Anda di halaman 1dari 26

PERCOBAAB III

UJI KEASAMAN BERBAGAI MINERAL BATUAN SECARA


SPEKTROFOMETRI FTIR

Nama : Syafiq Syaikhul Akbar (155090701111003)


Muhammad Syafroni Ajis (155090701111009)
Nopri Emrananta br Sembiring (155090701111014)
Kelompaok : 2
Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memahami tahapan cara kerja penentuan keasaman
zeolit alam dan membandingkan keasaman mineral alam yang ditentukan menggunakan
metode spektrofotometri FTIR.

1.2 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan membandingkan keasaman zeolit alam yang nengalami pengasaman
biasa dengan zeolit yang megalami pengasaman dengan menggunakan metode
spektrofotometri FTIR. Dimana metode tersebut memiliki prinsip olekul senyawa
kompleks yang ditembak dengan energi dari sumber sinar yang akan menyebabkan
molekul mengalami vibrasi. Sumber sinar yang apabila dialiri arus listrik maka dapat
memancarkan infrared. Sedangkan pengasaman biasa menggunakan kertas lakmus.

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Mineral Batuan
Mineral dapat didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat
dijumpai dalam wujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar
sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena
didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang
seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk
tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur
didalamnya. Mineral dibatasi oleh bidang - bidang rata dan diasumsikan sebagai
bentuk – bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal. Kristal secara umum dapat
didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan
tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan
dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah
dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah
(1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6)
goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau
analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu
yang lama. Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk
mengenal mineral secara cepat, yaitu:
1. Bentuk kristal (crystall form)
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat
hambatan, maka mineral tersebut akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi
apabila dalam perkembangannya mineral tersebut mendapat hambatan, maka bentuk
kristalnya juga akan terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya
yang khas, yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat
dari susunan kristalnya didalam. Berikut diperlihatkan bentuk bentuk kristal Isometrik
dan Non-Isometrik.

Gambar 1.3.1.1 Bentuk-Bentuk Kristal Isometrik


Gambar 1.3.1.2 Bentuk-Bentuk Kristal Non-Isometrik

2. Berat jenis (specific gravity)


Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-
unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan
kristalnya. Umumnya mineral-mineral pembentuk batuan mempunyai berat jenis sekitar
2.7 meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas
murni umpamanya, mempunyai berat jenis 19.3.
3. Bidang belah (fracture)
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang
mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-
atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang lemah yang
dimiliki oleh suatu mineral.
4. Warna (color)
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan
antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun warna-warna yang khas yang dapat
digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu didalamnya. Sebagai contoh warna
gelap dipunyai mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral
dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium.
5. Kekarasan (hardness)
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan mengetahui
kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap
kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Kekerasan
suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan
lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang relatif lebih lunak
dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang
terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal
sebagai Skala Kekerasan Mohs.
6. Goresan pada bidang (streak)
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada mineral
kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.

7. Kilap (luster)
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu
mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap Non-
Logam. Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera,
kelap resin, dan kilap tanah.
Gambar 1.3.1.3 Berbagai jenis mineral yang memperlihatkan struktur kristal

Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral


Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-silikat,
yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida,
dan Phospat. Dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang dikenal
hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat dalam
pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan mineral pembentuk batuan.
Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3)
Sulfida dan (4) Karbonat dan Sulfat.

1. Mineral Silikat
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena
jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral
silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari kerak
Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium.
Berikut adalah Mineral Silikat:
1. Kuarsa: ( SiO2 )
2. Felspar Alkali: ( KAlSi3O8 )
3. Felspar Plagiklas: (Ca,Na)AlSi3O8)
4. Mika Muskovit: (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2
5. Mika Biotit: K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2
6. Amfibol: (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)
7. Pyroksen: (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6
8. Olivin: (Mg,Fe)2SiO4
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah mineral
ferromagnesium.

