Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penentuan rumus suatu hidrat air dapat berada dalam keadaan bebas
sebagai zat cair atau padat. Ada zat dalam air terikat secara kimia
dipermukaan. Sebagai contoh silika gel dan selilosa, dan ada zat lain yang
mengikat air membentuk Kristal hidrat. Misalnya CuSO4.5H2O. Hidrat ini
adalah zat murni dengan rumus-rumus tertentu dan stabil pada suhu tertentu
serta kelembapan atmosfer. Garam hidrat ini dapat kehilangan air dan
membentuk garam hidrat. Pada percobaan ini akan ditentukan jumlah air
kristal pada garam CuSO4.xH2O. Air kristal dapat dihilangkan jika garam
dipanaskan pada suhu 1000C. Dari berat hidrat yang diketahui dan jumlah
garam anhidrat yang terbentuk maka harga X dapat dihitung (Team
Teaching.2016).
Hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai
bagian dari struktur kristalnya, hidrat juga merupakan padatan yang tersusun
oleh molekul senyawa tertentu dan molekul air. Jumlah molekul air biasanya
tertentu dan terikat pada kation melalui atom oksigen (O) atau pada amion
atau species kaya electron melalui atom oksigen. Jika suatu senyawa hidrat
dipanaskan, maka ada sebagian atau seluruh air kristalnya dapat dilepas
(menguap). Jika suatu hidrat dilarutkan dalam air, maka air kristalnya akan
lepas.Ada macam-macam rumus yang dikenal dalam kimia. Pengolahan
rumus menurut banyaknya informasi yang dapat diberikan oleh rumus-rumus,
yaitu rumus empiris dan rumus molekul. Rumus empiris yaitu rumus yang
menggunakan perangkat terkenal subskripsi bilangan bulat untuk menyatakan
banyak relative atom-atom tiap unsur yang ada dalam suatu satuan rumus.
Contohnya : NaCl, dan CH2. Rumus molekul yaitu rumus yang menyatakan
jumlah sebenarnya dari tiap jenis atom yang dijumpai dalam sebuah molekul.
Contohnya : H2O. Senyawa Hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul
air. Molekul air yang terikat tersebut dinamakan molekul hidrat. Berikut

1
beberapa senyawa yang mengandung molekul hidrat. Cr2O7.3H2O (mengikat
3 molekul hidrat) (Joan S. 1997).
1.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu menentukan rumus suatu hidrat
dari suatu zat padat yang tidak diketahui kandungan hidratnya
1.3 Manfaat percobaan
Adapun manfaat percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat menentukan
rumus hidrat dari suatu zat padat yang tidak diketahui kandungan hidratnya

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Hidrat
Hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai
bagian dari struktur kristalnya. Senyawa hidrat adalah senyawa yang
mengikat molekul air. Molekul air yang terikat itu dinamakan molekul hidrat
(Anwar, Budiman.2012).
Air dapat berada dalam keadaan bebas sebagai gas, cair atau padat. Ada
zat dalam air terikat secara kimia dipermukaan. Sebagai contoh, silika gel dan
selulosa. Ada zat lain yang mengikat air membentuk kristal hidrat. Misalnya
CuSO4.5H2O dan Na2SO4.10H2O. Hidrat – hidrat ini adalah zat murni dengan
rumus tertentu dan stabil pada suhu tertentu dan kelembaban atmosfer (Team
Teaching, 2016).
2.2. Penentuan Massa Atom Relatif
Massa suatu atom terkait erat dengan jumlah elektron, proton, dan neutron
yang dimiliki atom tersebut. Penentuan tentang massa atom sangat penting
untuk melakukan pekerjaan dilaboratorium. Namun atom adalah partikel yang
sangat kecil, bahkan butir debu terkecil yang dapat menentukan massa atom
relatif terhadap atom lainnya. Langkah pertama adalah memberikan nilai pada
massa dari suatu atom unsur tersebut agar kemudian dapat digunakan sebagai
atom standar (Chang, Raymon.2004).
Atom mempunyai jumlah proton yang sama tetapi jumlah neutron yang
berbeda yang disebut isotop atom yang lain. Jumlah neutron yang tidak
terlalu berpengaruh pada sifat-sifat kimianya, sehingga semua isotop dari
sebuah unsur mempunyai sifat-sifat kimia yang sama. Meskipun demikian,
masing-masing isotop yang berbeda mempunyai massa dan sifat suklir
tersendiri (Goldberg, David.2004).
Massa atom adalah sifat utama unsur yang membedakan suatu unsur
dengan unsur yang lain. Karena atom sangat ringan, maka tidak dapat
digunakan satuan gram dan kilogram untuk massa atom, sehingga perlu dicari
suatu atom sebagai standar (Syukri, 1999).

