Anda di halaman 1dari 14

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Diagnosis dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi


yang Disertai Asma Bronkial

Effy Huriyati, Al Hafiz


Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas - RSUP Dr. M. Djamil Padang

ABSTRAK
Rinitis alergi merupakan suatu proses inflamasi dari mukosa hidung yang
diperantarai oleh Immunoglobulin E (IgE) setelah terpapar alergen. Gejala utama
rinitis alergi adalah cairan hidung yang jernih, hidung tersumbat, bersin berulang dan
hidung gatal. Penatalaksanaan rinitis alergi tergantung dari klasifikasi dan derajat
penyakit, yang meliputi penghindaran diri terhadap alergen, farmakoterapi dan
imunoterapi.
Rinitis alergi sering dijumpai bersamaan dengan asma bronkial. Rinitis alergi
adalah kelainan pada saluran nafas atas, sedangkan asma bronkial adalah kelainan
pada saluran nafas bawah.
Dilaporkan satu kasus penderita rinitis alergi yang disertai dengan asma
bronkial yang terjadi pada seorang perempuan umur 18 tahun.

Kata kunci: Rinitis alergi, Immunoglobulin E, asma bronkial

ABSTRACT
Allergic rhinitis is an inflammatory process of the nasal mucosa, induced by
Immunoglobulin E (IgE) after allergen exposure. Watery rhinorrhea, nasal obstruction,
sneezing and an itchy nose are the main symptoms. Depending on the subdivision and
severity of allergic rhinitis, therapeutic approach combines allergen avoidance,
pharmacotherapy and immunotherapy.
Allergic rhinitis are usually found accordance with bronchial asthma. Allergic
rhinitis is a disorder of the upper respiratory tract and bronchial asthma is a disorder of
the lower respiratory tract.
A case of allergic rhinitis with bronchial asthma in a 18 years old girl is reported.

Key words: Allergic rhinitis, immunoglobulin E, bronchial asthma

PENDAHULUAN hidung yang jernih dan hidung


tersumbat yang bersifat hilang timbul
Rinitis alergi merupakan suatu atau reversibel, secara spontan atau
kumpulan gejala kelainan hidung yang dengan pengobatan.3
disebabkan proses inflamasi yang Prevalensi terjadinya asma
diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) meningkat pada pasien yang menderita
akibat paparan alergen pada mukosa rinitis alergi. Pasien rinitis alergi
hidung.1,2 memiliki faktor risiko 3 kali lebih besar
Gejala rinitis alergi meliputi untuk berkembang menjadi asma
hidung gatal, bersin berulang, cairan dibandingkan dengan orang yang sehat.4

1
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

EPIDEMIOLOGI cm dari nares anterior dan merupakan


segmen tersempit serta tahanan
Di Amerika Serikat rinitis alergi terbesar dari jalan nafas hidung. Dengan
merupakan penyakit alergi terbanyak memasuki daerah yang sempit ini akan
dan menempati posisi ke-6 penyakit terjadi peningkatan aliran dan
yang bersifat menahun (kronis). Rinitis mengakibatkan penurunan tekanan
alergi juga merupakan alasan ke-2 intralumen (fenomena Bernoulli).10
terbanyak kunjungan masyarakat ke Di dinding lateral hidung
ahli kesehatan profesional setelah terdapat konka superior, konka media,
pemeliharaan gigi. Angka kejadian dan konka inferior serta meatus
rinitis alergi mencapai 20%.5,6 superior, meatus media dan meatus
Valovirta7 dkk melaporkan, di AS inferior. Konka dapat berubah ukuran
sekitar 20-40% pasien rinitis alergi sehingga dapat mempertahankan lebar
menderita asma bronkial. Sebaliknya rongga udara yang optimum.
30-90% pasien asma bronkial memiliki Bronkus dan cabang-cabangnya
gejala rinitis alergi sebelumnya. Dikutip mempunyai cincin kartilago yang tidak
dari Evans, penelitian dilakukan dari lengkap dengan otot polos. Semakin ke
tahun 1965 sampai tahun 1984 di AS, distal kartilago semakin kecil, akhirnya
didapatkan hasil yang hampir sama hilang pada bronkiolus. Kontraksi otot
yaitu 38% pasien rinitis alergi juga polos akan mempengaruhi diameter
memiliki gejala asma bronkial, atau saluran nafas. Kontraksi inilah yang
sekitar 3-5% dari total populasi.8 dipengaruhi oleh mediator-mediator
Menurut International Study of serta sel-sel inflamasi dalam proses
Asthma and Allergies in Children (ISAAC, terjadinya asma bronkial.10
2006), Indonesia bersama-sama dengan Tiga fungsi utama hidung adalah
negara Albania, Rumania, Georgia dan sebagai organ pembau (olfactory),
Yunani memiliki prevalensi rinitis alergi respirasi dan proteksi. Turbulensi aliran
yang rendah yaitu kurang dari 5%. udara saat inspirasi dengan mukosa
Begitu juga dengan prevalensi asma rongga hidung merupakan dasar dari
bronkial juga kurang dari 5%. fungsi fisiologi hidung.2,10
Prevalensi rinitis tertinggi di Nigeria Obstruksi saluran nafas dapat
(lebih dari 35%), Paraguay (30-35%) terjadi karena vasodilatasi, edema
dan Hongkong (25-30%).3 mukosa, sumbatan bronkus dan
Di Indonesia, dikutip dari Sundaru, kontraksi otot polos. Pada rinitis
menyatakan bahwa rinitis alergi yang peranan vasodilatasi ini sangat
menyertai asma atopi pada 55% kasus menonjol. Hal ini terbukti bila diberikan
dan menyertai asma atopi dan non atopi obat golongan alfa adrenergik, obstruksi
pada 30,3% kasus.9 atau sumbatan hidung akan segera
berkurang atau hilang dan hal ini tidak
ANATOMI dan FISIOLOGI terjadi pada asma. Sebaliknya pada
asma, bronkus mengandung otot polos
Rongga hidung merupakan suatu yang mempunyai respons sangat baik
ruangan yang kaku yang letaknya terhadap ß2-agonis.2,10
memanjang dari nares anterior (nostril)
ke arah koana bergabung dengan IMUNOPATOGENESIS
nasofaring. Bagian dalam hidung
panjangnya 10-12 cm. Rongga hidung Penemuan antibodi E atau
dibagi 2 oleh septum nasi. Katup hidung imunoglobulin E pada tahun 1966 oleh
(nasal valve) berada lebih kurang 1,3 Ishizaka (Amerika) dan Johansson &

