Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak, baik
flora maupun fauna. Kita boleh berbangga dengan kekayaan tumbuhan yang
tidak dimiliki negara lain. Akan tetapi lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis
tumbuhan yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari daratan rendah hingga
dataran tinggi dari daerah tropik hingga daerah sejuk, jenis-jenis pohon di
Indonesia sangat banyak.
Para ilmuwan dari bidang biologi mengembangkan suatu sistem
pengelompokan yang memudahkan untuk memahami, mempelajari, dan
mengenali mahkluk hidup dengan suatu sistem klasifikasi. Cabang ilmu biologi
yang mempelajari klasifikasi suatu mahkluk hidup disebut dengan taksonomi
atau sistematik.
Bergantung pada golongan makhluk hidup yang dijadikan obyek studi,
apabila yang merupakan obyek studinya adalah tumbuhan maka istilah yang
digunakan adalah Taksonomi atau Sistematik Tumbuhan, begitu juga berlaku
pada obyek studi hewan.
Menurut Lawrence dalam bukunya Taxonomy of Vascular Plants definisi
dari taksonomi dengan perumusan yang lebih sederhana, taksonomi adalah
ilmu pengetahuan yang mencakup identifikasi, tatanama, dan klasifikasi pada
obyek biologi yang bila dibatasi pada tumbuhan saja sering disebut dengan
taksonomi tumbuhan.
Klasifikasi adalah proses pengaturan makhluk hidup dalam tingkat-tingkat
kesatuan kelasnya yang sesuai secara ideal. Ini dicapai dengan menyatukan
golongan-golongan yang sama dan memisahkan golongan-golongan yang
berbeda. Hasil proses pengaturan ini ialah suatu sistem klasifikasi yang
menyatakan hubungan kekerabatan organisme.

Botani Tingkat Tinggi | 1


Para ahli Biologi telah membuat cabang Biologi khusus mengenai
klasifikasi yang disebut Taksonomi. Taksonomi merupakan ilmu tentang
identifikasi tatanama dan klasifikasi makhluk hidup berdasarkan aturan
tertentu.
Oleh karena itu dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa
memahami mengenai keanekaragaman tumbuhan, dasar-dasar taksonomi,
prinsip-prinsip taksonomi terutama taksonomi klasik, biosintematik, numerik
dan kimia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Keanekaragaman Tumbuhan?
2. Apa yang dimaksud dengan Dasar-dasar Taksonomi?
3. Apa yang dimaksud dengan Prinsip-prinsip Dasar Taksonomi?
4. Apa yang dimaksud dengan Aspek-Aspek Dasar Taksonomi?
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan mengenai Keanekaragaman Tumbuhan.
2. Dapat menjelaskan mengenai Dasar-dasar Taksonomi.
3. Dapat menjelaskan mengenai Prinsip-prinsip Dasar Taksonomi.
4. Dapat menjelaskan mengenai Aspek-Aspek Dasar Taksonomi.

Botani Tingkat Tinggi | 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman tumbuhan
Keanekargaman tumbuhan merupakan ungkapan terdapatnya
keanekaragaman bentuk, penampilan, dan sifat yang tampak pada berbagai
tingkatan organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis dan genetik pada
tumbuhan. Keanekaragaman tumbuhan umumnya dipengaruhi oleh beberapa
faktor pendorong, seperti :
1. Genetik
2. Mutasi
3. Adaptasi
4. Kompetisi
Variasi perkembangan ini ditentukan secara genetis. Contoh pada tanaman
cocor bebek ( Kalanchoe pinnata ) terdapat daun tunggal dan majemuk
menyirip beranak daun tiga pada satu individu tanaman yang sering disebut
heteromorfisme. Variasi ada yang disebabkan Lingkungan yaitu Tumbuh-
tumbuhan keseluruhan beranekaragam dan banyak jenisnya menyimpang
dalam pertumbuhannya, sebagai respon terhadap lingkungan. Perubahan ini
disebabkan karena sinar, air, makanan, suhu, dan tanah.
Sebagai contoh adalah tumbuhan kaktus. Daun tanaman ini berbentuk seperi
duri atau jarum dan tebal karena tumbuh di daerah yang sinarnya berlebih yaitu
di padang pasir atau gurun. Sehingga agar tidak terjadi transpirasi berlebihan
maka bentuk daun tidak melebar seperti pada umumnya daun.
Macam Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Organisasi Kehidupan
dan Taksonomi
1. Keanekaragaman Ekosistem
Keanekaragaman ekosistem didasarkan pada adanya variasi komponen-
komponen penyusun ekosistem. Sebagaimana diketahui bahwa ekosistem
merupakan satu kesatuan utuh antara makhluk hidup dengan lingkungannya,

