Pengelolaan Limbah Tekstil
Pengelolaan Limbah Tekstil
OLEH :
HERLAMBANG WIBISONO
H1E108026
2010
1
ABSTRAK
Salah satu dampak negatife dari industry tekstil adalah limbah cairnya. Senyawa-
senyawa kimia yang umumnya ada di dalam air limbah industri tekstil adalah
senyawa organik. Senyawa organik ini umumnya adalah senyawa azo yaitu zat
warna yang digunakan pada pencelupan dan pewarnaan tekstil. Kadar senyawa
organik yang ada dalam suatu perairan dapat diukur dengan parameter Chemical
Oxygen Demand (COD) atau dengan parameter Biochemical Oxygen Demand
(BOD). Sedangkan untuk melihat kepekatan wama maka dapat dilakukan
pengukuran intensitas warna. Salah satu penanggulangan limbah tekstil adalah
dengan penggunaan lumpur aktif. Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses
pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan
pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O,
NH4. dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan
melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba
membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan
bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah
secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah.
Lumpur aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks Volume
Lumpur dan Stirred Sludge Volume Index.
ABSTRACT
2
PENDAHULUAN
3
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750
mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah
dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang
lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan
dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai
100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik
tradisional belum ditemukan.
Makalah ini membahas tentang cara pengelolaan limbah cair dari hasil
pengolahan tekstil. Limbah tekstil sendiri berhubungan dengan pencemaran udara,
air, dan tanah. Namun di sini saya lebih memfokuskan tentang pengolahan limbah
cairnya terhadap kualitas air.
1.2 Tujuan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang
atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan
lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai
jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan
menurut jenisnya sebagai berikut:
4
4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang
tunggal, benang gintir
Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstil
dengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelum
disatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum
proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar serat
menjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat
gelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa (CMC).
Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan
memakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun.
Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara
kegiatan pemberian warna. Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu
pada kain diatas rol atau kasa.
Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil merupakan modal dasar
bagi mereka yang akan terjun di Industri tekstil dan fashion Pengetahuan tentang
jenis dan sifat serat tekstil sangat diperlukan untuk mengenali, memilih,
5
memproduksi, menggunakan dan merawat berbagai produk tekstil seperti serat,
benang, kain, pakaian dan tekstil lenan rumah tangga lainnya. Karakteristik dan
sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat serat
penyusunnya. Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses
pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang ditenun
menjadi kain kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi produk
jadi. Oleh karena itu untuk memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan
pengetahuan tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik
pengolahannya menjadi bahan tekstil.
Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk dapat
diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut
Limbah
6
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung
zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam.
Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan
proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain
adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD,
BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan
limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban
pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan.
Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD
tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.
Di Indonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai.
4. Tensioactive (surfactant)
2. Karateristik Kimia
7
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme
hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di
dalam air
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi
secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD
dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan
Santika, 1984).
c. Dissolved Oxygen (DO)
Adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob
mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperatur dan
salinitas
d. Ammonia (NH3)
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan
mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor
(Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa
senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan
e. Sulfida
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat
mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya
melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat
merusak mesin (Sugiharto, 1987).
f. Fenol
Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala
gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan
hati, serta dapat menimbulkan kematian (Soemirat, 1994).
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah
atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal
untuk kehidupan air adalah 6– 8.
h. Logam Berat
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga
diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam
berat.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air
yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa
digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
METODE PENELITIAN
8
Banyak metode yang digunakan dalam perlakuan limbah tekstil. Metode-
metode tersebut diantaranya koagulasi kimia, oksidasi elektrokimia, filtrasi dan
biologi. Beberapa metode dikembangkan baik secara individu maupun kombinasi.
Proses-proses individu memiliki banyak problema. Sebagai contoh, dalam proses
koagulasi kimia sejumlah besar Lumpur dapat dihasilkan dan kapabilitas
perlakuan rendah. Oksidasi elektrokimia dapat mereduksi polutan namun
meningkatkan biaya perlakuan. Perlakuan biologis lebih sulit karena
membutuhkan bioreaktor spesifik. Oleh sebab itu kombinasi proses dianggap
lebih baik.
Tahapan proses persiapan persiapan penyempurnaan dan proses
penyempurnaan akhir dapat berbeda, tergantung pada jenis kain (serat), yang
diproses serta kualitas produk yang ingin dihasilkan. Demikian juga untuk setiap
tahapan proses dapat digunakan alat/mesin yang berlawanan. Demikan pula
kondisi proses serta jenis bahan yang digunakannya dapat berlainan tergantung
pada jenis serat dan kualitas produk yang ingin dihasilkan. Proses-proses ini selain
dapat dilakukan keseluruhannya secara berurutan dap at pula dilakukan sebagian
atau dimodifikasi, bergantung kepada jenis bahan tekstil yang akan dikerjakan, alat
yang tersedia dan hasil akhir yang diharapkan Adanya penggunaan zat kimia
seperti alkali, asam, kanji, oksidator, reduktor elektrolit, zat aktif permukaan
(surfaktan), zat warna, polimer sententik dan panas, dapat menyebabkan air
buangan industri tekstil bersifat alkali atau asam, COD dan BOD tinggi, berwarna,
berbusa, bau dan p anas Tingkat pencemaran yang ditimbulkan bergantung pada
macam bahan yang dikerjakan, proses pengerjaan dan jenis mesin/alat yang
digunakan.
