

METODE PENELITIAN

Penulis menggunakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah
langsung ke sumber data, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, dan data yang terkumpul berupa
sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, aktivitas usaha perusahaan serta laporan laba rugi
PT. Skytech Indonesia

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilakukan langsung pada PT.Skytech Indonesia yang berlokasi di Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan yaitu mulai dari bulan Agustus sampai Bulan Desember tahun 2013.
Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah gambaran umum tentang perusahaan yang berupa sejarah
perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, aktivitas usaha perusahaan. Sedangkan data

206
kuantitatif dalam penelitian ini berupa laporan laba rugi PT. Skytech Indonesia pada proyek pekerjaan Listrik
Ciwandan

Jenis Data
Secara umum data diartikan sebagai suatu fakta yang digambarkan lewat angka, dan tulisan yang merupakan
keterangan atau sumber informasi mengenai objek yang akan diteliti dan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan. Indriantoro & Supomo (2002:145) mengungkapkan bahwa data penelitian pada dasarnya dapat
dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu: Data Subjek, Data Fisik, Data Dokumenter.

Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi kepustakaan
4. Dokumentasi

Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Yaitu suatu metode
pembahasan permasalahan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan dan menerangkan suatu
data atau keadaan secara terperinci mengenai suatu keadaan suatu badan usaha berdasarkan data atau informasi
yang diperoleh dan dikumpulkan sehingga dapat dianalisa dan ditarik kesimpulan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.

Sejarah PT. Skytech Indonesia


PT Skytech Indonesia berdiri pada tahun 2008, yang berlokasi di Jakarta Barat oleh Bapak Edo Goni. PT
Skytech Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi, khususnya dibidang industrial
proses control, instrumentation dan networking. beralamat lengkap di Ruko Graha Pinus Blok B No 1, Jln
Alternative Sentul, Bogor, Jawa Barat, 16710. Tel. +6221 – 82562227 Fax. +6221 – 82562226. Email :
info@skytech-indonesia.co.id. Website : www.skytech-indonesia.co.id

Visi dan Misi PT. Skytech Indonesia


Visi PT Skytech Indonesia adalah menjadi pemimpin perusahaan kelas dunia dengan pelayanan solusi total
untuk perdagangan, teknik mesin dan konstruksi yang memperhatikan kualitas dari produktivitas industri.
Adapun Misi dari perusahaan PT Skytch Indonesia adalah manajemen dan karyawan di semua level dalam
organisasi memiliki berkomitmen menjalankan bisnis untuk menyediakan atau memberikan pelayanan terbaik dari
teknik mesin ,pembuatan, dan konstruksi dari bangunan semen, kekuatan bangunan dan lain-lain untuk para
pelanggan yang dapat menghasilkan nilai semua pemilik perusahaan.

Hasil Penelitian
Pengakuan Pendapatan Kontrak PT. Skytech Indonesia Perusahaan mengakui pendapatan berdasarkan
tingkat kemajuan proyek yang diselesaikan. Pengakuan pendapatan ini diterapkan untuk semua kontrak konstruksi,
baik yang berjangka waktu satu tahun atau yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. Salah satu proyek yang
dikerjakan adalah proyek proyek pekerjaan Listrik di Ciwandan. Untuk mengetahui persentase tingkat kemajuan
pekerjaan proyek yang telah dicapai, perusahaan menentukannya berdasarkan tingkat kemajuan fisik pekerjaan
yang telah diselesaikan dan kemudian dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dikerjakan secara keseluruhan.
Adapun pencapaian penyelesaian konstruksi yang dapat dicapai oleh perusahaan sebagai berikut :

207
Tabel 4.1 Perhitungan Persentase Penyelesaian

Biaya yang terjadi sampai tanggal ini = persentase penyelesaian


Estimasi total biaya terkini
Rp. 61.361.900 = 58.43%
Rp. 105.000.000
Sumber : Data Olahan
Dimana termin atau kas yang diterima oleh perusahaan sampai akhir Juni hanya sebesar 50% atau Rp. 85.000.000,
dari total yang harusnya diterima oleh perusahaan sesuai dengan kontrak yang telah di tandatangani yaitu sesuai
dengan total pekerjaan yang telah diselesaikan sebesar 58.43% atau sebesar Rp. 99.347.383, yang artinya
perusahaan mengakui laba terlalu rendah di bulan Juni, dan sebaliknya mengakui laba terlalu tinggi di bulan Juli.
Dalam mengukur tingkat kemajuan penyelesaian pekerjaan, perusahaan menggunakan ukuran masukan yaitu
berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian proyek tersebut. Pengukuran Pendapatan Kontrak
PT. Skytech Indonesia, PT. Skytech Indonesia menggunakan nilai wajar dari imbalan yang akan diterima sebagai
ukuran dalam penentuan pendapatan yaitu sebesar nilai kontrak yang telah disepakati bersama dalam surat kontrak
antara pihak pemberi kerja dan pihak perusahaan. PT. Skytech Indonesia tidak melakukan pendiskontoan atas nilai
tunai transaksi yang diterima atau yang akan diterma di masa yang akan datang. Pengukuran tingkat kemajuan
pekerjaan dilakukan berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam penyelesaian proyek tersebut, tetapi juga
berdasarkan taksiran oleh bagian teknik dari perusahaan yang diawasi oleh pengawas lapangan dari pihak pemberi
kerja. Hasil dari pengukuran yang telah dibuat oleh pihak perusahaan, dibuat dalam bentuk Progress Report
Activity, yang kemudian diperiksa dan ditanda tangani oleh konsultan teknik dari pihak pemberi kerja.

Penerapan PSAK No.34 (revisi 2010) dalam Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Kontrak
Pengakuan pendapatan ada dua metode yang dapat digunakan yaitu metode presentase penyelesaian. Dari
penelitian yang dilakukan, diketahui PT. Skytech Indonesia dalam pengakuan pendapatannya menggunakan
metode persentase penyelesaian baik untuk kontrak jangka panjang maupun kontrak jangka pendek. Dalam PSAK
No.34 (revisi 2010) metode yang diterapkan oleh perusahaan dapat digunakan dalam pengakuan pendapatan oleh
perusahaan sebagai perusahaan konstruksi. Metode persentase penyelesaian ada dua metode yang dapat digunakan
untuk mengukur berapa besar kemajuan pekerjaan konstruksi yang dicapai, yaitu metode biaya terhadap biaya (cost
to cost method) dengan menggunakan ukuran masukan yaitu menghitung besarnya persentase pekerjaan yang
diselesaikan berdasarkan biaya yang terjadi sampai saat ini kemudian dibandingkan dengan total estimasi biaya
secara keseluruhan sampai pekerjaan selesai, dan metode unit yang dikirimkan (units delivery method) dengan
menggunakan ukuran keluaran yaitu menghitung besarnya presentase penyelesaian pekerjaan konstruksi
berdasarkan taksiran tenaga ahli, dalam hal ini tenaga teknik untuk menilai kemajuan pekerjaan yang telah dicapai.
Dalam PSAK No.34 (revisi 2010) mengakui metode unit yang dikirimkan (units delivery method) dengan
menggunakan ukuran keluaran yang digunakan oleh perusahaan dalam mengukur besarnya presentase penyelesaian
yang dicapai dalam pekerjaan konstruksi (proyek). Perusahaan mengukur besarnya pendapatan kontrak yang diakui
menggunakan nilai wajar dari imbalan yang akan diterima sebagai ukuran untuk mengakui pendapatan. PSAK
No.34 (revisi 2010) mengakui ukuran yang digunakan oleh perusahaan dalam mengakui pendapatan.

Pembahasan
Analisis Pengakuan Pendapatan Kontrak
Melalui laporan laba rugi proyek pekerjaan listrik ciwandan dapat diketahui PT. Skytech Indonesia dalam
pengakuan pendapatannya adalah berdasarkan metode persentase penyelesaian (percentage of completed method),
yaitu dimana perusahaan mengakui adanya pendapatan berdasarkan tingkat kemajuan pekerjaan yang diselesaikan,
apabila proyek yang telah diselesaikan telah mencapai persentase tertentu sesuai dengan ketentuan dalam surat
kontrak yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka perusahaan akan mengirimkan tagihan dalam
bentuk invoice kepada pihak pemberi kerja, dan perusahaan akan mengakui pendapatan apabila perusahaan sudah
menerima pembayaran dari pihak pemberi kerja berdasarkan tingkat kemajuan pekerjaan yang telah diselesaikan
oleh perusahaan. Metode pengakuan pendapatan ini diterapkan oleh perusahaan dalam kontrak yang berjangka
waktu satu tahun dan juga kontrak yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk kontrak yang pekerjaan

208
konstruksinya berjangka waktu satu tahun, perusahaan akan lebih mudah untuk menentukan pendapatan yang diakui
karena pekerjaan yang dilakukan berada dalam satu periode akuntansi. Sedangkan untuk kontrak yang pekerjaan
konstruksinya berjangka waktu lebih dari satu tahun atau pekerjaan yang dilakukan pada dua periode akuntansi
diperlukan estimasi yang tepat dalam menghitung besarnya pendapatan yang dapat diakui pada satu periode
akuntansi meskipun pekerjaan konstruksi masih sementara berlangsung. Dalam metode persentase penyelesaian
seperti yang sudah dibahas sebelumnya ada dua ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran masukan dan ukuran
keluaran. Ukuran masukan dibuat sesuai dengan upaya yang dicurahkan dalam suatu kontrak, seperti biaya yang
terjadi dan jam kerja. Sedangkan ukuran keluaran pada umumnya dibuat oleh seorang ahli teknik melalui metode
taksiran teknik dengan menghitung volume fisik pekerjaan yang diselesaikan yang disajikan dalam bentuk laporan
yaitu laporan prestasi fisik proyek. Perusahaan akan menerima pembayaran dari pihak pemberi kerja berdasarkan
tata cara pembayaran sesuai dengan ketentuan dalam kontrak kerja dimana perusahaan akan menerima pembayaran
berdasarkan persentase pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan termin pembayaran.

Analisis Pengukuran Pendapatan Kontrak


Pengujuran pendapatan oleh PT. Skytech Indonesia, berdasarkan nilai kas yang diterima pada saat terjadi transaksi.
Untuk jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan
dengan pihak pemberi kerja. Dari sudut pandang akuntansi, pengukuran pendapatan ini dapat diterima karena
perusahaan menggunakan ukuran pendapatan berdasarkan nilai wajar imbalan, dalam hal ini imbalan tersebut
berbentuk kas yang akan diterima oleh perusahaan. Walaupun tanpa pendiskontoan, apabila harga kontrak yang
disetujui telah digabungkan dengan tingkat bunga, dalam hal ini, berarti perusahaan menganggap bahwa tingkat
bunga tidak berpengaruh banyak terhadap nilai uang yang diterima.

Analisis Penerapan PSAK No.34 (revisi 2010) dalam Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Kontrak
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan tentang pengakuan pendapatan, meyatakan bahwa
pendapatan dapat diakui pada saat direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan. Penelitian yang telah dilakukan
pada Skytech Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan mengakui pendapatannya pada saat pekerjaan konstruksi
selesai dengan persentase penyelesaian fisik yang dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mengakui
pendapatannya pada saat direalisasi yaitu pada saat jasa yang diberikan oleh perusahaan ditukar dengan kas atau
piutang dari pihak pemberi kerja. Dengan demikian kriteria pengakuan pendapatan ini telah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan. PSAK No.34 (revisi 2010) menyatakan bahwa ada dua metode dalam pengakuan pendapatan
yaitu metode presentase penyelesaian dan metode kontrak selesai. Dari penelitian yang telah dilakukan, dalam
pengakuan pendapatannya PT. Skytech Indonesia menggunakan metode persentase penyelesaian dimana
pendapatan dan laba kotor diakui pada setiap periode berdasarkan kemajuan proses konstruksi. Metode presentase
penyelesaian terbagi atas dua metode yaitu metode biaya terhadap biaya (cost to cost method) dan metode unit yang
dikirimkan. Pada dasarnya metode biaya terhadap biaya menggunakan ukuran masukan untuk mengakui
pendapatannya, sedangkan metode unit yang dikirimkan menggunakan ukuran keluaran. PT. Skytech Indonesia
sendiri menggunakan ukuran masukan dalam menentukan besarnya pendapatan yang diakui yaitu berdasarkan
persentase kemajuan fisik pekerjaan dikalikan dengan nilai kontrak untuk suatu proyek. Metode pengakuan
pendapatan yang diterapkan oleh perusahaan ini telah sesuai dengan PSAK No.34 (revisi 2010). PSAK No.34
(revisi 2010) menyatakan bahwa pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan
diterima.

209
Tabel 4.15 Perbandingan Laba menurut PT. Skytech Indonesia dan
menurut PSAK No.34 Revisi 2010
Menurut perusahaan Juni Juli Total
Pendapatan Rp. 93.500.000 Rp.76.500.000 Rp. 170.000.000
Biaya Rp. 61.361.900 Rp. 42.597.430 Rp. 103.959.330
Laba Kotor Rp. 23.138.100 Rp. 33.902.570 Rp. 64.040.670
Menurut PSAK No.34
Juni Juli Total
(revisi 2010)
Pendapatan Rp. 99.347.838 Rp. 70.652.162 Rp. 170.000.000
Biaya Rp. 61.361.900 Rp. 42.597.430 Rp. 103.959.330
Laba Kotor Rp. 37.985.938 Rp. 31.359.600 Rp. 66.040.670

Sumber : Data Olahan

Dalam pengukuran pendapatan yang diterapkan PT. Skytech Indonesi aadalah berdasarkan nilai kontrak yang
disepakati dalam kontrak kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan jasa konstruksi pada perusahaan ini diukur
sebesar nilai wajar dari imbalan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak pemberi kerja. Dengan
demikian pengukuran pendapatan yang diterapkan oleh perusahaan ini telah sesuai dengan PSAK No.34 (revisi
2010).

Analisis Perhitungan Pajak


Perhitungan perpajakan oleh PT. Skytech Indonesia untuk pekerjaan kontrak konstruksi ada 2 yaitu Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan PPh pasal 23. Apabila proyek tersebut telah dikenakan PPN, maka dalam perhitungan
PPh Pasal 23 tidak akan dihitung kembali karena bersifat Final. Dalam hal ini berkaitan dengan proyek yang
dianalisa (proyek Pekerjaan Listrik di Ciwandan) pajak yang dikenakan adalah PPN yaitu sebesar 10% dari total
termin pembayaran atau uang kas yang diterima.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Dalam mengakui pendapatan dan Biaya pada PT. Skytech Indonesia telah menggunakan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia yang mengatur perusahaan yang bergerak dibidang kontrak konstruksi
(teknik) yaitu PSAK No. 34 (revisi 2010) tentang Kontrak Konstruksi, yaitu perusahaan telah
menggunakan metode Persentase penyelesaian (percentage of completion method) dengan menggunakan
metode biaya terhadap biaya baik proyek jangka pendek maupun jangka panjang, dimana dengan
menggunakan metode ini dapat memperlihatkan hubungan langsung antara pendapatan dan biaya yang
menghasilkan pendapatan tersebut.
2. Dengan adanya Cost Project yang dibuat oleh perusahaan untuk setiap proyek yang dilaksanakan
perusahaan, pencatatan biaya yang dilakukan oleh perusahaan sudah tepat dan handal, sehingga dalam
mengakui pendapatan dalam Laporan Laba Rugi PT. Skytech Indonesia dapat dihitung secara tepat dan
terhindar dari Overstate maupun Understate.
3. Penagihan pendapatan dari pemberi kerja dilakukan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh pihak
pemberi kerja dan PT. Skytech Indonesia, begitupun dengan pembayaran yang dilakukan oleh PT. Skytech
Indonesia kepada Supplier dilakukan sesuai dengan kontrak yang ditandatangani bersama.

210
Saran

1. PT. Skytech Indonesia mengakui dan menerapkan metode persentase penyelesaian berdasarkan kemajuan
fisik dalam mengakui pendapatannya. Persentase penyelesaian berdasarkan pada estimasi kemajuan fisik
atas pekerjaan yang telah dicapai di lapangan. Estimasi kemajuan fisik ini dituangkan dalam Laporan
Prestasi Poyek yang dibuat petugas pengawas lapangan. Metode yang diterapkan ini mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu Taksiran penyelesaian kemajuan fisik yang dilakukan berdasarkan opname lapangan,
tidak menjamin keakuratan penilaian dan dalam metode ini biaya yang terjadi tidak dapat diatribusikan
pada tahap penyelesaian pekerjaan proyek dalam mengakui pendapatan periode berjalan, yang
menyebabkan pendapatan, beban dan laba konstruksi yang dilaporkan tidak dapat diatribusikan menurut
penyelesaian pekerjaan kontrak secara proporsional.
2. Penerapan metode persentase penyelesaian dengan dasar biaya terhadap Biaya oleh PT. Skytech Indonesia
sudah baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya Cost Project yang di buat oleh perusahaan untuk mencatat
biaya yang terkait langsung dengan proyek tersebut, tetapi dalam pembuatan cost project sebaiknya dibuat
oleh pengawas lapangan agar pencatatannya lebih jelas

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafir. 2005. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Harahap. 2012. Teori akuntansi. Edisi Revisi 2011. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta
Horngren, Charles T. 2006. Akuntansi. Edisi Keenam. Jilid 1. Penerbit Indeks. Jakarta.
Nilam. 2012. Analisis Akuntansi atas Pendapatan Dan Biaya pada PT Cahaya Bangun Energi. Samarinda

Kieso, Donald E.,Weygant, Jerry J., Warfield, Terry D. 2010. Akuntansi Intermediate. Terjemahan. Edisi
Kesepuluh. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Slamet Sugiri Sodikin,Bogat A.Riyono. 2012. Akuntansi pengantar 1. Penerbit UPP STIM YKPN. Jakarta

Dr. (cand) Hery.2013.teori akuntansi suatu pengantar.lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (revisi 2009)
“Pendapatan”. IAI. Jakarta.

Sapto, Wahyu, 2012. Analisis Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak pada UD. Gunawan Steel. Jurnal April
2012, Volume 12 Nomor 1. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Banjarmasin. http://jurnalstiei-
kayutangi.ac.id/berita-194-analisis-pengakuan-pendapatan-dan-beban-kontrak-pada-ud-gunawan-steel.html.
Diakses Agustus, 12, 2013.

Nilam Venty Isabela, 2012. Analisis Akuntansi Atas Pendapatan Dan Biaya pada PT Bangun Energi Di Samarinda.

Muhammad Enstein Widodo, 2012. Analisis Penerapan PSAK 34 (Revisi 2010) Atas Pengakuan Pendapatan dan
biaya pada PT. IKPT

211
ANALISIS PENGARUH PERANAN INTERNAL AUDIT TERHADAP EFEKTIVITAS PROSEDUR
PENAGIHAN PIUTANG USAHA PADA PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE

Lusiana Lumentut
Ventje Ilat
Sifrid S. Pangemanan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : lucyanalumentut@yahoo.com

ABSTRAK

PT Adira Dinamika Multi Finance adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembiayaan. Sehingga, aktivitas
penagihan piutang menjadi bagian yang penting dalam melancarkan distribusi pendapatan perusahaan yang selanjutnya
digunakan sebagai modal kerja dan kelancaran perputaran aktiva perusahaan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui, menggambarkan dan menjelaskan Pengaruh Peranan Internal Audit Terhadap Efektivitas Prosedur
Penagihan Piutang Usaha. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Peranan Internal Audit (X) sebagai variabel
independent dan Efektivitas Prosedur Penagihan Piutang Usaha (Y) sebagai variabel dependent. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian kuantitatif lalu dideskripsikan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antar variabel
melalui pendekatan kuantitatif dan tes statistik. Hasil penelitian yang didapat dari hasil uji statistik chi-square sebesar 9,56
dimana hitung > tabel (9,56>3,84) yang berarti ada pengaruh yang sangat kuat antara kedua variabel, dengan demikian
hasil uji hipotesis dapat diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan internal audit berpengaruh terhadap efektivitas
prosedur penagihan piutang usaha.

Kata Kunci : Internal Audit, Efektivitas, Prosedur Penagihan Piutang.

ABSTRACT

PT Adira Dinamika Multi Finance is a company engaged in financial services . Thus, the collection of accounts
receivable activity becomes an important part in the conduct of the company's revenue distribution was then used as working
capital and asset turnover smoothness sustainable company . This study aims to determine , describe and explain the Influence
of role Internal Audit Against Effectiveness Procedures Billing Accounts Receivable . The variables examined in this study is
the role of Internal Audit ( X ) as the independent variable and Accounts Receivable Billing Procedures Effectiveness ( Y ) as
the dependent variable . The method used is quantitative method then describe that aims to determine relationships or
influence between variables through a quantitative approach and statistical tests. The results that has obtained of tests
conducted of chi-square statistic is 9.56 where hitung > tabel ( 9.56 > 3.84 ) , which means there is a very strong
influence between the two variables , with thus the hypothesis test results are acceptable , so it can be concluded that the role of
internal audit affect the effectiveness procedures of the collection of accounts receivable .

Keywords : Internal Audit , Effectiveness , Accounts Receivable Billing Procedures

212
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berkembangnya dunia bisnis saat ini, menuntut para pelaku bisnis untuk mengikuti perkembangannya.
Dalam menjalankan usahanya, sangat sedikit perusahaan yang menggunakan cash and carry dalam kegiatan
transaksi jual beli berupa barang ataupun jasa, melainkan lebih banyak yang menggunakan transaksi penjualan
barang atau jasa secara kredit. Dimana, dalam kasus pembelian barang mewah seperti mobil ataupun motor,
perusahaan-perusahaan yang menjual otomotif seperti yang telah disebutkan tidak banyak yang ingin mengambil
resiko piutang tak tertagih. Hal ini menjadi salah satu alassan perusahaan penjualan otomotif banyak bekerja sama
dengan perusahaan pembiayaan. Dalam hal ini perusahaan pembiayaan inilah yang berhubungan langsung dengan
konsumen yang menginginkan barang secara kredit sehingga menyebabkan terjadinya piutang usaha.
PT. Adira Dinamika Multi Finance adalah perusahaan yang bergerak di di sektor pembiayaan konsumen
bidang otomotif. Dalam upaya meningkatkan laba yang semaksimal mungkin, PT. Adira Dinamika Multi Finance
melayani konsumen yang hendak mengajukan pembiayaan atas kepemilikan barang mewah seperti sepeda motor
atau mobil.
Seiring berjalannya waktu dalam kegiatan usaha atas aktivitas pembiayaan kepada konsumen menimbulkan
piutang usaha. Bagian penagihan piutang menjadi bagian yang penting dalam melancarkan distribusi pendapatan
perusahaan sebagai modal kerja dan kelancaran perputaran aktiva perusahaan secara berkelanjutan. Tetapi,
meskipun demikian bagian penagihan piutang usaha terkadang tidak dikendalikan dengan baik, karena sering kali
terjadi adanya keterlambatan dalam melakukan penyetoran dari hasil penagihan piutang dari waktu yang telah
ditargetkan oleh perusahaan serta sering terjadi manipulasi data penagihan piutang, selain itu dengan keterlambatan
penyetoran hasil penagihan piutang dan manipulasi data tersebut, dapat menghambat modal kerja tertahan dan
perputaran aktiva akan terhambat yang dapat menyebabkan perusahaan menimbulkan kerugian yang cukup besar.
Semakin berkembangnya perusahaan yang diikuti pula oleh bertambahnya kegiatan, jumlah karyawan serta
organisasi yang otomatis menimbulkan masalah-masalah baru yang lebih rumit. Maka, pimpinan akan menghadapi
kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaannya karena
keterbatasan kemampuan, tenaga dan waktu dalam mengatasi masalah tersebut. Sehingga dalam menunjang
efektivitas penagihan piutang, diperlukan suatu pengendalian intern melalui adanya suatu bagian dalam perusahaan
yang bertugas menilai kelayakan dan efektivitas pengelolaan yang ada dan menilai kualitas kegiatan yang telah
dijalankan perusahaan. Bagian ini disebut bagian Internal Audit.
Penilaian yang objektif dan independen yang dilakukan oleh internal auditor akan menunjang efektivitas
pengendalian internal khususnya penagihan piutang usaha. Internal Audit harus melakukan pengendalian terhadap
prosedur penagihan piutang, agar menjamin bahwa proses penagihan piutang telah sesuai dengan persyaratan serta
prosedur yang telah ditetapkan dalam Standard Operational Prosedur (SOP) sebagai pedoman atau panduan bagi
seluruh personel atau sumber daya manusia (SDM) dalam melakukan aktivitas perusahaan dan sebagai alat
pengendalian bagi manajemen untuk menghindari berbagai kerugian yang berpotensi terjadi.
PT Adira Dinamika Multi Finance adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan dimana piutang
merupakan asset yang sangat berharga, sehingga fungsi internal audit merupakan hal yang sangat penting dalam
menunjang kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul mengenai analisis pengaruh peranan internal audit terhadap efektivitas prosedur penagihan piutang usaha pada
PT Adira Dinamika Multi Finance Manado.

Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peranan internal audit terhadap efektivitas
prosedur penagihan piutang usaha atas jasa pembiayaan pada PT Adira Dinamika Multi Finance Manado.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Internal Audit
Menurut Hiro Tugiman (2008:11) mendefinisikan internal audit adalah suatu fungsi penilaian yang
independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

213
Sedangkan menurut Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Randal J. Elder, Mark S. Beasley,
Alvin A. Arens (20011:482) mendefinisikan internal audit adalah aktivitas konsultasi dan assurance yang objektif
dan independen yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa internal audit merupakan kegiatan penilaian bebas,
dipersiapkan dalam organisasi sebagai suatu jasa dengan cara memeriksa dan menilai efektivitas kegiatan unit lain
untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

Tujuan Internal Audit


Menurut Akmal (2006:5) menyatakan bahwa tujuan pemeriksaan intern adalah membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya dengan melalui pendekatan yang sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan melakukan
perbaikan atas keefektivan manajemen risiko, pengendalian dan proses yang jujur, bersih dan baik.
Sedangkan menurut Sukirno Agoes (2004:222) mengemukakan tujuan pemeriksaan dilakukan oleh internal
auditor adalah:”Untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam menyelesaikan tanggung
jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian dan komentar mengenai kegiatan dalam pemeriksaan.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan internal audit adalah membantu para anggota
organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, internal auditor akan melakukan
analisis, penilaian dan mengajukan saran-saran.

Ruang Lingkup Internal Audit


Ruang lingkup internal audit adalah mengenai keefektifan sistem pengendalian internal serta pengevaluasian
terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang memiliki organisasi, serta kualitas
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
Ruang lingkup kegiatan internal audit menurut Hiro Tugiman (2006 :99) menerangkan bahwa aktivitas-
aktivitas internal audit harus meliputi ruang lingkup sebagai berikut:
1. Meninjau sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan,
rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi, serta harus
menentukan apakah organisasi telah tercapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut.
2. Meninjau cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan bila dipandang perlu memverifikasi keberadaan
harta-harta tersebut.
3. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumberdaya.
4. Meninjau berbagai operasi dan program untuk menilai apakah hasil konsisten dengan tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan dan apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

Kriteria Internal Audit


Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens dan Amir Abadi Yusuf (2011:5) menyatakan
bahwa terdapat dua hal yang harus dimiliki oleh seorang auditor yaitu ia harus independen dan kompeten.
Para pemeriksa internal harus mematuhi standar professional dalam melakukan pemeriksaan.Kode etik
menetapkan standar profesi dan menetapkan dasar bagi pelaksananya.Kode etik menghendaki standar yang tinggi
bagi kejujuran, sikap objektif, ketekunan, dan loyalitas yang harus dipenuhi oleh pemeriksa internal. Standar
profesioanal audit internal yang harus dipenuhi dalam melakukan pemeriksaan diantaranya:
a. Pengetahuan dan kecakapan.
b. Hubungan antarmanusia dan komunikasi.
c. Pendidikan berkelanjutan.
d. Ketelitian professional.

Pelaksanaan Internal Audit


Menurut Hiro Tugiman (2008:53) pelaksanaan internal audit meliputi:
1. Perencanaan harus didokumentasikan dan mencakup:
a. Menetapkan tujuan dan ruang lingkup pekerjaan.
b. Menentapkan informasi mengenai aktivitas yang diperiksa.
c. Menentukan sumber-sumber yang penting dalam melaksanakan audit.

214
d. Mengkomunikasikan dengan pihak-pihak tertentu.
e. Melakukan survey langsung.
f. Menulis program audit.
g. Menentukan kapan, kepada siapa hasil audit dikomunikasikan.
h. Mendapatkan persetujuan dan perencanaan audit.
2. Pengujian dan pengevaluasian informasi
a. Seluruh informasi yang berehubungan dengan tujuan dan ruang lingkup dikumpulkan.
b. Prosedur audit termasuk teknik pengujian dan sample harus dipilih proses pengumpulan analisis dan
intrepretasi serta dokumentasi harus diawasi untuk memelihara objektivitas.
3. Internal audit harus melaporkan hasil audit:
a. Laporan ditulis setelah pekerjaan audit selesai.
b. Audit internal harus mendiskusikan kesimpilan-kesimpulan dan rekomendasi-rekomendasi dengan
pihak manajemen.
c. Laporan audit harus objektif dan jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu.
d. Laporan harus mencakup rekomendasi untuk pemeliharaan dan pernyataan keberhasilan pelaksanaan
disertai tindakan koreksi.
e. Laporan menyatakan tujuan , ruang lingkup dan hasil pemeriksaan.
4. Pemeriksaan internal harus melakukan tindak lanjut untuk memastikan tindakan yang pantas telah
dilakaukan.

Efektivitas
Menurut Mahmudi (2007:84) mendefinisikan efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan,
semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,
program atau kegiatan.

Prosedur
Menurut Mulyadi (2007:5) mengemukakan definisi prosedur adalah suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi
perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang.

Piutang
Menurut Rusdi Akbar (2004:199) menyatakan bahwa piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan
pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat
kejadian pada masa yang lalu.

Prosedur Penagihan Piutang


Setelah terjadi piutang maka akan dilakukan penagihan terhadap para debitur. Penagihan sebaiknya dilakukan
oleh petugas yang khusus ditunjuk untuk melakukan penagiha piutang, yang disebut dengan kolektor. Adapun
proses penagihan piutang menurut Indriyo dan Basri (2002:83) diantaranya:
a. Bagian piutang menyusun daftar tagihan piutang yang jatuh tempo. Daftar tersebut akan diserahkan kepada
penagih beserta kuitansi penjualan asli.
b. Penagih langsung mendatangi pelanggan ke alamat masing-masing dan menagih piutang yang tercantum pada
daftar tagihan. Setiap pelunasan yang dilakukan pelanggan akan diberikan kuitansi penjualan yang asli yang
dicap lunas.
c. Uang hasil penagihan yang diperoleh akan diserahkan kepada kasir serta daftar tagihannya.
d. Kasir menghitung uang tagihan dan apabila sudah cocok dengan daftar tagihan maka daftar tagihan tersebut
akan diberikan cap dimana tagihan tersebut telah diterima oleh kasir. Setelah dicap daftar tagihan tersebut akan
diserahkan kembali kepada penagih atau kolekor.
e. Selanjunya bagian penagihan akan menyerahkan daftar tagihan ke bagian piutang dan akuntansi, penagihan
piutang yang diterima pada buku tambahan dan bagian akuntansi mencatat ke buku kasir dan buku besar.

215
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan proses penagihan piutang menurut Menurut Kasmir
(2003:95) yaitu:
a. Melalui Surat
Bilamana pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat beberapa hari tetapi belum dilakukan pembayaran
maka perusahaan dapat mengirim surat untuk mengingatkan atau menegur pelanggan yang belum membayar
hutangnya yang jatuh tempo.
b. Melalui Telepon
Apabila setelah pengiriman surat teguran ternyata tagihan tersebut belum juga dibayar maka bagian kredit
dapat menelepon pelanggan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran.
c. Kunjungan Personal
Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat pelanggan sering kali digunakan karena
dirasakan sangat penting dalam usaha-usaha pengumpulan piutang.
d. Tindakan Yuridis
Bilamana ternyata pelanggan tidak mau membayar kewajibannya maka perusahaan dapat menggunakan
tindakan-tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti / Penelitian
tahun
1. Moh. Pengaruh audit Untuk Kuantitatif. Audit internal Peneliti Objek yang
Taufan internal dalam mengetahui yang sebelumnya diteliti berbeda.
Supadrijo menunjang pengaruh audit dilaksanakan telah Peneliti
no (2006) efektivitas internal dalam pada PT. melakukan sebelumnya
pengendalian menunjang Telekomunikasi penelitian menggunakan
internal piutang efektivitas Indonesia Divre terhadap korelasi rank-
usaha pada PT. pengendalian II sudah variabel yang spearman untuk
Telekomunikasi internal piutang memadai sama yaitu uji pengaruh
Indonesia Divre usaha atas kredit sehingga audit internal sedangkan
II yang terjadi pada berpengaruh dan piutang peniliti
PT. dalam usaha. menggunakan uji
Telekomunikasi menunjang statistik chi-
Indonesia Divre efektivitas square.
II. pengendalian
internal piutang
usaha.
2. Sulaeman Analisis prosedur Untuk Deskriptif. Prosedur Peneliti Penelitian
(2012) pengendalian mengetahui pengendalian sebelumnya sebelumnya
intern piutang apakah piutang usaha telah hanya meneliti
usaha pada Astra pengendalian pada Astra Credit melakukan satu variabel dan
Credit intern yang telah Companies Cab. penelitian metode yang
Companies Cab. dilakukan oleh Makassar terhadap digunakan adalah
Makassar Astra Kredit berjalan efektif, variabel yang deskriptif
Companies Cab. dimana sama yaitu sedangkan
Makassar sudah manajemen prosedur peniliti sekarang
efektif dan sesuai perusahaan pengendalian menggunakan
dengan prinsip sudah akan piutang metode
pengendalian menerapkan usaha. kuantitatif dalam
intern piutang konsep dasar dan penelitian.
usaha. prinsip-prinsip
pengendalian
intern.
Sumber: Data Olahan

216
Hipotesis
Penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) digunakan dengan tujuan mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara internal audit terhadap efektivitas prosedur penagihan piutang. Perumusan Ho dan Ha sebagai
berikut:
Ho = 0 tidak terdapat pengaruh antara peranan internal audit terhadap efektivitas prosedur penagihan piutang
Ha ≠ 0 terdapat pengaruh antara peranan internal audit terhadap efektivitas prosedur penagihan piutang

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian berbentuk penelitian kuantitatif lalu
mendeskripsikannya dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antar variabel, melalui pendekatan
kuantitatif dan tes statistik.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada PT Adira DInamika Multi Finance Manado, Jl. Ahmad Yani No. 10 D-E Sario,
Manado, Kode Pos 95114. Waktu dilakukannya penelitian ini yaitu akhir bulan November 2013 sampai bulan
Januari 2014.

Prosedur Penelitian
Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan judul penelitian.
2. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah.
3. Menentukan metode penelitian yang akan digunakan.
4. Pengumpulan data yang dilakukan pada PT Adira Dinamika Multi Finance Manado.
5. Pengolahan dan analisis data yang telah dikumpulkan.
6. Merumuskan hasil penelitian dan pembahasan.
7. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran.

Populasi dan Sampel


Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian
dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. (Kuncoro, 2001:bab 3). Populasi
penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Adira Dinamika Multi Finance yang berjumlah 76 karyawan.
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi. (Kuncoro, 2001:bab 3). Pengambilan
sampel penelitian menggunakan metode random sampling dimana sampel diambil dari separuh jumlah populasi
yang diperlukan yaitu 34 orang. Terdiri dari 9 orang bagian finance, 11 orang ARO (Account Receivable Officer), 4
orang remedial admin, 6 orang messanger. 2 orang teller, 2 orang customer services.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melaksanakan tanya jawab langsung kepada pegawai
yang mempunyai wewenang untuk memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan.
2. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada
responden untuk menjawabnya.
3. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung atau seksama
pada pelaksanaan operasi perusahaan atau instansi, sejalan dengan judul diatas agar mendapatkan data yang
objektif dan sistematis.
4. Library Research, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku, referensi dan
literature yang berhubungan dengan penyusunan laporan akhir.

217
Metode Analisis Data
Variabel Internal Audit dan Efektivitas Prosedur Penagihan Piutang Dagang diukur menggunakan skala
Likert. Skala Likert menurut Sugiyono (2008:132), dalam bukunya metode penelitian bisnis adalah skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi sesorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Kuesioner yang digunakan penulis bersifat tertutup dengan jawaban yang sudah ditentukan terlebih dahulu
dan tidak ada jawaban yang lain. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai negatif serta jawaban itu dapat diberi skor, yaitu:
a. Sangat Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
b. Setuju/sering/positif diberi skor 4
c. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
d. Kurang Setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
e. Tidak setuju/tidak pernah/diberi skor 1
Untuk menilai variabel x dan variabel y, maka anlisis yang digunakan berdasarkan rata-rata dan masing-
masing variabel. Nilai rata-rata didapat dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian
dibagi dengan jumlah responden dan selanjutnya untuk menetukan rata-rata tersebut digunakan rumus rata-rata
yang terdapat pada buku statistik untuk penelitian karangan sugiyono (2008:43), sebagai berikut:

keterangan: x = rata-rata nilai x n = jumlah responden y = rata-rata nilai y


me = rata-rata mean xi = nilai x ke-i sampai ke-n yi = nilai y ke-i sampai ke-n
Setelah didapat rata-rata (mean) dari masing-masing variabel kemudian dibandingkan dengan kriteria yang
penulis tentukan berdasarkan nilai terendah dan nilai tertinggi dari hasil kuesioner.
Nilai variabel x terdapat 20 pertanyaan, nilai tertinggi variabel x adalah 5 sehingga (5 x 20 = 100) sedangkan
nilai terendah varibel x adalah 1 sehingga (1 x 20 = 20), untuk nilai variabel y terdapat 15 pertanyaan, nilai tertinggi
variabel y adalah 5 sehingga (5 x 15 = 75) sedangkan nilai terendah variabel y adalah 1 sehingga (1 x 15 = 15).
Atas dasar nilai tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat ditentukan rentang interval yaitu total nilai
tertinggi dikurangi total nilai terendah dibagi jumlah kriteria. Dengan demikian, dapat ditentukan panjang interval
kelas masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Kriteria untuk menilai peranan internal audit (variabel x) pada suatu perusahaan. Rentang (100 – 20 = 80) jadi
80 : 5 = 16, dengan demikian dapat diperoleh kriteria penilaian sebagai berikut:
a. 84 - 100 dengan kriteria sangat memadai
b. 68 - 83 dengan kriteria memadai
c. 52 - 67 dengan kriteria cukup memadai
d. 36 - 51 dengan kriteria kurang memadai
e. 20 - 35 dengan kriteria tidak memadai
2. Kriteria untuk menilai efektivitas prosedur penagihan piutang (variabel y) pada suatu perusahaan. Rentang (75
– 15 = 60) jadi 60 : 5 = 12, dengan demikian dapat diperoleh kriteria penilaian sebagai berikut:
a. 63 – 75 dengan kriteria sangat efektif
b. 51 - 62 dengan kriteria efektif
c. 38 - 50 dengan kriteria cukup efektif
d. 25 - 37 dengan kriteria kurang efektif
e. 12-24 dengan kriteria tidak efektif

Pengujian Hipotesis
Hipotesis akan diuji dengan menggunakan statistik Chi Square dengan menggunakan rumus (M. Iqbal
Hasan,MM) yaitu:

Dimana : X² = Nilai X² hitung n = Jumlah Populasi


Df = [baris - 1] [kolom - 1] α =5%

218
Uji Chi Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur
kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sejarah Singkat PT Adira Dinamika Multi Finance
PT Adira Dinamika Multi Finance atau Adira Finance didirikan pada tahun 1990 dan mulai beroperasi pada
tahun 1991. Sejak awal Perusahaan telah berkomitmen untuk menjadi perusahaan yang terbaik dan terkemuka di
sektor pembiayaan yang melayani pembiayaan beragam merek, baik untuk sepeda motor maupun mobil, baru
maupun bekas. Melihat pada adanya potensi untuk mengembangkan usaha lebih lanjut, Adira Finance melakukan
penawaran umum perdana atas sahamnya pada tahun 2003, yang mana Bank Danamon menjadi pemegang saham
mayoritas.

