RUTHA Pembuatan Isomer Cis Dan Trans
RUTHA Pembuatan Isomer Cis Dan Trans
I. JUDUL PERCOBAAN :
Pembuatan Cis dan Trans – Kalium Bisoksalato Diaquokromat (III)
II. TANGGAL PERCOBAAN :
Selasa, 19 Maret 2013
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mempelajari pembuatan garam kompleks kalium bisoksalato
diaquokromat(III).
2. Mempelajari sifat–sifat cis dan trans garam kompleks kalium
bisoksalato diaquokromat(III).
Campuran kompleks bentuk cis dan trans dapat dengan cara mencampur komponen–
komponen non kompleks (penyusun kompleks). Berdasarkan pada perbedaan kelarutan
antara bentuk cis dan trans maka kedua jenis isomer itu dapat dipisahkan. Sebagai contoh
trans-dioksalatodiakuokrom(II) klorida dapat dikristalkan secara pelan-pelan dengan
melakukan penguapan larutan yang mengandung campuran bentuk cis dan trans. Dengan
penguapan kesetimbangan bentuk cis ↔ trans dapat digeser ke kanan karena kelarutan isomer
trans lebih rendah. Selain itu, pemisahan isomer cis dan trans berbeda, misalnya kompleks
cis-diklorbis (trietilstibin) paladium dapat dikristalkan dalam larutan bensen meskipuyn
dalam larutan hanya ada 60 % bentuk cis.
Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa
dengan berat. Ia melebur pada 1765ºC. Logam ini larut dalam asam klorida encer atau pekat.
Jika tak terkena udara, akan membentuk ion-ion kromium(II) :
Cr + H+ → Cr2+ + H2 ↑
Cr + HCl → Cr2+ + 2Cl- + H2 ↑
Dengan adanya oksigen dari atmosfer, kromium sebagian atau seluruhnya menjadi
teroksidasi ke keadaan tervalen:
4Cr2+ + O2 + 4H+ → 4Cr3+ + 2H2O
Untuk kompleks planar segiempat, isomer cis–trans terjadi pada kompleks platina (II)
dengan rumus Pt (NH3)2Cl2. Untuk rumus jenis MX2Y2, bahwa jika bentuknya bujur sangkar
bidang, dua susunan isomer adalah mungkin. Dalam Pt(NH3)Cl2 kedua ligan klorida (dan
kedua ligan amonia) dapat disusun sehingga berada pada kedudukan yang saling
berdampingan, yang dinamai cis (latin, pada sisi ini) atau pada kedudukan yang
berseberangan yang dinamai trans (latin, di seberang). Gambar isomer cis dan trans, yaitu:
Untuk bangun tetrahedral, hanya satu susunan yang mungkin. Membuat model-model
molekul akan membantu menunjukkan mengapa pendapat ini berlaku. Isomeri bujur sangkar-
bidang dapat dibedakan satu dengan lainnya, karena etilenadiamina akan bereaksi dengan
isomer cis untuk menggantikan kedua klorida itu, tetapi tak akan bereaksi dengan isomer
trans. Rupanya molekul H2NCH2CH2NH2 dapat membentuk dua ikatan dengan sudut 90º
tetapi tak dapat mengitari Pt untuk membentuk ikatan dengan sudut 180º.
Urutan kira-kira dari pengaruh trans yang makin naik adalah: H2O, OH-, NH3 < Cl-,
Br- < SCN-, I-, NO2-, C6H5- < SC(NH2)2, CH3- < H-, PR3,< C2H4, CN-, CO. Ditekankan di sini
bahwa efek trans hanyalah fenomena belaka. Ini merupakan efek gugus terkoordinasi
terhadap laju subtitusi dalam posisi trans terhadapnya dalam kompleks segiempat atau
oktahedral. Deret efek trans terbukti sangat berguna untuk menerangkan prosedur sintetik
yang telah dikenal, dan mencari prosedur sintetik yang berguna. Sebagai contoh ditinjau
sintesis isomer cis dan trans dari [Pt(NH3)2Cl2] sintesis isomer cis dicapai dengan
mereaksikan ion [PtCl4]2- dengan amonia. Karena Cl- mempunyai pengaruh mengarahkan
trans lebih besar daripada NH3, subtitusi NH3 ke dalam [Pt(NH3)Cl3]- kurang layak terjadi
pada posisi trans terhadap NH3 yang sudah ada, sehingga isomer cis lebih disukai.