Gambar 1.3.1.4 Tabel Mineral Silikat


2. Mineral oksida
Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu.
Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras
dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida.
Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan
aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah es (H2O), korondum
(Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
3. Mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur
(belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa dari
mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih,
seperti pirit (FeS3), chalcocite (Cu2S), galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).
4. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat dimana
persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat. CaCO3 dikenal sebagai mineral
kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.
(Noor,2009)
Batuan merupakan material yang membentuk litosfir maupun kerak bumi, terdiri dari
mineral-mineral, terbentuk di alam dan tidak hidup. Dapat terbentuk dari hanya satu mineral
atau himpunan berbagai macam mineral. Batuan dapat dikelompokkannya menjadi tiga
kelompok besar, yaitu (1) batuan beku, (2) batuan sedimen, dan (3) batuan malihan atau
metamorfis.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli Geologi terhadap batuan,
menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok tersebut terdapat hubungan yang erat satu
dengan lainnya, dan batuan beku dianggap sebagai “nenek moyang” dari batuan lainnya. Dari
sejarah pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya seluruh bagian luar
dari Bumi ini terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan,
maka terjadilah perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan kelompok-
kelompok batuan yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke kelompok
lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan “daur batuan”.
Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan
pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh proses
penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau diatas permukaan Bumi melalui erupsi
gunung berapi. Kelompok batuan beku tersebut, apabila kemudian tersingkap dipermukaan,
maka ia akan bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya
proses pelapukan. Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya,
batuan yang telah dihancurkan ini akan dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul
oleh gayaberat, air yang mengalir diatas dan dibawah permukaan, angin yang bertiup,
gelombang dipantai dan gletser dipegunungan-pegunungan yang tinggi. Media pengangkut
tersebut juga dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan
permukaan Bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau
bahan yang larut, kemudian akan diendapkan ditempat-tempat tertentu sebagai sedimen.
Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat lepas, menjadi
batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam larutan,
dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi
peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan dan atau terlibat dalam proses
pembentukan pegunungan, maka batuan sedimen tersebut akan mengalami ubahan untuk
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau batuan
metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu,
maka ia akan kembali leleh dan berubah menjadi magma.
Gambar 1.3.1.5 Daur Batuan
 Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan
yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan
setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan
beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak
bumi.
 Batuan Sedimen
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di
daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari
satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut
yang utama. Sedimen ini apabila Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen
adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan
faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi.
Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan mengeras (membatu) akan
menjadi batuan sedimen. salju/gletser. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan
angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air
maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar
maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar
ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi
(confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di
daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada
terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen
sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari
daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari
sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan
tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan
mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin
banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh
penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang
terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
 Batuan Metamorf
Kata .metamorfosa. berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metamorphism” dimana
“meta” yang artinya berubah dan “morph” yang artinya bentuk.Dengan demikian
pengertian metamorfosa dalam geologi adalah merujuk pada perubahan dari kelompok
mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan
temperatur yang berbeda dengan tekanan dan temperatur saat batuan tersebut pertama
kalinya terbentuk. Sebagai catatan bahwa istilah .diagenesa. juga mengandung arti
perubahan yang terjadi pada batuan sedimen. Hanya saja proses diagenesa terjadi pada
temperatur dibawah 200° C dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal) atau
setara dengan tekanan sebesar 3000 atmosfir, sedangkan .metamorofsa. terjadi pada
temperatur dan tekanan diatas diagenesa. Batuan yang dapat mengalami tekanan dan
temperatur diatas 300 Mpa dan 200° C umumnya berada pada kedalaman tertentu dan
biasanya berasosiasi dengan proses tektonik, terutama di daerah tumbukan lempeng atau
zona subduksi. Batas atas antara proses metamorfosa dan pelelehan batuan masih
menjadi pertanyaan hingga saat ini. Sekali batuan mulai mencair, maka proses perubahan
merupakan proses pembentukan batuan beku. Batuan metamorf adalah batuan yang
terbentuk dari batuan asal (batuan beku, sedimen,metamorf) yang mengalami perubahan
temperatur(T), tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan yang
berakibat pada pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur batuan yang baru.
(Sapie,2008)
1.3.2 Zeolit
Zeolit adalah mineral kristal alumina silikat berpori terhidrat yang mempunyai
4-
struktur kerangka tiga dimensi terbentuk dari tetrahedral [SiO4] dan [AlO4] 5- . Kedua
tetrahedral di atas dihubungkan oleh atom-atom oksigen, menghasilkan struktur tiga
dimensi terbuka dan berongga yang didalamnya diisi oleh atom-atom logam biasanya
logam-logam alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas.
Umumnya, struktur zeolit adalah suatu polimer anorganik berbentuk tetrahedral unit
TO4, dimana T adalah ion Si4+ atau Al3+ dengan atom O berada diantara dua atom T.

