(Skripsi)
Oleh
REZA PAHLEPI
0817041052
Oleh
REZA PAHLEPI
Telah dilakukan penelitian tentang MgO-SiO2 dari bahan baku magnesium nitrat
heksahidrat dan silika sekam padi menggunakan metode sol-gel dengan komposisi
MgO dan SiO2 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:10. Gel yang diperoleh dari
pencampuran sol magnesium oksida dan sol silika dipanaskan pada suhu 110 °C
hingga dihasilkan serbuk MgO-SiO2. Sampel selanjutnya dipellet dan disintering
pada suhu 700 oC. Adapun MgO-SiO2 diaplikasikan sebagai katalis dan
dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM/EDS, BET,dan uji aplikasi katalis. Hasil
XRD menunjukkan struktur pada sampel yang disintering pada suhu 700 oC
berfasa amorf masih terbentuk fasa magnesium silicate dan silicon oxide sebagai
pembanding sampel disintering pada suhu 800 oC sampel bertranformasi menjadi
fasa forsterite disertai terbentuknya fasa cristobalite dan periclase. Hasil analisis
SEM (mikrostruktur) pada sampel menunjukkan bahwa sampel belum membentuk
butiran, masih terjadi proses aglomerasi, pada permukaan terlihat gumpalan
(Cluster) yang mengindikasikan mikrostruktur komposit MgO-SiO2 berbentuk
amorf dan hasil EDS dengan tiga spot menunjukkan terdistribusi unsur utama Mg,
Si, dan O secara merata pada semua spot. Hasil BET menunjukkan diameter pori
pada proses adsorpsi metode BJH komposit MgO-SiO2 berukuran makropori
yaitu 141 nm, sedangkan pada desorpsi metode BJH komposit MgO-SiO2
berukuran mesopori yaitu 30 nm. Hasil pengujian katalis dengan GC-MS
menghasilkan senyawa utama metil kaproat, metil kaprilat, metil kaprat, metil
laurat, metil miristat, dan metil palmitat sebagai komponen penyusun produk
biodiesel dari minyak kelapa. Hasil analisis persen konversi dan viskositas pada
biodisel menunjukkan bahwa dimana semakin banyak komposisi MgO pada silika
meningkatkan nilai persen konversi dan menurunkan viskositas, sampel terbaik
adalah dengan perbandingan 1:1.
Kata kunci: MgO-SiO2, sekam padi, silika, sol-gel, XRD, SEM/EDS, BET, dan uji
aplikasi katalis.
i
ABSTRACT
By
REZA PAHLEPI
In this study, a series of MgO-SiO2 with the ratio of MgO to SiO2 of 1:1, 1:2, 1:3,
1:4, 1:5, and 1: 10 was synthesized from magnesium nitrate hexahydrate and rice
husk silica using sol-gel method. The composite was prepared by mixing
magnesium nitrate hexahydrate solution and silica sol. The gel produced was
dried at 110 °C to produce MgO-SiO2 powder, and subsequently sintered at 700
°C for characterization using XRD, SEM/EDS, BET, and test applications
catalyst. The result of XRD characterization showed that the structure of the
sample at a temperature of 700 oC was sintered amorphous phase is formed
magnesium silicate and silicon oxide as the comparison sample at a temperature
of 800 oC was sintered sample transformed into phase with the formation of
forsterite, periclase and cristobalite phase. The results of SEM analysis
(microstructure) on the samples showed that the samples has not formed granules,
is a process of agglomeration, the visible surface of the granular (Cluster)
composite microstructure was indicated by MgO-SiO2 amorphous shape and EDS
results showed three spots distributed main elements Mg, Si, and O evenly on all
spots. BET results showed adsorption diameter pore at the BJH method MgO-
SiO2 composite macropore size is 141 nm, whereas the BJH desorption method
sized of composite MgO-SiO2 mesoporous is 30 nm. Test results with GC-MS
catalyst produces methyl caproic main compound, methyl caprylate, methyl
caprate, methyl laurate, methyl myristate and methyl palmitate as constituent
components of biodiesel from palm oil. The results of the analysis of percent
conversion and viscosity in biodiesel showed, where a growing number of
composition MgO on silica increases value of percent conversion and decrease
the value of viscosity, the best sample is 1:1.
Key words: MgO-SiO2, rice husk, silica, sol-gel, XRD, SEM, BET, test
applications catalyst.
ii
PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI MgO PADA SiO2 TERHADAP
KARAKTERISTIK KOMPOSIT MgO-SiO2 BERBASIS
SILIKA SEKAM PADI
Oleh
REZA PAHLEPI
Skripsi
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
iii
Judul Skripsi : PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI
MgO PADA SiO2 TERHADAP
KARAKTERISTIK KOMPOSIT MgO-SiO2
BERBASIS SILIKA SEKAM PADI
Jurusan : Fisika
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
iv
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Pulung Karo-Karo, M.Si ........................
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah dilakukan oleh orang lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar
pustaka, salian itu saya menyatakan bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.
Apabila pernyataan saya ini tidak benar maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai
Reza Pahlepi
NPM. 0817041052
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis Melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Pabrik Slab Baja II di PT.
Krakatau Steel, Cilegon, Banten pada tahun 2012. Dalam rangka menyelesaikan
tugas akhir, penulis melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul
“Pengaruh Penambahan Komposisi MgO Pada SiO2 Terhadap Karakteristik
Komposit MgO-SiO2 Berbasis Silika Sekam Padi”.
vii
MOTTO
viii
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT
Aku persembahkan
karya kecilku ini untuk:
serta
Almamater tercinta
“Universitas Lampung”
ix
KATA PENGANTAR
semesta berserta isinya dan tempat berlindung bagi umatNya. Shalawat serta
mendapatkan gelar Sarjana Sains dari Universitas Lampung. Semoga skripsi ini
Penulis,
Reza Pahlepi
x
SANWACANA
1. Bapak Drs. Simon Sembiring, Ph.D sebagai pembimbing pertama, yang telah
yang telah diberikan dari awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Pulung Karo-Karo, M.Si sebagai penguji yang telah mengoreksi
5. Bapak Dr. Warsito, D.E.A sebagai Pembimbing Akademik (PA) yang telah
xi
6. Ibu Sri Wahyu Suciyati, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Fisika FMIPA Unila.
7. Ibu Dr. Yanti Yuliyanti, S.Si selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas MIPA
Universitas Lampung.
8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan banyak
9. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Lampung.
10. Akanda Yurizal Sumpeno dan Ibunda Dahlia, untuk cinta, pengorbanan,
kesabaran, semangat dan doa tulus selama ini yang tidak mungkin dapat
keringat ayah dan ibu menjadi amal jariyah yang abadi dan menjadi pemberat
11. Keluarga besar tercinta, kakak-kakakku (Akan Wahdi Andrian, Khadin Vera
Silvia, Enton Margaretha), kakak iparku (Khaja Zulfa, Khadin Sabtu, Kaka
Batin), Keponakanku (Tama, Ipal, Chandra, Imel, Waya, Pun Asyraf) selalu
mendukung baik moral dan materil, menghibur dan do’a hingga penelitian ini
selesai.