2
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Bennich (Swedia) sebagai antibodi menghasilkan sel mediator yang


penghubung timbulnya penyakit alergi, tersensitisasi.5,6,9,11
telah membuka cakrawala baru untuk Bila mukosa yang sudah
pemeriksaan diagnostik. Selanjutnya tersensitisasi terpapar dengan alergen
pemeriksaan invivo dan invitro yang sama, maka kedua rantai IgE akan
ditujukan untuk membuktikan adanya mengikat alergen spesifik dan terjadi
IgE yang bebas atau terikat pada sel degranulisasi (pecahnya dinding sel)
atau mendeteksi mediator yang mastosit dan basofil dengan akibat
dilepaskan.2,5,10 terlepasnya mediator kimia yang sudah
Reaksi alergi terdiri dari dua terbentuk (Performed Mediator)
fase, yaitu reaksi alergi fase cepat terutama histamin. Selain histamin
(RAFC) dan reaksi alergi fase lambat dilepaskan juga Newly Formed Mediators
(RAFL). RAFC berlangsung sampai satu antara lain prostaglandin D2 (PGD2),
jam setelah kontak dengan alergen, dan leukotrien D4 (LTD4), leukotrien C4
mencapai puncaknya pada 15-20 menit (LTC4), bradikinin, Platelet Activating
pasca paparan alergen, sedangkan RAFL Factor (PAF) dan berbagai sitokin. Inilah
berlangsung 24-48 jam kemudian, yang disebut reaksi alergi fase
dengan puncak reaksi pada 4-8 jam cepat.5,6,9,11
pertama.6,9,11 Histamin yang dilepaskan akan
Alergen yang menempel pada merangsang reseptor H1 pada ujung
mukosa hidung untuk pertama kali, saraf vidianus sehingga menimbulkan
terhirup bersama inhalasi udara nafas. rasa gatal pada hidung dan bersin-
Alergen yang terdeposit oleh makrofag bersin. Selain itu histamin juga akan
atau sel dendrit yang berfungsi sebagai menyebabkan kelenjar mukosa dan sel
fagosit dan sel penyaji antigen (Antigen goblet akan mengalami hipersekresi dan
Presenting Cell atau APC) diproses permeabilitas kapiler meningkat
menjadi peptida pendek yang terdiri sehingga terjadi rinore. Gejala lain
atas 7-14 asam amino yang berikatan seperti hidung tersumbat akibat
dengan molekul HLA (Human Leucocyte vasodilatasi sinusoid.5,6,9,11
Antigen) kelas II membentuk kompleks Pada RAFC, sel mastosit juga
MHC (Major Histocompatibility Complex) akan melepaskan molekul kemotaktik
kelas II yang kemudian dipresentasikan yang menyebabkan akumulasi sel
pada sel Th0 (T helper 0). Kemudian sel eosinofil dan neutrofil di jaringan target.
penyaji akan melepas sitokin seperti Respon ini akan berlanjut, dan mencapai
interleukin 1 (IL1) yang akan puncaknya 6-8 jam setelah
mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi pemaparan.5,6,9,11
menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan Pada RAFL ditandai dengan
menghasilkan berbagai sitokin seperti penambahan jenis dan jumlah sel
IL 3, IL 4, IL 5 dan IL 13. IL 4 dan IL 13 inflamasi seperti eosinofil, limfosit,
diikat oleh reseptornya di permukaan neutrofil, basofil dan mastosit serta
sel limfosit B, sehingga sel limfosit B peningkatan berbagai sitokin pada
menjadi aktif dan akan memproduksi sekret hidung. Timbulnya gejala
imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi hiperaktif atau hiperesponsif hidung
darah akan masuk ke jaringan dan diikat adalah akibat peranan eosinofil dengan
oleh reseptor IgE di permukaan sel mediator inflamasi dari granulnya
mastosit atau basofil (sel mediator) seperti Eosinophilic Cationic Protein
sehingga ke dua sel ini menjadi aktif. (ECP), Eosinophilic Derived Protein
Proses ini disebut sensitisasi yang (EDP) dan lain-lain. Pada fase ini, selain
faktor spesifik (alergen), iritasi oleh

