Anda di halaman 1dari 19

RUANG KISI RESIPROK

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Pendahuluan Fisika Zat
Padat

Oleh

KELOMPOK IV

1. FITRI PERMATA INDAH (1301667)


2. WELA YULIANDA (1301669)
3. RAHMAD ARIF SYAFRINDO (1301661)
4. YUDHA NUGRAHA (14034024)
5. VARADILA SAHANAYA (1301673)
6. NIZAMULLAH (1201469)
7. RIZALDI PUTRA (1301679)

Dosen Pembimbing : Dr. RAMLI, S.Pd, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dari beberapa jenis zat diantaranya zat padat, cair, dan gas ternyata
ada keunikan tersendiri dari susunan zat-zat ini. Disini kita mengkerucut
membahas tentang zat padat, dimana zat padat ini terdiri dari atom-atom, ion
atau molekul yang sangat berdekatan dan menempati kedudukan tertentu
disekitar posisi keseimbangannya. Secara umum zat padat itu memilki sifat
bentuk dan volume yang sukar berubah. Zat padat yang akan kita bahas kali
ini adalah berhubungan dengan Kristal. Di dalam Kristal ini ada beberapa hal
yang dapat kita analisis dan harus kita pahami. Untuk mengetahui lebih jauh
lagi tentang Kristal ini , maka kami membahas materi tentang Kristal dengan
topik “Ruang Kisi Resiprok”. Dalam membahas ruang kisi resiprok ini akan
dibahas tentang Amplitudo gelombang Terdifraksi dan Daerah Brillouin dan
analisis Fourier pada basis. Dalam membahas amplitudo gelombang
terdifraksi akan dibahas 4 (empat) sub bab pokok yaitu : (1) Analisis Fourier
(2) Vektor Kisi Resiprok (3) Kondisi Difraksi (4) Persamaan Laue.
Sedangkan dalam membahas tentang Daerah Brillouin dan Analisis Fourier
Pada Basis akan dibahas 1 (satu) sub bab pokok bahasan yaitu : (1) Daerah
Brillouin Analisis Fourier Pada Basis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Bagaimana analsis Fourier dalam amplitude gelombang terdifraksi?
2. Bagaimana vektor kisi resiprok dalam gelombang terdifraksi?
3. Bagaimana kondisi difraksi gelombang terdifraksi?
4. Bagaimana persamaan Laue dalam gelombang terdifraksi?
5. Bagaimana menentukan daerah Brillonuim dan analisis Fourier pada
basis?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui anailsis Fourier dalam amplitude gelombang
terdifraksi?
2. Untuk mengetahui vektor kisi resiprok dalam gelombang terdifraksi?
3. Untuk mengetahui kondisi difraksi gelombang terdifraksi?
4. Untuk mengetahui persamaan Laue dalam gelombang terdifraksi?
5. Untuk mengetahui menentukan daerah Brillonuim dan analisis Fourier
pada basis?

1.4 MANFAAT
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat, menambah pengetahuan
tentang ruang kisi resiprok bagi penulis maupun pembaca.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Analisis Fourier


Jumlah kepadatan elektron 𝑛 (𝑟) 𝑛 adalah fungsi periodik dari 𝑟, dengan
periode 𝑎1, 𝑎2, 𝑎3 di arah sumbu tiga kristal. Sehingga
𝑛(𝑟 + 𝑇) = 𝑛(𝑟) ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (1)

Periodisitas seperti menciptakan situasi yang ideal untuk analisis Fourier.


Sebagian besar sifat kristal dapat dihubungkan dengan komponen Fourier dari
kerapatan elektron. Aspek tiga dimensi pada kecenderungan waktu tertentu tidak
menyebabkan berbagai kesulitan dengan matematikanya, tapi pertama kita
mengingat fungsi 𝑛 (𝑥) dengan periode 𝑎 pada satu dimensi. Kita kembangkan 𝑛
(𝑥) dalam deret Fourier sinus dan kosinus :
2𝜋𝑝𝑥 2𝜋𝑝𝑥
𝑛(𝑥) = 𝑛0 + ∑ [𝐶𝑝 cos( ) + 𝑆𝑝 sin( )] ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (2)
𝑎 𝑎
𝑝>0