12. Teman-temanku di kampung buat SGOB (Ngah Nela, Bung Mala, Cici,
Shinta, Kak Ika), Mak Andri, Ayu, Bg Guna, Bg Tio, Bg Noven yang
d’best my Friend.
13. Bapak Satya dan Bapak Sungadi yang telah bersedia membantu dalam
xii
14. Teman sepenelitian Vinindia Kusuma yang selalu membantu, menghibur,
hati saya ucapkan terima kasih untuk cerita perjuangan selama di bangku
kuliah.
15. Teman-teman seperjuangan 08 yang sudah S.Si (Rizky, Nia, Sisca, Revi, Vio,
Dian, Heni, Melda, Indra, Berli) dan yang belum (Dina, Nita, Mb Ana, Iwan,
Rifky, Nugi dan semuanya yang belum saya sebutkan di Fisika 08) yang
16. Untuk semua mahasiswa Fisika angkatan 2007, 2009, 2010 yang telah
Semoga atas segala bantuannya mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis
Reza Pahlepi
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.......................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................... ii
PERNYATAAN ................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .............................................................................. ix
SANWACANA ................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Batasan Masalah ........................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
F. Sistematika Penelitian ................................................................ 6
xiv
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Komposit Magnesium Silikat (MgO-SiO2) ................................ 7
B. Silika (SiO2) .............................................................................. 9
1. Sumber Silika ..................................................................... 10
2. Karakteristik Silika ............................................................. 11
3. Silika Sekam Padi ............................................................... 12
4. Ekstraksi Silika Sekam Padi ............................................... 14
C. Metode Sol-Gel ......................................................................... 16
D. Sintering.................................................................................... 18
E. Karakterisasi Komposit MgO-SiO2 ............................................ 19
1. Difraksi Sinar-X (XRD) ...................................................... 19
2. Scanning Electron Microscopy (SEM) ................................. 22
3. BET (Brunauer-Emmett-Teller) .......................................... 25
4. Gas Cromatografy Mass Spectrometry (GC-MS) ................. 28
A. Pengantar ................................................................................. 40
B. Hasil Preparasi Sekam Padi ...................................................... 41
C. Ekstraksi Silika Sekam Padi ..................................................... 41
D. Hasil Pembuatan Magnesium NitratHeksahidrat
(Mg(NO3)2.6H2O) .................................................................... 44
xv
E. Hasil Pembuatan Komposit MgO-SiO2 ..................................... 45
F. Analisis Struktur Komposit MgO-SiO2 Menggunakan XRD ..... 47
G. Analisis Mikrostruktur MgO-SiO2 Menggunakan SEM-EDS .. 49
H. Brunaeur-Emitter-Teller (BET) ............................................... 55
I. Analisis Uji Aktivitas Komposit MgO-SiO2 ............................. 58
J. Hasil Persen konversi dari Minyak Kelapa Murni (VCO)......... 59
K. Hasil Pengujian Viskositas Biodisel.......................................... 60
L. Gas Cromatografi - Spektroskopi Massa (GC-MS) .................. 62
LAMPIRAN ....................................................................................... 74
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Karakteristik fisika, mekanika, termal, dan sifat elektrik silika
amorf dan silika kristal …. ............................................................... 11
4.3. Komposisi senyawa dari komposit pada tiga spot area .................... 54
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Struktur primer tehtrahedron SiO4 ............................................. 9
4.2. (a) Pemanasan sekam padi dengan penambahan larutan KOH 1,5%,
(b) Filtrat Silika hasil penuaan (aging).............................. 42
4.3. (a) Gel silika, (b) Gel silika yang sudah dibleaching. ................. 43
4.4. (a) Silika padat, (b) Bubuk (powder) silika dari sekam padi ....... 43
4.6. Proses pencampuran MgO sol dan SiO2 sol dengan menggunakan
magnetic stirrer (a) Sol MgO, (b) Sol silika, (c) Proses
pembuatan gel MgO-SiO2 ........................................................... 46
xviii
4.8. Pellet MgO-SiO2 setelah di sintering ......................................... 47
xv
xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komposit merupakan paduan dari beberapa material yang mememilki fase yang
berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material
awal (Zulfia, 2011). Material komposit memiliki kelebihan yaitu memiliki sifat
mekanis yang dapat diatur, ketahanan lelah, mudah dalam proses pembentukan
dan biaya yang ekonomis (Purboputro, 2006; Yudhanto, 2007). Material komposit
banyak digunakan industri keramik, industri plastik, industri baja dan industri
migas (Yudhanto, 2007; Hendra dan Ginting, 2002). Berbagai material komposit
yang telah disintesis adalah komposit MgO-Al2O3/Al (Sahari dkk, 2009), MgO-
Magnesium silikat merupakan salah satu material komposit yang terdiri dari
senyawa MgO dan SiO2, magnesium silika menghasilkan beberapa nama mineral
seperti enstatite (MgSiO3) dan forsterite (Mg2SiO4) (Ni et al, 2007; Tavangarian
2
and Emadi, 2010; Mitchell et al., 1998; Saberi et al., 2007). Magnesium silikat
memiliki luas permukaan 619 m2/g dengan struktur menyerupai silika gel.
Magnesium silikat ini memilki ketahanan termal yang baik yaitu memiliki suhu
digunakan dalam bidang industri baja/metal (Jing et al., 2009; Mitchell et al.,
1998; Saberi et al., 2007). Aplikasi lain dari magnesium silikat adalah dalam
gandum dan sebagai adsorben untuk studi adsorpsi asam lemak bebas (Free Fatty
Acids atau FFA) dalam minyak sawit mentah (Crude Palm Oil atau CPO)
(Clowutimon et al., 2011). Senyawa ini akan menyerap asam lemak bebas
menggunakan ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus karbonil (C=O) asam
yaitu metode sol-gel (Bansal, 1987; Kharaziha dan Fathi, 2010; Hamdila, 2012),
dan metode padatan (Kosanovic et al., 2006; Sebayang dkk, 2002). Metode sol-
gel lebih unggul dibandingkan dengan metode lainnya karena untuk mendapatkan
komposit padat yang homogen dengan cara pembentukan suspensi koloid yang
berbentuk gel melalui proses gelasi sol pada suhu ruang (Ni et al., 2007;
Kharazima and Fathi, 2009). Keuntungan metode sol gel diantaranya yaitu relatif
mudah dilakukan, tidak memerlukan waktu yang lama (Sriyanti dkk, 2005),
memiliki homogenitas yang tinggi (Petrovic, et al., 2001; Sembiring dan Karo-
Karo, 2007) karena pencampuran dalam skala molekuler, yaitu mengarah untuk
(Saberi et al., 2007). Selain itu, peralatan yang digunakan dalam metode sol-gel
Dalam pembuatan magnesium silikat bahan utama yang digunakan antara lain
silika, TEOS dan TMOS (Tsai, 2001; Ni et al., 2007) yang merupakan silika yang
relatif mahal. Dari kekurangan tersebut pada penelitian ini memanfaatkan silika
sekam padi untuk mensintesis MgO-SiO2. Silika sekam padi memiliki butiran
halus, lebih reaktif, dapat diperoleh dengan cara mudah dan dengan biaya yang
relatif murah, serta didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah dan
sekam padi mengandung banyak silika amorf mencapai 94-96 % apabila dibakar
mencapai suhu 500-7000C (Harsono, 2002; Herlina, 2005). Sifat amorf ini,
(Nuryono et al., 2008), selain itu silika memiliki luas permukaan yang besar,
ketahanan panas yang baik, kekuatan mekanik yang tinggi, dan inert. Sehingga,
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, secara garis besar penelitian
dari sekam padi. Adapun penelitian ini difokuskan pada variasi komposisi antara
MgO-SiO2 dengan variasi 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5 dan 1:10 dengan metode sol-gel
4
magnesium silikat pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis yakni analisis
B. Rumusan Masalah
rumusan masalah yang dipelajari dalam penelitian ini adalah: bagaimana pengaruh
C. Batasan Masalah
sol-gel.
