Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA II

INDUSTRI PUPUK UREA

DI SUSUN OLEH

RAHMAT KAUSAR MAULANA

SUPRIADI

MUH. AZWAN

IRMA SUSANTI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakanng


1.2 Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Pupuk

2.2 Pengertian Pupuk

2.3 Urea

2.4 Pembuatan Pupuk Urea

2.5 Diagram Pembuatan Urea

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Hingga
saat ini sebagian besar penduduk Indonesia memanfaatkan sumberdaya alam
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan 50% lebih tenaga kerja di pedesaan
terserap di sektor pertanian (Salikin, 2003). Sektor pertanian juga berperan
penting sebagai penghasil pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi
penduduk yang semakin lama jumlahnya semakin bertambah. Kebutuhan akan
pangan merupakan kebutuhan yang paling penting, sehingga ketahanan pangan
bagi masyarakat harus tetap terjamin.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, pemerintah berupaya


untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian melalui penerapan
teknologi budidaya pertanian dengan penggunaan sarana produksi sesuai dengan
yang direkomendasikan pada masing-masing wilayah. Sarana produksi yang
mempunyai peranan sangat penting dalam peningkatan produktivitas dan kualitas
pertanian antara lain adalah pupuk. (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian, 2012)

Pupuk merupakan bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau
biologi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan dapat membantu
pertumbuhan tanaman. Pada kondisi pupuk tersedia diprediksi bahwa adopsi
penggunaan pupuk anorganik oleh petani padi akan semakin meningkat dan
mencapai 80-90%. Bukan hanya kebutuhan pupuk anorganik saja yang
mengalami peningkatan, kebutuhan pupuk organik pun juga semakin bertambah.
(Irawan dkk., 2012). Upaya pemenuhan kebutuhan pupuk nasional tidak terlepas
dari kinerja 5 perusahaan pupuk besar di Indonesia yakni PT. Petrokimia Gresik,
PT. Pupuk Sriwidjaya Palembang, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda
dan PT. Pupuk Kaltim (www.pupuk-indonesia.com/id/produk-a-jasa/produk-
pupuk-indonesia/pupuk, 2013).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pupuk

Pupuk mungkin sudah seperti makanan pokok, walau sebenarnya hanya makanan
untuk tanah. Dalam kondisi bumi sekarang ini, dan juga beberapa dasawarsa
tahun lalu, bumi sudah mulai aus dengan tingkah manusia memproduksi pangan
yang dilakukan secara kontinyu, tanpa jarak waktu. Pupuk pun menjadi partner,
sepanjang siklus, sejauh perjuangan. Pupuk tak lain adalah senjata ampuh untuk
menumbuhkan apa saja, untuk memperoduksi pangan sebanyak yang kita
inginkan.

Saat ini, pupuk yang digunakan sebagian besar petani adalah pupuk kimia (urea,
TSP, Poska), sebagian lagi pupuk organik (nutrilake). Pupuk kimia masih
popular, lantaran harganya yang murah dan efektivitasnya. Sekali tebar dalam
jumlah kilogram, tanah telah mengandung unsure nitrat dan posfat yang sangat
dibutuhkan tumbuhan. Namun, setelah melihat perkembangannya, pupuk jenis
kimiawi ini pun mengandung problem, yaitu ekses kimiawinya yang cukup
membahayakan, seperti reduksi amoniak.

Zaman ini ditandai dengan bergesernya pola dan gaya hidup masyarakat,
khususnya golongan menengah dalam memandang makanan. Mereka, mulai
berorientasi pada produk yang dikenal ‘alami’ atau ‘organik’. Maka menjamurlah
produk olahan makanan di gerai-gerai toko yang berlabel organik. Mulai dari
jenis beras, jus, buah-buahan. Dan tampaknya, pola konsumsi ini sudah menjadi
semacam style, yang bersifat khusus. Namun, ini belum bersifat massif, karena
petani yang di lapangan belum terlalu paham dengan pola itu, yang mereka
ketahui adalah efisiensi dan produktivitas, tentu dengan tambahan pupuk.