Struktur Organisasi PT Adira Dinamika Multi Finance Manado


Struktur organisasi pada PT Adira Dinamika Multi Finance Manado dipimpin oleh seorang Branch Manager
dan seorang branch HRDGA Head yang membawahi Marketing Head, Credit Analyst, Account Receivable Head,
Administration Head, dan Operation Head yang mempunyai tugas dan wewenang masing.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


A. Tanggapan Responden Mengenai Peranan Internal Audit (X)
Deskripsi untuk variabel X (Peranan Internal Audit) dilakukan dengan menghitung sebaran jawaban responden atas
item pernyataan mengenai peranan internal audit yang terdiri dari 20 pertanyaan. Hal ini dapat ditunjukan dalam
tabel sebagai berikut :
TABEL 2
Tanggapan Responden Mengenai Peranan Internal Audit pada PT Adira DinamikaMulti Finance
Jumlah Skor per item pertanyaan variabel X
Total
Pertanyaan: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah
Skor
156 150 150 156 154 152 146 150 148 148 150 148 152 152 150 152 152 150 152 142 3010
34
Responden
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 2 diatas, dengan kriteria perhitungan yang telah ditetapkan, sebagai berikut:
me = me = 88,53
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat dipastikan bahwa tanggapan responden mengenai peranan
internal audit memiliki skor total rata-rata 88,53 yang termasuk kedalam golongan interval 84 – 100. Dengan
demikian, peranan internal audit pada PT Adira Dinamika Multi Finance tergolong kedalam kriteria Sangat
Memadai. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
1. Kriteria Auditor
TABEL 3
Presentase Jawaban Responden Mengenai Kriteria Auditor
Frekuensi Jawaban Berdasarkan Peringkat Jawaban Persentase Jawaban (%)
Pertanyaan
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P1 20 14 0 0 0 0.59 0.41 0.00 0.00 0.00
P2 14 20 0 0 0 0.41 0.59 0.00 0.00 0.00
P3 14 20 0 0 0 0.41 0.59 0.00 0.00 0.00
P4 20 14 0 0 0 0.59 0.41 0.00 0.00 0.00
P5 18 16 0 0 0 0.53 0.47 0.00 0.00 0.00
P6 16 18 0 0 0 0.47 0.53 0.00 0.00 0.00
P7 10 24 0 0 0 0.29 0.71 0.00 0.00 0.00
P8 14 20 0 0 0 0.41 0.59 0.00 0.00 0.00
P9 12 22 0 0 0 0.35 0.65 0.00 0.00 0.00
P10 15 16 3 0 0 0.44 0.47 0.09 0.00 0.00
P11 14 20 0 0 0 0.41 0.59 0.00 0.00 0.00
P12 12 22 0 0 0 0.35 0.65 0.00 0.00 0.00
Total 179 226 3 0 0 5.26 6.65 0.09 0.00 0.00
Rata-Rata 0.44 0.55 0.01 0.00 0.00
Sumber: Diolah dari data primer

219
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa berdasarkan tanggapan responden mengenai kriteria auditor dalam
peranan internal audit berdasarkan peringkat jawaban yang telah ditetapkan, dari sejumlah responden sebanyak 34
orang, sebanyak 0,44% menjawab sangat setuju, 0,55% menjawab setuju dan 0,01% menjawab ragu-ragu. Dengan
demikian responden lebih banyak menjawab pada interval setuju dan sangat setuju dengan jumlah rata-rata 0.99%,
dimana, dalam hal ini indepedensi sangat diperlukan dan dilaksanakan oleh seorang internal auditor dalam
melakukan tugas pemeriksaan. Dari hasil jawaban responden diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria seorang
internal audit pada PT Adira Dinamika Multi Finance sudah dikatakan telah memenuhi kriteria sebagai seorang
internal auditor.
2. Ruang Lingkup
TABEL 4
Persentase Jawaban Responden mengenai Ruang Lingkup
Frekuensi Jawaban Berdasarkan Peringkat Jawaban Persentase Jawaban (%)
Pertanyaan
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P13 16 18 0 0 0 0.47 0.53 0.00 0.00 0.00
P14 16 18 0 0 0 0.47 0.53 0.00 0.00 0.00
P15 14 20 0 0 0 0.41 0.59 0.00 0.00 0.00
P16 16 18 0 0 0 0.47 0.53 0.00 0.00 0.00
Total 62 74 0 0 0 1.82 2.18 0.00 0.00 0.00
Rata-Rata 0.46 0.54 0.00 0.00 0.00
Sumber: Diolah dari data primer
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa berdasarkan tanggapan responden mengenai kompetensi dalam peranan
internal audit. Berdasarkan tabel 4.3 diatas bahwa dari sejumlah responden sebanyak 34 orang sebanyak 0,46%
menjawab sangat setuju dan 0,54% menjawab setuju. Dengan demikian responden lebih banyak menjawab setuju
dengan rata-rata sebanyak 0,54%. Dari hasil jawaban responden mengenai ruang lingkup dapat disimpulkan bahwa
internal audit melakukan pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektivan sistem pengendalian internal
yang dimiliki oleh organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab sudah baik dan memadai.
3. Langkah-Langkah Audit
TABEL 5
Presentase Jawaban Responden Mengenai Langkah-Langkah Audit
Frekuensi Jawaban Berdasarkan Peringkat Jawaban Persentase Jawaban (%)
Pertanyaan
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P17 16 18 0 0 0 0.47 0.53 0.00 0.00 0.00
P18 14 20 0 0 0 0.41 0.59 0.00 0.00 0.00
P19 16 18 0 0 0 0.47 0.53 0.00 0.00 0.00
P20 11 18 5 0 0 0.32 0.53 0.15 0.00 0.00
Total 57 74 5 0 0 1.68 2.18 0.15 0.00 0.00
Rata-Rata 0.42 0.54 0.04 0.00 0.00
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.4 diatas bahwa tanggapan responden dari sejumlah responden sebanyak 34 orang,
sebanyak 0,42% menjawab sangat setuju dan 0,54% menjawab setuju, dan 0,04% menjawab ragu-ragu. Dengan
demikian responden lebih banyak menjawab pada interval setuju dan sangat setuju dengan jumlah rata-rata 0,96%,
jadi dapat disimpulkan bahwa internal audit pada PT Adira Dinamika Multi Finance sudah sesuai dengan langkah-
langkah audit.
B. Tanggapan Responden Mengenai Prosedur Penagihan Piutang Usaha
Deskripsi untuk variabel Y (Efektivitas Prosedur Penagihan Piutang Usaha) dilakukan dengan menghitung
sebaran jawaban responden atas item pernyataan mengenai Efektivitas Prosedur Penagihan Piutang Usaha yang
terdiri dari 15 pertanyaan. Hal ini dapat ditunjukan dalam tabel berikut ini:
TABEL 6.
Tanggapan Responden Mengenai Efektivitas Prosedur Penagihan Piutang Usaha Pada PT Adira Dinamika Multi Finance
Jumlah Skor per item pertanyaan variabel Y
Total
Pertanyaan: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jumlah
Skor
154 160 154 160 152 150 156 158 154 150 140 152 144 144 150 2278
34
Responden
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 6 diatas, maka tanggapan 34 responden mengenai efektivitas prosedur penagihan piutang
usaha dapat dilihat dari perhitungan sebagai berikut:

220
me = me = 67
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat dipastikan bahwa tanggapan responden mengenai efektivitas
prosedur penagihan piutang usaha memiliki skor total rata-rata 67 yang termasuk kedalam golongan interval 63 -
75. Dengan demikian efektivitas prosedur penagihan piutang pada PT Adira Dinamika Multi Finance tergolong
kedalam kriteria Sangat Efektif. Dimana prosedur penagihan piutang telah dijalankan dengan semestinya oleh
bagian-bagian yang terkait pada prosedur penagihan piutang, sehingga perputaran modal kerja dan perputaran
aktiva perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator berikut:
1. Penyusunan Daftar Tagihan Piutang Yang Telah Jatuh Tempo
Berdasarkan sebaran jawaban responden untuk pernyataan mengenai efektivitas prosedur penagihan piutang
usaha, maka tanggapan responden mengenai data piutang usaha dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 7
Presentase Jawaban Responden Mengenai Penyusunan Daftar Tagihan Piutang Yang Jatuh Tempo
Frekuensi Jawaban Berdasarkan Peringkat Jawaban Persentase Jawaban (%)
Pertanyaan
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P1 18 16 0 0 0 0.53 0.47 0.00 0.00 0.00
P2 24 10 0 0 0 0.71 0.29 0.00 0.00 0.00
P3 18 16 0 0 0 0.53 0.47 0.00 0.00 0.00
P4 22 10 2 0 0 0.65 0.29 0.06 0.00 0.00
P5 16 18 0 0 0 0.47 0.53 0.00 0.00 0.00
P6 16 16 2 0 0 0.47 0.47 0.06 0.00 0.00
Total 114 86 4 0 0 3.35 2.53 0.12 0.00 0.00
Rata-Rata 0.56 0.42 0.02 0.00 0.00
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.6 diatas bahwa dari sejumlah responden sebanyak 34 orang sebanyak 0,57% menjawab
sangat setuju dan 0,43% menjawab setuju dan 0,02% menjawab ragu-ragu. Dengan demikian responden lebih
banyak menjawab pada interval sangat setuju dan setuju dengan jumlah rata-rata jawaban sebanyak 0,98%. Dalam
hal ini bagian piutang selalu melakukan pendataan terhadap pelanggan yang memiliki piutang yang telah jatuh
tempo dan data tersebut diserahkan kepada bagian penagih untuk melakukan penagihan.
2. Penagih Langsung Mendatangi Pelanggan
Tabel 8
Presentase Jawaban Responden Mengenai Penagih Langsung Mendatangi Pelanggan
Frekuensi Jawaban Berdasarkan Peringkat Jawaban Persentase Jawaban (%)
Pertanyaan
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P7 20 14 0 0 0 0.59 0.41 0.00 0.00 0.00
P8 22 12 0 0 0 0.65 0.35 0.00 0.00 0.00
P9 18 16 0 0 0 0.53 0.47 0.00 0.00 0.00
Total 60 42 0 0 0 1.76 1.24 0.00 0.00 0.00
Rata-Rata 0.59 0.41 0.00 0.00 0.00
Sumber: Diolah dari Data Primer
Berdasarkan tabel 8 diatas bahwa dari sejumlah responden sebanyak 34 orang sebanyak 0,59% menjawab
sangat setuju, dan 0,41% menjawab setuju. Dengan demikian responden lebih banyak menjawab pada interval
sangat setuju dan setuju dengan jumlah rata-rata jawaban sebanyak 100%. Sehingga dapat disimpulkan para
penagih dalam melakukan penagihan selalu mendatangi langsung kepada pelanggan.
3. Penyerahan Hasil Penagihan
TABEL 9
Presentase Jawaban Responden Mengenai Penyerahan Hasil Penagihan Pada PT Adira Dinamika Multi
Finance
Frekuensi Jawaban Berdasarkan Peringkat Jawaban Persentase Jawaban (%)
Pertanyaan
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P10 16 16 2 0 0 0.47 0.47 0.06 0.00 0.00
Total 16 16 2 0 0 0.47 0.47 0.06 0.00 0.00
Rata-Rata 0.47 0.47 0.06 0.00 0.00
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 9 diatas bahwa dari sejumlah responden sebanyak 34 orang sebanyak 0,47% menjawab
sangat setuju, 0,47% menjawab setuju dan sebanyak 0.06% menjawab ragu-ragu. Dengan demikian responden lebih

221
banyak menjawab pada interval setuju dan sangat setuju dengan jumlah rata-rata jawaban sebanyak 0,94%.
Sehingga dalam prosedur penagihan ini para penagih senantiasa melakukan penyerahan atas hasil penagihan.
4. Evaluasi Hasil Penagihan dan Daftar Tagihan
TABEL 10
Presentase Jawaban Responden Mengenai Evaluasi Hasil Penagihan dan Daftar Tagihan
Frekuensi Jawaban Berdasarkan Peringkat Jawaban Persentase Jawaban (%)
Pertanyaan
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P11 14 10 10 0 0 0.41 0.29 0.29 0.00 0.00
Total 14 10 10 0 0 0.41 0.29 0.29 0.00 0.00
Rata-Rata 0.41 0.29 0.29 0.00 0.00
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 10 diatas bahwa dari sejumlah responden sebanyak 34 orang sebanyak 0,41% menjawab
sangat setuju, 0,29% menjawab setuju dan sebanyak 0,29% menjawab ragu-ragu. Dengan demikian responden lebih
banyak menjawab pada setuju dan sangat setuju yaitu sebanyak 70%. Dalam mengevaluasi hasil penagihan dari data
di atas masih ada yang melaksanakan evaluasi dari penagihan.
5. Penyerahan Daftar Tagihan Ke Bagian Piutang dan Akuntansi
Tabel 11
Presentase Jawaban Responden Mengenai Penyerahan Daftar Tagihan Ke Bagian Piutang dan Akuntansi
Frekuensi Jawaban Berdasarkan Peringkat Jawaban Persentase Jawaban (%)
Pertanyaan
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P12 16 18 0 0 0 0.47 0.53 0.00 0.00 0.00
P13 14 14 6 0 0 0.41 0.41 0.18 0.00 0.00
P14 12 18 4 0 0 0.35 0.53 0.12 0.00 0.00
P15 16 16 2 0 0 0.47 0.47 0.06 0.00 0.00
Total 58 66 12 0 0 1.71 1.94 0.35 0.00 0.00
Rata-Rata 0.43 0.49 0.09 0.00 0.00
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 11 diatas bahwa dari sejumlah responden sebanyak 34 orang, sebanyak 0,43% menjawab
sangat setuju, 0,49% menjawab setuju dan sebanyak 0.09% menjawab ragu-ragu. Dengan demikian responden lebih
banyak menjawab pada interval setuju dan sangat setuju dengan jumlah rata-rata jawaban sebanyak 0,49%.
Sehingga dalam dimensi ini para penagih selalu melakukan pelaporan dan penyerahan kembali daftar tahihan dan
hasil penagihan kepada bagian piutang dan bagian akuntansi.

C. Uji Statistik Chi-Square


Analisis Pengaruh Peranan Internal Audit Terhadap Efektivitas Prosedur Penagihan Piutang Usaha PT
Adira Dinamika Multi Finance Manado
Perhitungan nilai statistik pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji statistik chi-square pada α=0,05 dan
df=1 dengan batas kemaknaan X² tabel > 3,84 bila X² hitung > X² tabel yang berarti ada pengaruh atau hubungan
yang bermakna (signifikan) dan apabila X² hitung < dari X² tabel maka tidak ada pengaruh atau hubungan yang
bermakna.
Peranan internal audit terhadap efektivitas prosedur penagihan piutang dapat di kategorikan menjadi dua
kelompok baik ( ) dan kurang baik ( ) dengan jumlah responden 34 orang dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini :
TABEL 12
Pengaruh Peranan Internal Audit Terhadap Efektivitas Prosedur Penagihan Piutang Usaha PT Adira Dinamika
Multi Finance
Efektivitas Prosedur Penagihan Piutang Usaha
Variabel Internal Jumlah Kemaknaan
Efektif Tidak Efektif
Audit
n % n % N %
Baik 14 82.35 3 17.65 17 100
= 9,56
Kurang Baik 4 23.53 13 76.47 17 100
Bermakna
Jumlah 18 16 34
Sumber: Data Olahan
Dari tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa proporsi karyawan yang mengalami keefektifan prosedur
penagihan piutang usaha yang peranan internal audit baik 82,35% dibandingkan dengan yang peranan internal
auditnya kurang baik 23,53% yang mengalami keefektifan prosedur penagihan piutang usaha.
Dari hasil uji Chi-Square pada pada α=0,05 dan df=1 dimana X² hitung = 9,56 > X² tabel = 3,84 ini berarti
ada pengaruh atau hubungan yang bermakna antara peranan internal audit terhadap efektivitas prosedur penagihan
piutang usaha. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh atau hubungan yang bermakna

222
antara peranan internal audit terhadap efektivitas prosedur penagihan piutang usaha tepat terbukti. Hal ini
menunjukan hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.

PENUTUP
Kesimpulan
1. Pelaksanaan Peranan Internal Audit pada PT Adira Dinamika Multi Finance sangat memadai.
2. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan efektivitas prosedur penagihan piutang usaha pada
PT Adira Dinamika Multi Finance dikatakan sudah sangat efektif.
3. Adanya pengaruh atau hubungan yang bermakna antara peranan internal audit terhadap efektivitas
prosedur penagihan piutang usaha PT Adira Dinamika Multi Finance dengan = 9,56. Hal
ini berarti dengan adanya peranan internal audit yang baik, maka dapat menunjang efektifnya
prosedur penagihan piutang usaha.

Saran
1. Bagi Pimpinan PT. Adira Dinamika Multi Finance: Bagi pimpinan PT Adira Dinamika Multi Finance
disarankan agar dapat melaksanakan peranan internal auditnya dengan lebih baik lagi untuk dapat
menunjang keefektifan prosedur penagihan piutang usaha perusahaan.
2. Bagi Peneliti: Pada penelitian yang akan datang agar dapat meneliti variabel-variabel yang belum diteliti
sesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar. Rudi, (2004), Akuntansi Pengantar, UPP YKPN, Yogyakarta. http://vangaliputra.com/2011/05/definisi-


piutang.html, Diakses pada 18 November 2013
Akmal, (2006), Pemeriksaan Intern, Indeks, Indonesia.
Gitasudarmo. Indriyo & Basri H, (2002), Manajemen Keuangan, Edisi 4, BPFE UGM.
http://syafrizalhelmi.com/2008/06/kebijakan-piutang.html, Diakses pada 18 November 2013
Kasmir, (2003), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo, Persada, Jakarta.
http://syafrizalhelmi.com/2008/06/kebijakan-piutang.html, Diakses 18 November 2013
Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga
Mahmudi, (2007), Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Mulyadi, (2007), Sistem Akuntansi, Edisi ke-tiga, Salemba Empat, Jakarta.
Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens dan Amir Abadi Yusuf (2011), Jasa Audit Dan Issurance,
Salemba Empat, Jakarta.
Soekrisno, Agoes. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi Ketiga. Jakarta:
Lembaga Penerbitan FEUI.
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung
Tugiman. Hiro, (2008), Standar Profesional Audit Internal, Kanisisus, Yogyakarta.

223
ANALISIS ALOKASI BIAYA BERSAMA UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK
PRODUKSI PADA UD. VANELA

Farahdiba
Grace B. Mogi
Stanly Kho Walandow

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : farahdibararaa@gmail.com

ABSTRAK
Biaya bersama adalah biaya yang diolah secara bersama seperti biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik untuk menghasilkan beberapa produk. Dimana perhitungan alokasi biaya bersama bertujuan untuk menghitung harga
pokok dan menentukan persediaan untuk tujuan pelaporan eksternal, Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan
analisis alokasi biaya bersama dalam penentuan harga pokok produksi yang tepat pada UD. Vanela. Metode yang digunakan
dalam perhitungan biaya bersama ini adalah metode nilai jual relative. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa alokasi biaya
bersama berdasarkan tabel perbandingan bahwa perbedaan pengalokasian biaya berbeda karena UD. Vanela
memperhitungkan harga pokok produk untuk keseluruhan produk sehingga biaya-biaya yang seharusnya dialokasikan tiap
produk tidak dialokasikan dengan sesuai, sedangkan untuk perhitungan alokasi biaya bersama sesuai dengan pengalokasian
biaya yang seharusnya. Dengan menggunakan metode nilai jual relative pengalokasian biaya menjadi lebih jelas sesuai
dengan yang seharusnya dan berdasarkan sumber buku yang ada.

Kata kunci : Biaya Bersama, Harga Pokok Produksi.

ABSTRACT
Joint cost is the cost that processing together at the same time as the cost of direct labor and factory overhead costs
to produce multiple product. To determining of joint cost need to calculation the cost of production, that purpose was to
calculate and determining supply of external report, the aim of this research is to doing analysis the allocation of joint cost in
determining cost of production on Vanela. The method of this research is relative sales value method. The final conclution is
that the joint cost allocation is based on a comparison table that difference in cost allocation is different because Vanela take
into account the overall cost of the product to the product so the cost should be allocated costs of each product are not
allocated according to the calculation of cost allocation, and for the calculation of joint cost is according with the allocation
of costs that should be. If using the relative sales value method the cost of allocation becomes more obvious as it should be
and based on the book.

Key word : Joint Cost, Cost of Production

224
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Begitu banyak perusahaan yang telah meniti karir dibidangnya dan telah menuai kesuksesannya maupun
yang masih baru akan mulainya, sehingga menimbulkan begitu banyak persaingan pula, oleh karenanya setiap
perusahaan harus mempunyai strategi tersendiri untuk terus mengembangkannya. Dimana dalam hal ini pihak
manajemen sangat berperan penting dalam menentukan keputusan dalam proses penentuan biaya-biaya dan
pengalokasian biaya, oleh karenanya pihak manajemen harus berhati-hati dalam pengalokasian biaya.

Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada masing-masing produk sehingga diperlukan alokasi biaya.
Dengan pengaalokasian biaya maka perusahaan dapat menghitung harga pokok produksi dan menentukan nilai
persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan internal dan eksternal. UD. Vanela merupakan home industri yang
mengelola Kue Pia Kering menjadi 3 rasa yaitu Pia cokelat, Pia keju, dan Pia kacang hijau. Yang tentunya
membutuhkan pengalokasian biaya dari segi bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Dalam hal ini UD. Vanela tidak menggunakan metode khusus untuk melakukan penjualannya dalam
menentukan harga pokok produksi pada pia cokelat, pia keju dan pia kacang hijau. UD. Vanela hanya
memperhitungkan pendapatan dan pengeluaran berdasarkan penggunaan bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik untuk per bulan. Oleh karena itu dibutuhkan pengalokasian biaya terhadap UD. Vanela agar
biaya-biaya teralokasikan dengan benar.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, untuk melakukan analisis alokasi biaya
bersama dalam penentuan harga pokok produksi pada UD. Vanela.

Manfaat Penelitian
1. Perusahaan, sebagai bahan evaluasi dalam pengalokasian biaya bersama dan sebagai sumbangan
pemikiran dalam menentukan harga pokok produk yang tepat .
2. Bagi Pihak Manajemen, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan refrensi dalam
melakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Penulis, Untuk lebih menerapkan teori dalam praktek mengenai alokasi biaya bersama dalam menentukan
harga pokok produksi.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Biaya Bersama


Definisi biaya bersama menurut Mulyadi (2012 ; 333) Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya
overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan
yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara masa.
Dan menurut Mulyadi (2012 : 333) biaya bersama dapat diartikan sebagai overhead bersama (joint
overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara masa.

Tujuan Alokasi Biaya Bersama


Secara umum alokasi biaya tersebut ditujukan untuk berbagai alasan sebagai berikut (Bastian Bustami
dan Nurlela 2009 : 149):
1. Untuk menghitug harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan internal
2. Menghitung harga pokok dan menentukan persediaan untuk tujuan pelaporan eksternal
3. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi
4. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak
5. Biaya bahan yang hancur
225
6. Menentukan biaya departemen atau devisi untuk tujuan pelaporan kinerja eksekutif
7. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan peraturan harga.
Selain dari tujuan-tujuan diatas, Mursyidi (2008 :165) juga memaparkan bahwa analisis biaya bersama dapat
dijadikan informasi untuk perencanaan laba sekaligus penentuan harga jual yang relatif bersaing untuk setiap jenis
produk bersama.

Karakteristik Biaya Bersama


Karakteristik produk bersama menurut Abdul Halim (2012;232) adalah sebagai berikut:
1. Produk bersama mempunyai hubungan fisik yang sangat erat satu sama lain dalam proses produksinya. Bila
ada tambahan kuantitas untuk menambah unit produk yang lain maka kuantitas produk yang lain akan
bertambah secara proporsional.
2. Tidak ada satu produk pun dari produk bersama yang secara signifikan nilainya lebih tinggi dari produk lain.
3. Dalam proses produk bersama dikenal istilah “titik pisah” yakni saat terpisahnya (split-off) masing-masing
jenis produk yang dihasilkan dari bahan baku, tenaga kerja dan overhead yang telah dinikmati produk secara
bersama-sama.
4. Setelah terpisah (split- off) produk berdiri sendiri-sendiri yang mungkin langsung dijual atau mungkin pula
harus diproses lebih lanjut untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan.

Pengertian Split Off


Perusahaan bekerja dan berproduksi secara bersama-sama atau berbarengan dan sampai suatu titik
tertentu produk yang dihasilkan dipisahkan dan menjadi barang-barang lain yang berbeda. Titik inilah dinamakan
sebagai titik pisah batas atau split off point.

Metode Alokasi Biaya Bersama


Metode alokasi biaya bersama menurut Abdul Halim (2012 ; 234) :
1. Metode Nilai Harga Jual
Menurut metode ini biaya bersama dialokasikan menurut nilai harga jual dari masing-masing atau jenis
produk. Menurut metode ini pengalokasian biaya bersama dapat menimbulkan situasi :
a. Bila harga jual sudah diketahui saat split off
maka biaya bersama dialokasikan ke masing-masing jenis produk dengan cara membagi total nilai jual
seluruh produk yang diproduksi yang akan menghasilkan rasio dari masing-masing jenis produk. Rasio ini
kemudian dilakalikan dengan total biaya bersama.
b. Harga jual tidak diketahui pada saat split off
Harga jual produk bersama pada saat split off sangat mungkin tidak diketahui terutama sekali bila produk
tersebut masih memerlukan proses produksi lebih lanjut.
2. Metode Unit Kuantitas
Menurut metode ini dasar alokasi dari biaya bersama adalah jumlah kuantitas yang diproduksi untuk masing-
masing produk. Satuan kuantitas yang dimaksud dalah seperti unit, ton, kilogram, buah, biji, meter dan lain
sebagainnya.
3. Metode Harga Pokok Per Unit
Menurut metode ini alokasi biaya bersama didasarkan pada harga pokok per unit dari keseluruhan produk
yang dihasilkan. Untuk menghitung harga pokok per unit tersbut dapat dilakukan dengan :
a. Metode rata-rata sederhana
Dalam metode rata-rata sederhana untuk mendapatkan harga pokok per unit adalah dengan membagi total
biaya bersama dengan total kuantitas yang diproduksi.
b. Metode rata-rata tertimbang
Metode ini mendapatkan dasar alokasi diperlukan suatu penimbang atau bobot.

226
Harga Pokok Produksi
Menurut Hansen and Mowen ( 2006), harga pokok poduksi merupakan jumlah biaya barang yang
diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan ke barang yang diselesaikan adalah biaya
produksi dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Harga pokok produksi dalah biaya
yang dibeli untuk proses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan (Hongren et al,
2006).

Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Unsur-unsur biaya produksi atau jasa menurut Hansen dan Mowen (2003:42), dapat diklasifikasi dalam
tiga jenis yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku merupakan dasar yang akan digunakan untuk membentuk bagian yang menyeluruh menjadi
produk jadi. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi dapat diperoleh melalui pembelian lokal, impor
atau dari pengelolaan sendiri.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja merupakan kegiatan fisik yang dilakukan oleh karyawan untuk mengolah suatu produk. Biaya
tenaga kerja meliputi biaya-biaya yang berkaitan dengan penghargaan dalam bentuk upah yang diberikan
kepada semua tenaga kerja yang secara langsung ikut serta dalam pengerjaan produk.
3. Biaya Overhaed Pabrik
Pada umumnya dalam suatu perusahaan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya
produksi langsung. Semua biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang berhubungan
dengan produksi adalah biaya produksi tidak langsung.

Penelitian Terdahulu
penelitian dari Sunarmi (2012) yang berjudul “Analisis Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk Bersama
Sate Kambing dan Tongseng pada UD. Pak Bardan”. Novi Rusdiani (2012) yang berjudul “Pengalokasian Biaya
Bersama Pada Produk Utama dan Produk Sampingan Pada Pabrik Gula Gempolkrep Mijokerto”.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Menurut Sugiono
(2012:7) Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi
yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada UD. Vanela berlokasi di Malalayang, Jl. Sea Lorong Emanuel no 7A
Manado. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013-Januari 2014.

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
1. Data Kualitatif, data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau dalam angka. Data kualitatif diperoleh
melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen atau observasi.
Data kualitatif yang nantinya akan diambil seperti wawancara mengenai proses produksi pada UD. Vanela.
2. Data Kuantitatif, data yang diukur dalam suatu skala numerik atau dalam angka. Data kuantitatif terdiri dari
biaya produksi yaitu bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dan jumlah produksi.
Sumber Data
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan seperti data
mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi , tentang pembagian tugas. Dan yang diperoleh dari

227
teknik wawancara, kemudian akan diolah penulis, seperti : wawancara dengan staf bagian yang berkaitan
dengan data-data produksi UD. Vanela mengenai proses produksi, biaya produksi dan jumlah produksi.

2 Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari penelitian orang lain atau sumber yang telah dipublikasikan sehingga
data tersebut telah tersedia seperti data yang dapat di peroleh melalui perpuskatakaan umum. Dalam
penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah penelitian terdahulu yang mempunyai judul yang hampir
serupa dengan yang sedang diteliti saat ini sehingga menjadi sumber acuan untuk membuat penelitian ini, dan
selain itu buku-buku yang terkait pun juga menjadi acuan penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti secara lebih bebas dan leluasa tanpa
terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini proses
wawancara yang diajukan kepada owner adalah wawancara mengenai hal-hal yang terkait dengan judul
peneliti seperti: sejarah singkat perusahaan, data penggunaan bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead yang kemudian akan diolah kedalam pengalokasian biaya bersama.

2. Metode Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung di lapangan yang dilakukan oleh seorang peneliti. Dalam
penelitian ini, yang diobservasi adalah perusahaan UD. Vanela yang menjadi tempat penelitian peneliti untuk
memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan.

Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dalam hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan biaya-biaya yang terkait, kemudian mengelompokannya kedalam biaya-biaya overhead pabrik,
biaya tenaga kerja, dan biaya bahan baku untuk menentukan harga pokok produksi sesuai dengan teori yang ada.

HASIL PENENITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Proses Produksi UD. Vanela
Proses produksi pia kering ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap pertama : Semua bahan baku dicampur kemudian dibagi dalam 3 adonan untuk rasa cokelat, rasa keju,
dan rasa kacang hijau.
2. Tahap kedua : Setelah dibagi dalam tiga bagian, kemudian dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil dan di isi
beberapa rasa, rasa cokelat, keju, dan kacang hijau.
3. Tahap ketiga : Setelah dibentuk dan diberi isi kemudian kue pia pun siap untuk dipanggang dalam suhu yang
telah ditentukan.
4. Tahap keempat : Pada tahap ini adalah menjadi tahap akhir, setelah diangkat dari oven, kue pia didiamkan
untuk beberapa menit di tempat yang telah disediakan, kemudian di kemas dalam kemasan plastik, yang
diamana tiap kemasan berisi 10 buah kue pia kering. Setelah dikemas kue pia pun siap untuk dipasarkan.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut UD. Vanela


Gambar 1 Harga Pokok Produk UD. Vanela

Harga pokok produk:


Biaya bahan baku Rp 5.322.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 6.360.000
Biaya overhead pabrik Rp 1.794.944
Harga pokok produk Rp 13.476.944

228
Sumber: UD. Vanela, November 2013

Pada gambar 4.1 dijelaskan bahwa total harga pokok produksi pada UD. Vanela selama sebulan
adalah Rp 13.476.944,-

Pembahasan

Biaya Bersama Pia Cokelat, Keju, dan Kacang Hijau

Tabel 1: Biaya Bersama UD. Vanela


Jenis Biaya Jumlah (Rp)
1. Biaya Bahan Baku 5.322.000
2. Biaya Tenaga Kerja 6.360.000
3. Biaya Overhead Pabrik 1.794.944
Total Biaya 13.476.944
Sumber: UD. Vanela November, 2013

Data Penjualan PIA


Tabel 2 : Data Penjualan Pia UD. Vanela. November, 2013

Jenis Pia Produksi Hari dalam Produksi Harga jual Jumlah


per hari sebulan per bulan per (pak) penjualan
(pak) (pak) per bulan
(Rp)
Pia Cokelat 50 24 1.200 13.000 15.600.000
Pia Keju 50 24 1.200 12.000 14.400.000
Pia Kacang 50 24 1.200 10.500 12.600.000
Hijau
Total 150 3.600 42.600.000

Sumber: UD. Vanela. November, 2013

Proses Split Off Pia UD.Vanela

229
Total Biaya
Bersama
Rp 13.476.944,-

saat split off

Pia Cokelat Pia Keju Pia Kacang


1.200 kg harga 1.200 kg harga Hiajau
jual Rp jual Rp 1.200 kg harga
13.000,- + 12.000,- + jual Rp
biaya Rp biaya Rp 10.500,- +
45.000,- 43.300,- biaya Rp
30.000,-
Gambar 2 : Proses split off Pia UD. Vanela. November, 2013

Perhitungan Setelah Split Off


Tabel 3: Data Harga Jual Hipotesis UD. Vanela November 2013
Produk Unit Harga Jual Biaya Harga Jual
Tambahan Hipotesis
Pia Cokelat 1.200 x Rp 13.000 - Rp 45.000 = Rp 15.555.000
Pia Keju 1.200 x Rp 12.000 - Rp 43.300 = Rp 14.356.700
Pia Kacang Hijau 1.200 x Rp 10.500 - Rp 30.000 = Rp 12.570.000
Total = Rp 42.481.700
Sumber : Diolah sendiri. November, 2013
Alokasi biaya bersama adalah sebagai berikut :
1. Pia Cokelat = Rp 15.555.000 x Rp 13.476.944
Rp 42.481.700
= Rp 4.934.686/pak

2. Pia Keju = Rp 14.356.700 x Rp 13.476.944


Rp 42.481.700
= Rp 4.554.536/pak

3. Pia Kacang Hijau = Rp 12.570.000 x Rp 13.476.944


Rp 42.481.700
= Rp 3.987.721/pak

Dari data diatas biaya/harga pokok per pak adalah :

1. Untuk Produk Pia Cokelat = (Rp 4.934.686 + Rp 45.000)


1.200
230
= Rp 4,149

2. Untuk Pia Keju = (Rp 4.554.536 + Rp 43.300)


1.200
= Rp 3,831

3. Untuk Pia Kacang Hijau = (Rp 3.987.721+ 30.000)


1.200
= Rp 3,348

231
Perhitungan Harga Pokok Produk Alokasi Biaya Bersama dan Menurut UD. Vanela
Tabel 4: Perbandingan Harga Pokok Produk

Nama Produk Alokasi Biaya UD. Vanela


Bersama

- Pia Cokelat *Rp 4,149,-


- Pia Keju Rp 3,831,- **Rp 13.476.944,-
- Pia Kacang Hijau Rp 3,348,-
Sumber: Diolah sendiri. November 2013
Keterangan :
* Penjelasan biaya dapat dilihat pada perhitungan harga pokok per pak
** Penjelasan biaya dapat dilihat pada perhitungan harga pokok produk UD. Vanela
Berdasarkan tabel perbandingan diatas dapat dilihat bahwa perbedaan pengalokasian biaya sangat
berbeda karena UD. Vanela memperhitungkan harga pokok produk untuk keseluruhan produk sehingga
biaya-biaya yang seharusnya dialokasikan per produk tidak dialokasikan sesuai semestinya, sedangkan
untuk perhitungan alokasi biaya dapat dilihat bahwa pengalokasian biaya jelas karena telah
diperhitungkan sesuai dengan pengalokasian biaya yang semestinya yang menggunakan metode harga
pasar atau nilai harga jual relative.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengalokasian biaya bersama pada
UD. Vanela, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perusahaan telah melakukan perhitungan harga pokok produk dengan cara perusahaan sendiri,
namun biaya-biaya tersebut tidak dialokasikan sesuai dengan seharusnya sesuai dengan yang
diajarkan dalam buku sumber yang ada.
2. Dengan menggunakan metode nilai harga jual relative. pengalokasian biaya-biaya menjadi lebih
jelas sesuai dengan pengalokasian biaya-biaya yang seharusnya.

Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan diatas, maka penulis ingin memberikan beberapa sumbangan
pemikiran atau saran bagi UD. Vanela yang menjadi objek penelitian, antara lain:
1. Sebaiknya UD. Vanela mulai melakukan pengalokasian biaya bersama guna mengetahui
penelusuran biaya dengan lebih jelas dengan menggunakan metode nilai harga jual, karena
metode ini dianggap tepat dan mudah untuk digunakan serta proses perhitungannya sederhana
dan mudah untuk dimengerti.
2. Perusahaan harus lebih teliti dalam mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi dalam
menghasilkan dan memasarkan produk sehingga perhitungan harga pokok produk dapat
dilakukan secara akurat. Harga pokok produksi juga menentukan nilai persediaan untuk tujuan
pelaporan keuangan internal dan eksternal.

232
DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Bastian,dkk, 2009. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Graha Ilmu.
Carter, William K, 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Keempat Belas. Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.
Halim, Abdul. 2007. Dasar-Dasar Akuntansi Biaya. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Hardiarta. 2006. Penerapan Pengalokasian Biaya Bersama Untuk Produk Utama dan Perlakuan
Akuntansi Terhadap Produk Sampingan pada PG Rejo Agung Baru Madiun. Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya: Unair.
Horngren, Charles T. 2009. Cost Accounting:A Managerial Emphasis. Thirteenth Edition. New Jersey:
Prentince Hall.
Hansen, Mowen, 2006. Cost Management. 4th Edition. Singapore: South Western.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Lima. Yogyakarta: UUP AMP YKPN.
Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya. Bandung: Refika Aditamana.
Romadhonisp, 2010. Analisis Alokasi Biaya Bersama dalam Rangka Penentuan Laba pada PD. Krupuk
Adi Makmur. (http://romadhonisp.wordpress.com) Diakses September, 06, 2013.
Sunarmi, 2012. Analisis Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk Bersama Sate Kambing dan Tongseng
pada UD. Pak Bardan. (http://sunarnie.blogspot.com). September, 04, 2013.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung.
Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Varibel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Warindrani K. Armila, 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta.
Witjaksono, Armanto, 2006. Akuntani Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

233
ANALISIS PENERAPAN PSAK 50 DAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI
Yusni Husain
Jullie J. Sondakh
Heince Wokas

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email:yusnihusain@yahoo.com

ABSTRAK

Penerapan standar akuntansi baru berpengaruh pada perbankan yang merupakan konvergensi dengan International
Financial Reporting Standards dan dibahas dalam International Accounting Standards (IAS) 39 mengenai financial instrumen
recognition and measurement. Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 50 dan 55 mengenai Penyajian, Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan yang akan berlaku efektif
pada tanggal 1 Januari 2012. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (Impairment Loss) adalah jumlah yang diturunkan dari nilai
tercatat hingga menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset. Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Mandiri
Unit Datulolong Lasut 1 Manado (Persero) Tbk. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana penerapan PSAK 50
dan PSAK 55 atas pengakuan, pengukuran, serta penyajian cadangan kerugian penurunan nilai PT. Bank Mandiri Unit
Datulolong Lasut 1 Manado (Persero) Tbk. Hasil penelitian menunjukkan penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 atas Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai oleh PT. Bank Mandiri Tbk. telah sesuai dengan standar yang berlaku. Proses pengakuan Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai sebesar nilai diamortisasi menggunakan suku bunga efektif,. Pengukuran tingkat penurunan nilai
kolektif untuk aset keuangan dihitung berdasarkan kerugian historis.dilakukan secara kolektif. Penyajian nilai piutang dalam
laporan keuangan adalah nilai setelah dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai.

Kata kunci : Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai

ABSTRACT

The application of the new accounting standards that are influential in the banking convergence with International
Financial Reporting Standards and International Accounting Standards discussed in ( IAS ) 39 on recognition and
measurement of financial instruments. Financial Accounting Standards Board issued Statement of Financial Accounting
Standards ( SFAS) 50 and 55 of the Presentation, Recognition and Measurement of Financial Instruments will be effective on
January 1, 2012. Allowance for Impairment ( Impairment Loss ) is derived from the value of the amount to be recorded at
recoverable value of the asset. This research was conducted at PT . Bank Mandiri Unit 1 Datulolong Lasut Manado ( Persero )
Tbk . The purpose of this study was to determine the extent of the application of SFAS 50 and SFAS 55 to the recognition,
measurement and presentation of the allowance for impairment losses PT . Bank Mandiri Unit 1 Datulolong Lasut Manado (
Persero ) Tbk. The results suggest the application of SFAS 50 and SFAS 55 top Allowance for Impairment Losses by PT Bank
Mandiri Tbk . compliance with applicable standards. The process of recognition of Allowance for Impairment Losses at
amortized value using the effective interest rate. Measuring the level of collective impairment for financial assets is calculated
based on the loss historical collectively. Presentation of receivables in the financial statements is the value after deducting the
allowance for impairment losses.

Keywords: Recognition, Measurement, Presentation, Allowance for Impairment Losses

234
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan
tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan penyesuaian kebijakan di
bidang ekonomi, termasuk perbankan. Berdasarkan dengan apa yang tersebut dalam Undang Undang Perbankan
Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan bagian
menimbang huruf (a) dan (b) maka, pelaksanaan pembangunan nasional harus memperhatikan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur pembangunan termasuk di sektor ekonomi dan keuangan.
Peristiwa yang menyebabkan penurunan nilai meliputi data dan informasi yang dapat diobservasi langsung.
Pengakuan piutang diakui pada laporan posisi keuangan jika perusahaan tersebut menjadi bagian dalam kontrak
tersebut. Sedangkan pengukuran piutang berdasarkan biaya perolehan diamortisasi dengan bunga efektif. Pada suatu
periode tertentu. Permasalahan pengakuan dan pengukuran serta penyajian saling terkait satu sama lain.
Permasalahan ini perlu diteliti pada pemberian kredit PT. Bank Mandiri dengan melakukan penyesuaian dengan
PSAK 50 dan PSAK 55. Apabila penurunan nilai pinjaman yang diberikan yang diakui tidak sama dengan yang
seharusnya maka ini berarti cadangan yang diukur bisa salah. Hal ini dapat mengakibatkan informasi yang disajikan
dalam laporan posisi keuangan tidak tepat dan dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh
pihak manajemen perusahaan sehingga penting sekali dalam proses pengakuan, pengukuran serta penyajian
menggunakan suatu standar sebagai acuan yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), khususnya PSAK 50 dan
PSAK 55. Standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan suatu pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan bagi pengguna laporan tersebut. Di dalam PSAK 50 dan
PSAK 55 diuraikan dan dijelaskan tentang pengakuan, pengukuran, dan penyajian penurunan nilai piutang yang
dapat digunakan bagi industri perbankan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dalam penelitian ini, maka rumusan masalah yang
akan dibahas yaitu bagaimana penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 pada PT. Bank Mandiri Unit Datulolong 1
Manado (PERSERO) Tbk. atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktek
penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pada PT. Bank Mandiri Unit
Datulolong Lasut 1 Manado (PERSERO) Tbk.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a) Manfaat Teoritis:
1. Bagi peneliti, memberi manfaat untuk penambahan ilmu pengetahuan mengenai PSAK, dan dapat menjadi
referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang perbankan.
b) Manfaat Praktis:
2. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai pada PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 Manado (PERSERO) Tbk. apakah telah
sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55 dan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara
teoritis dipelajari penulis selama perkuliahan.
3. Bagi perbankan, dari teori dan uraian yang disajikan dalam penulisan ini dapat digunakan sebagai referensi
atau informasi oleh Bank yang telah menggunakan PSAK 50 dan PSAK 55 telah sesuai atau masih ada
yang harus diperbaiki.

235
TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi
Iman Santoso (2010:1) Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis,
yang selanjutnya memproses informasi tersebut dalam bentuk laporan keuangan dan mengomunikasikannya kepada
para pengambil keputusan (decesion makers).
Dwi Martani (2012:4) Akuntansi menghasilkan infomasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam
suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada tanggal tertentu.
Kieso et al (2010 : 2) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu sistem dengan input data/informasi dan
output berupa informasi dan laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna internal maupun eksternal entitas.

Bank
Kasmir (2012:3) Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank
lainnya.
Menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 (Kasmir 2012:112) tentang
perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,
menyalurkan dana, dan memberikan jasa-jasa lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan
kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung.

Kredit
Kasmir (2012:112) Kredit dalam bahasa latin disebut credere yang artinya percaya. Si pemberi kredit
percaya kepada si penerima kredit tersebut, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikkan sesuai
perjanijan. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk
membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya.
PAPI (2008:117) Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu,berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK)


Dwi Martani (2012:15) Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan untuk entitas yang memiliki
akuntabilitas publik yaitu entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal (yang menggunakan dana
masyarakat seperti asuransi, perbankan, dan dana pensiun). Standar ini mengadopsi IFRS melalui IAI, telah
menetapkan untuk melakuan adopsi penuh IFRS mulai tahun 2012
Dwi Martani 2012:15 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan berisikan pedoman untuk penyusunan
laporan keuangan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen tertentu dalam laporan keuangan. Pengaturan
terkait komponen laporan keuangan secara umum berisikan definisi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan.

