Anda di halaman 1dari 48

REFLEKSI

KASUS
EPILEPSI

Agistha Nurhitha Arda Nandhi


LEMBAR ADMISSION IGD
Nama : An. D.R.S.Z
Tanggal Lahir : 04 Agustus 2003
Usia : 13 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Lengkap : Danunegaran M13/962
Masuk ke Unit : Anak
Tanggal Masuk : 3 Maret 2017 pukul
14.55 WIB
ANAMNESIS
Anak datang dengan keluhan kejang sejak tadi
siang jam 14.36. Menghentak kelojotan 1
menit, berulang lagi tiap jam dan 5 menit.
Terakhir kejang 1 menit di RS jam 15.05.
Demam (-), batuk (-), pilek (-), BAK terakhir
pakai pempers.
Riw epilepsi dengan depacene 2.5 mg. Riw
kelahiran normal, CP (+). Pasien saat ini bisa
merangkak, belajar berjalan.
Riw kejang terakhir menurut ibu bulan Mei
2016 (terapi di RM November 2014).
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum Pemeriksaan Fisik

KU : CM K/L
GCS : E = 4 M =6 V = 5 Ca +/+, Si -/-, kaku
TD : 100/70mmHg kuduk (-), brudzinski
I/II -/-
Nadi : 117 x/menit
Tho
Respirasi : 20 x/menit
pulmo
Suhu : 36,6C
Rh (-/-), Wh (-/-)
SaO2 : 97%
COR : S1S2 reguler
Tinggi Badan : 140 cm
Abd
Berat Badan : 34 kg
NT (-), BU (+N)
BMI : 17,8
Ext
BMI ideal : 18,5
akral hangat, nadi
BB ideal : 36,26 kuat
Pemeriksaan penunjang DR : AL= 6300, Hb= 102,
AT= 347000
GDS : 95 mg/dL

Diagnosis Kerja Epilepsi


CP

Tindakan Pengobatan O2 3 lpm n.k


Diazepam sup 10 mg
Inf. RL 3 cc/kgBB/jam 25 tpm
Depacene 0,9 cc

Diagnosis Akhir Epilepsi


CP
Indikasi rawat inap dan Seizure 6x
hasil pemeriksaan yang Riwayat CP
mendukung
Pengobatan dan tindakan O2 3 lpm n.k
yang telah diberikan Diazepam sup 10 mg
Inf. RL 3 cc/kgBB/jam 25 tpm
Depacene 0,9 cc

Depacene 10
Rencana penatalaksanaan Depacene pagi ditambah 0,9 cc mg/kgBB/hari
Untuk dosis malam jadi 3,4 cc
Bila kejang stesolid 10 mg supp
Tunggu 5-10
menit, bila kejang

stesolid 10 mg supp
Tunggu 5-10
menit
fenitoin drip 10 mg/kgBB dlm 50 cc NaCl
selama 30 menit
Tunggu 5 menit,
bila kejang
RUJUK
PERMASALAHAN
Bagaimanakah cara pengisian data admission
yang baik dan benar sehingga kita dapat
mendiagnosis dan memberikan terapi yang
sesuai?
Apakah data tersebut di atas sudah cukup
lengkap untuk mendiagnosis suatu penyakit?
Apakah terapi yang telah dilakukan di IRD
sudah tepat?
A. ADMINISTRASI
PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN
REKAM MEDIS
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam
medis
(Pasal 1) Rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien.
(Pasal 2) Rekam medis harus dibuat secara
tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.
PASAL 3
(1) ISI REKAM MEDIS UNTUK PASIEN RAWAT JALAN PADA
SARANA PELAYANAN KESEHATAN SEKURANG-KURANGNYA
MEMUAT
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan
dan riwayat penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram
klinik; dan
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
(2)ISI REKAM MEDIS UNTUK PASIEN RAWAT INAP
DAN PERAWATAN SATU HARI SEKURANG-
KURANGNYA MEMUAT:
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. Hasil pemerisaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis:
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan;
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan.
j. Ringkasan pulang (discharge summary);
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehalan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu;
dan
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
(3)ISI REKAM MEDIS UNTUK PASIEN GAWAT
DARURAT SEKURANG-KURANGNYA MEMUAT:

