DDIT Manajemen Tabligh
DDIT Manajemen Tabligh
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Tabligh
disusun oleh:
1174020106
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Dasar Dasar Ilmu
Tabligh yang diampu oleh Bapak Tata Sukayat. Tema yang saya bahas dalam makalah ini
adalah tentang MANAJEMEN TABLIGH.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas ujian tengah semester 2. Dengan dibuatnya
makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi sesama mahasiswa dan dapat meningkatkan
pembelajaran mata kuliah dasar dasar ilmu tabligh, dengan kegiatan pembuatan makalah seperti
ini diharapkan mahasiswa dapat aktif belajar juga membaca.
Semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi saya
sebagai penulis dan umumnya untuk orang lain. Tiada kesempurnaan di dunia ini dan saya rasa
masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Saya mohon maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konteks islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para
utusan-Nya. Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT beliau menerima risalah dan
diperintahkan untuk menyampaikan kepada seluruh umat manusia, yang seharusnya tugas ini
diteruskan oleh pengikutnya dan umatnya.
Keadaan sistem pengetahuan Islam dewasa ini pun semakin kritis. Pemikiran dan
perencanaan mereka hampir tidak berdaya menghadapi lingkungan dan tuntutan baru.
Sedangkankeadaan pemikiran para aktivis pula seakan lumpuh apabila dituntut untuk
mengemukakan teori baru yang sesuai dengan tuntutan yang akan dicapai. Padahal semua itu
memerlukan perencanaan, organisasi dan pengurusan yang tinggi.
Untuk itu dalam pelaksanaan pengelolaan organisasi dakwah tidak bisa pula kita lepas dari
kajian manajemen yang lebih difokuskan lagi kedalam fungsi-fungsi manajemen dalam
pelaksanaan tabligh, karena fungsi manajemen merupakan suatu hal yang pokok yang harus
dilakukan oleh seseorang dalam pelaksanaan pengelolaan organisasi dakwah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Disamping itu, tabligh bertujuan untuk meningkatkan pemahaman agama dalam berbagai
aspek ajaran agar diaktualisasikan dalam sikap, berfikir dan bertindak. Untuk mencapai
tujuan ini secara maksimal, maka disinilah letak signifikannya manajemen tabligh untuk
mengatur, dan mengantarkan dakwah tepat sasaran dan mencapai tujuan yang diharapkan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Penutupan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara sederhana, manajemen adalah upaya mengatur dan mengarahkan berbagai sumber
daya, mencakup manusai (man), uang (money), barang (material), mesin (machine), metode
(methode), dan pasar (market). Dengan demikian manajemen itu mengandung arti proses
kegiatan. Proses tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya lainnya. Seluruh proses tersebut ditujukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tabligh adalah isim mashdar dari ballagha yuballigu tablighan. Arti asal dari balagha
adalah menyampaikan. Ada yang berpendapat bahwa tabligh itu sama dengan dakwah yang
artinya menyeru, memanggil, mengajak kepada jalan Tuhan dengan cara yang bijaksana dan
dengan do’a dan dengan memberikan nasihat nasihat yang baik serta bertukar fikiran (dialog)
secara baik-baik dengan orang-orang yang baik (Q.S 16:126)
Secara khusus tabhligh dapat diartikan sebagai seruan kepada jalan Allah dengan jalan
menyampaikan. Dalam bahasa Indonesia, tabligh sering diartikan sebagai penyampain
dakewah secara lisan. Itulah sebabnya kemudian dikenal ustilah tabligh akbar (dakwah lewat
lisan yang dihadiri massa pendengar dalam jumlah yang banyak).
Da’i (Mubaligh)
Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh (orang yang
menyampaikan ajaran Islam). Adalah orang yang melaksanakan dari pada kegiatan dakwah
baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau
lewat sebuah organisasi/lembaga. Da’i atau mubaligh adalah setiap muslim yang laki-laki dan
perempuan yang baligh dan berakal, baik ulama maupun bukan ulama karena kewajiban yang
dibebankan kepada mereka.
Mubaligh juga dapat mengetahui cara menyampaikan dakwah sesuai dengan ajaran Islam
baik yang berkaitan tentang habluminallah, habluminnas, dan habluminalam serta mampu
memberikan solusi yang dapat menghadapi probelma yang dihadapi manusia. Lebih dari itu
seorang dai juga harus mampu menghadirkan cara-cara yang menjadikan pemikiran, perilaku
manusia agar tidak terjerumus kedalam kesalahan secara terus menerus.