Gambar 1.3.2.1 Struktur kimia zeolit


Struktur zeolit memiliki rumus umum Mx/n [(AlO2)x(SiO2)y].wH2O, dimana M
adalah kation alkali atau alkali tanah, n adalah jumlah valensi kation, w adalah
banyaknya molekul air per satuan unit sel, x dan y adalah angka total tetrahedral per
satuan unit sel, dan nisbah y/x biasanya bernilai 1 sampai 5, meskipun ditemukan juga
zeolit dengan nisbah y/x antara 10 sampai 100. Zeolit dibedakan menjadi dua jenis, yakni
zeolit alam dan zeolit sintetis, namun sekarang zeolit yang paling banyak digunakan
adalah zeolit sintesis.
 Zeolit Alam
Zeolit alam ditemukan dalam bentuk mineral dengan komposisi yang berbeda,
terutama dalam nisbah Si/Al dan jenis logam yang menjadi komponen minor. Zeolit
alam terbentuk karena adanya proses kimia dan fisika yang kompleks dari batuan-
batuan yang mengalami berbagai macam perubahan di alam. Para ahli geokimia dan
mineralogi memperkirakan bahwa zeolit merupakan produk gunung berapi yang
membeku menjadi batuan vulkanik, batuan sedimen dan batuan metamorfosa yang
selanjutnya mengalami proses pelapukan karena pengaruh panas dan dingin. Sebagai
produk alam, zeolit alam diketahui memiliki komposisi yang sangat bervariasi, namun
komponen utamanya adalah silika dan alumina. Di samping komponen utama ini,
zeolit juga mengandung berbagai unsur minor, antara lain Na, K, Ca, Mg, dan Fe.
Terlepas dari aplikasinya yang luas, zeolit alam memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya mengandung banyak pengotor seperti Na, K, Ca, Mg dan Fe serta
kristalinitasnya kurang baik. Keberadaan pengotor-pengotor tersebut dapat
mengurangi aktivitas dari zeolit. Untuk memperbaiki karakter zeolit alam sehingga
dapat digunakan sebagai katalis, adsorben, atau aplikasi lainnya, biasanya dilakukan
aktivasi dan modifikasi terlebih dahulu.

Gambar 1.3.2.2 Tabel Zeolit Alam


 Zeolit Sintetik
Zeolit sintetik adalah zeolit yang dibuat secara rekayasa yang sedemikian rupa
sehingga didapatkan karakter yang lebih baik dari zeolit alam. Prinsip dasar produksi
zeolit sintetik adalah komponennya yang terdiri dari silika dan alumina, sehingga
dapat disintesis dari berbagai bahan baku yang mengandung kedua komponen di atas.
Komponen minor dalam zeolit juga dapat ditambahkan dengan mudah menggunakan
senyawa murni, sehingga zeolit sintetik memiliki komposisi yang tetap dengan tingkat
kemurnian yang tinggi.

