net/publication/323616697
CITATIONS READS
0 986
1 author:
Darwis Panguriseng
Universitas Muhammadiyah Makassar
57 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Darwis Panguriseng on 07 March 2018.
Disusun Oleh :
Dr. Ir. H. Darwis, M.Sc.
ISBN :978-602-429-098-6
14.21 cm = 368 Halaman
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentukdan
dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik ,termasuk
fotocopy, scan, rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penulis.
(a) Tanah (b) Tanah Jenuh (c) Tanah Kering (d) Tanah Tak Jenuh
(butir+pori) (butir + air) (butir+udara) (butir+air+udara)
Wa=0 Va
Vv
Ww Vw
W V
Ws Vs
Keterangan :
W = berat total tamah
Wa = berat udara = 0 (diabaikan)
Ww = berat air
V = volume total tanah
Va = volume udara
Vw = volume air
Vv = volume pori
Vs = volume butir
Dari gambar diagram fase tanah di atas, dapat
dirumuskan beberapa hubungan sebagai berikut :
1. Berat tanah (W) = Ws + Ww .............(1.1)
2. Volume pori (Vv) = Vw + Va ............(1.2)
3. Volume tanah (V) = Vs+Vw +Va .............(1.3)
(V) = Vs + Vv ..............(1.4)
Vw
S= x 100 %................................(1.11)
Vv
Apabila tanah dalam kondisi jenuh air, maka nilai S =
1. Nilai derajat kejenuhan ini dapat digunakan untuk
mengklasifikasi konsistensi tanah (lihat tabel berikut).
d
Rc =
d maks
.....................................(1.26)
Analog dengan persamaan di atas, dapat dituliskan pula
rumus untuk kepadatan relative minimum (Ro), sebagai
berikut :
d min
Ro =
d maks
.....................................(1.27)
Hubungan antara kerapatan relative (Dr) dengan
kepadatan relative (Rc) dapat dinyatakan dengan rumus
berikut :
Penyelesaian :
Ambil berat butiran padat (Ws) = 1 gram,
Maka :
Ww
w= Ww = w.Ws = 20% x 1 = 0,20 gram
Ws
Penyelesaian :
Gs (1 w)
Berat volume basah (b) =
1 e
2,65 x9,81x(1 0,1)
19,62 =
1 e
19,62 .(1+e) = 28,60
19,62.e = 28,60 – 19,62
8.98
e= = 0,46
19,62
Sehingga di dapat :
emaks e 0,62 0,46
Dr = = = 0,72
emaks emin 0,64 0,39
Pembuktian I :
W Ws Ww
b= ;
V V
karena : Ww = w.Ws ; Ws = Gs.w.Vs, maka :
Ws w.Ws Gs.w.Vs w.Gs.w.Vs
b= ;
V V
Vs 1
Yang mana : ; maka :
V 1 e
Gambar 1.7. Uji Batas Susut dengan Cawan Berisi Air Raksa
18..v 18. L
D=
s w s w t
18. L
D=
(Gs 1)w t
30. L
D(mm) =
(Gs 1).w t
Dengan menganggap :w = 1,00 g/cm3, maka :
L(cm)
D(mm) = K . ................................(1.36)
t (menit )
Yang mana :
30.
K ................................(1.37)
Gs 1
Dengan memperhatikan persamaan di atas, terlihat bahwa
K adalah fungsi dari Gs dan yang besarnya tergantung pada
temperature benda uji (butiran). Butiran yang lebih besar akan
Tabel 2.2.
Klasifikasi Tanah
Dengan Metode
USCS
ayakan
No.40
Batas Cair – – Maks 40 Maks 41 Maks 40 Min 41
(LL)
Indeks Maks 6 Maks 6 Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Plastisitas (PI)
Tipe material Batu
Pasir
yang paling pecah Kerikil dan pasir yang berlanau
Halus
dominan kerikil pasir
Penilaian
sbg bahan Baik Sekali sampai Baik
tanah dasar
Sumber : Braja M. Das (1998)
Menurut sistim di atas tanah dibagi menjadi 7 kelompok,
dan diberi nama dari A-1 sampai A-7. Semakin kecil angkanya,
semakin baik untuk bahan subgrade jalan, dan sebaliknya
semakin besar angkanya semakin jelek untuk subgrade.
Kecuali pada tanah dalam group A-3, lebih baik dari pada
semua jenis tanah dalam group A-2 sebagai bahan untuk
subgrade jalan.