Di daratan Inggris, tepatnya di Harpenden, dekat lingkaran puing-puing kuil


Romawi, satu rumah besar telah dibangun pada awal abad ketiga belas.
Rothamsted Manor, terbuat dari bata dan kayu, dikelilingi pagar dan parit yang
lebar, luasnya 120 hektar, telah dihuni oleh beberapa generasi sekian abad,
sampai seorang anak delapan tahun mewarisinya pada 1814, bernama John
Bannet Lawes.
Lawes bersekolah di Eton, kemudian melanjutkan ke Oxford, di sana ia belajar
geologi dan kimia. Di sekolah cambangnya tumbuh subur, namun ia tak
mendapatkan gelar. Saat kembali ke Rothamsted, ia lalu melakukan sebuah
teknik pengolahan tanah yang akhirnya mengubah cara orang bertani sejak saat
itu.

Kisah John Bannet Lewis dimulai dengan tulang, kata sebagian orang
berhubungan dengan kapur. Sebelumnya, selama berabad-abad para petani
Hertfordshire telah menggali kapur sisa mahluk laut purba yang terkubur di
bawah lapisan lempung tanah mereka untuk ditebarkan pada parit-parit di sekitar
lading mereka, karena telah terbukti menyuburkan tanaman lobak dan biji-bijian.
Dari kuliahnya di Oxpord, Lawes tahu bahwa kapur yang ditebarkan di lading-
ladang bukan merupakan makanan tambahan bagi tanaman, melainkan bahan
melunakkan tanah sehingga tidak terlalu asam. Jadi, apa sesungguhnya yang
menyebabkan tanaman lebih subur?

Seorang ahli kimia Jerman, Justus von Liebig, tidak lama sebelumnya mencatat
bahwa tulang-tulang yang dijadikan tepung dapat mengembalikan kebugaran
tanah. Setelah direndam dahulu dalam asam sulfat encer, tulisnya, bubuk tulang
itu bahkan lebih mudah dicerna. Lawes mencobanya di ladang lobak, dan ia
terkesan.

Justus von Liebig dikenang sebagai pelopor industry pupuk, tetapi ia mungkin
tak berkeberatan andai ia bisa menukar kehormatan itu dengan sukses luar biasa
yang diraih oleh John Bannet Lawes. Von liebig tidak pernah berpikir untuk
mematenkan prosesnya. Setelah sadar betapa merepotkan bagi para petani yang
sibuk untuk membeli, merebus, dan menggiling tulang, kemudian membeli asam
sulfat dari pabrik gas di London untuk merendam bubuk tulang, dan menggiling
hasilnya yang menjadi keras lagi. Dan, Lawes justru mematenkan metode itu atas
namanya sendiri. Dengan paten di tangan, ia membangun pabrik pupuk buatan
pertama di dunia di Rothmasted tahun 1841. Tidak lama kemudian ia menjual
“superfosfat” kepada semua tetangganya.

Pabrik pupuknya pindah ke lahan yang lebih besar dekat Greenwich di Sungai
Thames. Sewaktu penggunaan bahan penyubur tanah kimiawi menyebar, pabrik-
pabrik Lawes makin banyak, dan daftar produknya pun bertambah panjang.
Produknya tidak hanya bubuk tulang dan mineral fosfat, tetapi juga dua pupuk
nitrogen: natrium nitrat dan ammonium sulfat (keduanya belakangan digantikan
dengan ammonium nitrat yang lazim digunakan sekarang). Lagi-lagi, von Liebig
yang telah menemukan nitrogen sebagai komponen penting asam-asam amino
dan asam-asam nukleat yang vital bagi tumbuhan itu terlambat berfikir untuk
memanfaatkan temuannya. Sementara von Liebig sibuk menerbitkan temuannya,
Lawes mematenkan campuran nitratnya.

Untuk mempelajari mana pupuk yang paling efektif, 1834 Lawes memulai
rangkaian lahan uji yang masih diterapkan sampai sekarang, yang menjadikan
Rothamsted Research baik sebagai pusat penelitian pertanian paling tua di dunia,
juga sebagai tempat eksperimen lapangan berkelanjutan yang paling lama di
dunia. Lawes dan John Henry Gilbert, ahli kimia yang menjadi mitranya selama
60 tahun, yang sama-sama menjadi sasaran kebencian Justus von Liebig, mulai
dengan menanami dua bidang ladang: yang satu ditanami lobak, yang lain
ditanami gandum. Mereka membagi keduanya dalam 24 lajur, kemudian
menerapkan perlakuan yang berbeda kepada setiap lajur.