Botani Tingkat Tinggi | 3


baik lingkungan biotickmaupun lingkungan abiotik dan komponen-
komponen tersebut saling berinteraksi di dalamnya
2. Keanekaragaman Komunitas
Keanekaragaman komunitas dibagi berdasarkan adanya perbedaan
mintakat, modus hidup, rantai energi dan makan, interaksi, dan tingkatan
takson. Beberapa contoh keberagaman komunitas berdasarkan perbedaan
mintakat antara lain adalah keberagaman komunitas di dalam ekosistem
danau terdiri dari komunitas tumbuhan ataupun hewan litoral, komunitas
organisme bentik, dan komunitas ikan.
3. Keanekaragaman Jenis ( Populasi )
Keanekaragaman jenis mengacu pada banyaknya spesies yang terdapat di
dalam marga. Faktor yang berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis
adalah pembatas kehidupan yang berupa tekanan dan gangguan yang dapat
berupa faktor fisik, kimiawi, kompetisi antar individu dalam spesies atau
antar individu dalam spesies yang berbeda. Pada tingkat jenis pola sebaran
tumbuhan dapat menyebar secara luas ke seluruh bagian dunia.
Tumbuhan tingkat tinggi secara umum diklasifikasikan menjadi tumbuhan
lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), dan tumbuhan berbiji
(Spermatophyta).
1. Tumbuhan Lumut (Bryophyta)
Ciri-ciri tumbuhan lumut adalah tidak mempunyai akar, batang, dan daun
sejati. Lumut hanya mempunyai akar semu berupa rhizoid, batang semu,
dan daun semu. Rhizoid berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh serta
menyerap air dan unsur hara. Lumut biasanya tumbuh di tempat yang
lembab, basah atau berair. Lumut ada yang berbentuk beledu dan ada yang
berbentuk lembaran.
Tumbuhan lumut tidak mempunyai pembuluh angkut. Daun semunya
kecil, sempit, panjang, tidak bertulang daun. Tumbuhan lumut
berkembangbiak secara vegetatif dengan membentuk spora dan secara
generatif dengan membentuk spermatozoid dan sel telur. Bagian yang

Botani Tingkat Tinggi | 4


menghasilkan spermatozoid adalah anteridium dan bagian yang
menghasilkan sel telur adalah arkegonium.

Gambar 1. Bagian-bagian tunbuhan lumut


Metagenesis atau pergiliran keturunan tumbuhan lumut adalah sebagai
berikut:
1. Tumbuhan lumut adalah generasi gametofit.
2. Anteridium dan arkegonium terletak di bagian puncak dari tumbuhan.
Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma.
3. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan
basah) menuju arkegonium untuk membuahi ovum.
4. Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit.
5. Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada
bagian ujung.
6. Sporogonium masak akan melepaskan spora.
7. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema.
Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan
menumbuhkan gametofit baru.

Botani Tingkat Tinggi | 5


Gambar 2. Metagenesis tumbuhan lumut

Gambar 3. Skema metagenesis tumbuhan lumut


2. Tumbuhan paku
Berdasarkan penggolongannya, tumbuhan paku memiliki pembuluh. Ciri-
ciri tumbuhan paku yaitu memiliki akar serabut, batang, dan daun sejati.

Botani Tingkat Tinggi | 6


Tumbuhan paku tidak memiliki bunga, daun mudanya selalu menggulung,
daunnya majemuk, dan memiliki sorus di bagian bawah daun yang sudah
dewasa. Sorus adalah kantong spora yang akan menyimpan spora sebelum
matang. Tumbuhan paku ada yang menyerupai pohon namun tidak
bercabang.

Gambar 4. Bagian-bagian tumbuhan paku


Pergiliran keturunan atau metagenesis tumbuhan paku adalah sebagai berikut:
1. Tumbuhan paku ialah generasi sporofit yang menghasilkan spora
2. Generasi gametofitnya disebut protalium, berwujud tumbuhan kecil berupa
lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki
rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun, tumbuh dari
spora yang jatuh di tempat yang lembab.
3. Dari prothallium berkembang anteridium dan arkegonium
4. Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid
berpindah menuju archegonium.
5. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya
tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.

Botani Tingkat Tinggi | 7


Gambar 5. Metagenesis tumbuhan paku

Gambar 6. Skema metagenesis tumbuhan paku


3. Tumbuhan berbiji (Spermatophyta)
Tumbuhan berbiji meliputi tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae)
dan berbiji tertutup (angiospermae).
a. Tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae)

Botani Tingkat Tinggi | 8


Ciri-ciri tumbuhan biji terbuka adalah biji tidak terlindung dalam bakal
buah, tidak memiliki bunga sejati, tidak ada mahkota bunga, dan organ
reproduksi terdapat dalam strobilus. Contoh : melinjo, pakis haji, pinus,
dan damar.
b. Tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae)
Tumbuhan biji terbuka dibedakan menjadi tumbuhan berkeping satu
(monokotil) dan berkeping dua (dikotil). Ciri-cirinya biji terlindungi oleh
daun buah atau daging buah, memiliki bunga sejati, dan umumnya
berupa pohon, perdu, semak, liana dan herba.
 Monokotil
Ciri-cirinya yaitu mempunyai biji berkeping satu/ 1 daun lembaga,
berakar serabut, ukuran batangnya dari pangkal sampai ujung hampir
sama besarnya, umumnya tidak bercabang, tulang daun sejajar atau
melengkung, biasanya berpelepah, akar dan batang tidak berkambium,
bagian bunga berjumlah 3 atau kelipatannya, dan berkas pengangkut
tersebar. Contohnya: Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), dan lain-
lain.
 Dikotil
Ciri-cirinya yaitu berkeping biji dua, berakar tunggang, batang
berkambium sehingga membesar dan bercabang, tulang daunnya
menyirip/menjari, bunga (mahkota dan kelopak) kelipatan 2, 4, atau 5,
serta tipe berkas pengangkut melingkar teratur dengan tipe kolateral
terbuka (xilem dan floem dipisahkan kambium). Contoh: mangga,
jambu, rambutan, dan lain-lain.

Botani Tingkat Tinggi | 9


B. Dasar-dasar Taksonomi
1. Klasifikasi
Penyusunan kelompok-kelompok tumbuhan ke dalam suatu tingkatan
taksonomi berdasarkan sifat-sifat tertentu. sistem klasifikasi dalam
taksonomi tumbuhan sistem klasifikasi alam atau sistem klasifikasi
filogenetik dan sistem klasifikasi buatan (berdasarkan habitat). Sistem
klasifikasi yang tinjauannya didasarkan modifikasi dari sistem yang telah
ada dengan penambahan data yang baru, disebut sistem kontemporer.
2. Identifikasi
Identifikasi adalah determinasi suatu nama untuk suatu spesies sehingga
dapat menentukan nama yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem
klasifikasi. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal
oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin
sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan. Identifikasi tumbuhan ialah
menentukan nama yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem
klasifikasi. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal
oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin
sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan. Penentuan nama baru dan
penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada dalam