Mad’u (jamaah)
Mad’u atau jamaah adalah seluruh manusia yang menjadi sasaran tabligh tanpa
terkecuali, baik laki-laki maupun perempuan, tua, muda, anak-anak, kaya, miskin, pemimpin
maupun rakyat biasa, baim secara individu maupun kelompok, baik yang sudah beragama
Islam maupun belum, atau dengan kata lain penerima dakwah adalah umat manusia pada
keseluruhanya.
Maadafrud (materi)
Maadafrud dakwah atau materi dakwah adalah, isi pesan atau materi yang disampaikan
mubaligh kepada mad’unya, dengan kata lain semua bahan atau sumber yang digunakan tau
akan disampaikan oleh mubaligh kepada mad’u dalam kegiatan dakwah. Untuk menuju
kepada tercapainya tujuan dakwah. Karena dakwah merupakan lanjutan dari pada tugas Rosul
maka materi yang akan disampaikan dalam kegiatan dakwah adalah semua yang dibawa oleh
Rosulullah SAW yang datangya dari Allah SWT yang tidak lain ajaran itu adalah Al-Islam
sebagai suatu agama yang komprehensif. Secara umum materi dakwah dapat
diklasisifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu; masalah aqidah (keimanan), masalah
syari’ah, masalah mu’amalah, dan masalah ahklak.
Media
4
Media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam)
kapada mad’unya. Adapun media dakwah tersebut antara lain; dakwah dengan menggunakan
lisan, tulisan, alat-alat audial, audio visual, dan melalui keteladanan atau ahklak. Peranan
media yaitu sebagai alat bantu sebagai penunjang tercapainya tujuan dalam tabligh.
Thariqatu (metode)
Metode yang sudah menjadi kata dalam bahasa Indonesia mengandung pengertian, cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Maka metode tabligh merupakan cara-cara praktis yang
digunakan untuk menyampaikan tabligh oleh mubaligh kepada mad’unya agar pesan yang
disampaikan mudah diterima.
Menentukan sasaran yang ingin dicapai serta pembagianya menjadi sasaran – sasaran
yang bersifat temporal dan sektorat serta menentukan skala prioritas pelaksanaanya. Dengan
begitu dapat menjamin secara maksimal tidak adanya sebuah pengabaian tugas tertentu atau
hal – hal yang tidak kalah pentingnya.
1. Planning (Perencanaan)
5
menentukan apa yang harus dicapai (penentuan waktu secara kualitatif) dan apabila hal ini
dicapai, siapa yang harus bertanggung jawab, mengapa hal tersebut harus dicapai.
Planing atu perencanaan ditunjukan sebagai usaha untuk melihat masa depan,
memberikan rumusan tentang kebijakan maupun tidak-tanduk dakwah masa mendatang
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnyaa. Perencanaan dakwah yang matang,
akan menghasilkan sutu hasil yang baik dan maksimal. Karena itu pelaksanaan dakwaj harus
direncanakan sedemikian rupa, tidak dilaksanakan asal-asalan, tetapi terprogram dan
terencana dengan baik.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Organizing adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mecapai tujuan tertentu.
Organisasi dalam arti bagan atau gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan
kerjasama dari orang-orang yang terdapat (ada) dalam rangka usaha mencapai tujuan.
Dalam hal ini pengorganisasian mencakup segala aspek pelaksanaan dakwah, baik bagi
individual maupun maupun bagi kolektif pekerjaan dakwah. Sehingga masing-masing bidang
melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Actuating (Penggerakan)
Dalam upaya mempengaruhi dan memotifasi pada da’i disamping meberikan bantuan,
pemenuhan penugasan yang jelas dan mendukung pengembangan skil para da’i maka prilaku
harus diubah dengan teladan, pengalaman-pengalaman, pikiran-pikiran, meotivasi. Dan
komunikasi yang baik serta penyajian fakta dakwah yang objektif.
6
4. Controlling (pengawasan)
Controlling adalah upaya agar tindakan yang dilaksanakan terkendali dan sesuai dengan
instruksi, rencana, petunjuk-petunjuk, pedoman serta ketentuan-ketentuan yang sebelum-
sebelumnya ditetapkan berrsamaan. Pengendalian atau pengawasan pelaksanaan dakwah
pada hikayatnya. Dilaksanakan untuk megawasi dan mengetahui siapa didalam usaha-usaha
dakwah yang sudah dilakukan oleh setiap tenega da’i sejalan dengan tugas-tugas yang telah
diberikan.
Kegiatan pegawasan dilakukan bukan untuk mencari kesalahan atau kelemahan da’i
sebagai subjek dakwah. Dalam menjalankan tugasnya akan tetapi untuk menyinkrongkan
antara rencana dengan ralisasi dakwah yang ditetapkan.
