Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MEKANIKA PEMBERAIAN BATUAN

( Abrasivitas, Rock Cuttability Index dan Gelombang Seismik )

Oleh :

Rochsyid Anggara

NIM 212170016

Program Studi Magister Teknik Pertambangan


Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Yogyakarta
2018

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................................... 1

Daftar Isi ..................................................................................................................... 2

Daftar Gambar ..................................................................................................................... 3

Daftar Tabel ..................................................................................................................... 4

1. Pengertian Uji Abrasivitas dan Uji Rock Cuttability Index................................................ 5

2. Persamaan Uji Abrasivitas dan Rock Cuttability Index.................................................... 11

3. Perbedaan Uji Abrasivitas dan Rock Cuttability Index.................................................... 11

4. Metode Seismik dalam menentukan tingkat kerusakan massa batuan.......................... 12

Daftar Pustaka...................................................................................................................... 17

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bentuk ujung pin yang sudah digoreskan................................................................ 8

Gambar 2 Klasifikasi kerusakan ujung pin dari CAI.................................................................. 8

Gambar 3 Konfigurasi uji Voest Alpine Rock Cuttability Index.................................................. 11

Gambar 4 Konsep Dasar Seismik Refraksi.............................................................................. 14

Gambar 5 Konsep Dasar Seismik Refleksi.............................................................................. 15

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Abrasivitas menurut CAI dan Schimazek F.............................................. 10

Tabel 2 Perbedaan Uji Abrasivitas dan Rock Cuttablity......................................................... 11

Tabel 3 Keunggulan dan kelemahan Metode Seismik........................................................... 12

Tabel 4 Perbandingan Metode Seismik Refraksi dan Refleksi.............................................. 15

4
1. Pengertian Uji Abrasivitas dan Uji Rock Cuttability Index

Parameter yang sering diabaikan dalam evaluasi kemampugaruan batuan adalah


abrasivitas. Abrasivitas merupakan sifat batuan dalam menggores permukaan material lain.
Sifat ini umumnya digunakan sebagai parameter yang mempengaruhi keausan matabor
(bit) dan batang bor. Parameter ini sangat penting hubungannya dengan keekonomisan
penggunaan alat garu. Dalam estimasi biaya, pengeluaran terbesar terletak pada
penggunaan shank dan tip. Karena komponen ini bekerja dengan kontak langsung dan
melawan kekuatan batuan saat proses pembongkaran batuan.

Singh (1983) telah mengusulkan sistem klasifikasi abrasivitas berdasarkan mineral


pembentuk batuan, derajat kebundaran mineral (mineral angularity), kekuatan material
perekat (cementing material), cechar index dan indeks kekerasan batuan (toughness).

Salah satu permasalahan utama dalam project batuan adalah prediksi konsumsi alat yang
benar. Lifetime suatu mesin pemotong dapat diperkirakan dari presentase relatif mineral
dari kelas kekerasan skala Mohs yang berbeda. Abrasivitas batuan berperan penting dalam
karakteristik material untuk keperluan penggalian. Abrasivitas adalah sifat batuan untuk
menggores permukaan material lain, hal ini merupakan suatu parameter yang
mempengaruhi keausan (umur) mata bor dan batang bor.

Semua batuan dan tanah terdiri dari mineral yang memiliki kekerasan goresan. Untuk
mendefinisikan skala kekerasan dapat menggunakan referensi standard. Skala kekerasan
dibagi menjadi 10 tingkatan disebut Skala Moh’s dimana kekerasan batuan 1-9 dapat
digores dengan skala yang lebih keras diatasnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
abrasivitas batuan diantaranya adalah komposisi mineral, kekerasan mineral, bentuk dan
ukuran butir, jenis matrik, dan sifat fisik batuan meliputi kekerasan, kekuatan, kuat tekan,
dan anisotropi. Beberapa metode untuk memperkirakan abrasivitas batuan diantaranya
yang digunakan adalah :

a. Vickers test (nilai kekerasan Vickers-VHN)

b. Cerchar test (Cerchar Abrasivity Index-CAI)

c. LCPC abrasimeter test (LCPC abrasivity index-ABR)

d. NTNU abrasion test (Abrasion value –AV/AVS)

5
Metode lain untuk menilai abrasivitas batuan adalah penentuan parameter geologi dan
geoteknik seperti mineralogi, tekstur, dan kekuatan batuan, yang mana berkaitan dengan
nilai CAI. Salah satu metode yang digunakan berkaitan dengan properties geologi dan
geoteknik dijelaskan oleh Shimazek dan diketahui nilai F-Schimazeknya.