3
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

faktor non spesifik dapat memperberat berperan dalam proses penyempitan


gejala seperti asap rokok, bau yang dan hiperesponsive saluran nafas pada
merangsang, perubahan cuaca dan patofisiologi terjadinya asma.12,13
kelembaban udara yang tinggi.5,6,9,11
Paparan alergen dosis rendah Mekanisme Hubungan Rinitis Alergi
yang terus menerus pada seseorang dan Asma Bronkial
penderita yang mempunyai bakat alergi Rinitis alergi dan asma bronkial,
(atopik) dan presentasi alergen oleh sel keduanya merupakan manifestasi dari
APC kepada sel B disertai adanya adanya proses inflamasi di sistem
pengaruh sitokin interleukin 4 (IL-4) saluran nafas yang berkelanjutan
memacu sel B untuk memproduksi IgE (Continous Airway System).14
yang terus bertambah jumlahnya. IgE Reaksi inflamasi pada hidung
yang diproduksi berada bebas dalam dapat memperberat asma melalui
sirkulasi dan sebagian diantaranya mekanisme yang belum begitu jelas
berikatan dengan reseptornya dengan diketahui. Perubahan yang terjadi pada
afinitas tinggi di permukaan sel basofil hidung akibat alergen menyebabkan
dan sel mastosit. Sel mastosit kemudian respon non spesifik terhadap otot-otot
masuk ke venula di mukosa yang bronkus. Berbagai teori telah diajukan
kemudian keluar dari sirkulasi dan untuk menerangkan hubungan rinitis
berada dalam jaringan termasuk di dan asma ini, antara lain 4,8,14,15:
mukosa dan submukosa hidung. Dalam 1. Neural (nasal-bronchial) reflex.
keadaan ini maka seseorang dapat Setiap inflamasi pada hidung, ada
belum mempunyai gejala rinitis alergi efek yang terjadi bersamaan pada
atau penyakit atopi lainnya, tetapi jika daerah bronkus. Dari penelitian
dilakukan tes kulit dapat memberikan yang dilakukan oleh Fontanari dkk,
hasil yang positif.6,9,11 yang memberikan stimulus pada
hidung dengan air sangat dingin
(es). Didapatkan meningkatnya
tahanan dari racheobronchial tree
dan paru, sehingga tidak respon
terhadap anestesi topikal dan
bronkodilator inhalasi.
2. Drainase post-nasal bahan-bahan
inflamasi atau mediator dari hidung
ke saluran nafas bawah. Huxley dkk
melakukan percobaan dengan
memberikan marker atau label pada
sekret hidung penderita rinitis
alergi, didapatkan peningkatan
jumlah bahan-bahan inflamasi
Gambar 1. Reaksi alergi yang bersifat akut dan hidung tersebut di organ paru
kronis.1
(terjadi aspirasi paru).
3. Absorpsi sel-sel inflamasi atau
Pada asma bronkial ada
mediator-mediator dari hidung ke
beberapa mediator yang berperan
sirkulasi sistemik dan akhirnya ke
penting. Kemokin seperti thymus and
bronkus dan paru.
activation-regulated chemokines (TARC)
4. Efek tidak langsung dari pernafasan
dan macrophage-derived chemokines
melalui mulut akibat obstruksi
(MDC), cysteinyl leukotriens, sitokin,
hidung menurunkan fungsi
histamin dan prostaglandin D2

4
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

penyaringan, pelembaban dan hilangnya ketajaman penciuman) dan


penghangatan udara di hidung. batuk kronik.5,10
Udara yang kering dan banyak Ditanyakan juga apakah ada
mengandung alergen langsung variasi diurnal (serangan yang
masuk melalui mulut dan menempel memburuk pada pagi hari sampai siang
di saluran nafas bawah (bronkus hari dan membaik saat malam hari).
dan paru). Frekuensi serangan dan pengaruh
terhadap kualitas hidup perlu
KLASIFIKASI ditanyakan.5,10
Manifestasi penyakit alergi lain
Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan sebelum atau bersamaan dengan rinitis,
terdapatnya gejala3: riwayat atopi di keluarga, faktor pemicu
1. Intermitten, bila gejala terdapat: timbulnya gejala, riwayat pengobatan
o Kurang dari 4 hari per minggu dan hasilnya adalah faktor-faktor yang
o Atau bila kurang dari 4 minggu tidak boleh terlupakan.5,10
2. Persisten, bila gejala terdapat: Pada pemeriksaan hidung
o Lebih dari 4 hari per minggu (rinoskopi anterior) diperhatikan
o Dan bila lebih dari 4 minggu adanya edema dari konka media atau
Berdasarkan beratnya gejala: inferior yang diliputi sekret encer
1. Ringan, jika tidak terdapat salah bening, mukosa pucat dan edema.
satu dari gangguan sebagai berikut: Perhatikan juga keadaan anatomi
 Gangguan tidur hidung lainnya seperti septum nasi dan
 Gangguan aktivitas harian kemungkinan adanya polip nasi.5,6,10
 Gangguan pekerjaan atau Pemeriksaan penunjang
sekolah diagnosis dipertimbangkan sesuai
2. Sedang-berat, bila didapatkan salah dengan fasilitas yang ada.6,10,11
satu atau lebih gejala-gejala 1. Uji kulit cukit (Skin Prick Test). Tes
tersebut diatas. ini mudah dilakukan untuk
mengetahui jenis alergen penyebab
DIAGNOSIS alergi. Pemeriksaan ini dapat
ditoleransi oleh sebagian penderita
Rinitis Alergi termasuk anak-anak. Tes ini
Anamnesis dimulai dengan mempunyai sensitifitas dan
menanyakan riwayat penyakit secara spesifisitas tinggi terhadap hasil
umum dan dilanjutkan dengan pemeriksaan IgE spesifik. Akan
pertanyaan yang lebih spesifik meliputi lebih ideal jika bisa dilakukan
gejala di hidung termasuk keterangan Intradermal Test atau Skin End Point
mengenai tempat tinggal, tempat kerja Titration Test bila fasilitas tersedia.
dan pekerjaan pasien.5,10 2. IgE serum total.
Gejala-gejala rinitis alergi yang Kadar meningkat hanya didapati
perlu ditanyakan adalah diantaranya pada 60% penderita rinitis alergi
adanya rinore (cairan hidung yang dan 75% penderita asma. Kadar IgE
bening encer), bersin berulang dengan normal tidak menyingkirkan rinitis
frekuensi lebih dari 5 kali setiap kali alergi. Kadar dapat meningkat pada
serangan, hidung tersumbat baik infeksi parasit, penyakit kulit dan
menetap atau hilang timbul, rasa gatal di menurun pada imunodefisiensi.
hidung, telinga atau daerah langit-langit, Pemeriksaan ini masih dipakai
mata gatal, berair atau kemerahan, sebagai pemeriksaan penyaring
hiposmia atau anosmia (penurunan atau tetapi tidak untuk diagnostik.