Menurut Teori Medan Kristal (CFT), interaksi antara logam transisi dan ligan
diakibatkan oleh tarikan antara kation logam yang bermuatan positif dan elektron bukan-
ikatan ligan yang bermuatan negatif. Teori ini dikembangkan menurut perubahan energi dari
lima degenerasi orbital-d ketika dikelilingi oleh ligan-ligan. Ketika ligan mendekati ion
logam, elektron dari ligan akan berdekatan dengan beberapa orbital-d logam dan menjauhi
Struktur kompleks yang paling umum adalah oktahedral; dalam struktur ini, enam
ligan membentuk oktahedral di sekitar ion logam. Pada oktahedral simetri, orbital-d akan
berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi Δoct. Orbital dxy, dxz dan dyz
akan memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital dz2 and dx2-y2. Hal ini dikarenakan
orbital dxy, dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan
gaya tolak yang lebih kecil. Kompleks tetrahedral juga merupakan struktur yang umum;
dalam struktur ini, empat ligan membentuk tetrahedral disekitar ion logam. Dalam pemisahan
medan kristal tetrahedral, orbital-d kembali berpisah menjadi dua kelompok dengan
perbedaan energi Δtet. Orbital dz2 dan dx2-y2 akan memiliki energi orbital yang lebih rendah,
dan dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih tinggi. Hal bertolak belakang
dengan struktur oktahedron. Selain itu, dikarenakan elektron ligan pada simetri tetrahedal
tidaklah berorientasi pada orbital-orbital-d, pemisahan energi akan lebih kecil daripada
pemisahan energi oktaherdal. Struktur geometri datar persegi juga dapat dideskripsikan oleh
CFT.
Besarnya perbedaan energi Δ antara dua kelompok orbital tergantung pada beberapa
faktor, seperti sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu
menghasilkan nilai Δ yang kecil, sedangkan beberapa lainnya akan selalu menghasilkan nilai
yang lebih besar. Alasan di balik perbedaan ini dapat dijelaskan dengan teori medan ligan .
Deret spektrokimia berikut adalah daftar-daftar ligan yang disusun berdasarkan perbedaan
energi Δ yang dihasilkan (disusun dari Δ yang kecil ke Δ yang besar):
I− < Br− < S2− < SCN− < Cl− < NO3− < N3− < F− < OH− < C2O42− < H2O < NCS− < CH3CN <
py < NH3 < en < 2,2'-bipiridina < phen < NO2− < PPh3 < CN− < CO
Keadaan oksidasi logam juga memengaruhi besarnya Δ antara aras energi (energy
level) yang tinggi dan rendah. Semakin tinggi keadaan oksidasi logam, semakin tinggi pula
Δ. Kompleks V3+ akan memiliki Δ yang lebih besar dari kompleks V2+. Hal ini dikarenakan
perbedaan rapatan muatan yang mengijinkan ligan lebih dekat dengan ion V3+ daripada ion
V2+. Jarak antar ligan dan ion logam yang lebih kecil akan menyebabkan nilai Δ yang lebih
besar karena elektron logam dan ligan lebih berdekatan, sehingga gaya tolak menolak
menjadi lebih besar.
Ligan-ligan yang menyebabkan Δ pemisahan orbital-d yang lebih besar disebut sebagai ligan-
ligan medan kuat, seperti CN− dan CO. Senyawa kompleks yang memiliki ligan medan kuat tidak akan
menempatkan elektron-elektronnya ke orbital yang berenergi tinggi. Hal ini sesuai dengan asas
Aufbau. Kompleks yang demikian disebut sebagai "spin-rendah". Sebagai contoh, NO2− yang
merupakan ligan medan kuat, menghasilkan Δ yang besar. Ion oktahedron [Fe(NO2)6]3− yang memiliki
5 electron-d akan memiliki diagram pemisahan oktahedron yang kelima elektronnya berada di aras
t2g.