 Cerchar Abrasivity Test

Uji abrasivitas Cerchar adalah uji laboratorium untuk menghitung kuantitas abrasivitas
batuan. Hal ini memungkinkan untuk menentukan indeks yang disebut Cerchar Abrasicity
Index (CAI) yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keausan peralatan penggalian
yang digunakan dalam aplikasi pertambangan, terowongan atau pengeboran (Plinninger et
al, 2002).

Uji Cerchar sederhana dan cepat, namun ada beberapa perbedaan dalam hasil pengujian
yang berkaitan dengan jenis peralatan, kondisi permukaan batu, kemampuan operator,
prosedur pengujian, dan pengukuran keausan. Secara umum, perbedaan dalam hasil uji
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama yaitu (Grahanbag et al, 2011):

- Permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya standar untuk uji Cerchar yang
artinya setiap laboratorium / peneliti melakukan uji sesuai peralatan dan alat,
pengalaman dan penilaian yang ada.

- Kekurangan intrinsik dari uji seperti skala pengujian, serta inskonsistensi pin dan
variasi dampak pada sampel batuan (heterogenitas, kondisi permukaan) aray stylus
yang dapat menghasilkan pergeseran pengukuran.

 Prosedur Pengujian Cerchar Abrasivity Test

Uji cerchar dilakukan dengan menggores permukaan batu yang baru pecah dengan sebuah
pin tajam baja. Prinsip pengujian berdasarkan pin baja dengan geometri dan kekerasan
yang digoreskan ke permukaan sampel batuan yang keras dengan jarak lebih dari 10 mm
di bawah beban statis 70 N. Ada dua peralatan yang dirancang untuk menjalankan
pengujian :

- Setup original oleh Cerchar “Original Cerchar Apparatus” (1986)


- Setup oleh West “West Apparatus” (1989)

Setup Cerchar original, pin dan beban mati bergerak menghadap permukaan batuan. Pada
rancangan West, sampel batuan bergerak di bawah pin seimbang. Perbedaan utama antara

6
dua metode ini adalah pada durasi pengujian. Kedua peralatan terdiri dari beberapa bagian
yaitu beban mati, pin chuck, pin baja, specimen, vice, hand lever. Pin dibuat dengan baja
standar dan memiliki 900 conical tip. Diameter minimal 6 mm dan panjangnya sedemikian
rupa sehingga bagian epin yang terlihat 15 mm.

Rekomendasi oleh West (1989), pin baja yang dibuat dari baja 200 kgf/mm 2 dengan
kekerasan Rockwell 54-56. Perhatian khusus dilakukan saat mempertajam pin yang
digunakan untuk pengujian. Temperatur tinggi dari penajaman pin yang terlalu cepat dapat
mempengaruhi kekerasan ujung pin dan karenanya mungkin mengakibatkan dampak
negatif pada nilai CAI yang didapatkan.

Prosedur pengujian dengan meletakan sampel batuan pada peralatan dan dijepit dengan
teguh menggunakan alat yang kaku. Perangkat ini kaku dan tetap untuk menghindari
pergerakan lateral. Beban mati kemudian ditempatkan di bagian atas pin dan pin
diturunkan dengan hati-hati ke permukaan batu. Tes ini kemudian dilakukan dengan
perpindahan relatif pin pada permukaan batu pada interval waktu tertentu. Setelah
pengujian, epin dilepas dengan hati-hati dan ujung rata diukur. Indeks Cerchar Abrasivity
Index (CAI) kemudian dihitung dari pengukuran diameter yang dihasilkan dari pemakaian
aus pada pin.

