Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PROSES PENGELASAN KOMBINASI

GMAW-SAW DAN SAW TERHADAP CACAT


SAMBUNGAN DAN SIFAT MEKANIK PADA
MATERIAL SM490A DAN SM520B

Ficky Apriandoa, Iis Siti Aisyahb, Nur Subekic


a,b,c
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No.246, Malang 65144 Indonesia
Telp. (0341) 464318-128 Fax. (0341) 460782
e-mail: fickyapriando@gmail.com

Abstrak

Gas Metal Arc Welding (GMAW) dan Submarged Arc Welding (SAW) merupakan jenis
proses pengelasan yang banyak digunakan dalam dunia penyambungan logam atau paduan logam,
kelebihan pengelasan tersebut dapat beroperasi secara otomatis, pelaksanaan relatif cepat dan
mempunyai keandalan yang tinggi dalam aplikasi pengelasan. Kekuatan hasil sambungan las
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya masukan panas, kuat arus, kecepatan las, laju
pendinginan, komposisi kimia dari filler, fluks, dan logam dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh proses dari pengelasan kombinasi GMAW-SAW dan SAW terhadap cacat
sambungan dan sifat mekanik. Material yang digunakan adalah Baja SM490A dan
SM520B,kampuhpengelasan berbentuk V 250 dengan posisi 1G, metode yang digunakan yaitu
pengelasan kombinasi (GMAW 60 % - SAW 40%) dan (SAW 100%) komposisi kimia filler GMAW
memakai jenis filler ER70S-6 yang memiliki kandungan Mn 1,43% dan SAW memakai jenis filler
F7A0-EM12K dengan kandungan Mn1,33%. Pengujian cacat sambungan dilakukan dengan uji
radiographic dan pengamatan Macro, uji sifat mekanik dilakukan dengan uji tarik dan uji bending
secara side bend. Penelitian ini menunjukkan bahwa metode pengelasan kombinasi filler GMAW-
SAW mempunyai nilai kekuatan yang tinggi sebesar 508 Mpa dari pada metode pengelasan filler
SAW dengan nilai kekuatan 477 Mpa. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah Mangan (Mn) tinggi
mempengaruhi tingkat kekuatan sambungan las.

Kata kunci: GMAW, SAW, Filler, Mangan (Mn), Kekuatan

1. PENDAHULUAN
Pengelasan adalah salah satu metode penggabungan yang digunakan untuk
menyambung logam atau paduan logam, dimana penyambungan ini memanfaatkan
energy panas dari mesin las yang digunakan dalam pengelasan. Pada proses pengelasan
terjadi peleburan antara logam pengisi dan logam yang dilas. Pengelasan GMAW dan
SAW merupakan salah satu jenis pengelasan yang penting dalam dunia industri dibidang
fabrikasi maupun kontruksi yang banyak digunakan untuk penyambungan seperti
jembatan, bangunan, dan perpipaan. Gas Metal Arc Welding (GMAW) merupakan proses
pengelasan yang mampu mengalirkan panas dengan laju kecepatan tinggi, pengelasan
GMAW memiliki konsentrasi busur yang tinggi dan elastisitas yang lebih baik dari pada
yang dihasilkan dengan cara pengelasan yang lain [4]. Permasalahan yang sering terjadi
pada hasil pengelasan GMAW terhadap pengaturan voltage menyebabkan terjadinya
penembusan las karena dengan adanya penembusan yang besar mengakibatkan las
bagian dalam semakin besar sehingga berpengaruh besar terhadap kekuatan hasil
pengelasan [17]. Keunggulan proses pengelasan GMAW memiliki efisien yang tinggi serta
proses pengerjaannya yang cepat, dapat digunakan semua posisi pengelasan (welding
position),tidak menghasilkan slag atau terak layaknya yang terjadi pada las
SMAW/MMAW. Proses pengelasan GMAW sangat cocok untuk pekerjaan dibidang
kontruksi
Metode pengelasan Submarged Arc Welding (SAW) merupakan proses pengelasan
otomatis di mana busur listrik dan logam cair tertutup oleh lapisan serbuk fluks, sedangkan
kawat pengisi diumpamakan secara kontinyu dengan kondisi busur listriknya terendam
fluks, karena panas yang hilang dalam bentuk radiasi sangat kecil maka efisiensi
perpindahan panas dari elektroda ke logam las sangat tinggi yaitu sekitar 90%. Pengelasan
SAW merupakan pengelasan yang memiliki keandalan yang tinggi dan dapat beroperasi
secara otomatis [11]. Struktur mikro dan ketangguhan las dipengaruhi oleh banyak factor
seperti komposisi kimia logam las, input panas, filler, fluks, dan lain-lain. Keunggulan dari
proses pengelasan SAW adalah pengelasan ini dapat mengelas pelat-pelat yang tebal
dengan waktu pengelasan yang lebih singkat di bandingkan proses lainnya [11].
Unsur mangan (Mn) merupakan termasuk kelompok dalam austenite stabilizer
dimana unsur panduan ini menyebabkan terjadinya penghambatan dalam transformasi
fasa, sehingga fasa ferit acicular yang memiliki temperatur transformasi yang rendah
sehingga dapat terbentuk. Penambahan mangan (Mn) menjamin hasil sifat mampu las
yang baik [11] Mangan merupakan unsur yang menjaga keuletan saat temperature tinggi
pada stainless steel, pada temperatur rendah akan menstabilkan austenite tetapi menjadi
penstabil ferrit pada temperatur tinggi [14]. Pengaruh kandungan Mn akan meningkatkan
kekuatan tarik dari logam las, peningkatan kekuatan tarik ini juga konsisten dengan
kekuatan struktur mikro yang terbentuk dimana pada las terdapat ferit acicular.
Penambahan Mn akan memperhalus butiran-butiran struktur mikro baik pada logam lasan
maupun pada daerah reheated. Hubungan antara tegangan luluh dan ukuran butir bias
dinyatakan dengan persamaan Hall Petch [13]. Kekuatan tarik dan ketangguhan harus
mempunyai nilai yang mendekati logam induknya.