5
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

3. IgE serum spesifik. 2. Batuk atau mengi yang dipicu oleh


Pemeriksaan ini dilakukan apabila aktivitas.
pemeriksaan penunjang diagnosis 3. Batuk yang memburuk di malam
rinitis alergi seperti tes kulit cukit hari tanpa ada tanda-tanda infeksi
selalu menghasilkan hasil negatif virus.
tapi dengan gejala klinis yang 4. Gejala semakin berat saat
positif. Sejak ditemukan teknik melakukan aktivitas fisik (exercise),
RAST (Radioallergosorbent test) infeksi virus, terpajan debu rumah
pada tahun 1967, teknik dan bulu binatang, perubahan
pemeriksaan IgE serum spesifik emosi, perubahan udara, terhirup
disempurnakan dan komputerisasi zat kimia dan terhirup asap rokok.
sehingga pemeriksaan menjadi 5. Gejala yang dirasakan seperti batuk,
lebih efektif dan sensitif tanpa terutama malam hari, mengi
kehilangan spesifisitasnya, seperti berulang, susah bernafas berulang,
Phadebas RAST, Modified RAST, dada terasa sesak berulang,
Pharmacia CAP system dan lain-lain. membutuhkan lebih dari 10 hari
Waktu pemeriksaan lebih singkat untuk perbaikan.
dari 2-3 hari menjadi kurang dari 3 6. Gejala-gejala tersebut diatas
jam saja. menetap setelah usia 3 tahun.
4. Pemeriksaan sitologis atau 7. Gejala berkurang setelah pemberian
histologis, bila diperlukan untuk terapi asma.
menindaklanjuti respon terhadap 8. Pemeriksaan spirometri, dengan
terapi atau melihat perubahan melihat dan menilai nilai arus
morfologik dari mukosa hidung. puncak ekspirasi (Peak Expiratory
5. Tes provokasi hidung (Nasal Flow/PEF), volume ekspirasi paksa
Challenge Test). 1 detik (Flow Expiratory Vorced/
Dilakukan bila ada keraguan dan FEV1) dan Forced Vital Capacity
kesulitan dalam mendiagnosis (FVC). Rasio perbandingan
rinitis alergi, dimana riwayat rinitis FEV1/FVC normalnya antara 0,75-
alergi positif, tetapi hasil tes alergi 0,80 pada dewasa, sedangkan pada
selalu negatif. anak dapat lebih dari 0,90.
6. Foto polos sinus paranasal/CT Menurut GINA (Global Initiative
Scan/MRi. for Asthma), klasifikasi beratnya asma
Dilakukan bila ada indikasi bronkial dapat dibagi menjadi 4
keterlibatan sinus paranasal, seperti golongan, yaitu12,13:
adakah komplikasi rinosinusitis,  Derajat 1: Asma berjeda
menilai respon terhadap terapi dan (Intermitten). Ditemukan gejala
jika direncanakan tindakan operasi. asma kurang dari 1 kali seminggu,
asimtomatik dan terdapat arus
Asma Bronkial puncak ekspirasi (APE) diantara
Diagnosis asma bronkial serangan normal. Frekuensi
ditegakkan dari perpaduan riwayat serangan malam kurang dari 2
penyakit, pemeriksaan jasmani dan kali sebulan. APE lebih besar atau
pemeriksaan laboratorium. Patut sama dengan 80% prediksi, dengan
dicurigai seseorang menderita asma variasi kurang dari 20%.
apabila terdapat tanda atau gejala  Derajat 2: Asma menetap ringan
sebagai berikut12,13,21: (Mild Persistent). Gejala asma 1
1. Serangan mengi (wheezing) yang kali atau lebih dalam seminggu, tapi
berulang. kurang dari 1 kali sehari. Frekuensi

6
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

serangan lebih dari 2 kali 1. Mengurangi gejala akibat paparan


sebulan. APE lebih besar atau sama alergen, hiperreaktifitas nonspesifik
dengan 80% prediksi, variasi 20- dan inflamasi.
30%. 2. Perbaikan kualitas hidup penderita
 Derajat 3: Asma menetap sedang sehingga dapat menjalankan
(Moderate Persistent). Gejala asma aktifitas sehari-hari.
tiap hari, menggunakan B2-agonist 3. Mengurangi efek samping
tiap hari, aktivitas terganggu hanya pengobatan.
saat serangan. Frekuensi serangan 4. Edukasi penderita untuk
malam lebih dari 1 kali seminggu, meningkatkan ketaatan berobat dan
APE lebih dari 60% dan kurang dari kewaspadaan terhadap
80% prediksi, variasi lebih dari penyakitnya. Termasuk dalam hal
30%. ini mengubah gaya hidup seperti
 Derajat 4: Asma menetap berat pola makanan yang bergizi,
(Severe Persistent). Gejala asma olahraga dan menghindari stres.
terus menerus, aktivitas fisik 5. Mengubah jalannya penyakit atau
terbatas, frekuensi serangan sering, pengobatan kausal.
APE kurang atau sama dari 60% Untuk mencapai tujuan
prediksi, variasi lebih dari 30%. pengobatan rinitis alergi, dapat
diberikan obat-obatan sebagai
DIAGNOSIS BANDING berikut6,10,22:
1. Antihistamin
Penyakit-penyakit yang perlu Antihistamin merupakan pilihan
dibedakan dengan rinitis alergi pertama untuk pengobatan rinitis
diantaranya adalah 10,17,18: alergi.14
1. Drug induced rhinitis Secara garis besar dibedakan atas
2. Rinitis hormonal antihistamin H1 klasik dan
3. Rinitis infeksi (virus, bakteri atau antihistamin H1 golongan baru.
penyebab lainnya) Antihistamin H1 klasik seperti
4. Rinitis karena pekerjaan Diphenhydramine, Tripolidine,
5. Non Allergic Rhinitis with Chlorpheniramine dan lain-lain.
Eosinophilic Syndrome (NARES) Sedangkan antihistamine generasi
6. Rinitis karena iritan baru seperti Terfenadine,
7. Rinitis vasomotor Loratadine, Desloratadine dan lain-
8. Rinitis atropi lain.
9. Rinitis idiopatik Desloratadine memiliki efektifitas
yang sama dengan montelukast
PENATALAKSANAAN dalam mengurangi gejala rinitis
yang disertai dengan asma.
Penyakit alergi disebabkan oleh Levocetirizine yang diberikan
mediator kimia seperti histamin yang selama 6 bulan terbukti mengurangi
dilepaskan oleh sel mast yang dipicu gejala rinitis alergi persisten dan
oleh adanya ikatan alergen dengan IgE meningkatkan kualitas hidup pasien
spesifik yang melekat pada reseptornya rinitis alergi dengan asma.14
di permukaan sel tersebut.6,10 2. Dekongestan hidung
Tujuan pengobatan rinitis alergi Obat-obatan dekongestan hidung
adalah6,10: menyebabkan vasokonstriksi
karena efeknya pada reseptor-
reseptor α-adrenergik. Efek

