OLEH:
KELOMPOK 8
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Etika Bisnis Dan Profesi, dengan judul “KASUS
PELANGGARAN ETIKA BISNIS DAN PROFESI BANK LIPPO Tbk”
Akhir kata penulis berharap semoga ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca serta bisa menjadi salah satu media yang bisa memberikan acuan
kepada pembaca sebagai masyarakat ekonomi Indonesia agar dapat mengetahui
“KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS DAN PROFESI BANK LIPPO Tbk”
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Krisis moral dalam dunia bisnis yang mengemuka akhir-akhir ini adalah kasus
Kimia Farma dan Bank Lippo, dengan melibatkan kantor-kantor akuntan publik
yang selama ini diyakini memiliki kualitas audit tinggi. Kasus Kimia Farma dan
Bank Lippo juga berawal dari terdeteksinya manipulasi dalam laporan keuangan.
1
terhadap profesi akuntan dan masyarakat semakin menyangsikan komitmen akuntan
terhadap kode etik profesinya.Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi atau dapat
diatasi apabila setiap akuntan mempunyai pemahaman, pengetahuan dan
menerapkan etika secara memadai dalam pekerjaan profesionalnya.
2
2. Apa sanksi yang diberikan atas pelanggaran etika bisnis dan profesi
akuntansi yang telah dilakukan oleh PT BANK LIPPO?
3. Bagaimana solusi dalam menghadapi kasus pelanggaran etika bisnis dan
profesi akuntansi yang telah dilakukan oleh PT BANK LIPPO?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama
Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik
Haji Hasyim Ning pada1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah
merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu
tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh
keluarga Liem Sioe Liong.Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan
meninggalkan Bank Panin.
Kasus PT. Bank Lippo Tbk ini berawal dari laporan keuangan Triwulan III
tahun 2002 yang dikeluarkan tanggal 30 September 2002 oleh PT. Bank Lippo Tbk,
yaitu terjadi perbedaan informasi atas Laporan Keuangan yang disampaikan ke
public melalui iklan di sebuah surat kabar nasional pada tanggal 28 November 2002
dengan Laporan Keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ).
4
Dalam laporan tersebut dimuat adanya pernyataan manajemen PT. Bank
Lippo Tbk bahwa Laporan Keuangan tersebut disusun berdasarkan Laporan
Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit oleh KAP Prasetio, Sarwoko, Sandjaja
(penanggung jawab Drs. Ruchjat Kosasih) dengan Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian.
Pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002,
tanggal yang sama yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 27
Desember 2002, ternyata disampaikan laporan yang berbeda. Laporan itu
mencantumkan Pernyataan manajemen PT. Bank Lippo Tbk bahwa Laporan
Keuangan yang disampaikan adalah Laporan Keuangan “audited” yang tidak
disertai dengan laporan auditor independen yang berisi opini Akuntan Publik.
5
& Sandjaja dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Laporan Auditor
independen tersebut tertanggal 20 November 2002, kecuali untuk catatan 40a
tertanggal 22 November 2002 dan catatan 40c tertanggal 16 Desember 2002.
2.2.2 Saham
Pada periode yang sama sejumlah broker melakukan transaksi jual dalam
jumlah sangat besar. Ironisnya, pada 14 Februari broker yang sama berbalik
melakukan transaksi beli dalam volume signifikan. Praktik semacam itu
menguatkan dugaan memang terjadi manipulasi laporan keuangan serta insider
trading.Dengan tujuan, manajemen (khususnya pemilik lama) bisa masuk dan
menguasai saham mayoritas bank itu. Banyak yang menduga skenario yang mereka
inginkan adalah pihak manajemen ingin menawar saham terbatas (rights issue).
Lewat cara itu pemegang saham mayoritas saat ini, yaitu pemerintah, mau tidak
mau harus mengeluarkan banyak uang. Karena jika tidak dilakukan, kepemilikan
sahamnya terdilusi.Ringkas kata, pemilik lama menginginkan pemerintah
merekapitalisasi tahap kedua terhadap bank itu.
Hubungan erat antara grup Lippo dengan Partai Demokrat AS bermula dari
tahun 1976 James Riady, anak Mochtar Riady si bos Lippo, berangkat ke New York
untuk bekerja di Irving Trust Banking Company di tahun 1975. Tak lama, James
Riady pindah ke Little Rock, Arkansas (kota kelahiran Bill Clinton) di tahun 1976.
