Pertama - tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, bahwasannya telah selesai pelaksanaan Medical Check Up karyawan
PT. Karawang Foods Lestari, sebanyak 156 orang . Terima kasih juga kami haturkan kepada pihak PT. Karawang Foods Lestari atas kerjasama
yang telah terjalin baik sampai saat ini.
Berikut kami sampaikan Resume Global hasil Medical Check Up karyawan PT. Karawang Foods Lestari sebanyak 156 orang dari total
158 orang yang di rencakan untuk melakukan Medical Check Up.
Kedepannya kami berharap kerjasama baik ini dapat terus terjalin berkesinambungan, dalam hal pelayanan kesehatan di RS. Ridhoka
Salma. Demikian sepatah kata ini kami sampaikan, terima kasih atas kerjasama nya.
Pemeriksaan dimana setiap peserta dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dari pemeriksaan fisik oleh dokter sampai pada
pemeriksaan penunjang dalam waktu satu hari, sehingga hasil yang ada memiliki bias yang relative lebih kecil dibandingkan pemeriksaan
tidak dilakukan dalam satu hari untuk setiap pasiennya. Berikut dilampirkan hasil medical check up individu.
Karakteristik demografis pekerja yang mengikuti MCU laboratorium sebanyak 156 atau 100% dari total seluruh peserta
yang direncanakan. Pengelompokan berikut didasarkan pada jenis kelamin, usia, riwayat penyakit, riwayat kebiasaan,
dan status gizi peserta
1. Jenis Kelamin
Distribusi peserta menurut jenis kelamin, terlihat bahwa sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 127 orang (81%) dan wanita
sebanyak 29 orang(19%)
2. Usia
Distribusi peserta menurut usia, sebagian besar usia peserta antara 25-39 sebanyak 112 orang (72 %), usia >40
sebanyak 14 (9%), usia <25 sebesar 30 (19%)
3. Habits/kebiasaan
Kebiasaan pada peserta terbanyak adalah kebiasaan merokok dengan jumlah 66 (42.3%) dari total peserta, 66 orang (42.3 %)
mempunyai kebiasaan minum kopi lebih dari jarang, 1-2 gelas perhari, dan sebanyak 123 orang (78.8 %) melakukan olah raga, 2
orang (1.2 %) mempunyai kebiasaan minum alkohol
4. Status Gizi
Status Gizi Parameter
Gizi Kurang <18,5
Gizi Normal 18,5-24,9
Gizi Lebih 25 – 26,9
Obesitas 1 27,0 – 29,9
Obesitas 2 >30,0
Penilaian status gizi dilakukan dengan menghitung Body Mass Index (BMI). Pengelompokan status gizi terlihat dengan gizi normal
102 (65%) merupakan status gizi yang dominan, lalu diikuti dengan status Gizi lebih 15 (10%), Gizi kurang 23 (15%), Obesitas I 10
Berikut Karyawan yang mengalami Obesitas :
(6%), Obesitas II 6 (4%)
Pemeriksaan Fisik
1. Tekanan Darah
Diagram 1.1 Diagram diatas merupakan gambaran hasil pemeriksaan tekanan darah peserta MCU, didapatkan gangguan
tekanan darah sebesar 9 peserta (4 %), memiliki gangguan tekanan darah tinggi/hipertensi dan sebanyak 14 orang (9 %)
memiliki gangguan tekanan darah rendah / hipotensi, sebanyak 135 (87 %) orang tidak mengalami gangguan tekanan darah.
Hipertensi adalah suatu kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah dimana tekanan systole ≥ 140mmhg dan tekanan diastole ≥90
mmHg, disarankan diet rendah garam, mengatur pola makan, istirahat cukup, serta konsul ke dokter untuk tindak lanjut terhadap
kondisi ini.