Pada umumnya karakteristik limbah cair yang dikeluarkan dari beberapa
tahapan proses penyempurnaan untuk bahan kapas, Rayon, Poliester dan
campurannya, mengeluarkan limbah cair, dengan kadar bahan pencemaran yang
relatif tinggi. Pencemaran yang tinggi juga dikeluarkan dari proses pemasakan,
pengelantangan, pencelupan dan pencapan. Disamping itu, pencucian setelah
pencelupan dan pencapan juga mengeluarkan bahan pencemaran yang perlu
diperhatikan.
Isolat mikroorganisme (Aeromonas sp dan Pseudomonas sp) dapat
mengurangi pewarna dari limbah cair secara efektif dan tidak membutuhkan
kolam Lumpur aktif sehingga dapat mengurangi biaya operasional, biaya
konstruksi dan luas fasilitas jika diterapkan dalam kombinasi yang terdiri dari
pretreatment biologi, koagulasi kimia dan oksidasi elektrokimia.
1. Pemisahan padatan kasar yaitu sisa serat dan padatan kasar lainnya
2. Segregrasi, hal ini dilakukan apabila air limbah dari suatu proses tertentu
mempuyai sifat yang spesifik, mempunyai beban pencemaran yang sangat
9
tinggi dibandingkan dengan air limbah dari proses lainnya, atau bersifat
racun (toxic), sehingga apabila digabungkan akan memberatkan atau
menyulitkan proses pengolahan.
3. Ekualisasi untuk menghomogenkan konsentrasi zat pencemar, temperatur
dan sebagainya, serta untuk menyamakan laju alir/debit atau
menghindari /mengurangi fluktuasi laju alir.
4. Penghilangan /penurunan atau penghancuran bahan organik terdispersi.
5. Penghilagan bahan organik dan anorganik terlarut.
Kelemahan dari cara ini dihasilkannya lumpur kimia (sludge) yang cukup
banyak dan diperlukan pencelolaan sludge lebih lanjut. Pengelolaan sludge yang
saat ini dilakukan yaitu dengan mengeringkan sludge pada drying bed lalu
10
dimasukkan ke dalam karung. Beberapa pabrik telah mengunakan alat pengerin
lumpur yaitu filter press atau belt press yang akan megeluarkan air yang
terkandung dalam lumpur tersebut.
Cara lain yang mulai banyak dilakukan adalah cara biologi, yaitu
memanfaatkan aktifitas mikroba biologi untuk menghancurkan bahan-baban yang
ada dalam air limbah menjadi bahan yang, mudah dipisahkan atau yang, memberi
efek pencemaran rendah . Cara biologi yang banyak dilakukan adalah cara aerobik
metode lumpur aktif. Dengan cara tersebut air limbah dengan lumpur aktif yang,
megandung mikroba diaerasi (untuk memasukkan oksigen) hingga terjadi
dekomposisi sebagai berikut :
Cara lumpur aktif yang telah dilakukan dapat menurunkan COD, BOD 30
– 70 %, bergantung pada karakteristik air limbah yang, diolah dan kondisiproses
lumpur aktif yang dilakukan.
KESIMPULAN
11
Areal instalasi yang luas berarti dana investasi cukup besar, akibatnya
pemanfaatan teknologi lumpur aktif menjadi tidak efisien di Indonesia, ditambah
lagi dengan proses operasional yang rumit mengingat proses lumpur aktif
memerlukan pengawasan yang cukup ketat seperti kondisi suhu dan bulking
control proses endapan. Limbah baru merupakan masalah utama dari penerapan
metode lumpur aktif ini. Limbah yang berasal dari kelebihan endapan lumpur
hasil proses lumpur aktif memerlukan penanganan khusus. Limbah ini selain
mengandung berbagai jenis mikroorganisme juga mengandung berbagai jenis
senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Pengolahan
limbah endapan lumpur ini sendiri memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Sedikitnya 50 persen dari biaya pengolahan air limbah dapat tersedot untuk
mengatasi limbah endapan lumpur yang terjadi. Akibatnya, kebanyakan di
Indonesia limbah endapan lumpur ini biasanya langsung dibuang ke sungai atau
ditimbun di TPA (tempat pembuangan akhir) bersama dengan sampah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://batikyogya.wordpress.com/category/teknologi-tekstil/
Diakses tanggal : 23 Maret 2010
Anonim,http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliah-
lainnya/ipal-limbah-tekstil
Diakses tanggal : 23 Maret 2010
Anonim.http://shantybio.transdigit.com/?Biology_-
_Dasar_Pengolahan_Limbah:PENGOLAHAN_DAN_PEMANFAATAN_LIMB
AH_TEKSTIL
Diakses tanggal : 23 Maret 2010
Anonim, http://permimalang.wordpress.com/
Diakses tanggal : 25 Maret 2010
Anonim, http://smk3ae.wordpress.com
Diakses tanggal : 25 Maret 2010
12
Anonim, http://www.wattpad.com/
Diakses tanggal : 25 Maret 2010
13