MINI PROJECT
MANAGEMENT KASUS PNEUMONIA PUSKESMAS SUKAMAJU
BAB I
PENDAHULUAN
Tahun 1997 dalam upaya meningkatkan cakupan penemuan dan kualitas tata
laksana penderita Pneumonia, mulai dikenalkan pendekatan Integrated Management
Childhood Illnes (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang sekaligus
merupakan model tata laksana kasus untuk berbagai penyakit anak, yaitu ISPA, Diare,
Malaria, Campak, Gizi Kurang dan Cacingan di Unit Pelayanan Dasar. Selain itu
dikembangkan pula Audit Kasus serta Autopsi Verbal untuk mengetahui kualitas dan
dampak pemberian tata laksana pada penderita Pneumonia.3
Keberhasilan praktik MTBS diharapkan mampu menemukan kasus-kasus penyakit
yang mengancam jiwa anak, tidak hanya pneumonia tetapi juga penyakit lainnya.
Penemuan dan penanganan kasus penyakit yang lebih awal pada anak tentunya akan lebih
efektif dalam upaya mengurangi angka kematian bayi dan anak.3
Atas latar belakang tersebut penulis bermaksud melaksanakan mini project upaya
peningkatan capaian program penemuan kasus pneumonia di Puskesmas Sukamaju.
Melalui upaya tersebut diharapkan puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
masyarakat dapat turut mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus
bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
Berperan serta dalam upaya peningkatan capaian program penemuan dan penanganan
kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Sukamaju.
Mengaplikasikan pengetahuan mengenai pneumonia pada balita di Puskesmas
Sukamaju.
Melaksanakan mini project dalam rangka program internsip dokter Indonesia.
1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas
Bertambahnya peran serta puskesmas dalam program penemuan dan penanganan
kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Sukamaju
Puskesmas Sukamaju dapat melakukan pemantauan kesehatan dan pengendalian
kasus pneumonia pada balita di wilayah kerjanya.
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
Masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam upaya peningkatan capaian program
penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada di Puskesmas Sukamaju.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.4 Supervisi
Supervisi dilakukan untuk menjamin pelaksanaan pengendalian ISPA berjalan
sesuai dengan yang telah direncanakan/ditetapkan dalam pedoman baik di provinsi,
kabupaten/kota, Puskesmas dan rumah sakit menggunakan instrumen supervisi
(terlampir). Supervisi dilakukan secara berjenjang difokuskan pada propinsi, kab/kota,
Puskesmas yang pencapaian cakupan rendah, pencapaian cakupan tinggi namun
meragukan serta kelengkapan dan ketepatan laporan yang kurang baik.
a. Pelaksana supervisi
Petugas pusat
Petugas provinsi
Petugas kabupaten/kota
Petugas Puskesmas.
b. Alat
Formulir (checklist) untuk supervisi mencakup aspek manajemen program (pencapaian
target, pelatihan, logistik) dan aspek tatalaksana.
c. Luaran
Luaran dari kegiatan supervisi dan bimbingan teknis pengendalian ISPA adalah:
Data umum wilayah
Data pencapaian target program
Data pelatihan
Data logistik
Identifikasi masalah
Cara pemecahan masalah
Langkah tindak lanjut
Laporan supervisi dan bimbingan teknis
bawah ini.
Gambar 4.1
10 penyakit terbesar puskesmas sukamaju
Tahun 2016
2933
1243 1150
739 656 501 458 439 404 347
4.5 Data Kasus Pneumonia di Puskesmas Sukamaju
Upaya pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) difokuskan
pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap
penderita pneumonia balita yang ditemukan, dengan Upaya Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS).
penanganannya sebesar 52,37%. Kasus terbanyak berasal dari desa Sukamaju dengan kasus
penanganan sebesar 87,11% dan kasus terendah dari desa Tulungindah sebesar 5,6%.