a. Identitas pasien;
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c. Identitas pengantar pasien;
d. Tanggal dan waktu;
e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan
dan riwayat penyakit;
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g. Diagnosis;
h. Pengobatan dan/atau tindakan;
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan
unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut;
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain; dan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
(4) Isi rekam medis pasien dalam keadaan bencana, selain
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditambah denqan:
a. Jenis bencana dan lokasi di mana pasien ditemukan;
b. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana
masal; dan
c. Identitas yang menemukan pasien;

(5) Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau


dokter gigi spesialis dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan.

(6) Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau


pengobatan masal dicatat dalam rekam medis sesuai
ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (3) dan disimpan
pada sarana pelayanan kesehatan yang merawatnya.
PERATURAN PENULISAN SIMBOL DAN
SINGKATAN

Sesuai Surat Keputusan direktur RSUD Kota


Yogyakarta Nomor : 445/54c/KPTS/III/2015
tentang Pemberlakuan Simbol dan Singkatan
dalam Berkas Rekam Medis di RSUD Kota
Yogyakarta, maka penulisan yang ada direkam
medis harus disesuaikan sesuai dengan yang
telah ditetapkan.
PEMBAHASAN ADMINISTRATIF
ANAMNESIS KETERANGAN
Anak datang dengan keluhan Riw : riwayat (sesuai SK
kejang sejak tadi siang jam Direktur RSUD Kota
14.36. Menghentak kelojotan Yogyakarta)
1 menit, berulang lagi tiap BAK : buang air kecil
jam dan 5 menit. Terakhir (sesuai SK Direktur RSUD
kejang 1 menit di RS jam Kota Yogyakarta)
15.05. Demam (-), batuk (-), Mg : miligram (sesuai SK
pilek (-), BAK terakhir pakai Direktur RSUD Kota
pempers. Riw epilepsi dengan Yogyakarta)
depacene 2.5 mg. Riw CP : cerebral palsy (sesuai
kelahiran normal, CP (+). SK Direktur RSUD Kota
Pasien saat ini bisa Yogyakarta)
merangkak, belajar berjalan. RM : rekam medis (sesuai
Riw kejang terakhir menurut SK Direktur RSUD Kota
ibu bulan Mei 2016 (terapi di Yogyakarta)
RM November 2014).
Keadaan umum Keterangan
KU : CM KU : keadaan umum
GCS : E = 4 M =6 V = 5 CM : compos mentis
GCS : glascow coma scale
TD : 100/70mmHg E : eye
Nadi : 117 M : motorik
x/menit V : verbal
Respirasi : 20 x/menit TD : tensi darah
Suhu : 36,6C cm : centimeter
kg : kilogram
SaO2 : 97% C : celcius
Tinggi Badan : 140 X : kali
cm BMI : tidak tersedia di
Berat Badan: 34 kg Surat Keputusan Direktur
BMI : 17,8 RSUD Kota Yogyakarta
BMI ideal : 18,5 Singkatan-singkatan diatas
BB ideal : 36,26 sudah sesuai dengan Surat
Keputusan Direktur RSUD
Kota Yogyakarta, kecuali
BMI
PEMERIKSAAN FISIK KETERANGAN
K/L K/L : kekuatan/ left (kiri)
Ca +/+, Si -/-, kaku kepala/ leher
kuduk (-), Ca : carsinoma
brudzinski I/II -/-
conjungtiva anemis
Tho
Si : tidak tersedia di Surat
Pulmo
Rh (-/-), Wh (-/-) Keputusan Direktur RSUD
COR : S1S2 reguler Kota Yogyakarta
Abd Tho : thorax (sesuai SK
NT (-), BU (+N) Direktur RSUD Kota
Ext Yogyakarta)
akral hangat, nadi COR : Cedera Otak Ringan
kuat (sesuai SK Direktur RSUD
Kota Yogyakarta)
Abd : abdomen (sesuai SK
Direktur RSUD Kota
Yogyakarta)
Ext : extremitas (sesuai SK
Direktur RSUD Kota
Yogyakarta)
NT : nyeri tekan (sesuai SK
PEMERIKSAAN PENUNJANG KETERANGAN
DR DR : darah rutin
AL : 6300, AL : angka leukosit
Hb : 102, Hb : hemoglobin
AT : 347000 GDS : gula darah sewaktu
GDS : 95 mg/dL mg/dL : miligram/deciliter