atau sol.
magnesium oksida sol dan silika sol dalam sintesis komposit MgO-SiO2
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
lebih murah dan memberikan nilai tambah pada sektor pertanian padi.
F. Sistematika Penelitian
Aspek-aspek yang dipaparkan dalam penelitian ini dicantumkan dalam lima bab,
penelitian.
BAB III Metode Penelitian berisi paparan tentang waktu dan tempat penelitian,
penelitian.
Komposit adalah gabungan dua material atau lebih dengan memiliki sifat yang tidak
sama dengan sifat bahan aslinya dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari
komposit yang terdiri dari dua bahan baku utama yaitu magnesium oksida (MgO) dan
silika (SiO2) yang berbentuk bubuk (powder) putih, amorf, tidak berbau dan tidak
Mineral yang terkandung dalam magnesium silikat terdiri dari forsterite (Mg2SiO4),
telah dilakukan oleh Saberi et al., (2007), menyatakan bahwa komposit MgO-SiO2
yang berupa forsterite akan mulai terbentuk pada suhu 730°C dalam bentuk amorf
dan pada suhu 800-1000°C akan terbentuk forsterite dalam bentuk kristal. Sedangkan
Pada penelitian yang dilakukan Ni et al, (2007) menyatakan bahwa enstatite dikenal
dengan rumus kimia Mg2Si2O6 atau MgSiO3 terbentuk pada suhu 1100 °C.
Magnesium silikat memiliki beberapa sifat spesifik yang dimiliki magnesium silikat
yaitu konduktivitas termal 2,6 Wm-1K-1 dan ekspansi termal 7,8×10-6 K-1 atau
8
memiliki ketahanan terhadap suhu tinggi (Sumarnadi dkk., 2010) sehingga dapat
digunakan sebagai isolator suhu tinggi. Magnesium silikat juga memiliki luas
permukaan 612 m2/g dan densitas 2,90 g/cm3 (Bansal,1987; Sumarnadi dkk., 2010)
Magnesium silikat juga mampu meghilangkan bahan pengotor seperti sabun, warna,
bau, katalis yang belum tereaksi, komponen logam, sulfur, fosfor, kalsium, dan besi.
Senyawa ini juga mampu mengurangi kandungan mono dan digliserida, asam lemak
bebas, gliserol bebas dan total gliserol, metanol, klorofil, air, serta sedimen pada
biodiesel (Bryan, 2005). Aplikasi lain dari magnesium silikat adalah dalam bidang
sebagai adsorben untuk studi adsorpsi asam lemak bebas (Free Fatty Acids atau FFA)
dalam minyak sawit mentah (Crude Palm Oil atau CPO) (Clowutimon et al., 2011).
Senyawa ini akan menyerap asam lemak bebas menggunakan ikatan hidrogen yang
terjadi antara gugus karbonil (C=O) asam lemak dengan permukaan gugus silanol
Komposit MgO-SiO2 dapat dibuat dengan metode sol-gel (Bansal, 1987; Ni et al.,
2007; Kharaziha dan Fathi, 2010), Metode sol-gel lebih unggul dibandingkan dengan
metode lainnya seperti metode padatan (solid-state) (Brucato, 2002; Sebayang dkk,
2002). Metode sol-gel adalah metode untuk mendapatkan komposit padat yang
homogen dengan cara pembentukan suspensi koloid yang berbentuk gel melalui
proses gelasi sol pada suhu ruang (Ni et al., 2007; Kharazima and Fathi, 2009) yang
9
tidak membutuhkan suhu tinggi dan waktu reaksi yang panjang (Saberi et al., 2007;
Sriyanti, 2005).
B. Silika (SiO2)
Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2, atau nama lain yaitu oksida
silikon (silicon dioxside). Silika merupakan oksida logam golongan IV dengan satuan
struktur primer tehtrahedron SiO4, dimana satu atom silika dikelilingi oleh empat
atom oksigen sebagai mana ditunjukkan pada Gambar 2.1, gaya-gaya yang mengikat
tetrahedral ini berasal dari ikatan ionik dan kovalen oleh karena itu ikatan tetrahedral
kuat. Pada SiO2 murni tidak terdapat ion logam dan setiap atom oksigen merupakan
atom penghubung antara dua atom silicon dan setiap atom silicon dikelilingi oleh
Silika bisa terdapat dalam bentuk amorf maupun dalam bentuk Kristal dengan tiga
bentuk dasar yaitu kuarsa pada suhu 867oC, tridimit pada suhu 1470oC, dan
kristobalit pada suhu 1730oC (Smith, 1996). Bentuk unit kristal dapat dilihat pada
1. Sumber Silika
Silika (SiO2) dapat diperoleh dari mineral, nabati dan sintesis. Silika mineral adalah
senyawa yang banyak ditemui dalam bahan tambang/galian seperti pasir kuarsa,
granit, dan feldsfar yang mengandung kristal-kristal silika (Reig et al., 1997). Silika
sehingga diperoleh kadar silika yang lebih besar bergantung dengan keadaan tempat
alternatif lain dalam pencarian silika seperti silika sintesis dan silika nabati.
Silika sintesis didapatkan menggunakan bahan fumed silika, TEOS dan TMOS
dalam medium (Pitak, 1997) dan membutuhkan suhu yang sangat tinggi. Harganya
relatif mahal dan prosesnya sangat rumit sehingga diperlukan alternatif pencarian
11
sumber silika sebagai penggantinya yaitu silika nabati yang dapat ditemui pada
sekam padi, tongkol jagung, kayu, dan bambu. Silika nabati yang umum digunakan
adalah silika sekam padi dengan kadar silika terbesar yaitu sebesar 94 – 96 % (Siriluk
dan Yuttapong, 2005; dan Houston, 1972). Perolehan silika sekam padi dapat
dilakukan dengan proses sol-gel pada suhu rendah dengan homogenitas tinggi.
