Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

ETIKA PROFESI DAN BISNIS

“KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS DAN PROFESI


BANK LIPPO Tbk”

Dosen: Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac

OLEH:

KELOMPOK 8

ANUGERAH WIRA SURYANI HIA 160503143

VINNA ISNAINI 160503146

ESTERLINA SINAGA 160503152

YUVA DESIA PUTRI 160503154

WINDI PRATIWI 160503167

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Etika Bisnis Dan Profesi, dengan judul “KASUS
PELANGGARAN ETIKA BISNIS DAN PROFESI BANK LIPPO Tbk”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih


kurang memuaskan setiap pihak yang berpengalaman dalam bidang ini. Berbagai
segi masih menunjukkan kelemahan dalam pengungkpan maupun pengelolahan
permasalahannya. Namun demikian, penulis telah berusaha untuk
menyelesaikannya sesuai dengan kemampuan yang ada sehingga pada kesempatan
ini dengan kerendahan hati penulis serahkan atau sajikan kepada para pembaca
yang terhormat.

Akhir kata penulis berharap semoga ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca serta bisa menjadi salah satu media yang bisa memberikan acuan
kepada pembaca sebagai masyarakat ekonomi Indonesia agar dapat mengetahui
“KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS DAN PROFESI BANK LIPPO Tbk”

Medan, Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................3

1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Bank Lippo ............................................................... 3

2.2 Pembahasan Kasus Pelanggaran ............................................................... 4

2.3 Pelanggaran Hukum Oleh Bank Lippo .....................................................8

2.4 Penjelasan Dari Pihak Bank Lippo ........................................................10

2.5 Putusan Atas Kasus Laporan Ganda Bank Lippo ................................ 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 13

3.2 Saran .........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh


kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan
kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Profesi akuntan
publik akan selalu berhadapan dengan dilema yang mengakibatkan seorang akuntan
publik berada pada dua pilihan yang bertentangan. Seorang akuntan publik akan
mengalami suatu dilema ketika tidak terjadi kesepakatan dengan klien mengenai
beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila akuntan publik memenuhi tuntutan
klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika profesi dan komitmen
akuntan publik tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak memenuhi tuntutan
klien maka dikhawatirkan akan berakibat pada penghentian penugasan oleh klien.
Kode etik akuntan indonesia dalam pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap
anggota harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan
tugasnya tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan.

Kurangnya kesadaran etika akuntan publik dan maraknya manipulasi akuntansi


korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan mulai
menurun, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur
mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen.

Krisis moral dalam dunia bisnis yang mengemuka akhir-akhir ini adalah kasus
Kimia Farma dan Bank Lippo, dengan melibatkan kantor-kantor akuntan publik
yang selama ini diyakini memiliki kualitas audit tinggi. Kasus Kimia Farma dan
Bank Lippo juga berawal dari terdeteksinya manipulasi dalam laporan keuangan.

Pelanggaran-pelanggaran seakan menjadi titik tolak bagi masyarakat pemakai


jasa profesi akuntan publik untuk menuntut mereka bekerja secara lebih profesional
dengan mengedepankan integritas diri dan profesinya sehingga hasil laporannya
benar-benar adil dan transparan.Hal ini semakin mempengaruhi kepercayaan

1
terhadap profesi akuntan dan masyarakat semakin menyangsikan komitmen akuntan
terhadap kode etik profesinya.Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi atau dapat
diatasi apabila setiap akuntan mempunyai pemahaman, pengetahuan dan
menerapkan etika secara memadai dalam pekerjaan profesionalnya.

Independensi meliputi kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada


beberapa orang profesional.Hal ini merupakan bagian integritas profesional.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.

Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya memperoleh kepercayaan


dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran
laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai
kepentingan yang berbeda, dan mungkin saja bertentangan dengan kepentingan para
pemakai laporan keuangan.Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan
yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya.Oleh karena itu, dalam
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa,
auditor harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan
keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri.

Independensi merupakan sikap mental, yang berarti adanya kejujuran di dalam


diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang
obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.Serta
Independensi merupakan penampilan yang berarti adanya kesan masyarakat bahwa
akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari
faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan
kebebasannya.Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat
terhadap independensi akuntan publik, serta berpengaruh terhadap loyalitas seorang
auditor dalam menjalankan tugas profesinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sajakah pelanggaran etika bisnis dan profesi akuntansi yang telah
dilakukan oleh PT BANK LIPPO?

2
2. Apa sanksi yang diberikan atas pelanggaran etika bisnis dan profesi
akuntansi yang telah dilakukan oleh PT BANK LIPPO?
3. Bagaimana solusi dalam menghadapi kasus pelanggaran etika bisnis dan
profesi akuntansi yang telah dilakukan oleh PT BANK LIPPO?

1.3 Tujuan Penulisan


Sehubungan dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
penulisan makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui kasus pelanggaran etika bisnis dan profesi akuntansi yang
telah dilakukan oleh PT BANK LIPPO.
2. Untuk mengetahui yang diberikan atas pelanggaran etika bisnis dan profesi
akuntansi yang telah dilakukan oleh PT BANK LIPPO.
3. Untuk mengetahui solusi dalam menghadapi kasus pelanggaran etika bisnis dan
profesi akuntansi yang telah dilakukan oleh PT BANK LIPPO.

1.4 Manfaat penulisan


Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang penjelasan mengenai pelanggaran
etika bisnis yang dilakukan PT BANK LIPPO.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Bank Lippo

Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama
Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik
Haji Hasyim Ning pada1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah
merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu
tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh
keluarga Liem Sioe Liong.Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan
meninggalkan Bank Panin.

Di BCA, Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan


menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar Riady
bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990
dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp5 triliun.

Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia bersemangat. Pada 1987,


setelah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari
1.500 persen menjadi Rp257,73 miliar. Hal ini membuat kagum kalangan
perbankan nasional.Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing.
Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum
Asia dan semenjak saat itu lahirlah Lippobank.Inilah cikal bakal Grup Lippo.

2.2 Pembahasan Kasus Pelanggaran


2.2.1 Skandal Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo

Kasus PT. Bank Lippo Tbk ini berawal dari laporan keuangan Triwulan III
tahun 2002 yang dikeluarkan tanggal 30 September 2002 oleh PT. Bank Lippo Tbk,
yaitu terjadi perbedaan informasi atas Laporan Keuangan yang disampaikan ke
public melalui iklan di sebuah surat kabar nasional pada tanggal 28 November 2002
dengan Laporan Keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ).

4
Dalam laporan tersebut dimuat adanya pernyataan manajemen PT. Bank
Lippo Tbk bahwa Laporan Keuangan tersebut disusun berdasarkan Laporan
Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit oleh KAP Prasetio, Sarwoko, Sandjaja
(penanggung jawab Drs. Ruchjat Kosasih) dengan Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian.

Penyajian laporan tersebut dibuat dalam bentuk komparasi per 30


September 2002 (audited) dan per 30 september 2001 (unaudited). Dicantumkan,
Nilai Agunan Yang Diambil Alih (“AYDA”) per 30 September 2002 sebesar Rp.
2,393 triliun, total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 24,185 triliun, Laba
tahun berjalan per 30 September 2002 sebesar Rp. 98,77 miliar, dan Rasio
Kewajiban Modal Minimum Yang Tersedia (CAR) sebesar 24,77%.

Pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002,
tanggal yang sama yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 27
Desember 2002, ternyata disampaikan laporan yang berbeda. Laporan itu
mencantumkan Pernyataan manajemen PT. Bank Lippo Tbk bahwa Laporan
Keuangan yang disampaikan adalah Laporan Keuangan “audited” yang tidak
disertai dengan laporan auditor independen yang berisi opini Akuntan Publik.