6
Utama WorthenBank.James Riady pun lalu menunjuk Hillary Clinton sebagai
pengacara Worthen Bank. Disinilah hubungan James Riady dengan pasutri Clinton
merapat.
Pada tahun 1990an, Bill Clinton menyatakan kepada James Riady kalau ia
berencana maju ke pemilu presiden AS. James Riady pun memberitakan kabar
tersebut kepada ayahnya, Mochtar Riady.Mochtar Riady pun langsung
memerintahkan James Riady partisipasi aktif dalam kampanye Bill Clinton. Tak
cuma James Riady, seluruh anggota dan jaringan yang dimiliki Lippo Group pun
dikerahkan untuk membantu kampanye Bill Clinton. Bentuk sokongan James Riady
dan Ted Sioeng pada Bill Clinton – Al Gore adalah pengumpulan dana kampanye.
Fokus dari tim pengumpulan dana kampanye Clinton – Al Gore yang ditangani
James Riady dan Ted Sioeng adalah dari pengusaha-pengusaha Asia. jumlahnya
dana yang dikumpulkan James Riady – Ted Sioeng untuk Clinton – Al Gore
mencapai US$ 7,5 juta.
Secara pribadi dan perusahaan, keluarga Riady dan Lippo Group mendapat
jaringan dan keleluasaan berbisnis di AS . Indonesia pun mendapat ‘Keringanan
bea impor’ ke AS pada masa Bill Clinton. Karena para pengusaha Tionghoa di
Indonesia ikut menyetor dana ke Clinton, maka mereka melobi kemudahan
perdagangan, Tak cuma Indonesia, RRC pun ikutan memperoleh kemudahan impor
produk-produk RRC ke AS semasa Clinton. Hasil kerja LippoGate inilah yang
menjadi salah satu pemicu kenapa para pengusaha Tionghoa Indonesia mulai
eksodus ke pasar global.
Sejak tahun 1994, satu per satu para pengusaha besar memindahkan markas
besar usahanya ke luar negeri.Indonesia hanya menjadi tempat beroperasinya alat-
alat produksi, tapi hasil, uang dan keuntungannya semua dibawa ke Singapura dan
Hong Kong.Dampak migrasi dana-dana para pengusaha ini bagi Indonesia??Rupiah
mengalami pelemahan berturut-turut dan menjadi salah satu pemicu krisis moneter
Asia. Ketika skandal sumbangan Lippo Grup utk kampanye Clinton tsb terbongkar,
Partai Demokrat terpaksa kembalikan hampir US$ 500 ribu. Sementara itu, Muchtar
dan James Riady /Lippo Grup dinyatakan bersalah oleh pengadilan AS atas
pelanggaran UU dana kampanye AS karena terbukti melanggar hukum terkait
7
pemberian sumbangan dana kampanye Capres PD, Bill Clinton. Keluarga Riady
/Lippo Grup dihukum membayar denda US$ 8.6 juta atau Rp. 86 milyar atas
pelanggaran tersebut.
Dari kronologi kasus yang telah di uraikan sebelumnya atas kasus laporan
keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 september 2002 yang disampaikan ke publik
per 28 november 2002, Bank Lippo telah melakukan pelanggaran pasal 93 Undang-
undang Pasar Modal. Yang dimana dalam pasal 93 Undang–undang Pasar Modal
menyebutkan bahwa setiap pihak dilarang dengan cara apapun, membuat
pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek di Bursa Efek apabila pada saat
pernyataan di buat atau keterangan diberikan.
Dari fakta menunjukan bahwa tindakan PT. Bank Lippo Tbk dengan
memberikan informasi yang menyesatkan pada laporan keuangan per 30
September 2002 telah menimbulkan ketidakpastian di masyarakat sehingga
mempengaruhi harga Efek diBursa.Saham PT. Lippo Bank Tbk pun mengalami
fluktuasi yang tajam disebabkan oleh missleading information tersebut.
2.3.2 Setiap pihak dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan.
8
Laporan Keuangan tersebut disusun berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi
yang telah diaudit oleh KAP Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja dengan opini Wajar
Tanpa Pengecualian.