dimana 𝑝 adalah bilangan bulat positif dan 𝐶𝑝, 𝑆𝑝 adalah konstan real,
disebut koefisien ekspansi Fourier. faktor 2𝜋/𝑎 dinyatakan sebagai 𝑛 (𝑥) yang
memiliki periode 𝑎:
2𝜋𝑝𝑥 2𝜋𝑝𝑥
𝑛(𝑥 + 𝑎) = 𝑛0 + ∑ [𝐶𝑝 cos ( + 2𝜋𝑝) + 𝑆𝑝 sin ( + 2𝜋𝑝)]
𝑝>0 𝑎 𝑎
2𝜋𝑝𝑥 2𝜋𝑝𝑥
= 𝑛0 + ∑ [𝐶𝑝 cos ( ) + 𝑆𝑝 sin ( )]
𝑝>0 𝑎 𝑎
= 𝑛(𝑥) ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (3)

kita menyatakan bahwa 2𝜋𝑝/𝑎 adalah titik pada kisi resiprokal ruang
Fourier pada kristal. Dalam satu dimensi titik-titik ini terletak pada satu garis.
Titik-titik kisi resiprokal boleh kita bataskan dalam seri Fourier (4) atau (5). Titik
kisi balik memberitahukan kita bahwa diizikan terminologi dalam deret Fourier.
Terminologi diizinkan jika konsisten dengan periodisitas kristal, seperti pada
gambar 5, titik lainnya pada daerah respirokal tidak diizinkan dalam ekspansi
Fourier pada fungsi periodik.

Gambar 1. Sketsa Dari Monokromator Oleh Refleksi Bragg Yang Melewati


Spektrum Sempit Sinar X-Ray Atau Panjang Gelombang Neutron Dari Peristiwa
Sinar Spektrum Yang Luas, Bagian Atas Gambar Menunjukkan Analisis
(Diperoleh Refleksi Dari Kristal Kedua) Dari Kemurnian 1,16 Ᾰ Sinar Neutron
Dari Monokromator Kristal Kalsium Flouride. Sinar Utama Tidak Direfleksikan
Dari Kristal Kedua (After.G.Bacon)

Gambar 4: Rekaman X-Ray Difraktometer Silikon Bubuk, Menunjukkan


Rekaman Kontra Sinar Difraksi (Courtesy Of W. Parrish)
Gambar 5: fungsi periodik n (x) dari periode, dan istilah 2πp/a yang mungkin
muncul dalam Fourier Transform n(x) = 𝛴𝑛𝑝 exp (i2πpx/a). Besaran
persyaratan individu 𝑛𝑝 tidak diplot.

Persamaan (4) lebih mudah dituliskan dalam bentuk

𝑛(𝑥) = ∑ 𝑛𝑝 𝑒 𝑖2𝜋𝑝𝑥/𝑎 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (4)


𝑝

di mana p adalah bilangan bulat positif, negatif, dan nol. Koefisien 𝑛𝑝


merupakan bilangan kompleks. Untuk memastikan bahwa 𝑛 (𝑥) adalah fungsi
real, maka kita memerlukan persamaan,
𝑛∗ − 𝑝 = 𝑛𝑝 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (5)

Kemudian jumlah untuk 𝑝 dan – 𝑝 adalah bilangan real. Tanda bintang


pada 𝑛 ∗ −𝑝 menandakan konjugat kompleks dari 𝑛 − 𝑝. Dengan 𝜑 =
2𝜋𝑝𝑥 /𝑎 maka jumlahnya adalah :
𝑛𝑝 (cos 𝜑 + 𝑖 sin 𝜑) + 𝑛−𝑝 (cos 𝜑 − 𝑖 sin 𝜑)
= (𝑛𝑝 + 𝑛−𝑝 ) cos 𝜑 + 𝑖(𝑛𝑝 − 𝑛−𝑝 ) sin 𝜑)

dimana dalam jumlah untuk fungsi real,


2𝑅𝑒{𝑛𝑝 } cos 𝜑 + 2𝐼𝑚{𝑛𝑝 } sin 𝜑)
jika pers.(6) terpenuhi. 𝑅𝑒 {𝑛𝑝} dan 2𝐼𝑚 {𝑛𝑝} menunjukkan bagian
real dan imajiner dari 𝑛𝑝. jadi densitas 𝑛(𝑥) adalah fungsi riil, seperti yang
diinginkan. Ekspansi dari Analisis Fourier untuk fungsi periodik dalam tiga
dimensi menjadi lebih mudah. Kita temukan kumpulan dari vektor G,

𝑛(𝑟) = ∑ 𝑛𝐺 𝑒 𝑖𝐺.𝑟 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (6)


𝐺

adalah sama dibawah seluruh translasi kisi T yang meninggalkan kristal yang
sama.