2. METODOLOGI
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga
pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat antara dua faktor yang berpengaruh. Eksperimen dilaksanakan di
Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang dengan kondisi dan
peralatan yang tersedia di Laboratorium, guna memperoleh data tentang hasil pengelasan
MIG yang dilakukan secara otomatis untuk mengetahui sifat mekanik, distorsi dan
kekerasan pada aluminium 5083.

2.1 Persiapan Bahan


Bahan : Aluminium 5083
Ukuran Plat : 300mm x 150 mm x 3 mm
ini memakai material Baja karbon rendah jenis Baja SM490A dan SM520B, proses
pemotongan spesimen memakai mesin flam api dengan gas pelindung Argoshield (23%
CO + 77% Ar) dengan temperature 15000 C. Mesin pemotong spesiment ini memotong
sebanyak 2 plat dengan ukuran panjang 400 mm, lebar 180 mm, dan ketebalan 25 mm
dari setiap material. Dengan demikian ukuran uji spesiment kedua material menjadi 360
mm ditambah backing 6 mm, tebal 25 mm dan panjang 400 mm seperti terlihat gambar
2.1. Pembuatan spesimen penelitian ini memakai jenis penyambungan Butt Joint kampuh
V dengan kemiringan 250 , lebar root opening 6 mm, lebar root face 2 mm, tebal Backing
12 mm seperti terlihat digambar 2.2.
Gambar 2.1 Dimensi Spesiment

Gambar 2.2 Dimensi Spesiment Kampuh V

2.2 Proses Pengelasan


Pengelasan : Gas Metal Arc welding (GMAW)
Filler : ER70S-6
Diameter : 1,2 mm
Spesifikasi Bahan :
- Tegangan Tarik : 568 MPa
- Tegangan Luluh: 455 Mpa
- Elongation (%) : 32
- Komposisi Kimia:
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Filler ER70S-6
C Si Mn P S Cr Mo Ni Cu
0,068 0,90 1,43 0,015 0,010 0,0034 0,007 0,02 0,090

Pengelasan : Submarged Arc Welding (SAW)


Filler : F7A0-EM12K
Diameter : 4 mm
Spesifikasi Bahan :
- Tegangan Tarik : 535 MPa
- Tegangan Luluh: 430 Mpa
- Elongation (%) : 30
- Komposisi Kimia:
Tabel 2.4 Komposisi Kimia Filler F7A0-EM12K
C Si Mn P S H2O Mo Ni Cu
0,062 0,738 1,331 0,033 0,020 0,065 - - -