Kombinasi-kombinasi yang diterapkan meliputi pemakaian pupuk nitrogen


dalam jumlah banyak, sedikit, atau tidak sama sekali; pemakaian bubuk tulang
mentah, superfosfat buatannya, atau tanpa fosfat sama sekali; pemakaian
mineral-mineral
seperti senyawa kalium, magnesium, belerang, natrium; dan pemakaian pupuk
kandang mentah atau pupuk kandang olahan. Ada lajur yang ditaburi batu kapur
setempat, ada yang tidak. Tahun-tahun berikutnya, sebagai plot dirotasi dengan
jelai, kacang, havermut, semanggi, dan kentang. Sebagian lajur diistirahatkan
secara berkala, sebagian lain ditanami terus menerus dengan tumbuhan yang
sama. Sebagian difungsikan sebagai control, tanpa penambahan apa pun.
2.2 Pengertian Pupuk

Pupuk adalah substansi / bahan yang mengandung satu atau lebih zat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau dapat dengan
pengertian lain merupakan material tertentu yang ditambahkan ke media tanam
atau tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman sehingga dapat berproduksi dengan baik. Pupuk memang
sengaja dibuat mengandung bahan-bahan yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Menurut pengertian ini, bahan yang walapun
mengandung zat yang dibutuhkan tanaman tetapi tidak dibuat dengan sengaja
untuk memberikan nutrisi kepada tanaman tidak bisa dikatagorikan sebagai
pupuk. Sebagai contoh, sisa tanaman yang jatuh ke tanah dan menyediakan N
bagi tanah tidak bisa dikatakan sebagai pupuk.

Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar


tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu
banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan
lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik
adalah kompos.

2.3 UREA

Urea adalah senyawa kimia berbasis nitrogen yang disintesis dari reaksi
antara ammonia dengan karbon dioksida pada kisaran temperatur dan tekanan
tertentu. Untuk memproduksi setiap ton urea dibutuhkan air sebanyak 12 m3 dan
menghasilkan limbah cair sebesar 2,3 m3 (Swaminathan dkk., 2005). Limbah cair
yang dihasilkan ini mengandung amonium, karbon dioksida dan urea. Biasanya
dalam aliran limbah, kandungan amonium berkisar antara 2–9% berat limbah,
karbon dioksida 0,8–6% berat limbah dan urea 0,3–1,5% berat limbah (Van Baal,
1996) dalam Rahimpour dan Mottaghi, 2010). Limbah ini berasal dari sejumlah
unit yang terdapat dalam plant urea yang dibuang ke tempat penampungan dan
pengolahan limbah. Limbah ini mem-butuhkan pengolahan agar tidak mencemari
lingkungan dan dapat digunakan sebagai reuse fresh water pada urea plant
(Rahimpour dan Mottaghi, 2010). Keberadaan urea dalam konsentrasi tertentu
dapat menyebabkan peningkatan partumbuhan alga (blooming algae) (Hassani
dkk., 2012). Selain urea, kandungan ammonia berlebih dalam limbah dapat
menyebabkan kematian organisme air. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan
yang tepat untuk mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh limbah
industri khususnya industri pupuk urea. Pengolahan yang selama ini dilakukan
oleh PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM) berupa netralisasi dan aerasi. Aerasi
bertujuan untuk melepaskan sejumlah amonium ter-larut ataupun bebas dalam
limbah cair ke udara bebas menggunakan aerator. Pe-ngolahan limbah cair urea,
pada penelitian ini menggunakan metode oksidasi. Oksidasi yang dilakukan
adalah metode oksidasi konvensional (menggunakan H2O2) dan Advanced
Oxidation Processes (AOP). Hidro-gen peroksida telah banyak digunakan pada
pengolahan limbah industri karena pe-nguraian hidrogen peroksida hanya meng-
hasilkan air dan oksigen sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu, kekuatan
oksidatornya juga dapat diatur sesuai ke-butuhan. Proses pengolahan limbah
meng-gunakan hidrogen peroksida mengikuti mekanisme reaksi sebagai berikut:
H2O2→ 2OH*
H2O2 + OH* →OOH* + H2O
OOH* + OH*→ H2O + 2On
Pemakaian hidrogen peroksida (H2O2) sebagai pengoksidasi dalam pengolahan
air sering ditambahkan FeSO4 atau FeCl3 sebagai katalis. Masing-masing larutan
ini disebut reagen fenton dan fenton like. Dalam larutan ini terjadi reaksi antara
ion Fe2+ dengan hidrogen peroksida (H2O2) mem-bentuk ion Fe3+ dan radikal
hidroksil (·OH). Ion Fe3+ bereaksi dengan H2O2 membentuk ion Fe2+, radikal
superoksida (·O-O-) dan ion hidrogen (H+). Radikal superoksida (·O-O-) bereaksi
dengan ion Fe3+ membentuk Fe2+ dan oksigen (O2-).Radikal hidroksil (·OH)
memiliki sebuah elektron tidak berpasangan yang membuatnya sangat reaktif.
Reaksi-reaksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut (Guedes, 2003):
Fe2+ + H2O2→ Fe3+ + ·OH + OH

Fe3+ + H2O2→ Fe2++ ·O2- + 2H+

Fe3+ + ·O2-→ Fe2+ + O2(g) + 2H+

·OH + kontaminan→ hasil samping

·OH + H2O2→ ·HO2 + H2O

Penggunaan kedua jenis metode oksidasi ini untuk menurunkan kadar urea yang
ter- kandung di dalam limbah cair PT PIM.(Teknik, Fakultas, Unsyiah, & Aceh,
2014)

2.4 Pembuatan Pupuk Urea

Diagram pembuatan urea menurut menurut proses resirkulasi total adalah sebagai
berikut
Pembuatan urea secara komersil dari NH3 dan CO2 melalui 2 tahap reaksi
kesetimbangan sebagai berikut :

2NH3(g) + CO2(g) NH2CONH4(l) ΔH =-28 kkal/mol

NH2CONH4(l) NH2CONH2(l) + H2O(l) endoterm

Reaksi tahap 1 sangat eksotermis dan berlangsung dengan cepat sehingga panas
reaksi yang di hasilkan harus segera dihilangkan agar temperatur campuran
reaktan tidak naik. Sedangkan panas yang diserap reaksi 2 masih lebih kecil.
Secara praktis reaksi pembentukan urea hanya berlangsung dalam fasa cair (153 C
titik leleh amm karbamat) sedangkan fasa cair tersebut mengandung amm.
Karbamat, amonia dan CO2 terlarut yang mudah menguap, sehingga pada
temperatur yang tinggi diperlukan tekanan tinggi agar fasa cair tetap dapat terjaga.

2.5 Diagram Pembuatan Urea


1. Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa dengan
mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 didalam Urea Reaktor dan kedalam
reaktor ini dimasukkan juga larutan Recycle karbamat yang berasal dari bagian
Recovery.
Tekanan operasi disintesa adalah 175 Kg/Cm2 G. Hasil Sintesa Urea dikirim ke
bagian Purifikasi untuk dipisahkan Ammonium Karbamat dan kelebihan
amonianya setelah dilakukan Stripping oleh CO2.

2. Purifikasi Unit
Amonium Karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan Ammonia di Unit
Sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan pemanasan
dengan 2 step penurunan tekanan, yaitu pada 17 Kg/Cm2 G. dan 22,2 Kg/Cm2 G.
Hasil peruraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim kebagian recovery, sedangkan
larutan Ureanya dikirim ke bagian Kristaliser.
3. Kristaliser Unit
Larutan Urea dari unit Purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vacum,
kemudian kristal Ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang di perlukan
untuk menguapkan air diambil dari panas Sensibel Larutan Urea, maupun panas
kristalisasi Urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke HP
Absorber dari Recovery.

4. Prilling Unit
Kristal Urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8 % berat
dengan udara panas, kemudian dikirimkan kebagian atas prilling tower untuk
dilelehkan dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor
dijatuhkan kebawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan
produk Urea butiran (prill). Produk Urea dikirim ke Bulk Storage dengan Belt
Conveyor.

5. Recovery Unit
Gas Ammonia dan Gas CO2 yang dipisahkan dibagian Purifikasi diambil kembali
dengan 2 Step absorbasi dengan menggunakan Mother Liquor sebagai absorben,
kemudian direcycle kembali ke bagian Sintesa.

6. Proses Kondensat Treatment Unit


Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian Kristalliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil Urea, NH3 dan CO2 ikut kondensat kemudian
diolah dan dipisahkan di Stripper dan Hydroliser. Gas CO2 dan gas NH3 nya
dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya
dikirim ke Utilitas.
Pada umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun
tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati. Jangan memberikan pupuk
urea ini terlalu dekat dengan tanaman. Sedangkan Bentuk dan sifat-sifat Urea
adalah berupa kristal putih yang mudah larut dalam air serta mempunyai sifat
fisis sebagai berikut :

 Density (padat pada 20 o C ) : 1335 kg/m3


 Titik leleh ( melting Point ) : 132 o C
 Panas Spesifik (Melt ) : 126j/mol/o C
 Panas peleburan ( Melt Point ) : 13,6 kj/mol
 Berat Molekul : 60,056
2.6 Limbah cair urea
Penyerapan tersebut perlu dilakukan karena bila limbah yang mengandung
senyawa nutrien tinggi, misalnya lembah pupuk urea yang masuk ke perairan,
maka dalam jangka panjang akan menyebabkan eutrofikasi. Beberapa dampak
dapat muncul akibat eutrofikasi, yakni bau dan rasa yang tidak sedap,
kekurangan (deplesi) oksigen pada malam hari, penetrasi cahaya ke dalam kolam
air berkurang, kematian ikan, dan keracunan pada hewan maupun manusia.

Pengolahan limbah cair industry pupuk urea menggunakan chlorella sp pada


berbagai konsentrasi fosfat. Pemanfaatan alga dalam pengolahan limbah cair
industry pupuk akan menimbulkan dampak positif bagi lingkungan yaitu dapat
bertindak sebagai biokatalis dalam menurunkan kandungan bahan organic dan
anorganik dalam limbah. Mikroalga yang dimanfaatkan anatara lain Chlorella sp
juga memiliki kandungan gizi yang tinggi.

2.7 Dampak limbah cair industri pupuk urea

 Menurunkan kualitas lingkungan

Limbah cair yang dihasilkan oleh proses produksi dari industri pupuk urea dapat
menimbulkan adanya rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih,
akibat adanya amoniak dalam limbah cair tersebut

 Berdampak pada kesehatan makluk hidup

Bahan beracun yang terkandung dalam limbah cair industri pupuk mampu
merusak sel hewan terutama pada classis mamalia termasuk manusia, akibat
adanya amoniak. Apabila senyawa amniak dalam konsentrasi yang tinggi masuk
dalam perairan dapat membahayakan kehidupan hewan, biota air, maupun
manusia disekitarnya. Misalnya dampak amoniak pada ikan dapat menyebabkan
kerusakan pada insang, sehingga konsekuensi respirasi ikan akan terganggu.
insang penting untuk keseimbangan asam-basa dalam pengaturan pH darah ikan
serta untuk pertukaran ion seperti natrium dan klorida dalam darah. Oleh karena
itu, kerusakan insang akan mengganggu terjadinya sejumlah proses penting
dalam metabolisme ikan. Amoniak juga menyebabkan kerusakan kulit, sirip, dan
usus. Paparan amoniak yang lebih kronis menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, mematiakan sistem kekebalan serta merusak sistem syaraf.

2.8 Pengelolahan limbah cair industri pupuk urea

1. Equalisasi
Yaitu pengolahan air limbah yang berfungsi untuk meratakan beban pencemar air
limbah (mencampur untuk menjadi lebih homogen) serta untuk mengurangi atau
mengendalikan variasi karakteristik air limbah agar tercapai kondisi optimum
untuk proses lebih lanjut.
2. Netralisasi
Yaitu suatu proses pengolahan air limbah yang digunakan untuk menetralkan
asam atau basa karena beberapa limbah industri umumnya bersifat asam atau
basa, sehingga memerlukan netralisasi sebelum dialirkan ke proses lebih lanjut
atau dibuang ke badan air penerima.

3. Pengelolaan fisik / pengendapan

Yaitu suatu proses pengolahan air limbah untuk mengurangi padatan tersuspensi.
Pada proses pengendapan ini partikel padat dibiarkan mengendap ke dasar tangki
yang biasanya untuk mempercepat proses sedimentasi ditambahkan bahan kimia.