Untuk jenis tanah yang berbutir halus (finer soils),
terbagi atas empat kelompok/ klasifikasi, seperti yang dapat
dilihat pada tabel berikut :
58|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
Tabel 2.4. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO (Tanah Finer)
Tanah Lanau-Lempung
Klasifikasi
(lebih dari 35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos
Umum
ayakan No.200)
A7
Klasifikasi
A4 A5 A6 A7-5
Kelompok
A7-6
Analisis Ayakan
(% lolos)
No. 10 – – – –
N0. 40 – – – –
N0. 200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Sifat fraksi yang
lolos ayakan
No.40
Batas Cair (LL) Maks 40 Maks 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastisitas Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
(PI)
Tipe material
yang paling Tanah Berlanau Tanah Berlempung
dominan
Penilaian sbg
bahan tanah Biasa sampai Jelek
dasar
Sumber : Braja M. Das (1998)
Catatan :
Kelompok A7 dibagi atas A7-5 dan A7-6, bergantung pada batas
plastisitasnya (PL) :
- Untuk PL > 30 ; klasifikasinya A7-5
- Untuk PL < 30 ; klasifikasinya A7-6
2. Metode Kostiakov :
Kostiakov (1932), mengajukan suatu persamaan infiltrasi
empiris sederhana berdasarkan penyisipan kurva dari data
lapangan. Persamaan ini menghubungkan infiltrasi ke waktu
sebagai fungsi daya :
f p K k .t .......................(3.4)
Yang mana :
fp = kapasitas infiltrasi (cm/jam)
t = waktu setelah infiltrasi dimulai (jam)
Kk (cm) dan α (unitless), adalah konstanta yang bergantung
pada tanah dan kondisi awal.
Parameter, Kk dan α harus dievaluasi dari data infiltrasi
yang diukur, karena tidak memiliki interpretasi fisik.
Persamaan ini menggambarkan kurva infiltrasi yang diukur dan
diberi tanah yang sama dan kondisi air awal yang sama,
memungkinkan prediksi kurva infiltrasi menggunakan
konstanta yang sama yang dikembangkan untuk kondisi
tersebut.
Di dalam perkembangan selanjutnya, beberapa ahli
menggunakan persamaan Kastiakov denga melakukan
modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi tinjauannya.
Diantaranya adalah :
(1) Criddle dkk. (1956), menggunakan persamaan Kastiakov
dalam bentuk logaritmik dengan bentuk persamaan
sebagai berikut :
log f p log K k e. log t .......................(3.5)
3. Metode Horton :
Horton mendefinisikan proses kelelahan (exhausion
process), sebagai salah satu tingkat kerja yang dilaksanakan
sebanding dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Dia
menghubungkan laju infiltrasi dengan laju kerja yang
dilakukan dan perubahan kapasitas infiltrasi dari fp menjadi fc
karena pekerjaan yang harus dilakukan, dengan β sebagai
faktor proporsionalitas (Horton, 1940). Horton (1939, 1940)
mendapatkan persamaan untuk infiltrasi, yang menggambarkan
Ti
m
e
(t) −1
𝑚=
𝑘 log 𝑒
4. Metode Philip ;
Philip (1957) mengembangkan persamaan infinite-series
untuk memecahkan persamaan diferensial parsial non linier,
yang menjelaskan aliran cairan transient dalam medium
berpori, untuk infiltrasi vertikal dan horizontal. Seri Philip
yang konvergen dengan cepat memecahkan persamaan aliran
untuk tanah dalam yang homogen dengan kandungan air awal
yang seragam dalam kondisi tergenang.
Untuk infiltrasi kumulatif, bentuk umum model infiltrasi
Philip dinyatakan dalam fungsi akar kuadrat waktu (square-
root of time), sebagai berikut :
F S.t 1 / 2 Ca1 .t Ca 2 .t 3 / 2 Ca3 .t 2 ...
............(3.14)
5. Metode Holtan ;
Sejak tahun 1961, Holtan megembangkan sebuah
persamaan empiris berdasarkan konsep penyimpanan.
Persamaan ini dikembangkan di laboratorium hidrograf USDA
dari Agicultural Research Service (ARS), untuk menyediakan
sarana yang dapat digunakan untuk memperkirakan infiltrasi
dengan menggunakan informasi yang umumnya tersedia, atau
dapat segera diperoleh untuk lahan-lahan milik negara Premis
dari persamaan ini adalah bahwa faktor-faktor yang memiliki
pengaruh terbesar terhadap laju infiltrasi adalah penyimpanan
Ri = Sy.s + Tp.Rt
.......................(3.23)
Yang mana :
Sy = (specific yield)
s = penambahan specific yield.