Botani Tingkat Tinggi | 10


KITT. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan
diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang
mendalam tentang isi KITT. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal
oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang,
spesimen herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan
lembar identifikasi jenis. Flora adalah suatu bentuk karya taksonomi
tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam suatu
wilayah tertentu. Dalam mengidentifikasi tanaman selalu menghadapi 2
kemungkinan yaitu:
a. Identifikasi Tanaman yang Belum dikenal dunia Pengetahuan
Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas spesimen yang riil baik
hidup maupun diawetkan. Oleh pelaku Identifikasi dibuatkan Deskripsi
dari tumbuhan tersebut yang meliputi ciri-ciri diagnostiknya kemudian
ditetapkan jenis, marga, famili dan berturt-turut keatas. Penentuan
tingkat-tingkat takson ini tidak boleh menyimpang dari ketentuan KITT
(Kode Internasional Tatanama Tumbuhan). Pada dasarnya Identifikasi
Tanaman yang belum diketahui ini dilakukan oleh Profesional dibidang
Taksonomi Tumbuhan.
b. Identifikasi Tumbuhan yang dikenal oleh dunia Pengetahuan
Menanyakan identitas Tumbuhan pada Ahlinya Mencocokkan dengan
spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan Penggunaan Lembar
Identifikasi Jenis (Species Identification Sheet) Mencocokkan dengan
deskripsi dan gambar yang ada dalam buku flora atau monografi
Penggunaan Kunci Determinasi dalam Identifikasi Tumbuhan.
3. Deskripsi
Deskripsi adalah penjabaran karakter-karakter atau ciri-ciri suatu spesies.
Biasanya digunakan untuk membedakan antara suatu spesies dengan spesies
lainnya.
4. Tatanama (Nomenclature)
Suatu sistem aturan yang jelas dan bersifat universal yang digunakan
oleh semua ahli botani di dunia untuk menamakan tumbuhan yang tertuang

Botani Tingkat Tinggi | 11


dalam Kode Internasional untuk Tatanama Tumbuhan (International Code
of Botanical Nomenclature, ICBN).
C. Aspek-aspek Dasar Taksonomi
1. Taksonomi Klasik
a. Pengertian
Dua macam pendekatan taksonomi tumbuhan, yaitu taksonomi klasik
dan taksonomi eksperimental telah dikenal sejak beberapa dekade
yang silam (Henslop-Harrison, 1953). Taksonomi klasik adalah suatu
pengelompokan tumbuhan berdasarkan sifat-sifat makro yang
menarik, selanjutnya dicari persamaan dan perbedaannya, lalu
dikelompokkan dan diberi nama berdasarkan aturan internasional yang
telah disepakati. Sifat-sifat tumbuhan yang digunakan merupakan
hasil penemuan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya serta trial and
error yang terakumulasi selama bertahun-tahun. Dengan kata lain,
taksonomi klasik adalah pengelompokan tumbuhan ke dalam taksa
tertentu berdasarkan hubungan sifat morfologi.
b. Sistem Klasifikasi Klasik
Aristoteles, seorang filosof Yunani membagi makhluk hidup ke dalam
dua kerajaan besar, yaitu tumbuhan dan hewan. Tanaman
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan perawakan yaitu
rumput-rumputan, semak dan pohon. Sebaliknya hewan dikelompokkan
berdasarkan tempat hidup yaitu golongan hewan air, darat dan terbang.
Sistem klasifikasi ini hanya bersifat empirik dan hanya berdasarkan
pengamatan belaka.
John Ray menyusun suatu system klasifikasi dengan mendefinisikan
apa yang disebut jenis. John Ray mengatakan bahwa jenis itu adalah
sekelompok individu sejenis yang bersumber dari satu nenek moyang.
Metoda klasifikasi Ray menunjukkan kombinasi empiris dan
pengetahuan teoritik (hipotesis tentang jenis).
Corollus Linnaeus, mengembangkan sistem klasifikasi Ray. Linnaeus
mendefinisikan jenis sebagai sekelompok organisme yang menunjukkan