2.2 Inversi Fourier Series


Sekarang kita menunjukkan bahwa koefisien Fourier 𝑛𝑝 dalam persamaan
(5) diberikan oleh :
𝑎
−1
𝑖2𝜋𝑝𝑥
𝑛𝑝 = 𝑎 ∫ 𝑑𝑥 𝑛(𝑥)𝑒𝑥𝑝 (− ) ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (7)
0 𝑎

subtitusi persamaan (5) ke (10) diperoleh,


𝑎
𝑛𝑝 = 𝑎 −1 ∑ 𝑛𝑝′ ∫ 𝑑𝑥 exp[𝑖2𝜋(𝑝′ − 𝑝)𝑥/𝑎] ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (8)
𝑝′ 0

jika p´ ≠ p nilai dari integral adalah,


𝑎 ′

(𝑒 𝑖2𝜋(𝑝 −𝑝) − 1) = 0
𝑖2𝜋(𝑝 − 𝑝)

Karena 𝑝´ − 𝑝 adalah sebuah integer dan 𝑒𝑥𝑝 [𝑖2(𝑖𝑛𝑡𝑒𝑔𝑒𝑟)] = 1. Untuk


istilah 𝑝´ = 𝑝 integral adalah 𝑒𝑥𝑝 (𝑖0) = 1, dan nilai dari integral adalah 𝑎, jadi
𝑛𝑝 = 𝑎 − 1𝑛𝑝𝑎 𝑛𝑝, yang mana adalah sebuah identitas, jadi persamaan (7)
adalah sebuah identitas, Sama dengan inversi yang diberikan oleh persamaan (9),

𝑛𝐺 = 𝑉0−1 ∫ 𝑑𝑉 𝑛(𝑟) exp(−𝑖 𝐺 ∙ 𝑟), ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (12)

dimana Vc adalah volume dari sebuah sel dari Kristal.


2.3 Vector Kisi Resiprok
Hasil lebih jauh dari analisis Fourier dari konsentrasi elektron kita harus
menemukan vektor 𝐺 dari jumlah Fourier 𝛴 𝑛𝐺 𝑒𝑥𝑝 (𝑖𝐺 ∙ 𝑟) seperti pada
persamaan (12). Disana ada sebuah energi. Sedikit abstrak untuk melakukan
prosedur ini. Bentuk prosedur dasar teoritikal untuk keadaan padat dalam fisika,
dimana analisis Fourier dilakukan pada waktu lainnya.
Konsep dari sumbu vektor 𝑏1, dari kisi resiprok :
𝒂𝟐 × 𝒂𝟑 𝒂𝟑 × 𝒂𝟏 𝒂𝟏 × 𝒂𝟐
𝒃𝟏 = 𝟐𝝅 ; 𝒃𝟐 = 𝟐𝝅 ; 𝒃𝟑 = 𝟐𝝅 … (𝟏𝟑)
𝒂𝟏 ∙ 𝒂𝟐 × 𝒂𝟑 𝒂𝟏 ∙ 𝒂𝟐 × 𝒂𝟑 𝒂𝟏 ∙ 𝒂𝟐 × 𝒂𝟑

faktor 2𝜋 tidak digunakan dalam kristalografi tapi cocok untuk keadaan


fisika padat. Jika 𝑎1, 𝑎2, 𝑎3 adalah keadaan vektor dari kisi vektor, lalu 𝑏1, 𝑏2, 𝑏3
keadaan vektor dari kisi Kristal. Masing-masing vektor digambarkan dengan
persamaan (13) adalah orthogonal untuk dua sumbu kisi Kristal. Dengan
demikian 𝑏1, 𝑏2, 𝑏3 mempunyai persamaan :
𝑏𝑖 ∙ 𝑎𝑗 = 2𝜋𝛿𝑖𝑗 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (14)