Tp = abstraksi, selama musim hujan dibagi dengan luas
area.
Rt = aliran balik, akibat adanya irigasi yang terjadi saat
musim hujan.
Kelemahan mendasar dari persamaan di atas adalah
bahwa arus masuk dan arus keluar dibawah permukaan
(subsurface inflow and outflow) diabaikan, dan
mengasumsikan bahwa setiap arus masuk dan arus keluar
didistribusikan secara merata di atas area tersebut. Ini mungkin
benar untuk curah hujan, dan bahkan untuk arus balik dari
irigasi. Tetapi anggapan ini jarang benar untuk
menggambarkan abstraksi dari akuifer. Saat pemompaan
berkurang atau berhenti pada musim hujan, penyebaran
(redistribution) air tanah akan terjadi, sehingga bagian
kenaikan air yang diamati dapat terjadi karena gejala
pemulihan normal tersebut. Selain itu, persamaan di atas
bergantung pada nilai hasil spesifik, yang sulit ditentukan
karena fluktuasi muka air tanah dapat juga terjadi pada zona
jenuh sebagian.
R=P–SE–PT–SRO–EI–SUB–(±SNO±SM±IS)±DS
........(3.24)
Yang mana :
R = perkolasi dalam (mengisi ulang).
P = presipitasi (hujan).
SE = penguapan tanah.
PT = transpirasi tanaman.
SRO = limpasan permukaan.
EI = penguapan air yang tercegat.
SUB = sublimasi salju.
± SNO = perubahan dalam snowpack.
± SM = perubahan air tanah di akar atau zona tanah.
± IS = perubahan pada penyimpanan kelembaban yang
disadap
± DS = defisit atau surplus.
Jumlah SE, PT, EI, dan SUB dalam persamaan di atas,
adalah model yang dihitung dari evapotranspirasi aktual.
Perhitungan defisit/surplus (DS) dalam persamaan di atas,
memperhitungkan limpasan permukaan langsung.
5. MetodeSilva
Pemantauan kelembaban tanah dalam profil dengan
dimensi horizontal (R) dan vertikal (L), di mana alat uji(probe)
pada TDR (time-domain-reflectometry) mendistribusikan ait
pada titik (r, z) dalam profil tanah.Tingkat perkolasi air dapat
p = w.h....................(3.37)
Yang mana :
p = tekanan air (t/m2 atau kN/m2)
w = berat volume air (t/m3 atau kN/m3)
h = tinggi enersi tekanan (m)
Dari persamaan di atas, selanjutnya tinggi enersi tekanan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
p
h ....................(3.38)
w
Sehingga tinggi enersi tekanan (pressure head) pada titik-
A dan titik-B dari pipa Piezometer di atas, dapat dituliskan
sebagai berikut :
p p
h A A dan hB B ...................(3.39)
w w
Tekanan air pori biasanya dinyatakan dalam tekanan
atmosfir relative. Ketinggian air dengan tekanan atmosfir
“nol”, dinyatakan terhadap permukaan air tanah (permukaan
freatis).
Munculnya “artesis” dapat terjadi apabila lapisan tanah
miring yang berpermeabilitas tinggi (permeable), diapit oleh
dua lapisan tanah yang bermeabilitas rendah (semi permeable)
atau tanah yang tidak berpermeabilitas (impermeable).
Hukum Bernoulli :
Teorema Bernoulli dapat menggambarkan tinggi enersi
total (total head) pada aliran fluida, yang terletak di suatu titik
di bawah permukaan air tanah, sehingga terpengaruh oleh
tekanan hidrostatis.
q = v.A ....................(3.42)
Yang mana :
q = debit rembesan (m3)
v = kecepatan air (m/det)
A = luas penampang pengaliran (m2)
h
i ...................(3.44)
L
Yang mana :
i = gradien hidrolik (hydrolic gradient)
h = kehilangan tinggi enersi
L = jarak tempuh aliran dari titik A ke titik-B.
q = v.A = k.i.A.....................(3.46)
Yang mana :
K = Koefisien absolute (cm2), tergantung dari sifat
butiran tanah.
w = rapat massa air (gram/cm3)
g = percepatan gravitasi (cm/det 2)
= koefisien kekentalan air (gram/cm.det)
Kecepatan aliran yang dirumuskan oleh Darcy di atas,
memperhitungkan luas kotor penampang tanah (termasuk yang
tertutup butiran). Akan tetapi kenyataan bahwa air hanya bisa
mengalir melewati ruang pori, maka kecepatan nyata (v s)
rembesan yang melewati rongga tanah, dirumuskan sebagai
berikut :
v k .i
vs ...................(3.48)
n n
V
Yang mana : n = porositas = v
V
(T )
Tabel 3.4. Nilai untuk berbagai variasi temperatur.