Pencantuman kata “audited” pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk
per 30 September 2002 membawa implikasi pada perhitungan akun-akun
didalamnya yang terlihat baik namun sesungguhnya bukan keadaan yang
sebenarnya. Laporan keuangan yang disampaikan ke publik tanggal 28 November
2002 mencatat total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 24,185 triliun, laba
tahun berjalan sebesar Rp. 98,77 miliar dan CAR sebesar 24,77%.
Hal ini tentunya merugikan Investor sebab dengan dasar informasi yang
salah maka keputusan yang diambilnya juga tidak tepat. Keadaan yang sebenarnya
adalah sebagaimana Laporan Keuangan per 30 September yang disampaikan ke
BEJ tanggal 27 Desember 2002 yang sudah diaudit oleh KAP Prasetyo, Sarwoko
dan Sandjaja dimana total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8 triliun,
rugi bersih sebesar Rp. 1,273 triliun dan CAR sebesar 4,23%.
9
2.4 Penjelasan Dari Pihak Bank Lippo
Dari fakta yang telah diuraikan sebelumnya, PT. Bank Lippo Tbk telah dua
kali memberikan penjelasan dan pemaparan kepada publik berkaitan dengan adanya
perbedaan dalam Laporan Keuangan per 30 September 2002 yang disampaikannya.
Sementara itu dilain pihak, Auditor dari laporan keuangan Bank Lippo per
30 September 2002 yakni Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan
Sandjaja) dalam penjelasan tertulisnya kepada Bapepam menyatakan bahwa
mengaudit satu laporan. Laporan keuangan itulah yang disampaikan kepada BEJ
tanggal 27 Desember 2002. Dijelaskan bahwa dalam laporan keuangan hasil audit
Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja) berbeda dengan
laporan konsolidasi yang dipublikasikan.
10
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen PT. Bank
Lippo Tbk tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari
pernyataan atau keterangannya dalam laporan keuangan per 30 September 2002
yang disampaikan ke publik tanggal 28 November 2002.Pihak manajemen dalam
mempublikasikan laporan keuangan tersebut terbukti tidak berkoordinasi terlebih
dahulu dengan pihak auditor Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan
Sandjaja).
Oleh karena ketiga unsur dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal telah
terpenuhi maka tindakan pihak manajemen PT. Bank Lippo Tbk dalam memberikan
keterangan atau informasi laporan keuangan per 30 September 2002 yang
disampaikan ke publik merupakan suatu tindakan penyesatan informasi publik
(misleading information). Dengan demikian, memang benar telah terdapat
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT. Bank Lippo, Tbk.
Sanksi BEJ atas Bank Lippo adalah berupa peringatan keras, selain itu BEJ
mewajibkan Bank Lippo menyerahkan laporan kemajuan (progress report) setiap
minggu sekali mulai 24 Februari sampai keluarnya laporan keuangan auditan tahun
2002.
11
menjatuhkan sanksi administratif berupa kewajiban menyetor uang ke Kas Negara
sebesar Rp. 3,5 juta.
12
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
13
Hal ini juga dipertegas oleh hasil pemeriksaan yang disampaikan melalui siaran
pers pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan lemahnya tata kelola
perusahaan sehingga harus dievaluasi.
Transparancy
Akuntabilitas
Keadilan
Responibilitas.
Prinsip-prinsip di atas adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku oppurtunitic managmen untuk
melakukan praktek manajemen laba.
14
penting mengingat begitu signifikannya pengaruh tujuan penilaian terhadap hasil
penilaiannya nanti.
15
DAFTAR PUSTAKA
Http://Afiapratamaziliwuu.Blogspot.Com
Http://Annisaapratiwi.Blogspot.Com/2013/12/Contoh-Paper-Kasus-Lippo-
Bank.Html
Helen, Herlington. “Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Lippo”. 19 April
2018.
Http://Heleninfo.Wordpress.Com/2013/11/07/Kasus-Pelanggaran-Etika-
Bisnis-Pada-Bank-Lippo/
IAI, Standar Profesional Akuntan Publik/SPAP (Kode Etik Akuntan Indonesia Dan
Aturan Etika Profesi Akuntan Publik). Jakarta : Salemba Empat, 2001
Singgih, Nurseto. “Skandal Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo”. 19 April 2018.
Http://Singgihnurseto.Blogspot.Com/2009/12/Skandal-Laporan-Keuangan-
Ganda-Bank.Html
16