Singkatan-singkatan diatas sudah


sesuai dengan Surat Keputusan
Direktur RSUD Kota Yogyakarta

DIAGNOSIS KETERANGAN
Epilepsi CP : cerebral palsy (sesuai SK
CP Direktur RSUD Kota
Yogyakarta)
TINDAKAN PENGOBATAN KETERANGAN

O2 3 lpm n.k O2 : oksigen


Sup : suppusitoria
Diazepam sup 10 mg Inf : infus
Inf. RL 3 cc/kgBB/jam RL : Ringer laktat
25 tpm cc : cubic centimeter
lpm : tidak tersedia di Surat
Depacene 0,9 cc Keputusan Direktur RSUD
Kota Yogyakarta
n.k : tidak tersedia di Surat
Keputusan Direktur RSUD
Kota Yogyakarta
tpm : tidak tersedia di Surat
Keputusan Direktur RSUD
Kota Yogyakarta

Singkatan-singkatan diatas
sudah sesuai dengan Surat
Keputusan Direktur RSUD Kota
Yogyakarta, kecuali lpm, tpm,
dan n.k
KESIMPULAN PENULISAN ADMINISTRASI
Kelengkapan penulisan administrasi rekam medis yang
terdapat pada admission IGD belum sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008. Dalam data admission tidak ada
data tentang identitas pengantar dan sarana transportasi
yang digunakan.
Pada penulisan rekam medis, terdapat beberapa singkatan
yang tidak sesuai dengan Surat Keputusan Direktur
RSUD Kota Yogyakarta Nomor : 445/54c/KPTS/III/2015
sehingga menimbulkan kesalahan persepsi dalam
menganalisis hasil anamnesis dan pemeriksaan.
Perlu differential diagnosis untuk memperkirakan
kemungkinan penyakit terkait kondisi pasien.
Saran : perlu ditambahkan beberapa singkatan yang
sering digunakan, misalnya Si, lpm, tpm, n.k, ca, BMI, K/L
PEMBAHASAN KLINIS
Untuk menegakkan diagnosis pada anak sakit dapat
dilakukan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang sevara menyeluruh dan teliti.
ANAMNESIS
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
cara wawancara. Terdapat dua cara untuk anamnesis,
autoanamnesis atau alloanamnesis.
Autoanamnesis adalah wawancara langsung kepada
pasien.
Alloanamesis adalah wawancara langsung kepada
orangtua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau
sumber lain.
Oleh karena bayi dan sebagian besar anak belum dapat
memberikan keterangan dengan baik, maka
alloanamnesism dapat digunakan sebagai metode
penggalian data pasien. Pada seorang pasien, terutama
pasien anak, anamnesis dapat membantu perkiraan
suatu diagnosis tidak kurang dari 80%.
Selain itu, pada saat anamnesis jangan sampai
terlewatkan untuk memeriksa apakah ada tanda
bahaya umum (berdasarkan MTBS) yang
meliputi:
Apakah anak bisa minum atau menyusu?

Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?

Apakah anak menderita kejang?