Hipotensi adalah suatu kondisi terjadinya penurunan tekanan darah dimana tekanan systole ≤ 90 mmHg dan tekanan diastole ≤ 60
mmHg, disarankan untuk memiliki pola makan yang teratur, olah raga secara teratur, dan konsul ke dokter jika terdapat keluhan.
2. Refraksi Mata
Diagram 1.2 Diagram diatas merupakan gambaran hasil pemeriksaan visus mata peserta MCU, didapatkan 23 peserta (15 %)
mengalami gangguan visus mata dan sebanyak 133 (85 %)peserta tidak mengalami gangguan visus mata.
Berikut karyawan yang mengalami Gangguan pada mata:
Gangguan Visus Mata merupakan suatu keadaan dimana terjadinya proses penurunan fungsi mata yang ditandai dengan penurun jarak pandang
mata. Gangguan visus mata dapat terjadi akibat
Disarankan untuk berkonsultasi ke dokter mata untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut guna mendapatkan penglihatan yang optimal.
3. Buta Warna 1%
Positif
Negatif
Diagram 1.3 Diagram diatas merupakan gambaran hasil pemeriksaan buta warna peserta MCU, didapatkan 1 peserta (1%)
99%
mengalami buta warna dan sebanyak 155 (99%)peserta tidak mengalami buta warna.
Berikut karyawan yang mengalami Buta Warna :
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang
disebabkan oleh faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini
dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki-
laki dan perempuan. Seorang perempuan terdapat istilah 'pembawa sifat', hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna.
Perempuan dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan
pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka
seorang wanita tersebut menderita buta warna.
Saraf sel pada retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi
ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.
Beberapa jenis kelainan gigi yang muncul pada data diatas yaitu caries (gigi berlubang), radix (sisa akar gigi), missing ( gigi tanggal),
Kalkulus (karang gigi). Kelainan pada gigi dapat menimbulkan gejala seperti sakit atau nyeri, sakit kepala, bengkak pada wajah, dan
demam. Penyebab dari kelainan gigi :
Kebiasaan makan dan minum yang meninggalkan noda seperti teh, kopi, minuman bersoda, merokok
Kelainan pada gigi dapat dikonsulkan kepada dokter gigi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa yang terdapat dibagian tulang rawan liang telinga luar dan
epitel kulit yang terlepas dan pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding liang telinga dan mencegah masuknya serangga kecil
kedalam liang telinga. Dalam keadaan tertentu, serumen dapat mengumpul dan mengeras sehingga menyebabkan pendengaran berkurang
dan terkadang muncul rasa nyeri serta telinga berdenging.
Membran timpani atau gendang telinga adalah organ dalam telinga yang berbentuk selaput putih tipis berwarna putih seperti
mutiara. Fungsi dari membran timpani atau gendang telinga adalah untuk meneruskan suara dari luar ke tulang-tulang pendengaran yang
letaknya di telinga bagian tengah. Kerusakan pada membrane timpani dapat disebabkan karena peradangan pada telinga bagian tengah dan
juga karena trauma atau benturan. Akibat yang terjadi karena membrane timpani yang rusak adalah penurunan pendengaran.
Tonsillitis adalah peradangan pada tonsil atau amandel yang dapat disebabkan karena infeksi, gesekan dengan benda asing, dan
reaksi alergi. Rasa nyeri pada tenggorokan sering timbul pada orang-orang yang menderita tonsillitis.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Anemia
Diagram 1.1 diatas merupakan gambaran hasil pemeriksaan hemoglobin darah, didapatkan terjadi penurunan kadar
hemoglobin (anemia) sebanyak 3 peserta (1%), dan sebanyak 154 peserta (99 %) dalam batas normal.
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dl. anemia dapat
disebabkan karena :
1. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan sistem imun, talasemia.
2. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik, kekurangan nutrisi (sering vitamin B12).
3. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut, perdarahan kronis, menstruasi, ulser kronis, dan trauma.