Botani Tingkat Tinggi | 12


satu tipe ideal tertentu. Sistem Linnaeus mengelompokkan jenis-jenis
yang mirip menjadi satu kelompok yang lebih besar, yang disebut marga.
Marga yang mirip ditempatkan ke dalam kelompok yang besar yaitu
famili (suku). Famili yang mirip ditempatkan ke dalam satu filum, dan
filum-filum yang mirip ditempatkan dalam satu Kingdom (kerajaan).
Sistem Klasifikasi Linnaeus memberi dua kata untuk tiap nama jenis
organisme. Sistem pemberian nama dengan dua kata dikenal dengan
nomenklatur binomial.
Setelah zaman Linnaeus, banyak biologiwan yang melakukan
pengamatan pada organisme dalam usahanya menyusun sistem
klasifikasi yang lebih cermat. Pengertian jenis pasca Linnaeus adalah
sekelompok organisme yang memiliki kesamaan struktur dan dapat
saling kawin dengan menghasilkan keturunan yang fertil (subur).
Secara klasik taksonomi memiliki 2 sistem yaitu :
a. Sistem Artifisial atau Buatan
Sistem Artifisial adalah klasifikasi yang menggunakan satu atau
dua ciri pada makhluk hidup. Sistem ini disusun dengan menggunakan
ciri-ciri atau sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak manusia, atau
sifat lainnya. Misalnya klasifikasi tumbuhan dapat menggunakan
dasar habitat (tempat hidup), habitus atau berdasarkan perawakan
(berupa pohon, perdu, semak, ternak dan memanjat).
Tokoh sistem Artifisial antara lain Aristoteles yang membagi makhluk
hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan (plantae) dan hewan
(animalia). Ia pun membagi tumbuhan menjadi kelompok pohon,
perdu, semak, terna serta memanjat. Tokoh lainnya adalah Carolus
Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan alat
reproduksinya.
b. Sistem Alami
Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan Jean
Baptiste de Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya
kelompok-kelompok takson yang alami. Artinya anggota-anggota

Botani Tingkat Tinggi | 13


yang membentuk unit takson terjadi secara alamiah atau sewajarnya
seperti yang dikehendaki oleh alam.
Klasifikasi sistem alami menggunakan dasar persamaan dan perbedaan
morfologi (bentuk luar tubuh) secara alami atau wajar. Contoh, hewan
berkaki dua, berkaki empat, tidak berkaki, hewan bersayap, hewan
bersirip, hewan berbulu, bersisik, berambut dan lain-lain. Sedangkan
pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan berkeping biji satu,
berkeping biji dua.

2. Biosistematika
Biosistematika merupakan tiang dari ilmu taksonomi yang sering
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan biodiversitas
sehinga masuk ke dalam ruang lingkup sistematika. Biosistematika adalah
suatu cabang biologi yang mempelajari keragaman hidup yang mencakup
taksonomi dan terlibat dalam rekonstruksi sejarah filogenetik.
Pada dasarnya, sistematika bertujuan untuk memahami dan
mendeskripsikan keanekaragaman suatu organisme, merekonstruksi
hubungan kekerabatan antara organisme satu terhadap organisme lainnya,
mendokumentasikan perubahan - perubahan yang terjadi selama evolusinya
dan merubahnya ke dalam sebuah sistem klasifikasi yang mencerminkan
evolusinya tersebut.
Biosistematika memiliki tiga tingkatan yang menyangkut taksonomi dan
filogenetik yaitu :
1. taksonomi alfa (merupakan upaya untuk menemuan, mendeskripsikan
dan pemberian nama suatu individu / spesimen);
2. taksonomi beta ( yaitu upaya penempatan suatu spesimen / individu yang
sudah di tentukan nama ilmiahnya ke dalam suatu hirarki taksonomi);
3. taksonomi gamma (merupakan studi variasi genetik dalam suatu spesies
dengan tujuan melihat variasi intra-populasi sampai laju evolusi dari
suatu populasi).