7
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

vasokonstriksi terjadi dalam 10 tinggi pada reseptornya, serta


menit, berlangsung selama 1 sampai memiliki efek samping sitemik yang
12 jam. lebih kecil. Tapi pemakaian dalam
Pemakaian topikal sangat efektif jangka waktu yang lama dapat
menghilangkan sumbatan hidung, menyebabkan mukosa hidung
tetapi tidak efektif untuk keluhan menjadi atropi dan dapat memicu
bersin dan rinore. Pemakaiannya tumbuhnya jamur.19,23
terbatas selama 10 hari. 4. Antikolinergik
Kombinasi antihistamin dan Perangsangan saraf parasimpatis
dekongestan oral dimaksud untuk menyebabkan vasodilatasi dan
mengatasi obstruksi hidung yang sekresi kelenjar. Antikolinergik
tidak dipengaruhi oleh antihistamin. menghambat aksi asetilkolin pada
3. Kortikosteroid reseptor muskarinik sehingga
Pemakaian sistemik kadang mengurangi volume sekresi kelenjar
diberikan peroral atau suntikan dan vasodilatasi.
sebagai depo steroid intramuskuler. Ipratropium bromida, yang
Data ilmiah yang mendukung relatif merupakan turunan atropin secara
sedikit dan tidak ada penelitian topikal dapat mengurangi hidung
komparatif mengenai cara mana tersumbat atau bersin.
yang lebih baik dan hubungannya 5. Natrium Kromolin
dengan dose response. Digolongkan pada obat-obatan
Kortikosteroid oral sangat efektif antialergi yang baru. Mekanisme
dalam mengurangi gejala rinitis kerja belum diketahui secara pasti.
alergi terutama dalam episode Mungkin dengan cara menghambat
akut.19 penglepasan mediator dari sel
Efek samping sistemik dari mastosit, atau mungkin melalui efek
pemakaian jangka panjang terhadap saluran ion kalsium dan
kortikosteroid sistemik baik peroral klorida.
atau parenteral dapat berupa 6. Imunoterapi
osteoporosis, hipertensi, Imunoterapi dengan alergen
memperberat diabetes, supresi dari spesifik digunakan bila upaya
hypothalamic-pituitary-adrenal axis, penghindaran alergen dan terapi
obesitas, katarak, glukoma, medikamentosa gagal dalam
cutaneous striae. Efek samping lain mengatasi gejala klinis rinitis alergi.
yang jarang terjadi diantaranya Terdapat beberapa cara pemberian
sindrom Churg-Strauss. Pemberian imunoterapi seperti injeksi
kortikosteroid sistemik dengan subkutan, pernasal, sub lingual, oral
pengawasan diberikan pada kasus dan lokal.
asma yang disertai tuberkulosis, Pemberian imunoterapi dengan
infeksi parasit, depresi yang berat menggunakan ekstrak alergen
dan ulkus peptikus.12 standar selama 3 tahun, terbukti
Pemakaian kortikosteroid topikal memiliki efek preventif pada anak
(intranasal) untuk rinitis alergi penderita asma yang disertai
seperti Beclomethason dipropionat, seasonal rhinoconjunctivitis
Budesonide, Flunisonide acetate mencapai 7 tahun setelah
fluticasone dan Triamcinolone imunoterapi dihentikan.14,20
acetonide dinilai lebih baik karena
mempunyai efek antiinflamasi yang
kuat dan mempunyai afinitas yang

8
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

LAPORAN KASUS 6 bulan yang lalu. Dokter memberikan


obat semprot mulut Fenoterol HBr.
Seorang pasien perempuan umur Dalam keluarga, bapak pasien juga
18 tahun datang ke Poliklinik THT pada seorang penderita asma.
tanggal 3 Agustus 2009, nomor MR Pada pemeriksaan fisik keadaan
599229 dengan keluhan utama pilek umum baik, tidak tampak sakit. Tekanan
yang berlangsung secara terus menerus darah 120/70 mmHg. Nadi 88 x/menit.
sejak 1 bulan yang lalu. Dada simetris kiri dan kanan, tidak
Dari anamnesis didapatkan hidung tampak sesak, ronki tidak ada, mengi
berair sejak 1 bulan yang lalu, yang tidak ada.
berlangsung terus menerus, warna Pemeriksaan THT, telinga tidak
putih bening dan encer, pasien ditemukan kelainan. Hidung: kavum
merasakan hidung tersumbat. Keluhan nasi kiri dan kanan sempit. Konka media
ini sudah sering hilang timbul sejak dan inferior kiri dan kanan edema dan
2 tahun terakhir ini, terutama bila livid. Septum terdapat spina. Sekret
sesudah terhirup debu. Sebelum timbul, terlihat di meatus inferior kiri dan
biasanya disertai bersin yang lebih dari kanan, encer dan bening. Tenggorok
5 kali tiap serangan. Bersin dirasakan tidak ditemukan kelainan.
terutama pada pagi hari. Kadang-kadang Diagnosis kerja: suspek rinitis
timbul sesak nafas yang disertai batuk, alergi persisten derajat sedang berat.
dan hilang setelah minum obat asma Tanggal 8 Agustus 2009, dilakukan
(Salbutamol). Keluhan sesak nafas tes cukit kulit dengan hasil: positif 4
dengan suara nafas yang menciut terhadap 3 jenis tungau debu rumah,
disertai batuk ini timbul sejak usia 5 kecoa, bulu anjing, coklat dan kacang.
tahun dan timbulnya bila kontak dengan Positif terhadap es.
debu, udara dingin, udara yang pengap, Hasil pemeriksaan darah:
makan coklat atau setelah minum es. hemoglobin 12,8 gr/dL, leukosit
Bila sudah batuk biasanya diiringi 7500/µL, hematokrit 39 vol%,
dengan sesak nafas. Pasien berobat ke trombosit 322.000/µL, laju endap darah
dokter dan setelah diberi obat, keluhan 15 mm/1jam, hitung jenis leukosit:
batuk dan sesak akan menghilang. Tidak basofil 0 (0-1), eosinofil 4 (1-3),
terdapat keluhan badan bentol dan gatal neutrofil batang 1 (2-6), neutrofil
pada mata. Keluhan telinga penuh tidak segmen 55 (50-70), limfosit 36 (20-40),
ada. Pasien merasa terganggu belajar monosit 4 (2-8).
dengan keluhan hidung berair, bersin Dari hasil tes kulit cukit dan
dan hidung tersumbat ini, walaupun penunjang, didapatkan diagnosis pasien
masih tetap masuk kuliah. Riwayat adalah rinitis alergi persisten sedang
alergi dengan makanan tertentu tidak berat.
ada. Kadang-kadang merasa terganggu Terapi yang diberikan adalah
karena sering terbangun dari tidur, oleh nasehat untuk menghindari alergen,
karena merasa sesak, hidung berair dan diberikan lembaran petunjuk cara
tersumbat. Tidak ada keluhan gangguan menghindari alergen debu rumah,
penciuman. steroid topikal mometasone furoate
Pasien tinggal dengan orang tua, nasal spray 1 x 1 spray pada hidung
tidur dengan kasur dan bantal dari kanan dan kiri. Pasien dianjurkan
bahan kapuk. Di kamar pasien juga kontrol kembali setelah dilakukan
terdapat karpet beludru. pemeriksaan spirometri.
Pasien menderita asma sejak usia Tanggal 18 Agustus 2009, pasien
5 tahun. Serangan asma terakhir dikonsulkan ke Ilmu Kesehatan Paru.

9
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tanggal 20 Agustus 2009 dilakukan pasien yang sudah dikenal menderita


pemeriksaan spirometri dengan hasil asma juga didiagnosis rinitis alergi.
PEF 78% (normal lebih atau sama dari Dari anamnesis, pemeriksaan fisik
80% dengan variasi kurang dari 20%). dan pemeriksaan penunjang yang
Perbandingan FEV1/FVC didapatkan didapat, pasien didiagnosis dengan
91% (dewasa: normal 75-80%, anak- rinitis alergi persisten sedang berat.
anak: lebih dari 90%). Kesan: asma Pasien didiagnosis dengan rinitis
persisten ringan dengan normal alergi persisten karena dari anamnesis
spirometri dan rinitis alergi. Tidak ada didapatkan pilek dan bersin-bersin
diberikan terapi tambahan dari Ilmu terus menerus timbul tiap pagi hari
Kesehatan Paru. serta malam hari disertai ingus encer
Tanggal 20 Agustus 2009, pasien warna putih bening. Bersin terjadi lebih
kontrol ke Poliklinik THT dengan dari 5 kali disertai hidung tersumbat.
membawa hasil pemeriksaan Pasien termasuk kelompok rinitis alergi
spirometri. Disamping itu keluhan sedang berat karena pada pasien
hidung berair, bersin-bersin berulang, terdapat gangguan aktifitas dan
dan hidung tersumbat masih ada, gangguan tidur di malam hari akibat
perubahan minimal. Dilakukan sering bersin dan hidung berair serta
pemeriksaan nasoendoskopi, hidung tersumbat yang dideritanya. Hal
didapatkan hasil konka inferior kiri dan ini sesuai dengan klasifikasi rinitis alergi
kanan masih edema. Sekret mukos dan menurut WHO ARIA.
terdapat spina di 1/3 tengah kavum nasi Dari pemeriksaan fisik didapatkan
sebelah kiri disertai septum deviasi konka media dan inferior edema dan
bagian posterior ke kiri. Tidak terdapat livid, sekret mukoid yang bening, hal ini
massa atau polip nasal. Terapi merupakan gambaran klasik dari rinitis
mometasone furoate nasal spray 1 x 1 alergi sesuai dengan kepustakaan dari
spray KNDS tetap dilanjutkan. Nguyen, Krouse dan Fornadley.
Ditambahkan terapi antihistamin oral Tes kulit cukit dilakukan 6 hari
dengan dekongestan yaitu Loratadine 5 setelah pasien datang ke Poliklinik THT.
mg + Pseudoefedrin 60 mg. Pasien Hal ini dilakukan karena saat itu pasien
diminta kontrol 3 minggu lagi. masih mengkonsumsi obat antihistamin
oral yaitu chlortrimethone (CTM). Sesuai
DISKUSI dengan kepustakaan dari Krouse, bahwa
tes kulit cukit dapat dilakukan setelah
Telah dilaporkan satu kasus pasien bebas dari pengaruh
penyakit rinitis alergi yang disertai antihistamin sistemik yaitu lebih kurang
dengan asma pada pasien perempuan 4-7 hari.
umur 18 tahun. Hasil uji cukit kulit didapatkan
Keluhan utama pasien ini adalah positif 4 terhadap tungau debu rumah,
pilek. Sesuai kepustakaan yang kecoak, bulu anjing, coklat dan kacang.
menyebutkan bahwa keluhan hidung Sesuai kutipan dari Woodcock dkk, debu
ditemukan 4 kali lebih banyak pada rumah merupakan penyebab terbanyak
pasien asma dibanding populasi normal. kekambuhan pasien asma. Pasien rinitis
alergi dengan asma bronkial yang akan
Pada pasien ini gejala asma lebih dilakukan tes cukit kulit harus dengan
dahulu timbul, pada umur 5 tahun, persiapan seperti adanya oksigen, obat-
sesuai dengan kepustakaan yang obat anti asma dan adrenalin injeksi.25
menyebutkan lebih dari 74-80% Hasil pemeriksaan laboratorium
hitung jenis sel darah tepi didapatkan

10
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

eosinofil sedikit meningkat 4% (normal sulit dilakukan namun tetap diusahakan


1-3%). Peningkatan jumlah eosinofil untuk dilakukan. Dinasehati untuk
dari darah tepi pada pasien rinitis alergi menukar bahan kasur dan bantal dari
sesuai dengan kutipan dari Krouse bahan kapuk ke bahan busa.
bahwa peningkatan eosinofil adalah Kortikosteroid topikal yang
salah satu penyokong diagnosis rinitis diberikan adalah mometasone furoate.
alergi. Kortikosteroid ini dikenal efektif dalam
Angka prediksi untuk FEV1 dan mengurangi proses inflamasi akibat
FVC umur 18 tahun, dengan tinggi rinitis yang disertai asma. Efeknya lebih
badan 150 cm, adalah 1,90 dan 2,30 baik dibandingkan dengan fluticasone
(nilai normal 2,60 dan 2,87). Didapatkan propionate dalam mengurangi respon
nilai pada pasien ini dibawah nilai yang berlebihan dari saluran nafas.
normal atau didapatkan gangguan pada Disamping itu obat ini aman diberikan
otot-otot saluran nafas bawah. pada anak-anak diatas usia 4 tahun.
Pada pasien ini hasil pemeriksaan Bioavaibilitasnya kurang dari 1%. Tidak
nasoendoskopi ditemukan kelainan ada angka pasti mengenai berapa lama
anatomi berupa septum deviasi. Sesuai pemberian kortikosteroid intranasal ini
literatur, adanya kelainan anatomi yang boleh diberikan. Tidak ada ditemukan
menyertai rinitis alergi akan dapat keluhan tambahan pada pasien rinitis
memperberat gejala yang timbul serta alergi dengan pemberian mometasone
mempersulit pengobatan yang selama 1 tahun.24
dilakukan. Dipertimbangkan untuk Pada pasien ini pengobatan
dilakukan tindakan operasi untuk kortikosteroid intranasal digabung
mengembalikan fungsinya. Dapat dengan antihistamin oral. Sesuai dengan
dilakukan tindakan septoplasti. 2,3,6,10 kepustakaan rinitis alergi kategori
Pasien didiagnosis dengan asma sedang berat dan gejala agak berat
bronkial persisten karena pasien dapat digabung kortikosteroid
menderita sesak nafas diikuti batuk bila intranasal dengan antihistamin.2,4,12
terkena udara berdebu atau minum es Dikutip dari Cauwenberge dkk, terapi
dan coklat. Ditemukan gejala asma kombinasi antara loratadine dengan
kurang dari 1 kali seminggu dan pseudoefedrin terbukti mampu
frekuensi serangan malam kurang dari 2 menurunkan gejala pada hidung dan
kali sebulan. Hal ini sesuai dengan asma, meningkatkan fungsi paru dan
kriteria diagnosis asma yang ditetapkan kualitas hidup dari pasien rinitis alergi
oleh GINA.12,13 musiman yang disertai asma.14
Hasil pemeriksaan spirometri yang Untuk penanganan gejala asma,
dilakukan tidak didapatkan kesan ada 3 prinsip yang harus diperhatikan.
adanya obstruksi jalan nafas bawah. Hal Seperti yang dikutip dari GINA, tiga
ini disebabkan pada pasien asma prinsip tersebut adalah assessing,
bronkial intermitten yang tidak sedang treating dan monitoring.
mengalami gejala sesak (asimptomatis), Seperti dikutip dari kepustakaan
maka hasil spirometri didapatkan fungsi Soetjipto dan Mangunkusomo bahwa
paru normal, arus puncak ekspirasi pengobatan efektif terhadap rinitis
(APE) dalam batas normal yaitu lebih alerginya terbukti dapat memperbaiki
dari 80%. Hal ini sesuai dengan keluhan asma. Masih dikutip dari
kepustakaan dari GINA.12,13 Soetjipto dan Mangunkusomo, dari
Untuk terapi rinitis pada pasien ini Corren dan Watson bahwa pemberian
dengan gejala sedang kita nasehati kortikosteroid intranasal pada pasien
untuk menghindari alergen. Walaupun rinitis alergi yang disertai asma akan