PSAK 50 Instrumen Keuangan : Penyajian


Sejalan dengan perkembangan terkini standar keuangan yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia terutama PSAK 50 :Instrumen Keuangan: Penyajian adopsi dari IAS
32 Financial Instrument Presentation, maka tuntutan bagi perusahan di Indonesia untuk mengadopsi penuh dan
menerapkannya dalam penyajian dan penyusunan laporan keuangan sehingga pelaporan keuangan yang disajikan
dalam bentuk kuantitatif, dimana informasi yang disajikan didalamnya merupakan sumber utama informasi
keuangan yang disampaikan oleh manajemen kepada pihak-pihak di dalam maupun di luar perusahaan sehingga
menjadi titik perhatian.

PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

236
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
55. PSAK 55 mengenai instrumen keuangan yaitu pengakuan dan pengukuran.Revisi PSAK 55 adalah hasil dari
mengadopsi seluruh ketentuan dalam IAS 39 mengenai Recognition and Measurenment of Financial Instrument.
Dengan diterbitkannya PSAK 55 ini diharapkan terciptanya proses harmonisasi penyusunan dan analisis laporan
keuangan.

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai


Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti objektif terjadinya peristiwa yang merugikan
sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut, dan peristiwa yang
merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan
yang dapat diestimasi secara andal (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008).
Aset keuangan yang diukur dengan harga perolehan diamortisasi serta aset keuangan tersedia untuk dijual
dapat mengalami penurunan nilai. Aset keuangan mengalami penurunan nilai apabila tercatat atau biaya perolehan
amortisasi lebih tinggi daripada nilai yang dapat diperoleh kembali. Evaluasi atas apakah terdapat bukti objektif
penurunan nilai harus dilakukan pada setiap tanggal laporan posisi keuangan. Bila terdapat bukti objektif penurunan
nilai maka harus dilakukan estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai,
sebesar selisih nilai yang tercatat dan nilai yang dapat diperoleh kembali.
Bukti objektif oleh Dwi Martani dapat dilihat dari beberapa indikasi berikut:
1. Piutang tidak dilunasi pada saat jatuh tempo.
2. Bunga dan pokok tertunggak dalam beberapa kali termin pembayaran.
3. Pihak pemberi pinjaman memberikan kelonggaran akibat kesulitan keuangan yang dialami pihak
peminjam. Kelonggaran diberikan dalam bentuk perpanjangan jangka waktu pelunasan atau penurunan
tingkat suku bunga. Restrukrisasi atau keringanan jika peminjam mengalami kesulitan pembayaran.
4. Peminjam dinyatakan pailit oleh pengadilan.
5. Memburuknya kondisi ekonomi yang menyebabkan kemampuan membayar pihak peminjam akan
menurun.
6. Kemungkinan bangkrut.
Ketentuan PSAK 55 mengenai pengakuan cadangan kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut:
PA102. Proses estimasi terhadap jumlah kerugian penurunan nilai dapat menghasilkan satu nilai
kerugian atau kisaran (range) nilai kerugian yang mungkin terjadi. Dalam hal yang terakhir, entitas
harus mengakui kerugian akibat penurunan nilai sebesar estimasi terbaik dalam kisaran tersebut
dengan mempertimbangkan seluruh informasi relevan yang tersedia sebelum laporan keuangan
diterbitkan mengenai kondisi yang terjadi pada tanggal neraca.
Evaluasi penurunan nilai menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia 2008):
1. Secara Individual
2. Secara Kolektif
Pengaruh penurunan nilai dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individu maupun secara
kelompok aset. Jika secara individual terdapat bukti objektif, maka entitas harus menghitung arus kas masa depan
dari aset keuangan tersebut. Selisihnya akan diakui sebagai kerugian penurunan nilai. Jika tidak terdapat bukti
objektif penurunan nilai secara individual, maka aset keuangan atau piutang dimasukkan ke dalam kelompok
piutang yang memiliki resiko kredit dan menilai penurunan secara kolektif.
Penilaian secara kolektif didasarkan pada kerugian historis piutang dagang. Untuk kebutuhan ini,
perusahaan harus mendokumentasikan piutang-piutang yang tidak dapat ditagih untuk keperluan perhitungan
penurunan nilai secara kolektif. Perusahaan harus menyimpan data historis untuk piutang yang tidak dapat ditagih
sehingga dapat menentukan kemungkinan kerugian kredit.

237
Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Penelitian Terdahulu


No Nama Judul Tujuan Metode Persamaan Perbedaan
Peneliti/ Penelitian
Tahun
1. Ekaputri Analisis Bagaimana Deskriptif. Peneliti Peneliti sebelumnya
(2013) Penerapan penerapan menggunakan objek tidak meneliti PSAK
PSAK 55 PSAK 55 & tujuan yang sama 50 mengenai
revisi 2011 atas CKPN yaitu CKPN dalam penyajian CKPN.
atas CKPN pada PT. bidang perbankan.
pada PT. BRI
BRI
2. Emanuela Analisis Mengetahui Analisis Peneliti Peneliti
(2012) penerapan dampak yang Komparatif. menggunakan PSAK menggunakan
PSAK 50 & timbul akibat 50 & PSAK 55 atas beberapa objek
PSAK 55 munculnya impairment. perusahaan
atas penurunan multifinance di BEI
impairment piutang hasil dan menggunakan
piutang pada dari PSAK metode analisis
perusahaan 50 & PSAK komparatif.
multifinance 55 bagi
kinerja
perusahaan
multifinance.
3. Secarian Evaluasi Mengetahui Deskriptif Peneliti Penelitian dilakukan
(2012) Penerapan apakah kualitatif. menggunakan PSAK pada perusahaan
PSAK penerapan 55 atas intrumen ventura.
55atas PSAK 55 keuangan.
intrumen pada
keuangan perusahaan
pada telah sesuai
perusahaan dengan
ventura. standar.
Sumber: Data Olahan 2013

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan teori yang terdapat di
PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 55 (revisi 2011) dengan praktek penyajian, pengakuan serta pengukuran atas
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai yang dilakukan pada PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 Manado
(PERSERO) Tbk.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini mengambil data di PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 yang beralamat di Jln.
Datulolong Lasut No. 15 Manado (PERSERO) Tbk. Waktu penelitian dimulai dari bulan September sampai dengan
bulan November tahun 2013.

238
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan permohonan izin penelitian pada PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 Manado
(PERSERO) Tbk.
2. Melakukan wawancara dengan pihak bank yaitu kepala bagian kredit mikro Bank Mandiri Unit
Datulolong Lasut 1
3. Mengumpulkan data yang diperlukan
4. Melakukan proses olah data dan analisis data mengenai pergerakan kredit
5. Membuat hasil dan pembahasan penelitian
6. Membuat kesimpulan dan saran untuk Bank Mandiri
7. Memberikan hasil penelitian kepada Bank Mandiri

Populasi dan Sampel


Sugiyono (2010:115) menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan keseluruhan subjek penelitian. Populasi bukan hanya orang tetapi juga objek dan bedan-benda alam
yang lain. Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010:116) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus bersifat representif atau mewakili.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini menggunakan populasi tahun 2000-2012 pada PT. Bank
Mandiri dengan sampel berupa data pergerakan pinjaman pada tahun 2010-2012.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data terbagi dalam jenis data, sumber data, dan teknik pengumpulan data:

Jenis Data
Menurut Sugiyono (2010:13) dalam penelitian ada dua jenis data yang digunakan yaitu data kuantitaif dan
data kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Data kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umunya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan intrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini,
data kuantitatif berupa data pergerakan pinjaman atau kredit PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1
Manado. (PERSERO) Tbk.
2. Data kualitatif dapat diartikan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambil sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi. Dalam penelitian ini, data kualitatif adalah data yang disajikan deskriptif
atau berbentuk uraian berupa sejarah dan struktur organisasi PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1
Manado (PERSERO) Tbk.

Sumber Data
Supardi (2013:16) menyatakan bahwa pengumpulan data dapat menggunakan dua sumber yaitu sumber
primer dan sumber sekunder sebagai berikut;
1. Sumber primer adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh orang yang
melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer disebut juga data asli
atau data baru. Dalam hal ini peneliti menggunakan data primer yang berasal dari bagian kredit mikro
PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 berupa data pergerakan kredit.
2. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder yang

239
digunakan peneliti di dalam penelitian ini berasal dari buku-buku yang bersangkutan dengan judul
penelitian dan jurnal skripsi peneliti sebelumnya.
Teknik Pengumpulan Data
1. Survei adalah kegiatan awal yang peneliti lakukan untuk meneliti permasalahan yang sedang dihadapi oleh
perusahaan seperti sejarah dan kondisi perusahaan pada saat ini. Dalam hal ini peneliti memilih PT. Bank
Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 sebagai objek penelitian. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan
kemudian diangkat sebagai judul penelitian dengan
menentukan rumusan masalah agar penelitian menjadi lebih fokus.
2. Dokumentasi yang didapat dari pengumpulan data dan informasi melalui buku-buku, jurnal, internet dengan
melakukan penelitian terhadap catatan atau dokumen yang ada seperti sejarah perusahaan dan pergerakan
kredit yang disajikan oleh PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1.
3. Wawancara yang berupa pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu, Sugiyono (2010: 410). Peneliti
menggunakan teknik wawancara untuk mengajukan beberapa pertanyaan mengenai proses pemberian
kredit, pengakuan awal dan pengukuran piutang, pembentukan cadangan penurunan nilai serta
penyajiannya. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara terhadap Kepala Bagian Kredit Mikro PT.
Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 Manado.

Metode Analisis
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam pembahasan ini adalah adalah metode deskriptif
yaitu dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tentang
penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 atas cadangan kerugian penurunan nilai pada perusahaan untuk kemudian
dibandingkan dengan teori yang ada sehingga mampu memberikan informasi dan kesimpulan yang lebih
luas.Sugiyono (2010:206)

Definisi Operasional
1. PSAK 50 adalah merupakan pernyataan standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang instrumen
keuangan: penyajian. Semua paragraf yang terdapat dalam PSAK 50 memiliki kekuatan mengatur
Pernyataan tersebut wajib diterapkan. Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai
aset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain.
2. PSAK 55 adalah pernyataan standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang Instrumen keuangan:
pengakuan dan pengukuran. Yang mengadopsi seluruh ketentuan dalam IAS 39 FinancialInstrumens:
Recognation and Measurement.
3. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai adalah cadangan yang wajib dibentuk bank jika terdapat bukti
obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan sebagai akibat dari
satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan)
dan berdampak pada estimasi arus kas masa depan. Jumlah cadangan kerugian diukur sebagai selisih
antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang didiskonto
menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti
mengenai pencatatannya dan mengevaluasi pembentukan nilai yang telah terbentuk atas cadangan
kerugian penurunan nilai sesuai dengan PSAK No. 55 (Revisi 2011).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sejarah PT. Bank Mandiri


Bank Mandiri didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu Bank Bumi
Daya, Bank Dagang Negara, Bank Expor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, digabung ke dalam
Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun
memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.

240
Visi dan Misi PT. Bank Mandiri (PERSERO) Tbk.
Setiap perusahaan memiliki visi dan misi untuk menunjang kelangsungan tujuan perusahaan.Demikian juga
dengan PT. Bank Mandiri.
a. Visi :
TERDEPAN. TERPERCAYA, TUMBUH BERSAMA ANDA
b. Misi :
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
Mengembangan sumber daya manusia professional
Memberikeuntungan yang maksimal bagi stakeholder
Melaksanakan manajemen terbuka
Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan

Pinjaman yang diberikan


Pinjaman yang diberikan PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 Manado adalah aset keuangan dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan. Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diakui
pada nilai wajarnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Pendapatan dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang dicatat di dalam laporan laba
rugi.PT. Bank Mandiri melaporkan kerugian penurunan nilai sebagai pengurang dari nilai tercatat dari aset
keuangan termasuk dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, serta diakui di dalam laporan laba rugi
sebagai pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai.

Penyajian
Bank Mandiri menggunakan akuntansi tanggal penyelesaian untuk transaksi aset keuangan. Nilai piutang
yang disajikan dalam laporan keuangan adalah nilai setelah dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai.
Piutang disajikan dalam aset lancar dengan kategori pinjaman yang diberikan. Aset keuangan yang dialihkan
kepada pihak ketiga tetapi tidak memenuhi syarat penghentian pengakuan disajikan di dalam neraca sebagai aset
yang dijaminkan jika pihak penerima memiliki hak untuk menjual atau mentransfer kembali.

Pengakuan
Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi. Pada setiap tanggal neraca, Bank
Mandiri mengevaluasi apakah terdapat bukti yang objektif bahwa aset keuangan mengalami penurunan nilai.
Jaminan agunan diakui dalam laporan posisi keuangan, jika pihak penerima memiliki hak untuk menjual Pengakuan
nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan mencerminkan arus kas yang dapat
dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan.

Pengukuran
Pengukuran tingkat penurunan nilai kolektif untuk aset keuangan dihitung berdasarkan kerugian historis
yang pernah dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sama. Bank Mandiri menggunakan
metode pencadangan menghapus piutang tak tertagih dengan mendebit cadangan kerugian penurunan nilai dan
mengkredit piutang. Estimasi kerugian atas aset keuangan dimasa yang akan datang dikaji secara berkala untuk
mengurangi perbedaan antara estimasi jumlah kerugian dengan jumlah kerugian aktualnya.

Pembentukan cadangan penurunan nilai


Bank Mandiri membentuk cadangan kerugian penurunan nilai jika terdapat bukti objektif adanya penurunan
nilai untuk pinjaman yang diberikan pada periode tertentu dengan menghitung NPL (non performing loan) atau
kredit bermasalah, Bank Mandiri terlebih dahulu menentukan presentase kredit bermasalah setiap periode pinjaman
kemudian menetapkan probability of default untuk kredit bermasalah tersebut selanjutnya mengalikan saldo awal
pinjaman dengan presentase probality of default tersebut. Hasil dari perhitungan tersebut merupakan cadangan
kerugian penurunan nilai. Semakin tinggi presentase kredit bermasalah maka semakin tinggi cadangan kerugian

241
penurunan nilai yang harus dibentuk, sebaliknya semakin rendah presentase kredit bermasalah maka semakin
rendah pula cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk dan menandakan Bank Mandiri mengalami ekspansi
kredit yang bai dan sehat.Setelah cadangan dibentuk maka dilakukan pencatatan ayat jurnal dengan mendebit beban
penurunan nilai piutang dan mengkredit cadangan kerugian penurunan nilai.
Kriteria yang digunakan oleh Bank Mandiri untuk menentukan bukti objektif dari penurunan nilai adalah
sebagai berikut:
1. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam.
2. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga.
3. Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang
dialami pihak peminjam, memberikan keringanan(konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin
diberikan jika pihak peminjamtidak mengalami kesulitan tersebut.
4. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit ataumelakukan reorganisasi
keuangan lainnya.
5. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan.
6. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi.

Prosentase Probability of Default

Tabel 2. Prosentase Probability of Default


Periode Total Pinjaman Lancar DPK NPL Probability
Pinjaman of
Default
2010 8.735 73,73% 13,98% 12,29%
2011 9.705 91,14% 7,05% 1,81% 0,705%
2012 16.363 95,47% 3,81% 0,72% 0,1265%
Sumber : Data Perusahaan 2010-2012

Tabel 2 menunjukan persentase pergerakan saldo pinjaman tahun 2010-2012.Jika dilihat pada tabel untuk
kategori pinjaman lancar atau kredit yang tidak bermasalah mengalami peningkatan setiap periode, selanjutnya
untuk kategori pinjaman dalam perhatian khusus (DPK) atau kredit yang mulai bermasalah presentasinya baik
karena terjadi penurunan setiap periode. Begitu juga dengan Non Performing Loan (NPL) atau kategori kredit
bermasalah mengalami penurunan dari 12,29% hingga 0,72%. Jika bobot NPL > 12,5% maka bank akan mengalami
kerugian karena berpengaruh pada kualitas kesehatan bank.

Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai

Tabel 3. Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)

Tahun Saldo Awal Probability of CKPN


Default
2011 9.705.000.000 0,705% 6.842.025.000
2012 16.363.000.000 0,1265% 2.069.919.500
Sumber: Data Olahan 2010-2012

Keterangan:

Cadangan kerugian penurunan nilai: Saldo Awal x PD

Tabel 3 di atas menjelaskan tentang perhitungan cadangan penurunan nilai.Tahun 2011 didapatkan
penyisihan aktiva sebesar Rp. 6.842.025.000 karena jumlah probability of default 0,705%. Tahun terakhir
penyisihan aktiva yang didapatkan sebesar Rp. 2.069.919.500 karena probability of default sangat rendah sebesar
0,1265%.

242
Tabel 2 dan tabel 3 di atas saling berhubungan karena dengan persentase probability of default dapat
diketahui kemungkinan kerugian yang kemudian akan dikalikan dengan saldo awal pinjaman agar dapat diketahui
berapa besarnya biaya yang harus dicadangkan oleh Bank Mandiri dalam menentukan besarnya nilai penyisihan
atau cadangan dana dari kredit bank pada tahun berikutnya.

Pembahasan

Tabel 4. Perbandingan penyajian CKPN berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2010) dengan PT. Bank Mandiri Unit
Datulolong Lasut 1 Manado (PERSERO) Tbk.

No. Berdasarkan Berdasarkan Kesimpulan


PSAK 50 (Revisi 2010) PT. Bank Mandiri

1. Piutang disajikan dalam laporan posisi Nilai piutang yang disajikan dalam Sesuai
keuangan sebesar nilai diamortisasi laporan keuangan adalah nilai setelah
dikurangi cadangan kerugian dikurangi dengan cadangan kerugian
penurunan nilai. penurunan nilai
2. Catatan atas laporan keuangan Penyajian ikhtisar kebijakan akuntansi Sesuai
menjelaskan kebijakan akuntansi, bank, asset keuangan diukur pada nilai
rincian piutang menurut jenis, wajar serta penjelasan pinjaman
rekonsiliasi cadangan piutang, dan yangdiberikan dan klasifikasi cadangan
informasi khusus terkait piutang kerugian penurunan nilai.
seperti piutang dijaminkan dan
penjelasan rinci debitur tertentu dukur
nilai wajar
3. Piutang disajikan dalam kategori kredit Piutang disajikan dalam aset lancar Sesuai
atau pinjaman yang diberikan. dengan kategori pinjaman yang
diberikan
Sumber : Data Olahan 2013

Tabel 5. Perbandingan pengakuan atas CKPN berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2011) dengan PT. Bank
Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 Manado (PERSERO) Tbk.

No. Berdasarkan Berdasarkan Kesimpulan


PSAK 55 (Revisi 2011) PT. Bank Mandiri
1. Laporan posisi keuangan mengakui Jaminan agunan diakui dalam laporan Sesuai
aset yang dijaminkan jika pihak posisi keuangan konsolidasian, jika
penerima memiliki hak untuk menjual pihak penerima memiliki hak untuk
atau mentransfer kembali. menjual
2. Penurunan nilai diukur berdasarkan Pada biaya perolehan diamortisasi Sesuai
biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku
dengan menggunakan suku bunga bunga efektif.
efektif.
3. Evaluasi piutang pada setiap tanggal Piutang dicek satu per satu pada setiap Sesuai.
neraca jika terdapat bukti objektif tanggal neraca untuk evaluasi adanya
pengakuan kerugian penurunan nilai. bukti objektif penurunan nilai.
4. Perhitungan nilai kini dari estimasi Pengakuan arus kas masa depan Sesuai.
arus kas masa depan atas asset berdasarkan pengambilalihan agunan
keuangan. dikurangi biaya-biaya untuk
memperoleh dan menjual agunan.

243
Sumber : Data Olahan 2013

Tabel 6. Perbandingan pengukuran atas CKPN berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2011) dengan PT. Bank
Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 (PERSERO) Tbk.

No. Berdasarkan Berdasarkan Kesimpulan


PSAK 55 (Revisi 2011) PT. Bank Mandiri
1. Melakukan penurunan nilai sesuai Pengukuran setelah tanggal perolehan Sesuai.
ketentuan penurunan nilai aset membutuhkan perhitungan amortisasi
keuangan diukur pada biaya perolehan diskon dan premium setiap tanggal
diamortisasi pelaporan.
2. Arus kas masa depan dari kelompok Tingkat penurunan nilai kolektif untuk Sesuai.
aset keuangan yang penurunan nilainya aset keuangan dihitung berdasarkan
dievaluasi secara kolektik dihitung kerugian historis.
berdasarkan data historis beberapa
tahun sebelumnya.
3. Metode pengukuran pencatatan Menggunakan metode pencadangan Sesuai.
penurunan nilai: metode penghapusan menghapus piutang tak tertagih dengan
langsung dan metode pencadangan. mendebit cadangan kerugian penurunan
nilai dan mengkredit piutang.
4. Estimasi arus kas masa depan dikaji Estimasi kerugian atas asset keuangan Sesuai.
ulang secara berkala. dimasa yang akan datang dikaji secara
berkala untuk mengurangi perbedaan
antara estimasi jumlah kerugian dengan
jumlah kerugian aktualnya.
Sumber : Data Olahan 2013

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:
Dalam penerapan PSAK 50 (Revisi 2010) dan PSAK 55 (Revisi 2011) atas Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai oleh PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 Manado (PERSERO) Tbk. telah sesuai dengan standar yang
berlaku. Proses pengakuan awal Cadangan Kerugian Penurunan Nilai PT. Bank Mandiri sebesar nilai diamortisasi
dikurangi kerugian penurunan nilai. Amortisasi menggunakan suku bunga efektif yang menyamakan nilai wajar
dengan nilai kini arus kas dari pembayaran piutang dan bunganya di masa depan. Sedangkan pada proses
pengukuran penurunan nilai aset keuangan secara kolektif didasarkan pada data historis beberapa tahun
sebelumnya. Kemudian, piutang disajikan dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai diamortisasi dikurangi
cadangan kerugian penurunan nilai.

Saran
Penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam proses penyajian, pengakuan, dan pengukuran cadangan kerugian penurunan nilai untuk aset
keuangan piutang PT. Bank Mandiri Unit Datulolong Lasut 1 Manado (PERSERO) Tbk. sudah sesuai
dengan PSAK 50 dan 55 juga telah diterapkan dengan baik. Diharapkan dipertahankan dan diterapkan
secara konsisten disetiap periode akuntansi agar menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat
dalam mencerminkan posisi keuangan, prinsip transparansi dan hasil operasi perusahaan.

244
2. Dalam pencatatan piutang, sebaiknya perusahaan menetapkan kebijakan terhadap penyisihan piutang
ragu-ragu agar perusahaan dapat mencegah terjadinya piutang tak tertagih akibat pelanggan yang pailit
untuk suatu saat yang tidak diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia.2008. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia.http://auditmepostblogspot.com2010/01/pedoman


akuntansi-perbankan-indonesia.html. Diakses 27, Agustus 2013

Dwi Martani, Sylvia Veronica NPS, Ratna Wardhani, Aria Farahmita, Edward Tanujaya.2012 Akuntansi Keuangan
Menengah. Berbasis PSAK. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Ekaputri C. Febriati. 2013. Analisis Penerapan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Pada PT. Bank
BRI.Jurnal EMBA Vol 1, No. 3, Hal.207-217.

Emanuela. 2012. Analisis Penerapan PSAK 50 & PSAK 55 atas Impairment Piutang Pada Perusahaan
Multifinance.Jurnal FE UI.

Ikatan Akuntansi Indoneisia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Iman Santoso. 2010. Akuntansi Keuangan Menengah. Penerbit PT. Refika Aditama.Bandung.

Kasmir, SE, MM. 2012.Dasar-Dasar Perbankan.,Edisi Revisi. PT . Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Maryanto Supriyono. 2011. Buku Pintar Perbankan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Secarian. 2012. Evaluasi Penerapan PSAK 55 Instrumen Keuangan Pada PT. ABC Ventura. Jurnal Akuntansi. Vol
1, No. 2, Hal.1-14.

Steven M. Bragg. 2012. IFRS Made Easy. Indeks.Jakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Alfabeta.Bandung

Supardi, 2013.Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Smart. Jakarta

245
Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi : Pada Kantor Akuntan Publik dan
Badan Pemeriksa Keuangan di Sulawesi Utara)

Roland Mailuhu
Grace B. Mogi
Lintje Kalangi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: rolandmailuhu@yahoo.com

ABSTRAK

Profesi akuntan publik adalah fungsi atestasi/pengesahan (atesstation function). Ketika seorang auditor mengesahkan
informasi mereka menerbitkan sebuah laporan dengan simpulan mengenai keyakinan suatu asersi tertulis dari manajemen.
Untuk menghasilkan kualitas audit yang baik, auditor harus melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar audit yang
ditetapkan, yaitu sesuai dengan Standar Auditing dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) atau Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara bagi auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kualitas Audit yang dihasilkan auditor juga dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain Kompetensi dan Independensi dari auditor. Kompetensi membantu auditor
melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien. Auditor juga harus independen dalam melaksanakan audit. Karena
kompetensi yang baik tidak akan ada nilainya jika auditor tidak memiliki independensi yang tinggi dalam mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan bukti empiris pengaruh kompetensi dan
independensi oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dan BPK RI Perwakilan Sulawesi Utara terhadap kualitas audit. Sedangkan
untuk menjawab hipotesis penelitian menggunakan alat analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial
dapat disimpulkan bahwa kompetensi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kualitas audit dan independensi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Secara simultan kompetensi dan independensi secara bersama-sama
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sehingga semakin tinggi kompetensi dan independensi seorang auditor, maka akan
semakin baik kualitas audit yang dilakukan.

Kata Kunci : Kompetensi, Independensi dan Kualitas Audit

ABSTRACT

Public accounting profession is a function of attestation / legalization ( atesstation function). When auditors certify the
information they publish a report with conclusions regarding the conviction of a written assertion from management. To
produce a good quality audit, the auditor should perform the work in accordance with the auditing standards defined, ie in
accordance with Standards on Auditing in the Public Accountants Professional Standards ( SPAP ) or the Auditing Standards
for the State Audit Agency (BPK ). The quality of the resulting audit the auditor may also be influenced by several factors,
among others, competence and independence of the auditor. Competencies help auditors carry out the work effectively and
efficiently. The auditor also should be independent in carrying out the audit. Because good competence would not be worth it if
the auditor does not have the degree of independence in gathering and evaluating evidence. This study aims to analyze the
influence of empirical evidence and prove the competence and independence by the Public Accountant (KAP) and North
Sulawesi Representative BPK to audit quality. As for answering the research hypotheses using multiple regression analysis.
Based on the partial results of the study it can be concluded that the competence of positive but not significant effect on audit
quality and independence of positive and significant impact on audit quality. Competence and independence simultaneously
jointly positive effect on audit quality. So the higher the competence and independence of the auditor, the better the quality of
audits conducted.

Keywords : Competence, Independence and Quality Audit

246
PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Pada zaman sekarang, tujuan audit telah berubah. Penemuan kecurangan merupakan obyek audit yang
insidental. Alasan pengembangan profesi akuntan publik adalah fungsi atestasi/pengesahan (atesstation function).
Ketika seorang auditor mengesahkan informasi mereka menerbitkan sebuah laporan dengan simpulan mengenai
keyakinan suatu asersi tertulis dari manajemen. Orang yang melakukan audit disebut auditor. Ada 3 macam auditor
: (1) Auditor Independen, (2) Auditor Internal dan (3) Auditor Pemerintah. Auditing yang dilakukan oleh auditor
independen yang merupakan suatu fungsi untuk menentukan apakah laporan keuangan yang disusun manajemen
telah memenuhi pedoman atau kriteria yang telah disepakati bersama atau memenuhi ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Untuk menghasilkan kualitas audit yang baik, auditor harus melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar
audit yang ditetapkan, yaitu sesuai dengan Standar Auditing dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Dalam melaksanakan audit, auditor harus
mempunyai kompetensi di bidang akuntansi dan auditing serta memiliki independensi terhadap klien yang di audit.
Kompetensi sangat dibutuhkan oleh auditor agar dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Auditor harus
memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan bukti audit. Keahlian inilah yang membedakan
auditor dan akuntan. Menentukan prosedur audit yang tepat, memutuskan jumlah dan unsur yang harus diuji, seta
mengevaluasi hasilnya adalah tugas yang dilaksanakan oleh auditor. Dalam melaksanakan audit, auditor harus
menggunakan seluruh keahliannya dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan
pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktik audit. Dengan tingkat kompetensi yang cukup
dan memadai, seorang auditor akan menghasilkan audit yang berkualitas. Sehingga kompetensi auditor akan
mempengaruhi kualitas audit. Sebagai contoh, kasus yang terjadi pada PT. Kimia Farma dan kasus perusahaan
energi terbesar di Amerika yaitu Enron. Yang menyebabkan dibubarkannya perusahaan akuntansi Arthur Andersen
yang merupakan kantor Akuntan dari Enron.
Pada tanggal 2 november 2013 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia ingin mewujudkan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Bebas Korupsi dalam lima tahun kedepan. Berita ini dimuat
dalam web bpk.go.id. Untuk mengejar cita-cita ini tentunya ruang lingkup audit adalah secara keseluruhan bukan
dengan teknik sampling, dan juga kompetensi serta independensi yang tinggi dari auditor sangat diperlukan untuk
mencapai kualitas audit yang diinginkan.
Atas latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul “Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi : Pada Kantor Akuntan Publik dan Badan Pemeriksa
Keuangan di Sulawesi Utara)”.

Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh kompetensi dan independensi auditor secara parsial dan simultan terhadap kualitas
audit?

Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh kompetensi dan independensi auditor secara parsial dan simultan terhadap kualitas
audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dan BPK di Sulawesi Utara.

Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori terutama yang berkaitan
dengan auditing dan akuntansi terhadap pengujian empiris atas pengaruh kompetensi dan independensi auditor
terhadap kualitas audit.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis

247
Penulis mendapat latihan dan penerapan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan, serta dapat
menambah pengalaman tentang menganalisis pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit
di KAP dan BPK di Sulawesi Utara.
2. Bagi auditor pada KAP dan BPK
Bagi auditor diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan profesionalisme profesi
khususnya dalam meningkatkan kualitas audit.

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori
A. Pengertian Auditing
Menurut Arens dan Loebbecke (Auditing dan Jasa Assurance edisi 12, 2010 : 4) , auditing adalah
pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.
B. Standar Audit
Standar audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAPI dan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Nomor : 01 Tahun 2007 Tanggal : 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara
C. Pengertian Kualitas Audit
De Angelo dalam Nugraha Eka Putra (2012:14) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan
(joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam
sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas
pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi
auditor.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit
a. Kompetensi
Definisi kompetensi dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2008;19-22), sebagai berikut:
Kamus Inggris Indonesia Echols dan kawan (1992) mengartikan kompetensi (competency) sebagai kemampuan atau
kecakapan. Zemke (1982:30) menyatakan bahwa “ a competency us a capability of an individual which relates to
superior peformances in role or job. It maybe a knowlwdge, skill, intellectuall, strategy or a cluster of all three that
may apply to one or may work unit. (artinya kompetensi merupakan kemampuan individu yang berhubungan
dengan kinerja superior dalam peran dan pekerjaan. Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, intelektual,
strategi, atau kombinasi dari ketiganya yang mungkin diaplikasikan pada seseotang atau mungkin unit kerja.
b. Independensi
Independensi menurut Arens dkk. (2010:111) berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor
tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan.

Kajian Empiris
Menurut Buku Panduan Penulisan Skripsi Dan Artikel – Tahun 2013 Ekonomi Manajemen Business
Akuntansi (2013;20) kajian empiris atau penelitian terdahulu merupakan pencantuman penelitian-penelitian
sebelumnya tentang variabel yang akan kita teliti.

248
Tabel 1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Topik Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dan Persamaan
Penelitian
1 Nugraha Pengaruh Hasil penelitian menunjukkan Persamaan penelitian ini adalah
Eka Putra, Kompetensi, bahwa: kompetensi auditor (X1), sama-sama meneliti tentang
2012 Tekanan Waktu, tekanan waktu auditor (X2), pengaruh kompetensi dan
Pengalaman Kerja, independensi auditor terhadap
pengalaman kerja auditor (X3),
Etika dan kualitas audit, sedangkan
Independensi etika auditor (X4) dan perbedaannya adalah Penelitian
Auditor Terhadap independensi auditor (X5) ini menambahkan variabel
Kualitas Audit mempunyai pengaruh signifikan tekanan waktu, pengalaman kerja
(Studi : Pada Kantor terhadap kualitas audit dan secara dan etika.
Akuntan Publik di simultan X1, X2 , X3, X4 dan X5
Daerah Istimewa mempunyai pengaruh signifikan
Yogyakarta).
terhadap kualitas audit.

2 Harvita, Pengaruh Menurut hasil penelitian, dapat Persamaan penelitian ini adalah
Yulian Pengalaman Kerja, disimpulkan bahwa objektivitas, sama-sama meneliti independensi
Ayuningty Independensi, integritas dan kompetensi secara dan kompetensi, sedangkan
as, Sugeng Objektivitas, signifikan mempengaruhi kualitas perbedaan penelitian ini:
Pamudji, Integritas dan hasil audit, sementara pengalaman Penelitian ini menambahkan
2011 Kompetensi Auditor dan kemandirian tidak secara variabel pengalaman kerja,
Terhadap Kualitas signifikan mempengaruhi kualitas objektivitas, intergritas.
Audit hasil audit.
3 Nungky Pengaruh Berdasarkan penelitian yang Persamaan penelitian ini adalah
Nurmalita Pengalaman Kerja, terdahulu, terdapat pengaruh sama-sama meneliti variabel
Sari, 2011 Independensi, positif antara variabel Kompetensi, dependen yaitu kualitas audit
Objektivitas, Pengalaman Kerja, Etika dan Sedangkan perbedaannya adalah
Integritas dan Etika Independensi. Peneliti meneliti variabel
Auditor Terhadap Kompetensi dan dan
Kualitas Audit independensi sebagai variabel
independen.
4 ST Nur Pengaruh Berdasarkan hasil penelitian dapat Persamaan penelitian sekarang
Irawati, Kompetensi dan disimpulkan bahwa secara parsial dengan terdahulu yaitu sama-
2011 Independensi hanya independensi yang sama meneliti tentang Pengaruh
terhadap Kualitas berpengaruh terhadap kualitas Kompetensi dan Independensi
Audit pada kantor audit sedangkan secara simultan terhadap Kualitas Audit.
Akuntan Publik di kompetensi dan independensi
Makassar auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit.
5 Siti Nur Pengaruh Berdasarkan hasil penelitian dapat Persamaan penelitian ini dengan
Mawar Kompetensi dan disimpulkan bahwa pengalaman relevan adalah sama-sama
Indah, Independensi dalam melaksanakan audit, meneliti tentang pengaruh
2010 Auditor Terhadap pengetahuan seorang auditor serta Kompetensi dan Independensi
Kualitas Audit telaah dari rekan auditor (peer terhadap kualitas Audit.
review) berpengaruh positif
terhadap kualitas audit.
Sumber : Data Primer, 2014

249
Kerangka Pemikiran

Kompetensi Auditor (X1)


Kuallitas Audit (Y)

Independensi Auditor
(X2)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


Keterangan Gambar :

: Pengaruh Secara Parsial

: Pengaruh secara Simultan


“ Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit”

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
H1 : Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit
2. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
H2 : Independensi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit
3. Pengaruh Kompetensi dan Indpendensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
H3 : Kompetensi dan Independesi Auditor secara simultan berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Bambang Prasetyo dan Lina Miftamul Jannah
(2010:42) penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau
fenomena.

Tempat dan Waktu Penelitian


A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 3 (Tiga) Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Badan Pemeriksa Keuangan
Sulawesi Utara
B. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan November 2013 sampai dengan Januari 2014.

Prosedur Penelitian
1. Perencanaan Penelitian, meliputi: penentuan tema/masalah, studi pendahuluan, penyusunan proposal,
pengembangan instrument, proses perizinan.
2. Pengumpulan data
3. Pengolahan data
4. Penyajian data kedalam bentuk tabel
5. Analisa dan intepretasi data

250
6. Penyususan laporan

Populasi dan Sampel


Riduan dan Lestari (1997:3) dalam Supardi (2013:25) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau
unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian.

Metode Pengumpulan Data


HM. Sonny Sumarsono (2004:70-73) teknik pengumpulan data terbagi atas : pengamatan langsung,
wawancara, pengisian daftar pertanyaan, studi pustaka.

Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (multiple
linear regression analysis). Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih
variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
Keterangan :
Y : Kualitas Audit.
X1 : Kompetensi
X2 : Independensi
α : Konstanta.
β : Koefisien Regresi.
e : Error.

A. Metode Analisis Data


Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi data responden
yang diperoleh dari kuesioner serta penjelasannya sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
B. Uji Kualitas Data
Pengujian validitas dan reabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution).
1) Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument pengukur mampu mengukur apa yang
ingin diukur. Data dinyatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation
> dari r-tabel pada signifikansi 0.05 (5%). Atau jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi, bisa
digunakan batas nilai minimal korelasi 0,30.
2) Uji Realibilitas
Realibilitas adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama
di lain kesempatan. Realibilitas suatu variabel yang dibentuk dari daftar pertanyaan dikatakan baik jika memiliki
nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60.
C. Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik tersebut, yaitu : uji normalitas, uji multikolineritas dan uji heteroskedastisitas.
D. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis regresi linear. Untuk menguji
hipotesis mengenai kompetensi dan indepensi auditor digunakan pengujian hipotesis secara simultan dengan uji F
dan secara parsial dengan uji t.

Definisi dan Pengukuran Variabel


A. Variabel Penelitian
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif ataupun
negatif.
B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
a. Variabel bebas :

251
X1 = Kompetensi
X2 = Independensi
b. Variabel Terikat :
Y = Kualitas audit
Pengukuran variabel di dalam penelitian ini adalah dengan memberikan skor atau nilai dalam penelitian ini
digolongkan dalam lima tingkatan, yaitu: Jawaban SS (Sangat Setuju) diberi nilai 5, Jawaban S (Setuju) diberi nilai
4, Jawaban N (Netral) diberi nilai 3, Jawaban TS (Tidak Setuju) diberi nilai 2, Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju)
diberi nilai 1.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
A. Gambaran Umum Responden
Tabel 2 Jumlah Responden
No Nama KAP Alamat KAP Jumlah Responden %
1 Kindangen, Drs Jl. Sudirman no. 130 5 orang 16.7%
2 Ariesman Auly, Drs Jl. Martadinata VII no. 18 9 orang 30%
3 J. Sondakh & G. Nangoi Jl. S. Parman no. 53 5 orang 16.7%
4 BPK Perwakilan Sulawesi Jl. 17 Agustus No. 04 11 orang 36.6%
Utara
Total Responden 30 orang 100%
Sumber : Data diolah, 2014

Tabel 3 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Presentase
Pria 18 orang 60%
Wanita 11 orang 36.7%
Tidak Mengisi 1 orang 3.3%
Total 30 orang 100%
Sumber : Data diolah, 2014

Tabel 4 Komposisi Responden Berdasarkan Umur


Umur Jumlah Presentase
≤ 25 Tahun 5 orang 16.7%
26 – 30 Tahun 14 orang 46.7%
36 – 55 Tahun 8 orang 26.6%
> 55 Tahun 3 orang 10%
Total 30 orang 100%
Sumber : Data Hasil Olahan, 2014

Tabel 5 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir


Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase
S3 1 orang 3.3%
S2 2 orang 6.7%
S1 dengan Profesi Akuntan 11 orang 36.7%
S1 11 orang 36.7%
D3 5 orang 16.6%
Total 30 orang 100%
Sumber : Data diolah, 2014

Tabel 6 Komposisi Responden Berdasarkan Jabatan

252
Jabatan Jumlah Presentase
Partner 1 orang 3.3%
Manager 2 orang 6.7%
Senior Auditor 9 orang 30%
Junior Auditor 16 orang 53.3%
Tidak Mengisi 2 orang 6.7%
Total 30 orang 100%
Sumber : Data diolah, 2014

B. Uji Validitas dan Reliabilitas


Tabel 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Kompetensi (X1) Independensi (X2) Kualitas Audit (Y)
Corrected Item-Total Correlation 0.575 0.430 .437
P1
Corrected Item-Total Correlation 0.688 0.552 .415
P2
Corrected Item-Total Correlation 0.829 0.646 .409
P3
Corrected Item-Total Correlation 0.648 0.822 .609
P4
Corrected Item-Total Correlation 0.529 0.412 .559
P5
Corrected Item-Total Correlation 0.419 0.833 .660
P6
Corrected Item-Total Correlation 0.685 0.712 .747
P7
Corrected Item-Total Correlation 0.374 0.695 .587
P8
Corrected Item-Total Correlation 0.380 0.822 .429
P9
Corrected Item-Total Correlation 0.380 0.610 .492
P10
Corrected Item-Total Correlation 0.354 0.847 .529
P11
Corrected Item-Total Correlation 0.707 0.777 .653
P12
Cronbach's Alpha 0.749 0.768 0.747
Sumber : Data diolah SPSS, 2014

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas untuk pertanyaan 1-12 untuk variabel X1, X2 dan Y,
mempunyai nilai korelasi di atas 0,30 dan cronbach alpha ≥ 0,6. Semua dinyatakan reliabel dan valid.
C. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas

Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot

253
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS, 2014

Gambar 4.1 menunjukkan adanya persebaran data (titik) pada sumbu diagonal yang mendekati garis
diagonal. Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan penelitian ini memenuhi uji normalitas.