Gambar 1.3.2.3 Zeolit Sintetik


(Graha,1987)
1.3.2 FTIR ( Fourier Transform Infra Red) dan Prinsip Kerja FTIR
Spektroskopi FTIR adalah teknik pengukuran untuk mengumpulkan spektrum
inframerah. Energi yang diserap sampel pada berbagai frekuensi sinar inframerah
direkam, kemudian diteruskan ke interferometer. Sinar pengukuran sampel diubah
menjadi interferogram.
Perhitungan secara matematika Fourier Transform untuk sinyal tersebut akan
menghasilkan spekrum yang identik pada spektroskopi inframerah.
FTIR terdiri dari 5 bagian utama, yaitu:
a. Sumber sinar, yang terbuat dari filamen Nerst atau globar yang dipanaskan
menggunakan listrik hingga temperatur 1000-1800 0C.
b. Beam splitter, berupa material transparan dengan indeks relatif,
sehingga menghasilkan 50% radiasi akan direfleksikan dan 50% radiasi akan
diteruskan.
c. Interferometer, merupakan bagian utama dari FTIR yang berfungsi untuk
membentuk interferogram yang akan diteruskan menuju detektor.
d. Daerah cuplikan, dimana berkas acuan dan cuplikan masuk ke dalam daerah
cuplikan dan masing-masing menembus sel acuan dan cuplikan secara
bersesuaian.
e. Detektor, Merupakan piranti yang mengukur energi pancaran yang lewat
akibat panas yang dihasilkan. Detektor yang sering digunakan adalah
termokopel dan balometer.
Mekanisme yang terjadi pada alat FTIR dapat dijelaskan sebagai berikut. Sinar yang
datang dari sumber sinar akan diteruskan, dan kemudian akan dipecah oleh pemecah
sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini kemudian
dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin bergerak. Sinar hasil
pantulan kedua cermin akan dipantulkan kembali menuju pemecah sinar untuk saling
berinteraksi. Dari pemecah sinar, sebagian sinar akan diarahkan menuju cuplikan dan
sebagian menuju sumber. Gerakan cermin yang maju mundur akan menyebabkan sinar
yang sampai pada detektor akan berfluktuasi. Sinar akan saling menguatkan ketika
kedua cermin memiliki jarak yang sama terhadap detektor, dan akan saling
melemahkan jika kedua cermin memiliki jarak yang berbeda. Fluktuasi sinar yang
sampai pada detektor ini akan menghasilkan sinyal pada detektor yang disebut
interferogram. Interferogram ini akan diubah menjadi spektra IR dengan bantuan
computer berdasarkan operasi matematika.
Prinsip kerja FTIR adalah adanya interaksi energi dengan materi. Molekul senyawa
kompleks yang ditembak dengan energi dari sumber sinar yang akan menyebabkan
molekul mengalami vibrasi. Sumber sinar yang apabila dialiri arus listrik maka dapat
memancarkan infrared. Vibrasi dapat terjadi karena energi yang berasal dari sinar
infrared tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya atomisasi ataupun eksitasi
elektron pada molekul senyawa yang ditembak dimana besarnya energi vibrasi tiap
atom atau molekul berbeda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang
menghubungkannya sehingga dihasilkan frekuensi yang berbeda pula. FTIR
menggunakan mecrosem dan letak cerminnya paralel. Spektroskopi infrared berfokus
pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000 cm-1 dimana cm-1
disebut wavenumber, yakni suatu ukuran unit untuk frekuensi.
(Hendayana,1994)
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan dari percobaan ini terdiri dari:
a. Bahan
- Mineral Zeolit
- Larutan asam klorida 3M
- Larutan Natrium Hidroksida 0.05M
- Aquades
- 2 lembar kertas saring
- Kertas lakmus biru
- Indikator PP
b. Alat
- 2 buah gelas kimia 200 mL
- 2 buah Erlenmeyer 250mL
- 1 buah Gelas Ukur 50 mL
- 1 buah Buret
- 1 buah Batang Pengaduk
- 2 buah Corong
- 2 buah gelas arloji
- 1 buah Pemanas listrik
- 1 buah Timbangan Analitik
- 1 buah Oven
- 1 buahh Desikator
- 1 buah Penjepit Gelas