Penyajian laporan juga dilakukan dalam bentuk komparasi per 30


September 2002 (audited) dan 30 September 2001 (unaudited). Dicantumkan Nilai
Agunan Yang Diambil Alih Bersih (“AYDA”) per 30 September 2002 sebesar Rp.
1,42 triliun, total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8 triliun, Rugi bersih
per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,273 triliun, dan Rasio Kecukupan Modal
Minimum (CAR) sebesar 4,23%.

Dapat dilihat, bahwa pada tanggal yang sama ditemukan perbedaan.


Perbedaan tersebut baik dalam jumlah AYDA, total aktiva, CAR, bahkan kondisi
untung rugi. Atas hal tersebut, Pada tanggal 6 Januari 2003, Akuntan Publik KAP
Prasetio, Sarwoko & Sandjaja menyampaikan Laporan Keuangan PT. Bank Lippo
Tbk per 30 September 2002 kepada manajemen PT. Bank Lippo.

Dalam laporan tersebut dikemukakan bahwa Laporan Auditor independen


yang berisi opini Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih dari KAP Prasetio, Sarwoko

5
& Sandjaja dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Laporan Auditor
independen tersebut tertanggal 20 November 2002, kecuali untuk catatan 40a
tertanggal 22 November 2002 dan catatan 40c tertanggal 16 Desember 2002.

Penyajian dalam bentuk komparasi per 30 September 2002, 31 Desember


2001 dan 31 Desember 2000. Total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8
triliun, Nilai Agunan Yang Diambil Alih Bersih (AYDA) per 30 September 2002
sebesar Rp. 1,42 triliun, Rugi bersih per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,273
triliun, Rasio Kecukupan Modal sebesar Rp. 4,23%.

2.2.2 Saham

Pada periode yang sama sejumlah broker melakukan transaksi jual dalam
jumlah sangat besar. Ironisnya, pada 14 Februari broker yang sama berbalik
melakukan transaksi beli dalam volume signifikan. Praktik semacam itu
menguatkan dugaan memang terjadi manipulasi laporan keuangan serta insider
trading.Dengan tujuan, manajemen (khususnya pemilik lama) bisa masuk dan
menguasai saham mayoritas bank itu. Banyak yang menduga skenario yang mereka
inginkan adalah pihak manajemen ingin menawar saham terbatas (rights issue).
Lewat cara itu pemegang saham mayoritas saat ini, yaitu pemerintah, mau tidak
mau harus mengeluarkan banyak uang. Karena jika tidak dilakukan, kepemilikan
sahamnya terdilusi.Ringkas kata, pemilik lama menginginkan pemerintah
merekapitalisasi tahap kedua terhadap bank itu.

2.2.3 Bank Lippo Menyokong Dana Kampanye Bill Clinton

Hubungan erat antara grup Lippo dengan Partai Demokrat AS bermula dari
tahun 1976 James Riady, anak Mochtar Riady si bos Lippo, berangkat ke New York
untuk bekerja di Irving Trust Banking Company di tahun 1975. Tak lama, James
Riady pindah ke Little Rock, Arkansas (kota kelahiran Bill Clinton) di tahun 1976.

Di Arkansas, James Riady bersama Jack Steven mendirikan Worthen Bank


dengan modal awal US$ 20 juta. Jack Steven, yang disebut-sebut sebagai
Godfathernya Arkansas ini adalah rekan dekat Mochtar Riady. Melalui Jack Steven
inilah, James Riady bisa kenalan dengan Jimmy Carter, Bill Clinton dan
sebagainya. Pada tahun 1984, James Riady ditunjuk Jack Steven menjadi Direktur

6
Utama WorthenBank.James Riady pun lalu menunjuk Hillary Clinton sebagai
pengacara Worthen Bank. Disinilah hubungan James Riady dengan pasutri Clinton
merapat.

Pada tahun 1990an, Bill Clinton menyatakan kepada James Riady kalau ia
berencana maju ke pemilu presiden AS. James Riady pun memberitakan kabar
tersebut kepada ayahnya, Mochtar Riady.Mochtar Riady pun langsung
memerintahkan James Riady partisipasi aktif dalam kampanye Bill Clinton. Tak
cuma James Riady, seluruh anggota dan jaringan yang dimiliki Lippo Group pun
dikerahkan untuk membantu kampanye Bill Clinton. Bentuk sokongan James Riady
dan Ted Sioeng pada Bill Clinton – Al Gore adalah pengumpulan dana kampanye.
Fokus dari tim pengumpulan dana kampanye Clinton – Al Gore yang ditangani
James Riady dan Ted Sioeng adalah dari pengusaha-pengusaha Asia. jumlahnya
dana yang dikumpulkan James Riady – Ted Sioeng untuk Clinton – Al Gore
mencapai US$ 7,5 juta.

Secara pribadi dan perusahaan, keluarga Riady dan Lippo Group mendapat
jaringan dan keleluasaan berbisnis di AS . Indonesia pun mendapat ‘Keringanan
bea impor’ ke AS pada masa Bill Clinton. Karena para pengusaha Tionghoa di
Indonesia ikut menyetor dana ke Clinton, maka mereka melobi kemudahan
perdagangan, Tak cuma Indonesia, RRC pun ikutan memperoleh kemudahan impor
produk-produk RRC ke AS semasa Clinton. Hasil kerja LippoGate inilah yang
menjadi salah satu pemicu kenapa para pengusaha Tionghoa Indonesia mulai
eksodus ke pasar global.

Sejak tahun 1994, satu per satu para pengusaha besar memindahkan markas
besar usahanya ke luar negeri.Indonesia hanya menjadi tempat beroperasinya alat-
alat produksi, tapi hasil, uang dan keuntungannya semua dibawa ke Singapura dan
Hong Kong.Dampak migrasi dana-dana para pengusaha ini bagi Indonesia??Rupiah
mengalami pelemahan berturut-turut dan menjadi salah satu pemicu krisis moneter
Asia. Ketika skandal sumbangan Lippo Grup utk kampanye Clinton tsb terbongkar,
Partai Demokrat terpaksa kembalikan hampir US$ 500 ribu. Sementara itu, Muchtar
dan James Riady /Lippo Grup dinyatakan bersalah oleh pengadilan AS atas
pelanggaran UU dana kampanye AS karena terbukti melanggar hukum terkait

7
pemberian sumbangan dana kampanye Capres PD, Bill Clinton. Keluarga Riady
/Lippo Grup dihukum membayar denda US$ 8.6 juta atau Rp. 86 milyar atas
pelanggaran tersebut.

2.3 Pelanggaran Hukum Oleh Bank Lippo

Dari kronologi kasus yang telah di uraikan sebelumnya atas kasus laporan
keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 september 2002 yang disampaikan ke publik
per 28 november 2002, Bank Lippo telah melakukan pelanggaran pasal 93 Undang-
undang Pasar Modal. Yang dimana dalam pasal 93 Undang–undang Pasar Modal
menyebutkan bahwa setiap pihak dilarang dengan cara apapun, membuat
pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek di Bursa Efek apabila pada saat
pernyataan di buat atau keterangan diberikan.

Unsur-unsur dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal tersebut adalah


sebagai berikut :

2.3.1 Tindakan tersebut mempengaruhi harga efek di bursa efek

Dari fakta menunjukan bahwa tindakan PT. Bank Lippo Tbk dengan
memberikan informasi yang menyesatkan pada laporan keuangan per 30
September 2002 telah menimbulkan ketidakpastian di masyarakat sehingga
mempengaruhi harga Efek diBursa.Saham PT. Lippo Bank Tbk pun mengalami
fluktuasi yang tajam disebabkan oleh missleading information tersebut.

Terlihat bahwa akibat laporan keuangan yang diterbitkan tersebut


menggerakkan harga.Bahkan, tidak semata-mata berdampak pada saham PT Bank
Lippo, tbk semata, tetapi juga bursa efek secara keseluruhan.

2.3.2 Setiap pihak dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan.

Dalam kasus tersebut ditemukan fakta sebagai berikut bahwa dalam


Laporan Keuangan per 30 September 2002 yang diiklankan di media massa pada
tanggal 28 November 2002, Manajemen PT. Bank Lippo Tbk menyatakan bahwa

8
Laporan Keuangan tersebut disusun berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi
yang telah diaudit oleh KAP Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja dengan opini Wajar
Tanpa Pengecualian.

Akan tetapi, Hasil pemeriksaan Bapepam menunjukan bahwa laporan


keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 yang diiklankan pada
tanggal 28 November 2002 adalah laporan keuangan yang tidak diaudit meskipun
angka-angkanya sama seperti yang tercantum dalam Laporan Auditor Independen.
Hal ini menunjukan bahwa pernyataan atau keterangan yang diberikan oleh pihak
manajemen PT. Bank Lippo Tbk dalam laporan tersebut secara material tidak benar
atau menyesatkan.

2.3.3 Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui


bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak
benar atau menyesatkan atau tidak cukup berhati-hati dalam
menentukan kebenaran material pernyataan atau keterangan tersebut

Pencantuman kata “audited” pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk
per 30 September 2002 membawa implikasi pada perhitungan akun-akun
didalamnya yang terlihat baik namun sesungguhnya bukan keadaan yang
sebenarnya. Laporan keuangan yang disampaikan ke publik tanggal 28 November
2002 mencatat total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 24,185 triliun, laba
tahun berjalan sebesar Rp. 98,77 miliar dan CAR sebesar 24,77%.

Sekilas dengan membaca laporan ini, Investor melihat bahwa kinerja


perusahaan berjalan dengan bagus. Dengan demikian keputusan-keputusan yang
diambil investor akan menguntungkan perusahaan misalnya Investor melakukan
pembelian saham Lippo secara besar-besaran.

Hal ini tentunya merugikan Investor sebab dengan dasar informasi yang
salah maka keputusan yang diambilnya juga tidak tepat. Keadaan yang sebenarnya
adalah sebagaimana Laporan Keuangan per 30 September yang disampaikan ke
BEJ tanggal 27 Desember 2002 yang sudah diaudit oleh KAP Prasetyo, Sarwoko
dan Sandjaja dimana total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8 triliun,
rugi bersih sebesar Rp. 1,273 triliun dan CAR sebesar 4,23%.

9
2.4 Penjelasan Dari Pihak Bank Lippo

Dari fakta yang telah diuraikan sebelumnya, PT. Bank Lippo Tbk telah dua
kali memberikan penjelasan dan pemaparan kepada publik berkaitan dengan adanya
perbedaan dalam Laporan Keuangan per 30 September 2002 yang disampaikannya.

Pertama, dalam pengumuman penjelasan di Harian Investor tanggal 17


Januari 2003. PT Bank Lippo Tbk menegaskan bahwa Laporan Keuangan PT. Bank
Lippo Tbk per 30 September 2002 adalah informasi yang akurat dan benar serta
mencerminkan kinerja Bank Lippo yang sesungguhnya yakni CAR 24,77% dan
NPL 9,03%.

Kedua, dalam paparan publik di Hotel Aryaduta Jakarta tanggal 11 Februari


2003. Manajemen PT. Bank Lippo Tbk kembali menegaskan bahwa angka-angka
yang disajikan dalam Laporan Keuangan per 30 September 2002 yang telah
dipublikasikan ke media massa pada 28 November 2002 dalam rangka memenuhi
peraturan BI adalah angka-angka yang akurat dan benar serta telah disajikan sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia (PAPI).

Sementara itu dilain pihak, Auditor dari laporan keuangan Bank Lippo per
30 September 2002 yakni Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan
Sandjaja) dalam penjelasan tertulisnya kepada Bapepam menyatakan bahwa
mengaudit satu laporan. Laporan keuangan itulah yang disampaikan kepada BEJ
tanggal 27 Desember 2002. Dijelaskan bahwa dalam laporan keuangan hasil audit
Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja) berbeda dengan
laporan konsolidasi yang dipublikasikan.

Laporan keuangan yang dipublikasikan tanggal 28 November 2002


menyebutkan aktiva Bank Lippo sebesar Rp. 24 triliun dan laba bersih sebesar Rp.
28 miliar. Padahal menurut laporan yang diaudit oleh tim audit dari Ernst & Young
and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja) sebagaimana dilaporkan kepada BEJ
tanggal 27 Desember 2002 menyebutkan aktiva Rp. 22,8 triliun dan rugi bersih Rp.
1,3 triliun. Dengan demikian terdapat ketidakcocokan antara keterangan yang
diberikan oleh pihak manajemen dengan pihak auditornya.

10
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen PT. Bank
Lippo Tbk tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari
pernyataan atau keterangannya dalam laporan keuangan per 30 September 2002
yang disampaikan ke publik tanggal 28 November 2002.Pihak manajemen dalam
mempublikasikan laporan keuangan tersebut terbukti tidak berkoordinasi terlebih
dahulu dengan pihak auditor Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan
Sandjaja).

Oleh karena ketiga unsur dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal telah
terpenuhi maka tindakan pihak manajemen PT. Bank Lippo Tbk dalam memberikan
keterangan atau informasi laporan keuangan per 30 September 2002 yang
disampaikan ke publik merupakan suatu tindakan penyesatan informasi publik
(misleading information). Dengan demikian, memang benar telah terdapat
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT. Bank Lippo, Tbk.

2.5 Putusan Atas Kasus Laporan Ganda Bank Lippo

Sanksi BEJ atas Bank Lippo adalah berupa peringatan keras, selain itu BEJ
mewajibkan Bank Lippo menyerahkan laporan kemajuan (progress report) setiap
minggu sekali mulai 24 Februari sampai keluarnya laporan keuangan auditan tahun
2002.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pun memberikan sanksi. Dalam


siaran persnya tanggal 17 Maret 2003 mengumumkan pemberian sanksi
administratif kepada Direksi PT. Bank Lippo Tbk berupa kewajiban menyetor uang
ke Kas Negara sejumlah Rp. 2,5 miliar. Sedangkan terhadap PT. Bank Lippo Tbk
diwajibkan untuk memberikan penjelasan kepada pemegang saham perihal
kekurang hati-hatian yang telah dilakukan serta sanksi administratif yang diterima
oleh PT. Bank Lippo Tbk dalam Rapat Umum Pemegang Saham berikutnya.

Pihak yang bertanggung jawab dalam pelanggaran ini adalah Akuntan


Publik Drs. Ruchjat Kosasih dari KAP Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja sebagai
penanggung jawab pemeriksaan atau audit atas laporan keuangan PT. Bank Lippo
Tbk per 30 September 2002. Atas kelalaian yang dilakukannya Bapepam

11
menjatuhkan sanksi administratif berupa kewajiban menyetor uang ke Kas Negara
sebesar Rp. 3,5 juta.

12
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dari pembahasan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa


kode etik profesi akuntansi yang telah dilanggar, yaitu :

1. Dengan memanipulasi laporan keuangan, secara langsung telah melanggar etika


tanggung jawab profesi dan perilaku professional
2. Selain itu, melanggar etika kepentingan publik karena telah mengesampingkan
kepentingan public
3. Kompetensi dan kehati-hatian profesional telah di langgar, karena tidak cukup
berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau
keterangannya dalam laporan keuangan per 30 september 2002 yang di
sampaikan ke public tanggal 28 november 2002
4. Pelanggaran integritas telah dilakukan, ini ditunjukkan dari sikap ketidakjujuran
dan tidak berterus terang dengan keadaan keuangan perusahaan yang
sebenarnya.

1.2 Saran

Beberapa hal yang seharusnya dilakukan oleh manajemen Bank Lippo


sehingga tidak terjadi praktek manajemen laba yang akan menjatuhkan citra
perusahaan dan tentu saja secara makro tidak merugikan perekonomian indonesia
khususnya di bidang perbankan, antara lain :

1. Implementasi Good Corporate Governance yang baik

Terjadinya kesalahan terkait kata “diaudit” pada laporan keuangan yang


dipublikasikan, oleh dewan direksi diakui sebagai suatu kelalaian, mereka
menyampaikan alasan bahwa komisaris yang seharusnya memeriksa laporan
keuangan tersebut terlalu sibuk sehingga tidak memperhatikan kata-kata diaudit.

13
Hal ini juga dipertegas oleh hasil pemeriksaan yang disampaikan melalui siaran
pers pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan lemahnya tata kelola
perusahaan sehingga harus dievaluasi.

Kemudian terkait komposisi dalam jajaran dewan direksi dan komisaris.


Seharusnya ada perwakilan dari pemilik minoritas. Hal ini tentu saja untuk
mewujudkan salah satu prinsip good corporate governance yakni prinsip keadailan.
Bahkan penetapan komisaris sangat kontradikitf dengan aturan yang melarang
komisaris berasal pemegang saham mayorits atau pengendali. Beberapa prinsip
good corporate governance yang perlu diperhatikan dan diimplementasikan dengan
baik oleh perusahaan antara lain :

 Transparancy
 Akuntabilitas
 Keadilan
 Responibilitas.

Prinsip-prinsip di atas adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku oppurtunitic managmen untuk
melakukan praktek manajemen laba.

2. Kejelasan kontrak tujuan penilaian

Banyak opini yang menyayangkan permasalahannya terletak pada hasil


penilaian kembali AYDA oleh penilai independen, terutama mereka yang memiliki
latar belakang sebagai penilai. Menurut mereka, seharusnya ada kejelasan kontrak
mengenai tujuan dari perusahaan menggunakan jasa penilaian darinya. Sehingga
tidak terjadi hal seperti ini yang berakibat buruk bagi perusahaan dan citra profesi
jasa penilai. Seharusnya manajemen memberikan kejelasan tujuan dari penilaian
kepada penilai independen, sehingga konteks dan hasilnya nanti jelas.

Terkait dengan itu, Ahmadi Hadibroto menyarankan sebaiknya di masa


yang akan datang manajemen diwajibkan untuk menyatakan secara spesifik dan
konkrit tujuan dari penilaian, jangan hanya bersifat himbauan. Hal ini dapandang

14
penting mengingat begitu signifikannya pengaruh tujuan penilaian terhadap hasil
penilaiannya nanti.

3. Pengawasan yang lebih ketat oleh dewan komisaris


Adanya laporan yang audited dan unaudit menunjukkan pengawasan yang
lemah dari dewan komisaris yang tugas pokok dan fungsinya adalah dalam hal
laporan keuangan. Adanya perbedaan pernyataan yang terjadi antara laporan
keuangan publikasian dengan yang dikirim ke BEJ merupakan kelalaian dewan
komisaris. Hal itu tidak akan terjadi andai saja dewan komisaris yang proses
pemilihannya juga sudah kontradiktif dengan aturan tidak melakukan kelalaian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afia, Pratama. “Kasus Etika Profesi Akuntansi”.19 April 2018.

Http://Afiapratamaziliwuu.Blogspot.Com

Annisa,Pratiwi. “Contoh Paper Kasus Lippo Bank”. 19 April 2018.

Http://Annisaapratiwi.Blogspot.Com/2013/12/Contoh-Paper-Kasus-Lippo-
Bank.Html

Helen, Herlington. “Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Lippo”. 19 April
2018.

Http://Heleninfo.Wordpress.Com/2013/11/07/Kasus-Pelanggaran-Etika-
Bisnis-Pada-Bank-Lippo/

IAI, Standar Profesional Akuntan Publik/SPAP (Kode Etik Akuntan Indonesia Dan
Aturan Etika Profesi Akuntan Publik). Jakarta : Salemba Empat, 2001

Mulyadi.Auditing, Edisi Ke-6. Jakarta : Salemba Empat. 2002

Singgih, Nurseto. “Skandal Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo”. 19 April 2018.

Http://Singgihnurseto.Blogspot.Com/2009/12/Skandal-Laporan-Keuangan-
Ganda-Bank.Html

16

Anda mungkin juga menyukai