2) Uji Heteroskedastisitas
Pada uji heteroskedastisitas titik-titik tidak membentuk suatu pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, hal ini membuktikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Data diolah SPSS, 2014


3) Uji Multikoleniaritas

Tabel 9 Uji Multikoleniaritas


Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Kompetensi .537 1.864
Independensi .537 1.864
Sumber : Data diolah SPSS, 2014

Berdasarkan hasil coefficients yang terdapat pada tabel 4.7 dapat dilihat pada output coefficients model,
dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas jika VIF < 5. Nilai VIF untuk variabel kompetensi (X1) adalah
sebesar 1,864 < 5 dan nilai tolerance 0,537 > 0,10 dan nilai VIF independensi (X2) adalah 1,864 < 5 dan nilai
tolerance 0,537 > 0,10. Maka penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian ini.
D. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan tingkat
signifikan α = 0.05 yang terdiri dari : pengujian korelasi atau koefisien determinasi, uji f dan uji t.
1. Hasil Uji Korelasi dan Determinasi (R2)
a. Koefisien Korelasi (r)

254
Tabel 10 Koefisien Korelasi
Correlations

Kualitas Audit Kompetensi independensi


Pearson Correlation Kualitas Audit 1.000 .680 .734
Kompetensi .680 1.000 .681
Independensi .734 .681 1.000
Sig. (1-tailed) Kualitas Audit . .000 .000
Kompetensi .000 . .000
Independensi .000 .000 .
N Kualitas Audit 30 30 30
Kompetensi 30 30 30
Independensi 30 30 30
Sumber : Data diolah SPSS, 2014

Hasil olahan data menunjukkan bahwa variabel kompetensi (X1) mempunyai korelasi yang bersifat kuat,
positif dan signifikan dengan kualitas audit (Y) hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,680 >
0,5.
Untuk variabel independensi (X2) mempunyai korelasi yang bersifat kuat, positif dan signifikan dengan kualitas
audit (Y) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,743 > 0,5.

b. Koefisien Determinasi (R2)


Tabel 11 Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


1 .774a .599 .569 2.730
a. Predictors: (Constant), independensi, kompetensi
b. Dependent Variable: kualitas audit
Sumber : Data diolah SPSS, 2014

Pada tabel 4.9 diatas dapat diketahui besarnya koefisien determinasi (R2) terlihat dari nilai adjusted R
square karena penelitian ini memiliki lebih dari satu variabel bebas. Koefisien adjusted R square adalah sebesar
0,569 atau 56,9%. Maka data dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas audit (Y) yang dapat dijelaskan oleh
variabel kompetensi (X1) dan independensi (X2) adalah sebesar 56,9%. Sedangkan sisanya 43,1% dijelaskan oleh
variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Variabel lainnya seperti pengalaman kerja, tekanan
anggaran waktu, etika dan lain-lain.

2. Hasil Uji t (Parsial)


Tabel 12 Hasil Uji t untuk Hipotesis
Coefficientsa

Model Standardized Coefficients T Sig. 95.0% Confidence Interval for B


Beta Lower Bound Upper Bound
1 (Constant) 1.160 .256 -6.794 24.463
Kompetensi .337 2.027 .053 -.005 .828
independensi .504 3.029 .005 .138 .717
a. Dependent Variable: Kualitas Audit
T Tabel : 2.048
Sumber : Data diolah SPSS, 2014

255
Hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada signifikansi α=5% pada derajat kebebasan (N-2) = 30 – 2 = 28,
dapat diketahui nilai t tabel sebesar 2,048 adalah sebagai berikut:
a. Variabel kompetensi (X1) memiliki t hitung 2,027 unit lebih kecil dari t tabel 2,048 unit (t hitung 2,027 < t tabel
2,048) dan signifikansi 0,053 yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, pengujian menunjukkan variabel
kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit tetapi tidak terlalu signifikan.
b. Variabel independensi (X2) memiliki t hitung 3,029 unit lebih besar dari t tabel 2,048 (t hitung 3,029 > t tabel
2,048) dan signifikansi 0,005 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, pengujian menunjukkan variabel
independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

3. Hasil Uji F (Simultan)


Pengujian signifikan simultan (uji F) dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
1 Regression 300.719 2 150.360 20.169 .000a
Residual 201.281 27 7.455
Total 502.000 29
a. Predictors: (Constant), independensi, kompetensi
b. Dependent Variable: kualitas audit
Sumber : Data diolah SPSS, 2014

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari uji F test nilai F hitung sebesar
20.169 unit. Angka ini lebih besar dari F tabel 3.35 dengan nilai signifikan sebesar 0.000 atau lebih kecil dari nilai
probabilitas (p-value) 0,05 (0,000<0,05). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti
bahwa pengaruh kompetensi dan independensi secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.

4. Regresi Linear Berganda


Tabel 14 Tabel Regresi Berganda
Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients


B Std. Error
1 (Constant) 8.834 7.617
Kompetensi .411 .203
independensi .428 .141
Sumber : Data diolah SPSS, 2014

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diatas, maka dapat dihasilkan model regresi sebagai berikut:
Persamaan (4.1) : Y = 8,834 + 0,411X1 + 0,428X2
Dari hasil persamaan (4.1) dapat disimpulkan, jika variabel kompetensi dan independensi konstan maka
kualitas audit auditor adalah bertambah. Jika seorang auditor memiliki kompetensi dalam bidang audit maka akan
meningkatkan kualitas audit seorang auditor. Dan jika seorang auditor bersikap independen dalam setiap proses
audit maka akan meningkatkan kualitas audit.

E. Pembahasan
A. Pengaruh kompetensi secara parsial terhadap kualitas audit

256
Dari penelitian ini, diperoleh hasil bahwa kompetensi secara parsial mempunyai pengaruh positif terhadap
kualitas audit tetapi tidak terlalu signifikan. Penelitian ini didukung oleh penelitian Nungky, dkk (2011), ST Nur,
dkk (2011) dan Siti Nur (2010) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit
tetapi tidak signifikan.

B. Pengaruh independensi secara parsial terhadap kualitas audit


Independensi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Sikap
independensi auditor yang kuat akan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nugraha Eka Putra (2012), Harvita (2011), Nungky,
dkk (2011), ST Nur (2011) dan Siti Nur (2010) dimana independensi mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit. Dengan independensi yang tinggi, auditor dapat melaksanakan auditnya dengan bebas dan
tidak terpengaruh oleh klien atau apapun yang dapat mengubah opini audit yang akan diberikan kepada klien

C. Pengaruh kompetensi dan independensi secara simultan terhadap kualitas audit


Hasil penelitian ini secara simultan diketahui bahwa kualitas audit pada auditor di KAP dan BPK
Perwakilan RI di Sulawesi Utara dapat ditentukan oleh faktor kompetensi dan independensi dalam koefisien
determinasi R2 adalah 56,9 % dan selebihnya 43.1% ditentukan oleh faktor lain diluar model penelitian ini.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Nugraha Eka Putra (2012), Havita (2011), Nungky, dkk (2011), ST Nur ,
dkk (2011) dan Siti Nur (2010) dimana secara simultan kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Dengan kompetensi yang memadai dan didukung dengan sikap independen yang tinggi dari
auditor akan menghasilkan kualitas audit yang baik.

PENUTUP
Kesimpulan
a. Kompetensi seorang auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit tetapi tidak signifikan, sehingga
semakin tinggi tingkat kompetensi seorang auditor maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkan.
b. Independensi seorang auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sehingga semakin
tinggi independensi yang dimiliki seorang auditor maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. Namun
jika tidak memiliki independensi terutama jika mendapat tekanan-tekanan dari pihak klien maka kualitas audit
yang dihasilkannya juga tidak maksimal.
c. Kompetensi dan independensi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga auditor yang
memiliki kompetensi yang tinggi dan independensi yang kuat maka akan menghasilkan kualitas audit yang
baik.

Keterbatasan
Jumlah responden yang kurang pada KAP dan BPK Perwakilan RI di Sulawesi Utara dan pengukuran
seluruh variabel mengandalkan pengukuran subyektif atau berdasarkan pada persepsi responden saja. Pengukuran
subyektif rentan terhadap munculnya bias atau keasalahan pengukuran.

Saran
A. Bagi Praktisi
Audit sebaiknya dilakukan oleh auditor yang sudah berpengalaman dan dipandang mempunyai pengetahuan
yang memadai serta mempunyai sikap mental independen yang tidak terpengaruh oleh klien atau siapapun yang
dapat menurunkan kualitas audit dalam melaksanakan tugas auditnya. Disamping itu, harus dilakukan telaah hasil
pemeriksaan auditor untuk menjamin bahwa pemeriksaan yang dilakukan telah sesuai dengan standar profesional
yang berlaku dan berkualitas.
B. Bagi Pengembangan Ilmu
Keterbatasan-keterbatasan yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat menjadi ajang perbaikan bagi
peneliti sejenis di masa yang akan datang. Penelitian mendatang sebaiknya memperluas cakupan geografis sampel,
misalnya dengan mengambil sampel auditor pada KAP dan BPK Perwakilan RI di kota-kota besar seluruh
Indonesia, sehingga hasil penelitian memiliki daya generalisir yang lebih kuat.

257
DAFTAR PUSTAKA

Alfred F. Kaunang , 2012, Pedoman Audit Internal, Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer

Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, 2010, terjemahan Gina Gania Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi, edisi 12, Jakarta : Erlangga

Amin Widjaja Tunggal, 2013, Auditng & Assurance Services Kumpulan Soal dan Penyelesaian, Jakarta:
Harvarindo

Anwar Nasution, 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Jakarta : Badan Pemeriksaan Keuangan Republik
Indonesia

Asna Manulang, 2010, Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Resiko Kesalahan Terhadap Penurunan Kualitas
Audit, STIE Pelita Nusantara Semarang, Semarang

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2010, Pendidikan, Pelatihan Dan Sertifikasi Auditor Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah PER – 1274/K/JF/2010, Jakarta : BPKP

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi, Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada

David P.E. Saerang, 2013, Buku Panduan Penulisan Skripsi dan Artikel, Manado: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNSRAT

Hery, S.E., M.Si., 2011, Auditing I Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi, Edisi 1, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group

HM. Sonny Sumarsono, 2004, Metode Riset SDM, Yogyakarta : Graha Ilmu

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta : Salemba Empat

John C. Maxwell, 2011, Etika Yang Perlu Diketahui Setiap Pemimpin, Jakarta : Libri

Maryanto Supriyanto, 2011, Buku Pintar Perbankan, Yogyakarta : Andi

Nugraha Eka Putra, 2012, “Pengaruh Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika, dan Independensi
Auditor terhadap Kualitas Audit, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Rahmadi Murwanto, Adi Budiarso, Fajar Hasri Ramadhana, Audit Sektor Publik Suatu Pengantar Bagi
Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah, LPKPAP BPPK Departemen Keuangan RI

Sekar Mayangsari dan Puspa Wandanarum, 2013, Auditing Pendekatan Sektor Publik dan Privat, Jakarta : Media
Bangsa

258
Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajer pada
Perusahaan Kontraktor di Kota Manado.

Natalia Gladys Tumbel


Herman Karamoy
Victorina Z Tirayoh
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: natalia_gladys@yahoo.com

ABSTRAK
Persaingan bisnis yang meningkat dewasa ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan
kemampuan yang ada semaksimal mungkin, agar unggul dalam persaingan. Untuk tetap bertahan
dalam lingkungan persaingan bisnis saat ini, pelaku bisnis harus mampu menciptakan kondisi bisnis
yang fleksibel dan inovatif, dan pelaku bisnis harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal
perusahaan yang semakin sulit diprediksi. Keunggulan daya saing yang dapat diciptakan oleh
perusahaan dapat dicapai dengan salah satu cara, yaitu meningkatkan kinerja manajer.Oleh karena itu
perusahaan dituntut umtuk memiliki keunggulan dibandingkan perusahaan lainnya. Kinerja manajer
dalam perusahaan merupakan salah satu jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan perusahaan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan informasi akuntansi manajemen
terhadap kinerja manajer pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado. Objek yang diteliti dalam
penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan kontraktor yang ada di Kota Manado dengan jumlah
sampel yang diteliti berjumlah 30 reponden. Adapun variabel bebas (X) yang diteliti dalam penelitian
ini adalah informasi akuntansi manajemen serta variabel terikat (Y) adalah kinerja manajer. Penelitian
ini menggunakan metode analisis regresi linear sederhana dan diperoleh persamaan Y= 13.914 +
0,291X Hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 0,175 memberikan pengertian bahwa kinerja
manajer perusahan dipengaruhi oleh faktor informasi akuntansi manajemen Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa informasi akuntansi manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
manajer pada perusahaan Kontraktor di Kota Manado.
Kata Kunci : Informasi Akuntansi Manajemen, Kinerja Manajer

Abstract
Competition increased business today requires companies to enhance existing capabilities as
much as possible , in order to excel in competition . To survive in today's competitive business
environment , businesses must be able to create conditions that are flexible and innovative business ,
and businesses need to consider external factors are more difficult to predict . Competitive advantage
can be created by the company can be achieved one way , which improves performance because the
company is required manajer.Oleh umtuk has advantages over other companies . Manager of the
company 's performance is one of the success or failure response company goals . The purpose of this
study was to determine the effect of the use of management accounting information to managers on
the performance of contractor in the city of Manado . Objects that are examined in this study are
contracting companies in the city of Manado the number of samples studied were 30 respondents .
The independent variable ( X ) are examined in this study is the management accounting information
as well as the dependent variable ( Y ) is the manager 's performance . This study uses a simple linear
regression analysis and obtained the equation Y = 13 914 + 0.291 X Results calculated determination
coefficient of 0.175 gives the sense that the manager of the company 's performance is affected by
factors accounting information management results of this study indicate that management
accounting information significantly affect the performance of managers in Contractor companies in
the city of Manado.
Keywords : Information Management Accounting , Performance Manager

259
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persaingan bisnis yang meningkat dewasa ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan
kemampuan yang ada semaksimal mungkin, agar unggul dalam persaingan. Untuk tetap bertahan
dalam lingkungan persaingan bisnis saat ini, pelaku bisnis harus mampu menciptakan kondisi bisnis
yang fleksibel dan inovatif, dan pelaku bisnis harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal
perusahaan yang semakin sulit diprediksi. Keunggulan daya saing yang dapat diciptakan oleh
perusahaan dapat dicapai dengan salah satu cara, yaitu meningkatkan kinerja manajer.
Untuk itu, diperlukan langkah strategis untuk mengantisipasi merosotnya kinerja manajer
tersebut. Salah satunya yang diperlukan adalah terciptanya suatu sistem informasi yang terarah dan
terintegrasi dengan baik. Perencanaan sistem informasi merupakan bagian dari sistem pengendalian
organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian, agar bisa memberikan kontribusi positif dalam
mendukung keberhasilan sistem pengendalian organisasi tersebut.
Manajer juga berkewajiban mempertahankan kelangsungan hidup (survive) serta
mengendalikan perusahaan (going concern). Pengaruh penggunaan informasi akuntansi manajemen
terhadap kinerja manajer ini perlu untuk meneliti penyimpangan itu terjadi, apa penyebabnya dan
siapa saja yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Informasi Akuntansi Manajemen
terhadap kinerja manager adalah pengukuran kinerja manajer yang dilakukan atasan dengan
memperhatikan kinerja bawahan yang diukur dalam akuntansi, yang pada awalnya dispeksikasikan
sebagai budget (Garrison, 2003;319).
Menyadari betapa besarnya manfaat sistem akuntansi manajemen dalam suatu perusahaan
khususnya bagi manajer untuk melakukan suatu perencanaan dan pengambilan keputusan maka
penulis mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap
Kinerja Manajer Pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado”.
Perumusan Masalah
“Apakah ada Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja
Manajer Pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado”.
Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja


Manajer Pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado.

Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan masukan dan manfaat bagi pimpinan perusahaan khususnya pada
perusahaan-perusahaan kontraktor di Manado dalam upaya meningkatkan kinerja manajer.
2. Bagi semua pihak yang terkait dengan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau acuan
dalam penelitian berikut.
3. Bagi penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh serta menambah wawasan
manajemen sumber daya manusia.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan
tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan teori diatas dapat disusun hipotesis penelitian
sebagai berikut.
Ho : Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen tidak berpengaruh terhadap Kinerja Manajer
pada Perusaahaan Kontraktor di Kota Manado.
Ha : Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen berpengaruh terhadap Kinerja Manajer pada
Perusaahaan Kontraktor di Kota Manado.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Akuntansi Manajemen


Hariadi (2002:23), menyatakan “Akuntansi Manajemen merupakan proses identifikasi,
pengukuran, pengumpulan, analisis, pencatatan interpretasi dan pelaporan kejadian-kejadian ekonomi

260
suatu badan usaha yang dimaksudkan agar manajemen dapat menjalankan fungsi perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan “.
Simamora (2000:12), “Akuntansi Manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran,
penganalisisan, penyusunan, penafsiran, dan penyampaian informasi yang membantu para manajer
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi”.

Sistem Akuntansi Manajemen

Prasetya (2002). “Sistem akuntansi manajemen adalah suatu mekanisme pengendalian


organisasi serta merupakan alat yang efektif dalam menyediakan informasi yang berguna untuk
memprediksi konsekuensinya yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif aktifitas yang dilakukan.

Pengertian Informasi Akuntansi Manajemen


Informasi merupakan stimulan yang merangsang seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Mulyadi (2002;9). Informasi diperlukan oleh manusia untuk mengurangi ketidakpastian dalam
pengambilan keputusan.
Manfaat Informasi Akuntansi Manajemen
Diana dan Setiawati (2011:1) Informasi Akuntansi Manajemen, berguna untuk mendukung
fungsi operasional dan dalam pengambilan keputusan manajemen.
Pengertian Akuntansi Manajemen Pertanggungjawaban
Salah satu informasi akuntansi manajemen untuk tujuan pengendalian adalah informasi
akuntansi manajemen pertanggungjawaban. Dikatakan demikian karena akuntansi
pertanggungjawaban menghendaki perhatian spesifikasi oleh stuktur organisasi perusahaan..Informasi
akuntansi manajemen pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan atau yang
dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu
(Mulyadi 2001;18).
Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen Pertanggungjawaban
Informasi akuntansi manajemen pertanggungjawaban tradisional Mulyadi (2001;18) memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban informasi akuntansi manajemen
pertanggungjawaban tradisional mengidentifikasikan pusat pertanggungjawaban sebagai unit
organisasi seperti departemen, keluarga produk, tim kerja atau individu.

2. Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang bertanggungjawab atas
perusahaan tersebut, standar yang digunakan biasanya adalah anggaran perusahaan yang
berisi biaya standar.
3. Manajer secara individual diberi penghargaan atas hukuman berdasarkan kebijakan
manajemen yang lebih tinggi.
Keuntungan dan Kelemahan Pendelegasian Tanggungjawaban
Pendelegasian tanggungjawaban dari manajer atasan ke manajer bawahan memiliki
keuntungan sebagai berikut :
1. Pimpinan mempunyai waktu yang lebih banyak untuk mencurahkan perhatian pada
perencanaan umum, sehingga tidak kewalahan dalam pengambilan keputusan masalah rutin
sehari-hari.
2. Pembagian tugas dan tanggungjawab diantara manajer atau karyawan membuat masing-
masing memiliki waktu yang cukup untuk memperhatiakn tugasnya.
mendelegasikan pertanggungjawaban ini juga memiliki kelemahan yaitu :
1. Sulit menentukan luasnya wewenang dan tanggungjawaban yang harus di delegasikan.
2. Prosesnya memakan waktu dan mahal, karena para manajer pusat pertanggungjawaban harus
dipilih dan dilatih terlebih dahulu.
3. Bermacam-macam aktivitas dari pusat pertanggungjawaban yang berbeda harus
dikoordinasikan dan hal ini merupakan tugas yang sulit.
Tanggung Jawab Ganda (Dual Responsibility)
Perusahaan yang memiliki banyak departemen, bagian, unit-unit usaha cenderung untuk
memberikan tanggung jawab kepada seorang manajer lebih dari satu unit usaha atau memungkinkan
akan terjadi tanggung jawab ganda terhadap pembebanan biaya.

261
Perbedaan Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan
Garrison, Noreen yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2000;6),
Akuntansi Manajemen :

1. Laporan ditujukan pada pihak internal untuk: perencanaan, pengarahan, dan motivasi
pengendalian, penilaian kinerja.
2. Menekankan pada keputusan yang memiliki dampak dimasa datang.
3. Menekankan pada relevansi dan fleksibilitas data.
4. Menekankan pada ketepatan waktu.
5. Disusun secara detail untuk departemen produk, konsumen, dan karyawan.
6. Tidak perlu mengikuti aturan PABU.
7. Tidak bersifat mandatori.
Akuntansi Keuangan :

1. Laporan ditujukan pada pihak luar :


Pemilik, kreditur, otoritas pajak, pembuat aturan.
2. Menekankan peringkasan keuangan dan aktivitas masa lalu.
3. Menekankan pada objektivitas dan dapat diverifikasikannya data keuangan.
4. Menuntut presisi
5. Disusun untuk data keuangan perusahaan secara keseluruhan.
6. Taat pada PABU.
7. Bersifat mandatori ( wajib) untuk laporan eksternal.
Pengertian Kinerja Manajer
Menurut Henry Simamora.“Kinerja manajer adalah tingkat dimana para manajer mencapai
persyaratan-persyaratan pekerjaan”.
Menurut Moeheriono 2012, indikator kinerja sebagai berikut : (1) efektif, (2)Efisien,
(3)Kualitas, (4)Ketetapan waktu, (5)Produktivitas, dan (6)Keselamatan.
Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat manajemen kinerja antara lain: mengupayakan klarifikasi kinerja dan harapan
perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan
individual, mengusahakan penghargaan nonfinansial pada staf, membantu karyawan yang kinerjanya
rendah, digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung kepemimpinan, proses motivasi dan
pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk meninjau ulang kinerja dan tingkat
kompensasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) mengungkapkan bahwa “Kinerja merupakan
gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan
penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi pekerja”.
Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti/ Penelitian Penelitian
Tahun

262
1. Lili Hubungan Bertujuan Deskriptif Hubungan Peneliti Peneliti
Sugeng antara untuk antara sebelumnya sebelumnya
dan sistem mengetahui sistem melakukan lebih
Wiyanto pengendal dan menilai pengendalia penelitian memaparka
ro dan ian Hubungan n terhadap n tentang
arifin manajeme antara manajemen faktor yang hubungan
Sabeni n dengan sistem dengan sama sistem
(2007) perilaku pengendalia perilaku perilaku pengendalia
manajer: n manajer atau kinerja n
Budaya manajemen telah manajer manajemen
nasioanal dengan sesusai perusahaan dengan
sebagai perilaku yang dalam perilaku
variabel manajer: seharusnya tugasnya manajer:
moderatin Budaya dilakukan untuk sebagai
g pada nasioanal oleh menunjang variabel
perusahaa sebagai seorang efektivitas moderating
n variabel manajer kinerja pada
manufakt moderating sehingga seorang perusahaan
ur Jawa pada perusahaan manajer manufaktur
Tengah perusahaan dapat yang sedangkan
manufaktur berjalan bertanggun peneliti
Jawa dengan g jawab menggunak
Tengah secara an
efektif dan pengaruh
efisien. penggunaan
informasi
akuntansi
manajemen
dalam
menilai
kinerja
manajer.

Desentralis Peneliti
Pengaruh Peneliti
2. Oktafia Deskriptif asi dan sebelumnya
Desentrali Untuk sebelumnya
F. Sistem meneliti
sasi dan mengetahui melakukan
Ingkiriw Akuntansi tentan g
Sistem dan menilai penelitian
ang(070 Manajemen desentralisa
Akuntansi Pengaruh tentang
614250) berpengaru si peneliti
Manajem Desentralis pengaruh
h terhadap sekarang
en asi dan informasi
kinerja tidak.
Terhadap Sistem akuntansi
Kinerja manajer
Akuntansi sehingga manajemen
Manajer Manajemen terhadap
Pada perusahaan
Terhadap dapat kinerja
Perusahaa Kinerja manajer
n Jasa berjalan
Manajer secara pada
Dealer di Pada perusahaan.
Kota efektif dan
Perusahaan efisien.
Manado Jasa Dealer
di Kota
Manado

263
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Metode Penelitian Kualitatif

Metode penelitian kualitatif ini sering disebut ‘metode naturalistik’ karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah disebut pula sebagai metode etnografi karena pada awalnya
metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya

B.Bungin (2009), Pengumpulan data kualitatif menggunakan metode pengamatan yang


umumnya digunakan dari tradisi kualitatif seperti wawancara bertahap dan mendalam, observasi
partisipasi, diskusi terfokus. memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
Metode Penelitian Kuantitatif

Pada penelitiam kuantitatif, teori atau paradigma teori digunakan untuk menuntun peneliti
untuk menemukan masalah penelitian, menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep,
menemukan metodologi, dan menemukan alat-alat analisis data, Bungin.B (2011) .

Tempat dan Waktu Penelitian

Objek penelitian pada Perusahaan Kontraktor yang ada di Manado. Waktu penelitian dimulai
pada bulan juli.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah sebagai berikut.

1. Persiapan
2. Observasi
3. Wawancara
4. Konsultasi
Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah para manajer perusahaan kontraktor dengan jumlah 30
orang. Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan responden, yaitu sebanyak 30 responden.

Metode Pengumpulan Data

Jenis Data

Menurut Bungin. B (2011:130) data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu sebagai
berikut :

1. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka.
2. Data kuantitatif lebih mudah dimengerti bila dibandingkan dengan jenis data kualitatif.
Sumber Data

Menurut Bungin. B (2011;130) berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan


sebagai berikut :

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau
objek penelitian.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data
yang kita butuhkan.
Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini baik sumber data
tertulis maupun tidak tertulis dengan cara ;

264
1. Penelitian Lapangan (field research.

2. Penelitian Kepustakaan (library research).

3. Dokumnetasi

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana,
yang adalah suatu metode statistik umum yang digunakan untuk menguji variabel tak bebas
(dependent variabel) dalam kelompok Yi dengan sebuah variabel bebas (independent variabel) yang
terdapat pada kelompok Xi dan pemrosesan data menggunakan software SPSS versi 14.0.

Pengujian realibiltas dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan dapat
dipercaya atau diandalkan dengan menggunakan analisis realibility melalui metode Cronbach Alpha
yang diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1.

Tabel.3.1 Tingkat Reliabilitas

Tingkat Reliabilitas Berdarkan Nilai Alpha


Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel
> 0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel
> 0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel
> 0,60 s/d 0,80 Reliabel
> 0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel
Sumber : Triton P. B (2006:248)
Pengukuran Variabel

- Variabel bebas ( X ) :
Variabel Bebas adalah (Variabel Independen) adalah variabel yang menentukan arah atau
perubahan tertentu pada variabel tergantung, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas
dari “pengaruh” variabel tergantung.. Variabel bebas penelitian ini adalah penggunaan informasi
akuntansi manajemen. Variabel ini diukur dengan satuan score.
- Variabel tergantung ( Y )
Variabel tergantung (Variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Variabel tergantung atau biasa lebih dikenal dengan variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kinerja manajer. Variabel ini diukur dengan satuan score

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan pada 30 orang manajer pada perusahaan – perusahaan kontraktor
yang ada di Kota Manado:

Uji Kualitas Data

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan kuesioner tertutup
sebagai alat utama untuk memperoleh data.

a. Pengujian Validitas

Hasil pengujian validitas dengan taraf signifikan sebesar 5% dan jumlah responden sebanyak
30 orang.

265
Correlations

Y X

Y 1.000 .418
Pearson
Correlation
X .418 1.000

Y . .011
Sig. (1-tailed)
X .011 .

Y 30 30
N
X 30 30

b. Pengujian Reliabilitas
Metode pengujian reliabiltas adalah dengan menggunakan analisis reliability melalui metode
Cronbach Alpha yang diukur berdasarkan skala alpha 0 sampaii dengan 1.
Tabel 4.6
Tingkat Reliabilitas Berdarkan Nilai Alpha
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel
> 0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel
> 0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel
> 0,60 s/d 0,80 Reliabel
> 0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel
Sumber : Triton P. B (2006:248)
Hasil uji reliabilitas Informasi Akuntansi Manajemen dan
Kinerja
Tabel 4.7
Reliability Statistics Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items Cronbach's Alpha N of Items
.974 5 .850 5

Hasil Pengujian Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas
Persamaan regresi yang baik memiliki distribusi variabel-variabel yang normal atau
mendekati normal. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan pendekatan grafik Normal P-P
Plot Of Regression Standardized Residual dan mengikuti arah diagonal tersebut, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.1
Grafik Normalitas

266
Sumber: Data Olahan, 2013
2. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dalam penelitian ini, dapat dilihat melalui analisis
grafik Scatterplot pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Sumber: Data Olahan, 2013


3. Uji Multikolinearitas
Mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis Variance Inflation Factor
(VIF). Nilai VIF yang bisa ditoleransi adalah 10.
Tabel 4.8
Collinearity Statistics
a. Dependent

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)
1
X 1.000 1.000

Variable : Y (Kinerja Manajer)

Sumber : Data Olahan 2013

4.. Uji Autokorelasi


Untuk memeriksa adanya autokorelasi, biasanya memakai uji Durbin Watson (DW) dengan
kriteria keputusan sebagai berikut :

Jika DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi autokorelasi.


Jika 1,65< DW <2,35 maka tidak terjadi autokorelasi.
Jika 2,35 < DW < 2,79 maka autokorelasi tidak dapat disimpulkan.
Deteksi adanya autokorelasi yaitu dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) pada Tabel 4.9
berikut.
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Autokorelasi
Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-


Square the Estimate Watson

1 .418a .175 .146 3.10930 1.604

a. Predictors: (Constant), INFORMASI AKT MAN


b. Dependent Variable: KINERJA
Sumber : Data Olahan 2013

267
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif jawaban responden ditunjukkan dalam Tabel 4.10 sebagai berikut
:
Tabel 4.10
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Y 19.1667 3.36394 30

X 18.0667 4.84187 30

Sumber : Data Olahan 2013


Hasil Regresi Linier
Tabel 4.11

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 13.914 2.228 6.245 .000


1
X .291 .119 .418 2.438 .021

Dependent Variable : Y (Kinerja Manajer)

Sumber : Data Olahan, 2013


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa Penggunaan informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap
kinerja manajer pada perusahaan kontraktor di Kota Manado.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, membuktikan bahwa kinerja manajer pada perusahaan


kontraktor yang ada di Kota Manado dipengaruhi oleh penggunaan informasi akuntansi manajemen.
Oleh karena itu, saran yang dapat diberikan oleh penulis sebagai berikut.
1. Perusahaan Kontraktor yang ada di Kota Manado disarankan untuk mempertahankan kinerja
manajer dengan adanya penggunaan informasi akuntansi manajemen yang sudah cukup baik.
2. Perlu dilakukan pembinaan secara kontinyu untuk lebih meningkatkan setiap kinerja kerja
setiap para manajer.

Daftar Pustaka
Anastasia Diana dan Lilis Setiawati,2011. Sistem Informasi Akuntansi : Perancangan, Proses, dan
Penerapan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Bungin. B, 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan


Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya Edisi ke-2 Cetakan ke-6, Penerbit Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.

268
Bungin, B 2009. Penelitian Kualitatif Kuanlitatif. Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta
Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Edisi 1 Cetakan ke-3 Penerbit Kencana Prenada Media Group,
Jakarta.

Garisson, Ray h, dan E.W. Noreen, 2000, Akuntansi Manajerial, Diterjemahkan oleh Totok
Budi Santosa, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Hansen, Don R dan M Mowen, 2000. Akuntansi Manajemen, Diterjemahkan oleh Ancella A.
Hermawan, Penerbit Erlangga, jakarta.

Hariadi Bambang, 2002. Akuntansi Manajemen : Suatu Sudut Pandang, Edisi ke 1 Cetakan
Pertama Penerbit Erlangga Jakarta

Moeheriono, 2012, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi Cetakan ke 1 Edisis Revisi,


Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta
Mulyadi 2001, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.

Priyono P. P Prasetya, 2002. Pengaruh Locus Of Control Trrhadap Hubungan antara


Ketidaktentuan Lingkungan dengan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi
Manajemen, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Volume 5

Simamora Henry, 2012. Akuntansi Manajemen, Edisi ke Penerbit Star Gate Publisher, Riau

Yusuf Haryono,2003, Dasar-dasar Akuntansi, Jilid II, Edisi ke 6 Cetakan Kedua, penerbit
Liberty, Yogyakarta

Sumber : http://aftonisutanto.files.wordpress.com/2009/12/8-pengukuran-kinerja-
manajemen.ppt jam 22:30
Sumber : http://dwiiba.wordpress.com/manajemen-kinerja/ 30 November 2013 jam 22:49

Sumber : http://eprints.uny.ac.id/9030/3/BAB%202%20-08404244009.pdf 5 Desember


2013 jam 23:05

Sumber: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/kinerja-karyawan-definisi-faktor-yang.html 5
Desember 2013 jam 23.

269
ANALISIS ALOKASI BIAYA BERSAMA UNTUK PENENTUAN BIAYA
PRODUKSI NUTELLA CHEESE CUPCAKE DAN COOKIES CUPCAKE
PADA SHMILY CUPCAKES SAMRAT MANADO

Olivia A. Tumbol
Jantje Tinangon
Stanley Kho Walandow
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email: olivia_tumbol@yahoo.com

ABSTRAK
Dalam meningkatkan usahanya perusahaan perlu melakukan proses
produksi yang tepat supaya produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasaran.
Salah satu usaha tersebut yaitu dengan memanfaatkan satu atau beberapa bahan
baku utama untuk menghasilkan dua atau lebih jenis produk yang hampir sama
tetapi dengan variasi yang berbeda dengan mengalokasikan biayanya secara
akurat pada masing-masing produk sehingga dapat memaksimalkan laba yang
diperoleh.Untuk mengalokasikan biaya-biaya tersebut secara akurat pada masing-
masing produk yaitu dengan metode nilai jual relatif. Dimana data yang
dipergunakan merupakan data primer yang didapat langsung dari perusahaan.
Data yang digunakan berupa harga jual produk, biaya tenaga kerja langsung, biaya
bahan baku, biaya operasional pabrik dan biaya pemasaran.Dari analisis yang
dilakukan melalui perhitungan alokasi biaya bersama dengan menggunakan
metode dengan nilai jual relatif tersebut dapat diketahui bahwa hasil yang
diperoleh dari perhitungan alokasi biaya bersama pada Shmily Cupcake dengan
menggunakan metode nilai jual relatif maka diperoleh alokasi biaya bersama
untuk Nutella Cheese Cupcake sebesar Rp 56.723 dan untuk Cookies Cupcake
sebesar Rp. 60.108 dari total biaya bersama sebesar Rp116.716, yang diperoleh
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabri

ABSTRACT
Guidance of in the company needs to improve its business processes so
that the appropriate production produced products can compete in the market .
One such effort is to utilize one or several main raw material to produce two or
more types of products are almost the same but with different variations to
accurately allocate costs to each product so as to maximize profits.To allocate
these costs accurately on each product is the relative sales value method . Where
the data used is primary data obtained directly from the company . The data used
in the form of selling price , direct labor costs , raw material costs , plant
operating costs and marketing costs .From the analysis conducted through joint
cost allocation calculation using the relative sales value method can be seen that
the results obtained from the calculation of the cost allocation with the Cupcake
Shmily using the relative sales value method of cost allocation obtained with
Nutella Cheese Cupcake for Rp 56 723 and Cookies Cupcake for Rp . 60 108 of
the total cost of Rp116.716 shared , derived from raw material costs , direct labor
costs and factory overhead costs.

270
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama
dengan menggunakan empat metode yang terdiri dari metode nilai jual relatif,
metode kuantitatif, metode biaya perunit rata-rata dan metode rata-rata
tertimbang. Dimana yang dibahas dalam pembahasan ini adalah metode nilai jual
relatif yang banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada
produk bersama Nutella Cheese Cupcake dan Cookies Cupcake. Dasar pikiran
metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya
yang dikeluarkan dalam memperoleh produk tersebut.
Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk perhitungan laba, agar dapat
diketahui berapa kontribusi masing-masing produk bersama terhadap seluruh laba
yang diperoleh perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka
penulis dalam penulisan ini mengambil judul “ANALISIS ALOKASI BIAYA
BERSAMA UNTUK PENENTUAN BIAYA PRODUKSI NUTELLA
CHEESE CUPCAKE DAN COOKIES CUPCAKE PADA SHMILY
CUPCAKES”.
Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini penulis mengambil perumusan masalah:
1. Bagaimanakah menganalisa alokasi biaya bersama untuk penentuan biaya
produksi Nutella Cheese Cupcake dan Cookies Cupcake?
2. Apakah hasil analisa alokasi biaya bersama untuk penentuan biaya produksi
Nutella Cheese Cupcake dan Cookies Cupcake ?
Tujuan penelitian
Tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui analisa alokasi biaya bersama untuk penentuan biaya
produksi Nutella Cheese Cupcake dan Cookies Cupcake
2. Untuk mengetahui hasil analisa alokasi biaya bersama untuk penentuan biaya
produksi Nutella Cheese Cupcake dan Cookies Cupcake
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademis Memberikan nilai tambah bagi penulis berkaitan dengan
judul atau tema yang diambil serta sebagai bagian dari syarat untuk
mencapai gelar Setara Sarjana Muda.
b. Manfaat praktis bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian, diharapkan
hasil penelitian dapat menjadi acuan serta pertimbangan khusus dalam
pengambilan keputusan dimasa akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Produk Bersama
Masalah akuntansi dalam produk bersama adalah masalah alokasi biaya
bersama. Alokasi tersebut bertujuan untuk penetuan harga pokok dan penentuan
nilai persediaan. Dengan kata lain tujuan akhir alokasi biaya bersama adalah
untuk memberikan informasi kepada manajemen baik untuk kepentingan
penyusunan laporan keuangan.

271
Akuntansi adalah seni penctatan, penggolongan, peringkasan dan
pelaporan transaksi-transaksi keuangan suatu organisasi dengan cara-cara tertentu
yang sistematis, serta penafsiran terhadap hasilnya.
Akuntansi biaya adalah salah satu dari sekian banyak displin ilmu dalam
akuntans. Akuntansi biaya secara sederhana dapat diartikan dari istilahnya sebagai
akuntansi yang khusus digunakan untuk pengukuran dan pelaporan biaya.
Dari definisi akuntansi biaya tersebut diatas, dapat diuraikan beberapa
pengertian dalam akuntansi biaya, sebagai berikut.
1. Akuntansi biaya merupakan ILMU, dalam pengertian bahwa akuntansi biaya
merupakan hal yang dapat dipelajari dan tentu saja telah memenuhi kaidah-kaidah
tertentu untuk dapat diakui sebagai suatu displin ilmu, antara lain logis, dan telah
diterima serta dipraktekkan oleh banyak orang.
2. Akuntansi biaya merupakan SENI, dalam pengertian bahwa akuntansi biaya
adalah bagian disiplin ilmu social yang karakteristiknya antara lain didasarkan
atas suatu set asumsi tertentu. Asumsi tretentu dapat diungkapkan baik secara
implicit maupun eksplisit. Dan perhitungan dalam akuntansi biaya sebenarnya
merupakan model yang merupakan abstraksi dari dunia nyata, yang yentu saja
memliki berbagai keterbatasan tergantung pada set asumsi yang membentuk
model itu sendiri.
Pengertian Biaya bersama
Biaya bersama adalah biaya mengoperasikan suatu fasilitas, aktivitas, atau
objek biayayang dibagi oleh dua atau lebih pengguna. Tujuannya adalah untuk
mengalokasikan biaya bersama ke setiap pengguna dengan cara yang wajar
berdasarkan biaya individual dari objek biaya.
Biaya bersama adalah biaya yang timbul karena pemrosesan atau pabrikasi
beberapa jenis barang secara bersama-sama (Armanto Witjaksono, 2006; 90).
Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai
macam produk yang berupa produk bersama mocca taart dan lemon taart.
Pengertian biaya bersama menurut Mulyadi dalam bukunya akuntansi biaya, biaya
bersama adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah
sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya.
Sedangkan menurut Abdul Halim dalam bukunya dasar-dasar akuntansi
biaya 2, biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk
menjadi beberapa macam.
Dan menurut Supriyono dalam bukunya akuntansi biaya , biaya bersama
adalah biaya produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik yang semuanya tidak dapat diikuti jejaknya
pada macam produk tertentu.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan biaya bersama adalah
biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku, tenaga kerja dan overhead
pabrik yang menghasilkan dua jenis produk atau lebih.
Pengertian Produk Bersama
Bila dalam satu proses produksi dihasilkan lebih dari satu produk maka
produk tersebut dinamakan produk bersama. Produk bersama adalah dua produk
atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan
proses gabungan (Mulyadi, 2005; 335).