Dimana, 𝛿ij = 1 jika i = j dan 𝛿ij = 0 jika i ≠ j. Titik pada kisi resiprok dipetakan
dengan kumpulan dari vector,
𝐺 = 𝑣1 𝑏1 + 𝑣2 𝑏2 + 𝑣3 𝑏3 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (15)

Dimana v1, v2, v3 adalah integer. Sebuah vektor G dari bentuk ini adalah sebuah
vector kisi resiprok. Titik-titik dalam kisi balik dipetakan dengan seperangkat
vektor dalam bentuk vektor kisi balik G :
𝐺 = ℎ𝑏1 + 𝑘𝑏2 + 𝑙𝑏3

dengan ℎ, 𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝑙 adalah bilangan bulat . b1, b2 dan b3 disebut dengan vektor
basis balik.
Gambar 1. Relasi vektor basis balik dan vector basis kisi

Vektor 𝑏1 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vektor 𝑎2 dan 𝑎3
Vektor 𝑏2 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector 𝑎1 dan 𝑎3
Vektor 𝑏3 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector 𝑎1 dan 𝑎2.

Setiap struktur kristal mempunyai dua kisi yang berhubungan dengan itu,
kisi Kristal dan kisi resiprok. Sebuah pola difraksi dari sebuah Kristal, seperti
yang diperlihatkan pada sebuah peta dari kisi resiprok dari Kristal. Sebuah
gambar mikroskopik, jika bisa dipecahkan dengan sebuah skala yang cukup baik,
yaitu sebuah peta dari struktur Kristal dengan spasi nyata. Dua kisi berkaitan
dengan definisi persamaan (13). Demikian ketika mereka berotasi pada sebuah
pegangan Kristal, kedua kisi berotasi langsung dan kisi resiprok. Vektor kisi
sebenarnya mempunyai dimensi dari [panjang]; vektor pada kisi resiprok
mempunyai dimensi dari [1/𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔]. Kisi resiprok adalah sebuah kisi pada
spasi asosiasi Fourier dengan Kristal. Vektor gelombang selalu tergambar pada
spasi Fourier, jadi setiap posisi pada spasi Fourier mungkin mempunyai sebuah
gambaran dari sebuah gelombang, tapi disana adalah sebuah pertemuan penting
antar titik yang digambarkan dengan kumpulan dari G’s asosiasi dengan struktur
Kristal. Vektor G pada Fourier seri (9) hanya vektor kisi resiprok (15), untuk
kemudian seri fourier direpresentasi dari densitas elektron dengan invarians yang
diinginkan menurut beberapa translasi Kristal 𝑇 = 𝑢1𝑎1 + 𝑢2𝑎2 + 𝑢3𝑎3
seperti yang digambarkan pada (13) dari (9).

𝑛(𝒓 + 𝑻) = ∑ 𝒏𝑮 exp(𝑖𝑮 ∙ 𝒓) exp(𝑖𝑮 ∙ 𝑻) ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (16)


𝑮

Tapi 𝑒𝑥𝑝(𝑖𝐺 ∙ 𝑇) = 1, karena,


exp(𝑖𝐺 ∙ 𝑇) = 𝑒𝑥𝑝[𝑖(𝑣1 𝑏1 + 𝑣2 𝑏2 + 𝑣3 𝑏3 ) ∙ (𝑢1 𝑎1 + 𝑢2 𝑎2 + 𝑢3 𝑎3 )]
= 𝑒𝑥𝑝[𝑖2𝜋(𝑣1 𝑢1 + 𝑣2 𝑢2 + 𝑣3 𝑢3 ) ∙ (𝑢1 𝑎1 + 𝑢2 𝑎2 + 𝑢3 𝑎3 )] ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (17)

Penjelasan dari eksponensial mempunyai bentuk 2𝜋𝑖 dalam integer,


karena 𝑣1 𝑢1 + 𝑣2 𝑢2 + 𝑣3 𝑢3 adalah sebuah integer, wujud penjumlahan dari
produk integer. Demikian dalam (9) kita mendapatkan variasi yang diinginkan,
𝑛(𝑟 + 𝑇) = 𝑛(𝑟).
Ini akibat pembuktian representasi Fourier dari sebuah fungsi periodic
dalam kisi Kristal yang bisa berisi komponen 𝑛𝐺 𝑒𝑥𝑝( 𝑖𝐺 ∙ 𝑟) hanya pada vektor
kisi resiprok G.
a. Kisi Balik Dari Kubus Sederhana (sc = simple cubic)
Vektor basis dari kisi kubus sederhana adalah,