Botani Tingkat Tinggi | 14


Objek utama biosistematika bukanlah menemukan nama tumbuhan tetapi
menemukan hubungan dan kedekatan suatu organisme tumbuhan dengan
yang lainnya, sehingga dapat dikenali sepenuhnya kemiripan dan
perbedaannya. Karakter umum yang dimiliki bersama dan karakter spesifik
yang dimililki hanya oleh kelompoknya.
Hasil analisis inilah yang nantinya dipakai untuk menata organisme
tumbuhan teersebut kedalam tingkatan taksa sehingga menjadi lebih
sistematis, berdasarkan asal usulnya, suatu organisme dikarakterisasi
menjadi dua jenis asal usul, monofiletik dan non-monofiletik.
Asal usul makhluk hidup dikatakan monofiletik apabila nenek moyang
tunggalnya hanya menghasilkan semua species turunan dalam takson
tersebut dan bukan spesies takson lain sehingga anggota dari genusnya
berdiri sendiri dan tidak terkait dengan species dari genus lain. Asal usul
makhluk hidup dikatakan non-monofiletik apabila turunan dalam takson
yang dihasilkan berasal dari nenek moyang yang berbeda.
Kekerabatan tersebut dipelajari dalam ilmu taksonomi, namun sebelum
mempelajari taksonomi akan lebih baik jika kita sudah menguasai
biosistematik. Hal tersebut mengingat bahwa biosistematika adalah dasar
ilmu taksonomi yang membahas tentang komunikasi dan infomasi tentang
biodiversitas, mengidentifikasi dan menggambarkan individu dan populasi
serta menggambarkan kekerabatan diantara organisme. Hal-hal yang
dilakukan dalam kegiatan ini adalah menyusun filogeni kelompok tumbuhan
yang dimulai dengan menyusun tabel karakter apomorfi, dilanjutkan
kladogramserta melakukan evaluasi kladogram.
Biasanya digunakan dua cara dalam mengkaji hubungan kekerabatan
suatu mahluk hidup yaitu metode fenetik yang dilanjutkan dengan
pembuatan fenogram dan metode kladistik yang dilanjutkan dengan
pembuatan kladogram. Kladistik dibuat berdasar kesamaan sifat-sifat
apomorfi.
Penyusunan filogeni tumbuhan, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu
adalah menyusun tabel karakter apomorfi dari semua kelompok tumbuhan

Botani Tingkat Tinggi | 15


yang akan dibuat filogeninya. Selain tabel karakter, juga harus dibuat tabel
karakter numerik. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan kladogram
yang disusun berdasarkan tabel kesamaan karakter apomorfi. Berdasarkan
tabel kesamaan apomorfi tersebut dapat disimpulkan hubungan filogeni
suatu tumbuhan yang digambarkan dengan kladogram. Setelah disusun
kladogram, langkah selanjutnya yaitu mengevaluasi hasil kladogram
tersebut. Evaluasi dilakukan dengan menghitung CI (Consistency index) dan
RI (Retention Index).
Sedangkan biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang
menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu
daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi
bentuk penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai
tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan
ekosistem. Dengan demikian, biodiversitas merupakan bentuk
keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber termasuk di
antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-
kompleks ekologis yang merupakan bagian dari keanekaragamannya,
mencakup keanekaragaman di dalam spesies, di antara spesies, dan
ekosistem. Biodiversitas dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu
biodiversitas gen, biodiversitas jenis dan biodiversitas ekosistem.
Biodiversitas tingkat ekosistem melibatkan unsur-unsur biotik dan
faktorfaktor fisik yang saling berinteraksi satu dan lainnya. Biodiversitas
tingkat ekosistem membentuk tingkatan jenis dan genetik dan merupakan
satu kesatuan lingkungan yang terdiri dari unsur-unsur biotik (mahluk
hidup) dan factor-faktor fisik (iklim, air, tanah) dan kimia (kemasaman,
salinitas, dll) yang saling berinteraksi dan membentuk suatu ekosistem.
Ekosistem terdiri dari perpaduan berbagai jenis dengan beragam kombinasi
lingkungan fisik dan kimia yang beranekargam, maka jika susunan
komponen jenis dan susunan faktor fisik serta kimianya berbeda, ekosistem
yang dihasilkannya pun akan berbeda pula. Dengan adanya perbedaan
tersebut, maka interaksi antara mahluk hidup dengan factor-faktor lain