Sebaliknya, ligan-ligan (seperti I− dan Br−) yang menghasilkan Δ orbital-d yang kecil
disebut ligan medan lemah. Dalam kasus ini, adalah lebih mudah menempatkan elektron di
aras energi orbital yang lebih tinggi daripada menempatkan dua elektron pada orbital yang
sama. Ini dikarenakan gaya tolak antar dua elektron lebih besar daripada Δ. Oleh karena itu,
masing-masing elektron akan ditempatkan pada setiap orbital-d terlebih dahulu sebelum
dipasangkan. Hal ini sesuai dengan kaidah Hund dan menghasilan kompleks "spin-tinggi".
Sebagai contoh, Br− adalah ligan medan lemah dan menghasilkan Δoct yang lebih kecil.
Makan, ion [FeBr6]3−, yang juga memiliki 5 elektron-d, akan memiliki diagaram pemisahan
elektron yang kelima orbitalnya dipenuhi secara tunggal.
Agar pemisahan spin rendah terjadi, energi yang dibutuhkan untuk menempatkan
elektron ke orbital yang sudah berlektron tunggal harus lebih kecil dari energi yang
dibutuhkan untuk menempatkan elektron tambahan ke orbital eg sebesar Δ. Jika energi yang
diperlukan untuk memasangkan dua elektron lebih besar dari menempatkan satu elektron di
orbital eg, pemisahan spin tinggi akan terjadi.
Energi pemisahan medan kristal untuk kompleks logam tetrahedron (empat ligan),
Δtet, kira-kira sama dengan 4/9Δoct. Oleh karena itu, energi yang diperlukan untuk
memasangkan dua elektron biasanya lebih besar dari energi yang diperlukan untuk
menempatkan elektron di orbital yang berenergi lebih tinggi. Sehingga, kompleks tetrahedron
biasanya merupakan spin-tinggi.
pada diagram pemisahannya bersifat paramagnetik dan akan ditarik oleh medan magnet.
Sedangkan senyawa yang tidak memiliki elektron takberpasangan pada diagram
pemisahannya bersifat diamagnetik dan akan ditolak oleh medan magnet.
Jika pemisahan orbital-d pada medan oktahedron adalan Δoct, tiga orbital t2g
distabilkan relatif terhadap sentroid sebesar 2/5 Δoct, dan orbital-orbital eg didestabilkan
sebesar 3/5 Δoct.
karena banyaknya stabilisasi medan kristal yang dihasilkan struktur geometri ini dengan
jumlah elektron 8.
Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan
kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna yang
bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan membentuk
kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih
panjang dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan
menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek, dan meningkatkan ν.
Sangtalah jarang energi foton yang terserap akan sama persis dengan perbedaan energi Δ;
terdapat beberapa faktor-faktor lain seperti tolakan elektron dan efek Jahn-Teller yang akan
memengaruhi perbedaan energi antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi.
Roda warna mendemonstrasikan warna senyawa yang akan terlihat jika ia hanya
menyerap satu gelombang cahaya. Sebagai contoh, jika senyawa tersebut menyerap warna
merah, maka ia akan tampak hijau.
Kristal Hitam
- Ditambah 5 ml Etanol
- Dilakukan dekantasi
- Disaring
- Ditutup gelas
kehitaman + kristal
kimia dengan hitam kental
kaca arloji
- setelah dioven :
- Dikocok dengan
kuat terbentuk kristal
Larutan ungu hitam
kehitaman mengental
dan terbentuk gas
Massa :
- berat I: 0,794 gr
- berat II: 0,786 gr
- berat III: 0,645 gr
%hasil = 3,1547 %
Larutan ungu
kehitaman mengental
- Disaring kristalnya
- Dicuci dengan
aquades dingin
- Dicuci dengan
etanol
- Dicatat hasil,
dinyatakan dalam
persen
Kristal Hitam
%hasil = 75,7134 %
VIII. PEMBAHASAN :
1. Pembuatan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat
Percobaan ini dilakukan untuk membuat isomer trans kalium
dioksalatodiakuokromat . Pembuatan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat
dapat dilakukan dengan melarutkan 3 gram asam oksalat dihidrat yang berwarna
putih dengan 2 tetes akuades panas. Asam oksalat dihidrat adalah asam oksalat yang
mempunyai dua buah molekul air dan mempunyai rumus molekul H2C2O4.2H2O.