Lihat apakah anak tampak letargis atau tidak


sadar?
Karena seorang anak dengan tanda bahay
umum memerlukan penanganan segera,
sehingga dapat dilakukan penanganan segera
dan rujukan tidak terlambat.
Anamnesis Entry Point

Anak datang dengan keluhan Demam (-)


kejang sejak tadi siang jam 14.36. Gangguan pernafasan (-)
Menghentak kelojotan 1 menit, Gangguan pencernaan (tidak
berulang lagi tiap jam dan 5 ditanyakan)
menit. Terakhir kejang 1 menit Gangguan buang air kecil
di RS jam 15.05. Demam (-), batuk (tidak ditanyakan)
(-), pilek (-), BAK terakhir pakai Nyeri belakang telinga (tidak
pempers. ditanyakan)
Riw epilepsi dengan depacene 2.5 Daily Living :
mg. Riw kelahiran normal, CP (+). BAB (tidak ditanyakan)
Pasien saat ini bisa merangkak, BAK (+)
belajar berjalan. Makan dan minum (tidak
Riw kejang terakhir menurut ibu ditanyakan)
bulan Mei 2016 (tetapi di RM
November 2014).
Anamnesis

Anak datang dengan keluhan RPS: Kapan kejang mulai terjadi


kejang sejak tadi siang jam 14.36. (+), Sifat kejang (+), lama
Menghentak kelojotan 1 menit, serangan (+), interval
berulang lagi tiap jam dan 5 antara 2 serangan (+),
menit. Terakhir kejang 1 menit kesadaran pada waktu
di RS jam 15.05. Demam (-), batuk kejang dan pasca kejang (-)
(-), pilek (-), BAK terakhir pakai RPD: Apakah kejang baru
pempers. pertama kali atau sudah
Riw epilepsi dengan depacene 2.5 pernah sebelumnya (+), bila
mg. Riw kelahiran normal, CP (+). sudah pernah berapa kali
Pasien saat ini bisa merangkak, dan waktu umur berapa (-),
belajar berjalan. riwayat kejang tanpa
Riw kejang terakhir menurut ibu demam (-)
bulan Mei 2016 (tetapi di RM Riwayat perkembangan: Apakah
November 2014). terdapat gangguan
perkembangan neurologis (+)
RPK: Epilepsy pada keluarga (-)
SIMPULAN
Pada data admission, dokter jaga kurang
lengkap menanyakan riwayat penyakitnya dan
kurang mendalami faktor-faktor resiko
terjadinya kejang. Padahal seperti yang sudah di
jelaskan di atas, diperlukan anamnesis yang
lengkap untuk dapat menegakkan diagnosis
suatu penyakit.
KEADAAN UMUM
Penilaian keadaan
umum, mencakup 3 hal
:
KU : CM Kesan keadaan sakit,
GCS termasuk fasies dan
E=4 posisi pasien (-)
V=5 Kesadaran (+)
M=6 kesan status gizi (-)
Keadaan Umum Penilaian

TD : Nadi : frekuensi (+)


100/70mmHg irama (-) kualitas (-)
Nadi : 117 Tekanan darah :
x/menit irama (-), isi (-),
Respirasi : 20 ekualitas (-),
x/menit keadaan/posisi (-)
Suhu : 36,6C Pernafasan : frekuensi
SaO2 : 97% (+), irama/keteraturan
Tinggi Badan : 140 (-), kedalaman (-), pola
cm pernapasan (-)
Berat Badan: 34 kg
BMI : 17,8
BMI ideal : 18,5
BB ideal : 36,26
Pemeriksaan Fisik Penilaian
K/L : Ca +/+, Si -/-, Mata : konjungtiva (+),
kaku kuduk (-), sklera (+), pupil (-)
brudzinski I/II -/- Thoraks : paru (+),
jantung (+)
Tho : Pulmo :Rh (-/-), Abdomen : hepar (-), lien
Wh (-/-) (-)
COR : S1S2 Ektremitas : akral (+),
reguler nadi (+), perfusi (-)
Abd Tanda rangsang
NT (-), BU (+N) meningeal : kaku kuduk
Ext (+), tanda brudzinski I
akral hangat, nadi dan II (+), kernig (-),
kuat lasegue (-)
SIMPULAN PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan keadaan umum, tidak
diperiksa secara lengkap.
Pada status gizi tidak dihitung secara lengkap
sehingga tidak dapat disimpulkan status gizi
pasien, hal ini dapat mempengaruhi
penatalaksanaan terutama penatalaksanaan
gizi.
Terdapat terminologi yang tidak ada pada buku
pemeriksaan fisik diagnostik pada anak, yaitu
kernig dan lasegue. Pada pemeriksaan
meningeal sign meliputi kaku kuduk, brudzinski
I, brudzinski II, kernig dan lasegue.
Pemeriksaan
Penunjang
DR Pemeriksaan penunjang
AL : 6300 rutin:
Hb : 102 o Darah tepi : Hb (+),
AT : 347000 hitung leukosit (+),
GDS : 95 mg/dL hitung jenis (+)
o Urin (-)
o Feses (-)
o Uji tuberkulin (-)
Pemeriksaan penunjang
khusus (berkaitan
dengan kasus)
o Pungsi lumbal (-)
o EEG (-)
o GDS (+)
o Elektrolit (-)
SIMPULAN
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
masih kurang mendukung dalam penegakan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis lain
secara tepat.
Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui
penyebab penyakit tidak dilakukan seperti EEG,
dan pungsi lumbal.
DIAGNOSIS KERJA
EPILEPSI

Modifikasi kriteria Livingstone Anamnesis


Kejang terjadi pada umur 6 bulan Anak datang dengan
sampai 4 tahun (-) keluhan kejang sejak tadi
siang jam 14.36.
Kejang harus sudah terjadi dalam 16 Menghentak kelojotan 1
jam setelah anak mulai demam (-) menit, berulang lagi tiap
Kejang bersifat umum (+) jam dan 5 menit. Terakhir
kejang 1 menit di RS jam
Frekuensi kejang tidak lebih dari 4 15.05. Demam (-), batuk (-),
kali dalam setahun tidak pilek (-), BAK terakhir
ditanyakan pakai pempers.
Lama setiap kali kejang tidak lebih Riw epilepsi dengan
depacene 2.5 mg. Riw
dari 15 menit (+)
kelahiran normal, CP (+).
Tidak terdapat kelainan neurologis Pasien saat ini bisa
sebelum dan sesudah kejang tidak merangkak, belajar
ditanyakan berjalan.
Riw kejang terakhir
EEG normal tidak diperiksa
menurut ibu bulan Mei
DIAGNOSIS KERJA
EPILEPSI

Konsensus 1980 Anamnesis


Apakah terdapat gangguan Anak datang dengan
keluhan kejang sejak tadi
perkembangan neurologis (+) siang jam 14.36.
Riwayat kejang tanpa demam Menghentak kelojotan 1
menit, berulang lagi tiap
(-) jam dan 5 menit. Terakhir
Epilepsy pada keluarga kejang 1 menit di RS jam
15.05. Demam (-), batuk (-),
tidak ditanyakan pilek (-), BAK terakhir
Kejang fokal (-) pakai pempers.
Riw epilepsi dengan
Kejang lama (>15 menit) (-) depacene 2.5 mg. Riw
kelahiran normal, CP (+).
Kejang pertama pada usia <12 Pasien saat ini bisa
bulan tidak ditanyakan merangkak, belajar
berjalan.
Kejang demam multipel (-) Riw kejang terakhir
menurut ibu bulan Mei
Diagnosis kerja
Cerebral Palsi
Anamnesis
Riwayat kelahiran infeksi
Asfiksia
Preeklampsia/eklamps Riw kelahiran normal,
ia CP (+)
Gaya hidup
Radiasi
Riwayat perinatal Prematuritas
Perdarahan otak
Ikterus
Tidak ditanyakan
Anoksia/hipoksia/asfik
sia neonatorum
Trauma lahir
Diagnosis kerja
Cerebral Palsi
Anamnesis
Riwayat postnatal Trauma kapitis
Meningitis / ensefalitis
Racun : logam berat, CO
Riwayat keluarga Terjadi pada anak Tidak ditanyakan
sebelumnya
Terjadi pada keluarga
yang lain
Bisa beraktifitas? Terbatas ? Tidak bisa sama Pasien saat ini bisa
sekali? merangkak, belajar
berjalan
Pemeriksaan Neurologis
Perkembangan motorik Pasien saat ini bisa
merangkak, belajar
berjalan
Perkembangan sensorik Tidak diperiksa
Spasitas
Peninggian tonus otot dan
refleks yang disertai dengan
tonus dan refleks babinski
positif

Tonus
Ganggua
otot yang
n bicara
berubah

Gejala
Klinis
Koreo-atetosis
Gangguan Gerakan tak terkendali,
pendengara kombinasi korea (gerakan
n kontraksi cepat tidak
teratur) dan atetosis
(gerakan lambat)

Ataksia
PEMERIKSAAN KHUSUS DIPERLUKAN PADA ANAK
YANG DICURIGAI ATAU TERBUKTI CEREBRAL PALSY,
PEMERIKSAAN TERSEBUT ADALAH :
1. Semua anak dengan cerebral palsy harus melakukan pemeriksaan
penglihatan dan pendengaran yang segera dilakukan setelah diagnosis
cerebral palsy ditegakkan. Kerusakan dari indera tersebut sangat
mempengaruhi pendidikan dan pelatihan anak.
2. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menilai cairan cerebrospinal,
dilakukan paling tidak satu kali pada anak yang dicurigai cerebral
palsy untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit degeneratif, tumor
intracranial, subdural hygroma. Pada pasien cerebral palsy cairan
cerebrospinal normal.
3. Pemeriksaan EEG dilakukan terutama pada pasien dengan hemiparesis
atau tetraparesis karena beresiko tinggi kejang.
4. Indikasi ultrasound dan computerized tomography kepala sangat
membantu dalam penegakan diagnosis dan mengeliminasi
kemungkinan diagnosis lainnya. CT scan dan MRI akan menunjukkan
perkembangan kerusakan dan lokasi dari infark, kontusio, atau
hemorrhage.
5. Penilaian psikologis perlu dilakukan untuk tingkat pendidikan yang di
butuhkan anak.
6. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari
retardasi mental, anak yang di curigai harus discreening untuk melihat
KESIMPULAN
Pada data admission, diagnosis sudah dapat ditegakkan.
Perlu anamnesis yang lebih lengkap untuk mengetahui
faktor-faktor resiko, seperti menggali faktor-faktor
penyebab timbulnya kejang, riwayat keluarga, riwayat
kelahiran, perinatal, postnatal, dan riwayat perkembangan
anak, dan sebagainya.
PENATALAKSANAAN
Saat di IGD Rencana rawat inap
O2 3 lpm n.k Depacene pagi ditambah 0,9 cc Depacene 10
Diazepam sup 10 mg Untuk dosis malam jadi 3,4 cc mg/kgBB/hari
Inf. RL 3 cc/kgBB/jam 25 Bila kejang stesolid 10 mg supp
tpm
Depacene 0,9 cc Tunggu 5-10
menit, bila kejang
stesolid 10 mg supp

Tunggu 5-10
menit
fenitoin drip 10 mg/kgBB dlm 50 cc NaCl
selama 30 menit
Tunggu 5 menit,
bila kejang
RUJUK
PRINSIP
Menghentikan aktivitas kejang baik klinis
maupun elektrosefalografi (EEG).
Penatalaksanaan SE meliputi penggunaan obat
intravena yang poten, sehingga dapat
menimbulkan efek samping yang serius. Oleh
karena itu, langkah awal adalah memastikan
bahwa pasien sedang mengalami SE. Kejang
tunggal yang pulih tidak membutuhkan
tatalaksana, namun jika diagnosis ditegakkan
harus ditatalaksana secepat mungkin.
0-5 MENIT
Longgarkan pakaian pasien, dan miringkan.
Letakkan kepala lebih rendah dari tungkai
untuk mencegah aspirasi bila pasien muntah
Yakinkan bahwa aliran udara pernapasan baik,
berikan oksigen bila ada.
Pada saat di rumah dapat diberikan diazepam
rektal 0,5 mg/kg (berat badan < 10 kg = 5 mg;
sedangkan bila berat badan > 10 kg =10 mg)
dosis maksimal adalah 10 mg / dosis.
Maksimal dapat diberikan 2 kali dengan interval
5 menit
Bila keadaan pasien stabil, pasien dibawa ke
rumah sakit terdekat.
5-10 MENIT
Bila saat tiba di rumah sakit pasien kejang
kembali. Dapat diberikan diazepam rektal 1 kali
dengan dosis yang sama.
Lakukan pemasangan akses intravena.
Pengambilan darah untuk pemeriksaan : darah
rutin, glukosa, dan elektrolit.
Bila masih kejang berikan diazepam 0,2-0,5
mg/kgbb secara intravena (kecepatan 5
mg/menit).
Jika didapatkan hipogikemi, berikan glukosa
25% 2 mL/kg berat badan.
10-15 MENIT
Cenderung menjadi status konvulsifus.
Berikan fenitoin 20 mg/kg intravena dengan
pengenceran setiap 10 mg fenitoin diencerkan dengan
1 mL NaCl 0,9 % dan diberikan dengan kecepatan 50
mg/menit. Dosis maksimal adalah 1000 mg fenitoin.
Bila kejang tidak berhenti diberikan fenobarbital 20
mg/kg intravena bolus perlahanlahan dengan
kecepatan 100 mg/menit. Dosis maksimal yang
diberikan adalah 1000 mg fenobarbital.
Bila kejang masih berlangsung diberikan midazolam
0,2 mg/kg diberikan bolus perlahan dilanjutkan
dengan dosis 0,02 0,06 mg/kg/jam yang diberikan
secara drip. Cairan dibuat dengan cara 15 mg
midazolam berupa 3 mL midazolam diencerkan
dengan 12 mL NaCl 0,9 % menjadi 15 mL larutan
>30 MENIT
Bila kejang berhenti dengan pemberian fenitoin dan
selama perawatan timbul kejang kembali diberikan
fenitoin tambahan dengan dosis 10 mg/kg intravena
dengan pengenceran. Dosis rumatan fenitoin selanjutnya
adalah 5 7 mg/kg intravena dengan penegnceran
diberikan 12 jam kemudian.
Bila kejang berhenti dengan fenobarbital dan selama
perawatan timbul kejang kembali diberikan fenobarbital
tambahan dengan dosis 10 mg/kg intravena secara bolus
langsung. Dosis rumatan fenobarbital adalah 5 7 mg/kg
intravena diberikan 12 jam kemudian.
Bila kejang berhenti dengan midazolam, maka rumatan
fenitoin dan fenobarbital tetap diberikan.
Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan
seperti analisis gas darah, elektrolit, gula darah.
Dilakukan koreksi terhadap kelainan yang ada dan awasi
KESIMPULAN PENATALAKSANAAN
Pemberian tatalaksana medikamentosa sudah
tepat namun, untuk tatalaksana
nonmedikametosa belum terpenuhi yaitu
planning pemeriksaan penunjang, planning diet,
planing monitoring dan planing edukasi. Karena
rencana penatalaksanaan harus mencakup 5
aspek tersebut.
INDIKASI RAWAT INAP
Status epileptikus
Bangkitan berulang

Kasus bangkitan pertama

Epilepsi intraktabel
KESIMPULAN
Pengisian informasi data admission yang
lengkap dapat membantu mendiagnosis dan
mengetahui keadaan pasien secara menyeluruh.
Yang perlu diperhatikan dalam kasus kejang
adalah menggali faktor-faktor penyebab
timbulnya kejang karena sangat penting dalam
menentukan prognosis.
DAFTAR PUSTAKA
IDAI. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia..

Matondang, Corry S. Prof.Dr. dkk. (2009). Diagnosis Fisis


Pada Anak Edisi ke-2. C.V Sagung Seto: Jakarta

World Health Organization. (2009). Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah
Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen


Ilmu kesehatan Anak (2013). Tatalaksana Berbagai
Keadaan Gawat Darurat pada Anak

Peraturan Menteri Kesehatan republic Indonesia Nomor


269/Menkes/Per/III/2008

PERDOSSI. Standar Pelayanan Medik

Anda mungkin juga menyukai