272
Sedangkan menurut Abdul Halim dalam bukunya dasar-dasar akuntansi
biaya, produk bersama adalah beberapa produk yang dihasilkan dari suatu
rangkaian atau seri proses produksi secara serempak dengan menggunakan bahan
baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang sama, yang tidak dapat dilacak,
dibedakan atau dipisahkan pada setiap produk dan mempunyai nilai jual atau
kuantitas produk relatif sama.
Dan menurut Supriyono dalam bukunya akuntansi biaya, produk bersama
adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama-sama dengan
mengunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan
fasilitas pabrik yang sama tersebut tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam
produk tertentu.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan produk bersama adalah
dua jenis produk atau lebih yang diproduksi secara bersama-sama dalam satu
rangkaian proses produksi dan masing-masing produk mempunyai harga jual yang
relatif sama.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Menurut Kuncoro (2001) data berdasarkan jenis terbagi dua, yaitu sebagai berikut.
1 Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk numerik
seperti data laporan keuangan, data arus kas dan lain sebagainya.
2 Data kualitatif, yaitu data yang tidak dinyatakan dalam bentuk
numerik tetapi berupa gambaran deskriptif dalam bentuk uraian
seperti gambaran umum perusahaan, kegiatan operasional
perusahaan dan data kepustakaan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu
menganalisis alokasi biaya bersama dengan cara mendeskripsikannya pada data –
data yang sudah ada.
Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis
sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa.
Penelitian yang diharuskan untuk menggunakan hipotesis adalah penelitian
experimental, correlational dan explanatory. (Sugiyono, 2006:70)
Sumber data yang digunakan dalam sebuah penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan, atau laporan yang telah tersimpan dalam arsip yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan ini, maka
penulis menggunakan metode penelitian lapangan dan kepustakaan.
Metode penelitian lapangan (Field Research)
Metode pengumpulan data melalui penelitian lapangan dilakukan dengan cara :
a. Wawancara yaitu teknik tanya jawab untuk mencari
informasi dari sumber yang bersangkutan, dalam hal ini

273
melakukan wawancara dengan piahak-pihak yang
berkepentingan dengan masalah yang akan diteliti.
b. Pengamatan langsung yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara terjun kelapang dan kemudian
mengumpulkan data hasil pengamatanuntuk mendapatkan
data yang lebih akurat.
Metode penelitian kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian menggunakan data sekunder yang bersumber dari buku-
buku yang erat kaitannya dengan masalah ini. Dimana dilakukan dengan mencari
berbagai materi dari buku-buku yang dapat dijadikan acuan dalam penulisan ini.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Obyek Penelitian
Pada umumnya setiap perusahaan menghendaki tujuan dari perusahaan
yang telah ditetapkan bisa tercapai. Agar tujuan perusahaan tersebut dapat
tercapai, maka perusahaan memerlukan struktur organisasi. Tujuan disusunnya
suatu struktur organisasi yang jelas pada suatu perusahaan akan dapat
memudahkan para karyawan dalam perusahaan tersebut untuk menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan pada struktur organisasi
yang telah disusun oleh perusahaan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam
menjalankan pekerjaan masing-masing.
Struktur Organisasi perusahaaan sangat berguna untuk menentukan
pembagian tiap-tiap departemen atau bagian, sehingga masing-masing karyawan
dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenang secara jelas.Adapun
struktur organisasi pada perusahaan Shimily Cupcakes sangat sederhana karena
perusahaan masih merupakan perusaan yang berbasis usaha dagang.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berikut ini akan diuraikan toal penjualan Shimily Cupcakes selama bulan
Oktober beserta rincian biaya produksi dan akan dijelaskan perhitungan alokasi
biaya bersama pada Nutella Cheese Cupcake dan Cookies Cupcake.
Total Unit Produksi
Dalam satu bulan Shimily Cupcakes memproduksi 15 jenis
cupcakes.Berikut ini diuraikan total unit produksi masing-masing produk yang
dijual oleh Shimily Cupcakes dalam satu bulan:

274
Tabel 4.1
Total Unit Produksi Bulan Oktober 2013
NAMA PRODUK Total Unit Penjualan
Nutella Milo 750
Nutella Triple Chocolate 750
Nutella Triple Cheese 750
Nutella Cheese Cupcake 750
Cookies Cupcake 750
1.500

Red Velvet 500


Red Velvet Oreo 500
Nutella Almond 750
Ferrero Rocher 750
Oreo Cheese Cake 500
Silverqueen 500
Kindar Burno 500
Snickars 500
Cheese Vanila 750
Chocolate m&m 500
Total Produksi 9.500
Sumber : Shimily Cupcakes
Jumlah unit produk
Presentase Produk = X100%
Jumlah keseluruhan unit produk
1.500
Presentase cupcakes = X 100 % =15,8%
9.500
Jadi, presentase cupcakes sebesar 15,8% dari total produksi 9.500 unit produk
yang dihasilkan Shimily Cupcakes dalam satu bulan. Presentase diperlukan agar
memudahkan dalam perhitungan biaya tenaga kerja dan overhead pabrik yang
diserap oleh masing-masing produk.
1. Perhitungan Pengalokasian Biaya Bersama Nutella Cheese Cupcake dan
Cookies Cupcake
2. Proses Produksi Bersama
Shimily Cupcakes memproduksi Nutella Cheese Cupcake dan Cookies
Cupcake melalui proses produksi gabungan dengan biaya produksi gabungan
sebesar Rp. . 116.716 dari proses produksi gabungan tersebut menghasilkan dua
(2) macam jenis produk yaitu Nutella Cheese Cupcake sebanyak 25 unit
danCookies Cupcake sebanyak 25 unit. Berikut ini akan dijelaskan proses
produksi Cheese Cupcake dan Cookies Cupcake untuk mengetahui titik pisah
(split-off point) dan akan diuraikan data biaya produksi yang dikeluarkan Shimily
Cupcakes untuk memproduksi Cheese Cupcake dan Cookies Cupcake.

275
Biaya gabungan yang terjadi adalah dalam proses produksi nutella cheese
cupcake dan cookies cupcake adalah pada proses produksi gabungan berupa
pembuatan adonan cupcakes.. Pada proses produksi gabungan tersebut terdapat
biaya yang dikeluarkan, biaya tersebut adalah biaya produksi gabungan atau biaya
produksi bersama. Setelah itu adonan dipisahkan untuk dibentuk menjadi nutella
cheese cupcake dan cookies cupcake. Titik inilah merupakan titik pisah (split-off
point). Produk yang dihasilkan tidak dapat dijual pada saat titik pisah, maka perlu
diproses lebih lanjut agar poduk menjadi barang jadi yang siap
dipasarkan.Terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pemrosesan lebih lanjut,
tetapi biaya-biaya tersebut bukan biaya bersama sehingga dapat dibebankan ke
masing-masing produk yang diproduksi.
1. Biaya Produksi Bersama
Biaya produksi gabungan yang dikeluarkan dalam memproduksi nutella
cheese cupcake dan cookies cupcake terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja
dan overhead pabrik.
a. Biaya Bahan Baku (BBB)
Biaya bahan baku yang akan diuraikan berikut ini adalah merupakan biaya
bahan baku bersama atau gabungan dalam satu kali produksi adonan 50 unit
cupcakes.
Tabel 4.2
Biaya Bahan Baku Bersama (satu kali produksi)
nutella cheese cupcake dan cookies cupcake
Bahan Kuantitas Harga per satuan Jumlah
Tepung terigu 800 gram 16 gram Rp. 12.800
Telur 10 butir 1650/butir Rp. 16.500
Mentega tawar 800 gram 16 gram Rp. 12.800
Gula pasir 800 gram 16 gram Rp. 12.800
Coklat bubuk 250 gram 5 gram Rp.1.250
TOTAL Rp. 56.150

Jadi untuk memperoduksi 50 unit cupcakes mengeluarkan biaya bahan


baku gabungan sebesar Rp. 56.150
b. Biaya Tenaga Kerja (BTK)
Shimily Cupcakes memperkerjakan 5 orang dengan uraian gaji bulanan
sebagai berikut:
Tabel 4.3
Biaya Tenaga Kerja Bulanan
Pekerjaan Jumlah pekerja Jumlah Upah per Total Upah
orang (Rp) (Rp)
Manajer 1 2.000.000 2.000.000
Chef Koki 1 1.500.000 1.500.000
Administrasi 1 1.000.000 1.000.000
Penjualan 1 1.000.000 1.000.000
Kasir 1 1.000.000 1.000.000
Total 5orang Rp. 6.500.000
Sumber : Shimily Cupcakes,2013

276
Berikut ini perhitungan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam
memproduksi Cupcakes.
Biaya Tenaga Kerja = Total upah X Presentase Kue susen
Biaya Tenaga Kerja = Rp 6.500.000 X15,8%
= Rp.1.027.000/bulan
= Rp 34.233/hari
Jadi biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam memperoduksi nutella
cheese cupcake dan cookies cupcake dalah sebesar Rp 1.027.000/bulan atau Rp
34.233/hari. Berikut ini rincian upah masing-masing pekerja untuk
memperoduksi cupcakes.
Tabel 4.4
Biaya Tenaga Kerja Bulanan Untuk Cupcakes
Pekerjaan Jumlah Pekerja Total upah (Rp)
Manajer 1 Rp. 316.000
Chef koki 1 Rp. 237.000
Administrasi 1 Rp.158.000
Penjualan 1 Rp.158.000
Kasir 1 Rp.158.000
Total 5orang Rp. 1.027.000

Total Upah Pekerja Bulanan


Total Upah Pekerja =
Presentase Biaya Tenaga Kerja

c. Biaya Overhead Pabrik (BOP)


Biaya overhead pabrik terbagi atas BOP variable dan BOP tetap. Pada
Shmily Cupcake yang termasuk dalam biaya overhead pabrik variable adalah
biaya listrik dan biaya pemakaian bahan bakar gas.dan biaya telepon. Sedangkan
untuk biaya overhead pabrik tetap adalah, biaya sewa bangunan, biaya depresiasi
mixer, biaya depresiasi oven, biaya depsresiasi mesin kasir, biaya depresiasi
mesin pendingin roti, dan biaya depresiasi rak display.
d. Biaya Variabel
Berikut ini merupakan uraian sekaligus perhitungan biaya overhead pabrik
variable dan tetap yang dikeluarkan setiap bulan dalam memproduksi produk
utama cupcake.
Tabel 4.5
Biaya Variabel
Overhead Pabrik Kuantitas Harga per unit Total harga (Rp)
(Rp)
Bahan bakar gas 4 tabung Rp. 15.000 Rp. 60.000
per bulan
Listrik per bulan - - Rp. 250.000
Biaya telepon Rp. 400.000
Total Rp. 710.000

277
Berikut ini perhitungan biaya variabel yang dikeluarkan selama satu bulan
dalam memperoduksi cupcake.

Biaya Variabel = Total Biaya Variabel X Presentase Kue susen


Biaya Variabel = Rp. 710.000X15,8%
= Rp. 112.180/bulan
= Rp.3.739/hari.
e. Biaya Tetap
Berikut ini merupakan uraian biaya tetap beserta perhitungan penyusutannya.
1. Biaya sewa bangunan setiap bulannya sebesar Rp 2.500.000
2. Biaya depresiasi mixer:
10.000.000-1.000.000
Depresiasi mixer = = Rp. 2.250.000/tahun
4 tahun
Rp 2.250.000 ÷ 12 bulan = 187.500/bulan
4. Biaya depresiasi oven:
25.000.000-1.000.000
Depresiasi oven = = Rp. 6.000.000/tahun
4 tahun
Rp.6.000.000 ÷ 12 bulan = 500.000/bulan

5. Biaya depresiasi mesin kasir:


6.000.000 – 1.500.000
Depresiasi mesin kasir = =Rp. 2.250.000/tahun
2 tahun
Rp 2.250.000 ÷ 12 bulan = 187.500/bulan
6. Biaya depresiasi mesin pendinginn roti (Cooler):
15.000.000-2.000.000
Depresiasi cooler = =Rp. 13.000.000/tahun
4tahun
Rp 13.000.000 ÷ 12 bulan = 1.083.333/bulan
7. Biaya depresiasi rak display
7.500.000-1.000.000
Depresiasi rak display = =Rp.6.500.000/tahun
2 tahun
Rp 6.500.000 ÷ 12 bulan = 541.666/bulan
Jadi jumlah biaya tetap yang dikeluarkan untuk membuat memproduksi
semua jenis cupcake setiap bulan adalah sebagai berikut :

278
Table 4.6
Biaya Tetap
Biaya tetap Biaya tetap per bulan
Biaya sewa bangunan Rp. 2.500.000
Biaya depresiasi mixer Rp. 187.500
Biaya depresiasi oven Rp. 500.000
Biaya depresiasi mesin kasir Rp. 187.500
Biaya depresiasi mesin pendingin roti Rp. 1.083.333
Biaya depresiasi rak display Rp. 541.666
Total Rp.4.999.999

Berikut ini perhitungan biaya tetap yang dikeluarkan selama satu bulan
dalam memperoduksi susen:
Biaya Tetap = Total Biaya Tetap X Presentase Kue susen
Biaya Tetap = Rp 4.999.999 x 15,8%
= Rp 789.999/bulan
= Rp 26.333/hari
Jadi total biaya overhead oabrik yang dikeluarkan untuk memperoduksi cupcake
adalah sebesar Rp 902.179/bulan atau Rp 30.072/hari yang diperoleh dari
penjumlahan total biaya variable dan total biaya tetap.
Berikut ini uraian total overhead pabrik yang dikeluarkan dalam
memperoduksi cupcake nutella cheese cupcake dan cookies cupcake dalam satu
bulan.
Tabel 4.7
BOP Cupcake
Keterangan Biaya variable Biaya tetap
Biaya bahan bakar gas Rp.37.920
Biaya listrik Rp. 39.500
Biaya telepon Rp. 63.200
Biaya sewa bangunan Rp. 395.000
Biaya depresiasi mixer Rp. 29.625
Biaya depresiasi oven Rp. 79.000
Biaya depresiasi masin Rp. 29.625
kasir
Biaya depresiasi Rp. 171.166
pendingin roti
Biaya depresiasi rak Rp. 85.583
display
Rp. 140.620 Rp. 789.999
Total Rp.930.619

Total biaya produksi yang dikeluarkan untuk memperoduksi nutella cheese


cupcake dan cookies cupcake dapat diuraikan dalam tabel berikut ini:

279
Tabel 4.8
Biaya Produksi
Biaya Produksi Jumlah Biaya
Biaya Bahan Baku (BBB) Rp. 56.150
Biaya Tenaga Kerja (BTK) Rp. 34.233
Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp. 26.333
Total Rp. 116.716

Jadi, dalam proses produksi gabungan untuk menghasilkan nutella cheese


cupcake dan cookies cupcake sebanyak 50 unit mengeluarkan biaya produksi
gabungan atau biaya produksi bersama sebesar Rp. 116.716.
1. Biaya Pemrosesan Lebih Lanjut
Pada saat titik pisah (split-off point), nutella cheese cupcake dan cookies
cupcake masih merupakan bahan mentah yang belum siap untuk diual sehingga
dibutuhkan proses produksi lebih lanjut agar produk mentah tersebut menjadi
produk jadi yang siap untuk dipasarkan. Dalam proses produksi lebih lanjut
terdapat aliran biaya yang dikeluarkan yang disebut biaya proses lebih lanjut.
Biaya tersebut sudah dapat dibebankan kepada masing-masing produk nutella
cheese cupcake dan cookies cupcake Biaya pemrosesan lebih lanjut pada nutella
cheese cupcake dan cookies cupcake diuraikan dalam table berikut ini:

Tabel 4.9
Biaya Pemrosesan Setelah Titik Pisah
Bahan Kuantitas Harga per satuan Total harga
Nutella cheese
cupcake 500gram 80/gr Rp40.000
-toping keju
Rp.40.000
-total
Cookies cupcake
-toping oreo 274gram 30/gr Rp.8.220

-total Rp.8.220
Total Biaya Proses
Lebih Lanjut Rp. 48.220

Alokasi Biaya Gabungan


Nutella cheese cupcake dan cookies cupcake diproduksi dengan melalui
proses produksi bersama dengan total biaya produksi sebesar Rp48.220. Proses
produksi bersama tersebut menghasilkan 25 unit nutella cheese cupcake dengan
harga jual Rp 22.500/unit dan 25 unit cookies cupcake dengan harga jual Rp
22.500/unit. Untuk menghitung alokasi biaya bersama pada nutella cheese
cupcake dan cookies cupcake menggunakan alokasi biaya bersama dengan metode
harga pasar atau harga jual relatif. Metode ini digunakan karena harga jual dari
masing-masing produk nutella cheese cupcake dan cookies cupcake mengikuti
harga pasaran yang ada.

280
Tabel berikut ini akan menguraikan pengalokasian biaya bersama pada
produk bersama nutella cheese cupcake dan cookies cupcake:
Tabel 4.10
Alokasi Biaya Bersama – Metode Harga Pasar
Produk Unit Harga jual Total harga Biaya proses Harga Rasio Alokasi Harga
yang per jual setelah setelah pasar harga biaya pokok
diproduksi unit setelah titik pisah titik pisah hipotesis hipotesis gabungan persediaan
titik pisah
Nutella 25 Rp 22.500 Rp 562.500 Rp 40.000 Rp 522.500 48,6% Rp 56.723 Rp 96.723
cheese cupcake
Cookies 25 Rp 22.500 Rp 562.500 Rp 8.220 Rp 554.280 51,5% Rp 60.108 Rp 68.328
cupcake
Total 50 Rp 45.000 Rp 1.125.000 Rp 48.220 Rp 1.076.780 100% Rp 116.716 Rp 165.051

Total Harga Jual Setelah Titik Pisah = Unit yang Diproduksi X Harga Jual Per
Unit Setelah Titik Pisah
Harga Pasar Hipotesis = Total Harga Jual Setelah Titik Pisah – Biaya Proses
Setelah Titik Pisah
Rasio Harga Hipotesis = Harga Pasar Hipotesis per Produk/Total Harga Pasar
Hipotesis Semua Produk
Alokasi Biaya Gabungan = Harga Pasar Hipotesis X Total Biaya Produksi
Harga Pokok Persediaan = Alokasi Biaya Gabungan + Biaya Proses Setelah Titik
Pisah
Jadi, alokasi biaya gabungan pada nutella cheese cupcake sebesar Rp
56.732 dan cookies cupcake sebesar Rp 60.108 dari total biaya produksi sebesar
Rp116.716. Dari alokasi biaya bersama tersebut maka dapat ditentukan harga
pokok persediaan per unit sebagai berikut;
Rp 96.723
nutella cheese = Rp 3.868 /Unit
25 unit
Rp 68.328
cookies = = Rp 2.733/Unit.
25 unit

PENUTUP
Kesimpulan
Setelah mengadakan analisis dan evaluasi pada Shmily Cupcake, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Analisis alokasi biaya bersama sebagai biaya produksi untuk 1 bulan,
dengan perhitungan alokasi biaya bersama yang diperlukan perusahaan untuk
memproduksi nutella cheese cupcake memproduksi 25 unit dengan harga jual
Rp.22.500 sehingga diperoleh total harga jual sebesar Rp. 562.500,- sedangkan
untuk cookies cupcake memproduksi 25 unit dengan harga jual 22.500 sehingga
diperoleh total harga jual Rp. 562.500.
Dari hasil analisis alokasi biaya bersama untuk produk bersama pada
Shmily Cupcake menggunakan metode nilai jual relatif . dalam metode ini biaya
bersama dialokasikan menurut nilai harga jual dari masing-masing atau jenis
produk. Untuk menghitung alokasi biaya bersama, maka akan diketahui untuk
nutella cheese cupcake Rp. 56.150 dan cookies cupcake Rp. 60.108 dari total

281
biaya bersama sebesar Rp.116.716, yang diperoleh dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Saran
Dari kesimpulan yang telah diutarakan penulis diatas, maka penulis
memberikan saran dan semoga saran ini dapat digunakan bagi prusahaan dalam
mengambil kebijaksanaan pada masa yang akan datang, yaitu:
a. Biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan
baku menjadi berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama.
Sedangkan untuk produk bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan
bersama-sama dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan
baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama.
b. Metode yang digunakan penulis adalah metode alokasi biaya bersama.
Alokasi tersebut bertujuan untuk penentuan harga pokok dan penentuan nilai-nilai
persediaan. Perhitungan alokasi biaya bersama diperoleh dari total niali harga jual
setiap produk dibagi dengan total nilai jual seluruh produk dikalikan dengan total
biaya bersama. Metode ini hanya dipakai untuk dua produk dalam perusahaan ini.
c. Apabila perusahaan semakin berkembang, maka diperlukan pengawasan
intern yang baik untuk menjamin dan memastikan harga jual setiap produk apakah
sudah efektif dan efisien sesuai dengan porsi tersebut. Agar perusahaan dapat
menarik konsumen yang lebih banyak lagi sebaiknya perusahaan menambah
fasilitas pelayanan / promosi yang sekiranya menjadi daya tarik tersendiri bagi
perusahaan dibanding perusahaan lain dan agar ketetapan yang dibuat perusahaan
dapat dipasarkan keuntungannya oleh kedua belah pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Horngren, 2008. Cost Accounting diterjemahkan oleh
Lestari, Akuntansi Biaya jilid 2. Edisi keduabelas. Penerbit Erlangga.
Horngren & Horrison, 2007, Accounting diterjemhkan oleh
Gratia Akuntansi jilid 1. Edisi ketujuh. Penerbit Erlangga.
Iskandar, 2013. Metodologi penelitian pendidikan dan social. Cetakan kelima.
Penerbit Referensi. Jakarta
Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi penerbit
Erlangga
Rudi Winanda 2011,
Alokasi Biaya bersama untuk Penentuan Harga Pokok Produksi
Libby, et al, 2008. Financial Accounting Diterjemahkan oleh Seputro. Akuntansi
Keuangan. Edisi kelima. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2012, Akuntansi Keuangan Dasar 1. Cetakan ketiga. Edisi ketiga
penerbit BPFE, Yogyakarta.
Mursyidi, 2010. Akuntansi Biaya, Cetakan Kedua. Penerbit Relika Aditama,
Bandung.
Dadi Kuswandi, 2003, Alokasi Biaya Bersama Untuk Penentuan Harga Pokok
Produksi pada PT. Gucimas Santana Garment. gunadarma_20200169-
ssm_fe common cost.pdf-Adobe Reader.

282
Reeves, et al, 2012, principles of Accounting, Diterjemahkan oleh Damayanti
Dian,
Pengantar Akuntansi Buku 1. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Salman, Kautsar 2013. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama, Penerbit Akademia,
Jakarta.
Surnani 2012, Analisis Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk Bersama Sate
kambin
dan Tongseng Kambing pada UD. Pak Bardan. Penerbit Graha
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ke-15, Penerbit Alfabeta
Bandung.
Susatyo Herlambang, 2013, Pengantar Manajemen, Cetakan Pertama. Penerbit
Gosyen Publishing, Yogyakarta.
Wahjono, Sentot, 2010, Perilaku Organisasi, Cetakan Pertama, Edisi Pertama,
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Widilestariningtyas, dkk, 2012, Akuntasi Biaya, Cetakan Pertama, Penerbit
Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Wijaksono, Armanto, 2006, Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

283
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA MANADO

Nurjana Noe
Jantje Tinangon
Inggriani Elim
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email: noe.anna@yahoo.com

ABSTRAK
Semakin pesatnya pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor industri yang didukung oleh kemajuan teknologi
dan globalisasi pasar internasional akan berdampak pada timbulnya persaingan yang ketat diantara perusahaan, khususnya
yang bergerak dalam bidang industri. PT. Massindo Sinar Pratama adalah salah satu perusahaan swasta yang ada di
Manado, Sulawesi Utara yang bergerak di bidang manufaktur.Untuk dapat menunjang dan memperlancar kegiatan
operasional perusahaan makadiperlukan asset tetap. Peranan akuntansi aktiva tetap sangat diperlukan oleh pengambilan
keputusan.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai sejauh mana perusahaan telah menerapkan teori yang
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 16. Penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif-komparatif. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada asset tetap mesin. Hasil penelitian menunjukan bahwa
dalam pengakuan, pengukuran, pengeluaran setelah perolehan asset tetap, penyusutan asset tetap dan penyajian asset tetap,
PT. Massindo Sinar Pratama Manado telah menerapakan kebijakan akuntansi yang mengarah pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16.
Kata kunci: asset tetap, psak no.16

ABSTRACT

The rapid implementation of development in various industry sectors , supported by advances in technology and the
globalization of international markets will have an impact on the onset of intense competition among enterprises ,
especially those engaged in the industry . PT . Massindo Sinar Pratama is a private company which is in Manado , North
Sulawesi engaged in manufacturing . To be able to support and facilitate the operations of the company's fixed assets
required . The role of fixed asset accounting is required by the decision . The purpose of this study was to assess the extent
to which the company has applied the theory in accordance with Statement of Financial Accounting Standards ( SFAS ) no.
16 . This study used a descriptive - comparative method of analysis . In this study only focused on fixed assets engines . The
results showed that the recognition , measurement , after the acquisition of fixed assets expenses , depreciation of fixed
assets and fixed asset presentation , PT . Massindo Sinar Pratama Manado applying accounting policies that have led to to
the Statement of Financial Accounting Standards ( SFAS ) No. 16
Keywords : fixed assets , SFAS no.16

284
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perusahaan pada umumnya tidak mengakui keharusan dalam menurunkan nilai aset tetap yang dipakai
dalam perusahaan, dengan cara mengadakan penyusutan terhadap aset tetap itu sendiri. Pengeluaran aset tetap
dalam jumlah yang tidak material dibebankan sebagai biaya, tetapi apabila nilai pengeluarannya material harus
dikapitalisasi ke aset tetap atau menambah nilai aset tetap. Namun seringkali di Perusahaan Pengeluaran yang
berhubungan dengan aset tetap ini dicatat sebagai biaya pemeliharaan dan dibebankan sebagai biaya operasional
pada perhitungan laba rugi pada saat terjadinya pengeluaran tanpa memandang nilai material yang dikeluarkan
sehingga laporan yang disajikan oleh perusahaan tidak wajar karena tidak sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan. Pengeluaran mengenai penggunaan aset tetap perusahaan yang ditampung dalam rekening
” Biaya Pemeliharaan” tanpa memandang sifat dan pengaruhnya pada aset tetap yang bersangkutan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka perlu untuk memahami lebih jauh
mengenai kebijakan akuntansi aset tetap yang diterapkan perusahaan dan membandingkannya dengan teori yang
dipelajari. Penulis pun memilih judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada PT Massindo Sinar
Pratama Manado”. Dengan ini penulis dapat menilai sejauh mana perusahaan telah menerapkan kebijakan aset
tetap yang sesuai dengan teori, dimana berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16.

Perumusan Masalah
Dari uraian diatas mengenai latar belakang penelitian maka penulis mencoba merumuskan masalah
yaitu apakah perlakuan akuntansi terhadap aset tetap pada PT. Massindo Sinar Pratama Manado telah sesuai
dengan PSAK No.16?
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis apakah perlakuan akuntansi terhadap aset tetap
pada PT. Massindo Sinar Pratama Manado telah sesuai dengan PSAK No.16.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:
a) Manfaat Teoritis
Memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di Bidang ilmu akuntansi, dan
dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya untuk mengadakan penelitian selanjutnya yang ada
kaitannya dengan aset tetap pada PSAK No.16.
b) Manfaat Praktis
1. Bagi Investor, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pengambilan keputusan.
2. Bagi pihak Manajemen
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan tentang bagaimana perlakuan akuntansi aset tetap
yang ada pada PSAK No. 16 sehingga dapat diterapkan pada perusahaan.
3. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya mengenai pernyataan standar
akuntansi keuangan (PSAK) No.16 tentang aset tetap.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi
Menurut A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang diterbitkan oleh American
Accounting Association pada tahun 1966, Akuntansi didefinisikan sebagai: “proses mengidentifikasi, mengukur,
dan menyampaikan informasi bagi para penggunanya dalam mempertimbangkan berbagai alternative yang ada
dan membuat kesimpulan”(Hery, 2013 : 3).
Menurut Charles T. Horngren, dan Harrison (2009 : 4) menyatakan bahwa: “Akuntansi adalah sistem
informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada para pengambil keputusan”.
Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akuntansi adalah suatu sistem informasi yang meliputi
proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi dan mengkomunikasikan hasilnya
dalam bentuk laporan keuangan diinformasikan kepada pengguna laporan keuangan untuk dijadikan sebagai
pertimbangan pengambilan keputusan.

285
Pengertian Aset Tetap
Aset tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari
satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali
(Suhayati & Anggadini, 2009: 247).
Menurut Sumarsan (2011: 56), Aktiva tetap (fixed assets) merupakan aktiva yang dibeli perusahaan
dengan nilai yang relative tinggi untuk digunakan dalam operasional perusahaan untuk jangka waktu yang lebih
dari satu tahun.
Aktiva tetap adalah aktiva-aktiva dengan sifat yang tidak bisa dikonversikan menjadi uang tunai dalam
siklus operasi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah bangunan, peralatan dan tanah atau properti berwujud
yang diinginkan dalam suatu bisnis, tetapi tidak diharapkan untuk digunakan habis atau dikonfirmasikan
menjadi dana tunai dalam perjalanan bisnis biasa (Sumadji, dkk. 2006: 311).
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa pengertian aset tetap itu adalah aset yang
meliputi kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai bentuk fisik
2. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
3. Dipergunakan untuk membantu aktivitas perusahaan
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual
5. Diharapkan dapat memberikan masa manfaat dimasa yang akandatang

Perolehan Aset Tetap


Dalam memperoleh aset tetap dapat dilakukan dengan cara, yaitu :
1. Pembelian tunai
Harga perolehan aset tetap yang dibeli dengan tunai meliputi semua pengeluaran dan pembayaran yang
terjadi untuk mendapatkan aset tetap tersebut sampai pada kondisi siap pakai untuk
digunakan.Pembelian aset tetap secara tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian
tersebut ditambah biaya-biaya lain sehubungan dengan pembelian aset tersebut termasuk biaya
pengangkutan, biaya pemasangan aset tetap dan biaya-biaya lain.Adapun jurnal untuk mencatat
transakasi ini adalah dengan mendebet rekening aset tetap dan mengkredit rekening kas.
2. Pembelian secara kredit
Pembelian secara kredit mengakibatkan adannya penagguhan pembayaran. Hutang biasanya dibuktikan
dengan wesel, surat berharga, hutang hipotik. Hutang ini dibayar dengan beberapa kali angsuran
ditambah dengan pembayaran bunganya.Hal ini berarti pembelian secara kredit membutuhkan
pembayaran lebih besar dari pada membeli tunai.Adapun jurnal pada saat pembelian kredit aset tetap
adalah dengan mendebit aset tetap dan mengkredit hutang dagang.Sedangkan jurnal pembayaran
angsuran bunga adalah mendebit rekening hutang dagang dan biaya bunga dan mengkredit rekening
kas.
3. Pembelian dengan surat berharga
Aset tetap yang diperoleh dengan mengeluarkan surat-surat berharga berupa saham atau obligasi dicatat
sebesar harga pasar atau obligasi pada saat perolehan aset tersebut.Selisih antar harga pasar
saham/obligasi tersebut dengan nominalnya dicatat sebagai agio atau disagio saham /obligasi. Jika surat
berharga dan aset tetap tidak memiliki nilai pasar, maka perolehan dapat diterapkan oleh pimpinan
perusahaan atau dewan komisaris.
4. Diterima dari sumbangan
Perusahaan dapat memperoleh aset tetap dari sumbangan atau bantuan pemerintah atau badan-badan
lain. Transaksi ini disebut dengan “nonrespirocal transfer”atau transfer yang tidak memerlukan umpan
balik. Aset ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan
oleh pihak atau perusahaan penilai independen dan dikredit sebagai modal donasi.Adapun jurnal untuk
mencatat aset tetap yang diperoleh dari donasi adalah dengan mendebet rekening aset tetap dan
mengkredit rekening modal donasi.
5. Aset Tetap Diperoleh dengan Membangun Sendiri
Perusahaan sering melakukan pembangunan sendiri atas aset tetap yang digunakan, untuk itu
perusahaan menggunakan jasa kontraktor atau mempekerjakan buruh dan tenaga ahli untuk
membuatnya.Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
aset tetap dengan membangunnya sendiri, antara lain :
a. Menekan biaya

286
b. Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik
c. Memanfaatkan fasilitas yang menganggur
d. Aset tetap yang dibutuhkan tidak dijual dipasaran
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu aset tetap perusahaan, yaitu biaya langsung dan
tidak langsung. Biaya langsung termasuk bahan baku, upah langsung dan dibebankan langsung ke aset
tetap perusahaan. Lain halnya dengan biaya tidak langsung, maka biaya ini ada yang dibayar keluar
perusahaan dan ada yang dibayar kedalam perusahaan. Biaya tidak langsung ini dapat dibebankan
menjadi biaya (cost) aset tetap apabila dibayar keluar perusahaan sedangkan yang dibayar kedalam
perusahaan tidak dapat dibedakan menjadi biaya (cost) aset tetap.
6. Pertukaran atau tukar tambah
Di dalam PSAK 16 tahun 1994 sebelumnya membedakan pelakuan pencatatan atas pertukaran aset tetap
yang sejenis/serupa (Par.21) serta pertukaran aset tetap tidak sejenis/serupa (Par.20), sedangkan PSAK
16 (Revisi 2007) tidak membedakannya. Menurut PSAK 16 (Revisi 2011) Par.24 menyatakan bahwa
untuk pertukaran aset tetap, biaya perolehan diukur pada nilai wajar kecuali (a) transaksi pertukaran
tidak memiliki substansi komersial; atau (b) nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak
dapat diukur secara andal.
Dalam menetapkan besarnya nilai perolehan aktiva tetap berlaku prinsip harga perolehan yang
menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sehingga aktiva tersebut siap digunakan, karena aset tetap
itu bermacam-macam dengan uraiannya sebagai berikut:
1. Tanah
Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti; harga beli, komisi pembelian, bea balik
nama, biaya penelitian tanah, iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai, biaya merobohkan
bangunan lama, biaya perataan tanah, pajak-pajak yang jadi beban pembeli tanah pada waktu pembelian
tanah. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki keadaan tanah tetapi mempunyai umur yang
terbatas tidak dikapitalisasi dalam rekening tanah tetapi dicatat sendiri dalam rekening jalan-jalan dan
jembatan.Biaya-biaya seperti itu misalnya biaya untuk membuat jalan, trotoar, dan saluran air.Jika tanah
dimiliki untuk tujuan investasi, maka semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan tanah
tersebut selama masa pemilikan dikapitalisasi menambah harga perolehan.
2. Bangunan
Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah; harga beli, biaya perbaikkan sebelum
gedung itu dipakai, komisi pembelian, bea balik nama, pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli
pada waktu pembelian. Apabila gedung itu dibuat sendiri maka harga perolehan gedung terdiri dari;
biaya-biaya pembuatan gedung, biaya perencanaan, biaya pengurusan izin bangunan, pajak-pajak
selama masa pembangunan gedung, bunga selam pembuatan gedung, asuransi selama masa
pembangunan. Alat-alat perlengkapan gedung seperti tangga berjalan, lift dan lain-lain dicatat tersendiri
dalam rekening alat-alat gedung dan akan didepresiasi selama umur alat-alat tersebut.
3. Mesin dan Alat-alat
Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah; harga beli, pajak pajak yang menjadi
beban pembeli, biaya angkut, asuransi dalam perjalanan, biaya pemasangan, biaya-biaya yang
dikeluarkan selama masa percobaan mesin.Apabila mesin itu dibuat sendiri maka harga perolehannya
terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin. Mesin yang disewa dari pihak lain,
biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya.
4. Kendaraan
Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, bea balik nama dan biaya angkut. Pajak-
pajak yang dibayar setiap periode seperti pajak kendaraan bermotor, jasa raharja, dan lain-lain
dibebankan sebagai biaya pada periode yang bersangkutan.Harga perolehan kendaraan ini didepresiasi
selama masa kegunaannya.
Pengukuran Aset Tetap
Adapun mengenai pengukuran aset tetap dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu :
1. Pengukuran Awal Ketika Aset Tetap tersebut diperoleh
Aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk dikategorikan sebagai aset tetap pada awalnya diukur
sebesar biaya perolehan.Biaya perolehan aset tetap adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh entitas
dan diperlukan untuk menyiapkan aset tetap tersebut agar dapat digunakan sebagaimana mestinya
sebagai aset tetap. Biaya perolehan aset tetap menurut PSAK 16 Revisi Tahun 2011adalah :

287
a. Biaya Perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah
dikurangi dengan diskon pembelian dan potongan lain.
b. Biaya-biaya yang dapar diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi
yang diinginkan dan maksud manajemen. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
adalah :
1) biaya persiapan tempat
2) biaya penanganan dan penyerahan awal
3) biaya perakitan dan instalasi
4) biaya pengujian aset apakah dapat beroperasi dengan baik, setelah dikurangi hasil penjualan
dari produk yang dihasilkan atas pengujian tersebut.
5) komisi profesional seperti arsitek dan insinyur
c. Estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Pada umumnya nilai perolehan suatu aset tetap sama dengan jumlah biaya (bisa berupa kas
maupun non-kas) untuk memperoleh aset tersebut. Selain itu, aset tetap dapat diperoleh dari pertukaran
aset non moneter.Prinsip utama padapengukuran aset tetap yang diperoleh dari pertukaran aset tetap ini
adalah dengan menggunakan nilai wajarnya, dalam hal ini nilai wajar aset tetap yang dipertukarkan
tidak diketahui, nilai buku aset tersebut dapat digunakan.
2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Pengeluaran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada periode setelah
aset tetap tersebut diperoleh.Di dalam PSAK 16 (Revisi 2011) terdapat perubahan yang signifikan
mengenai perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang pengeluaran nilai aset tetap setelah
perolehan.PSAK 16 (Revisi 2011) mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap
tersebut. Kedua metode itu adalah:
a. Metode Biaya Historis ( PSAK Tahun 1994 dan PSAK Revisi 2011). Dengan metode ini setelah
aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset tetap tersebut dicatat pada harga perolehan dikurangi
dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
b. Metode Revaluasian (PSAK Revisi 2011)
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang nilai
wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasi, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang
terjadi setelah tanggal revaluasi.Revaluasi atas aset tetap harus dilakukan dengan keteraturan yang
cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah
yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa pengukuran aset tetap terjadi ketika pengakuan awal
dan setelah aset tetap telah diakui.Pengukuran aset pada saat pengakuan awal dilakukan dengan
mengukur semua biaya perolehan.Dan ketika aset telah diakui perusahaan, mengukur aset menggunakan
dua metode yaitu metode biaya dan metode revaluasi.
Penyusutan dan Metode Penyusutan Aset Tetap
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 17.2) menjelaskan “penyusutan adalah alokasi jumlah
suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.
Menurut IAI (PSAK 2009 : 16.11) metode-metode penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode
yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut:
a. Metode garis lurus (Stright line method).
Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini,
beban depresiasi tiap periodenya jumlahnya sama. Besarnya depresiasi yang konstan setiap periode
seolah-olah menunjukkan bahwa kemampuan aset tetap relatif sama dalam suatu periode. Padahal
kemampuan aset tetap semakin lama menurun dan karenanya kurang logis diterapkan.
Depresiasi = (HP-NS)/n
Keterangan:
HP = Harga Perolehan (cost)
NS = Nilai Sisa
N = Taksiran Umur Kegunaan
b. Metode saldo menurun (diminishing balance method).
Metode jumlah menurun ini akan menghasilkan beban penyusutan yang menurun setiap periode.
Metode ini beranggapan bahwa aset baru sangat besar peranannya dalam usaha mendapatkan

288
penghasilan, peranan aset tersebut semakin lama semakin mengecil seiring dengan semakin tuanya aset
tersebut. Tarif pajak dalam metode ini ditentukan terlebih dahulu dan besarnya sama untuk setiap tahun.
Penyusutan dihitung dengan mengalikan tarif dengan nilai buku yang semakin kecil.
c. Metode jumlah unit (Sum of the unit method).
Dalam metode ini umur kegunaan/masa manfaat aset tetap ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil
produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap
periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah
bahwa suatu aset itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada
jumlah produk yang dapat dihasilkan. Umumnya jumlah hasil produksi yang akan diproses bersifat
estimasi sehingga tidak menutup kemungkinan dibelakang hari akan terjadi bahwa estimasi yang dibuat
akan lebih rendah, lebih tinggi atau sama dengan kenyataan sesungguhnya.
Definisi diatas menjelaskan bahwa penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap menjadi
beban kedalam periode akuntansi.Dan untuk mengukur beban penyusutan harus menggunakan metode
penyusutan yang sesuai serta diterapkan secara konsisten.
Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap
Dalam laporan keuangan, penyajian aset tetap akan terlihat dalam neraca. Neraca merupakan suatu
daftar yang menggambarkan komposisi harta, kewajiban dan modal pada suatu periode tertentu.Aset tetap yang
disajikan berdasarkan nilai perolehan aset tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Setiap jenis aset
tetap seperti tanah, bangunan, inventaris kantor dan lain sebagainya harus dinyatakan dalam neraca secara
terpisah atau terinci dalam catatan atas laporan keuangan.
Menurut PSAK No.1 paragraf 29 (2009 : 1.2), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-
komponen berikut ini:
1. Neraca,
2. Laporan laba rugi,
3. Laporan perubahan ekuitas,
4. Laporan arus kas, dan
5. Catatan atas laporan keuangan.
Menurut PSAK Nomor 16 (2011:16.22), Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok
aset tetap:
1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto,
2. Metode penyusutan yang digunakan,
3. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan,
4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai)
pada awal dan akhir periode, dan
5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa aset tetap disajikan dalam laporan keuangan sebesar nilai buku
saja dan dikurangi dengan akumulasi penyusutan.Dan pengungkapan aset tetap untuk lebih jelas disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan dan lampiran daftar aset tetap.
Penelitian Terdahulu
Nama
Metode
No Peneliti/ Judul Tujuan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
Tahun
1. Shanti Perlakuan Akunasi untuk deskriptif dan Kebijakan Sama-sama Dalam penelitian
Melisa Aktiva Tetap Dan mengetahui deduktif Akuntansi aktiva membahas tentang ini tidak
(2011) Penerapan apakah tetap telah sesuai aktiva atau aset dijelaskan
Metode Depresiasi perlakuan dengan Standar tetap mengenai metode
Pada PT Bakrie akuntansi Akuntansi depresiasi
Sumatera aktiva tetap Keuangan
Plantations, Tbk. dan metode
depresiasi
aktiva tetap
pada PT.
Bakrie
Sumatera
Plantations,
Tbk. telah
sesuai dengan
Standar
Akuntansi
Keuangan.

289
METODE PENELITIAN
JenisPenelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif.Menurut Mudrajad
Kuncoro (2009: 12) penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian.Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini
meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur.Data deskriptif
pada umumnya dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survey, wawancara ataupun observasi.Data yang
telah dikumpulkan, kemudian disusun, diinterprestasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang
lengkap atau gambaran yang sebenarnya tentang perlakuan akuntansi asset tetap pada PT. Massindo Sinar
Pratama Manado.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT Massindo Sinar Pratama Manado, yang beralamat di Jl. Cereme
kelurahan Tuminting Manado.Waktu penelitian secara keseluruhan dilakukan selama 3 bulan, sejak bulan
oktober 2013 sampai desember 2013.
ProsedurPenelitian
Prsedur/langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh penulisa dalah sebagai berikut:
1. Pengamatan dalam bentuk pencanderaan tentang objek yang akan di teliti oleh penulis dengan latar
belakang jurusan Akuntansi.
2. Dipilihnya PT Massindo Sinar Pratama Manado sebagai lokasi dan objek penelitian.
3. Peneliti selanjutnya mengkonsultasikan judul penelitian kepada Ketua Laboratorium, dosen
Pembimbing.
4. Setelah disetujinya judul penelitian kemudian penulis mengajukan permohonan ijin penelitian
kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang ditujukan kepada PT MassindoSinarPratama Manado.
5. Peneliti melakukan pengumpulan data berupa wawancara, kemudian mempelajari dokumend, serta
literatur/buku, jurnal, sesuai kebutuhan.
6. Peneliti mengidentifikasi, mengklasifikasikan, menganalisis, kemudian membuat draft/konsep
penelitian.
7. Draft/konsep penulisan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untukd iperbaiki.
8. Menulis skripsi sesuai pedoman/panduan yang diterbitkan oleh fakultas ekonomiUniversitas Sam
Ratulangi Manado.
PopulasidanSampel
Menurut Sugiono (2012:216) dalam penelitian kualitati ftidak menggunakan populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan
diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan
situasi pada kasus yang di pelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
sebagai nara sumber atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian
kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah
untuk menghasilkan teori.
Metode Pengumpulan Data
Menurut Kuncoro (2009:124) “Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan”. Data penelitian dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan
berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada mumnya adalah sebagai berikut:
a. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentu kangka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data misalny awawancara, analisis
dokumen, diskusi terfokus, atau observasi. Dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif.
b. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Dalam penelitian ini data
kuantitatif tidak digunakan.
Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu, data primer
dan data sekunder.