Proses pengelasan penelitian ini melalui dua kali proses pengelasan, pengelasan
pertama menggunakan metode pengelasan kombinasi GMAW-SAW dengan
perbandingan las GMAW 60% dan las SAW 40%, sedangkan pengelasan kedua dengan
metode pengelasan full 100% SAW. Proses pengelasan ini dilakukan di PT. Cilegon
Fabricators, Serang Banten yang dimana pengerjaanya sesuai dengan standart AWS
D1.1. Proses pengelasan pertama dengan pengelasan kombinasi GMAW-SAW dengan
PQR (Procedure Qualification Record) no C9-AWS-PQR-GA 0119, Alur proses
pengelasan kombinasi GMAW-SAW dengan pass weld pengelasan ke 1 sampai ke 7
memakai las GMAW dan dilanjutkan pengelasan ke 8 sampai ke 14 memakai las SAW
bisa dilihat pada gambar 2.3. Sedangkan pengelasan SAW dengan PQR no C9-AWS-
PQR-GA 0120 memakai standart AWS D1.1 dengan alur pengelasan pass weld
seluruhnya seperti yang tertunjuk pada gambar 2.4.

Gambar 2.3 Welding Step GMAW-SAW

Gambar 2.4 welding Step SAW

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Pengamatan Uji Radiographic
Metode radiographic menggunakan sinar radiasi yang didasari adanya perbedaan
absorspsi sinar radiasi yang menembus benda uji, antara diskontinuiti dengan bahan
disekitarnya. Metode pada penelitian ini memakai SWSI (Single Wall Single Image)
penyinaran dengan melewatkan radiasi pada satu dinding las benda uji dan pada film
tergambar satu bagian dinding las untuk diinterpretasi sesuai dengan standart AWS D1.1
dengan parameter uji jarak sumber ke material 353,5 mm, jarak sumber sisi objek ke film
27,55 dan intensitas cahaya 3,5 Cd. Pada hasil uji dari spesimen pengelasan GMAW-SAW
dan SAW menunjukkan bahwa sama-sama tidak adanya terjadi beberapa karakteritas
cacat sambungan seperti retak, inklusi retak, porositas, kurangnya penetrasi, kurangnya
fusi, serta mengetahui perubahan bentuk pada sambungan las yang terjadi terlihat
digambar 3.1 dan 3.2. Berdasarkan Hasil ini menunjukkan bahwa dalam pengujian
radiographic hasil uji kedua spesiment (GMAW-SAW dan SAW) memasuki kriteria
(Acceptance Criteria).
Gambar 3.1 Hasil Uji Radiographic Spesimen GMAW-SAW Melalui Mesin Viewer

Gambar 3.2 Hasil Uji Radiographic Spesimen SAW Melalui Mesin Viewer

3.2 Pengamatan Foto Makro


Foto makro dimaksudkan untuk mengetahui bentuk dan batas antara daerah las,
HAZ, logam induk [11]. Pada hasil pengelasan kombinasi GMAW-SAW menunjukkan
pengisian lasan tampak sempurna, tidak adanya slag dan tidak adanya gas terperangkap
(porosity) terlihat pada gambar 3.3. Berdasarkan hasil uji macro dari pengelasan SAW
menunjukkan bahwa pengisian lasan tampak sempurna, tidak terjadi Undercut pada hasil
spesiment, tidak terjadinya gas terperangkap (porosity), dan tidak terdapat retak pada
lasan. Terlihat pada gambar 3.4. Berdasarkan hasil kedua spesimen dapat disimpulkan
bahwa kedua spesiment tersebut memenuhi kriteria atau acceptance criteria yang
diinginkan.