3
Massa atom suatu unsur didefinisikan sebagai massa atom unsur itu
dibandingkan dengan massa atom lain yang dipakai sebagai sumber standar.
Berdasarkan atas perjanjian Internasional pada tahun 1961, digunakan skala
massa atom yang didasarkan isotop karbon 12. Pada dewasa ini, massa atom
relatif suatu unsur ditentkan dengan metode Spektrofhotometri Massa. Di
laboratorium dapat ditentukan massa atom relativ Mg. Jika diketahui atom
relatif oksigen 16, maka dari MgO yang terbentuk dapat dihitung massa atom
relatif Mg (Hiskia,Ahmad.2004).
Massa atom relatif (Ar) adalah istilah modern sebagai penggantian istilah
berat atom. Pada permulaan abad ke-19 hidrogen digunakan sebagai unsur
standar. Dalton menekankan bahwa pada massa atom relatif adalah sifat yang
paling utama suatu unsur. Hidrogen adalah unsur yang mempunyai atom yang
paling ringan dan massanya ditentukan sebesar satu satuan. Demikian pula
jika hidrogen bersenyawa dengan suatu unsur dan hidrogen digunakan
sebagai dasar skala (Hiskia,Ahmad.2004).
Valensi suatu unsur adalah jumlah atom hidrogen yang beeaksi atau yang
dapat diganti dengan satu atom unsur itu. Dalton dan berzellius berusaha
untuk menentukan rumus suatu zat agar dapat menghitung massa atom relatif
ditemukan suatu besaran yang dikenal dengan massa ekuivalen. Kemudian
pada tahun 1961 ditetapkan bahwa massa atom relatif suatu unsur adalah
harga rata-rata massa atom relatif isotop-isotop menurut kelimpahannya
berdasarkan atas nuklida karbon-12 yang mempunyai massa 12 tepat
(Hiskia,Ahmad.2004).
Ada tiga cara penentuan massa atom relatif yaitu dengan hukum Dulog
dan Petit, analisis Cannizzaro dan spektroskopi massa. Pada tahun 1819 Piere
Dulog dan Alixis Petit menyelidiki kalor jenis beberapa unsur logam.
Ternyata atom yang berat mempunyai kalor jenis lebih kecil, karena semakin
berat suatu atom makin besar energi yang diperlukan untuk
menggerakkannya. Untuk itu, Dulong dan Petit menyatakan bahwa hasil kali
antara kalor jenis dan massa atom relatif adalah sekitar enam. Hukum ini
dipakai untuk mengkoreksi massa atom unsur yang telah atau belum

4
diketahui. Kemudian pada tahun 1858 ditemukan metode Canizzaro. Teori ini
mengatakan bahwa massa molekul relatif suatu gas kira-kira dua kali rapat
uapnya. Selain itu, penentuan massa atom relatif dapat ditentukan dengan
metode spektroskopi massa. Penentuan Ar dapat ditentukan melalui dua data
yaitu kelimpahan isotop dan massa isotop relative (Syukri, 1999).
Dengan menggunakan massa atom, kita dapat menghitung massa (dalam
gr) dari satu atom karbon C-12. Persamaan dari kesamaan tersebut adalah
sebagai contoh yaitu tembaga adalah logam yang telah dikenal sejak zaman
dulu yang digunakan antara lain untuk kabel listrikdan uang logam. Dua
isotop stabilnya, Cu (69,09%) dan Cu(30,91), dan mempunyai massa atom
masing-masing 62,93 sma dan 64,9278 sma. Hitung massa atom rata-rata dari
tembaga. Presentase-presentase dalam tanda kurung menunjukan kelipatan
relatif. Dari contoh tersebut, bisa dijelaskan bahwa tiap isotop memberi
kontribusi terhadap massa atom tembaga tergantung dari kelimpahan
alaminya. Maka dari itu, tahap pertama adalah mengubah presentase ke
bentuk desimal. Jadi, 69,09 persen menjadi 0,6909 dan 30,91 persen menjadi
0,3091. Kemudian kita hitung massa atom rata-rata (0,6909)(62,93 sma) +
(0,3091)(64,9278 sma) = 63,55 sma (Sukmariah, 1990).
2.3. Rumus Suatu Hidrat
Hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai
bagian dari struktur kristalnya. Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat
molekul air. Molekul air yang terikat itu dinamakan molekul hidrat (Anwar,
Budiman.2012).
Air dapat berada dalam keadaan bebas sebagai gas, cair atau padat. Ada
zat dalam air terikat secara kimia dipermukaan. Sebagai contoh, silika gel dan
selulosa. Ada zat lain yang mengikat air membentuk kristal hidrat. Misalnya
CuSO4.5H2O. Hidrat ini adalah zat murni dengan rumus tertentu dan stabil
pada suhu tertentu dan kelembaban atmosfer.

5
Secara umum rumus hidrat dapat ditulis sebagai :

Rumus senyawa kimia kristal padat : xH2O

Sebagai contoh garam Kalsium Sulfat, memiliki rumus kimia CuSO4.2H2O,


artinya dalam setiap mol CuSO4 terdapat 2 mol H2O (Team Teaching, 2016).