290
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dihimpun oleh peneliti secara langsung dari sumber
datanya yang diperoleh dari teknik wawancara, kemudian akan diolah oleh penulis, seperti
wawancara dengan staf bagian yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi, seperti
data mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, tentang pembagian tugas, dan data-
data lainnya yang berhubungan dengan aset tetap.
TeknikPengumpulan Data
1. Interview / wawancara
Penulis melakukan serangkaian tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan
yang berwenang, yaitu bagian akuntansi untuk mendapatkan informasi tentang aset tetap.
2. StudiKepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data melaluikepustakaanadalahmetodepenelitiandenganmengumpulkan
data yang berkaitandenganpenelitian yang berasaldaribuku-bukudanliteratur-literatur.
MetodeAnalisis
Analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode :
1. Deskriptif
Metode dimana data dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan dianalisis sehingga memberikan
keterangan yang lengkap bagi masalah yang dihadapi.
2. Komparatif
Metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan teori-teori dengan praktik yang terjadi di
dalam perusahaan, kemudian mengambil kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut.
Metode analisis data yang digunakan penelitian ini adalahMetode analisis deskriptif-komparatif, dimana
penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data asett etap yang ada di perusahaan dan menganalisa data yang
dikumpulkan serta memberi keterangan-keterangan yang dihadapi. Alasan digunakan metode ini, peneliti bisa
menganalisa masalah, membandingkan data yang dikumpulkan dilapangan dengan teori yang dipelajari dan
merumuskan penyelesaian yang ada pada masa yang akan dating. Metode ini bias membantu dalam
mengidentifikasi aktor-faktor yang berguna dalam pelaksanaan penelitian dan dapat digunakan untuk
menggambarkan keadaan yang mungkin dapat terjadi dalam situasi tertentu.
DefinisiOperasional
Judul penelitian yaitu :“Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap pada PT. Massindo Sinar Pratama
Manado”
1. Pengakuan Aset Tetap adalah dimana aset yang memiliki nilai diperoleh perusahaan dan diakui
sebagai harta perusahaan, serta biayanya dapat dihitung secara andal
2. Penilaian asset tetap adalah dimulai pada saat diakui sebesar dengan biaya perolehan asset tersebut.
3. Pengeluaran asset tetap setelah diperoleh dan diakui adalah bentuk pemeliharaan serta upaya untuk
menambah masa manfaat dari asset tetap.
4. Penyusutan asset tetap adalah pengalokasian nilai aset yang dihitung pertahun dan dijadikan
pengurang nilai asset tetap dari saat perolehan.
5. Pelepasan asset tetap merupakan perlakuan entitas untuk menghentikan penggunaan asset tetap
yang telah habis umur manfaat dan idak bisa menambah manfaat ekonomis lagi bagi perusahaan,
serta menghapus pencatatan nilai asset tetap dari laporan keuangan.
6. Penyajian dan Pengungkapan adalah perlakuan untuk menyajikan asset tetap dalam laporan
keuangan serta mengungkapkan dasar-dasar pengukuran yang digunakan, metode penyusutan yang
digunakan serta beberapa hal lainnya yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Obyek Penelitian
PT. Massindo Sinar Pratama adalah salah satu perusahaan swasta yang ada di Manado, Sulawesi Utara
yang bergerak di bidang manufaktur.Ada empat jenis produk yang dihasilkan yaitu Kasur Busa, Plastik Rabbit,
Sofa dan Spring Bed.Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari tahun 1984 oleh seorang pengusaha bernama
William Massie dan pada awalnya perusahaan ini bernama CV. Abadi Jaya Bersama. Produk awalnya pada
waktu itu adalah Busa dan Sofa kemudian berkembang dengan didirikannya pabrik Plastik Intection pada tahun
1989 yang memproduksi barang-barang plastik dengan Rabbit Star yang digunakan untuk keperluan rumah
tangga dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto yang diwakili oleh Menteri
Perindustrian Republik Indonesia Bapak Hartanto pada tahun 1993.Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan

291
oleh perusahaan dalam rangka mengembangkan serta meningkatkan produktifvtas ini maka pada tahun
1995 perusahaan ini dinilai layak oleh pemerintah untuk menerima penghargaan di bidang produktivitas berupa
trophy “Sidakarya”. Di dalam menghadapi persaingan di pasar internasional maka pada tanggal 10 Desember
1998 di kantor Notaris Thressje Sembung, SH perusahaan berganti nama menjadi PT. Massindo Sinar Pratama
dan perusahaan ini dipegang oleh Massindo Group yang memiliki kantor pusat di Jakarta, hal ini disebabkan
ibukota Negara Republik Indonesia.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Sebagai perusahaan manufaktur, PT Massindo sinar Pratama memerlukan Aset tetap dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya.Aset tetap merupakan aset terbesar dalam neraca perusahaan.Untuk itu pengelolaan
aset tetap dan pembebanan pada setiap produk merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan.Sehingga
dalam penentuan rugi atau laba perusahaan dapat dilakukan dengan memadai.Pada pembahasan ini difokuskan
pada satu aset tetap yaitu mesin produksi.Ini dilakukan karena dalam kegiatan utama PT. Massindo Sinar
Pratama adalah memproduksi spring bed dan menggunakan beberapa mesin produksi. Pembahasan dilakukan
dalam beberapa tahap sebagai berikut ; pengakuan aset tetap, pengukuran aset tetap, pengeluaran-pengeluaran
untuk aset tetap setelah perolehan, penyusutan aset tetap, pelepasan aset tetap, penyajian dan pengungkapan
aseta tetap dalam laporan keuangan.

Pengakuan Aset Tetap


Dalam mendapatkan mesin, PT. Massindo Sinar Pratama melakukan pembelian dari perusahaan di luar
negeri. Proses pembelian dilakukan dengan beberapa persyaratan antar kedua perusahaan. Persyaratan yang
disepakati dituangkan dalam perjanjian jual beli barang, diantaranya berisikan bahwa barang dijamin samapai
pada perusahaan pembeli (PT.Massindo Sinar Pratama). Hal lain yang berkaitan dengan berfugsinya mesin
tersebut menjadi tanggungan pembeli. Hal ini karena perusahaan penjual telah memberikan bantuan teknis
kepada perusahaan pembeli.
Memperhatikan syarat jual beli maka dapat dikatakan bahwa pengakuan hak milik atas mesin tersebut
yaitu pada saat diterimanya mesin.Pada saat diterimanya barang tersebut, bagian penerima barang mencatat
pada kartu aktiva tetap dan meberikan dokumen-dokumen lain kepada fungsi yang terkait diantaranya fungsi
akuntansi.Fungsi akuntansi melakukan pencatatan atas penerimaanbarang tersebut dengan mendebet rekening
mesin dan mengkredit rekening hutang dagang.
Bila dikaitkan dengan teori yang telah diuraikan pada bab 2 di atas maka dapat dikatakan bahwa proses
pengakuan atas aktiva mesin yang dilakukan oleh perusahaan dapat dikatakan telah memadai karena telah
memperhatikan syarat perjanjian jual beli barang. Dimana barang berpindah hak setelah barang tersebut
diterima oleh pembeli.
Pengukuran Aktiva Tetap
Sebelum menggunakan mesin tersebut diatas, perusahaan menyediakan tempat untuk menempatkan
mesin tersebut dalam bentuk konstruksi tertentu. Dalam konstruksi tersebut peusahaan mengeluarkan sejumlah
dana sampai selesai konstruksi tersebut. Pengeluaran dana diberikan dalam 2 tahap kepada kontraktor yaitu
tahap pertama 30% dan tahap kedua 70% setelah selesai konstruksi. Penyerahan dana 30% perusahaan
melakukan pencatatan dengan mendebet rekening Piutang Lain dan mengkredit rekening Kas. Setelah selesai
pekerjaan tersebut, perusahaan mendebet rekening Mesin dan mengkredit rekening Kas dan Piutang Lain.
Bila dikaitkan dengan teori yang telah diuraikan pada bab 2 di atas maka dapat dikatakan bahwa proses
pengukuran atas aktiva mesin tersebut telah memadai karena unsur-unsur yang membentuk perolehan mesin
telah dimasukkan sebagai satu kesatuan harga.
Pengeluaran Setelah Perolehan Aktiva Tetap
Perusahaan telah menetapkan kebijakan terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan
aktiva tetap. Dimana pengeluaran di bawah Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) diperlakukan sebagai biaya
pemeliharaan aktiva tetap. Selama kurun waktu pembelian sampai saat dimana dilakukan penelitian ini,
perusahaan belum melakukan pengeluaran terhadap aktiva tetap dalam jumlah yang melebihi nilai diatas
sepuluh juta rupiah.Setiap pengeluaran kas terhadap aktiva mesin dicatat dengan mendebet rekening Biaya
Pemeliharaan dan mengkredit rekening Kas.
Bila dihubungkan dengan teori yang ada pada bab 2 di atas, maka pencatatan yang dilakukan telah
memadai karena telah memperhatikan kebijkan perusahaan dimana pengeluaran tersebut tidak menambah masa
manfaat atau mutu bahkan peningkatan kapasitas.

292
Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang digunakan perusahaan diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan lain yaitu;
Tanah, Bangunan, Mesin, Kendaraan, dan Peralatan.Pengelompokkan untuk penyusutan aktiva tetap
disesuaikan dengan ketentuan perpajakan yang ada.Ini dilakukan untuk mempermudah dalam penyusunan
laporan keuangan.Karena metode yang digunakan tidak menyimpang dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku.Pencatatan atas penyusutan mesin adalah dengan mendebet rekening Penyusutan Mesin dan mengkredit
rekening Akumulasi Penyusutan Mesin.
Bila dihubungkan dengan teori yang ada pada bab 2 di atas maka dapat dikatakan bahwa baik
pengelompokkan dan pembebanan penyusutan untuk tujuan penyajian laporan keuangan perusahaan telah
memadai.
Penyajian dan Pengungkapan Aktiva Tetap
Dalam Penyajian Laporan Keuangan perusahaan khususnya yang berkaitan dengan aktiva tetap,
perusahaan menyajikanya sebagai berikut ;
Tanah Rp. XXX
Bangunan Rp. XXX
Akumulasi Penyusutan Gedung (Rp. XXX)
Nilai Buku Bangunan Rp. XXX
Mesin Rp. XXX
Akumulasi Penyusutan Mesin (Rp. XXX)
Nilai buku Mesin Rp. XXX
Peralatan Rp. XXX
Akumulasi Penyusutan Peralatan (Rp. XXX)
Nilai Buku Peralatan Rp. XXX
TOTAL AKTIVA TETAP Rp. XXX
Tidak ada pengungkapan atas aktiva tetap yang disajikan perusahaan karena perusahaan tidak
melakukan perubahan metode penyusutan atas aktiva tetap yang digunakan.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan teori dan pembahasan yang dilakukan maka dapat diberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut ;
1. Pengakuan aktiva tetap khususnya mesin telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
ada
2. Perusahaan telah memasukkan unsur-unsur yang membentuk nilai perolehan dari Mesin yang di
beli, sehingga pengukuran atas nilai perolehan Mesin telah sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang ada.
3. Perlakuan atas pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap khususnya Mesin sebagai unsur Biaya
Pemeliharaan dalam mana pengeluaran tersebut tidak menambah masa manfaat dan meningkatkan
standar kinerja telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ada
4. Metode penyusutan dan pembebanan pada laporan keuangan perusahaan telah dilakukan secara
memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ada
5. Penyajian aktiva tetap pada laporan keuangan telah memadai dan sesuai dengan Kaidah Standar
Akuntansi Keuangan yang ada

Saran
Proses pencatatan yang dibuat perusahaan sehubungan dengan pembangunan atau pekerjaan tempat untuk mesin
ada baiknya dengan mencatat dengan mendebet rekening Pekerjaan dalam Penyelesaian Mesin bukan Piutang
Lain. Karena makna pengertian Piutang Lain adalah peusahaan mempunyai hak untuk menagih kepada pihak
ketiga karena menyerahkan suatu jasa atau barang kepada pihak tersebut di masa lalu.
Adapun proses pencatatan yang dapat dikoreksi adalah dengan mendebet rekening Pekerjaandalam Penyelesaian
Mesin dan mengkredit rekening Piutang Lain.

293
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, S.S. 2007. A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT), Penerbit PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Hery, 2013.TeoriAkuntansiSuatuPengantar. PenerbirFakultasEkonomiUniversitas Indonesia, Jakarta.
Hery,2013. AkuntansiDasar 1 dan 2.Penerbit PT Grassindo, Jakarta
Horngren. Charles. T dan Walter T. Harrison Jr. 2009.Akuntansi.Jilid 1.PenerbitErlangga, Jakarta.
IkatanAkuntan Indonesia (IAI).2009.StandarAkuntansiKeuangan, SalembaEmpat, Jakarta.
Kirana, Putra. 2013. PerlakuanAkuntansiAsetTetapberdasarkan PSAK No. 16 pada PT.
GraphikaBetonUniversitasMaritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
Mardiasmo. 2011. Perpajakan, EdisiRevisi 2011. PenerbitAndi Offset, Yogyakarta
Melisa, Shanti. 2011. PerlakuanAkuntansiAktivaTetap Dan PenerapanMetodeDepresiasiPada PT Bakrie
Sumatera Plantations, Tbk.Universitas Sumatera Utara, Medan.
Mudrajad Kuncoro, Ph.D, 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Sumarsan, Thomas. 2011. AkuntansiDasar&AplikasidalamBisnis, cetakanpertama.Penerbit PT Indeks, Jakarta
Barat.
Sugiyono, 2012.MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&B. cetakan ke-15.Alfabeta, Bandung.
Suharli, Michell. 2006. AkuntansiUntukBisnisJasadanDagang, EdisiPertama.PenerbitGrahaIlmu, Yogyakarta.
Suhayati, Ely. dan Sri, D. Anggadini. 2009. AkuntansiKeuangan.PenerbitGrahaIlmu, Yogyakarta
Sumadji.Pratama.dan Rosita. 2006. KamusEkonomi. Penerbit WIPRESS, Jakarta.
Putra, T. Mandala. 2013. "Analisis Penerapan Akuntansi Aset Tetap pada cv. kombos manado”.
Jurnal EMBA. Vol.1 No.3. Hal. 190-198.

294
ANALISIS PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA
UU PPH NO. 36 TAHUN 2008

Jessica Fergie Marentek


Inggriani Elim
Treesje Runtu

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : jessicafergie.69@gmail.com

ABSTRAK

Dalam rangka menghadapi dampak krisis keuangan global, pemerintah menurunkan tarif PPh
yang dikenai tarif 28% dimulai pada tahun 2009 dan akan menjadi 25% dimulai pada tahun 2010.
Hal ini bertujuan guna mendukung penerimaan negara dari sektor perpajakan yang lebih stabil. Ratio
profitability yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah Gross Profit Margin, Operating Profit
Margin, Return On Investment, dan Return On Equity. Peneliti melakukan penelitian menggunakan
metode analisis statistik deskriptif dengan data yang diambil dari Bursa Efek Indonesia (BEI), dan
diolah menggunakan SPSS v.20 dengan program compare means-paired sample T-test. Sampel yang
digunakan sebanyak 60 perusahaan manufaktur tahun 2009 dan 2010. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara GPM tahun 2009 dan 2010 dengan nilai t hitung <
ttabel (1,729 < 2,045) pada α = 0,05. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara OPM tahun 2009 dan 2010 dengan nilai thitung < ttabel (0,230 < 2,045) pada α = 0,05.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara ROI tahun 2009
dan 2010 dengan nilai thitung < ttabel (0,044 < 2,045) pada α = 0,05. Dan hasil penelitian juga
menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara ROE tahun 2009 dan 2010 dengan
nilai thitung < ttabel (0,417 < 2,045) pada α = 0,05.

Kata Kunci : Profitabilitas, Perusahaan Manufaktur, Bursa Efek Indonesia (BEI), UU PPh No. 36
Tahun 2008.

ABSTRACT

In order to deal with the impact of the global financial crisis, the government lowered the tax
rates at the rate of 28% starting in 2009 and will be 25 % starting in 2010. It aims to support the state
revenues from taxation so it become more stable. Ratio of profitability that researchers used in this
study is Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Investment, and Return On Equity.
Researchers conducted the study using descriptive statistical analysis methods with data taken from
Indonesia Stock Exchange (IDX), and processed using SPSS v.20 compare means-paired samples T-
test program. The samples are 60 manufacturing companies in 2009 and 2010. The results showed
that there was no significant difference between the GPM in 2009 and 2010 with a value of t hitung <
ttable (1.729 < 2.045) at α = 0.05 . The results also showed that there was no significant difference
between the OPM in 2009 and 2010 with a value of thitung < ttable (0.230 < 2.045) at α = 0.05. The
results also showed that there was no significant difference between the ROI in 2009 and 2010 with a
value of thitung < ttable (0.044 < 2.045) at α = 0.05. And the results of the study also showed that there
was no significant difference between the ROE in 2009 and 2010 with a value of t hitung < ttable (0.417
< 2.045) at α = 0.05 .

Key Words : Profitability, manufacturing companies, Indonesia Stock Exchange (IDX), UU PPh No.
36 Tahun 2008.

295
PENDAHULUAN
Latar belakang
Secara garis besar, reformasi di bidang perpajakan bertujuan untuk; (1) optimalisasi penerimaan
yang berkeadilan, meliputi perluasan tax base dan stimulus fiskal; (2) meningkatkan kepatuhan
perpajakan melalui layanan prima dan penegakan hukum secara konsisten; (3) efisiensi administrasi
berupa penerapan sistem dan administrasi andal dan pemanfaatan teknologi tepat guna; (4)
terbentuknya citra yang baik dan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi, melalui kapasitas SDM
yang profesional, budaya organisasi yang kondusif, serta pelaksanaan good governance.
Sementara Peraturan Pemerintah mempertimbangkan reformasi perpajakan dalam rangka
menghadapi dampak krisis keuangan global yang sangat mendesak untuk memperkuat basis
perpajakan nasional guna mendukung penerimaan negara dari sektor perpajakan yang lebih stabil.
Selain itu, juga masih banyak masyarakat yang ingin memanfaatkan fasilitas pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi perpajakan sebagaimana diatur dalam Pasal 37 ayat (1) UU No. 28
Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas UU No.7 tahun1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
Untuk mencapai misi pemerintah tersebut, maka melalui UU No. 36 tentang Pajak Penghasilan
tahun 2008 pemerintah memberi insentif dan kemudahan kepada pengusaha. Hal ini dapat mendorong
para pengusaha untuk bersaing lebih kompetitif. Insentif dimaksud adalah : dengan menurunkan tarif
Pajak Penghasilan yang dikenai tarif 28 % mulai berlaku pada tahun fiskal 2009 dan akan menjadi 25
% mulai berlaku pada tahun fiskal 2010. Tarif PPh ini masih dapat dikurangi lagi sebesar 5% apabila
Wajib Pajak badan tersebut merupakan Wajib Pajak dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka
yang paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia dan atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling
sedikit oleh 300 (tiga ratus) pihak.
Pemerintah berharap dengan adanya reformasi pajak, kinerja perpajakan akan semakin baik
sehingga dapat membawa dampak positif bagi penerimaan pemerintah. Di sisi lain juga diharapkan
agar reformasi tersebut dapat memberikan pengaruh positif kepada wajib pajak, baik wajib pajak
orang pribadi maupun wajib pajak badan. Bagi wajib pajak badan, jika reformasi perpajakan tersebut
membawa dampak yang positif tentunya akan mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan,
sementara jika reformasi perpajakan tersebut membawa dampak yang negatif maka akan
menyebabkan perusahaan tidak dapat memperoleh laba secara maksimal sehingga menurunkan
kinerja keuangan perusahaan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profitabilitas berdasarkan Gross
Profit Margin, Operating Profit Margin, Return on Investnent, dan Return on Equity sebelum dan
sesudah diberlakukannya Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi
Menurut Libby, Libby dan Short (2008) akuntansi merupakan suatu system yang
mengumpulkan dan memproses (menganalisis, menghitung dan mencatat) informasi keuangan
mengenai sebuah organisasi dan melaporkan informasi tersebut kepada pengambil keputusan.

Akuntansi Keuangan
Menurut Libby, Libby dan Short (2008) akuntansi keuangan merupakan pengembangan
akuntasi yang terfokus untuk pengambil keputusan eksternal.

Analisis Rasio Keuangan


Menurut Harahap (2007), analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan
menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat.

296
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

Gross Profit Margin


Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau
biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir,
2009:18).

Operating Profit Margin


Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut
pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61).

Return on Investment
Return on investment merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).

Return on Equity
Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasila/n (income) yang tersedia bagi
para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal
yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).

Definisi Pajak
Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang
No. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Pasal 1 ayat (1) “Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung, dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Sejarah UU PPh No. 36 Tahun 2008


Undang-Undang Pajak Penghasilan telah beberapa kali diubah, dimana perubahan pertama
dilakukan pada tahun 1983. Berikut ini merupakan perubahan Undang-undang Pajak Penghasilan dari
perubahan pertama sampai yang terbaru berdasarkan buku Undang-undang Republik Indonesia
Tentang Pajak Penghasilan 2008 (2009) :
a. Undang-undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
b. Undang-undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UURI No. 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan.
c. Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas UURI No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UURI No. 7 Tahun
1991.
d. Undang-undang Republik Indonesia No.17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas UURI No.
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

297
e. Undang-undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas UURI
No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Perubahan Tarif Pajak Penghasilan 2008


Terdapat empat kali perubahan tarif Pajak Penghasilan Badan yaitu UU PPh tahun 1983 yang
mulai berlaku tahun 1984, tarif UU PPh tahun 1994 yang mulai berlaku tahun 1995, UU PPh tahun
2000 yang mulai berlaku tahun 2001, dan UU PPh tahun 2008 yang mulai berlaku tahun 2009.
Perubahan-perubahan tarif dari tahun ke tahun tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Perbedaan Tarif PPh Badan 1983, 1994, 2000, 2008

UU No.7 / 1983 UU No.10 / 1994 UU No.17 / 2000 UU No.36 / 2008


PKP dan Tarif PKP dan Tarif PKP dan Tarif PKP dan Tarif
PKP s/d PKP s/d PKP s/d Tarif Wajib Pajak Badan dan bentuk
10.000.000 = 15% 25.000.000 = 10% 50.000.000 = 10% usaha tetap adalah 28% dan bisa
turun sebesar 5% untuk WP
PKP di atas PKP di atas PKP di atas berbentuk PT yang paling sedikit
10.000.000 s/d 25.000.000 s/d 50.000.000 s/d 40% dari jumlah keseluruhan saham
50.000.000 = 25% 50.000.000 = 15% 100.000.000 = 15% yang disetor, diperdagangkan di BEI
dan atau lebih dari keseluruhan
PKP di atas PKP di atas PKP di atas saham disetor dan saham tersebut
50.000.000 = 35% 50.000.000 = 30% 100.000.000 = 30% dimiliki paling sedikit 300 pihak.

Penelitian Terdahulu
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
No. Peneliti/ Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian Penelitian
1. Gunawan Pengaruh Menganalisis Statistik Berbeda Menganalisis Terdapat
(2010) perubahan UU pengaruh deskriptif dengan pengaruh pada
No. 36 Tahun perubahan UU reformasi perubahan UU penggunaan
2008 Pasal 17 No. 36 Tahun pajak tahun No. 36 Tahun variabel
Terhadap 2008 pasal 17 2000, 2008 sebagai alat
Penerimaan PPh terhadap perubahan ukur dalam
Pasal 21 pada penerimaan PPh tarif dalam melakukan
Kantor Pelayanan pasal 21 pada UU No. 36 penelitian
Pajak Pratama KPP Pratama Tahun 2008
Makasar Utara Makasar Utara ternyata
memberikan
dampak
positif bagi
pendapatan
negara

2. Huda Perbandingan Menganalisis Statistik Secara umum Menganalisis Terdapat


(2007) Kinerja Keuangan kinerja keuangan deskriptif berlakunya kinerja pada
Perusahaan perusahaan UU pajak No. perusahaan penggunaan
Manufaktur manufaktur 17 tahun sebelum dan variabel
Sebelum dan sebelum dan 2000 sebagai setelah sebagai alat
Setelah setelah pengganti UU diberlakukannya ukur dalam
Diberlakukannya diberlakukannya pajak No. 10 UU perpajakan melakukan
UU Pajak Tahun UU pajak tahun tahun 1994 penelitian
2000 di Bursa 2000 di Bursa tidak
Efek Jakarta Efek Jakarta berpengaruh
(BEJ) (BEJ) signifikan
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan

298
Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun hipotesis yaitu:
a. Ho : Tidak terdapat perbedaan profitabilitas berdasarkan Gross Profit Margin, Operating Profit
Margin, Return on Investnent, dan Return on Equity sebelum dan sesudah diberlakukannya UU
PPh No. 36 Tahun 2008.
b. Ha : Terdapat perbedaan profitabilitas berdasarkan Gross Profit Margin, Operating Profit Margin,
Return on Investnent, dan Return on Equity sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36
Tahun 2008.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, yaitu suatu metode yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang
cukup jelas tentang masalah yang dihadapi, kemudian ditarik suatu kesimpulan mengenai
perhitungan, pencatatan, dan pelaporan. Dalam penelitian ini digunakan data kuantitatif, yaitu
profitabilitas perusahaan yang dilihat dari Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Return on
Investment dan Return on Equity sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PPh Tahun 2008, yang
pada tahun fiskal 2009 dikenai tarif pajak 28% dan akan menjadi 25% dimulai dari tahun fiskal 2010,
yang kemudian dijadikan data kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan angka-angka tersebut.

Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder yang di ambil dari Bursa
Efek Indonesia (BEI) cabang Manado, yang terletak di Ruko Mega Smart Blok 1 No. 10, Komplek
Mega Mas Jl. Piere Tendean, Boulevard Manado 95000, Indonesia.
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti memerlukan waktu 6 bulan, dimulai dari bulan
Mei 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013.

Prosedur Penelitian
Dalam proses penelitian, terdapat langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk
menyelesaikan penelitian ini, yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah.
b. Membuat hipotesis.
c. Studi literature.
d. Pengumpulan data.
e. Melakukan definisi operasional dan pengukuran variabel.
f. Menyusun desain penelitian.
g. Melakukan analisa statistik menggunakan SPSS v. 20
h. Menulis laporan hasil penelitian.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang go public di Bursa
Efek Indonesia (BEI), yaitu sebanyak 170 perusahaan. Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel
dibatasi adalah sebanyak 60 perusahaan manufaktur yang go public di BEI selama 2 tahun sebelum
dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008. Adapun kriteria yang digunakan untuk
pemilihan sampel tersebut sebagai berikut:
a. Terdaftar sebagai perusahaan manufaktur di BEI dari tahun 2008 sampai tahun 2012.
b. Memiliki kelengkapan informasi laporan keuangan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012
yang dibutuhkan dalam penelitian.

Metode Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menghitung dan mencatat data-data perusahaan
manufaktur yang peneliti peroleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) cabang Manado dari tahun 2008
sampai tahun 2012.

Metode Analisis Data


Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

299
a. Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menggunakan pendekatan kuantitatif,
artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
numeric (angka). Dalam penelitian ini data-data numeric (angka) berupa data-data laporan
keuangan tahun 2009 dan 2010.
b. Metode analisis rasio yaitu metode analisis yang digunakan dengan menganalisis laporan
keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan
pos lainnya dalam laporan keuangan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
profitabilitas, dengan variabel sebagai berikut :
I. Gross Profit Margin

II. Operating Profit Margin

III. Return on Investment

IV. Return on Equity

Setelah pengukuran masing-masing profitabilitas dilakukan, selanjutnya dilakukan pengujian


statistik untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Proses pengujian hipotesisnya dapat
menggunakan 2 cara sebagai berikut:
a. Proses pengujian hipotesis berdasarkan profitabilitas dengan prosedur sebagai berikut:
I. Tentukan hipotesis
Ho : Rata-rata nilai rasio yang dianalisis sebelum diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008
dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 dalah sama.
Ha : Rata-rata nilai rasio yang dianalisis sebelum diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008
dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 adalah berbeda.
II. Penentuan kesimpilan
 Jika profitabilitas (tingkat signifikansi) > 0,005 maka Ho diterima.
 Jika profitabilitas (tingkat sgnifikansi) < 0,05 maka Ha ditolak.
III. Pengambilan keputusan
b. Proses pengujian hipotesis berdasarkan nilai ttabel dengan prosedur sebagai berikut:
I. Tentukan hipotesis
Ho : Rata-rata nilai rasio yang dianalisis sebelum diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008
dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 adalah sama.
Ha : Rata-rata nilai rasio yang dianalisis sebelum diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008
dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 adalah berbeda.
II. Penentuan Kesimpulan
 Jika nilai thitung > ttabel 0,005 maka Ho ditolak.
 Jika nilai thitung < ttabel 0,005 maka Ha diterima.
III. Pengambilan Keputusan

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Profitability merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada
saat menjalankan oprasinya. Semakin besar rasio ini berarti semakin tinggi kinerja suatu perusahaan.
Profitability dalam penelitian ini diproksikan dengan GPM, OPM, ROI dan ROE.

a. Gross Profit Margin

300
Gross profit margin merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi dengan
harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat
dicapai dari jumlah penjualan. Rumus GPM yaitu :
...........(%)
b. Operating Profit Margin
Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan.
Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-
benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial
berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak.
.......... (%)
c. Return on Investment (ROI)
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total
aktiva. Return on investment merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
........ (%)
d. Return on Equity (ROE)
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total
ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia
bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen)
atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).
......... (%)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Tabel 3. Daftar Perusahaan Manufaktur
2009 2010
No Perusahaan
GPM OPM ROI ROE GPM OPM ROI ROE
1 PT Cahaya Kalbar Tbk. 0.12 0.08 8.70 16.42 0.12 0.06 3.48 9.57
2 PT Delta Djakarta Tbk. 0.46 0.22 16.64 21.10 0.66 0.33 20.61 24.62
3 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 0.24 0.11 10.55 66.36 0.28 0.15 13.75 19.62
4 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.28 0.13 6.75 17.59 0.32 0.18 8.50 16.16
5 PT Gudang Garam Tbk. 0.22 0.16 12.69 18.88 0.24 0.16 13.71 19.88
6 PT Roda Vivatex Tbk. 0.52 0.47 15.75 19.21 0.54 0.49 10.05 23.92
7 PT Indorama Syntetics Tbk. 0.06 0.01 2.06 5.06 0.10 0.04 2.06 5.06
8 PT Pan Brothers Tex Tbk. 0.10 0.03 4.06 25.20 0.11, 0.04 4.02 21.30
9 PT Ricky Putra Globalindo Tbk. 0.15 1.55 0.60 1.09 0.19 3.41 1.76 3.20
10 PT Sepatu Bata Tbk. 0.46 0.13 1.27 17.58 0.48 0.14 12.59 18.39
11 PT Fajar Surya Wisesa Tbk. 0.20 0.16 7.45 17.46 0.19 0.15 6.30 15.63
12 PT Suparma Tbk. 0.12 0.06 1.88 3.91 0.15 0.09 1.99 4.12
13 PT Budi Acid Jaya Tbk. 0.15 0.09 9.16 18.71 0.11 0.06 2.34 5.75
14 PT Eterindo Wahanatama Tbk. 0.04 0.02 1.94 3.93 0.08 0.04 7.15 12.59
15 PT Trias Sentosa Tbk. 0.17 0.10 7.49 12.57 0.17 0.11 6.74 11.04
16 PT Yanaprima Hastapersada Tbk. 0.16 0.11 9.70 14.99 0.14 0.10 10.55 16.11
17 PT Semen Gresik (Persero) Tbk. 0.47 0.30 25.68 32.22 0.47 0.31 23.51 30.14
18 PT Betonjaya Manunggal Tbk. 0.17 0.13 13.45 14.53 0.13 0.09 9.34 11.47
19 PT Citra Tubindo Tbk. 0.16 0.09 7.12 13.10 0.24 0.14 6.71 16.23
20 PT Jaya Pari Steel Tbk. 0.12 0.07 0.54 0.71 0.13 0.09 6.92 9.48
21 PT Lion Mesh Prima Tbk. 0.08 0.03 33.30 6.04 0.11 0.07 9.40 10.26
22 PT Hexindo Adiperkasa Tbk. 0.18 0.11 13.08 25.73 0.19 0.11 17.04 32.72
23 PT Intraco Penta Tbk. 0.20 0.07 3.20 9.96 0.17 0.08 5.17 19.35
24 PT Nipress Tbk. 0.14 0.03 1.17 2.90 0.15 0.06 3.75 8.55
25 PT. Indospring Tbk. 0.13 0.03 9.46 35.47 0.20 0.12 9.10 30.94
26 PT Tunas Ridean Tbk. 0.09 0.04 17.53 31.03 0.08 0.04 12.81 22.17
27 PT United Tractor Tbk. 0.23 0.18 15.64 27.36 0.18 0.14 13.21 24.28
28 PT Astra Graphia Tbk. 0.29 0.08 8.64 17.57 0.29 0.10 12.00 25.36
29 PT Astra Otoparts Tbk. 0.18 0.08 16.54 22.71 0.18 0.09 21.96 29.89

301
2009 2010
No Perusahaan
GPM OPM ROI ROE GPM OPM ROI ROE
30 PT Mayora Indah Tbk. 0.24 0.13 11.86 23.73 0.24 0.11 11.41 24.60
31 PT Fast Food IndonesiaTbk. 0.60 0.09 17.48 28.48 0.56 0.07 16.15 24.90
32 PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. 0.46 0.18 16.46 34.03 0.47 0.21 17.56 21.91
33 PT Siantar Top Tbk. 0.16 0.6 7.49 10.15 0.17 0.07 6.57 9.53
34 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 0.29 19.25 2.41 5.79 0.26 17.92 4.13 13.25
35 PT Ultra Milk Industry Tbk. 0.26 0.08 3.53 5.12 0.31 0.10 5.34 8.23
36 PT Astra International Tbk. 0.23 0.13 11.29 25.17 0.21 0.11 12.73 29.13
37 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. 0.29 0.19 28.72 48.61 0.29 0.20 31.37 63.02
38 PT Panasia Indo Resources Tbk. 0.04 0.03 0.05 0.10 7,00 3,00 3,00 6,00
39 PT Star Petrochem Tbk. 0.07 0.03 24.89 76.21 0.09 0.06 0.75 1.25
40 PT Trisula InternasionalTbk. 0.20 0.06 0.87 1.98 0.17 0.04 1.68 3.18
41 PT Ever Shine Tex Tbk. 6,00 0.01 1.48 2.99 0.06 0.02 0.25 0.58
42 PT Indo Acidatama Tbk. 0.25 0.13 6.13 11.62 0.20 0.07 2.70 4.31
43 PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. 0.18 0.08 0.22 0.65 0.18 0.08 0.22 0.65
44 PT AKR Corporindo Tbk. 0.11 0.06 4.53 12.31 0.06 0.03 4.06 10.88
45 PT Lautan Luas Tbk. 0.15 0.04 2.79 8.99 0.16 0.04 2.88 10.13
46 PT Unggul Indah CahayaTbk. 0.09 0.01 1.75 3.14 0.08 0.02 2.36 4.33
47 PT Ekadarma Internasional Tbk. 0.26 0.13 9.96 18.49 0.27 0.15 20.17 32.93
48 PT Resources Alam Indonesia Tbk. 0.35 0.11 11.73 21.22 0.35 0.24 31.49 54.11
49 PT Langgeng Makmur Industri Tbk. 0.17 0.05 1.11 1.50 0.18 0.04 0.46 0.70
50 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 0.48 0.35 20.69 25.66 0.50 0.36 21.01 24.61
51 PT Lion Metal Works Tbk. 0.45 0.22 12.39 14.76 0.45 0.23 12.71 14.86
52 PT Tira Austenite Tbk. 0.36 0.08 1.09 2.66 0.35 0.06 2.33 5.31
53 PT Kedawung Setia Industrial Tbk. 0.12 0,03 1.91 4.40 0.12 0.03 3.03 6.61
54 PT Surya Toto Indonesia Tbk. 0.30 0.22 18.09 34.58 0.31 0.23 17.81 30.81
55 PT Kabelindo Murni Tbk. 0.08 2,80 0.48 0.76 0.06 2.23 0.96 1.71
56 PT Prima Alloy Steel Universal Tbk. 0.08 0.03 3.30 6.04 0.11 0.07 9.40 10.26
57 PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.16 0.10 10.05 29.26 0.10 0.05 5.81 16.04
58 PT Indo Kordsa Tbk. 0.16 0.10 5.34 6.41 0.17 0.12 11.04 13.64
59 PT Selamat Sempurna Tbk. 0.23 0.14 14.11 24.45 0.24 0.15 15.45 29.04
60 PT Polychem Indonesia Tbk. 0.02 0.02 1.45 4.94 0.16 0.03 0.78 1.65

Hasil Profitabilitas Nilai GPM, OPM, ROI, dan ROE Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya
UU PPh No.36 Tahun 2008
Untuk menganalisis perbedaan kondisi profitabilitas perusahaan manufaktur yang go public di
Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah UU PPh No. 36 Tahun 2008, maka sesuai dengan hasil
pengujian secara statistik, diperoleh hasil sebagai berikut.

a. Gross Profit Margin


Tabel 4. Paired Samples Test GPM
Paired Differences
95% Confidence
Std. Sig. (2-
Std. Interval of the t df
Mean Error tailed)
Deviation Difference
Mean
Lower Upper
Tahun2009 -
Pair 1 -,9333 4,18175 ,5399 -2,0136 ,14693 -1,729 59 ,089
Tahun2010
Dari hasil perhitungan seperti yang tampak pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai t hitung <
ttabel (1,729 < 2,045) pada α=0,05.

302
b. Operating Profit Margin
Tabel 5. Paired Samples Test OPM
Paired Differences
95% Confidence Sig. (2-
Std. t df
Std. Interval of the tailed)
Mean Error
Deviation Difference
Mean
Lower Upper
Tahun2009 -
Pair 1 -,91667 30,857 3,9837 -8,8879 7,0546 -,230 59 ,819
Tahun2010
Dari hasil perhitungan seperti yang tampak pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai thitung <
ttabel (0,230 < 2,045) pada α=0,05.

c. Return on Investment
Tabel 6. Paired Samples Test ROI
Paired Differences
Sig.
95% Confidence
Std. (2-
Std. Interval of the t Df
Mean Error tailed
Deviation Difference
Mean )
Lower Upper
Tahun2009 -
Pair 1 -3,383 596,782 77,044 -157,548 150,782 -,044 59 ,965
Tahun2010
Dari hasil perhitungan seperti yang tampak pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai thitung <
ttabel (0,044 < 2,045) pada α=0,05.

d. Return on Equity
Tabel 7. Paired Samples Test ROE
Paired Differences
95% Confidence Sig.
Std. Std. Error Interval of the t df (2-
Mean
Deviation Mean Difference tailed)
Lower Upper
Tahun2009 -
Pair 1 72,617 1349,540 174,225 -276,006 421,240 ,417 59 ,678
Tahun2010
Dari hasil perhitungan seperti yang tampak pada tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai thitung <
ttabel (0,417 < 2,045) pada α=0,05.
Pembahasan
a. Gross Profit Margin
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata nilai GPM sebelum dan sesudah
diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 pada Tahun 2010 dan 2011. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa UU PPh No. 36 Tahun 2008 tidak berpengaruh terhadap perkembangan nilai
GPM yang berhasil dicapai oleh perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
b. Operating Profit Margin
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata nilai OPM sebelum dan sesudah
diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 pada Tahun 2010 dan 2011. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa UU PPh No. 36 Tahun 2008 tidak berpengaruh terhadap perkembangan nilai
OPM yang berhasil dicapai oleh perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
c. Return on Investment
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata nilai ROI sebelum dan sesudah
diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 pada Tahun 2010 dan 2011. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa UU PPh No. 36 Tahun 2008 tidak berpengaruh terhadap perkembangan nilai

303
ROI yang berhasil dicapai oleh perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
d. Return on Equity
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata nilai ROE sebelum dan sesudah
diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 pada Tahun 2010 dan 2011. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa UU PPh No. 36 Tahun 2008 tidak berpengaruh terhadap perkembangan nilai
ROE yang berhasil dicapai oleh perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia
(BEI).

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a. Hasil uji coba beda menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Gross
Profit Margin sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 pada Tahun
2010 dan 2011. Dengan nilai thitung < ttabel (1,729 < 2,045) pada α = 0,05.
b. Hasil uji coba beda menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Operating
Profit Margin sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 pada Tahun
2010 dan 2011. Dengan nilai thitung < ttabel (0,230< 2,045) pada α = 0,05.
c. Hasil uji coba beda menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Return On
Investment sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 pada Tahun 2010
dan 2011. Dengan nilai thitung < ttabel (0,044 < 2,045) pada α = 0,05.
d. Hasil uji coba beda menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Return On
Equity sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PPh No. 36 Tahun 2008 pada Tahun 2010 dan
2011. Dengan nilai thitung < ttabel (0,417 < 2,045) pada α = 0,05.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis dapat mengemukakan saran-saran
sebagai berikut :
a. Disarankan agar perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia
(BEI) mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja usahanya agar kemampuan mereka untuk
memperoleh laba semakin meningkat dengan adanya lapisan tarif pajak yang baru yaitu UU PPh
N0.36 Tahun 2008, dengan cara berupaya meningkatkan efisiensi dan produktifitas perusahaan-
perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Disarankan pula agar kemampuan dan keinginan perusahaan-perusahaan yang go public di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dalam meningkatkan nilai GPM, OPM, ROI, dan ROE tetap dipertahankan
karena berdasarkan lapisan tarif pajak yang baru yaitu UU PPh No. 36 Tahun 2008 GPM, OPM,
ROI, dan ROE tidak mengalami perubahan nilai profitabilitas yang signifikan.