- Mengetahui apakah aktivias dakwah yang dilakukan da’i dijalan sesuai dengan rencana
yang sudah ditetapkan. Dengan demikian seorang juru dakwah sebagai pimpinan dakwah
dapat ceara dini memproyeksikan probabilitas yang kan terjadi berdasarkan hasil pengawasan
tersebut.
- Mencari jalan keluar yang lebih tepat jika terjadi kesulitan danhambatan-hambatan dalam
pelaksanaan dan penyempurnaan aktivitas dakwah secara sitematis, strategis, dan taktis.
Bentuk nyata atau mekanisme pengendalian dakwah, yaitu berupa laporan dari pelaksana
dakwah itu sendiri dan penilaian-penilaian dari tenaga pengawas yang di tugaskan.
5. Evaluating (evaluasi)
Untuk mengetahui apakah dakwah itu berhasil atau tidak, perlu ada proses evaluasi yang
cermat, teliti, dan objektif dengan menetapkan parameter-parameter keberhasilan atau
ketidakberhasilan suatu aktifitas dakwah. Dari hasil evaluasi secara objektif dapat dijadikan
sebagai konsideran untuk menyusun langkah-langkah strategi dakwah yang lebih efektif pada
masa berikutnya. Meskipun proses dakwah tidak mustahil dapat dilakukan oleh seorang
secara sendiri-sendiri, tetapi mengingat kompleksnya persoalan-persoalan dakwah, maka
pelaksanaan dakwah oleh seorang sendiri-sendiri kuranglah efektif.
7
Dengan demikian kegunaan fungsi-fungsi manajemen tersebut sangat relevan sekali
dengan kegiatan dakwah, karena dakwah tanpa perencanaan tidak akan efektif bahkan akan
kehilangan arah, sedangkan dakwah tanpa pengorganisasian kegiatan dakwah akan
melelahkan disamping pemborosan. Begitu juga tanpa penggerakan, pengendalian dan
evaluasi kegiatan dakwah akan menjadi sumber fitnah karena kehilangan ruh jihad yang
ihklas dan secara akumulatif dapat merusak citra Agama Islam sendiri.
Dari segi metodhe tabligh, apabila mengacu kepada definisi dan contoh tabligh yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, dapat dibagi menjadi dua, yaitu tabligh melalui lisan
(khitabah), dan tabligh melalui tulisan (kitabah)
Khitabah
Khitabah menurut Harun Nasution adalah ceramah atau pidato yang mengandung
penjelasan-penjelasan tentang sesuatu atau beberapa masalah yang disampaikan seseorang
dihadapan sekelompok orang atau khalayak. Dengan demikian, khitabah dapat diartikan
sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan baik yang terkait langsung
dengan pelaksanaan ibadah mahdhoh, maupun yang tidak berkait dengan ibadah mahdhoh.
Kitabah
Tabligh melalui media tulisan disebut dengan kitabah, yaitu proses penyampaian ajaran
Islam melalui bahasa tulisan bisa berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, dan lain
sebagainya. Yang berisi pesan-pesan ke-Islaman. Termasuk dalam katagori ini bentuk-bentuk
media cetak lain berupa lukisan, kaligrafi, photo yang mengandung pesan-pesan ke-Islaman.
8
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Dari bahasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen tabligh merupakan
sebuah sarana yang bisa memberikan berbagai kemudahan. Dengan adanya sarana sehingga
membuat aktivitas dakwah menjadi lebih dinamis, cepat dalam bertindak (responsif) namun
terencana, terukur, dan terorganisasi. Dan juga dilakukan oleh SDM yang tepat, dan
memberikan dampak yang besar terhadap organisasi dan lingkungan. Bukan justru
sebaliknya, menjadi rumit dan menghambat dinamisasi aktivitas dakwah, atau bahkan
menimbulkan masalah baru. Semua tahapan tabligh yang sudah kita lakukan haruslah diukur
keberhasilannya dengan mengevaluasi.
Demikian makalah ini kami susun. Punulis menyadari dalam makalah ini masih banyak
sekali kekurangan dan jauh dari kesan “sempurna”. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
kontruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah saya selanjutnya. Akhirnya
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amiin.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fadli, 2002. Organisasi dan Administrasi, Kediri: Manhalun Nasyiin Press.
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, 2009, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah. Bandung:
Bumi Aksara.
Kayo, RB. Khatib Pahlawan. 2007. Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju
Dakwah professional. Jakarta: Amzah.
Munir, S.Ag, M.A. dan Wahyu Illaihi, S.Ag, M.A., 2009, Manajemen Dakwah, Jakarta:
Kencana.
Website:
https://www.wikipedia.org/
10