Asam oksalat dihidrat yang dilarutkan memberikan larutan yang berwarna putih. Di
sisi lain kita juga membuat larutan kalium dikromat dengan cara melarutkan 1 gram
kalium dikromat yang berwarna jingga (+++) dengan 2 tetes akuades panas.
Penambahan akuades ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi antara
reaktan. Larutan kalium dikromat berwarna jingga, ini disebabkan karena adanya
logam transisi yang dapat menimbulkan warna yaitu logam krom. Selain itu, beker
gelas yang digunakan untuk mereaksikan juga ditutup dengan gelas arloji, gunanya
untuk mencegah keluarnya kalor yang berasal dari akuades panas. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
4H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 → 2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 6CO2 + 7H2O
Setelah kedua larutan tersebut dicampurkan, warna larutan menjadi ungu
kehitaman dan kental, proses terjadinya perubahan warna dari orange dan putih
menjadi ungu kehitaman ini karena terbentuknya senyawa kompleks kalium
dioksalatodiakuokromat, dimana dalam senyawa kompleks tersebut terdapat dua
macam ligan dan satu atom pusat dari logam transisi. Ligan yang terbentuk yaitu
ligan C2O42- dan H2O yang masing-masing berjumlah dua serta satu atom pusat
Cr(III). Selain itu juga timbul gas berwarna putih yaitu gas CO2.
Larutan yang telah dicampur tadi lalu diuapkan dengan menggunakan
penangas air hingga larutan tinggal setengahnya dan melanjutkan penguapan pada
suhu kamar. Tujuannya adalah agar H2O atau air yang tidak diperlukan atau tidak
diinginkan bisa habis dan tidak mempengaruhi pembentukan senyawa kompleks
kalium dioksalatodiakuokromat, karena senyawa kompleks tersebut hanya
mengandung 2 molekul H2O dan 2 molekul C2O42- sebagai ligan dan kalau dalam
larutan tersebut masih banyak mengandung H2O atau air kemungkinan ligan H2O
bertambah jumlahnya yaitu lebih dari yang dinginkan sehingga untuk menghindari
itu diperlukan penguapan.
Setelah volumenya sepertiga saja maka saringlah kristal kemudian cuci
dengan akuades dingin dan setelah itu dengan etanol, terbentuk endapan yang
berwarna hitam yang merupakan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat (III).
Endapan yang dihasilkan ditimbang dan didapatkan berat endapan tersebut seberat
0,065 gram. Sehingga pada hasil perhitungan persen hasil isomer trans kalium
dioksalatodiakuokromat (III) sebesar 3,1547 %.
Perhitungan :
r: 0.0238 mol 0.0034 mol 0.0068 mol 0.0204 mol 0.0238 mol
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎 = = 0.0034 𝑚𝑜𝑙
294 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 K[Cr(C2O4)2(H2O)2] = 0.0068𝑚𝑜𝑙 𝑥 303 = 2.0604 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙
0.065 𝑔𝑟𝑎𝑚
% ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 = 𝑥 100 % = 3.1547 %
2.0604 𝑔𝑟𝑎𝑚
r: 0.0238 mol 0.0034 mol 0.0068 mol 0.0204 mol 0.0238 mol
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎 = = 0.0034 𝑚𝑜𝑙
294 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 K[Cr(C2O4)2(H2O)2] = 0.0068𝑚𝑜𝑙 𝑥 303 = 2.0604 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙
1.560 𝑔𝑟𝑎𝑚
% ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 = 𝑥 100 % = 75.7134 %
2.0604 𝑔𝑟𝑎𝑚
b. Uji UV-Vis
Tujuan pengujian UV-Visible untuk mengetahui panjang gelombang
maksimum kristal yang terbentuk. Pengujian UV-Visible dilakukan dengan
menguji larutan encer isomer cis dengan spektofotometri.