Gambar 3.3 Hasil Uji Macro Spesimen pengelasan GMAW-SAW


Gambar 3.4 Hasil Uji Macro Spesimen pengelasan SAW

3.3 Uji Tarik


Sifat mekanik sambungan las dilakukan dengan menganalisa pengujian berupa uji
tarik [13]. Proses pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik sambungan
las, dimaksudkan untuk mengetahui apakah kekuatan las mempunyai nilai yang sama,
lebih rendah atau tinggi pada sambungan las.
Dari tabel dibawah ini menunjukkan nilai pengujian tarik di antaranya beban
maksimal, tegangan maksimum, tegangan luluh, dan pertambahan panjang yang
ditimbulkan dari pengujian tarik. Pada hasil nilai kekuatan tarik tertinggi dari GMAW-SAW
relatif lebih tinggi dengan nilai 508 Mpa dari pada nilai kekuatan tarik tertinggi dari SAW
dengan nilai 477 Mpa. Pada nilai kekuatan pada beban maksimum, nilai tertinggi diperoleh
dari pengelasan GMAW-SAW dengan nilai beban maksimal 246 Mpa, sedangkan beban
maksimal yang diperoleh dari pengelasann SAW dengan nilai beban maksimal 231 Mpa.
Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa tegangan tarik terdistribusikan meningkat yang
disebabkan oleh pengaruh kadar Mangan (Mn) dari komposisi filler. Kandungan mangan
(Mn) yang tinggi pada filler dapat mempengaruhi nilai ketangguhan las cenderung
mempunyai nilai kekuatan yang tinggi [12] dijelaskan bahwa mangan (Mn) termasuk dalam
kelompok austenite stabilizer yang berfungsi penstabile austenite akan menahan
pertumbuhan ferit batas butir sehingga mempromosikan terbentunya fasa acicular
sehingga penambahan kandungan mn meningkatkan kekuatan dari sambungan las [13].
Hal serupa pada pengamatan mikrostruktur bahwa peningkatan Mn pada filler dapat
meningkatkan jumlah struktur acicular ferit sehingga ketanggusan sambungan meningkat
[11], Semakin tinggi kandungan Mn maka semakin bnyak juga atom mangan yang
mensubtitusi fe, dengan meningkatnya subtitusi atom Fe dengan atom mangan maka
kekerasan dan kekuatan semakin meningkat [14].

Tabel 1.nilai rata-rata kekuatan tarik


P max σ max σ yield ∆L
Spesimen
(KN) (Mpa) (Mpa) (mm)
GMAW-SAW 1 244 507 370 28,3
GMAW-SAW 2 246 508 382 26,5
SAW 1 231 477 340 22,4
SAW 2 232 476 360 29,3
600 507 508
477 476
500

Tegangan (MPa)
360 370 382
400 340
300
200
100
0
SAW1 SAW2 GMAWSAW1 GMAWSAW2
Jenis Pengelasan
Tegangan Max Tegangan Yield

Gambar 3.5 perbandingan hasil tegangan maximum dan tegangan luluh

Dilihat dari daerah perpatahan, pengelasan GMAW-SAW terjadi perpatahan didaerah


base metal hal ini menyatakan bahwa sambungan las GMAW-SAW mempunyai sifat
ketangguhan yang tinggi dilihat nilai ultimate strength 508 Mpa yang memenuhi kriteria
atau Acceptance Criteria dari standart JIS G3106 dengan nilai ultimate strength minimum
490 Mpa. Sedangkan daerah perpatahan pengelasan SAW terjadi didaerah Weld Metal
hal ini menyatakan bahwa sambungan las SAW bersifat getas dilihat dari nilai ultimate
strength 477 Mpa, hal ini disimpulkan bahwa pengelasan SAW tidak memenuhi kriteria
(Acceptance criteria) atau dinilai ditolak (Reject) dari standart JIS G3106 dikarenakan nilai
dibawah ultimate strength minimum 490 Mpa.

Gambar 3.6 Patahan Hasil Uji Tarik

3.3 Uji Bending (Side Bend)


Uji bending dalam penelitian ini digunakan sebagai pengujian merusak pada
perubahan sifat mekanik untuk mengetahui kekuatan logam pada kontruksi [4]. Pengujian
lentur ini merupakan menentukan mampu bentuk kekuatan sambung las [9]. Uji bending
digunakan untuk mengetahui sifat kelenturan dan ketegasan dari sambungan las serta
mengetahui mampu deformasi dengan radius bengkok tertentu. Pada penelitian ini bahan
spesimen dibengkokkan 1800 dengan meninjau daerah bagian bengkoknya. Berdasarkan
hasil kedua spesiment menunjukkan tidak adanya cacat atau defect weld, crack, retak las,
inkusi terakdan tidak terdapat sobek atau retak pada daerah bagian sisi yang bengkok, hal
ini menunjukkan semua bahan spesiment memenuhi kriteria atau (acceptance criteria) dan
aman untuk dipergunakan.
Gambar 3.7 hasil uji bending spesimen pengelasan GMAW-SAW