304
DAFTAR PUSTAKA

Harahap SS, 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ikatan Akuntasi Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Ilyas, Wirawan B. dan Rudy Suhartono, 2007. Panduan Komprehensif dan Praktis Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Salemba Empat. Jakarta.
Ilyas, Wirawan B. dan Rudy Suhartono, 2010. Panduan Komprehensif dan Praktis Pajak
Penghasilan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kasmir, 2009. Analisis Laporan Keuangan. PT. Rajawali Pers. Jakarta.
Libby, Libby, & Short, 2008. Akuntansi Keuangan. Andi. Jakarta.
Manopo Fenty, 2012. Junal: “Analisis Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas Untuk Menilai
Kinerja Keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.”
Mardiasmo, 2009. Perpajakan. Andi. Jakarta.
Margono, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sawir, 2011. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia. Jakarta.
Sugiyono, 2010. Akuntansi & Pelaporan Keuangan. Grasindo. Jakarta.
Sutrisno, 2009. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep & Aplikasi. Ekonisia. Jakarta.
Syafri, 2011. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Syamsuddin, 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Rajawali Pers. Jakarta.
_______. 2011. Buku Panduan Bendahara. Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo dan Maluku Utara.
Manado.
_______. 2009. UU Republik Indonesia tentang Pajak Penghasilan 2008. CV.Novindo Pustaka
Mandiri. Jakarta.

305
PENGARUH MARKET VALUE TERHADAP HOLDING PERIOD SAHAM PADA PERUSAHAAN
FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2012

Ingrid Fransisca Leleng


Ventje Ilat
Heince Wokas

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : louisca06@yahoo.com

ABSTRAK

Menyadari perlunya pertimbangan seorang investor dalam mengambil keputusan untuk menentukan
masa kepemilikan (holding period) suatu saham yang dimilikinya, maka sangat penting bagi investor untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi holding period saham. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh Market Value terhadap Holding Period saham. Teknik analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa perubahan Holding Period untuk
tahun 2010-2012 hanya sebesar 14.651. Hasil pengujian hipotesis uji t dan uji f menyatakan H0 diterima dan Ha
ditolak karena nilai yang diperoleh 0,748 > α= 0,05. Hasil koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,004,
memberikan pengertian bahwa besarnya Holding Period pada perusahaan Food and beverages dapat dijelaskan
oleh variabel independen yaitu Market Value adalah sebesar 0.4 % sementara sisanya 99,6 % dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Jadi, hasil dari pengujian dalam penelitian ini menyatakan
bahwa Market Value tidak berpengaruh terhadap Holding Period dalam perusahaan.

Kata Kunci : Market Value, Holding Period

ABSTRACT

Recognizing the need for consideration of an investor in making decisions to determine the ownership
period ( holding period ) a share holding , it is very important for investors to understand the factors that affect
stock holding period . The purpose of this study was to determine the effect of the Holding Period Market Value
stocks . The analysis technique used is simple linear regression analysis . Based on the results of the study , that
changes Holding Period for the 2010-2012 year only amounted to 14.651 . The results of hypothesis testing and
test f t test states H0 is accepted and Ha is rejected because the value obtained 0,748 > α= 0,05 . The coefficient
of determination ( R2 ) is equal to 0,004, giving the sense that the magnitude of Holding Period on Companies
Food and beverages can be explained by the independent variables, Market Value is at 0.4 % while the
remaining 99.6 % is explained by other variables not examined in the study this . Thus , the results of the testing
in this study stated that the Market Value has no effect on the company's Holding Period.

Keyword : Market Value, Holding Period

306
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berinvestasi merupakan salah satu kegiatan favorit beberapa kalangan masyarakat tertentu karena
dianggap dapat menghasilkan uang dengan cara yang mudah dan dalam jumlah yang besar asalkan dilakukan
secara tepat. Menurut Sunariyah, (2003) Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan
datang.
Sejak tahun 1989, perusahaan penerbit saham (emiten) sebagai perusahaan yang membutuhkan modal
dan investor sebagai penanam modal mulai melirik pasar modal (miapuspita, 2003). Pemerintah telah
mengambil kebijakan menciptakan banyak peluang investasi dan mendorong perkembangan jumlah emisi
saham dalam upaya untuk meningkatkan kegiatan pasar modal. Hal ini mencerminkan banyaknya perusahaan
yang mencatatkan diri pada bursa saham serta tingginya volume transaksi perdagangan dan saham yang beredar
meningkat. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang
mempunyai kelebihan dana. Pada dasarnya, pasar modal merupakan tempat yang menjembatani antara pihak
yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana. Dana tersebut dapat digunakan untuk ekspansi usaha
atau untuk memperbaiki struktur modal perusahaan. Dengan demikian pasar modal dapat sebagai sumber
alternative keuangan bagi investor untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional (Gudono dan Hidayanti,
2003).

Dalam melakukan kegiatannya Investor atau pemilik saham memiliki kebebasan untuk memilih jenis
saham perusahaan yang go public. Selain memilih saham, investor juga memiliki kebebasan dalam membeli
jumlah lembar saham dan lamanya memegang saham tersebut. Akan tetapi investor harus memiliki
pertimbangan untuk mengurangi resiko sampai tingkat tertentu untuk mendapatkan gain yang maksimal. Salah
satu pertimbangan penting yang terkait dengan keputusan investasi saham bagi seorang investor adalah
penetuan masa kepemilikan (holding period saham). Holding period diartikan sebagai lamanya investor
menahan dananya pada saham tertentu untuk waktu tertentu. Variabel market value menurut leny dan indrianto
(1990) mempengaruhi variabel holding period, dimana perusahaan yang memiliki market value yang semakin
kecil (besar) cenderung mempunyai holding period yang semakin pendek (panjang). Untuk variabel resiko
saham menurut Subali dan Zuhroh (2002) dimana perusahaan yang mempunyai resiko saham yang semakin
kecil (besar) cenderung mempunyai holding period yang semakin panjang (pendek). Variabel market value
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya.

Dalam menentukan apakah investor akan melakukan transaksi di pasar modal, biasanya keputusan akan
didasarkan pada berbagai informasi transaksi yang dimilikinya, baik informasi transaksi yang tersedia di public
maupun informasi transaksi pribadi (fatmawati dan asri, 1999). Informasi transaksi tersebut akan memiliki
makna atau nilai bagi investor jika keberadaan informasi transaksi tersebut menyebabkannya melakukan
transaksi di pasar modal. Adanya informasi transaksi dapat mempengaruhi lamanya seorang investor menahan
sejumlah dananya dalam suatu perusahaan tertentu.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh market value terhadap Holding
period saham pada perusahaan food beverages di BEI (2010-2012).

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan
kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan (menurut Weygandtdalam Yadiati
dan Wahyudi 2006: 7-8).
Horngren (2007: 4) memberikan pengertian akuntansi is the information system that measures business
activities, process that information into reports communicates the result to decision makers. Atau dengan kata
lain, akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, proses mengenai informasi untuk
menghasilkan laporan dan mengkomunikasikan hasil ke pembuat keputusan.

307
Definisi lain dapat juga dipakai untuk memahami lebih dalam pengertian akuntansi ini. Dalam buku A
Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT), akuntansi diartikan sebagai berikut: “Proses
mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan dalam
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya”.Komite istilah
American Institute of Certified Public accounting (AICPA) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:
“Akuntansi adalah seni pencatatan, pengolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran
moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-
hasilnya”.Definisi ini bisa dipermasalahkan seandainya kita berhadapan dengan keadaan sistem pencatatan yang
sudah menggunakan komputerisasi, apa lagi proses pengolahan datanya tidak lagi melalui pencatatan, tetapi
melalui optic, scanning, dialing, ataukeyboardsehingga sama sekali tidak melibatkan proses pencatatan
konvensional. Beberapa definisi tersebut sudah out of date.Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4
mendefinisikan akuntansi sebagai berikut: “Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa.Fungsinya adalah memberikan
informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih di antara beberapa
alternatif”(Harahap 2011: 5).

Laporan Keuangan
Menurut IAI (PSAK No.1, 2012: par.10), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstrukturdari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuanlaporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisikeuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
1. aset;
2. laibilitas;
3. ekuitas;
4. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
5. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan
6. arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan,
membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan
kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Tujuan laporan keuangan menurut SAK No. 1 adalah:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai
apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual
investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Saham
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin,
2001: 5).
Investor yang melakukan pembelian saham, otomatis akan memiliki hak kepemilikan di dalam
perusahaan yang menergitkannya. Banyak sedikitnya jumlah saham yang dibeli akan menentukan presentase

308
kepemilikan dari investor tersebut. Secara umum, ada dua manfaat yang bisa diperoleh bagi pembeli saham,
yaitu manfaat ekonomis dan manfaat non ekonomis.
Manfaat ekonomis meliputi perolehan deviden dan perolehan capital gain. Deviden merupakan
sebagian keuntungan perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham, sedangkan capital gain adalah
keuntungan yang diperoleh investor dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi
dibandingkan nilai beli saham yang lebih rendah.

Market Value
Market value yang di sebut juga market price merupakan harga pada pasar rill dan merupakan harga
yang paling mudah di tentukan karena merupakan harga dari suatu saham yang sedang berlangsung atau jika
pasar sudah tutup, maka dapat dikatakan bahwa harga pasar adalah harga penutupannya. (closing price), (Piji
Parkati dan Panji Anoraga, 2001). Nilai kapitalisasi pasar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kapitalisasi besar (big – cap)
b. Kapitalisasi sedang (mid-cap)
c. Kapitalisasi kecil (small-cap)
Nilai kapitalisasi pasar dapat diperoleh dengan mengalikan harga pasar dengan jumlah saham beredar
(panji, 2001).
Nilai pasar = Harga Pasar X Total Saham
Beredar
Holding Period
Holding period adalah lamanya waktu yang diperlukan investor untuk berinvestasi dengan sejumlah
uang yang bersedia dikeluarkan. Holding period juga berarti rata-rata panjangnya waktu investor menahan
saham perusahaan dalam jangka waktu atau periode tertentu (Jones, 1996). Holding period merupakan variabel
yang memberikan indikasi tentang rata-rata panjangnya waktu investor untuk menehan saham suatu perusahaan.
Menurut Bhide (1993) holding period akan semakin panjang bila transaction cost semakin besar karena
akan menurunkan tingkat spekulasi investor dengan indikasi menurunnya volume transaksi dipasar saham.
Pernyataan bhide tersebut diperkuat oleh Umlauf (1993) yang menyatakan bahwa meningkatnya transaction
cost akan menurunkan tingkat turn over di pasar saham. Epps (1976) dan Jarrell (1984) menembahkan bahwa
volume transaksi berbanding terbalik terhadap transaction cost dan holding period.

Hubungan Antar Konsep


Pengaruh Market Value terhadap Holding Period
Market value merupakan variabel yang selau diperhatikan oleh investor, makin besar nilai pasar suatu
perusahaan, makin besar pula investor menahan kepemilikan sahamnya, karena investor masih menganggap
bahwa perusahaan besar biasanya lebih stabil keuangannya, resikonya lebih kecil dan mampu menghasilkan
laporan dan informasi keuangan.
Market value digunakan untuk menghitung nilai perusahaan yang menyebabkan investor mau
menanamkan dananya pada suatu surat berharga. Hal ini dipergunakan untuk melihat kecenderungan investor
terhadap ukuran suatu perusahaan tertentu. Disamping itu perusahaan besar diasumsikan lebih dipertimbangkan
oleh investor untuk berinvestasi dari pada perusahaan kecil (HY.Hadi (Atkins dan Dly). 2008)

Penelitian Terdahulu
Tabel 1
No Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti/ Peneliti Penelitian
Tahun an
1 Helmi Analisis untuk Menyatakan Penelitian Penelitian yang
Yulianto Pengaruh mengetahu bahwa 38, 6% yang dilakukan oleh Helmi
Hadi market value i seberapa variasi holding dilakukan oleh Yulianto Hadi (2005)
(2008) terhadap besar period dapat H.Y Hadi lebih dikhususkan
holding period pengaruh dijelaskan oleh terletak pada pada perusahaan yang
pada saham- market market value variabel- terdaftar pada jajaran
saham LQ45 value variabel baik LQ45 sedangkan
periode 2003- terhadap dependen penelitian ini

309
2005 holding maupun yang dilakukan pada
period independen perusahaan food and
saham serta metode beverage yang
perusahaan analitis yang terdaftar di BEI.
yang digunakan.
terdaftar di
LQ45.
2 Yustiana Pengaruh bid- regresi variabel terletak pada terletak pada objek
Andriani ask spread, linier independen tidal semua penelitian yaitu
Ayu market value bergan memiliki variabel baik penelitian ini di
(2008) dan risk of da pengaruh terhadap variabel lakukan terhadap
return terhadap Holding period dependen saham Food and
holding period saham, sedangkan maupun beverage sedangkan
saham (studi secara parsial independen penelitian Yustiana
kasus pada hanya variabel Ayu dilakukan
perusahaan bid-ask spread terhadap saham
perbankan yang yang mempunyai perusahaan
go public di BEI Pengaruh terhadap perbankan.
periode 2005- holding period
2007). saham tahun
2007.

Hipotesis
Berdasarkan latar belakang maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Market value berpengaruh terhadap holding period
Ho : Market value tidak berpengaruh terhadap holding period

Kerangka Pemikiran Teoritis


Berdasarkan teori dan hasil-hasil dari penelitian terdahulu, faktor yang diidentifikasikan mempengaruhi
holding period yaitu variabel market value. Untuk itu akan dilakukan pengujian sejauh mana pengaruh pengaruh
variabel bebas tersebut terhadap holding period, sehingga kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Teoritis

Market Value Holding


Period

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dalam bentuk data sekunder.
Data sekunder yaitu data yang telah di kumpulkan oleh lembaga pengumpul data ataupun pihak lain dan di
publikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder tersebut meliputi data-data volume transaksi,
jumlah saham yang beredar yang di kumpulkan dari januari 2010 sampai desember 2012. Keseluruhan data
diperoleh dari IDX montly statistic dan capital market directory yang diambil dari perpustakaan Pusat Informasi
Pasar Modal (PIMP) manado serta www.idx.co.id.

Teknik Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data, di gunakan teknik pengumpulan data sekunder berupa data
dokumentasi. Data dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengambil data-data dari catatan,
dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumen-dokumen atau
arsip-arsip dari lembaga yang diteliti (Nasution, 2003). Data tersebut dikumpulkan dari capital market directory

310
periode 2010-2012 dan IDX montly statistic yang dikeluarkan setiap bulan selama periode penelitian serta
peneliti juga mengakses ke- www.idx.co.id

Populasi
Menurut Kuncoro (2003) populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,
objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham perusahaan manufaktur khususnya yang bergerak dalam
food and beverage yang listing di BEI selama periode 2010 sampai desember 2012. Jumlah perusahaan
manufaktur yang bergerak dalam bidang food and beverage yang terdaftar di BEI periode 2010 sampai dengan
desember 2012 adalah 20 perusahaan.

Sampel
Kuncoro (2003) mendefinisikan sampel sebagai suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi. Dari
ke-20 populasi diatas, peneliti menggunakan metode penggambilan sampel purposive sampling dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang representative dengan kriteria sebagai berikut:
1. Telah tercatat/ listed di bursa efek Indonesia sebagai emiten selama periode 2010-2012 secara konsisten.
2. Tercatat sebagai perusahaan manufaktur di bidang food and beverage
3. Tidak pernah suspend (dihentikan sementara) perdagangannya oleh BEI (selama waktu penelitian).
4. Harus tersedia volume transaksi pembelian dan penjualan saham selama periode 2010-2012.
Dari hasil pemilihan sampel secara purposive sampling, di peroleh 10 sampel perusahaan food and
beverage yang memenuhi persyaratan dan sesuai untuk dijadikan sampel. Berikut ke-10 perusahaan di sajikan
dalam bentuk tabel :
Tabel 2
Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk
2 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk
3 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk
4 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
5 MYOR PT. Mayora Indah Tbk
6 STTP PT. Siantar Top Tbk
7 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Tbk
8 SMAR PT. Smart, Tbk
9 DLTA PT. Delta Djakarta, Tbk
10 PSDN PT. Prashida Aneka Niaga, Tbk
Sumber : www.sahamok.com

Model Regresi
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memakai teknik analisa regresi linier
sederhana untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependent. Dalam hal ini untuk variabel dependentnya adalah holding period. Variabel-variabel
independennya adalah market value saham perusahaan sepanjang periode observasi. Untuk menguji pengaruh
market value terhadap holding period digunakan objek penelitian yaitu saham-saham perusahaan manufaktur
khususnya yang bergerak di bidang food and beverage yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2012.
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen
maka digunakan model regresi linier sederhana, yang dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + εi
Pengujian Asumsi Klasik
Pada penelitian ini juga akan dilakukan pengujian pentimpangan asumsi klasik terhadap model regresi
yeng telah diolah (Ghozali,2005) yang meliputi:
a. Uji Autokorelasi
b. Uji heteroskedastisitas

311
c. Uji Normalitas

Pengujian Hipotesis
Model pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan pengujian secara parsial dan pengujian
secara simultan serta analisis koefisien determinasi (R2) (Ghozali, 2005). Pengujian hipotesis tersebut sebagai
berikut:
a. Uji Statistik t
b. Uji F
c. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Definisi Operasional Variabel


Variabel dependen : Holding period
HldPerit = jumlah saham beredar semester T
Volume transaksi semester T
Variabel independen : Market value

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hail Penelitian
1. Descriptive Statistics
Dengan menggunakan bantuan Software Program SPSS Version 20.0, maka rata-rata hitung dan standar
deviasi dari masing-masing variabel seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.1, berikut ini :
Tabel 3
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N

LNY 16.8341 2.23563 28

LNX 26.9010 1.74823 28

2. Pengujian Asumsi Klasik


a. Asumsi Klasik Normalitas
menunjukkan bahwa grafik Normal P-P of Regression Standardized Residual menggambarkan
penyebaran data di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut,
maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 2

312
b. Asumsi Klasik Autokorelasi
Tabel 4
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson

1 .063a .004 -.034 2.27363 1.762


a. Predictors: (Constant), MARKET VALUE
b. Dependent Variable: HOLDING PERIOD
nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1.762 atau menunjukkan bahwa nilai D-W di antara -2 sampai +2
maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi.

c. Asumsi Klasik Heteroskedastisitas


Gambar 3

Dari gafik Scatterplot pada Gambar 4.2 terlihat bahwa titik-titik cukup menyebar di atas dan di bawah
angka 0 (nol), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dalam
penelitian ini.

3. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi


a. Koefisien Korelasi
koefisien korelasi linear yang dihasilkan antara Market Value (X1) dengan Holding Period (Y) adalah
sebesar 0.063 artinya hubungan antara variabel MV Perusahaan dengan Holding Perioed Perusahaan Food and
Beverages di Bursa Efek Indonesia bersifat positif.
Tabel 5

Correlations
HOLDING MARKET
PERIOD VALUE
HOLDING PERIOD 1.000 .063
Pearson Correlation
MARKET VALUE .063 1.000
HOLDING PERIOD . .374
Sig. (1-tailed)
MARKET VALUE .374 .
HOLDING PERIOD 28 28
N
MARKET VALUE 28 28

313
b. Koefisien Determinan (R2)
Tabel 6
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate

1 .063a .004 -.034 2.27363 1.762


a. Predictors: (Constant), MARKET VALUE
b. Dependent Variable: HOLDING PERIOD
nilai koefisien determinasi adalah 0,004. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel bebas,
yaitu MV terhadap variabel terikat yaitu HP yang dapat diterangkan oleh model persamaan dalam penelitian ini
adalah sebesar 0.4 %, sedangkan sisanya sebesar 99,6 % diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi.

4. Analisis Regresi Sederhana


Tabel 7
Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta


(Constant) 14.651 6.747 2.172 .039
1
MARKET VALUE .081 .250 .063 .324 .748
a. Dependent Variable: HOLDING PERIOD
Dari hasil analisis dalam tabel diperoleh persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut :
Y = 14.651 + 0.081 X1
Dari persamaan regresi linier sederhana di atas, dapat menginformasikan bahwa
- Nilai konstan sebesar 14.651 artinya jika variabel Market Value dianggap konstan, maka Holding
Period saham (HP) akan sebesar 14.651.
- Koefisien X 1 Market Value sebesar (MV) 0.081 yang berarti setiap penurunan variabel (MV) sebesar
satu persen maka akan meningkatkan Holding period saham sebesar 0,081 % dengan asumsi faktor-
faktor lain dianggap tetap (cateris paribus).

5. Penguujian Hipotesis
a. Uji t
Tabel 8
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta


(Constant) 14.651 6.747 2.172 .039
1 MARKET
.081 .250 .063 .324 .748
VALUE
a. Dependent Variable: HOLDING PERIOD
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh nilai t hitung untuk MV (X1) sebesar 0,324< dari nilai t tabel sebesar 2,29
dan nilai signifikansi P = 0,748 > α = 0.05, maka Ha ditolak dan H0 diterima, artinya variable MV (X1) tidak
berpengaruh terhadap Holding Period (HP) dan terdapat hubungan tidak searah.

314
b. Uji F
Tabel 9
ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression .544 1 .544 .105 .748b
1 Residual 134.404 26 5.169
Total 134.947 27
a. Dependent Variable: HOLDING PERIOD
b. Predictors: (Constant), MARKET VALUE
Berdasarkan hasil uji F yang dapat dilihat pada Tabel 4.7, diperoleh F hitung sebesar 0.105 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,748 > α= 0,05, maka Ha ditolak artinya Market Value tidak berpengaruh terhadap
Holding Period Saham.

Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana diperoleh persamaan regresi untuk variabel Y
(Holding Period) dan variabel X1 (Market Value) Y = a + b1 X1 + e adalah Y = 14.651 + 0.081 X1. Konstanta a
sebesar 14.651 memberikan pengertian bahwa jika Market Value konstan atau sama dengan nol (0), maka
besarnya Holding Period adalah 14.651 satuan. Bahwa perubahan Holding Period untuk tahun 2010-2012
hanya sebesar 14.651 berarti Market Value tidak berpengaruh terhadap Holding Period dalam perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis uji t, maka dapat diketahui hasil Ha ditolak dan H0 diterima artinya
Market value tidak berpengaruh terhadap Holding Period, karena nilai signifikan 0,748 > α= 0,05.
Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,004, ini memberikan pengertian bahwa
besarnya Holding Period pada perusahaan Food and beverages dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu
Market Value adalah sebesar 0,4 % sementara sisanya 99,6 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
Nilai koefisien variabel market value (0,081) menandakan bahwa Variabel market value tidak
berpengaruh signifikan terhadap holding period, hal ini berarti semakin tinggi Market value akan semakin
pendek holding period meskipun demikian, tingkat signifikasi market value (0,748) lebih besar dari tingkat
signifikasi yang ditetapkan yaitu 0,05 untuk itu dapat disimpulkan bahwa variabel market value tidak
berpengaruh signifikan terhadap holding period. Hal ini selaras dengan koefisien regresi market value yang
sangat kecil yaitu hanya 0,081.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yustiana Andriani
Ayu (2008).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk variabel X1 (Market Value), Ha ditolak dan H0 diterima, artinya Market Value tidak berpengaruh
terhadap Holding period.
2. Jadi, dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan oleh penulis yaitu Market Valuet tidak berpengaruh
terhadap Holding Period dapat diterima.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran dari penulis adalah sebagai berikut.
1. Bagi manajemen perusahaan food and beverages, setelah mengetahui hasil dari penelitian ini.
Sebaiknya lebih meningkatkan kinerja perusahaan, terutama pada periode penanaman saham yang
lebih lama yang juga akan mempengaruhi harga pasar yang tinggi, demikian sebaliknya.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya. Penulis menyarankan
agar peneliti selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode pengamatan serta menambahkan atau
menggunakan variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

315
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Untung dan Utama, Siddharta. (1998). Uji efisiensi bentuk setengah kuat pada bursa efek
Jakarta, Usahawan. Vol. 17. No. 1. P. 223-24
Atkins, Allen B. Dan Dly, Edward A. (2008). Transaction cost and holding period for common stock.
The journal of finance.
Hadi, Helmi. (2008). Analisis pengaruh bid-ask spread, market value dan resiko saham terhadap
Holding period Studi kasus pada saham LQ45 periode 2003-2005, UNDIP.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011, Teori Akuntansi, edisi revisi 2011. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Horngren, C.T., Harrison Jr, W.T. 2007. Accounting: Pearson International Edition.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Kuncoro, M. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Yogyakarta: UPP- AMP YKPN.
Martono dan Agus Harjito.2005. Manajemen Keuangan, cetakan kelima. Yogyakarta: Ekonasia.
Miapupita et. Al. (2003). Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market value dan resiko saham
terhadap holsing period pada saham teraktif yang tercatat di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2002.
Ventura. Vol 6. No. 2. P. 117-126.
Nasution, (2003). Metodologi research penelitian ilmiah, Jakarta: Bumi aksara
Soemarso S.R, 2005, Akuntansi Suatu Pengantar, Buku Dua. Salemba Empat. Jakarta.
Suharyadi, Purwanto. 2003. Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Buku I, Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.
Tandelilin, Eduardus. (2001). Analisis Investasi dan manajemen portofolio, Edisi pertama, BPFE-
Yogyakarta
Weygandtdalam Yadiati, Wahyudi. (2006). Pengantar Akuntasi. Ed. 7-8. Jakarta
Yadiati, Winwin,. Wahyudi, Ilham. 2006. Pengantar Akuntansi. Ed. Revisi. Jakarta
Yuniningsih, (2008). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi transaction cost pada holding period
saham perusahaan yang terdaftar di BEI, Jurnal aplikasi manajemen. Vol. 6. No. 1.
Yustiana, (2008). Pengaruh bid-ask spread, market value dan risk of return terhadap holding period saham
(studi kasus pada perusahaan perbankan yang go public di bursa efek Indonesia periode 2005-
2007).
2013, “Indonesian Capital Market Directory”, Jakarta
Website http://www.idx.co.id/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx
Website http://www.google.co.id/firefox?client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official
Website http://www.iaiglobal.or.id/ppl/ppl.php?id=218

316
ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 45 (REVISI 2011) TENTANG PELAPORAN KEUANGAN
ENTITAS NIRLABA PADA YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA (YLKI)

Regina Amalia Bumulo


Grace B. Mogi
Harijanto Sabijono

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: rereamaliabumulo@gmail.com

ABSTRAK

Yayasan merupakan salah satu bentuk badan hukum dari entitas nirlaba yang bertujuan memberikan pelayanan
publik tanpa mencari keuntungan dalam menjalankan aktivitasnya. Yayasan seringkali disalahgunakan fungsinya untuk
tujuan memperkaya para Pendiri, Pengurus, dan Pengawas. Untuk meminimalisasi penyalahgunaan tersebut, dalam rangka
penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas, yayasan wajib mempublikasikan laporan keuangannya sesuai dengan
SAK yang berlaku di Indonesia, yaitu PSAK No. 45 (Revisi 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pelaporan keuangan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia sesuai dengan PSAK No. 45 (Revisi 2011). Dalam penelitian
ini, penulis melakukan analisis data dengan cara mengumpulkan data, menginterpretasikan, dan menganalisisnya sehingga
menghasilkan kesimpulan mengenai gambaran sebenarnya, kemudian membandingkannya dengan PSAK No. 45 (Revisi
2011). Berdasarkan analisis dan evaluasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) Dalam laporan posisi keuangan
YLKI, tidak ada pemisahan antara liabilitas lancar dan liabilitas jangka panjang, serta adanya ketidaksesuaian penggunaan
istilah “aktiva bersih” dan “aset bersih’ yang seharusnya disajikan dengan istilah “aset neto”. (2) Dalam laporan aktivitas
YLKI, terdapat ketidaksesuaian penggunaan istilah “aktiva bersih” dan “aset bersih” yang seharusnya disajikan dengan
istilah “aset neto”. (3) Dalam laporan arus kas YLKI masih terdapat ketidaksesuaian penggunaan istilah “arus kas bersih”
yang seharusnya disajikan dengan istilah “arus kas neto”. (4) Catatan atas laporan keuangan YLKI telah sesuai dengan
PSAK No. 45 (Revisi 2011).

Kata Kunci: Laporan Keuangan, Entitas Nirlaba, PSAK No. 45

ABSTRACT

Foundation is one form of a non-profit entity that aims to provide services to the public community without
seeking advantage in carrying out its activities. The legal form of the foundation is often used as a shield to enrich the
Founders, the Controllers, and the Directors. To minimize this, and in order to implement the principles of transparency and
accountability to the public, the foundation should do the publication of its financial statements in accordance with the
current SAK in Indonesia, the PSAK No. 45 (Revised 2011). The purpose of this study is to analyze the financial
statements of the Indonesian Consumers Organization in accordance with PSAK No. 45 (Revised 2011). In this study, the
author analyzed the data by collecting, interpreting, and analyzing it to produce conclusions about the true state, then
compare it with PSAK No. 45 (Revised 2011). Based on the analysis and evaluation can be concluded that: (1) In the
statement of financial position, there is no separation between current liabilities and long term liabilities. Also there is a
mismatch use of the term "aktiva bersih" and "aset bersih" that should have been presented with the term "aset neto". (2) In
the statement of activities, there is a mismatch use of the term "aktiva bersih" and "aset bersih" that should be presented
with the term "aset neto". (3) In the statement of cash flows, there is still a mismatch use of the term "arus kas bersih"
which is supposed to be served with the term "arus kas neto". (4) Notes to the financial statements are in accordance with
PSAK No. 45 (Revised 2011).

Keywords: Financial Statements, Non-Profit Entity, PSAK No. 45

317
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Yayasan, merupakan salah satu bentuk dari entitas nirlaba. Hal ini digambarkan dalam Undang-Undang
nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 28 tahun
2004 tentang Yayasan. Digambarkan pada pasal 1 ayat (1) yang berbunyi: “Yayasan adalah badan hukum yang
terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai maksud tujuan tertentu di bidang
sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.”
Yayasan seringkali disalahgunakan fungsinya untuk tujuan memperkaya para Pendiri, Pengurus, dan
Pengawas. Untuk meminimalisasi penyalahgunaan tersebut, dalam rangka penerapan prinsip transparansi dan
akuntabilitas, yayasan wajib mempublikasikan laporan keuangannya sesuai dengan SAK yang berlaku di
Indonesia, yaitu PSAK No. 45 (Revisi 2011).
YLKI merupakan sebuah organisasi masyarakat yang bersifat nirlaba dan independen, didirikan pada
tanggal 11 Mei 1973, dan berlokasi di Jakarta Selatan. Keberadaan YLKI diarahkan pada usaha meningkatkan
kepedulian kritis konsumen atas hak dan kewajibannya dalam upaya melindungi dirinya sendiri, keluarga, serta
lingkungannya. Sebagai sebuah organisasi nirlaba yang bersifat independen, YLKI harus senantiasa melakukan
pelaporan keuangan tahunan dalam rangka menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan
para stakeholder. Di samping itu sebagai salah satu wujud responsibilitas dan akutanbilitas terhadap pihak-pihak
terkait.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaporan keuangan Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) sesuai dengan ketentuan PSAK No. 45 (revisi 2011).

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah suatu proses yang berujung pada penyajian laporan keuangan suatu
perusahaan yang digunakan oleh pihak internal maupun eksternal (Kieso, 2011: 5). Akuntansi keuangan
merupakan pencatatan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan perubahan kekayaan, modal baik besarnya
maupun susunannya. Aktivitas ini meliputi: (1) klasifikasi transaksi, (2) pencatatan dan pembuatan ikhtisar, dan
(3) penyajian laporan tahunan berupa laporan laba rugi dan neraca (Basri, 2009: 188).

Entitas Nirlaba
Entitas nirlaba atau dapat disebut juga organisasi nonprofit adalah organisasi atau badan yang tidak
menjadikan keuntungan sebagai motif utamanya dalam melayani masyarakat. Atau juga disebut sebagai
korporasi yang tidak membagikan keuntungannya sedikit pun kepada para anggota, karyawan, serta
eksekutifnya (Oleck & Stewart, dikutip dalam Salusu, 2004: 9-10). Entitas nirlaba memperoleh sumber daya
dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari
organisasi tersebut (IAI, 2011: 45.1).

Karakteristik Entitas Nirlaba


Di dalam PSAK No. 45 (Revisi 2011) (IAI, 2011: 45.2-45.3) terdapat penjelasan mengenai karakteristik
entitas nirlaba yaitu sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan menumpuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan
laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas
nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan
proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

Standar Akuntansi Keuangan Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba


Di Indonesia, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) mengeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 sebagai standar khusus pelaporan keuangan entitas nirlaba.
PSAK No. 45 yang digunakan saat ini, adalah PSAK No. 45 (Revisi 2011) tentang Pelaporan Keuangan Entitas
Nirlaba yang telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 8 April 2011 menggantikan

318
PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang telah dikeluarkan pada tanggal 23
Desember 1997.
PSAK No. 45 (Revisi 2011) ini efektif diterapkan oleh entitas untuk laporan keuangan periode tahun
buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Penerapan dini diperkenankan.
Tujuan dibuatnya PSAK No. 45 adalah untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba, sehingga
dengan adanya pedoman pelaporan diharapkan laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah dipahami,
memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi (IAI, 2011: 45.2).

Unsur-unsur Laporan Keuangan Entitas Nirlaba


Menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 45 (revisi 2011), laporan keuangan entitas nirlaba
meliputi:
1) Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan total aset, liabilitas,
dan aset neto.
2) Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aset neto
selama suatu periode. Perubahan aset neto dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas
dalam posisi keuangan.
3) Laporan Arus Kas
Penyajian laporan arus kas harus digolongkan ke dalam 3 kategori yaitu sebagai berikut:
(a) Aktivitas Operasi
Dalam kelompok ini adalah penambahan dan pengurangan arus kas yang terjadi pada perkiraan yang
terkait denggan operasional lembaga.
(b) Aktivitas Investasi
Termasuk dalam kelompok ini adalah perkiraan yang terkait dengan transaksi berupa penciptaan atau
pelunasan keajiban utang lembaga dan kenaikan/penurunan aktiva bersih dari surplus-defisit lembaga.
(c) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan, merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan-laporan di atas.
Tujuan pemberian catatan ini agar seluruh informasi keuangan yang dianggap perlu untuk diketahui
pembacanya sudah diungkapkan.

Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Penelitian Terdahulu


Nama Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/Tahun Penelitian
Hedrawan Analisis Penerapan Deskriptif RSUD Kota Semarang telah Variabel Objek penelitian
(2010) PSAK No .45 tentang kualitatif menyajikan laporan keuangan terikat yang peneliti terdahulu
Pelaporan Keuangan sesuai PSAK No. 45 dan sama, yaitu adalah RS yang
Nirlaba pada Rumah ketentuan yang berlaku bagi BLU penerapan berstatus BLU yang di
Sakit Berstatus yaitu Peraturan Menteri PSAK No. 45 bawah pemerintah,
Badan Layanan Keuangan Nomor sedangkan objek
Umum (Studi kasus 76/PMK.05/2008 tentang penelitian ini adalah
di RSUD Kota Akuntansi dan Pelaporan organisasi nirlaba yang
Semarang) Keuangan BLU dan Keputusan bebas dari campur
Menteri Kesehatan Nomor tangan
1164/MENKES/SK/X/2007 pemerintah/independen.
tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Bisnis dan Anggaran
Rumah Sakit BLU.
Budirahardjo Penerapan Pelaporan Deskriptif Pelaporan keuangan dalam Variabel Peneliti terdahulu
(2009) Keuangan pada kualitatif yayasan belum sesuai dengan terikat yang mengembangkan tujuan
Yayasan Nurul Hayat PSAK 45, hal ini dikarenakan sama, yaitu penelitian untuk
yang Sesuai dengan salah satu faktor penting dalam penerapan mengetahui apakah
PSAK No. 45 PSAK 45 yaitu penggolongan PSAK No. 45. PSAK No. 45 dapat
aset bersih dalam ekuitas tidak diterapkan secara penuh
dilakukan. pada objek penelitian.

319
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel lain, yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa
menggunakan teknik statistik.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang beralamat di Jl.
Pancoran Barat VII/1 Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan selama jangka waktu penyusunan proposal dan skripsi utuk memperoleh
seluruh data yang diperlukan dengan rincian waktu sebagai berikut:
a) 13 September 2013: Pengajuan Permohonan Penelitian kepada pihak Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI).
b) 23 – 27 September 2013: Proses pengambilan data di Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan untuk mengadakan penelitian pada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.
2. Melakukan proses pengambilan data dengan metode wawancara dengan pihak yayasan, serta mengambil
data-data berupa dokumen yang dibutuhkan dari pihak yayasan.
3. Melakukan analisis dan pengolahan data.
4. Membuat laporan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter. Ditinjau dari sifatnya, jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif yang berupa gambaran umum, sejarah,
visi, misi, nilai, motto, struktur organisasi, uraian tugas dan wewenang, serta Laporan Keuangan YLKI untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dan 2011.

Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder, di mana data yang dikumpulkan
adalah berupa gambaran umum, sejarah, visi, misi, nilai, motto, struktur organisasi, uraian tugas dan wewenang,
serta Laporan Keuangan YLKI untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dan 2011.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara, yaitu dengan cara mengungkapkan pernyataan secara lisan kepada responden pihak-pihak yang
berkepentingan langsung dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
2. Studi pustaka, yaitu dengan cara mencari informasi-informasi yang dibutuhkan melalui dokumen-dokumen,
buku-buku, dan sumber tertulis lainnya baik yang berupa teori, laporan penelitian atau penemuan
sebelumnya (findings) yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

Metode Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
memberikan gambaran yang mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakteristik yang khas
dari subjek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, analisis data tidak harus menunggu selesainya
pengumpulan data. Analisis data bersifat iterative (berkelanjutan) dan dikembangkan sepanjang program
(Sangadji dan Sopiah, 2010: 199).

320
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian

Siklus Akuntasi YLKI


Siklus akuntansi YLKI sama dengan siklus akuntansi yang berlaku baik pada entitas bisnis maupun
entitas nirlaba lainnya. Siklus akuntansi diawali dengan menganalisis serta menjurnal transaksi dan diakhiri
dengan neraca saldo setelah penutupan. Hasil terpenting dari siklus akuntansi adalah laporan keuangan.

Dasar Pelaporan Keuangan YLKI


Laporan keuangan YLKI disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.
Dasar pelaporan keuangan adalah akrual basis, kecuali untuk laporan arus kas. Laporan arus kas disusun dengan
menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi,
dan aktivitas pendanaan.

Pelaporan Keuangan pada YLKI


Laporan keuangan YLKI disusun setiap akhir tahun, yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan
aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Berikut ini adalah pelaporan keuangan pada YLKI.
1. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan YLKI terdiri dari tiga bagian yaitu “Aset”, serta “Liabilitas dan Aktiva Bersih”.

Tabel 2. Laporan Posisi Keuangan YLKI


YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Desember 2012 dan 2011
(Dinyatakan dalam Rupiah)

2012 Catatan 2011


ASET
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas 1.701.727.598 2b, 2c, 3 1.602.445.184
Piutang Lain-lain 62.309.063 4 48.330.000
Uang Muka 48.272.937 5 94.684.947
Pajak Dibayar di Muka 5.058.479 9 12.053.912
Jumlah Aset Lancar 1.817.816.113 1.757.514.042
ASET TIDAK LANCAR __209.773.997 2d, 6 __214.659.187
Properti dan Peralatan – Bersih 209.773.997 214.659.187
Jumlah Aset Tidak Lancar ____________ ____________
2.027.592.109 1.972.173.229
JUMLAH ASET

LIABILITAS DAN AKTIVA BERSIH


LIABILITAS 533.861.660 7 165.118.075
Dana Titipan 13.659.050 8 56.757.305
Hutang Pajak 547.520.710 221.875.380
Jumlah Liabilitas

ASET BERSIH 87.118.036 2f, 11 217.509.555


Aset Bersih Dana Terikat Temporer 1.392.953.363 2g 1.532.788.294
Aset Bersih Dana Tidak Terikat
1.480.071.399 1.750.297.649
Jumlah Aset Bersih
JUMLAH LIABILITAS DAN ASET BERSIH 2.027.592.109 1.972.173.229
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
Sumber: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

2. Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas YLKI terdiri dari dua bagian besar yaitu, “Penerimaan Dana” dan “Penggunaan Dana”.
Laporan ini menyajikan Penerimaan Dana sebagai penambah aset bersih tidak terikat, menyajikan Penggunaan
Dana sebagai pengurang aset bersih tidak terikat, serta menyajikan jumlah perubahan aset bersih terikat
temporer dan aset bersih tidak terikat dalam suatu periode. Laporan aktivitas YLKI ini disusun setiap akhir
tahun.

321
Tabel 3. Laporan Aktivitas YLKI
YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA
LAPORAN AKTIVITAS
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2012 dan 2011
(Dinyatakan dalam Rupiah)

2012 Catatan 2011


PENERIMAAN DANA 2e, 9
DANA TERIKAT TEMPORER
Dana Sponsor _1.594.536.860 _1.980.730.075
Jumlah Penerimaan Dana Terikat Temporer 1.594.536.860 1.980.730.075

DANA TIDAK TERIKAT


Sumbangan 684.075.766 857.223.250
Warta Konsumen 31.638.055 31.279.517
Pendapatan Bunga 21.031.486 26.215.992
Penerimaan Lain-lain ___24.200.531 ___99.812.163
Jumlah Penerimaan Dana Tidak Terikat 760.945.838 1.014.530.922
____________ ____________
JUMLAH PENERIMAAN DANA _2.355.482.698 2.885.260.997

PENGGUNAAN DANA 2e, 10


DANA TERIKAT TEMPORER
Beban Dana Sponsor _1.563.522.649 1.613.220.520
Jumlah Penggunaan Dana Terikat Temporer 1.563.522.649 1.613.220.520
____________ ____________
PERUBAHAN ASET BERSIH TERIKAT TEMPORER ___31.014.212 __367.509.555

DANA TIDAK TERIKAT


Beban Warta Konsumen 88.847.600 85.621.500
Beban Kegiatan 199.705.600 241.921.630
Beban Personil 425.920.800 453.535.667
Beban Administrasi dan Umum 423.933.249 386.052.124
Pajak Penghasilan Lembaga 3.779.250 8 12.237.500
Jumlah Penggunaan Dana Tidak Terikat 1.062.186.499 1.179.368.421
PERUBAHAN ASET BERSIH TIDAK TERIKAT _(301.240.662) _(164.837.499)

KENAIKAN (PENURUNAN) ASET BERSIH (270.226.450) 202.672.056

SALDO AWAL ASET BERSIH 1.750.297.849 1.547.625.793

SALDO AKHIR ASET BERSIH _1.480.071.399 _1.750.297.849


Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
Sumber: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

3. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas YLKI menyajikan informasi kas masuk dan kas keluar yang berasal dari tiga kegiatan
yaitu, kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan.