2. LED ( Laju Endap Darah )
Diagram 1.2 diatas merupakan gambaran hasil pemeriksaan LED ( Laju Endap Darah), didapatkan tejadi peningkatan LED
sebanyak 30 peserta (19 %), dan sebanyak 126 peserta (81 %) dalam batas normal.
Laju Endap Darah adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari suatu sampel darah yang diperiksa dalam suatu alat tertentu
yang dinyatakan dalam mm/jam. LED sering juga diistilahkan dalam bahasa asing BBS (Blood Bezenking Snelheid), BSR (Blood
Sedimentation Rate), ESR (Erytrocyte Sedimentation Rate) dan dalam bahasa indonesianya adalah KPD (Kecepatan Pengendapan
Darah).(Depkes, 1992)
3. Widal
Diagram 1.3 diatas merupakan gambaran hasil pemeriksaan Widal, didapatkan sebanyak 42 peserta (27 %) terdeteksi
Mengalami gejala awal Thypoid dalam darahnya, dan sebanyak 114 peserta (73 %) tidak terdeteksi adanya Gejala Awal
Thypoid dalam darahnya.
Penyebab utama dari penyakit ini adalah mikroorganisme Salmonella Typhosa dan Salmonella Typhi, A, B, dan C. Mikroorganisme ini
banyak terdapat di kotoran, tinja manusia dan makanan atau minuman yang terkena mikroorganisme yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya
sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara,
mikroorganisme ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan minuman yang tidak higenis Manifestas Klinik.
( Ngastiyah, 2005 )
Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih
penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air
besar maupun setelah berkemih. Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan .
1) Menjaga Kebersihan dilingkungan sekitar dan dirumah, terutama tempat buang air . Jangan buang air besar sembarangan .
3) Menjaga Makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat serta Memilih makanan yang steril dan menyehatkan .
4. HBsAg
Diagram 2.4 diatas merupakan gambaran hasil pemeriksaan HBsAg, didapatkan sebanyak 5 peserta (3 %) terdeteksi HBsAg
dalam darahnya, dan sebanyak 151 peserta (97%) tidak terdeteksi adanya HBsAg dalam darahnya .
HbsAg Positif adalah sebutan dalam bahasa kedokteran untuk infeksi penyakit hepatitis B. Dalam hasil laboratorium pada seseorang
penderita penyakit hepatitis B selalu ditandai dengan HbsAg positif. HbsAg possitif adalah kebalikan dari HbsAg negatif, pada orang normal
yang tidak mengalami penyakit hepatitis B maka pada hasil laboratorium akan menunjukkan HbsAg Negatif.
HbsAg ( Hepatitis B Surface Antigen) Adalah material permukaan / kulit virus hepatitis B berisi protein yang disebut oleh sitoplasma sel
hati yang terkena infeksi dan beredar dalam darah sebelum dan selama infeksi akut. Karier dan hepatitis B kronik. HbsAg tidak infeksius
tetapi justru merangsang tubuh untuk membentuk antibodi.
HBsAg merupakan antigen permukaan yang ditemukan pada virus hepatitis B / hepatitis B virus (HBV) yang memberikan arti
adanya infeksi hepatitis B aktif. Virus yang memiliki kapsul memiliki beberapa protein yang berbeda pada bagian permukaan dari kapsul
yang dapat bersifat sebagai antigen. Antigen ini di dalam tubuh manusia akan dikenali dan berikatan dengan protein yang dihasilkan tubuh
yaitu antibodi. Pada pasien dengan antibodi HBsAg (anti-HBsAg) yang ditemukan pada serum darahnya, dengan gejala maupun tidak dari
infeksi hepatitis B dikatakan termasuk ke dalam pasien yang tidak infeksius. Pemeriksaan skrining / uji saring dari ada atau tidaknya HBsAg
secara umum dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang berkaitan dengan infeksi lainnya, pencegahan terhadap pasien yang berisiko
tinggi (seperti ibu hamil), dan pemeriksaan pada pendonor darah.