( 20 )
Temperatur (T ) Temperatur (T )
To C ( 20 ) To C ( 20 )
10 1,298 21 0,975
11 1,263 22 0,952
12 1,228 23 0,930
13 1,195 24 0,908
14 1,16 25 0,887
15 1,135 26 0,867
16 1,106 27 0,847
17 1,078 28 0,829
18 1,051 29 0,811
19 1,025 30 0,793
20 1,000
2k
h hc ...................(3.69)
t n.S
.........................(3.79)
dengan,
n = porositas
R = jari-jari pengaruh (m)
t = lama waktu pemompaan sumur (detik)
Jika dasar sumur tidak sampai menembus lapisan kedap
air, oleh Mansur dan Kaufman (1962) menyarankan
persamaan:
𝜋𝑘 (𝐻−𝑠)2 −𝑡 2 10𝑟𝑜 1,8𝑠
𝑘= 1 + 0,3 + 𝑠𝑖𝑛 ........(3.80)
2,303 log (𝑅/𝑟𝑜 ) 𝐻 𝐻
Yang mana :
ro = jari-jari sumur uji,
t = tebal lapisan air dalam sumur,
H = jarak muka air tanah terhadap permukaan lapisan kedap
air,
R = jari-jari pengaruh dan
s = jarak dasar sumur terhadap lapisan kedap air di
bawahnya.
Jumikis (1962) meberikan nilai perloraam lingkaran
pengaruh R hasil pengumpulan dari bebrapa data pada jenis
tanah tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam berikut.
𝑞 log (𝑅/𝑟𝑜 )
𝑘 = 2,73𝑇 .......................(3.83)
𝑆𝑚𝑎𝑘
Gambar 3.18. Uji permeabilitas dengan lubang bor, (a) dan (b)
(variable head)
Cara pertama, pipa bor dengan diameter dalam d, ditekan
pada jarak yang tidak terlalu dalam D (taklebih dari 1,5m) di
bawah muka air pada lapisan yang dianggap mempunyai tebal
yak berhingga (Gambar-a). Aliran yang terjadi, lewat lubang di
ujung pipa bor. Koefisien permeabilitas untuk kondisi ini
diberikan menurut persamaan :
𝜋𝑑
𝑘 = 11𝑡 𝑙𝑛 1
2
.........................(3.87)
Cara kedua, sebuah lubang bor dengan pipa (casing) yang
dilubangi pada bagian bawahnya sepanjang L (bias dengan
pipa atau tanpa pipa), dimamna L > 4d, di dalam lapisan yang
𝑖
atau : 𝑆 = 𝑇 .........................(3.99)
Dengan T adalah ∆L1/∆L.
𝑣 ∆𝐿1 𝑣
𝑣𝑠 = 𝑛 = 𝑛 𝑇.........................(3.100)
∆𝐿
𝑆𝑣 𝑉 𝑆𝑣 𝑉 𝑣 𝑆
𝑆𝑠 = = = (1−𝑛 .........................(3.103)
𝑉𝑠 1−𝑛 𝑉 )
Maka :
𝛾𝑤 𝑒3
𝐾= .........................(3.107)
𝐶𝑠 (𝑆𝑠 )2 𝑇 2 1+𝑒
𝑘 = 1,4𝑘0,85 𝑒 2 .........................(3.113)
𝛿
𝑣𝑧 = 𝑘𝑖𝑧 − 𝑘 𝛿𝑥
Jadi :
𝑘𝑧
𝑘 ′ = 𝑘𝑥 = (𝑘𝑥 𝑘𝑧 )
𝑘𝑥
𝑞 = 𝑘𝑎 sin 𝑎 𝑡𝑔 𝑎 .................(3.172)
3.5.13. Filter
Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih
halus menuju lapisan yang lebih kasar, kemungkianan
Yang mana :
ΔV = perubahan volume
V = volume awal
μ = angka poison
E = modulus elastis
ζx,ζy, ζz = tegangan-tegangn dalam arah x,y,dan z
Pada persamaan (4.18), bila pembebanan yang
mengakibatkan penurunan, terjadi pada kondisi tak terdrainase
(undrained), atau penurunan terjadi pada volume konstant,
maka :
ΔV/V = 0 ; dalam kondisi ini, maka angka poison μ=
0,5.