Volume sel adalah 𝑎1 . 𝑎2 𝑥 𝑎3 = 𝑎3 . Vektor basis primitif dari kisi


baliknya adalah Batas-batas daerah Brillouin pertamanya adalah bidang
normal dari ke 6 vektor kisi balik ±𝑏1 , ±𝑏2 , ±𝑏3 , yaitu pada titik tengah
dari vektor kisi balik bersangkutan.
b. Kisi Balik untuk Kubus Berpusat Tubuh (bcc = body center cubic)

Gambar 2. Kisi Balik untuk Kubus Berpusat Tubuh


Vektor basis primitif dari kekisi bcc adalah,

Vektor basis kisi balik dari bcc adalah


2𝜋 2𝜋 2𝜋
𝑏1 = (𝑦̂ + 𝑧̂ ); 𝑏2 = (𝑥̂ + 𝑧̂ ); 𝑏3 = (𝑥̂ + 𝑦̂)
𝑎 𝑎 𝑎
Volume sel dalam ruang balik terebut adalah,
𝑏1 ∙ 𝑏2 × 𝑏3 = 2(2𝜋/𝑎)
Vektor kisi baliknya dalam bilangan ℎ 𝑘 𝑙 adalah
2𝜋
𝑮= [(𝑘 + 𝑙)𝑥̂ + (ℎ + 𝑙)𝑦̂ + (ℎ + 𝑘)𝑧̂ ]
𝑎
c. Kisi Balik Dari Kubus Berpusat Muka (fcc = face center cubic)

Gambar 3. Vektor basis kisi kubus berpusat-muka (fcc)

Vektor basis primitif untuk kisi fcc adalah,


𝑎1 = 𝑎(𝑦̂ + 𝑧̂ ); 𝑎2 = 𝑎(𝑥̂ + 𝑧̂ ); 𝑎3 = 𝑎(𝑥̂ + 𝑦̂)
Vektor basis primitif kisi balik untuk kisi fcc adalah,
2𝜋 2𝜋 2𝜋
𝑏1 = (−𝑥̂ + 𝑦̂ + 𝑧̂ ); 𝑏2 = (𝑥̂ − 𝑦̂ + 𝑧̂ ); 𝑏3 = (𝑥̂ + 𝑦̂ − 𝑧̂ )
𝑎 𝑎 𝑎

2.4 Kondisi Difraksi

|𝒌| = |𝒌′ | = 2𝜋/𝜆 Didefinisikan vektor hamburan Δ𝑘 sedemikian rupa 𝑘 + Δ𝑘 =


𝑘’. Inimerupakan ukuran dari perubahan vektor gelombang terhambur. Bila yang
terjadiadalah hamburan yang bersifat elastis, maka tidak ada perubahan besar
vektorgelombang sehingga,
4𝜋 sin 𝜃 𝑮ℎ𝑘𝑙
=[ ] 
𝜆 |𝑮ℎ𝑘𝑙 |
Perubahan vektor Δ𝑘 dalam k adalah tegak lurus terhadap bidang (ℎ𝑘𝑙). Arahnya
adalah searah dengan arah 𝐺(ℎ𝑘𝑙) atau vektor satuan 𝑛. Maka diperoleh hubunga,
Δ𝑘̅ = (𝑘 ′ − 𝑘) = 2 sin 𝜃̅|𝑘|𝑛̂
2𝜋
𝑑ℎ𝑘𝑙 =
|𝑮ℎ𝑘𝑙 |
Dapat ditunjukkan bahwa jarak antar bidang 𝑑(ℎ𝑘𝑙) berkaitan dengan besar 𝐺(ℎ𝑘𝑙)
dalam bentuk,
2𝑑ℎ𝑘𝑙 sin 𝜃
Δ𝑘 = [ ] 𝑮ℎ𝑘𝑙
𝜆