2. Karakteristik Silika
Silika merupakan mineral yang dapat ditemukan sebagai mineral penyusun batuan.
Silika memiliki sifat kimia yaitu tidak larut dalam air, tahan terhadap zat kimia dan
memiliki ekspansi termal rendah serta memiliki titik lebur yang tinggi sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan refraktori (bahan tahan api), bahan keramik, adsorben
dan pendukung katalis yang baik. Tabel 2.1 memperlihatkan karakteristik yang
Tabel 2.1. Karakteristik fisika, mekanika, termal, dan sifat elektrik silika amorf dan
silika kristal (Sigit dan Jetty, 2001).
No Parameter Satuan Silika amorf Silika kristal
3
1 Densitas g/cm 2,65 2,2
2 Konduktivitas termal W/mK 1,3 1,4
-1 -6
3 Koefisien ekspansi termal K 12,3 x 10 0,4 x 10-6
4 Kekuatan tarik MPa 55 110
5 Rasio Poisson’s 0,17 0,165
6 Kekuatan retak MPa - 0,79
7 Modulus elastisitas MPa 70 73
8 Daya tahan kejut termal Baik sekali Baik sekali
2 2
9 Permitivitas (ε) C /N m 3,8 – 5,4 3,8
10 Kekuatan bidang dielektrik kV/mm 15,0 – 25,0 15,0 – 40,0
12 16
12 Resistivitas Ωm 10 - 10 > 1018
12
Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa karakteristik fisik, mekanik, termal dan sifat
elektrik silika amorf dan silika kristal memiliki perbedaan. Dengan demikian dalam
sintesis silika amorf atau silika kristal disesuaikan dengan aplikasi yang dinginkan.
Dalam penggunaan untuk aplikasi katalis diharapkan silika yang terbentuk adalah
silika yang memiliki luas permukaan yang besar, ketahanan panas yang baik,
kekuatan mekanik yang tinggi, dan inert sehingga, dapat digunakan sebagai
prekursor atau penyangga suatu katalis (Benvenutti and Yoshitaka, 1998; Yang et al.,
2006).
Saat ini dengan perkembangan teknologi penggunaan silika pada industri semakin
meningkat terutama dalam penggunaan silika pada ukuran partikel yang kecil sampai
skala mikron atau bahkan nanosilika. Silika biasanya dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan dengan berbagai ukuran tergantung aplikasi yang dibutuhkan seperti dalam
industri ban, karet, gelas, semen, beton, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film,
pasta gigi, dan keramik. Pada pembuatan komposit MgO-SiO2 ini sumber silika yang
senyawa anorganik yang terkandung di dalam sekam dapat dilihat pada Tabel 2.2.
13
Silika merupakan komponen utama yang terkandung dalam dari abu sekam padi,
yakni berkisar 87-97% berat dari abu sekam padi (Houston, 1972; Daifullah, et.al,
2004; Chen dan Chang, 1991). Komponen yang terkandung dalam abu sekam padi
terlihat pada Tabel 3. Silika sekam padi secara alami bersifat amorph dan bertahan
hingga temperatur di bawah 8000C (Sembiring dan Karo-karo, 2007 dan Della, et.al,
pengabuan dengan keraktifan optimum ketika sekam padi di bakar pada temperatur
Silika sekam padi dalam bentuk sol dapat diperoleh dengan mudah dengan
menggunakan metode ekstraksi alkalis (Karo – karo dan Sembiring, 2007; Daifullah,
Dalam mendapatkan silika dari sekam padi, dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode ekstraksi alkalis dan metode pengabuan. Sekam padi dapat diperoleh dengan
sangat mudah, biaya yang relatif murah dan suhu yang rendah yakni dengan metode
ekstraksi alkalis (Daifullah dkk, 2003, Ginting dkk, 2006; Kalapathy dkk, 2000),
dimana silika yang diperoleh melalui ekstraksi adalah berupa larutan sol dimana
silika pada fase larutan adalah fase amorf atau mudah reaktif terhadap zat lain yang
Berbeda dengan metode pengabuan, pada metode ini banyak dibutuhkan biaya yang
cukup mahal dari pada metode pengabuan (Hamdan dkk, 1997; Harsono, 2002),
karena perlu dilakukan proses pengarangan atau pengabuan pada suhu tinggi yaitu
600oC selama 4 jam (Nurhayati, 2007). Proses ekstraksi pada metode ekstraksi alkalis
didasarkan pada kelarutan silika amorf yang besar dalam larutan basa atau alkalis
hidroksida (NaOH) dan pengendapan silika terlarut menggunakan asam seperti asam
klorida (HCl) (Daifullah et al., 2003). Silika diekstraksi dengan larutan KOH 5%
selama 1 jam pada pH optimum 7,0 atau bersifat netral sehingga terbentuk gel silika.
Selain diekstraksi dengan larutan KOH dalam mendapatkan silika gel, juga dapat
digunakan larutan NaOH, namun larutan NaOH dapat merubah struktur gel sehingga
dilakukan oleh Zurhadiansah (2005), metode ini dapat menghasilkan 91% silika
amorf dengan kemurnian 93%. Silika sekam padi memiliki kelebihan dibandingkan
dengan silika mineral yaitu memiliki butiran yang lebih halus, lebih reaktif, dapat
diperoleh dengan cara mudah dengan biaya yang relatif murah (Larby, 2010).
Kemudian sifat reaktif silika amorf yang diperoleh dengan metode ini juga lebih
dapat dipertahankan karena pada metode kimiawi tidak ada perlakuan suhu tinggi
yang akan meningkatkan kristalinitas silika tersebut, sehingga akan mudah bereaksi
C. Metode Sol-Gel
Metode sol-gel merupakan salah satu metode pembentukan material melalui jaringan
oksida dengan reaksi polikondensasi pada medium cair. Proses ini melibatkan
perubahan dari fasa larutan (sol) menjadi fasa padat (gel), melalui tahapan
Gambar 2.3.
PREKURSORS
Sintering
Keramik
Dalam proses Sol-gel, alkoksida logam pertama atau garam logam yang dihidrolisis
dalam solusi memproduksi puluhan atau ratusan milimeter partikel koloid sol
berbentuk atau tinggi molekul sol. Polimerisasi kondensasi hasil partikel tersebut
dalam suatu ikatan yang pada gel terakhir. Berikut sol berjalan melalui hidrolisis dan
polimerisasi kondensasi, tapi masih terdiri dari partikel 1-1000 nm. Ini juga berarti
bahwa partikel yang stabil dengan muatan listrik pada permukaan mereka dan status
bahwa semua sol dalam benjolan solusi bentuk satu demi hidrolisis terus menerus dan
mahal yang dapat meminimalkan biaya produksi dan proses sederhana dapat
Metode sol-gel bisa menghasilkan partikel ukuran nano yang seragam serta
Metode sol-gel ini relatif mudah dilakukan, tidak memerlukan waktu yang lama
dan ineraksi antara padatan dan bahan yang diimobilkan relatif kuat (Sriyanti
dkk, 2005).