Gambar 3.8 hasil uji bending spesimen pengelasan SAW

4. KESIMPULAN
Pengaruh dari proses pengelasan kombinasi GMAW-SAW dan SAW terletak pada
pemilihan filler dengan kandungan mangan (Mn) yang berbeda, kandungan Mn filler
GMAW sebesar 1,43% dan kandungan Mn filler SAW sebesar 1,33%. Metode pengelasan
GMAW-SAW lebih baik dari pada metode pengelasan SAW. Kandungan mangan (Mn)
mempengaruhi tingkat kekuatan hasil sambungan las. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil
uji tarik, dimana pengujian sambungan las GMAW-SAW mempunyai nilai kekuatan yang
tinggi sebesar 508 Mpa yang menjadikan sambungan las bersifat tangguh.

DAFTAR PUSTAKA
[1] JIS Handbook G 3136, Ferrous Materials & Metallurgy II, Japanese Standards
Association, 2011.
[2] ASM Handbook, Welding Brazing and Soldering, Vol. 6, ASM International 1990.
ASM and Handbook, Nondestructive Evaluation and Quality Control, Vol. 17, ASM
Internasional 1992.
[3] AWS D1.1/D1.1M, Structural Welding Code-Steel, 22nd Edition, 2010.
[4] Wiryosumarto Harsono. 2000. .Teknologi Pengelasan Logam, Cetakan ke Empat, PT
Pradnya Paramita., Jakarta.
[5] Marihot HTB Goklas, 1984. Mengelas Logam dan Pemilihan Kawat Las, cetakan
pertama, PT Gramedia, Jakarta.
[6] Sonawan, Hery dan Suratman R. 2003. Pengantar Untuk Memahami Proses
Pengelasan Logam, cetakan ke satu, PT Alfabeta, Bandung.
[7] Suharto ir. 1991. Teknologi Pengelasan Logam, cetakan pertama, PT Rineka Cipta
(anggota IKAPI), Jakarta.
[8] Ginting, Dines. 1985 .Dasar-Dasar Pengelasan. Erlangga, Jakarta.
[9] Surdia. T. dan Shinroku. 2005. Pengetahuan Bahan Teknik, cetakaan keenam, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.
[10] Suratman, Rochim. 2002. Teknik Material Lanjut. Bandung.
[11] Subeki. 2011. Optimalisasi komposi Kandungan MN Pada Filler Untuk Mendapatkan
Ketangguhan dan Kekerasan, Jurnal Teknik Industri Volume. 12, No 1, Februari 2011,
Malang
[12] Mizhar, Susri. 2007. Pengaruh Mangan (Mn) Terhadap Ketangguhan dan Creep
Strees Rupture Pada Sambungan Las SMAW Pipa Baja 15 Mo3 Header Boiler, Tesis
S2, UGM. Yogyakarta.
[13] Prayoga, BT dan Ilman, M.N 2006. Analisis Kekuatan Tarik dan Ketangguhan
Sambungan Las Busur Rendam Baja Karbon Rendah dengan Variasi Mn, Forum
Teknik Volume 30. No 1, Yogyakarta.
[14] Syafi’udin, Imam. 2016. Pengaruh Kadar Mangan (Mn) Terhadap Struktur Mikro
dan Kekerasan Baja Paduan Fe-17Cr-xMn Melalui Metode Peleburan, Tugas Akhir S1,
ITS. Surabaya.
[15] Setiawan, A. dan Wardana, Y.A.Y. 2006. Analisa Ketangguhan dan Struktur Mikro
pada Daerah Las dan HAZ Hasil Pengelasan Sumerged Arc Welding Pada Baja
SM490, Jurnal Teknik Mesin Volume 8. No. 2, Yogyakarta.
[16] Safrisal, M.D.R. 2016. Analisa Pengaruh Pengelasan GMAW terhadap Perubahan
Distrorsi Pada Alumunium Dengan Variasi Variabel Heat Input, Tugas Akhir S1, ITS.
Surabaya.
[17] Ratnasari, Dian. 2016. Pengaruh Voltage pada Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Terhadap Struktur Mikro dan Tegangan Lentur (Face And Root) EMS 45 Dengan
Sambungan Kampuh V, Skripsi S1, UNNES. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai