Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny C
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny C
C
DENGAN STROKE
2.4 Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
a. Trombosis cerebral
b. Emboli
c. Tumor otak
d. Hemorhagic
e. Tekanan darah tinggi
f. Kelemahan dinding arteri
g. Cidera kepala
2.5 Faktor resiko
Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau kelainan yang
memiliki potensi untuk memudahkan seseorang mengalami serangan stroke pada suatu
saat.
1. Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama
a. Usia
Stroke dapat menyerang segala usia, tetapi semakin tua usia seseorang, maka semakin
besar kemungkinan orang tersebut terserang stroke.
b. Jenis Kelamin
Laki - laki dua kali lebih berisiko daripada perempuan, tetapi jumlah perempuan
yang meninggal akibat stroke lebih banyak.
c. Riwayat Keluarga
Keluarga dengan riwayat anggota keluarga pernah mengalami stroke berisiko lebih
besar daripada keluarga tanpa riwayat stroke.
d. Ras
Ras Afrika - Amerika mempunyai risiko yang lebih tinggi mengalami kematian dan
kecatatan akibat stroke dibandingkan dengan ras kulit putih.
2. Faktor Risiko yang Dapat Diobati
a. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyebab stroke.
b. Merokok
Merokok dapat mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan peningkatan plak
pada dinding pembuluh darah yang dapat menghambat sirkulasi darah. Nikotin dari
rokok dapat meningkatkan tekanan darah.
c. Diabetes Melitus
Penyakit diabetes mellitus dapat mempercepat timbulnya plak pada pembuluh
darah yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya stroke iskemik. Penderita
diabetes cenderung menderita obesitas. Obesitas dapat mengakibatkan hipertensi
dan tingginya kadar kolesterol, di mana keduanya merupakan faktor risiko stroke.
d. Obesitas
Peningkatan berat badan dapat meningkatkan risiko stroke. Obesitas juga dapat
menimbulkan faktor risiko lainnya seperti tekanan darang tinggi, tingginya
kolesterol jahat, dan diabetes.
e. Penyakit pada Arteri Carotid dan Arteri Lainnya
Pembuluh darah arteri carotid merupakan pembuluh darah utama yang membawa
darah ke otak dan leher. Rusaknya pembuluh darah carotid akibat lemak
menimbulkan plak pada dinding arteri sehingga menghalangi aliran darah di arteri.
f. Kurangnya Aktivitas Fisik
Latihan penting untuk mengontrol faktor risiko stroke, seperti berat badan, tekanan
darah, kolesterol, dan diabetes.
g. Alkohol, Kopi, dan Penggunaan Obat - Obatan
Konsumsi alkohol meningkatkan risiko stroke. Minum alkohol lebih dari satu gelas
pada pria dan lebih dua gelas pada pria dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
darah. Selain itu, minum tiga gelas kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah
dan risiko stroke. Penggunaan obat - obatan seperti kokain dan amphetamine
merupakan risiko terbesar terjadinya stroke pada dewasa muda.
h. Kurang Nutrisi
Diet tinggi lemak, gula, dan garam meningkatkan risiko stroke. Penelitian
menunjukkan bahwa mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayur sehari dapat
mengurangi risiko stroke sebesar 30%.
i. Stres
Penelitian menunjukkan hubungan antara stress dengan mempersempit pembuluh
darah carotid.
j. Estrogen Pemakaian pil KB atau Hormone Replacement Theraphy (HRT) yang
mengandung estrogen dapat mengubah kemampuan penggumpalan darah yang
dapat mengakibatkan stroke.
2.6 Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu 50 ml/
menit / 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang mengembangkan arteri pada
waktu hipotensi yang menguncup waktu hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi terus
menerus terjadi maka dapat menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi dapat
menyebabkan perdarahan intra kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan perdarahan
yang akan menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak sekitarnya. Darah yang
merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan fase spasme arteri hemisfer
otak.
Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga timbul
iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit neurologis yang
berupa hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari pembuluh darah otak dapat
meningkatkan tekanan darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak. Koma
terjadi karena apabila daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan penekanan
pada seluruh isi kranial (Dr. H. Soedomo)
2.8 Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang yang biasa disebabkan oleh stroke antara lain :
a. Hipoxia serebral, diminimalkan dengan memberikan oksigen ke darah yang adekuat
ke otak, pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan
hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membentu dalam
mempertahankan oksigen jaringan.
b. Aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas
pembuluh darah serebral, hipertensi atau hipotensi perlu dihindari untuk mencegah
perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluanya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katub jantung protestik, embolisme akan menurunkan aliran darah
ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral (Smeltzer, 2002, p.2137)
d. Vasospasme, terjadi stroke hemorrhage juga sebelum pembedahan. Pada individu
dengan aneurisme biasanya terjadi dari 3-12 hari setelah hemorrhage aubarakhnoid.
e. Hidrosefalus, menandakan adanya ketidak seimbangan antara pembetukan dan
reabsorbsi dari cairan serebro spinal (CSS). Hidrosefalus terjadi pada 15-20 % pasien
dengan hemorrhage subaraknoid.
f. Disritmia, karena darah dalam CSS yang membasahi batang otak mengiritasi area
tersebut, batang otak mempengaruhi frekuensi jantung sehingga adanya iritasi kimia,
dapat mengakibatkan ketidakteraturan ritme jantung
g. Perdarahan ulang, pada pasien hemorrhage subarakhnoid mengalami perdarahan
ulang aneurisme yang tidak diperbaiki. (Hudak and Gallo, 1996, p.273)
2. 9 Pemeriksaan diagnostik
a. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat memperlihatkan adanya hematoma,
infark dan perdarahan. Scan ini baik untuk meneliti lesi yang letaknya dipermukaan
b. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro spinalis fluid (CSF). Tekanan
yang meningkat dan adanya cairan darah menunjukkan adanya hemorhagic.
c. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan gelombang untuk menentukan lesi
spesifik
d. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak
ganguan otak, biasanya menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi, rupture
atau obstruksi dapat difisualisasi dengan alat ini.
e. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan daerah patologis
2.10 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda – tanda vital
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif
b. Tindakan konservatif
1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial
3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
c. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya pada
tindakan endarterectomy carotis.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan bagian penting dalam proses pemulihan stroke. Tujuan
rehabilitasi ini adalah untuk menolong penderita stroke untuk memperoleh kembali apa
yang mungkin dapat dipertahankan untuk memaksimalkan fungsi tubuh pada penderita
stroke (Stroke and Heart Foundation, 2010). Lumbantobing (2004) menyatakan bahwa
tujuan rehabilitasi ialah menjaga atau meningkatkan kemampuan jasmani, rohani,
keadaan ekonomi dan kemampuan kerja semaksimal mungkin. Berbagai usaha
dilakukan untuk mencapai tujuan ini, diantaranya terapi fisik/ fisioterapi, latihan bicara,
latihan mental, terapi okupasi, psikoterapi , memberi alat bantu, ortotik prostetik, dan
olah raga. Bentuk tindakan di atas tentunya disesuaikan dengan berat ringan cacat,
bentuk cacat, kemampuan atau tingkat mental penderita. Young & Forster (2007) dan
Duncan et al (2005) menyatakan bahwa penanganan rehabilitasi merupakan pendekatan
multidisiplin, beberapa ahli di berbagai bidang bekerja sama, misalnya dokter keluarga,
ahli rehabilitasi medik, ahli saraf, perawat dan anggota keluarga. Koordinator tindakan
rehabilitasi ini sebaiknya dipegang oleh dokter keluarga, yang lebih banyak mengetahui
penderita, keluarganya, latar belakang pendidikannya, serta tugas jabatan. Dokter
keluarga dapat bertidak sebagai motivator, memberi bimbingan dan petunjuk kepada
penderita dan keluarganya (Bradford Institute for Health Research, 2010).
6.Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau
tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita hipertensi,
maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan
suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena
kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
(Friedman,2005).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke
dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi
sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c. Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain diluar rumah.
h. Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah
yang belum terselesaikan.
i. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga.
Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
j. Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak
efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia
atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan
koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari
kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
diagnosa keperawatan stroke atau cerebro vasculer accident didapatkan
diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2006)
b. Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2006)
c. Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes, 2006)
d. Perubahan persepsi sensori (Doengoes, 2006)
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Lynda Juall, 2004)
f. Ketidakmampuan merawat diri (Lynda Juall, 2004)
g. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan (Doengoes, 2006)
3. Intervensi Keperawatan
a. Menyusun prioritas
Friedman (2005:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi
bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka
terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
b. Menyusun tujuan
Friedman (2005:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang
berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan
alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (2005:64) yaitu:
1. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
2. tujuan jangka menengah
3. tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi.
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor keluarga
mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan (Friedman:2005:71)
4. Implementasi keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-
sumber yang tersedia.
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah post stroke.
Intervensi:
1) Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian, tanda dan gejala, penyebab,
komplikasi, cara perawatan, penanganan dan pencegahan stroke
2) Motivasi keluarga untuk mengenal masalah stroke
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang dapat mengenai tindakan
kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita post stroke
Intervensi:
1) Memberikan informasi tentang alternatif pencegahan dpat diambil untuk mengatasi
pasien stroke, seperti menjaga kesehatan lingkungan, menghindari faktor pencetus,
serta minum obat secara teratur
2) Mendiskusikan akibat bila tidak melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
stroke
3) Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan tentang tindakan kesehatan
yang diambil pada anggota keluarga yang terkena stroke
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit atau perawatan post
stroke
Intervensi :
1) Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan secara teratur,
jaga diet penderita stroke.
2) Demonstrasikan teknik latihan tentang gerak dirumah
d. Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan yang dapat menyebabkan atau
mempengaruhi kesehatan
Intervensi :
1) Memberikan semangat pada penderita terutama yang berasal dasri keluarga itu sendiri
atau melalui orang atau sumber-sumber yang dipercaya mempunyai pengaruh
terhadap proses penyembuhan
2) Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung proses penyembuhan klien
e. Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal sumber-sumber pelayanan kesehatan terhadap
perawatan post stroke
Intervensi :
1) Memberikan informasi tentang sumber-sumber yang dapat digunakan utnuk
memperoleh pelayanan kesehatan misalnya rujukan kontrol, perawatan fisiotherapi
dan sumber-sumber lain.
2) Memberikan motivasi agar keluarga memanfaatkan sumber-sumber yang ada secara
berkesinambungan.
5. Evaluasi
Friedman (2005:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada seberapa efektifnya
intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan yang lainny. Keefektifan dilihat dari respon
keluarga bukan intervensi yang diimplementasikan. Modifikasi dlam asuhan keperawatan
mengikuti perencanaan evaluasi dan mulai dengan proses siklus kembali ke pengkajian
dengan memberikan informasi yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya dan diteruskan
dengan revisi setiap fase dalam siklus bila dibutuhkan.
Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga dengan stroke post rehabilitasi
berdasarkan respon keluarga terhadap implementasi yang kita lakukan sesuai dengan kriteria
evaluasi yaitu mengetahui pengertian stroke, mengetahui gangguan pada penderita stroke
dan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan bagi penderita stroke post rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (2004) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC
Friedman, M. M. (2005). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Effendy. N (2005). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient
Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2004. Jakarta: EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen, Et. All,
Edisi ke 3. 2005. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya Penduduk Rawan Stroke, (Online),
(http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses 2 November 2007)