18
D. Sintering
Proses sintering dilakukan untuk membentuk suatu ikatan antar partikel melalui
meaknisme difusi atom sehingga kekuatan produk mentah meningkat. hal ini dapat
terjadi bila atom memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan dengan atom
sekitarnya sehingga dapat berpindah dari posisi kisinya semula ke posisi kisi yang
kosong. Untuk itu atom memerlukan energi aktivasi melalui pemansan. Difusi lebih
cepat terjadi pada daerah yang susunan atomnya makin acak karena energinya makin
besar sehingga pergerakan atom juga semakin mudah. Bila ditinjau dari susunan atom
yang semakin acak, laju difusi volume lebih lambat dari pada laju difusi sepanjang
batas butir, dan laju difusi sepanjang batas butir lebih lambat dari laju difusi
permukaan. Oleh karena itu serbuk dengan diameter yang lebih kecil yang memiliki
luas permukaan lebih luas akan semakin lebih cepat tersinter karena energi
permukaannya tinggi. Mekanisme transport pada penyinteran ada dua yaitu surface
transport dan bulk transport. Kedua mekanisme dapat dilihat pada Gambar 2.4
berikut.
Gambar 2.4. Mekanisme surface transport dan bulk transport pada model partikel
bulatan (German,1994).
Ket: E-C: evaporasi-kondensasi, SD: surface diffusion, VD: volume
diffusion, PF: plastic flow, dan GB: grain boundary diffusion.
19
leher tetapi tidak mengubah jarak antar partikel sehingga tidak menybabkan
transport berperan pada sehu tinggi, adanya difusi volume ke permukaan leher yang
sudah terbentuk menyebabkan terjadinya perubahan jarak antar atom menjadi kecil
terjadi.
energi antara 200 eV-1 MeV dengan panjang gelombang antara 0,5-2,5 Å
(Suryanarayana dan Grant, 1998). Sinar-X terjadi jika suatu bahan ditembakkan
dengan elektron dengan kecepatan dan tegangan yang tinggi dalam suatu tabung
20
target (katoda) yang berada dalam tabung sinar-X sehingga elektron-elektron tersebut
stabil ini akan kembali pada kondisi normal dalam waktu 10-8 detik sambil
adanya fasa kristalin di dalam material-material benda dan serbuk, dan untuk
menganalisis sifat-sifat struktur (seperti ukuran butir, fasa komposisi orientasi kristal,
dan cacat kristal) dari tiap fasa. Metode ini menggunakan sebuah sinar-X yang
terdifraksi seperti sinar yang direfleksikan dari setiap bidang, berturut-turut dibentuk
oleh atom-atom kristal dari material tersebut. Dengan berbagai sudut timbul, pola
(Zakaria, 2003).
Radiasi sinar-X yang telah dihasilkan oleh tabung sinar-X akan berinteraksi dengan
struktur kristal material yang diuji. Material yang akan dianalisis struktur kristalnya
harus berada dalam fasa padat karena dalam kondisi tersebut kedudukan atom-
atomnya berada dalam susunan yang sangat teratur sehingga membentuk bidang-
bidang kristal. Ketika suatu berkas sinar-X diarahkan pada bidang-bidang kristal
tersebut, maka akan timbul pola-pola difraksi ketika sinar-X melewati celah-celah
21
kecil di antara bidang-bidang kriatal tersebut (Rahman, 2008). Difraksi radiasi sinar-
Gambar 2.6. Difraksi radiasi sinar-X dalam struktur kristal (Abdulah, 2008).
Pada Gambar 2.6 diatas, pola-pola tersebut sebenarnya menyerupai pola gelap dan
terang. Pola gelap terbentuk ketika terjadi interferensi destruktif, sedangkan pola
nλ = 2 d sin θ
θ = sudut difraksi
22
Skema alat difraktometer sinar-X ditunjukkan dalam Gambar 2.7 dengan panjang
gelombang sinar-X sekitar 1,540 Å sebab target anoda terbuat dari bahan tembaga
(Cu). Sinar-X yang berasal dari anoda melewati sistem celah (soller slit) agar berkas
sinar yang sampai ke sampel berbentuk paralel dan memiliki tingkat divergensi yang
kecil. Demikian pula berkas hamburan dari sampel juga melewati sistem celah
sebelum ditangkap oleh detektor sinar-X. Sudut datang θ merupakan sudut antara
bidang sampel dengan sinar datang, sedangkan sudut hambur 2θ merupakan sudut
antara proyeksi sumber sinar-X dengan detektor. Untuk pergerakan sumber sinar-X
SEM adalah suatu karakterisasi bahan yang digunakan untuk mengetahui topografi,
morfologi, komposisi, dan kristalografi suatu bahan. SEM pertama kali ditemukan
23
pada tahun 1938 oleh ilmuwan Jerman, Manfred Von Ardenne dengan menggunakan
prinsip tumbukan berkas elektron pada permukaan bahan. Jika seberkas elektron
menumbuk suatu bahan, akan dihasilkan berkas cahaya (photon). Interaksi terjadi
pada sebuah volum tertentu pada bahan. Besar kecilnya volum yang berinteraksi
tergantung pada nomer atom, accelerating voltage (pemercepat tegangan), dan sudut
datang. Prinsip kerja SEM ditunjukkan pada Gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2.8 di atas menunjukkan cara kerja SEM. Cara kerja SEM adalah gelombang
terfokus sebagai titik yang jelas oleh lensa objektif. Scanning coil yang diberi energi
24
menyediakan medan magnetik bagi sinar elektron. Berkas sinar elektron yang
detektor sekunder atau detektor backscatter. Gambar yang dihasilkan terdiri dari
ribuan titik berbagai intensitas di permukaan Cathode Ray Tube (CRT) sebagai
diproyeksikan pada layar. Sebuah ruang vakum diperlukan untuk preparasi cuplikan.
Cuplikan yang akan dianalisis dalam kolom SEM perlu dipersiapkan, meskipun ada
jenis SEM yang tidak memerlukan pelapisan (coating) cuplikan. Terdapat tiga tahap
air, larutan dan semua benda yang dapat menguap apabila divakum.