CAI = 10 d

CAI : Cerchar Abrasivity Index

d : diameter pin yang rusak dengan akurasi hingga 0,01 mm

Uji Abrasivitas adalah adalah pengujian untuk menduga jumlah keausan pick bila kontak
dengan batuan.

Valantine pada tahun 1973 mendefinisikan CAI sebagai berikut; selama satu detik pin
dibawah beban statik 7 kg digoreskan ke permukaan batuan segar sepanjang 1 cm.
Diameter pin yang sudah rusak akibat goresan diukur dibawah mikroskop denga satuan
1/10 mm, dan ini menyatakan nilai CAI seperti pada gambar berikut.

7
Gambar 1 Bentuk ujung pin yang sudah digoreskan

Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam mengidentifikasi W adalah


ketidakberaturan bentuk ujung pin seperti ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 2 Klasifikasi kerusakan ujung pin dari CAI

 Uji Schimazek Abrasivity Factor

Pada uji Schimazek Abrasivity Factor, kombinasi ukuran partikel dengan kandungan
kuarsa dan kuat tarik dapat digunakan untuk mengestimasi keausan bit dan dikenal sebagai
koefisien keausan (Schimazek dan Knatz, 1970). Akan tetapi prediksi keausan tidak hanya
mempertimbangkan keberadaan kandungan kuarsa, sebagai contoh pada asumsi batupasir
dengan matrik lempung dan granit yang masih fresh. Kedua batuan ini memiliki
kandungan kuarsa yang sama sekitar 60 %, akan tetapi keausan batupasur lebih rendah
dibandingkan dengan granit. Apabila hanya kuarsa yang diperhitungkan keausan sedikit
akan sama pada masing – masing batuan, perbedaan hanya ditunjukkan apabila kuat tarik

8
yang lebih rendah dan ukuran partikel batupasir yang lebih kecil dipertimbangkan dengan
menggunakan koefisien keausan. Sifat abrasivitas batuan ditentukan dengan nilai F-
Schimazek, nilai ini merupakan abrasivitas batuan terhadap alat atau pemotong yang
digunakan dalam penggalian.

Abrasivitas menurut Schimazek F sering digunakan untuk batuan sedimen dengan


persamaan perhitungan sebagai berikut :

σt dV
F=
100

Dimana :

F : Schimazek F (N/mm)

σt : Kuat tarik langsung (Mpa)

d : Ukuran butir kuarsa atau mineral keras rata-rata yang diidentifikasi pada analisa
sayatan tipis (mm)

V : Kandungan volume mineral keras relatif terhadap kuarsa (kuarsa identik dengan satu
pada skala Rosival)

Gehring (1977) melaporkan bahwa jika ukuran butir lebih kecil dari 0,025 mm, maka efek
ukuran butir terhadap abrasivitas tidak signifikan. Jika batuan tidak terdiri dari partikel
kuarsa, maka persamaan diatas tidak dapat digunakan. σt merupakan rata – rata dari
kekuatan tarik Brazilian pada batuan yang menunjukkan hubungan interlocking antar
partikel yang mempengaruhi cutability dan abrasivitas.

Nilai F-Schimazek menunjukkan hubungan linear antara abrasivitas batuan (Peter, 1993).
Semakin tinggi nilai F-Schimazek maka abrasivitas batuan semakin besar, klasifikasi
abrasivitas dengan menggunakan nilai F-Schimazek ditunjukkan oleh Arthur (1996).

Untuk melihat Klasifikasi Abrasivitas dapat dilihat pada tabel berikut menurut Cercar
Abrasivity Index ( CAI ).

9
Tabel 1 Klasifikasi Abrasivitas menurut CAI dan Schimazek F

CAI Desksripsi Schimazek F Deskripsi


0.3-0.5 Abrasiv Kecil < 0.01 Tidak Abrasiv
0.5-1.0 Agak Abrasiv 0.01-0.05 Abrasiv Kecil
1.0-2.0 Medium Abrasiv- 0.05-0.1 Abrasiv Sedang
abrasiv
2.0-4.0 Sangat Abrasiv 0.1-0.5 Cukup Abrasiv
>4.0 Paling Abrasiv 0.5-1.0 Abrasiv
1.0-2.5 Sangat Abrasiv
2.5-4.0 Abrasiv Sekali
>4.0 Paling Abrasiv

Uji Rock Cuttability Index adalah pengujian untuk menganalisa kinerja peralatan potong
seperti, Road Header dan Tunnel Boring Machine. Atau pengujian untuk menentukan
energi spesifik suatu batuan dengan cara menghitung gaya potong rata-rata atau gaya
normal rata-rata yang diperlukan oleh sebuah pin atau pick untuk memotong atau
membuat paritan pada percontoh batuan.