GAMBAR 4.2
PERSENTASE CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN
PNEUMONIA BALITA DI PUSKESMAS SUKAMAJU
TAHUN 2016
TOLANGI 95.2
13.7
SUKAMUKTI 18.7
144.9
SUKADAMAI 60.2
36.4
WONOSARI 0.0
22.5
KETULUNGAN 37.6
5.6
MINANGA TALLU 61.7
31.25
TAMBOKE 106.4
55.6
SAPTA MARGA 57.6
75.5
SUKAMAJU 87.11
Adapun penemuan kasus pneumonia pada tahun 2017, data yang saat ini tersedia
yaitu jumlah penderita dari bulan Januari hingga Juli 2017, seperti yang terlihat pada tabel
di bawah.
Tabel 4.3. Jumlah Penemuan Kasus Pneumonia pada Tahun 2017
NO. BULAN RAWAT INAP RAWAT JALAN JUMLAH
1 Januari 0 2 2
2 Februari 0 4 4
3 Maret 0 5 5
4 April 1 4 5
5 Mei 0 11 11
6 Juni 0 2 2
7 Juli 2 11 13
TOTAL 42
Berdasarkan pemaparan data kasus pneumonia di atas, pada tahun 2016 jumlah
kasus pneumonia adalah 127 dari total 2.425 balita (5%) dan persentase total dari kasus
pneumonia yang ditemukan dan ditangani adalah 52,37% dari jumlah perkiraan kasus.
Jumlah tersebut hanya sekitar setengah dari jumlah perkiraan cakupan penemuan kasus
pneumonia. Sedangkan pada tahun 2017, sudah ditemukan 42 kasus pneumonia per bulan
Juli 2017. Melihat persentase penemuan kasus pneumonia di beberapa desa di kecamatan
sukamaju, terdapat 2 desa dengan persentase lebih dari 100% dan total 8 desa dengan
persentase kurang dari 75% yang menandakan kurangnya angka penemuan kasus. Namun
angka kejadian pneumonia di kecamatan sukamaju secara umum sebesar 5% dari total
populasi, dimana jumlah tersebut terbilang cukup besar. Dibutuhkan langkah-langkah
strategis dan komprehensif untuk menunrukan angka kejadian pneumonia di wilayah kerja
puskesmas sukamaju, selain itu dibutuhkan pula langkah-langkah khusus untuk
meningkatkan cakupan penemuan kasus pneumonia.
Adapun metode penemuan kasus pneumonia (case finding) saat ini adalah dengan
mtode pasif melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang kepada
pasien yang datang berobat ke puskesmas baik di poliklinik ataupun rawat inap.
Sedangkan dalam manajemen pasien pneumonia di puskesmas adalah dengan
tatalaksana rawat jalan untuk pneumonia ringan, dan rawat inap untuk pneumonia berat,
dan rujukan jika pneumonia sangat berat dengan tanda gagal napas atau jika dalam 2 hari
perawatan tidak ada perbaikan. Tatalaksana yang diberikan di puskesmas sudah sesuai
dengan tetapan WHO dan Depkes sebagaimana yang tertera pada bab sebelumnya.
BAB V
DISKUSI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah pasien
pneumonia tahun 2016 adalah 127 dari 2.425 balita (5%), cakupan penemuan kasus
pneumonia tahun 2016 adalah 52,37% serta jumlah kasus pneumonia tahun 2017 sampai
bulan Juli yaitu 42 kasus. Tatalaksana pneumonia di puskesmas sukamaju meliputi terapi
antibiotik amoxicillin atau cotrimoxazol atau cefotaxim injeksi dan terapi simtomatik
seperti paracetamol, CTM, efedrin, GG dan domperidon, baik itu rawat inap maupun rawat
jalan tergantung berat tidaknya gejala pneumonia yang ditemukan.
6.2 Saran
1. Perlunya upaya active case finding dalam upaya peningkatan angka cakupan penemuan
kasus pneumonia
2. Perlunya sosialisasi kasus pneumonia dengan sasaran pada orang tua agar lebih
waspada terhadap penyakit pneumonia pada balita.
3. Perlunya memperlengkap persediaan logistik terkait dengan penatalaksanaan
pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
OLEH
dr. Tri Kurniawan
dr. Irfan Syamsu Zainuddin
dr. Eza Agusalam
dr. Deri Lidya M.
dr. Angelia P. Andilolo
PENDAMPING