3. Cuplikan non logam harus dilapisi dengan emas tipis. Cuplikan logam dapat
yang besar secara komparatif dari spesimen, kemampuan untuk menggambar materi
bulk, dan berbagai mode analitikal yang tersedia untuk mengukur komposisi dan sifat
dasar dari spesimen. Tergantung dari instrumen, resolusi dapat jatuh di suatu tempat
diantara kurang dari 1 nm dan 20 nm. Perbesaran gambar dan resolusi SEM yang
tinggi dipengaruhi oleh besarnya energi elektron yang diberikan. Semakin kecil
25
panjang gelombang yang diberikan oleh elektron, energinya semakin besar, sehingga
3. BET (Brunauer-Emmett-Teller)
Sifat-sifat serbuk dapat mempengaruhi beberapa sifat hasil akhir. Sifat-sifat tersebut
meliputi sifat fisika, sifat kimia, dan sifat mekanis. Kontrol sifat-sifat tersebut perlu
Salah satu sifat fisika bahan yaitu luas permukaan padatan. Luas permukaan padatan
permukaan internal meliputi semua pori-pori yang kecil, celah dan rongga.
Sedangkan luas permukaan eksternal hanya meliputi permukaan luarnya saja. Kedua
luas permukaan tersebut merupakan sifat-sifat yang penting dalam menentukan sifat-
Pengukuran luas permukaan zat padat dengan alat "Surface Area Analyzer"
merupakan metode adsorbsi gas. Adsorbsi yang terjadi termasuk jenis adsorbsi fisik
dan merupakan adsorbsi sistim gas-padat. Adsorbsi gas dengan zat padat berlangsung
Proses adsorbsi pada sistim gas-padat biasanya dinyatakan dengan isoterm adsorbsi.
Ada beberapa tipe dari isoterm adsorbsi, antara lain tipe Langmuir, Freundlich, BET,
modifikasi tipe BET dan modifikasi tipe Freundlich. Pada pengukuran luas
didasarkan pada teori kinetik gas (teori Langmuir) yang diperluas untuk n lapisan.
elastis.
molekul tunggal/monolayer)
Untuk sistim padat-gas, padatan sebagai adsorben dan gas sebagai adsorbat. Metode
BET merupakan suatu prosedur yang paling sering digunakan untuk menentukan luas
permukaan suatu zat padat (padatan). Metode BET memiliki dua metode
(Nurwijayadi,1998) yaitu:
Prosedur standar pada metode ini minimal diperlukan tiga titik dalam kisaran tekanan
relatif yang tepat. Kemudian perlu diketahui luas molekul cross-section dari molekul
gas nitrogen.
27
Untuk pengukuran luas muka total pada metode ini berdasarkan pada persamaan
berikut ini:
St = (1)
Keterangan:
St = (2)
Keterangan:
Metode ini adalah metode yang digunakan untuk pengukuran luas muka secara rutin.
Untuk pengukuran luas muka total pada metode ini berdasarkan pada persamaan
berikut:
St = (3)
28
metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah
senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur
molekul senyawa analit. Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi
terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam
fase gas. Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul
dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya
Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua
titik didih (atau tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya digunakan untuk
dapat digunakan pada skala yang lebih kecil (yaitu mikro) (Pavia:2006).
29
Pada metode analisis GCMS (Gas Cromatografy Mass Spektroscopy) adalah dengan
membaca spektra yang terdapat pada kedua metode yang digabung tersebut. Pada
spektra GC jika terdapat bahwa dari sampel mengandung banyak senyawa, yaitu
terlihat dari banyaknya puncak (peak) dalam spektra GC tersebut. Berdasarkan data
waktu retensi yang sudah diketahui dari literatur, bisa diketahui senyawa apa saja
yang ada dalam sampel. Selanjutnya adalah dengan memasukkan senyawa yang
diduga tersebut ke dalam instrumen spektroskopi massa. Hal ini dapat dilakukan
karena salah satu kegunaan dari kromatografi gas adalah untuk memisahkan
senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah itu, didapat hasil dari spektra
Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam instrumen
GC/MS adalah tak lain hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC,
informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa
dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi mengenai
massa molekul relatif dari senyawa sampel tersebut (Skoog et al., 1991).
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan
1. Alat Penelitian
Adapun alat- alat yang digunakan dalam preparasi sampel ini adalah: gelas ukur,
labu ukur 100 mL, beaker glass, corong kaca, labu Erlenmeyer, kompor listrik,
spatula, pipet tetes, cawan tahan panas, kertas saring, kertas tissue, mortar dan
pastel, timbangan, stirer, pengayakan dengan diameter 180 μm, penekan hidrolik,
furnace, SAA (Surface Analyzer Area) dengan metode BET (Brunaur, Emmet,
yang telah dilengkapi dengan EDS, GC-MS, seperangkat alat uji aktivitas sebagai
katalis.
31
2. Bahan Penelitian
MgO-SiO2 ini adalah: sekam padi, silika sol, akuades, larutan KOH 1,5% sebagai
minyak kelapa.
C. Preparasi Sampel
diperoleh dari pabrik penggilingan padi yang berasal dari Kabupaten Tanggamus.
Selanjutnya mencuci sekam padi hingga bersih dengan menggunakan air dan
dalam percobaan selanjutnya. Memasukkan sekam padi ke dalam air panas dan
organik) yang larut dalam air seperti batang padi, tanah, pasir, debu, dan zat-zat
pengotor lainnya dapat terlepas dari sekam padi. Setelah itu, meniriskan sekam
Meratakan sekam padi selama proses penjemuran agar kering secara menyeluruh.
Sekam padi yang telah dicuci dan dikeringkan, selanjutnya diekstraksi dalam
larutan KOH 1,5%. dengan cara memasukkan 50 gram sekam padi ke dalam
32
beaker glass, kemudian memberi larutan KOH 1,5% sebanyak 500 mL hingga
sekam padi yang telah terendam larutan KOH 1,5% hingga 100°C menggunakan
kompor listrik dengan daya 300 Watt selama 30 menit. Tahap selanjutnya adalah
memisahkan ampas sekam padi dari ekstrak sekam menggunakan corong Bucher,
untuk memperoleh hasil ekstraksi yang berupa filtrat silika yang terlarut.
alumunium foil dan mendiamkan filtrat silika selama 24 jam, tahap inilah yang
silika gel yang didapat selama 24 jam agar terjadi proses penuaan (aging). Setelah
kemudian mencuci silika gel dengan menggunakan air hangat dan pemutih untuk
mendapatkan silika gel berwarna putih, proses ini disebut dengan proses
menggunakan kertas saring dan dengan bantuan alat vakum, hal ini dilakukan agar
Mengeringkan silika gel dengan menggunakan furnace pada suhu pemanasan 110
menimbang silika padat menggunakan neraca untuk selanjutnya dibuat sol silika.
33
distirrer. Setelah larutan ini terbentuk diproses ke tahap selanjutnya yaitu proses
sol-gel MgO-SiO2.
dengan variasi komposisi MgO-SiO2 yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:10.
silika yang terlarut pada filtrat (sol). Proses ini disebut dengan pengasaman yang
dilakukan agar larutan yang diperoleh bersifat netral, hal ini dapat dikatakan netral
apabila telah terjadi endapan yang berupa gel. Gel ini diidentifikasikan sebagai
oven pada suhu 110 °C selama 24 jam sampai membentuk bubuk MgO-SiO2.