Voest Alpine Rock Cuttability Index dikembangkan di Zeltweg Austria oleh Laboratorium
Alat Potong Voest Alpine ( Gehring, 1982 ). Uji index ini tadinya dimaksudkan untuk
menganalisa kinerja peralatan potong seperti Road Header dan Tunnel Boring Machine.
Pengujiannya menggunakan nsebuah pin besi-baja bulat yang ujungnya dipasang tungsten
carbide yang dipasang pada mesin gurdi. Pin ini tempelkan di atas permukaan percontoh
batuan yang akan diuji , dan setelah mesin gurdi berputar dengan kecepatan penuh sebesar
764 rpm ( radius = 25 mm ) selama 5 detik dengan beban statik 200 N pengujian
dihentikan. Kedalaman parit yang dibentuk diukur pada empat sisi bersudut masing-
masing 900 . Pengukuran dilakukan dengan ketelitian 0.1mm. Nilai VA-RCI ditentukan
dengan menghitung kedalaman rata-rata dari empat pengukuran.

10
Gambar 3 Konfigurasi uji Voest Alpine Rock Cuttability Index

2. Persamaan Uji Abrasivitas dan Rock Cuttability Index


a. Jenis : menggunakan peralatan mekanis
b. Cara : kedua metode ini sama – sama menggoreskan pick terhadap percontoh batuan
yang akan dicari nilai abrasivitas dan cuttability.
c. Kegunaan : untuk mendapatkan gambar kualitas batuan dalam rangka menentukan
peralatan mekanis yang cocok dalam penggalian ( perencanaan peralatan
penambangan yang ekonomis )
3. Perbedaan Uji Abrasivitas dan Rock Cuttability Index.
Tabel 2 Perbedaan Uji Abrasivitas dan Rock Cuttablity Index
Uji Abrasivitas Rock Cuttablity Index
Teknik Mendapatkan energi spesifik Jumlah keausan pick alat gali
pemotongan
Satuan Gaya per volume penggalian Berat pick yang tergerus per
jam penggerusan
Percontoh Batuan Diameter 1 cm, sayatan tipis Diameter minimum 7 cm
batuan
Cara Kerja Mengoreskan pin besi-baja Menggunakan mesin gurdi
selama 1 detik di bawah beban dengan kecepatan putaran 764
statik 7 kg digoreskan ke rpm selama 5 detik dengan
permukaan batuan segar beban statik 200 N
sepanjang 1 cm
Jenis Pengujian Cerchar Abrasivity Index, VA-RCI Rock Cuttability
Schimazek Abrasivity Factor Index, Uji Core Cuttability

11
4. Metode Seismik dalam menentukan tingkat kerusakan massa batuan
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi dimana
pengukuran dilakukan dengan menggunakan ‘sumber’ seismik berupa ledakan yang
menyebabkan adanya gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan). Gelombang
akan mengalami pemantulan ataupun pembiasan ke segala arah akibat munculnya
perbedaan kecepatan yang nantinya pada jarak tertentu, gerakan partikel tersebut direkam
sebagai fungsi waktu. Berdasarkan data rekaman inilah dapat ‘diperkirakan’ bentuk
lapisan/struktur di dalam tanah.
Gelombang seismik ini memiliki kemiripan dengan gelombang cahaya sehingga hukum-
hukum yang berlaku pada gelombang cahaya berlaku pula untuk gelombang seismik ini.
Hukum-hukum tersebut antara lain hukum Huygens yang mengatakan bahwa gelombang
menyebar dari sebuah titik sumber gelombang ke segala arah dengan bentuk bola. Hukum
yang kedua adalah hukum snellius yang menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh di
atas bidang batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka gelombang
tersebut akan dibiaskan (jika sudut datang gelombang ≤ sudut kritisnya), akan dipantulkan
(jika sudut datangnya > sudut kritisnya), dan gelombang datang, gelombang bias,
gelombang pantul terletak pada suatu bidang datar.