2.2 Diagram Alir Skema Kerja


a. Zeolit Teraktivasi

5gr Mineral Zeolit ditimbang di atas gelas arloji

Zeolit dimasukkan ke dalam Gelas Kimia 200mL

10 mL larutan HCl 3M ditambahkan

Larutandidinginkan
Campuran dipanaskan hingga
selama suhu
3 menit
ruang

10 mL larutan HCl 3M ditambahkan


Padatan dipisahkan dari larutan dengan penyaringan ke Erlenmeyer 250mL
dan corong yang diberi kertas saring

Padatan dimasukkan ke gelas kimia 200mL dan Zeolit dibilas dengan 10mL
Aquades

Air bilasan pertama dibuang dan dibilas ulang kemudian air bilasan diperiksa
dengan lakmus biru

Proses pembilasan diulang hingga hasil uji lakmus menjadi biru

Kertas saring berisi padatan Zeolit dipindahkan ke gelas arloji dan dikeringkan
pada suhu 110oC hingga kering kemudian didinginkan di Desikator

Zeolit Teraktivasi

Zeolit diukur dengan Spektrofotometer FTIR

b. Zeolit non-Aktivasi

5gr Mineral Zeolit ditimbang di atas gelas arloji

Zeolit dimasukkan ke dalam Gelas Kimia 200mL

Larutan dipanaskan selama 3 menit

Campuran didinginkan hingga suhu ruang


Padatan dipisahkan dari larutan dengan penyaringan ke Erlenmeyer 250mL
dan corong yang diberi kertas saring

Padatan dikeringkan dengan oven dengan suhu 110oC kemudian didinginkan


pada Desikator

Ukur dengan Spektrofotometri FTIR


BAB III
DATA HASIL PENGAMATAN
3.1 Hasil Padatan
Setelah dilakukan pemisahan dan pengeringan Zeolit, didapatkan data bahwa hasil
padatan Zeolit dengan 2 perlakuan berbeda adalah sebagai berikut
No Jenis Zeolit Massa
1 Non-Aktivasi 0,62 gr
2 Aktivasi 0,68 gr
Adapun padatan jenis Aktivasi diberikan tambahan Aquades pada saat uji lakmus dengan
rincian sebagai berikut
No Penambahan Perlakuan ke- Hasil Lakmus
1 5 mL 1 Merah
2 5 mL 2 Merah
3 10 mL 3 Merah
4 10 mL 4 Merah
5 20 mL 5 Merah
6 10 mL 6 Merah
7 5 mL 7 Merah
8 25 mL 8 Biru

3.2 Hasil FTIR


a. Zeolit Aktivasi
b. Zeolit Non-Aktivasi
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pemabahasan hasil yang diperoleh saat praktikum

4.1.1 Zeolit Non Aktifasi


Perlakuan Hasil
Timbang 0,5 gr zeolit diatas gelas arloji Didapatkan 0,5 gr zeolit
Masukan zeolit kedalam gelas kimia Didapatkan zeolit 0,5gr didalam gelas
200mL kimia
Tambahkan 10mL air suling ke dalam Didapatkan larutan air dan zeolit didalam
gelas Kimia yang sama gelas kimia
Panaskan larutan di atas pemanas listrik Didapatkan larutan air dan zeolit yang
selama 3 menit sudah tercampur didalam gelas kimia
Dingingkan campuran pada suhu ruang Didapatkan campuran yang sudah dingin
Pisahkan padatan dari larutan dengan Didapatkan padatan zeolit yang sudah
penyaringan, menggunakan tabung terpisahkan dari larutannya
erlemeyer dan corong
Pindahkan kertas saring berisi padatan ke Didapatkan padatan zeolit yang sudah
gelas arloji dan dikeringkan kedalam oven kering
dengan suhu 110o
Ukur dengan Spektometer FTIR Didapatkan hasil pengamatan zeolit pada
Spektometer FTIR