Sampel MgO-SiO2 yang masih berupa bubuk kemudian dijadikan bentuk pellet.
Sampel yang telah melewati proses preparasi kemudian dilakukan pemadatan atau
34
pencetakan dengan alat pressing, dengan tujuan untuk merubah bentuk sampel
sampel sebanyak 1,5 gram. Alat yang digunakan dalam proses pressing adalah
penekanan (hidrolik) yang dapat diatur besar tekanannya. Dalam sampel uji
Langkah- langkah yang dilakukan dalam proses pressing adalah sebagai berikut:
listrik yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. Suhu yang digunakan
dalam proses sintering ini adalah 700 °C dengan suhu kenaikan selama ± 8 jam
dan suhu penahan selama 3 jam. Sintering dapat meningkatkan kekuatan bahan
karena pada saat sintering terjadi pertumbuhan butiran dan butiran tersebut
5. Mengatur suhu yang diinginkan dengan kenaikan 3°/menit dan pada puncaknya
D. Karakterisasi
Karakterisasi yang dilakukan pada sampel yang telah disintering pada suhu
700 °C. Terdapat 3 macam karakteristik yang digunakan yaitu BET (Brunaur,
Microscopy) yang telah dilengkapi dengan EDS, dan Uji Aplikasi Katalis
memperoleh hasil yang akan diinginkan dari proses pembentukan komposit MgO-
SiO2 yang berbasis silika sekam padi dan juga dilakukan untuk analisis atau
identifikasi puncak difraksi serta bagaimana analisis struktur kristal dari bahan uji.
1. Menyiapkan dua sampel yang akan dianalisis, yaitu satu sampel terbaik dan
satu sampel tak baik dengan suhu sintering 700°C kemudian direkatkan pada
kaca dan dipasang pada tempatnya yang berupa lempeng tipis berbentuk
komputer, dimana sinar-X akan meradiasi sampel yang terpancar dari target
5. Mengamati hasil difraksi pada monitor computer dan intensitas difraksi pada
Dari satu sampel yang terbaik yang telah melalui uji aktivasi dilakukan analisis
silika sekam padi dengan menggunakan perbesaran 5.000X (kali) dan 20.000X
(kali).
37
1. Menyiapkan sampel yang akan dianalisis, yaitu satu sampel terbaik kemudian
2. Setelah itu membersihkan sampel yang sudah dipasangkan pada holder dengan
3. Kemudian memasukkan sampel dalam mesin couting untuk diberi lapisan tipis
(kali).
Dari satu sampel yang terbaik yang telah melalui uji aktivasi dilakukan analisis
mengetahui luas permukaan spesifik, volume total pori, dan rata-rata jari-jari pori
sampel yang telah dikalsinansi pada suhu 100oC. adapun langkah kerja dalam uji
2. Gas nitrogen dari tabung dialirkan dengan memutar (berlawanan arah jarum
kontraktor.
layar LCD.
virgin coconut oil (VCO) atau minyak kelapa 100 mL dan metanol 25,6 mL,
kemudian dilakukan pengadukan sambil direfluk selama 360 menit pada suhu
produk yang dihasilkan. Dari serangkaian percobaan ini nisbah katalis terbaik
E. Digram Alir
Sekam padi
Penimbangan
Campurkan
Pengeringan pada
temperatur 110°C Dry Gel
Sol MgO-SiO2 MgO-SiO2
selama 5 jam
(Proses Pressing)
Pembentukan Pellet Powder MgO-SiO2 Penggerusan dan
Pengayakan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pengaruh penambahan komposisi MgO pada silika sekam
1. Hasil analisis struktur pada sampel yang terbaik 1:1 menunjukkan bahwa
sampel dengan suhu sintering 700 oC berfasa amorf, yang masih terbentuk
fasa silicon oxide dan mangnesium silicate sedangkan pada suhu sintering
tiga spot menunjukkan terdistribusi unsur utama Mg, Si, dan O secara merata
3. Berdasarkan analisis struktur, perubahan fasa yang terjadi dari amorf menjadi
4. Hasil analisis BET pada sampel yang terbaik 1:1 menunjukkan bahwa
berdasarkan ukuran diameter pori yang diperoleh dari hasil adsorpsi pada
diameter pori yang diperoleh dari hasil desorpsi pada sampel komposit MgO-
metil kaprat, metil laurat, metil miristat, dan metil palmitat. Dengan luas
B. Saran
Untuk melengkapi hasil penelitian ini diharapkan untuk melakukan uji karakteristik
lainya seperti DTA/TGA, FTIR, uji sifat fisis meliputi porositas dan densitas dengan
Abdullah, Jaya, J Darma, Rodiansono. 2010. Optimizing the Amount of KOH and
NaOH Catalyst on Biodiesel Preparation from Palm Oil Using Co-solvent.
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4. Pp79 – 89.
Arisurya, R.E. 2009. Laju Adsorpsi Isotermal-β Karoten Dari Metil Ester Minyak
Sawit Dengan Menggunakan Atapulgit Dan Magnesium Silikat Sintetik.
Skripsi. Institut pertanian Bogor. Bogor.
Brinker, C.J. and G.W. Scherer. 1990. “Applications. In: Sol-Gel Science, The
Physics and Chemistry of Sol-Gel Processing”. Academic Press, Inc. San
Diego, CA. pp 839-880.
Brucato J.R., Mennella V., Colangeli L., Rotundi A., Palumbo P., 2002, Production
and processing of silicates in laboratory and in space, Planet. Space Sci., 50,
829-837.
Cheng, J.M and Chang, F.W. 1991. “The chorination Kinetics of Rice Husk”,Indian
Engineering Chemical Research 30, 2241-2247.
Daifullah, A.A.M., Girgis, B.S. and Gad, H.M.H. 2003. Utilization of Agro-Residues
(Rice Husk) in Small Waste Water Treatment Plans. Material Letters. Vol 57.
Pp 1723-1731.
Daifullah A.A.M., Awwad, N.S and El-Reefy S.A. 2004. Purification of Phosphoric
Acid from Ferric Ion Using Modified Rice Husk. Chemical Engineering and
Processing. 43. p. 193-201.
Della, V.P., Kuhn, I., and Hotza, D. 2002, “Rice Husk Ash an Alternate Source for
Active Silica Production”, Materials Leters, 57.818 – 821.
Ginting S, Irwan., Wasinton S., Simon S., dan Evi Trisnawati. 2008. Karakteristik
Silika Sekam Padi Dari Provinsi Lampung Yang Diperoleh Dengan Metode
Ekstraksi. MIPA dan Pembelajarannya, Vol 37, No 1.
