Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sistem utilitas bangunan merupakan sistem yang akan mendukung sistem
operasional bangunan, dimana sistem ini sangat dibutuhkan dan harus
direncanakan sematang mungkin mengingat faktor-faktor yang harus
dipertimbangakat seperti : faktor fungsi, faktor estetika, faktor keamanan, serta
faktor kenyamanan. Sebagai seorang arsitek dalam merancang sebuah bangunan
faktor fungsi dan estetika bangunan merupakan hal utama yang harus
dipertimbangkan, sehingga keberadaan sistem utilitas didalam bangunan
hendaknhya dapat beroperasi dengan baik tanpa mengggangu fungsi utama
bangunan itu, serta mendukung pelaksaan fungsi bangunan. Selain itu estetika
juga harus dipertimbangkan, keberadaan sistem utilitas hendaknya tidak
mengganggu faktor estetika atau seni, sehingga kesan yang ingin ditimbulkan
tidak dirusak oleh keberadaan komponen-komponen sistem ini. Faktor
kenyamanan merupakan faktor yang muncul jika fungsi telah terlaksana dengan
baik, sebuah bangunan (terutama bangunan komersial) yang akan memuat banyak
orang dan memiliki nilai jual hendaknya sangat memperhatikan kenyamanan
penggunan bangunan agar nilai jual bangunan tetap terjaga dan manajemen
operasional dapat tetap berjalan tanpa ada komplain dari penggunan bangunan.
Faktor keamanan adalah yang terpenting mengingat bangunan yang didesain
merupakan wadah aktifitas dari banyak orang, sehingga keamanan tiap-tiap civitas
harus terjaga baik itu pengunjung, staff operasional, dll.
Melihat faktor-faktor tersebut diatas, maka sangatlah riskan jika seorang
mahasiswa arsitektur tidak mengetahui mengenai sistem utilitas tersebut. Sebagai
mahasiswa materi pembelajaran mengenai sistem-sitem tersebut sudah dapat
dipelajari selama masa perkuliahan, serta dapat diperoleh melalui buku-buku
penujang studi. Namun hal ini tidaklah cukup, seperti pepatah : pengalaman
adalah guru terbaik, maka studi langsung kelapangan dirasa perlu untuk
mengetahui bagaimana bentuk sesungguhnya sistem-sistem tersebut, cara kerja,
penempatan serta komponen-komponen penyusunnya. Dengan wawancara

1
mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan sistem yang sudah
dioperasikan selama bertahun-tahun. Hal ini kemudian diharapkan dapat
membantu mahasiswa memahami lebih dalam serta menyempurnakan sistem-
sistem yang sudah ada, sehingga dikemudian hari tidak terjadi kesalahan yang
dapat mengganggu faktor-faktor yang tersebut diatas.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan pada penjelasan latar belakang di atas, rumusan masalah yang
dapat kami jabarkan diantaranya :
1.2.1 Bagaimana cara kerja Sistem Kelistrikan yang diterapkan pada
Bangunan Ace Hardware Central Park Kuta serta komponen dan
layout penempatan sistem?
1.2.2 .Apa saja yang menjadi komponen Sistem Kelistrikan untuk
memenuhi kebutuhan pasokan listrik pada bangunan Ace Hardware?
1.2.3. Bagaimana cara kerja Sistem Pencahayaan Buatan yang diterapkan
pada Bangunan Ace Hardware Central Park Kuta?
1.2.4. Sistem Pencahayaan Buatan apa saja yang diaplikasikan pada
Bangunan Ace Hardware Central Park Kuta?

1.3. TUJUAN
Berdasarkan pada rumusan masalah yang dijabarkan di atas, tujuan
penyusunan makalah ini diantaranya :
1.3.1. Mengetahui cara kerja Sistem Kelistrikan yang diterapkan pada
bangunan Ace Hardware Central Park Kuta serta komponen dan
layout penempatan sistem.
1.3.2. Mengetahui komponen Kelistikan yang menunjang kebutuhan listik
pada bangunan Ace Hardware.
1.3.4. Mengetahui cara kerja Sistem Pencahayaan Buatan yang diterapkan
pada bangunan Ace Hardware Central Park Kuta.
1.3.5. Mengetahui Sistem Pencahayaan Buatan yang diaplikasikan pada
Bangunan Ace Hardware Central Park Kuta.

2
1.4. MANFAAT

Dengan mengetahui cara kerja Sistem k Pencahayaan Buatan pada


Bangunan Ace Hardware Central Park Kuta mahasiswa diharapkan dapat
mendesain bangunan dengan memperhatikan keperluan ruang dari sistem-sistem
tersebut, sehingga dapat menrancang hubungan ruang yang sesuai dengan
kebutuhan. Dengan mengetahui hal-hal tersebut mahasiswa dapat memperhatikan
penempatan ruang-ruang tersebut sesuai kebutuhan dan tidak mengganggu
pengunjung baik dari segi view, kenyamanan dan keamanan.