Keunggulan dan Kelemahan Metode Seismik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3 Keunggulan dan kelemahan Metode Seismik

Metode Seismik
Keunggulan Kelemahan
Dapat mendeteksi variasi baik lateral Banyaknya data yang dikumpulkan dalam
maupun kedalaman dalam parameter fisis sebuah survei akan sangat besar jika
yang relevan, yaitu kecepatan seismik diinginkan data yang baik
Dapat menghasilkan citra kenampakan Perolehan data sangat mahal baik akuisisi
struktur di bawah permukaan dan logistik dibandingkan dengan metode
geofisika lainnya
Dapat dipergunakan untuk membatasi Reduksi dan prosesing membutuhkan
kenampakan stratigrafi dan beberapa banyak waktu, membutuhkan komputer
kenampakan pengendapan. mahal dan ahli-ahli yang banyak.
Respon pada penjalaran gelombang Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi
seismik bergantung dari densitas batuan umumnya lebih mahal dari metode
dan konstanta elastisitas lainnya. geofisika lainnya.
Sehingga, setiap perubahan konstanta
tersebut (porositas, permeabilitas,

12
kompaksi, dll) pada prinsipnya dapat
diketahui dari metode seismik.
Memungkinkan untuk deteksi langsung Deteksi langsung terhadap kontaminan,
terhadap keberadaan hidrokarbon misalnya pembuangan limbah, tidak dapat
dilakukan.

Pada saat bertemu dengan bidang perlapisan yang berfungsi sebagai reflektor, akan
memantul kembali ke permukaan dan kemudian akan dideteksi geophone yang terekam di
permukaan bumi. Di dalam eksplorasi seismik dikenal 2 macam metode, yaitu metode
seismik bias (refraksi) dan metode seismik pantul (refleksi).
a. Seismik Bias ( Refraksi )
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari
posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Parameter jarak (offset) dan
waktu jalar dihubungkan oleh cepat rambat gelombang dalam medium. Kecepatan
tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material dan
dikenal sebagai parameter elastisitas batuan. Pengamatan refraksi membutuhkan lokasi
sumber dan penerima yang kecil, sehingga relatif murah dalam pengambilan datanya.
Prosesing refraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering untuk memperkuat
sinyal first break yang dibaca. Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan gelombang
meningkat sebagai fungsi kedalaman dan biasanya diinterpretasikan dalam bentuk
lapisan-lapisan. Seismik bias hanya menggunakan waktu tiba sebagai fungsi jarak
(offset) yang dalam pengukuran yang regional, membutuhkan offset yang lebih lebar.

Gambar 4 Konsep Dasar Seismik Refraksi

b. Seismik Pantul ( Refleksi )

13
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika yang umumnya dipakai untuk
penyelidikan hidrokarbon. Dalam seismik refleksi, analisis dikonsentrasikan pada
energi yang diterima setelah getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari
adalah gelombang-gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar lapisan di
bawah permukaan. Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis
yang dilakukan masih sama dengan seismik refraksi, yaitu analisis berdasar kontras
parameter elastisitas medium. Pengukuran seismik refleksi menggunakan offset yang
lebih kecil sehingga dapat bekerja bagaimanapun perubahan kecepatan sebagai fungsi
kedalaman. Seismik refleksi mampu melihat struktur yang lebih kompleks.
Metode ini memberikan informasi paling akurat terhadap gambaran atau model
geologi bawah permukaan. Pada umumnya metode seismik ini terbagi atas tiga
tahapan utama, yaitu pengumpulan data seismik (kegiatan untuk memperoleh data dari
lapangan yang disurvei), pengolahan data seismik (menghasilkan penampang seismik
yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap untuk diinterpretasikan), dan
interpretasi data seismik (untuk memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan
dan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah permukaan).
Metode seismik refleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan eksplorasi seperti
perminyakan, penentuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah.
Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksplorasi
prospek dangkal (untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya), dan
eksplorasi prospek dalam (untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon yakni minyak
dan gas bumi). Keduanya menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula
dengan teknik lapangannya. Selain kedua ekplorasi seismik tadi, metode ini juga
banyak dilakukan untuk keperluan eksplorasi hidrokarbon dan geologi teknik di laut.
Pada umumnya alat seismik refleksi yang digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon
memiliki kemampuan penetrasi yang sangat dalam (mencapai ribuan meter),
sedangkan alat yang digunakan untuk tujuan geologi teknik mempunyai tingkat
penetrasi yang dangkal (hanya beberapa puluh meter) dengan tingkat resolusi yang
tinggi.