Kristal trans yang dilarutkan dalam air memiliki warna kecoklatan,
sehingga dapat diperkirakan bahwa spektranya akan memiliki panjang
gelombang maksimum pada rentang panjang gelombang visible yakni 380
nm-750 nm. Pada pengujian UV-Vis diperoleh 1 puncak dengan
absorbansi maksimum sebesar 0,109 pada panjang gelombang 556 nm.
Warna kecoklatan tergolong dalam warna kuning-hijau, serta panjang
gelombang maksimum tersebut masuk dalam rentang warna kuning-hijau
(Underwood, 2002).
Panjang gelombang ini masih masuk dalam rentang visible, dan juga
absorbansi tersebut masih termasuk dalam rentang toleransi kesalahan
minimum. Kemungkinan transisi elektron yang terjadi pada n π* yang
perubahan energinya rendah. Transisi elektronik terjadi antar orbital d dari
logam transisi dan orbital dari ligan.
Kristal cis yang dilarutkan dalam air memiliki warna kuning kehijauan,
sehingga dapat diperkirakan bahwa spektranya akan memiliki panjang
gelombang maksimum pada rentang panjang gelombang visible yakni 380
nm-750 nm. Namun pada pengujian UV-Vis diperoleh 2 puncak dengan
absorbansi maksimum puncak 1 sebesar 0,090 pada panjang gelombang
567 nm dan absorbansi maksimum puncak 2 sebesar 0,769 pada panjang
gelombang 350,50 nm.
Munculnya 2 puncak pada hasil uji UV-Vis kristal cis dikarenakan kristal
yang diperolah berwujud rasemik yaitu campuran 2 enansiomer yang ridak
dapat memutar bidang polarisasi. Namun komposisi campuran kristal tidak
sama karena absorbansi maksimumnya berbeda. Kristal trans memiliki
rentang serapan sinar UV pada energi yang lebih rendah daripada kristal
cis sehingga kemungkinan puncak pertama merupakan absorbansi
IX. KESIMPULAN :
Dari percobaan yang kami lakukan dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Kompleks cis dan trans dapat dibuat dengan cara mencampur komponen-komponen
penyusun kompleks, yaitu H2C2O4.2H2O dengan K2Cr2O4 dengan cara penambahan
aquadest dalam komposisi yang berbeda membentuk kristal berwarna hitam.
Pembentukan kristal cis menjadi trans lebih lambat daripada trans menjadi cis.
2. Dari pembuatan kristal cis dan kalium disoksalatdiakuokromat(III) diperoleh kristal
berwarna hitam dengan berat konstan 0,065 gram untuk isomer trans kalium
disoksalatodiakuokromat(III) dan 1,560 gram untuk cis kalium
disoksalatodiakuokromat (III). Sehingga diperoleh pula persen hasil sebesar 3,1547
% untuk isomer trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III) dan 75,7134 % untuk cis
kalium bisoksalatodiakuokromat (III).
3. Hasil uji UV-Vis kristal trans berupa 1 puncak di daerah panjang gelombang 556 nm
dengan absorbansi maksimum sebesar 0,109 sedangkan hasil uji UV-Vis kristal cis
berupa 2 puncak di daerah panjang gelombang 567 nm dengan absorbansi
maksimum sebesar 0,090 dan daerah 350,50 nm dengan absorbansi maksimum
0,769.
4. Titik leleh trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III) sebesar 158 oC sedangkan titik
leleh cis kalium bisoksalatodiakuokromat (III) sebesar 165 oC.
5. Berdasarkan uji kemurnian yang dilakukan, kristal cis yang diperoleh kurang murni
karena didapatkan hasil berupa campuran rasemik yang berwarna hijau setelah
ditetesi ammonium dan berdasarkan uji UV-Vis diperoleh 2 puncak sedangkan
kristal transnya cukup murni.
X. JAWABAN PERTANYAAN :
1. Pada bagian manakah pada ion oksalat yang berperan sebagai bidentat dalam
reaksi pembentukan kompleksnya ?
Dari atom O yang berasal dari ligan (C2O4)2
2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada proses pembentukan kompleks cis dan trans !
4H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 → 2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 6CO2 + 7H2O
3. Tuliskan reaksi yang terjadi pada proses uji kemurnian cis dan trans !
2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 2NH3 2K[Cr(NH3)2(H2O)2]