4. Pengolahan biologi

Yaitu suatu proses pengelolaan air limbah yang bertujuan untuk mengurangi zat
organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Pengolahan secara biologi terdiri
dari:
a) Kolam aerasi
Yaitu kolam yang diberikan perlakuan aerator sehingga akan mampu untuk
meningkatkan oksigen terlarut dalam air limbah tersebut sehingga dapat
mencukupi kebutuhan mikroba
b) Nitrifikasi dan Denitrifikasi
Yaitu pengolahan air limbah dengan cara menghilangkan nitrat melalui proses
biologis
c) Lumpur aktif
Yaitu melibatkan sejumlah mikroorganisme yang merupakan biomasa aktif yang
mampu mereduksi substrat dan memiliki permukaan yang dapat menyerap.
d) Trickling filter
Yaitu kumpulan benda padat yang berbentuk silinder, pada tempat tersebut di
berikan kerikil, pasir dan substrat untuk menyaring air limbah yang akan
disemprotkan dari atas silinder tersebut. Pada kerikil dan pasir tersebut akan
membentuk lapisan biofilm sehingga mampu untuk mendegradasi bahan organik
yang berada pada air limbah tersebut
Menurut kami secara biologi pengelolaan limbah cair industri pupuk urea yang
paling tepat adalah menggunakan gabungan proses Nitrifikasi-Denitrifikasi
dengan lumpur aktif sera microalgae, karena apabila menggunakan Nitrifikasi-
Denitrifikasi dengan lumpur aktif saja akan menyebabkan kadar COD limbah cair
ini rendah, sehingga proses nitrifikasi-denitrifikasi heterotrofik tersebut
memerlukan banyak masukan sumber karbon, dalam hal ini adalah Metanol.
Selain itu, kinerja proses tidak terkendali ketika terjadi fluktuasi karakteristik
limbah yang ekstrim.
Menanggapi masalah tersebut, untuk menguraikan limbah cair urea kadar tinggi
dan ammonia kadar tinggi alternative yang digunakan dalam pengelolaan limbah
cair industri pupuk adalah dengan gabungan proses Nitrifikasi-Denitrifikasi
dengan lumpur aktif sera microalgae. Karena Microalgae merupakan mikroba
autotrof yang mampu memanfaatkan (NH2)2CO dan NH3-N sebagai sumber
nitrogen (sumber N) dan gas karbon dioksida (CO2) sebagai sumber karbon
(sumber C). Dalam skala besar microalgae selalu berasosiasi dengan
bakteri/mikroba lain. Pada dasarnya, interaksi bakteri algae mampu memurnikan
air sungai. Aktivitas metabolisme bakteri heterotropik-aerobik menghasilkan CO2,
NH4+, NO3-, PO43- dan sebagainya. Mikroalgae menyerap senyawa-senyawa
tersebut dan menghasilkan bahan organik, O2,dan H2O. Oksigen yang diproduksi
mikroalgae digunakan oleh bakteri aerobik-heterotrofik diantaranya untuk reaksi
nitrifikasi dan bakteri aerobik-denitrifikasi.
Melalui proses fotosintesis, microalgae menggunakan CO2 dari bakteri aerob dan
amonia untuk membentuk protoplasma sel dan melepaskan molekul oksigen.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan


(fotosintesis) microalgae adalah intensitas cahaya, suhu air, Ph, makro dan
mikronutrien, 5 konsentrasi. Walaupun mengandung unsur karbon, karbon pada
urea tidak bisa digunakan sebagai sumber hara, karena karbon dalam bentuk
teroksidasi dan selama hidrolisis terlepas sebagai CO2 dalam reaksi sebagai
berikut:

Sumber nitrogen utama yang dapat digunakan oleh microalgae adalah nitrat dan
amonia-N, sedangkan penggunaan nitrit dibatasi oleh toksisitasnya. Bila nitrat dan
amonia-N terdapat bersama, maka nitrat tidak akan diabsorpsi sampai semua
amonia-N habis terserap. Hampir semua microalgae memiliki enzim urease
sebagaimana halnya tumbuhan tingkat tinggi. Urea digunakan sebagai sumber N
dalam pertumbuhan berbagai jenis microalgae, bahkan juga oleh microalgae yang
tidak mempunyai urease.
Bakteri memanfaatkan bahan organik yang dihasilkan oleh microalgae atau
berasal dari microalgae mati sebagai sumber karbon untuk mensintesa sel baru
dan untuk kebutuhan energi membentuk produk akhir seperti CO2, NH4+ pada
proses respirasi dan sintesis,Microalgae memanfaatkan CO2 sebagai sumber
karbon untuk fotosintesis.
BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pupuk merupakan bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau
biologi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan dapat membantu
pertumbuhan tanaman.

Urea adalah senyawa kimia berbasis nitrogen yang disintesis dari reaksi antara
ammonia dengan karbon dioksida pada kisaran temperatur dan tekanan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Teknik, J., Fakultas, K., Unsyiah, T., & Aceh, B. (2014). Pengolahan Limbah Cair
Pabrik Pupuk Urea Menggunakan Advanced Oxidation Processes Urea Plant
Wastewater Treatment by Advanced Oxidation Processes, 10(1), 1–6.

Anda mungkin juga menyukai