Penyelesaian :
Beban-beban kolom dianggap sebagai beban titik, karena itu
tambahan tegangan dibawah masing-masing fondasi dapat
dihitung dengan persamaan :
Q
z 2 I
z
Fondasi-fondasi diberi nama menurut nama kolom. Dalam soal
ini, karena susunan fondasi simetri, tambahan tegangan
dibawah pondasi B dan C, masing-masing pada kedalaman
yang sama akan menghasilkan z yang sama.
Jadi didapat :
Tambahan tegangan akibat beban fondasi A
= 1 x 400/62 x 0,478 = 5,31 kN/ m2
Tambahan tegangan akibat beban fondasi B
= 1 x 200/62 x (0,273 x 4) = 6,07 kN/ m2
Tambahan tegangan akibat beban fondasi C
= 1 x 100/62 x (0,172 x 4) = 1,91 kN/ m2
Tambahan tegangan dibawah fondasi A pada kedalaman 6 m
akibat beban seluruh pondasi adalah jumlah tambahan
tegangan di atas, yaitu :
z (A) = 5,31 + 6,07 + 1,91 = 13,29 kN/m2
(b) Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi B
Ditinjau fondasi B1. Dihitung jarak-jarak antara pusat
fondasi B1 dengan yang lain:
BC1= B1C2 = B1A = 3 m
B1B2 = B1B3 = 32 32 4,24 m
Jadi didapat :
Tambahan tegangan dibawah pusat B1, akibat beban fondasi A
= 400/62 x 0,273 = 3,03 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat B1, akibat beban fondasi B
= 200/62 x (0,478 + 0,172 + 0,172 + 0,084) = 5,03
2
kN/m
Tambahan tegangan dibawah pusat B1, akibat beban fondasi C
= 100/62 x (0,273 + 0,273 + 0,063 +0,063) = 1,87
kN/m2
Tambahan tegangan akibat beban seluruh fondasi, dibawah
pusat pondasi B1, pada kedalaman 6m :
z (B1) = 3,03 + 5,03 + 1,87 = 9,93 kN/ m2
Jadi didapat :
Tambahan tegangan dibawah pusat C1, akibat beban fondasi A
= 400/62 x 0,172 = 1,19 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat C1, akibat beban fondasi B
= 200/62 x (0,273 + 0,273 + 0,063 +0,063) = 3,73
kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat C1, akibat beban fondasi C
I arctg 2 2
4 m 2 n 2 1 m 2 n 2 m 2 n 2 1 m n 1 m 2 n 2
....................................(4.30)
Yang mana :
q = tekanan sentuh atau tekanan fondasi ke tanah (beban
merata di permukaan);
B
m = ; dan
Z
Δζ(X) = Δζz(XEBF)+Δζz(XFCH)+Δζz(XGDH)+Δζz(XGAE)
Contoh soal4.2:
Diketahui : Bila dalam contoh soal 1 seluruh area bangunan
didukung oleh fondasi rakit ukuran 7x7 m2.
Diminta : Berapakah tambahan tegangan di bawah pusat
pondasi pada kedalaman yang sama? Dianggap beban total
yang didukung oleh kolom-kolom disebarkan secara sama
keseluruh luasan fondasi pelat.
Penyelesaian :
Beban total yang didukung kolom-kolom dianggap disebarkan
secara sama pada luasan fondasi pelat, maka
2
1
q 400 4 200 4 100 32,6kN / m 2
7
(4.32)
Dari sini dapat diperoleh persamaan tambahan tegangan
vertikal dibawah beban terbagi rata berbentuk lingkaran
fleksibel, sebagai berikut:
1
z q1 ...................... (4.33)
1 r / z
2 3/ 2
dengan :
1
I 1 ...................... (4.35)
1 r / z
2
3/ 2
Gambar C 3
Penyelesaian :
Hitungan tambahan tegangan pada kedalaman 4 m dibawah
pusat (titik A), yaitu x = 0 m ; dan di tepi fondasi (titik B)
yaitu x = 3,9 m.Oleh beban terbagi rata sebesar q = 117 kN/m2
Tabel C 2. Perhitungan Tambahan Tegangan di A dan B
Titik r (m) x (m) z (m) x/r z/r l
z=lq
(kN/m2)
A 3,9 0 4 0 1,03 0,63 73,7
B 3,9 3,9 4 1 1,03 0,63 38,6
Jadi :
1) Tambahan tegangan di pusat pondasi (titik A) = 73,70
kN/m2
2) Tambahan tegangan di tepi pondasi (titik B) = 38,60
kN/m2
4.7. Teori Newmark
Newmark (1942) memberikan cara menghitung
tambahan tegangan vertikal di atas tanah akibat luasan fleksibel
berbentuk tak teratur yang mendukung beban tak terbagi rata.
(4.37)
5.2.Teori Konsolidasi
Konsolidasi (consolidation) adalah suatu proses
pengecilan volume secara perlahan-lahan pada tanah jenuh
sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran
sebagian air pori. Dengan kata lain, pengertian konsolidasi
adalah proses terperasnya air tanah akibat bekerjanya beban
statis, yang terjadi sebagai fungsi waktu karena kecilnya
permeabilitas tanah. Proses ini berlangsung terus sampai
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan
tegangan total telah benar-benar hilang. Kasus yang paling
sederhana adalah konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi
regangan lateral nol mutlak ada. Proses konsolidasi dapat
diamati dengan pemasangan piezometer, untuk mencatat
perubahan tekanan air pori dengan waktunya. Besarnya
penurunan dapat diukur dengan berpedoman pada titik
referensi ketinggian pada tempat tertentu.
Proses pemuaian (swelling), kebalikan dari konsolidasi,
adalah bertambahnya volume tanah secara perlahan-lahan
akibat tekanan air pori berlebih negatif (berkurang).
.......................(5.6)
Hanya kelebihan kepala (h) yang menyebabkan
konsolidasi, dan ini terkait dengan tekanan air pori berlebih (u)
oleh: h = u / gw. Persamaan Darcy dapat ditulis sebagai:
............................(5.7)
Persamaan Darcy dapat disubstitusi dalam kontinuitas
eqn., dan porositas n dapat dinyatakan dalam bentuk rasio void
e, untuk mendapatkan persamaan arus sebagai :
..........................(5.9)
atau :
............................(5.10)
Persamaan ini merupakan persamaan hidrodinamika
untuk konsolidasi satu dimensi.
Jika av = koefisien kompresibilitas, maka perubahan
angka pori dapat dinyatakan sebagai :
e = av.(') = av.(u) ............................(5.11)
............................(5.12)
atau
............................(5.13)
Dengan memperkenalkan parameter yang disebut
“koefisien konsolidasi (Cv)”,maka :
............................(5.14)
Bila dijabarkan lebih lanjut maka didapat :
............................(5.15)
Persamaan ini adalah persamaan konsolidasi satu dimensi
dari Terzaghi. Dari persamaan ini akan menjelaskan bagaimana
menghitung kelebihan tekanan air pori (exess pore pressure)
yang hilang seiring dengan pertambahan waktu t
dan/ataupenambahan kedalaman z. Ketika semua tekanan air
pori (u) telah berhenti sepenuhnya sepanjang pada kedalaman
lapisan tanah kompresibel, maka proses konsolidasi selesai,
dan situasi aliran transien tidak ada lagi.
Selama proses konsolidasi, berikut hal berikut yang
diasumsikan konstan, yakni :
1. Penambahan tegangan total () pada lapisan tanah
kompresibel diasumsikan tetap (konstan).
............................(5.17)
Dimana : e dapat dinyatakan dalam istilah av atau Cc.
;
atau
............................(5.18)
Besarnya konsolidasi adalah :
............................(5.21)
ez
1
z r ............................(5.24)
E
Dimana E adalah modulus Young dari tanah. Variabel
ζ𝑧, ζ𝑟, dan ζθ, adalah tegangan pada masing-masing arah.