Botani Tingkat Tinggi | 16


dalam suatu wilayah akan menyusun suatu ekosistem tersendiri. Ekosistem
secara alami akan berubah, yang secara proses dapat terjadi secara alami
(proses penuaan alam) atau secara sengaja (perusakan oleh manusia).
Biodiversitas tingkat jenis pada ekosistem terdapat organism-organisme
yang merupakan satuan-satuan tertentu yang masing-masing mempunyai
batasan pasti yang disebut Jenis. Jenis merupakan suatu satuan yang dapat
dikenal dari bentuk atau penampilan dan terdiri atas pengelompokan
populasi-populasi atau gabungan individu yang mampu saling kawin
sesamanya secara bebas tetapi tidak mampu dengan jenis lain untuk
menghasilkan keturunan. Untuk kelompok yang tidak berkembang biak
secara generative, misalnya mikroorganisme, batasan jenis ditentukan oleh
wilayah tempat hidup yang sama.
Jenis terbentuk berdasarkan kesesuaian kandungan genetik yang
mengatur sifat-sifat kebakaan dari lingkungan tempat tumbuhnya. Faktor
kebakaan/susunan genetic suatu jenis diturunkan dari generasi ke generasi
berikutnya. Kerangka dasar komponen genetic suatu jenis berbeda dengan
jenis yang lainnya, juga gen-gen berkembang menyesuaikan dengan
lingkungan hidupnya. Jenis akan mengalami penyesuaian dan
perkembangan dalam jangka waktu yang lama menjadi jenis baru atau
mungkin menjadi punah karena tidak bisa menyesuaikan diri.
Biodiversitas tingkatan genetika, biodiversitas tingkat genetika meliput
keanekaragaman didalam spesies dan tergantung pada keanekaragaman
susunan gen dalam kromosom. Dalam konteks keanekaragaman hayati,
sumberdaya genetic adalah material genetic potensial atau riil yang
mengandung unit-unit fungsional pewarisan sifat
3. Taksonomi Numerik
Salah satu cara pendekatan dalam klasifikasi tumbuhan adalah dengan
menggunakan taksonomi numerik. Istilah taksonomi numerik (numerical
taxonomy) atau taxometrics diciptakan oleh Sokal dan Sneath (1963).
Taksonomi numerik muncul secara kebetulan bersama-sama dengan
pendekatan fenetik dalam klasifikasi tumbuhan. Oleh sebab itu muncul

Botani Tingkat Tinggi | 17


pendapat bahwa kedua pendekatan ini sama, padahal tidak demikian. Sebab
taksonomi numerik tidak menghasilkan data baru, bukan pula sistem
pendekatan baru, tetapi metode baru dalam pengorganisasian data, dan
biasanya dengan bantuan komputer, sehingga taksonomi numerik bisa
digunakan dalam menentukan hubungan kekerabatan dalam pendekatan
fenetik (Stace, 1980)
Tingkatan taksa terendah yang diteliti dalam taksonomi numerik
dinamakan Operational Taxonomic Units (OTUs). Matriks data yang
diperlukan dalam metode fenetik merupakan persilangan antara sifat ciri
dengan setiap OTU. Agar dapat dilakukan analisis dengan komputer,
matriks data tersebut harus dalam bentuk numerik.

4. Taksonomi Kimia
Makhluk hidup yang ada di alam sangat beraneka ragam. Makhluk hidup
yang beranekaragam jenis ini memiliki persamaan dan perbedaan ciri khas.
Berdasarkan hal itu, makhluk hidup dapat digolongkan kepada golongan
tertentu. Proses pengaturan atau penggolongan makhluk hidup dalam
kategori golongan yang disebut klasisfikasi. Klasifikasi mempermudah kita
dalam mempelajari dan menyederhanakan objek studi. Pengelompokan
makhluk hidup berdasarkan aturan tertentu dikatakan sebagai klasifikasi.
Adapun dasar-dasar yang dapat digunakan dalam klasifikasi makhluk hidup
adalah morfologi, anatomi, fisiologi, biokimia, molekuler (DNA) dan lain-
lain. Intinyanya taksonomi kimia yaitu pengelompokan tumbuhan
berdasarkan aspek biokimia.
Biokimia adalah kimia makhluk hidup. Biokimiawan mempelajari
molekul dan reaksi kimia terkatalis oleh enzim yang berlangsung dalam
semua organisme. Biokimia berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang
berarti kehidupan dan chemis yang berarti kimia. Secara istilah, biokimia
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari berbagai dasar-dasar kimia
dan reaksi-reaksi kimia yang ada di dalam kehidupan serta interaksi molekul