Harsono, H., 2002, Pembuatan Silika Amorf dari Limbah Sekam Padi, Jurnal Ilmu
Dasar, 3(2), 98-103.
Hamdan, H., Nazlan, M., Muhid, M., Endud, S., Listiorini, E and Ramli, Z. 1997. Si
MAS NMR, XRD and FESEM studies of rice husk silika for the synthesis of
zeolites. Journal of Non-Crystalline Solids. 211: 126-131
Hamdila, Jayanti D. 2012. Pengaruh Variasi Massa Terhadap Karakteristik
Fungsional Dan Termal Komposit Magnesium Silikat Berbasis Silika
Sekam Padi Sebagai Katalis. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Herlina F,Silvia. Kajian pemanfaatan abu sekam padi untik stabilitasi tanah dalam
system pondasi di tanah ekspansi
http://www.pu.go.id/publik/IND/produk/seminar/kolokium200506 pdf.
Brucato J.R., Mennella V., Colangeli L., Rotundi A., Palumbo P., 2002, Production
and processing of silicates in laboratory and in space, Planet. Space Sci., 50,
829-837.
Jing, Li., Wang Qi., Liu Jihui., and Li Peng. 2009. Synthesis process of forsterite
refractory by iron ore tailings. Journal of Environmental Sciences Supplement.
S92–S95.
Kalapathy, C., Protor, A. and Shultz, J. 2000. A Simple Method for Production of
Pure Silica From Rice Husk Ash. Biosorce Teknology. Vol 73. Pp 257-264
Kaneko, Katsumi. 1994. Determination of pore size and pore size distribution
1. Adsorbents and catalysts. Journal of Membrane Science .96. Pp. 59-89
Karo - karo, P dan Sembiring, S. 2007. "Karakterisasi Silika Sekam Padi sebagai
Bahan Keramik dengan Teknik Sintering". Laporan Penelitian DIPA.
Universitas Lampung
Kharaziha, M. and Fathi, M.H. 2009. Synthesis and Characterization and Boiactive
Forsterite Nanopowder. Ceramic International 34. Pp 2449-2454.
Kharaziha, M and Fathi, M.H. 2010. Improvement of mechanical Properties and
Biocompatilibility Of Forsterite Bioceramic Addressed To Bone Tissue
Engineering Materials. Journal Of The Mechanical Behavior Of Biomedical
Material S3 (2010) 530-537.
Kroschwitz, J. 1990. Polymer Characterization and Analysis. John Wiley and Sons,
Inc., Canada
Larby, K.K. 2010. Synthesis of High Purity Silicon from Rice Husks. Thesis.
Department of Materials Science and Engineering, University of Toronto.
Toronto.
Mitchell, Matthew B.D. David Jackson dan Peter F. James. 1998. Preparation and
characterisation of forsterite (Mg2SiO4) aerogels. Journal of Non-Crystalline
Solids 225.Hal 125–129. Department of Engineering Materials: UniÍersity of
Sheffield.
Ni, Siyu., Lee Chou., and Jiang Chang. 2007. Preparation and characterization of
forsterite (Mg2SiO4) bioceramics. Ceramics International 33 (2007) 83-88.
Petrovic, R., Janaclovic, D., Bozovic, B., Zee, S., and Gvozdenovic, L. K. 2001.
Densification and crystallisation Behaviours of Colloidal cordieritetype Gels.
Journal Sebian Chelmical Society, 66(3), 335-343.
Pontoh J dan Nancy T.N. Buyung. 2011. Analisa Asam Lemak Dalam Minyak
Kelapa Murni (Vco) Dengan Dua Peralatan Kromatografi Gas. Jurnal Ilmiah
Sains Vol. 11 No. 2.hal. 274-281
Purboputro, I Pramuko. 2006. Pengaruh Panjang Serat Terhadap Kekuatan Impak
Komposit Enceng Gondok Dengan Matriks Poliester. Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan
Kartasura.
http://eprints.ums.ac.id/582/1/4._Pengaruh_Panjang_Serat_terhadap_Kekuata
n_Impak_Komposit_Enceng_Gondok_dengan_Matriks_Poliester.pdf
Sahari, Anastasia G.N., Anne Zulfia dan Eddy S.Siradj. 2009. Pengaruh Mg Terhadap
Kekerasan Komposit Matriks Keramik Al2O3/Al. Jurnal Sains. Vol 13. No 1.
Hal 39-44.
http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/08_Edit-
1_REVISI%20AKHIR%20GNAnastasia_PENGARUH%20Mg%20TERHAD
AP%20KEKERASAN_Layout.pdf
Saberi, Ali., Babak Alinejad., Zahra Negahdari., Faramarz Kazemi dan Ali Almasi.
2007. A novel method to low temperature synthesis of nanocrystalline
forsterite. Materials Research Bulletin 42. Hal 666–673.
Sebayang, Perdamean., Mulyadi dan Hans Sudjono. 2002. Pengaruh Komposisi MgO
Terhadap Sifat Fisis dari Bahan Keramik Teknik Berbasis MgO - SiO2.
Bahan Konduktor Padat Indonesia. Forum Bahan Konduktor Padat: Balai
Besar Teknologi Energi. Vol: 3. No: 1. Hal: 28-32.
Shriver, D. and Atkins, P.W. 1999. Inorganic Chemistry. W.H. Freeman and
Company. New York. Third Edition. Pp 365 – 366.
Sigit, N. dan Jetty, S. 2001. Peluang Agribisnis Arang Sekam. Balitpasca. Jakarta.
Sriyanti, Taslimah, Nuryono dan Narsito. 2005. Sintesis Bahan Hibrida Amino-Silika
Dari Abu Sekam Padi Melalui Proses Sol-Gel. Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Diponegoro. Semarang.Vol: 8. No: JKSA.
Sumardi, E.Z., Zulkarnain, I., Riyanto, A.M. dan Sulistarihani, N. 2010. Pembuatan
Bata Tahan Api Forsterite: Forsteritisasi Serpentit Pomala dan Magnesit
Pulau Padamarang. PuslitbangGeoteknologi – LIPI. Bandung. Hal 1-12.
Vlack, V. 1994. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Non Logam), Edisi
kelima. Alih Bahasa Sriati Djaprie. Fak. Teknik Metalurgi. Universitas
Indonesia. Cetakan ke-empat Erlangga. Jakarta.
Yang, S., Changhai, L. and Roel, P. 2006. A Novel Approach to Synthesizing Highly
Active Ni2P/SiO2 Hydrotreating Catalyst. Journal of Catalyst. Vol 237. Pp
118-130.
Zakaria. 2003. Analisis Kandungan Mineral Magnetik pada Batuan Beku dari
Daerah Istimewe Yogyakarta dengan Metode X-Ray Diffraction. Skripsi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo.
Zulfia,Anne.2011.Komposit.http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d30f518393
aad96931b1cd883b76a9194eb22313.pdf. Diakses tanggal 10 Juni 2011. Pukul
11.10 PM.