4.1.2 Zeolit Teraktivasi


Perlakuan Hasil
Timbang 0,5 gr zeolit diatas gelas arloji Didapatkan 0,5 gr zeolit
Masukan zeolit kedalam gelas kimia Didapatkan zeolit 0,5gr didalam gelas
200mL kimia
Tambahkan 10mL larutan HCL 3M Didapatakn larutan zeolit dan HCL
Panaskan larutan di atas pemanas listrik Didapatkan larutan air dan zeolit yang
selama 3 menit sudah tercampur didalam gelas kimia
Dingingkan campuran pada suhu ruang Didapatkan campuran yang sudah dingin
Pisahkan padatan dari larutan dengan Didapatkan padatan zeolit yang sudah
penyaringan, menggunakan tabung terpisahkan dari larutannya
erlemeyer dan corong dengan
menambahkan 10ml air suling
Buang air bilasan pertama dan diperiksa Didapatkan padatan zeolit yang sudah
dengan kertas lakmus terpisahkan dari larutannya
Bila kertas lakmus belum berubah Didapatkan perubahan warna pada pada
diulangi langkah sebelumnya dengan kertas lakmus
menambah air suling lagi dan diperiksa Jika tidak langkah sebelumnya diulangi
kembali dengan kertas lakmus dengan penambahan air suling kembali
Jika kertas lakmus berubah warna, Didapatkan perubahan warna pada pada
dilanjutkan ketahap selanjutnya kertas lakmus
Pindahkan kertas saring berisi padatan ke Didapatkan padatan zeolit yang sudah
gelas arloji dan dikeringkan kedalam oven kering
dengan suhu 110o
Ukur dengan Spektometer FTIR Didapatkan hasil pengamatan zeolit pada
Spektometer FTIR
Bandingkan spektranya dengan zeolit Didapatkan perbedaan zeolit aktivasi dan
tanpa aktivasi no aktivasi
Identifikasi perbedaan keasaman Didapatkan hasil identifikasi zeolit
berdasarkan gugus fungsi asam mineral aktivasi dan non aktivasi
4.2 Pemabahsan Hasil FTIR Zeolit
4.2.1 Zeolit Aktifasi

Pada spektra FTIR zeolit aktivasi diatas dapat dibagi menjadi empat wilayah. Wilayah
pertama dari rentang 4000 – 2500, didapat karakteristik puncak pada 3410,067 dimana
karakteristik ini memiliki gugus fungsi NH dengan senyawa Amina primer dan sekunder.
Wilayah kedua yaitu dari rentang 2500 – 2000, tidak adanya karakteristik puncak sehingga
tidak dapat menentukan gugus fungsinya. Wilayah ketiga dari rentang 2000 – 1500,
didapatkan karakteristik puncak pada 1636,29 dimana karakteristik ini memiliki gugus fungsi
C=C dengan senyawa alkena dan gugus fungsi C=N dengan senyawa Oksim. Pada wilayah
keempat terdapat banyak puncak spektra. Wilayah keempat ini dikenal sebagai daerah sidik
jari dari spektrum IR yang mengandung sejumlah besar puncak serapan untuk berbagai ikatan
tunggal.