Q 3(1 )r 2 z 3 (1 2 ) z
ez 2 .........(5.25)
2 .E (r 2 z 2 ) 5 / 2 (r z 2 ) 3 / 2
Penurunan pada titik dengan kedalaman z, dapat
ditemukan dengan teknik integral terhadap persamaan di atas,
maka di dapat :
Q (1 ) z 2 2(1 2 )
Se e z dz
2 .E (r 2 z 2 ) 3 / 2 (r 2 z 2 )1 / 2
.....(5.26)
Se( surface)
Q
.E
1 2 ............................(5.27)
ez
1
z r ............................(5.28)
E
Subtitusi nilai ζ𝑧, ζ𝑟, dan ζθ dari persamaan sebelumnya
untuk regangan dan dapat disederhanakan (Ahlvin dan Ulery,
1962), di mana q adalah beban per satuan luas. A' dan B'
konstanta (non-dimensional), serta fungsi z b dan s/b; yang
nilainya diambil dari tabel 7 dan 8 di Bab 3, didapat :
1
ez q 1 2 ) A' B' ............................(5.29)
E
Defleksi vertikal (penurunan elastis) pada kedalaman z
dapat diperoleh dengan mengintegrasi persamaan di atas, yang
mana diambil 𝐼1 = 𝐴' ; dan b adalah jari-jari dari beban
melingkar. Sedangkan nilai numerik 𝐼2 (yang merupakan
fungsi z/b dan s/b) diambil pada tabel berikut. Maka dihasilkan
penurunan elastis :
1 z
Se q b I 1 (1 ) I 2 ............................(5.30)
E b
Dari persamaan di atas, maka penurunan di permukaan
(yaitu pada z = 0) adalah :
1
Se( surface) q.b. I2 ............................(5.31)
E
Faktor I2 dalam persamaan di atas, biasanya disebut
sebagai angka pengaruh. Untuk tanah liat jenuh, kita dapat
mengasumsikan 𝑣 = 0,5. Sehingga, di tengah area yang terisi
penurunan dapat dihitung (yaitu: s/b = 0), 𝐼2 = 2. Sehigga dapat
dituliskan :
1,5qb 0,75q.B
Se( surface _ centre ) ...............(5.32)
E E
......................(5.3
3)
Sedangkan penurunan permukaan rata-rata adalah :
Se(surface _ average) 0,85.Se(surface _ centre )
.....(5.34)
I 3 ln m. ln 1 1
n 1 m 2 n 2 m
1 m1 n1 1
2 2
1 1 1
tan 1
n1 m1
I4
n1 1 m1 n1
2 2
L z
m1 & n1
B B
Nilai I3 dan I4 dapat diambil dari tabel berikut :
Tabel 5.2. Nilai I3 dan I4 dari Harr (1966)
Yang mana :
(𝑧 = 0), adalah penurunan di permukaan.
1 e0
2 , 38
Rendon &
Lempung Cc 0,141.Gs 1, 2
Gs Herrero (1983)
B. Uji Triaxial
Uji triaksial dilakukan pada sel pada sampel tanah
berbentuk silinder yang memiliki rasio panjang terhadap
diameter = 2. Ukuran yang digunakan biasanya adalah 76 mm
x 38 mm dan 100 mm x 50 mm. Tiga arah tekanan utama yang
diterapkan pada sampel tanah, dari mana dua arah tekanan (2
dan 3). diaplikasikan dengan tekanan air di dalam sel yang
sama (2 = 3). Sedangkan tegangan utama ketiga (1)
diterapkan oleh ram pemuat melalui bagian atas sel,berupa
tegangan simpangan (deviator stress). Skema alat uji triaksial
yang khas diperlihatkan pada gambar berikut.
.............(6.11)
Yang mana :
qu = daya dukung maksimum
c = kohesi tanah
B = lebar pondasi (= diameter untuk pondasi lingkaran )
= berat isi tanah
Df = kedalaman pondasi
Fcs, Fqs, Fs = faktor bentuk
Fcd, Fqd, Fd = faktor kedalaman
Fci, Fqi, Fi = faktor kemiringan beban
Nc; Nq; N adalah faktor daya dukung, yang besarnya
dapat dihitung dengan formula berikut, atau
dengan mengambil nilai yang terdapat pada
tabel Meyerhoff atau pada grafik Meyerhoff.
N q tan 2 45 e π.tan .................(6.30)
2
B Nq B B
Fcs 1 Fqs 1 tan Fγs 1 0,4
L Nc L L
= c + tg .................(6.46)
Yang mana : c = kohesi
= tegangan normal
= sudut geser dalam tanah
Nilai – nilai c dan adalah parameter kuat geser tanah
di sepanjang bidang longsornya. Dengan cara yang sama,
dapat dituliskan persamaan tegangan geser yang terjadi (d)
akibat beban tanah dan beban – beban lain pada bidangnya :
d = cd + tan d .................(6.47)
Dengan cd dan d adalah kohesi dan sudut gesek dalam
yang terjadi atau yang dibutuhkan untuk keseimbangan pada
bidang longsornya.Substitusi nilai dan dke persamaan
M d
.................(6.53)
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah
= R.sin, maka momen dorong yang terjadi adalah :
i n
Md RWi sin i
i 1 .................(6.54)
Yang mana : R = jari – jari lingkaran bidang longsor
n = jumlah irisan
Wi = berat massa tanah irisan ke – i
i = sudut yang didefinisikan pada Gambar
3.9a
Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah
yang akan longsor adalah :
i n
Mr R (Cai Ni tan )
i 1 .................(6.55)
Oleh karena itu, persamaan untuk faktor keamanannya
dapat dituliskan sebagai berikut :
i n
(Ca N tan )
i i
SF i 1
i n
Wi sin i
i 1 .................(6.56)
Bila terdapat air pada lerengnya, maka tekanan air pori
pada bidang longsor tidak berpengaruh terhadap momen
dorong(Md), karena resultan gaya akibat tekanan air pori
akan melewati titik pusat lingkaran. Substitusi nilai Ni ke
persamaan di atas, diperoleh :
Ca (W cos u a ) tan
i i i i. i
SF i 1
i n
W sin
i 1
i i
.................(6.57)
Yang mana :
SF = faktor keamanan
C = kohesi tanah
= sudut gesek dalam tanah
αi = panjang bagian lingkaran pada irisan ke-i
Wi = berat irisan tanah ke-i
ui = tekanan air pori pada irisan ke-i
i = sudut yang didefinisikan pada gambar di atas
(6.17)
Jika terdapat gaya-gaya selain berat lereng tanahnya
sendiri, seperti adanya beban bangunan di atas lereng, maka
momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai momen
dorong (Md). Metode Fellinius memberikan faktor keamanan
yang relatif lebih rendah dari cara hitungan yang lebih teliti.