6
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Pada praktikum kali ini alat-alat yang kita gunakan dalam penentuan
rumus suatu hidrat adalah krus, penjepit krus, segitiga perselin, kaki tiga,
pembakar Bunsen, dan desikator.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang di gunakan dalam praktikum penentuan rumus suatu
hidrat adalah CuSO4.XH2O.
3.3 Prosedur kerja
Menimbang masing-masing krus kosong sampai ketelitian ±1 mg.
Kemudian timbang 2 gr masing-masing sampel yang disediakan dan masukan
dalam krus yang sudah diketahui beratnya. Panaskan krus dengan isisnya dan
beri tutup. Besarkan nyala pembakar Bunsen hingga krus menjadi merah
pijar, selama lebih dari 20 menit. Padamkan nyala api dengan batas waktu
yang ditentukan. Dinginkan krus diudara, masukan ke dalam desikator.
Timbang kembali krus yang sudah dimasukan dalam desikator beserta isinya
secara teliti.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Pada percobaan penentuan rumus suatu hidrat disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Berat sampel Berat krus
Nama senyawa
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

CuSO4
2.00 gr 1.965 gr 42.10 gr 41.75 gr

4.2 Pembahasan
Pada percobaan penentuan rumus suatu hidrat, pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan. Selanjutnya menimbang krus kosong dan
sampel, hasil penimbangan krus kosong dan sampel masing-masing 42.10 gr
dan 2 gr. Setelah ditimbang padatan CuSO4.xH2O yang ada dalam krus
dipanaskan selama lebih dari 20 menit diatas pembakar bunsen dengan
menggunakan kaki tiga dan segitiga porselin. Pemijaran dilakukan untuk
menghilangkan air hidrasi dalam tembaga sulfat , agar zat dapat dipisahkan
menjadi suatu bentuk yang cocok untuk ditimbang. Perlakuan ini perlu agar
zat yang ditimbang murni, stabil, dan susunannya pasti, agar analisis itu tetap.
Tujuan pemijaran menggunakan pembakar Bunsen untuk membakar zat
sedangkan digunakan krus agar pemanasan suatu zat dapat memperoleh hasil
yang sempurna, kemudian CuSO4.XH2O yang telah melaui proses pemijaran
dimasukan kedalam desikator, tujuan digunakannya desikator dalam proses
pendinginan agar menyetimbangkan objek dengan udara yang dikendalikan,
jika disimpan ditempat yang terbuka maka zat itu akan cepat menyerap
kelembaban. Ketika objek yang panas mendingin didalam desikator akan
tercipta kehampaan sebagian, saat membuka penutup desikator harus hati-

8
hati agar aliran udara yang mendadak tidak meniup bahan keluar dari cawan.
Desikator yang digunakan dalam percobaan kali ini terbuat dari kaca setelah
meletakan cawan panas dalam desikator sebaiknya penutupan jangan terlalu
rapat atau meninggalkan celah sedikit.
Celah ini memungkinkan udara yang terusir oleh objek hangat untuk
masuk kembali ketika objek itu mengalami proses pendinginan dan
meminimalkan kecenderungan terbentunya kehampaan . Pada umumnya zat-
zat yang membentuk hidrat mempunyai tekanan uap yang tinggi, tetapi juga
kapasitas mengeringkan yang cukup besar .
Setelah cawan yang didinginkan dalam desikator selama 20menit lalu
cawan ditimbang sampai diperoleh keadaan konstan, setelah itu diperoleh
berat akhir sampel. Pada percobaan penetuan rumus suatu hidrat diperoleh
persamaan reaksi berikut :

CuSO4.xH2O → CuSO4 + xH2O

9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa rumus suatu hidrat
dari CuSO4.xH2O adalah CuSO4.5H2O.
5.2 Saran
1. Untuk institu agar lebih menambah alat-alat yang ada di laboratorium
2. Untuk para asiaten laboratorium agar lebih tegas di dalam menegakan
aturan dalam laboratorium
3. Untuk para praktikan agar lebih disiplin didalam melaksanakan praktikum,
demi terlaksananya praktikum yang baik dan benar demi terciptanya para
praktikan yang berkualitas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Budiman. 2012. Kimia. Bandung: Yrama Widya


Chang, Raymon. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Goldberg, David.2004. Kimia untuk Pemula. Jakarta: Erlangga
Hiskia,Ahmad. 2004. Kimia Dasar II. Bandung: Aditya Bakti
Joan S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Bina Aksara
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Modern Jilid 1 . Jakarta: Erlangga
Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara
Sukardjo. 1990. Ikatan Kimia. Yogyakarta: Rineka Cipta
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB
Team Teaching. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Gorontalo: Pustaka As
Salam

11

Anda mungkin juga menyukai