11
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

menurunkan keadaan hiperreaktif Simposium UpDate Rinitis Alergi. Jakarta,


bronkus dan memperbaiki keluhan 10 April 1999.
10. Krouse JH. Allergic and Nonallergic Rhinitis.
asmanya. Pemberian antihistamin untuk In: Bailey BJ, Johnson JT et al editors.
rinitis alerginya juga terbukti dapat Otolaryngology Head and Neck Surgery, 4th
memperbaiki keadaan asmanya. Terapi Ed Vol 1. Philadelphia: Lippincott Williams
medikamentosa untuk pencegahan & Wilkins; 2006. p. 351-63.
jangka panjang diberikan salah satu 11. Fornadley JA. Skin Testing in the Diagnosis
of Inhalant Allergy. In: Krouse JH, Chadwick
diantaranya yaitu kortikosteroid SJ, et al editors. Allergy and Immunology,
inhalasi. Untuk mengatasi sesak nafas, an Otolaryngologic Approach. Philadelphia:
diberikan bronkodilator kerja singkat, Lippicott Williams & Wilkins; 2002. p. 114-
yaitu B2 inhalasi yang dapat digunakan 23.
sesuai dengan timbulnya gejala, dan 12. Global Initiative for Asthma. In: Global
Strategy for Asthma Management and
tidak boleh lebih dari 3-4 kali sehari. Prevention. Available from
Menentukan jenis asma juga sangat www.ginaasthma.org. Updated 2007. p. 1-
penting karena hanya asma bronkial 114.
jenis typikal yang dapat dirangsang oleh 13. Pocket Guide for Asthma Management and
rinitis alergi.9 Prevention in Children 5 Years and
Younger. In: Global Initiative for Asthma, a
Pocket Guide for Physicians and Nurses.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Available www.ginaasthma.org. Updated
2009. p. 1-30.
1. Valentine MD, Plaut M. Allergic Rhinitis. In: 14. Cauwenberge PV, Watelet JB, Zele TV et al.
The New England Journal of Medicine. Does Rhinitis Lead to Asthma?. Journal of
Available from URL : www.nejm.org. Article Rhinology 2007, vol 45.
last updated 2005. August 2008. 15. Fuhlbrigge AL, Adams RJ. The Effect of
2. Pinto JM, Naclerio RM. Allergic Rhinitis. In: Treatment of Allergic Rhinitis on Asthma
Snow JB, Ballenger JJ editors. Ballenger’s Morbidity, Including Emergency Department
Otorhinolaryngology Head and Neck Visits. Curr Opin Allergy Clin Immunol
Surgery, 16th Ed. New York: BC Decker; 2003; 3: 1-10.
2003. p. 708-39. 16. Miller JJ, Osguthorpe JD. Physical
3. WHO ARIA 2008 (upDate). Examination of the Allergic Patient. In:
4. Stokes JR, Casale TB. Allergic Rhinitis, Krouse JH, Chadwick SJ, et al editors.
Asthma and Obstructive Sleep Apnea: The Allergy and Immunology, an
Link. In: Pawankar R, Holgate ST et al Otolaryngologic Approach. Philadelphia:
editors. Allergy Frontiers: Clinical Lippicott Williams & Wilkins; 2002. p. 87-
Manifestations. New York: Springer; 2009. 98.
p. 129-40. 17. Ramakrishnan VR, Meyer AD. Non allergic
5. Nguyen QA. Allergic Rhinitis. Available from Rhinitis. Available from URL:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/8
http://emedicine.medscape.com/article/8 74171-overview. Article last update
34281-overview. Article last update June 1, November 26, 2008. September 2009.
2009. September 2009. 18. King HC, Mabry RL. Nonallergic Rhinitis. In:
6. Cummings CW. Allergic Rhinitis. In: Allergy in ENT Practice, a Basic Guide. New
Cummings CW, Flint PW et al editors. York: Thieme; 1998. p. 310-8.
Otolaryngology Head and Neck Surgery, 4th 19. Dhingra PL. Allergic Rhinitis. In: Disease of
Ed Vol 1. Philadelphia: Elsevier; 2005. p. Ear, Nose and Throat, 4th Edition. Noida:
351-63 Elsivier; 2009. p. 157-9.
7. Valovirta E, Pawankar R. Survey on the 20. Niggemann LJ, Ferdousi SD, et al. Spesific
Impact of Comorbid Allergic Rhinitis in immunotherapy has long-term preventive
Patients with Asthma. BMC Pulmonary effect of seasonal and perennial asthma: 10-
Medicine, 2006; 6(Suppl 1): 1-10. years follow-up on the PAT study. Allergy
8. Corren J. The impact of allergic rhinitis on Journal 2007; 62: 943-8.
bronchial asthma. J Allergy Clin Immunol 21. Gordon BR. Asthma Diagnosis and
1998; 101: 352-6. Management. In: Krouse JH, Chadwick SJ, et
9. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Rinitis al editors. Allergy and Immunology, an
Alergi, Sinusitis dan Asma. Dalam: Otolaryngologic Approach. Philadelphia:

12
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lippicott Williams & Wilkins; 2002. p. 270- 25. Woodcock A, Forster L, Matthews E, et al.
90. Control of Exposure to Mite Allergen and
22. King HC, Mabry RL. Pharmacotherapy of Allergen-impermeable Bed Covers for Adults
Allergic Rhinitis. In: Allergy in ENT Practice, with Asthma. N Engl J Med 2003; 349: 225-
a Basic Guide. New York: Thieme; 1998. p. 36.
310-8. 26. Suprihati, Irawati N, Tety M, Sumarman I.
23. Naclerio R. Intranasal Corticosteroids Panduan Penatalaksanaan Rinitis Alergi
Reduce Ocular Symptoms Associated with (WHO-ARIA). Dalam: Kongres Nasional XIII
Allergic Rhinitis. Otolaryngology–Head and PERHATI-KL, 2003.
Neck Surgery 2008; 138: 129-39.
24. Cowie RL, Giembycz MA, Leigh R.
Mometasone furoate: an inhaled
glucocorticoid for the management of
asthma in adults and children. Allergy
Journal 2009; 12: 2009-14.

13
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lampiran

Algoritma 1. Algoritma Diagnosis Rinitis Alergi dengan Rinitis non Alergi (WHO-ARIA 2008)

Algoritma 2. Algoritma Penatalaksanaan Rinitis Alergi (WHO-ARIA 2008)

14

Anda mungkin juga menyukai