5. Leukosit
Diagram 2.5 Diagram diatas merupakan gambaran hasil pemeriksaan leukosit, didapatkan sebanyak 6 peserta (4%)
leukosit meningkat (leukositosis) dalam darahnya dan sebanyak 150 peserta (96%) hasil leukosit dalam batas
Leukosit adalah keadaan jumlah sel darah putih dalam darah meningkat, melebihi nilai normal (5000-10.000). Peningkatan sel
darah putih atau leukosit ini menandakan adanya proses infeksi di dalam tubuh. Untuk itu disarankan kepada peserta yang
mengalami peningkatan leukosit dalam darah untuk konsultasi dokter.
Pemeriksaan Thorax
Diagram diatas merupakan gambaran hasil pemeriksaan Rontgen Thorax peserta MCU 2 peserta (1 %), didapatkan Hasil
Gambaran Scoliosis, Susp TB sebanyak 1 Peserta ( 1 %) dan sebanyak 148 (95 %) peserta dalam batas normal dan
sebanyak 5 Peserta (3 %) Tidak melakukan pemeriksaan Rongen.
Sebagian besar karyawan PT Karawang Foods Lestari adalah laki-laki dimana sebagian besar berusia antara 25-39 tahun. Riwayat
penyakit degenerative, seperti hipertensi, Diabetes mellitus yang juga merupakan penyakit riwayat keluarga cukup menonjol, ditambah
dengan pola hidup kurang sehat yang masih cukup tinggi seperti merokok, minum kopi Jarang, 1-2 gelas perhari dan kurangnya kebiasaan
olahraga rutin. Status gizi sebagian besar peserta masih dalam keadaan gizi yang baik, meskipun masih ada peserta yang dalam keadaan
status gizi kurang, gizi lebih, serta obesitas.
Dari pemeriksaan Fisik tidak terlalu banyak peserta yang ditemui memiliki tekanan darah yang abnormal,hal ini dapat didukung
karena usia peserta yang kebanyakan masih dalam usia yang belum rentan dengan penyakit ini. Selain itu didapatkan juga kelainan visus
( Tajam Penglihatan) pada 8 % peserta. Gangguan Visus Mata merupakan suatu keadaan dimana terjadinya proses penurunan fungsi mata
yang ditandai dengan penurun jarak pandang mata. Gangguan visus mata dapat terjadi akibat gangguan refraksi mata (rabun jauh, rabun
dekat, silinder, presbiopi), penyakit mata (konjungtivis, katarak,glaucoma), usia atau genetic.
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh faktor genetis. Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang
tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak
membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan
terdapat istilah 'pembawa sifat', hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Perempuan dengan pembawa
sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan pembawa sifat
berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka
seorang wanita tersebut menderita buta warna. Saraf sel pada retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel
kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel
kerucut.
Gangguan pada gigi dan mulut cukup menonjol, sebanyak 38 % peserta terdapat gangguan pada gigi dan mulut. Beberapa jenis
kelainan gigi yang muncul pada data diatas yaitu caries (gigi berlubang), radix (sisa akar gigi), missing ( gigi tanggal), Kalkulus (karang gigi).
Kelainan pada gigi dapat menimbulkan gejala seperti sakit atau nyeri, sakit kepala, bengkak pada wajah, dan demam. Penyebab dari kelainan
gigi kurang makan berserat pada saat pertumbuhan, menggosok gigi terlalu keras, kebiasaan makan dan minum yang meninggalkan noda
seperti teh, kopi, minuman bersoda, merokok, trauma atau cedera.
Usia tua
Faktor penyebab laju endap darah tinggi yang pertama akan kita bahas adalah usia. Pada usia tua laju endap darah seseorang menjadi lebih
tinggi, acuan penilaian terhadap laju endap darah pada usia senja ini juga berubah. Seorang laki-laki dengan usia di atas 50 tahun acuan LED
normal berada pada kisaran 0-20 mm/jam, sedangkan pada perempuan berusia di atas 50 tahun acuan yang digunakan adalah 0-30
mm/jam.