Sehingga dapat diungkapkan bahwa,


Δ𝑘 = 𝑮ℎ𝑘𝑙
Jika hukum Bragg terpenuhi maka,
𝑘 ′ = 𝑮ℎ𝑘𝑙 + 𝒌
Dengan demikian relasi antara vektor gelombang awal dan akhir refleksi Bragg dari
gelombang – partikel dapat ditulis sebagai,
|𝒌|2 = |𝒌′ |2 𝟐𝒌 𝑮 + 𝐺 2 = 0

jika kuantitas sehingga kondisi difraksi dapat ditulis sebagai,


𝒂1 ∙ ∆𝒌 = 2𝜋ℎ ; 𝒂2 ∙ ∆𝒌 = 2𝜋𝑘 ; 𝒂3 ∙ ∆𝒌 = 2𝜋𝑙

Ini adalah ungkapan bagi kondisi yang diperlukan untuk terjadinya difraksi. Dapat
dibuktikan bahwa,
2𝒌 ∙ 𝑮 + 𝐺 2 = 0

Persamaan ini adalah Persamaan Laue, yang mana digunakan dalam pembicaraan
simetri dan struktur kristal.
2.5 Analisis Fourier Dari Basis
Resultan gelombang difraksi oleh keseluruhan atom dalam unit sel (satu
satuan sel) dinyatakan dalam faktor struktur. Bila kondisi difraksi terpenuhi
amplitudo terhambur bagi kristal terdiri dari N sel adalah diungkapkan sebagai,
𝑭𝒄 = 𝑵 ∙ 𝑺 𝑮
𝑟𝑗 = 𝑥𝑗 𝑎1 + 𝑦𝑗 𝑎2 + 𝑧𝑗 𝑎3

Dimana kuantitas 𝑆𝐺 disebut dengan faktor struktur yang didefinisikan sebagai,


𝐺 ∙ 𝑟𝑗 = 2𝜋(ℎ𝑥𝑗 + 𝑘𝑦𝑗 + 𝑙𝑧𝑗 )

Dan 𝑓𝑗 = 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑎𝑡𝑜𝑚𝑖𝑘. Kemudian, bagi refleksi yang dilabel dengan ℎ, 𝑘, 𝑙,

𝑆𝐺 (ℎ𝑘𝑙) = ∑ 𝑓𝑗 exp[𝑖2𝜋(ℎ𝑥𝑗 + 𝑘𝑦𝑗 + 𝑙𝑧𝑗 )]


𝑗

Sehingga faktor struktur S,

𝐹(ℎ𝑘𝑙) = ∑ 𝑓𝑗 𝑒 𝑖𝜙𝑗 = 𝑓 cos 𝜙 + 𝑓 𝑖 sin 𝜙 = 𝑓 𝐴 + 𝑓 𝐵


𝑗

Amplitudo terhambur sebagai penjumlahan yang bentuk eksponensial,


2 2

|𝐹| = √(∑ 𝑓𝑗 𝐴𝑗 ) + (∑ 𝑓𝑗 𝐵𝑗 )
𝑗 𝑗

Dalam difraksi intensitas adalah terkait dengan amplitude, yaitu besar absolut |𝐹|,

𝐴 = ∑ cos 2𝜋(ℎ𝑥 + 𝑘𝑦 + 𝑙𝑧) ; 𝐵 = ∑ sin 2𝜋(ℎ𝑥 + 𝑘𝑦 + 𝑙𝑧)

2 2

|𝐹| = √(∑ 𝑓𝑗 cos 2𝜋(ℎ𝑥 + 𝑘𝑦 + 𝑙𝑧)) + (∑ 𝑓𝑗 sin 2𝜋(ℎ𝑥 + 𝑘𝑦 + 𝑙𝑧))


𝑗 𝑗
2.6 Daerah Brillouin
Zona Brilloin ditemui ketika terjadi difraksi Bragg dari sinar-X. Ketika
bidang normal yang membagi dua vektor kisi balik, daerah itu ditutup antara
antara bidang tersebut dari variasi Brillouin Zone. Untuk kristal satu dimensi,
berhimpit dengan sehingga 2 = 2 𝑐𝑜𝑠 = 2 , Dengan demikian 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 = + ½ ,
dimana 𝛳 = 𝑛(2п/𝑎) adalah vector kisi respirok, dan 𝑛 adalah bilangan bulat.
Sehingga = + ½ = + 𝑛(п/𝑎). Difraksi pertama terjadi dan celah energi
pertama terjadi untuk nilai = + (п/𝑎). 𝐶 daerah antara − п/𝑎 dengan п/
𝑎 disebut Daerah Brilloiun zona pertama.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penulisan ini adalah:
1. Ekspansi dari anailsis Fourier dalam amplitude gelombang terdifraksi yaitu:

𝑛(𝑟) = ∑ 𝑛𝐺 𝑒 𝑖𝐺.𝑟 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (6)


𝐺

2. Kisi resiprok adalah sebuah kisi pada spasi asosiasi Fourier dengan Kristal.
Vektor gelombang selalu tergambar pada spasi Fourier, jadi setiap posisi pada
spasi Fourier mungkin mempunyai sebuah gambaran dari sebuah gelombang.
3. Kondisi difraksi dapat ditulis dalam persamaan berikut:
𝒂1 ∙ ∆𝒌 = 2𝜋ℎ ; 𝒂2 ∙ ∆𝒌 = 2𝜋𝑘 ; 𝒂3 ∙ ∆𝒌 = 2𝜋𝑙
4. Persamaan Laue dalam gelombang terdifraksi yaitu:
2𝒌 ∙ 𝑮 + 𝐺 2 = 0
5. Zona Brilloin ditemui ketika terjadi difraksi Bragg dari sinar-X. Ketika bidang
normal yang membagi dua vektor kisi balik, daerah itu ditutup antara antara
bidang tersebut dari variasi Brillouin Zone. Difraksi pertama terjadi dan celah
energi pertama terjadi untuk nilai = + (п/𝑎). 𝐶 daerah antara − п/𝑎 dengan
п/𝑎 disebut Daerah Brilloiun zona pertama.

B. SARAN
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah
dan dari segi tutur bahasa dalam membahas isi makalah. Penyusun mengharapkan
kritik yang sifatnya konstruktif dari bapak dosen maupun rekan-rekan mahasiswa
demi kesempurnaan dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Ayu.dkk.2016. FISIKA ZAT PADAT Bab 2: Kisi Respikoral. Unsyiah.


Makalah. Diunduh tanggal 22 Mei 2016.
Edi Istiyono. 2000. Fisika Zat Padat. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta. Ebook. Diunduh tanggal 22 Mei 2016
Fitriyah. 2006. Difraksi Kisi Kristal ; Modul Pendamping 2. FMIPA UM. Ebook.
Diunduh tanggal 22 Mei 2016
Khasanah, Niswatul.2014. Difraksi Kristal dan Kisi Balik. Ebook. Diunduh
tanggal 22 Mei 2016.
Parno.2006. Fisika Zat Padat. Universitas Negeri Malang. HandOut. Diunduh
tanggal 22 Mei 2016.
CONTOH SOAL
1. Sumber radiasi yang dapat digunakan untuk difraksi Kristal adalah :
a. Sinar-x.
b. Sinar-α
c. sinar – β.
d. Berkas foton
e. Berkas phonon
2. Syarat terjadinya difraksi adlalah apabila panjang gelombang berkas sebesar ….
a. 1 angstrom
b. 2 angstrom.
c. 3 angstrom
d. 4 angstrom
e. 5 angstrom

1) Menembakan elektron cepat pada logam (anoda) yang berada pada ruang
vakum.
2) berkas elektron tertarik menuju anoda karena adanya beda potensial.
3) Berkas elektron dihasilkan oleh katoda yang dipanaskan dengan filament.
4) Interaksi antara elektron berenergi Ek dengan logam anoda menyebabkan
terjadinya pancaran sinar-X.
3. Urutan proses produksi sinar-X adalah….
a. 1,2,3,4
b. 2,4,3,1
c. 1,3,2,4
d. 3,4,2,1
e. 2,1,3,4
4. Syarat bragg untuk difraksi kisi adalah :
a. 2d sin Ɵ = nλ
b. 2d sin Ɵ =2 nλ
c. d sin Ɵ = 2nλ
d. d sin Ɵ = (n-1/2)λ
e. 2d sin Ɵ = (n-1/2)λ
5. Apabila sinar-X mengenai kristal sebagai kisi nyata, maka akan dihasilkan pola
difraksi berbentuk….??
a. Kisi nyata
b. Kisi banyak
c. Kisi bravais
d. Kisi Kristal
e. Kisi resiprok
6.

Anda mungkin juga menyukai