Tabel 4. Laporan Arus Kas YLKI


YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2012 dan 2011
(Dinyatakan dalam Rupiah)
2012 2011
ARUS KAS DARI KEGIATAN OPERASI
Penerimaan dari Sumbangan dan Sponsor 2.302.813.157 2.937.765.488
Pendapatan Jasa Giro, Bunga Deposito dan lain-lain 52.669.541 57.495.509
Piutang lain-lain 13.979.063 33.630.000
Pembayaran kepada Pemasok (1.814.041.247) (2.260.264.278)
Pembayaran kepada Karyawan (425.920.800) (453.535.667)
Pembayaran Pajak Penghasilan ___(28.917.300) ____(51.313.250)
Arus Kas Bersih dari Kegiatan Operasi ___100.582.414 ____263.777.802

ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI


Pembelian Aset Tetap ____(1.300.000) _____(2.966.100)
Arus Kas Bersih dari Kegiatan Investasi ____(1.300.000) _____(2.966.100)

ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN


Hutang Dana Sponsor ____________-_ ____________-_
Arus Kas Bersih dari Kegiatan Pendanaan ____________-_ ____________-_

Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas dan Setara Kas 99.282.414 260.811.702

Kas dan Setara Kas pada Awal Tahun 1.602.445.184 1.341.633.481


_____________ _____________
Kas dan Setara Kas pada Akhir Tahun _1.701.727.598 _1.602.445.184
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
Sumber: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

4. Catatan atas Laporan Keuangan

322
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan-laporan di atas yang
bertujuan untuk memberikan informasi tambahan tentang perkiraan-perkiraan yang dinyatakan dalam laporan
keuangan.
Tabel 5. Catatan atas laporan Keuangan YLKI
YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA
Catatan Atas Laporan Keuangan
31 Desember 2012 dan 2011
(Disajikan dalam Rupiah)
1. UMUM
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (“Yayasan”) didirikan berdasarkan akta No. 26 tanggal 11 Mei 1973 dari Notaris Gustaf Hoemala Soangkoepon Loemban Tobing, S.H.

Anggaran Dasar Yayasan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 22 tanggal 25 April 2008 dari Notaris Hesti Suliasti Bimasto, SH. Akta perubahan tersebut telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-2554.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 16 Juni 2008.

Ruang lingkup kegiatan Yayasan meliputi pemberian bimbingan dan perlindungan kepada masyarakat konsumen menuju kepada kesejahteraan keluarga.

Yayasan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat berlokasi di Jl. Pancoran Barat VII/1 Jakarta Selatan.

Jumlah Karyawan Yayasan adalah 21 karyawan pada tahun 2012 dan (2011: 24 karyawan)

Berdasrkan Surat Keputusan Dewan Pembina Yayasan nomor: 02/Pembina/YLKI/2010 tanggal 5 Mei 2010 susunan Pengurus Yayasan per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
Ketua Sudaryatmo, SH
Sekretaris Umum Tulus Abadi, SH
Sekretaris Ir. Huzna Gustiana Zahir, MA
Bendahara Ir. Ilyani S. Andang

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan Yayasan disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.
Dasar penyusunan laporan keuangan adalah akrual basis, kecuali untuk laporan arus kas.
Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Laporan Keuangan disajikan dengan mata uang Rupiah.
b. Kas dan setara kas
Kas dan setara kas terdiri dari kas dan bank yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi
penggunaannya.
c. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing
Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi.
Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut (USD 1.00 = Rp 9.670 per 31 Desember
2012 (2011 : Rp 9.068)
Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul, dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi tahun yang berjalan.
d. Aset tetap
Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) berdasarkan
taksiran masa manfaat aset sebagai berikut:

Masa Manfaat
(Tahun)
Bangunan 20
Alat Rumah Tangga 10
Kendaraan 5
Peralatan Kantor 4

Biaya pemeliharaan dan perbaikan diakui pada saat terjadinya. Pengeluaran yang memperpanjang masa manfaat aset atau yang meberikan manfaat ekonomis, dikapitalisasi dan disusutkan
sesuai dengan tariff penyusutan yang sesuai.

Apabila nilai tercatat suatu aset lebih besar dari nilai yang dapat diperoleh kembali, nilai tercatat aset harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, yang ditentukan
sebagai nilai tertinggi antara harga jual bersih dan nilai pakai.
e. Pengakuan Pendapatan dan Biaya
Penerimaan dana diakui pada saat dana diterima dan pengeluaran diakui pada saat dibayar.
f. Dana Terikat Temporer
Dana terikat temporer merupakan dana yang diterima dibatasi penggunaan dan waktunya.
g. Dana Tidak Terikat
Dana diterima yang dapat digunakan sesuai dengan kebijakan Pengurus disajikan sebagai dana tidak terikat.

3. KAS DAN SETARA KAS


2012 2011
Kas 3.167.057 5.325.257
Bank Rupiah:
Bank CIMB NIaga 12.074.075 31.520.419
Bank Mandiri 211.369.317 106.878.744
Bank Cantral Asia (BCA) 168.763.111 443.770.952
Bank Negara Indonesia 11.014.947 16.547.915
Bank DKI 5.867.273 106.462.543
Sub Jumlah Bank Rupiah
409.088.723 705.180.573
Bank Dollar Amerika Serikat:
Bank CIMB Niaga 779.471.818 381.939.354
Sub Total Bank Dollar Amerika Serikat
779.471.818 381.939.354
Sub Jumlah Bank
Deposito Rupiah: 1.188.560.531 1.087.119.927
Bank Mandiri
Bank CIMB Niaga 235.000.000 235.000.000
Bank Central Asia (BCA) 65.000.000 65.000.000
Bank BNI 20.000.000 20.000.000
Sub Jumlah Deposito 190.000.000 190.000.000
510.000.000 510.000.000
Jumlah Kas dan Setara Kas
1.701.727.598 1.602.445.184

4. PIUTANG LANCAR
2012 2011
Piutang Karyawan 16.150.000 17.330.000
Piutang Lain-lain 46.159.063 31.000.000
Jumlah
62.309.063 48.330.000

5. UANG MUKA

323
2012 2011
Uang Muka Kerja 48.272.973 94.684.947
Jumlah
48.272.973 94.684.947

6. ASET TETAP
2012
1-Jan-12 Penambahan Pengurangan 31-Des-12
Harga Perolehan
Tanah 205.150.000 - - 205.150.000
Bangunan 41.857.930 - - 41.857.930
Kendaraan 43.262.000 - - 43.262.000
Peralatan Rumah Tangga 23.916.400 - - 23.916.400
Perlengkapan Kantor 426.140.776 - - 426.140.776
Jumlah 740.327.106 - - 740.327.106
Akumulasi Penyusutan
Bangunan 41.857.930 - - 41.857.930
Kendaraan 43.262.000 - - 43.262.000
Peralatan Rumah Tangga 19.841.567 360.940 17.277.507
Perlengkapan Kantor 419.731.422 4.524.250 - 428.155.672
Jumlah 522.667.919 4.885.190 - 530.553.109
Nilai Tercatat 214.659.187 209.773.997
2011
1-Jan-12 Penambahan Pengurangan 31-Des-12
Harga Perolehan
Tanah 205.150.000 - - 205.150.000
Bangunan 41.857.930 - - 41.857.930
Kendaraan 43.262.000 - - 43.262.000
Peralatan Rumah Tangga 20.950.300 2.966.100 - 23.916.400
Perlengkapan Kantor 426.140.776 - - 426.140.776
Jumlah 737.351.006 2.966.100 - 740.327.106
Akumulasi Penyusutan
Bangunan 41.857.930 - - 41.857.930
Kendaraan 43.262.000 228.400 - 43.262.000
Peralatan Rumah Tangga 19.340.750 1.475.817 - 19.841.567
Perlengkapan Kantor 415.207.172 4.524.250 - 419.731.422
Jumlah 519.439.452 6.228.468 522.667.187
Nilai Tercatat 217.921.554 214.659.187

7. DANA TITIPAN
2012 2011
Uang Muka Kerja 533.861.660 165.118.075
Jumlah
533.861.660 165.118.075

8. PERPAJAKAN
a. Uang Muka Pajak
2012 2011
PPh Pasal 23 3.683.910 12.053.912
Pajak Pertambahan Nilai 1.824.569 -
Jumlah
5.508.479 12.053.912
b. Hutang Pajak
2012 2011
PPh Pasal 21 9.879.800 29.520.750
PPh Pasal 29 3.779.250 12.237.500
Pajak Pertambahan Nilai - 14.999.055
Jumlah
13.659.050 56.757.305
c. Pajak Kini
2012 2011
Kenaikan aset bersih sebelum pajak penghasilan (266.447.200) 214.909.556
Koreksi Fiskal:
Penerimaan sumbangan (345.456.000) (387.909.742)
Pendapatan bunga/jasa giro (21.031.486) (26.215.992)
Beban Pajak PPh 21 28.917.300 51.313.250
Beban Uang Makan 67.799.400 74.827.700
Beban transport 84.771.500 96.517.000
Beban penyusutan - (1.605.173)
Beban Lain-lain 75.955.508
Jumlah
Laba (Rugi) fiskal tahun berjalan 13.659.050 (90.793.458)
Pembuatan 30.234.958 97.900.107
Beban Pajak kini 30.234.958 97.900.107
Pasal 31 (e)
Jumlah ____3.779.250 ___12.237.500
Uang Muka Pajak – PPh 23 3.779.250 12.237.500
Jumlah pajak terutang – bersih 3.683.910 12.053.912
95.340 183.588

9. PENERIMAAN DANA
2012 2011
Dana Terikat Temporer:
- PT Pertamina Training & Consulting I - 462.508.775
- VECO Indonesia 194.450.000 80.250.000
- CI Survey Broadband - 6.314.500
- PT Pertamina Training & Consulting II 850.429.800 110.774.800
- Institute for Transportation and Development Police – US 98.448.000 176.472.800
- 3rd Campaign for Tobacco Free Kid – US 178.421.560 994.410.000
- Bank Indonesia 36.000.000 -

324
- Pemprov DKI Jakarta 100.000.000 150.000.000
- PT PLN (Persero) 131.787.500 -
Sub Jumlah 1.594.536.860 1.980.730.075
Dana Tidak Terikat: 31.638.055 31.279.517
- Buletin Warta Konsumen 648.075.765 857.223.250
- Sumbangan 21.031.487 26.215.992
- Jasa Giro ___24.200.531 99.812.163
- Lainnya 760.945.838 1.104.530.922
Sub Jumlah 2.355.482.698 2.995.260.997
Jumlah

10. PENGGUNAAN DANA


2012 2011
Dana Terikat Temporer:
- Honor 482.050.000 653.700.000
- Transport - 7.797.900
- Program 1.081.472.649 951.722.620
Sub Jumlah 1.563.522.649 1.613.220.520
Dana Tidak Terikat:
- Gaji, tunjangan, bonus 493.720.200 528.363.367
- Transportasi 108.476.620 117.352.027
- Utilitas 41.576.129 44.550.323
- Pemeliharaan 58.408.000 22.305.172
- Jasa Profesional 19.500.000 17.500.000
- Buletin 88.847.600 85.621.500
- Pajak penghasilan badan 3.779.250 12.237.500
- Lainnya 247.876.700 351.438.532
Sub Jumlah 1.062.186.499 1.179.368.421
Jumlah 2.625.709.148 2.792.588.941

11. AKTIVA BERSIH DANA TERIKAT TEMPORER


2012 2011
PT Pertamina Training & Consulting I - 11.754.155
VECO Indonesia 18.655.400 16.585.550
CI Survey Broadband - 5.914.500
PT Pertamina Training & Consulting II 34.041.091 24.533.050
Institute for Transportation and Development Police – US 5.288.685 2.974.700
3rd Campaign for Tobacco Free Kid – US 5.643.160 155.747.600
Bank Indonesia 1.339.200 -
PT PLN (Persero) 22.330.500 -
Jumlah 87.118.036 217.509.555

Sumber: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

Analisis dan Evaluasi Penerapan PSAK No. 45 (Revisi 2011) tentang Pelaporan Keuangan Entitas
Nirlaba pada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

Laporan Posisi Keuangan


a. Aset
Dalam PSAK No. 45 (revisi 2011) diatur bahwa, aset disajikan berdasarkan urutan likuiditas;
dikelompokkan ke dalam aset lancar dan aset tidak lancar; serta informasi mengenai likuiditas aset termasuk
pembatasannya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
b. Liabilitas
Penyajian liabilitas menurut PSAK No. 45 (revisi 2011) adalah diurutkan berdasarkan tanggal jatuh tempo;
dikelompokkan ke dalam liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang; serta informasi mengenai saat
jatuh tempo liabilitas diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
c. Aset Neto
Menurut PSAK No. 45 (revisi 2011), laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok
aset neto berdasarkan pada ada atau tidaknya pembatasan oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi
mengenai sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah
tersebut dalam laporan keungan atau dalam catatan atas laporan keuangan.

325
Tabel 6. Laporan Posisi Keuangan YLKI menurut PSAK No. 45 (Revisi 2011)
YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Desember 2012 dan 2011
(Dinyatakan dalam Rupiah)
2012 Catatan 2011
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas 1.701.727.598 2b, 2c, 3 1.602.445.184
Piutang Lain-lain 62.309.063 4 48.330.000
Uang Muka 48.272.937 5 94.684.947
Pajak Dibayar di Muka 5.058.479 9 12.053.912
Jumlah Aset Lancar 1.817.816.113 1.757.514.042
ASET TIDAK LANCAR
Properti dan Peralatan – Bersih __209.773.997 2d, 6 __214.659.187
Jumlah Aset Tidak Lancar 209.773.997 214.659.187
____________ ____________
JUMLAH ASET 2.027.592.109 1.972.173.229

LIABILITAS DAN ASET NETO


LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Hutang Pajak 13.659.050 8 56.757.305
Liabilitias Jangka Panjang
Dana Titipan __533.861.660 7 __165.118.075
Jumlah Liabilitas 547.520.710 221.875.380
ASET NETO
Aset Neto Dana Terikat Temporer 87.118.036 2f, 11 217.509.555
Aset Neto Dana Tidak Terikat 1.392.953.363 2g 1.532.788.294
Jumlah Aset Neto 1.480.071.399 1.750.297.649
JUMLAH LIABILITAS DAN ASET NETO
2.027.592.109 1.972.173.229
Sumber: Data Olahan

Laporan Aktivitas
Menurut PSAK No. 45 (revisi 2011), laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aset neto terikat
permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan
sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh pemberi sumber daya yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali, serta menyajikan beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat.

Tabel 7. Laporan Aktivitas YLKI menurut PSAK No. 45 (Revisi 2011)


YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA
LAPORAN AKTIVITAS
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2012 dan 2011
(Dinyatakan dalam Rupiah)
2012 Catatan 2011
PENERIMAAN DANA 2e, 9
DANA TERIKAT TEMPORER
Dana Sponsor _1.594.536.860 _1.980.730.075
Jumlah Penerimaan Dana Terikat Temporer 1.594.536.860 1.980.730.075

DANA TIDAK TERIKAT


Sumbangan 684.075.766 857.223.250
Warta Konsumen 31.638.055 31.279.517
Pendapatan Bunga 21.031.486 26.215.992
Penerimaan Lain-lain ___24.200.531 ___99.812.163
Jumlah Penerimaan Dana Tidak Terikat 760.945.838 1.014.530.922
____________ ____________
JUMLAH PENERIMAAN DANA _2.355.482.698 2.885.260.997

PENGGUNAAN DANA 2e, 10


DANA TERIKAT TEMPORER
Beban Dana Sponsor _1.563.522.649 1.613.220.520
Jumlah Penggunaan Dana Terikat Temporer 1.563.522.649 1.613.220.520
____________ ____________
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER ___31.014.212 __367.509.555

DANA TIDAK TERIKAT


Beban Warta Konsumen 88.847.600 85.621.500
Beban Kegiatan 199.705.600 241.921.630
Beban Personil 425.920.800 453.535.667
Beban Administrasi dan Umum 423.933.249 386.052.124
Pajak Penghasilan Lembaga 3.779.250 8 12.237.500
Jumlah Penggunaan Dana Tidak Terikat 1.062.186.499 1.179.368.421
PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKAT _(301.240.662) _(164.837.499)

KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO (270.226.450) 202.672.056

SALDO AWAL ASET NETO 1.750.297.849 1.547.625.793

SALDO AKHIR ASET NETO _1.480.071.399 _1.750.297.849

326
Sumber: Data Olahan

Laporan Arus Kas


Laporan arus kas entitas nirlaba sama seperti laporan arus kas entitas bisnis yang diatur dalam PSAK
No. 2 (revisi 2009) tentang Laporan Arus Kas, yakni menyajikan informasi mengenai arus kas selama periode
tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Tabel 8. Laporan Arus Kas YLKI menurut PSAK No. 45 (Revisi 2011)
YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2012 dan 2011
(Dinyatakan dalam Rupiah)
2012 2011
ARUS KAS DARI KEGIATAN OPERASI
Penerimaan dari Sumbangan dan Sponsor 2.302.813.157 2.937.765.488
Pendapatan Jasa Giro, Bunga Deposito dan lain-lain 52.669.541 57.495.509
Piutang lain-lain 13.979.063 33.630.000
Pembayaran kepada Pemasok (1.814.041.247) (2.260.264.278)
Pembayaran kepada Karyawan (425.920.800) (453.535.667)
Pembayaran Pajak Penghasilan ___(28.917.300) ____(51.313.250)
Arus Kas Neto dari Kegiatan Operasi ___100.582.414 ____263.777.802

ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI


Pembelian Aset Tetap ____(1.300.000) _____(2.966.100)
Arus Kas Neto dari Kegiatan Investasi ____(1.300.000) _____(2.966.100)

ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN


Hutang Dana Sponsor ____________-_ ____________-_
Arus Kas Neto dari Kegiatan Pendanaan ____________-_ ____________-_

Kenaikan (Penurunan) Neto Kas dan Setara Kas 99.282.414 260.811.702

Kas dan Setara Kas pada Awal Tahun 1.602.445.184 1.341.633.481


_____________ _____________
Kas dan Setara Kas pada Akhir Tahun _1.701.727.598 _1.602.445.184
Sumber: Data Olahan

Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam
laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas serta informasi tambahan lainnya.
Ketetapan tentang catatan atas laporan keuangan ini tidak dijelaskan dalam PSAK No. 45 tentang
Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba, melainkan dijelaskan dalam PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan
Keuangan. Namun, ketetapan ini juga berlaku untuk entitas nirlaba mengingat tidak ada aturan khusus yang
mengatur penyajian catatan atas laporan keuangan bagi entitas nirlaba.
Dalam PSAK No.1 terdapat penjelasan tentang penyajian struktur catatan laporan keuangan, yakni
sebagai berikut:
(a) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu.
(b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan
keuangan.
(c) Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi
tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
Di dalam PSAK No. 1 juga dijelaskan tentang perlunya sebuah entitas, baik entitas bisnis maupun
nirlaba untuk membuat referensi silang atas masing-masing pos dalam laporan posisi keungan, laporan laba rugi
komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk
informasi yang berhubungan dalam catatan atas laporan keuangan.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
a) Laporan Posisi Keuangan YLKI belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No. 45 (Revisi 2011), karena
penyajian kelompok liabilitas tidak dipisahkan antara liabilitas lancar dan liabilitas jangka panjang, serta
adanya ketidaksesuaian penggunaan istilah “aktiva bersih” dan “aset bersih’ yang seharusnya disajikan
dengan istilah “aset neto”.

327
b) Laporan Aktivitas YLKI belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No, 45 (Revisi 2011), karena adanya
ketidaksesuaian penggunaan istilah “aktiva bersih” dan “aset bersih” yang seharusnya disajikan dengan
istilah “aset neto”.
c) Laporan Arus Kas YLKI telah sesuai dengan PSAK No. 45 (Revisi 2011) dari segi klasifikasi perkiraan
pada setiap pos-posnya. Namun, masih ada ketidaksesuaian penggunaan istilah “arus kas bersih” yang
seharusnya disajikan dengan istilah “arus kas neto”.
d) Catatan atas Laporan Keuangan YLKI telah sesuai dengan PSAK No. 45 (Revisi 2011).
Jadi, secara keseluruhan laporan keuangan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) belum
sepenuhnya menerapkan PSAK No. 45 (Revisi 2011) tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba.

Saran
Dari kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan kepada YLKI antara lain adalah sebagai
berikut:
a) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) perlu menerapkan perlakuan akuntansi yang sesuai dengan
ketentuan yang lazim sebagaimana diatur dalam Pernyataan Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 (Revisi
2011).
b) Penggunaan istilah dalam laporan keuangan perlu disajikan dengan konsisten agar dapat memberikan
informasi yang lebih jelas kepada para pengguna laporan keuangan YLKI.
c) Penjelasan atau keterangan mengenai dana terikat temporer harus disajikan secara lebih rinci dalam Catatan
atas Laporan Keuangan YLKI sesuai dengan SAK yang berlaku. Misalnya, mengenai jangka waktu
pembatasan dana, tujuan dana, dan sebagainya, agar dapat memberikan informasi yang lebih jelas kepada
para pengguna laporan keuangan YLKI.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tentang Kami [Internet]. Indonesian Consumers Organization-Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia, 27 Maret 2011, [dikutip 15 Agustus 2013]. Tersedia dari: http://www.ylki.or.id/tentang-
kami.
Basri. 2009. Bisnis Pengantar. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Ikatan Akuntan Indonesia. Sejarah SAK [Internet]. Ikatan Akuntan Indonesia, 2008, [dikutip 14 September
2013]. Tersedia dari http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/index.php?id=2
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009)-
Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 (Revisi 2009)-Laporan Arus
Kas. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 (Revisi 2011)-Pelaporan
Keuangan Entitas Nirlaba. Jakarta
Kieso, Weygandt and Paul D. Kimmel. 2011. Financial Accounting. IFRS Edition. United States of America:
Wiley.
Kieso, Weygandt and Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting. IFRS Edition. United States of
America: Wiley.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 16 tentang Yayasan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Sangadji, E.M., Sopiah., 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Edisi Pertama.
Yogyakarta: ANDI.

328
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA CV.
MULTI DI KOTA MANADO

Marcho Rivelino Tangkere


Inggriani Elim
Stanley Kho Walandouw

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : marcho_rivelino@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pajak merupakan salah satu penerimaan yang sangat potensial dan cukup dominan karena
memiliki fungsi budgetair dan mengatur. Perpajakan yang didalamnya terdapat unsur PPN merupakan
juga bagian dari kebijakan fiskal pemerintah karena salah satu jenis pajak yang dikenakan oleh
pemerintah adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perlakuan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh cv. Multi. Berdasarkan
hasil penelitian, maka Penerapan Pajak Pertambahan Nilai cv. Multi sudah sesuai Undang – undang
No. 42 tahun 2009. Perlakuan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai oleh cv. Multi sebagai pengusaha
kena pajak sudah sesuai dengan Undang – undang No. 42 Tahun 2009 yaitu sebesar 10% untuk
penyerahan dalam Negeri.
Kata Kunci : Perlakuan Akuntansi, PPN.

ABSTRACT
Lease represent one of the very potential acceptance and dominant enough because owning
function of budgetair and arrange. Taxation which in it there are element of Value Added Tax (PPN)
represent also the part of fiscal policy of government because one of the Iease type imposed by
government is Value added tax ( PPN). As for intention of this research is to know treatment of Value
added tax accountancy conducted by cv. Multi. Pursuant to result of research, hence Applying of
Value added tax cv. Multi have according to Law No. 42 year 2009. Treatment of Value added tax
accountancy by cv. Multi as entrepreneur hit Iease have as according to Law No. 42 Year 2009 that is
equal to 10% for the delivery of home affairs
Keywords : Treatment of Accountancy, PPN.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dilihat dari sejarahnya, pajak pertambahan nilai merupakan pengganti dari pajak penjualan.
Alasan penggantian ini karena pajak penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung
kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk
meningkatkan penerimaan Negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak.Pajak
merupakan salah satu penerimaan yang sangat potensial dan cukup dominan karena memiliki fungsi
budgetair dan mengatur.
Salah satu jenis pajak yang dikenakan oleh pemerintah adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
PPN berbeda dengan PPnBM. Bahkan bisa dikatakan bahwa PPnBM merupakan pajak yang kurang
populer dimasyarakat umum. Hal itu bisa disebabkan karena karekter dari PPnBM itu sendiri yaitu;
merupakan pungutan tambahan disamping PPN dan hanya dipungut satu kali yaitu pada saat import
dan penyerahan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) pabrikan.
Sesuai dengan tuntutan keadaan saat ini, peraturan perundang – undangan Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah mengalami perubahan. Pertama – tama PPN mulai
diperkenalkan di Indonesia sejak 1 April 1985 untuk menggantikan Pajak Penjualan dengan
berlakunya Undang – Undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang kemudian diubah dengan Undang – Undang No. 11
329
Tahun 1994, diubah lagi dengan Undang – Undang No. 18 Tahun 2000 dan terakhir diubah kembali
dengan Undang – Undang No. 42 tahun 2009 yang digunakan hingga saat ini sebagai dasar hukum
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Barang Mewah.
CV. MULTI sebagai Pengusaha Kena Pajak yang bergerak di bidang penjualan barang tentu
melakukan analisis perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dalam menjalankan usaha setiap hari, tidak
jarang di temukan kekeliruan atau kesalahan dalam analisisnya. Bahkan bukan tidak mungkin apabila
analisis perlakuan PPN pada CV. MULTI tidak sesuai dengan Undang – undang PPN yang berlaku
saat ini mengingat Undang – undang PPN telah mengalami beberapa kali perubahan.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) CV. MULTI sudah sesuai dengan Undang – Undang No. 42 Tahun
2009 serta untuk mengetahui Bagaimana perlakuan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh
CV. MULTI sebagai Pengusaha Kena Pajak.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Akuntansi
Menurut American Accounting Association (AAA), akuntansi adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi ekonomik untuk memungkinkan
pembuatan pertimbangan dan keputusan berinformasi oleh pengguna informasi.
Konsep Akuntansi Pajak
1. Pengertian Akuntansi Pajak
Akuntansi Pajak adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan,
yang mengacu pada peraturan, undang – undang, dan aturan pelaksanaan perpajakan.
2. Teori Akuntansi Pajak
Teori Akuntansi Pajak merupakan penalaran logis dalam bentuk seperangkat azas atau prinsip
yang dilaakukan dalam ketentuan serta peraturan perpajakan.
3. Prinsip Akuntansi Pajak
Prinsip – prinsip yang diakui dalam akuntansi pajak meliputi :
1. Kesatuan akuntansi
2. Kesinambungan
3. Harga pertukaran yang objektif
4. Konsistensi
5. Konservatif
4. Fungsi Akuntansi Pajak
Fungsi Akuntansi Pajak adalah mengola data kuantitatif untuk menyajikan laporan keuangan
yang memuat perhitungan perpajakan, yang kemudian akan digunakan sebagai pertimbangan
pengambilan keputusan. Tujuan kualitatif dalam akuntansi pajak adalah relevan, dapat
dimengerti, daya uji, netral, tepat waktu, daya banding, dan lengkap.
Konsep Perpajakan
Definisi Pajak
Menurut Mardiasmo (2009:1) Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut :
1) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran – pengeluarannya.
2) Fungsi Regulerend (Mengatur) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak terdapat beberapa system pemungutan, yaitu :
1. Official Assessment System

330
Sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan aparatur perpajakan untuk
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan
Undang – Undang perpajakan yang berlaku.
2. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang wajib pajak untuk menentukan
sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang – undang
perpajakan yang berlaku.
3. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang – undang
perpajakan yang berlaku
Pajak Pertambahan Nilai
Dasar Hukum PPN
Undang – undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah Undang – Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009. Undang – undang ini
disebut Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984.
Latar Belakang Pajak Pertambahan Nilai
Adapun latar belakang penggantian tersebut dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan Undang – undang Pajak Penjualan 1951, telah terjadi banyak perubahan
fundamental yang bersifat sebagai penyempurnaan maupun tambahan.
2. Mekanisme pemungutan pajak penjualan berdasarkan Undang – undang Pajak Penjualan
1951 dalam pelaksanaannya menimbulkan dampak pengenaan pajak berganda.
3. Undang – undang pajak penjualan 1951 mengandung dualism system pemungutan pajak
4. Sebagai akibat dari pengenaan pajak berganda, maka Pajak Penjualan menjadi tidak netral
baik terhadap perdagangan dalam negeri maupun perdagangan internasional
5. Variasi tarif yang cukup banyak, sampai mencapai 9 (Sembilan) macam tarif,
Subjek PPN
1) Pengusaha Kena Pajak
2) Bukan Pengusaha Kena Pajak
Objek PPN
1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan di Daerah Pabean
2. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak yang dilakukan didaerah
Pabean dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh pengusaha yang memilih untuk di
kukuhkan menjadi pengusaha Kena Pajak.
3. Impor Barang Kena Pajak
4. Penyerahan Jasa Kena Pajak
Saat dan Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai
Saat terutangnya PPN sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor
143 Tahun 2000 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 dan peraturan pelaksanaan lainnya
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Saat pajak terutang saat penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya berupa barang bergerak
2. Saat pajak terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya berupa barang tidak bergerak ditentukan oleh salah satu dari perbuatan hukum
yang lebih dahulu terjadi
3. Saat pajak terutang atas penyerahan Barang tidak Kena Pajak tidak berwujud
4. Saat pajak terutang atas penyerahan Jasa Kena Pajak
5. Saat pajak terutang atas impor Barang Kena Pajak. Pajak terutang pada saat Barang Kena
Pajak dimasukkan kedalam daerah pabean
6. Saat pajak terutang atas ekspor Barang Kena Pajak dikeluarkan dari daerah Pabean.
7. Saat pajak terutang atas pemindahtanganan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan dan persediaan Barang Dagang Kena Pajak yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan.
331
8. Pajak terutang pada saat disepakati atau ditetapkan sesuai hasil Rapat Umum Pemegang
Saham
9. Saat pajak terutang peristiwa/perbuatan hukum lainnya
Dasar Pengenaan Pajak
1. Harga jual
2. Penggantian
3. Nilai Impor
4. Nilai Ekspor
5. Nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.
Tarif
Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen).
Sedangkan Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas :
1) Ekspor BKP Berwujud;
2) Ekspor BKP Tidak Berwujud; dan
3) Ekspor JKP.

Pengkreditan Pajak Masukan


1. Dasar Hukum
Ketentuan tentang pengkreditan Pajak Masukan diatur dalam Pasal 9 UU PPN 1984, sebelum
perubahan dilakukan terhadap UU Nomor 8 Tahun 1983 (UU PPN 1984) oleh UU Nomor 11
Tahun 1994 yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1995. Sebagai pelaksanaan Pasal 9 diatur
antara lain :
1) Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1985.
2) Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1988.
3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1441/KMK.04/1989 tanggal 29 Desember 1989.
4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1441a/KMK.04/1989 tanggal 29 Desember 1989.
5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1441b/KMK.04/1989 tanggal 29 Desember 1989.
6) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296/KMK.04/1994 tanggal 27 Juni 1994.
Pencatatan dan Pembukuan Pajak Pertambahan Nilai
Dasar hukum untuk pembukuan sebelum 1 Januari 2001 diatur dalam Pasal 6 UU PPN 1984.
Dengan UU No. 18 Tahun 2000 dihapus sehingga mengenai kewajiban pembukuan dibidang PPN
mengacu pada pasal 28 UU KUP. Penghapusan ini untuk menghindari pengaturan ganda terhadap
suatu masalah.
Dalam pasal 1 Angka 26 UU KUP dirumuskan bahwa pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan meliputi
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
dan jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi setiap
tahun pajak berakhir.
Agar Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat dihitung
dengan benar maka pembukuan harus mencatat juga jumlah harga perolehan atau nilai impor, jumlah
harga jual atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, jumlah pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean. Didalam Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean didalam Daerah Pabean jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat
dikreditkan.
Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai
Jika dikaitkan dengan pemenuhan kewajiban PPN. Akuntansi harus dapat memberikan
informasi yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban penyelenggaraan pembukuan.
Sedangkan akuntansi PPN adalah akuntansi yang kegiatannya untuk memenuhi kewajiban
penyelenggaraan pembukuan dan bertujuan untuk memberikan informasi bagi perusahaan untuk dapat
menghitung, membayar, dan melaporkan mengenai PPN dan PPnBM yang terutang.
Prosedur Pencatatan Akuntansi PPN dapat dikelompokkan menjadi :
1. Akuntansi atas PPN Masukan meliputi :
1) Pembelian barang modal/persediaan yang PPN – nya dapat dikreditkan
2) Pembelian atas barang – barang yang PPN – nya tidak dapat dikreditkan
332
3) Pembelian yang mendapat potongan harga
4) Jika terjadi retur pembelian.
2. Akuntansi atas PPN Keluaran, meliputi :
1) Prosedur pencatatan penjualan untuk transaksi biasa;
2) Bila terjadi retur penjualan
3) Penjualan dengan uang muka
4) Penjualan Cuma – Cuma/pemakaian sendiri.

Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaaan
Peneliti/ Penelitian Penelitian
Tahun

1. Liong Analisis Bertujuan Deskriptif Dalam hal Persamaan Perbedaan yaitu


Yuk perhitunga untuk kualitatif wajib pajak yaitu kedua dalam
Hauw n,pencatata mengetahu membetulka penelitian penelitian
(2009) n,penyetor i dan n sendiri ini sama- sebelumnya
an dan menganalis surat sama membahas
pelaporan is pemberitahu mencatat perhitungan,
Pajak perhitunga an yang pajak pencatatan,
Pertambah n, mengakibatk pertambaha penyetoran dan
an Nilai pencatatan, an utang n nilai pelaporan
Pada PT. penyetoran pajak sedangkan
Yong Maju dan menjadi dalam
Jaya pelaporan lebih besar, penelitian ini
Lestari Pajak maka hanya
Pertambah kepadanya membahas
an Nilai dikenakan perhitungan dan
Pada PT, sanksi pencatatan.
Yong Maju administrasi
Jaya berupa
Lestari bunga
sebesar 2%
sebulan.

Sumber : Data Olahan 2014

333
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif, yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. Data merupakan
keterangan – keterangan yang diperoleh dari penelitian atau melalui referensi – referensi untuk dapat
digunakan dalam menganalisa Perlakuan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada CV.
MULTI serta untu mengetahui apakahpenerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) CV. MULTI sudah
sesuai dengan Undang – Undang No. 42 Tahun 2009.

Prosedur Peneltian
Prosedur penelitian adalah langkah – langkah yang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan
langkah dan menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam penelitian. Langkah – langkah tersebut yaitu :
1. Mengumpulkan teori – teori yang relevan dengan Analisis perlakuan akuntansi pajak
pertambahan nilai serta teori- teori mengenai akuntansi Pajak Pertambahan Nilai
2. Memilih prosedur serta teknik yang digunakan
3. Mencari data yang akan digunakan
4. Memberikan kesimpulan serta saran yang dapat menjadi masukan bagi pihak CV. MULTI.
Objek Penelitian
Objek penelitian adalah Perlakuan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai Pada CV. MULTI di
Kota Manado.
Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
1) Data Kualitatifyaitu data yang berisi tentang sejarah singkat perusahaan, visi, misi, struktur
organisasi CV. MULTI di Kota Manado serta dengan membandingkan data – data dengan
teori yang berlaku dari buku – buku referensi dan perkuliahan.
2) Data Kuantitatifyaitu data berupa angka – angka seperti data transaksi CV. MULTI di Kota
Manado.
2. Sumber Data
1) Data Primer, yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber data asli,
data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan, diolah dan diperoleh
langsung dari CV. MULTI di Kota Manado berupa data – data transaksi.
2) Data Sekunder, yaitu data – data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media –
media, seperti buku – buku, artikel maupun jurnal, Undang – undang perpajakan dan
sumber data lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang dipilih penulis untuk
memberikan landasan teori yang kuat dalam penulisan laporan skripsi ini.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan
Penelitian ini dilakukan di tempat penelitian study kasus dengan cara :
1) Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan pihak – pihak yang bersangkutan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai perusahaan tersebut.
2) Observasi atas dokumen – dokumen berupa data transaksi
2. Penelitian kepustakaan, dimana dalam penelitian ini diperoleh data ilmiah yang bersifat
teoritis dan literatur dan buku yang berhubungan dengan pembahasan ini. Informasi ini
digunakan sebagai landasan teori untuk menganalisa.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan penulis adalah analisa deskriptif kualitatif. Dalam analisis
ini, analisis dilakukan dengan menghasilkan laporan penelitian yang lebih luas dengan cara
menginterprestasikan data yang telah dianalisis tersebut dihubungkan dengan teori yang ada untuk
kemudian diambil suatu keputusan.

334
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan


Profil Perusahaan
CV. MULTI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha dagang elektronik.
Terletak di Jl. Sam Ratulang Manado dengan Luas Tanah 25 Meter x 16 Meter.
Sejarah Singkat Perusahaan
CV. MULTI didirikan berdasarkan Akta No. 19 tanggal 20 Maret 1997 dari Oky Annette
Kahimpong., SH, Notaris di Manado. Jumlah karyawan yang telah direkrut oleh CV. MULTI sampai
tahun 2013 adalah sebanyak 10 karyawan dengan berlatar belakang pendidikan yang beragam.
Hasil Penelitian
Akuntansi PPN berkaitan erat dengan pembuatan faktur pajak standar, secara yuridis PPN
terutang pada saat penyerahan BKP dan atau JKP tetap secara praktis PPN terutang pada saat faktur
pajak dibuat.
Di bawah ini adalah beberapa contoh pencatatan transaksi – transaksi yang mungkin terjadi
dalam pelaksanaan akuntansi PPN :
1. Pencatatan atas transaksi pembelian (PPN Masukan) yang PPN – nya dapat Dikreditkan
Contoh : CV. MULTI membeli barang untuk persediaan dalam bulan Agustus 2012 seharga
Rp. 20.000.000, dengan kredit dari PT. TSU.
Jurnal :
Pembelian barang dagangan Rp. 20.000.000
PPN Masukan Rp. 2.000.000
Hutang Dagang Rp. 22.000.000
2. Pencatatan atas transaksi pembelian (PPN Masukan) yang PPN – nya dapat dikreditkan.
Contoh : Pembayaran angkutan atas pembelian barang sebesar Rp. 1.100.000, pembayaran
sudah termasuk PPN 10 %
Jurnal :
Biaya angkutan Rp. 1.000.000
PPN Masukan Rp. 100.000
Kas Rp. 1.100.000

3. Pencatatan transaksi penjualan (PPN Keluaran).


Contoh : Jika transaksi penjualan di atas dilakukan secara tunai (kas) atau dalam hal ini
penerimaan pembayaran dilakukan sebelum penyerahan BKP atau JKP atau pada saat PKP
rekanan menyampaikan tagihan kepada pemungut PPN, maka Faktur Pajak harus diterbitkan
pada saat pembayaran.
Jurnal :
Kas/Bank Rp. 11.000.000
Penjualan Rp. 10.000.000
PPN Keluaran Rp. 1.000.000
4. Jurnal untuk mencatat PPN Terutang
Apabila PPN Keluaran lebih besar dari PPN Masukan maka terdapat PPN yang masih harus
dibayar.
Jurnal :
PPN xxx
Kas xxx

Pembahasan
Penerapan Pajak Pertambahan Nilai CV MULTI sudah sesuai Undang – undang No. 42 tahun
2009. Berdasarkan Undang – undang No. 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah
Pajak tidak langsung atau konsumsi dalam negeri yang dikenakan atas setiap tingkat penyerahan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. Di dalam perhitungan PPN
berdasarkan Pasal 9 ayat (2), Undang – undang No. 42 tahun 2009, terdapat dua metode, yaitu :
1. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada waktu
penyerahan BKP atau JKP.
335
2. Pajak Masukan adalah PPN yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak pada waktu pembelian
BKP, penerimaan JKP atau impor JKP.
Di dalam pencatatan PPN CV. MULTI, nilai PPN Keluaran diperoleh dari nilai barang yang
dijual dikalikan dengan dasar tarif PPN sebesar 10%. Dasar perkalian ini sudah sesuai dengan yang
ditetapkan Undang – undang No. 42 tahun 2009.
Di samping pemungutan PPN Keluaran, CV. MULTI melakukan pembayaran PPN Masukan
atas pembelian barang – barang dan pengeluaran lainnya. Pembayaran PPN Masukan dilakukan
berdasarkan kegiatan usaha CV. MULTI dengan Pengusaha Pajak lainnya. Pajak masukan juga
dikenakan berdasarkan tarif yang berlaku sesuai Undang – undang No. 42 tahun 2009. PPN Masukan
dapat dikreditkan berdasarkan masa pajak yang sama.
Apabila PPN Keluaran lebih besar dari PPN Masukan maka selisihnya yaitu PPN Keluaran
dikurangi PPN Masukan harus disetorkan ke kas Negara. Apabila sebaliknya PPN Keluaran lebih
kecil dari PPN Masukan maka selisihnya bisa dikompensasikan ke bulan berikutnya.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis
dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Perlakuan akuntansi CV. MULTI sudah sesuai dengan Undang – Undang No. 42 tahun 2009.
2. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai serta Penerapan Pajak Pertambahan Nilai oleh CV.
MULTI sebagai Pengusaha Kena Pajak sudah sesuai dengan Undang – Undang No. 42 tahun
2009 yaitu sebesar 10 (sepuluh) persen untuk penyerahan dalam negeri.
Saran
Menurut penulis tentang apa yang telah dilakukan perusahaan berkenaan dengan Pelaksanaan
Pajak Pertambahan Nilai sudah benar dan sesuai dengan Undang – undang yang berlaku.
Akan tetapi untuk masa yang akan datang sebaiknya memberikan kesempatan kepada sumber
daya manusia yang ada untuk mengikuti Pelatihan pada Lembaga Pendidikan untuk menambah
pengetahuan di bidang Akuntansi dan Perpajakan, agar dapat mengikuti perkembangan peraturan –
peraturan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

IKAPI. 2013. Undang – Undang PPnBM. Fokusmedia. Bandung.


Ikhsan dan Suprasto. 2008. Teori Akuntansi & Riset Multiparadigma. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Jusup Haryono. 2005. Dasar – dasar Akuntansi. Bagian Penerbitan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Kuncoro Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Erlangga.
Jakarta.
Mardiasmo, 2009. Perpajakan. C.V Andi Offset. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. C.V Andi Offset. Yogyakarta.
Muljono Djoko, 2010. Panduan Brevet Pajak. C.V Andi Offset. Yogyakarta.
Smith Eddy. 2005. Kamus Akuntansi. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Yamin Mohammad. 2012. Pajak Pertambahan Nilai. Graha Ilmu. Yogyakarta.

336

Anda mungkin juga menyukai