Wanita hamil
Faktor penyebab laju endap darah tinggi berikutnya adalah kondisi hamil yang dialami oleh perempuan. Pada wanita hamil sering kali
ditemui hasil pemeriksaan LED yang tinggi, hal ini disebabkan oleh sejumlah hal. Yang pertama, seperti sudah disebutkan sebelumnya hasil
pemeriksaan LED erat hubungannya dengan kadar fibrinogen di dalam darah. Pada wanita hamil terjadi peningkatan produksi fibrinogen,
selain itu pada wanita hamil terdapat peningkatan volume cairan di dalam pembuluh darah sehingga laju endap darah menjadi lebih tinggi.
Penyakit anemia
Penyakit anemia atau kurang darah sering kali dikaitkan dengan laju endap darah yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh perbandingan jumlah
sel darah merah yang lebih sedikit dibandingkan dengan cairan plasma di dalam pembuluh darah, dan kondisi tersebut menyebabkan
kecepatan aliran sel darah merah meningkat. Selain itu, sebuah kondisi anemia makrositik dimana ukuran sel darah merah menjadi lebih
besar juga dapat meningkatkan laju endap darah.
Infeksi
Berikutnya penyebab laju endap darah tinggi adalah penyakit infeksi yang terjadi di dalam tubuh. Laju endap darah sering digunakan sebagai
tes laboratorium darah guna mengecek acute phase reactant, sebuah substansi di dalam darah yang akan meningkat sebagai respon
terhadap infeksi, trauma, kerusakan sel-sel tubuh, sejumlah kanker, luka bakar dan bahkan sebagai respon terhadap sebuah operasi.
Pemeriksaan LED terhadap kondisi-kondisi tersebut di atas masih merupakan salah satu pemeriksaan terbaik yang dilakukan, akan tetapi
sejumlah penelitian menyatakan bahwa pemeriksaan LED merupakan tes yang dapat menggambarkan respon fase akut sebuah penyakit
setelah 24 jam pertama. Untuk itu selama 24 jam pertama respon fase akut dianjurkan sebuah pemeriksaan lain yang lebih baik yakni
pemeriksaan C-reactive protein. Hanya saja pemeriksaan C-reactive protein ini lebih mahal dan membutuhkan waktu lebih lama
dibandingkan dengan pemeriksaan LED.
Proses radang
Laju endap darah tinggi juga dapat ditemukan dalam proses radang (inflamasi) yang terjadi di dalam tubuh manusia apapun penyebabnya
baik infeksi maupun non infeksi. Hal ini disebabkan oleh respon inflamasi dimana tubuh kita akan meningkatkan pembentukan fibrinogen
dan berujung pada peningkatan laju endap darah.
Pemeriksaan Rontgen thorax juga mendeteksi adanya Gambaran Scoliosis, Susp TB Paru. Seseorang masih dikatakan suspek berkaitan
karena dalam pemeriksaan rontgen bukan salah satu gold standar untuk menegakan diagnose TBC. Pemeriksaan baku yang dianjurkan untuk
memastikan TBC adalah dengan pemeriksaan sputum atau dahak.