Batas-batas nilai kesalahan dari metode Fellinius dapat
mencapai kira-kira 5 sampai 40%, tergantung dari faktor
keamanan, sudut pusat lingkaran yang dipilih, dan besarnya
tekanan air pori yang ada. Walaupun analisisnya ditinjau
dalam tinjauan tegangan total, kesalahan masih merupakan
fungsi dari faktor keamanan dan sudut pusat dari lingkarannya
(Whitman &Baily, 1967). Cara ini telah banyak digunakan
dalam praktek rekayasa pada konstruksi lereng. Karena cara
hitungannya yang sederhana dan kesalahan yang terjadi masih
dianggap berada pada sisi yang aman.
SF i 1
i n
W x
i 1
i i
.................(6.61)
Wi Xi Xi 1 uii cos c'i sin i
Ni ' SF
'
cos i sin i tan
SF .........(6.63)
i n
Wi Xi Xi 1 uiai cos i c' ai sin i / SF
R c' ai tan '
i 1 cos i sin i tan ' / SF
SF i n
Wixi i 1
.................(6.64)
Untuk penyederhanaan dianggap Xi–Xi+1 = 0,
dan dengan mengambil :
xi = R sin i
bi= ai cos i
Substitusi nilai xidan bi kepersamaan di atas, diperoleh
persamaan faktor keamanansebagai berikut :
c' bi (Wi uibi) tan '
i n
1
cos i.(1 tan i tan ' / F )
SF
i 1
i n
Wi sin i
i 1
.................(6.65)
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 355
Yang mana : SF = faktor keamanan
c‟ = kohesi tanah efektif
‟ = sudut gesek dalam tanah efektif
bi = lebar irisan ke – i
Wi = lebar irisan tanah ke – i
i = sudut yang didefinisikan dalam
gambar II.9
ui = tekanan air pori pada irisan ke – i
Nilai perbandingan tekanan pori (pore pressure ratio),
didefinisikan sebagai :
ub u
ru
W h .................(6.66)
Yang mana :
ru = nilai banding tekanan pori
u = tekan air pori
b = lebar irisan
γ = berat volume tanah
h = tinggi irisan rata-rata
Sehingga dapat persamaan faktor keamanan dapat dituliskan
dalam bentuk lain untuk analisis stabilitas lereng cara Bishop,
adalah :
c' bi Wi(1 ru ) tan '
i n
1
cos i.(1 tan i tan ' / F )
SF
i 1
i n
Wi sin i
i 1
.................(6.67)
Persamaan faktor keamanan Bishop ini lebih sulit
pemakainya dibandingkan dengan metode Fellenius. Lagi pula
metode ini masih membutuhkan cara coba-coba (trial and
error), karena nilai faktor keamananSF nampak di kedua sisi
persamaannya. Akan tetapi, cara ini telah terbukti memberikan
Angka pori
Angka pori maksimum
Angka pori minimum
Anisotropis
Batas cair
Batas plastis
Batas susut
Berat jenis
Berat jenis
Berat volume
Common soil
Daya dukung
Depth of puddle
Derajat kejenuhan
Derajat kepadatan
Derajat kerapatan
Exess pore pressure
Faktor keamanan
Flooding time
Flownet
Homogen
Indeks cair
Indeks kelompok
Indeks kompresi
Indeks pengembangan
Indeks plastis
Infiltrasi komulatif
Kadar air
Kapasiats perkolasi
Kapasitas infiltrasi
Karaktersitik tanah
Kepadatan relatif