4.2.2 Zeolit Non Aktifasi

Pada spektra FTIR zeolit non-aktivasi diatas dapat dibagi menjadi empat wilayah.
Wilayah pertama dari rentang 4000 – 2500, didapatkan karakteristik puncak pada 3441,53
dimana karakteristik ini memiliki gugus fungsi NH dengan senyawa Amina primer dan
sekunder. Wilayah kedua yaitu dari rentang 2500 – 2000, tidak adanya karakteristik puncak
sehingga tidak dapat menentukan gugus fungsinya. Wilayah ketiga dari rentang 2000 – 1500,
didapatkan karakteristik puncak pada 1642,07 dimana karakteristik ini memiliki gugus fungsi
C=C dengan senyawa alkena dan gugus fungsi C=N dengan senyawa Oksim. Pada wilayah
keempat terdapat banyak puncak spektra. Wilayah keempat ini dikenal sebagai daerah sidik
jari dari spektrum IR yang mengandung sejumlah besar puncak serapan untuk berbagai ikatan
tunggal.
Dari kedua data diatas, gugus fungsi zeolit aktivasi dengan non-aktivasi tidak memiliki
perbedaan. Gugus fungsi pada setiap wilayah pengukuran memiliki gugus yang sama. Namun
karakteristik puncaknya memilki nilai frekuensi berbeda. Perbandingan nilai frekuensi ini
tidaklah besar karena masih dalam rentang nilai gugus fungsi yang sama. Berikut adalah tabel
daerah gugus fungsi IR :

Untuk literatur pembanding gugus fungsi zeolit diambil dari Jurnal ALCHEMY, Vol.
3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 – 117 yang berjudul SINTESIS DAN KARAKTERISASI
ZEOLIT Y DARI ABU AMPAS TEBU VARIASI RASIO MOLAR SiO2/Al2O3
DENGAN METODE SOL GEL HIDROTERMAL. Pada struktur zeolit diketahui karakter
aluminosilikat terdapat jaringan internal dan eksternal, yang merupakan jaringan internal
zeolit ditunjukkan pada daerah serapan sekitar 500-420 cm-1 , 820-650 cm-1 , dan 1250-
950 cm-1 . Daerah serapan sekitar 820-650 cm-1 mewakili vibrasi ulur simetri O-Si-O dan
O-Al-O, sedangkan daerah serapan sekitar 1250-950 cm --1 mewakili vibrasi ulur asimetri,
serta vibrasi tekuk dari Si-O dan Al-O pada kerangka aluminosilikat pada zeolit muncul
pada daerah serapan 500-420 cm-1. Adanya vibrasi ulur dan tekuk tersebut menunjukkan
telah terbentuknya kerangka aluminosilikat. Berikut Tabel Interpretasi spektra IR Zeolit
dari literatur:

Dari tabel diatas maka dapat dikatakan bahwa kedua senyawa adalah identik karena
memilki nilai frekueensi yang hampir sama dan memiliki gugus yang sama.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Zeolit aktivasi dan zeolit non-aktivasi memiliki gugus fungsi yang sama namun
dengan nilai frekuensi yang berbeda. Apabila dibandingkan dengan literatur, hasil yang
didapat juga identik. Metode FTIR ini bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi dari
zeolit. Spektroskopi FTIR adalah teknik pengukuran untuk mengumpulkan spektrum
inframerah. Energi yang diserap sampel pada berbagai frekuensi sinar inframerah
direkam, kemudian diteruskan ke interferometer. Sinar pengukuran sampel diubah
menjadi interferogram.Perhitungan secara matematika Fourier Transform untuk sinyal
tersebut akan menghasilkan spekrum yang identik pada spektroskopi inframerah

5.2 Saran
Sebaiknya para asisten praktikum lebih detail lagi menjelaskan mengenai teori dan
juga kaitan teori dan prakteknya kepada para praktikan sehingga praktikan tidak
kesulitan untuk paham. Sebaiknya fasilitas listrik pada laboratorium semakin
ditingkatkan agar tidak mengganggu dan menjadi kendala selama praktikan
melaksanakan praktikum.
Daftar Pustaka

Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung.

Hendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Press.

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Yogyakarta : Depublish.

Sapie, Benyamin. 2008. Geologi Fisik. Bandung : ITB.

Zahro, Alifatus, dkk.2014. SINTESIS DAN KARAKTERISASI ZEOLIT Y DARI ABU AMPAS TEBU VARIASI
RASIO MOLAR SiO2/Al2O3 DENGAN METODE SOL GEL HIDROTERMAL.
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

Anda mungkin juga menyukai