Berikut resume daftar 12 abnormalitas yang dijumpai pada medical check up kali ini :
1. Gangguan gigi dan mulut ( 38 %, total 60 peserta)
2. Gangguan Refraksi mata ( 15 %, total 23 peserta)
3. Hipertensi ( 4 %, total 7 peserta)
4. Hipotensi ( 9 %, total 14 peserta)
5. Serumen (8 %,Total 13 Peserta), Tonsil ( 19 %, Total 12 Peserta)
6. Anemia ( 2 %, Total 1 Peserta)
7. Buta Warna( 1 %, Total 1 Pesrta)
8. Gejala Awal Thypoid ( 27 %, Total 42 Peserta)
9. HBsAg (3 %, Total 5 Peserta)
10.Gambaran Scoliosis( 1%, Total 1 Peserta), Susp TB Paru ( 1 %, Total 1 Peserta)
11.Peningkatan LED ( Laju Endap Darah) ( 19 %, Total 30 Peserta )
12. Leukosit ( 4 %, Total 6 Peserta)
SARAN
1. Penyakit degenerative seperti hipertensi, diabetes dapat dicegah bahkan diminimalisir perjalanan penyakitnya dengan pola hidup
yang sehat, olahraga teratur, pemantauan penyakit (disease management) bagi peserta yang beresiko dengan didukung management
akan membantu meminalisis perburukan penyakit.
2. Konsultasi dan melakukan pengobatan secara teratur ke dokter penyakit dalam dan jantung bagi peserta yang mempunyai keluhan
terutama pada penyakit-penyakit degenerative.
3. Diadakan pemeriksaan gigi dan mulut secara rutin dan berkala ke dokter gigi, minimal 6 bulan sekali.
4. Konsultasi ke dokter THT untuk peserta yang mempunyai keluhan sekitar telinga, hidung dan tenggorokan
5. Diadakan promosi dan penyuluhan kesehatan terkait dengan pola hidup dan pola makan yang sehat , mengurangi kebiasaan
merokok, menghindari minum kopi lebih dari 2 gelas/hari khususnya, diet rendah garam dan rendah lemak serta olahraga teratur
sebagai salah satu pencegahan penyakit.
7. Diadakan peyuluhan kesehatan tentang pola hidup sehat terkait penyakit gangguan paru , dan pengobatan berkala dan tuntas bagi
yang sudah positif terkena penyakit Paru.
8. Diadakan pemeriksaan dan seleksi ketat terhadap calon karyawan pada masa yang akan datang.
9. Perlunya vaksinasi hepatitis karena terdeteksi karyawan yang terdapat HBsAg dalam darahnya untuk mencegah
penularan penyakit ini dan Vaksinasi Thypoid
Kesehatan pada gigi dan mulut sangat berhubungan erat hubungannya dengan sikap dan kebiasaan dari masing-
masing peserta MCU. Kebiasaan suka merokok, minum kopi dan kurangnya perhatian menjaga kebersihan mulut dari
masing-masing individu merupakan faktor-faktor penyebabnya. Untuk perusahaan perlunya melakukan usaha promotif
dan preventif dengan penyuluhan, pamflet atau poster yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut.
Body mass Index atau status gizi dari karyawan PT Karawang Foods Lestari,BMI sangat berkaitan dengan pola
makan dan olahraga. Setiap individu disarankan untuk menjaga pola makannya yang seimbang, dan tentunya
berolahraga secara teratur. Dengan memiliki pola makan yang baik maka zat-zat yang berlebihan seperti kolesterol,gula
dan asam urat dapat dikendalikan jumlahnya di dalam tubuh. Selain itu sangat disarankan kepada setiap karyawan untuk
minum air putih minimal 1,5- 2 Liter perhari guna menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh dan menjaga kesehatan
ginjal. Kekurangan cairan dapat mengganggu keseimbangan zat-zat elektrolit yang berdampak pada kondisi lemah,lesu
sehigga dapat menurunkan produktivitas bekerja dari karyawan. Untuk itu diperlukan tiap karyawan membawa minum
atau perusahaan dapat memfasilitasi dengan menyediakan air mineral di masing-masing unit kerja dari karyawan.
Perusahaan dapat mefasilitasi dengan mengadakan kegiatan olahraga di lingkungan perusahaan untuk
membantu setiap karyawan dalam menjaga kebugaran serta membantu para karyawan dalam menjaga kesehatan
jantung terutama karyawan-karyawan memilik gangguan atau masalah tekanan darah atau jantung.