14
Gambar 5 Konsep Dasar Seismik Refleksi

Perbandingan Metode Seismik Refraksi dan Refleksi dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4 Perbandingan Metode Seismik Refraksi dan Refleksi

Metode Seismik Refraksi (Bias) Metode Seismik Refleksi (Pantul)


Keunggulan Kelemahan
Pengamatan refraksi membutuhkan lokasi Karena lokasi sumber dan penerima yang
sumber dan penerima yang kecil, sehingga cukup lebar untuk memberikan citra
relatif murah dalam pengambilan datanya bawah permukaan yang lebih baik, maka
biaya akuisisi menjadi lebih mahal.
Prosesing refraksi relatif simpel dilakukan Prosesing seismik refleksi memerluakn
kecuali proses filtering untuk memperkuat komputer yang lebih mahal, dan sistem
sinyal first berak yang dibaca. data base yang jauh lebih handal.
Karena pengambilan data dan lokasi yang Karena banyaknya data yang direkam,
cukup kecil, maka pengembangan model pengetahuan terhadap database harus kuat,
untuk interpretasi tidak terlalu sulit diperlukan juga beberapa asumsi tentang
dilakukan seperti metode geofisika model yang kompleks dan interpretasi
lainnya. membutuhkan personal yang cukup ahli.

Kelemahan Keunggulan
Dalam pengukuran yang regional , Pengukuran seismik pantul menggunakan
Seismik refraksi membutuhkan offset yang offset yang lebih kecil
lebih lebar.
Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan Seismik pantul dapat bekerja

15
gelombang meningkat sebagai fungsi bagaimanapun perubahan kecepatan
kedalaman. sebagai fungsi kedalaman
Seismik bias biasanya diinterpretasikan Seismik pantul lebih mampu melihat
dalam bentuk lapisan-lapisan. Masing- struktur yang lebih kompleks
masing lapisan memiliki dip dan topografi.
Seismik bias hanya menggunakan waktu Seismik pantul merekan dan menggunakan
tiba sebagai fungsi jarak (offset) semua medan gelombang yang terekam
Model yang dibuat didesain untuk Bawah permukaan dapat tergambar secara
menghasilkan waktu jalar teramati. langsung dari data terukur

DAFTAR PUSTAKA

Suseno Kramadibrata. 1997. Kemampugalian Material Dengan Alat Gali Mekanis . Jurusan Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Bandung

Made Astawa Rai. 2014. Mekanika Batuan . Laboratorium Geomekanika Institut Teknologi Bandung

Richard E. Goodman.1989. Introduction to Rock Mechanics. University of California at Berkeley.

J.C.Jaeger and N.G.W.Cook.1979. Fundamental of Rock Mechanics. British Library Cataloguing in


Publication Data.

16
Geoffrey Blainey.1992 .Seismic Methods : Refraction and Reflection . The University of Melbourne

Barnes, A.E.1992. Seismic Atribute : past, present and future , SEG

Telford, W.M, Geldart,L,P, Sheriff, R.E. 1990. Applied Geophysics, New York : Cambridge University
Press

Alber, Michael, 2008, Stress Dependency of The Cerchar Abrasivity Index (CAI) and Its Effects on Wear
of Selected Rock Cutting Tools, Tunnelling and Underground Space Technology 23 (2008), p. 351 –
359.

17

Anda mungkin juga menyukai