Botani Tingkat Tinggi | 18


dalam sel makhluk hidup, termasuk strukstur dan fungsi komponen selular,
seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya.
Tumbuhan menjalin hubungan dengan makhluk hidup lain melalui
reaksi-reaksi biokimia pada proses metabolisme primer yang membentuk
maupun mengurai produk kimia tertentu, seperti asam nukleat dan protein,
karbohidrat tertentu, asam karboksilat, dan lain-lain. Bersumber dari
metabolisme primer, tumbuhan telah mengembangkan alur metabolisme
sekunder yang menghasilkan ribuan jenis metabolit. Metabolit-metabolit
sekunder dibentuk melalui tiga alur biogenesis yang menuju pada
terbentuknya satu atau beberapa jenis metabolit kunci. Dari metabolit-
metabolit kunci inilah kemudian dibentuk senyawa-senyawa turunan
(derivat) melalui reaksi enzimatis yang sederhana. Sampai dengan saat ini,
hanya beberapa alur biosintesa metabolit sekunder yang sudah diketahui
secara lengkap.
Biokimia berkaitan dnegan isolasi dan identifikasi semua zat yang
berbeda yang membentuk organisme tumbuhan dan hewan. Organisme
hidup terdiri dari lebih dari sekedar lemak, karbohidrat dan protein. Ratusan
zat lain yang diperlukan untuk berfungsinya suatu organisme. Biokimia
berkaitan dengan semua perubahan kimia yang terjadi dalam sel untuk
menyediakan energi, pertumbuhan, reproduksi dan penuaan.
Pada dasarnya semua makhluk hidup baik itu tumbuhan, hewan atau
mikroba mempunyai susunan komponen kimia yang sama, yaitu dari
bentukan sel berbahan dasar karbon dan air dengan pengaturan kompleks
dan informasi genetik yang dapat diwariskan. Organisme-organisme
tersebut melakukan metabolisme, mampu tumbuh dan berkembang, tanggap
terhadap rangsangan, berkembang biak dan beradaptasi terhadap
lingkungannya melalui seleksi alam. Biokimia terdiri atas beebrapa subjek
pembelajaran, antara lain enzim, karbohidrat, energi metabolisme, nitrogen,
fiksasi nitrogen secara biologi, lemak, asam nukleat, dan protein.
Istilah biokimia pertama kali dikemukakan pda tahun 1903 leh Karl
Neuber, seorang kimiawan Jerman. Sejak saat itu, biokimia semakin

Botani Tingkat Tinggi | 19


berkembang, terutama sejak pertengahan abad ke-20, dengan ditemukannya
teknik-teknik baru seperti kromatografi, difraksi sinar X, elektroforesis,
RMI (Nuclear magnetic resonance, NMR), pelabelan radioisotop,
mikroskop elektron dan simulasi dinamika molekular.
Teknik-teknik ini memungkinkan penemuan dan analisis yang lebih
mendalam berbagai molekul dan jalur metabolik sel seperti glikolisis dan
siklus krebs. Perkembangan ilmu baru seperti bioinformatika juga banyak
membantu dalam peramalan dan pemodelan struktur molekul raksasa.
Kelebihan pengelompokan secara biokimia adalah pada pengelompokan
tumbuhan secara biokimia dapat sejalan dan mendukung pengelompokan
tumbuhan lainnya seperti morfologi dan anatomi. Akan tetapi dapat juga
menunjukkan perbedaan dengan pengelompokan tumbuhan lainnya.
Sedangkan kekurangan pengelompokan secra biokimia adalah sangat
dipengaruhi oleh faktor genetis dan kondisi lingkungan.

Botani Tingkat Tinggi | 20


BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Keanekargaman tumbuhan merupakan ungkapan terdapatnya
keanekaragaman bentuk, penampilan, dan sifat yang tampak pada
berbagai tingkatan organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis dan
genetik pada tumbuhan.
2. Dasar-dasar taksonomi diantaranyta adalah klasifikasi, identifikasi,
deskripsi dan tata nama
3. Biosistematika merupakan tiang dari ilmu taksonomi yang sering
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan biodiversitas
sehinga masuk ke dalam ruang lingkup sistematika. Taksonomi numerik
tidak menghasilkan data baru, bukan pula sistem pendekatan baru, tetapi
metode baru dalam pengorganisasian data, dan biasanya dengan bantuan
komputer, sehingga taksonomi numerik bisa digunakan dalam menentukan
hubungan kekerabatan dalam pendekatan fenetik

B. Saran
Taksonomi klasik, biosistematika dan taksonomi numerik memiliki
beberapa poin persamaan sehingga sulit membuat klasifikasi.

Botani Tingkat Tinggi | 21

Anda mungkin juga menyukai