BAB II
METODE DAN OBJEK

2.1. METODE PENGUMPULAN DATA


Data yang kami peroleh didapatkan dengan melakukan studi langsung
kelapangan, hal yang dilakukan untuk memperoleh data antara lain :
1. Wawancara sumber, pada kasus kali ini yang kami wawancarai adalah
Chief Engineering Ace Hardware Central Park Kuta yaitu Bapak Wira
Putra serta Staff Engineering yaitu Bapak Andri Parwata
2. Observasi ke objek, melihat langsung komponen-komponen yang ada serta
melakukan dokumentasi

2.2. METODE ANALISA


Data yang telah kami peroleh kemudian dianalisa dengan metode studi
pustaka. Data yang ada kami bandingkan dengan materi perkuliahan yang sudah
kami dapatkan sebelumnya, sehingga kami dapat melihat penerapan materi yang
telah kami pelajari sebelumnya di lingkungan yang sebenarnya.

3
2.3. IDENTITAS OBJEK

Gambar 1. Lokasi Ace Hardware Central Park Kuta


Sumber: Google Maps

Bangunan yang digunakan sebagai objek kali ini adalah Ace Hardware
Central Park Kuta yang terletak di Jln. Patih Jelantik, Kuta Galeria, Kuta, Bali.

Gambar 2. Lokasi Ace Hardware Central Park Kuta


Sumber: Google Maps

4
Gambar 3. Fasad Ace Hardware Central Park Kuta
Sumber: Dokumen Pribadi

Ace Hardware Corporation (AHC) merupakan perusahaan ritel global


yang berdiri pertama kali pada tahun 1924 di Chicago, Amerika Serikat, dengan
pendirinya bernama Richard Hesse. Dan sejak saat itu, AHC terus berkembang
pesat. Ace Hardware yang kami observasi ini merupakan sebuah mall yang
menyediakan segala keperluan rumah tangga maupun keperluan untuk industry
property lainnya. Pada bangunan terdiri dari 3 lantai, lantai bawah menyediakan
keperluan rumah tangga yang mendasar, lantai 2 peralatan outdoor dan indoor,
lantai 3 menyediakan furniture indoor dan outdoor.

5
Bab III
TINJAUAN TEORI
3.1 Sistem Power Kelistrikan

Pada sub bab 3.1 akan membahas mengenai Sistem Power Kelistrikan, hal
yang dibahas diantaranya mengenai pengertian, jenis pembangkit listrik, system-
sistem hingga komponennya.

3.1.1 Pengertian Power Kelistrikan


Sistem Kelistrikan adalah sistem pemanfaatan dengan menggunakan
energi listrik dengan cara pendistribusian ke seluruh bangunan. Sistem kelistrikan
memiliki fungsi yang sangat penting karena komponen yang digunakan pada
bangunan sebagian besar menggunakan energi listrik. Sistem distribusi elektrikal
adalah suatu sistem yang didesain dan dibangun untuk memasok daya listrik bagi
sekelompok beban, dan hal tersebut merupakan suatu sistem yang cukup
kompleks, dimulai dari instalasi sumber sampai instalasi beban/load. Sesuai
dengan batasan, sistem distribusi elektrikal yang dibahas adalah instalasi listrik
dalam gedung, dengan pasokan tegangan menegah (TM) dari sumber PLN,
sumber cadangan dari genset, sumber daya listrik darurat serta uninterruptible
power supply. Pada dasarnya, Listrik dihantarkan oleh kabel yang berfungsi
sebagai konduktor. Kabel yang digunakan beragam jenis dan dengan ukuran yang
biasanya disesuaikan dengan penggunaan tingkat tegangan yang perlu
dihantarkan. Selanjutnya, kabel diberi warna untuk membedakan bagi
penggunanya dalam instalasi jaringan listrik. Sistem bisa menyeluruh mencakup
semua perangkat elektronik, bahkan sampai mengatur terang gelap dan sorot
lampu, atau parsial (hanya piranti elektronik tertentu seperti sistem lighting dan
keamanan).

3.1.2 Jenis-jenis Pembangkit Tenaga Listrik

6
Pembangkit Tenaga Listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik,
pada Pembangkit Tenaga Listrik terdapat peralatan elektrikal, mekanikal, dan
bangunan kerja. Terdapat juga komponen-komponen utama pembangkitan yaitu
generator, turbin yang berfungsi untuk mengkonversi energi (potensi) mekanik
menjadi energi (potensi) listrik.

Pada gambar diatas diilustrasikan bahwa listrik yang dihasilkan dari pusat
pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, panas bumi,
nuklir, dll) untuk menggerakkan turbin yang porosnya dikopel/digandeng dengan
generator. dari generator yang berputar menghasilkan energi listrik. Energi listrik
yang dihasilkan disalurkan ke gardu induk melalui jaringan transmisi, kemudian
langsung di distribusikan ke konsumen melalui jaringan distribusi.

Berikut jenis-jenis pembangkit tenaga listrik yang ada :

 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


PLTMH ini adalah pembangkitan listrik yang memanfaatkan tenaga air, tetapi
dalam skala kecil, biasanya PLTMH
ini dibangun untuk daerah-daerah
terpencil yang susah terjangkau oleh
PLN.

 Pembangkit Listrik Tenaga Air


(PLTA)
PLTA merupakan pusat
pembangkitan listrik yang

7
menggunakan energi potensial yang dihasilkan oleh air, sehingga dapat
memutarkan turbin air dan menngerakkan generator. Pola PLTA ini dapat
menggunakan sistem bendungan atau aliran sungai (run of river)

 Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU)


PLTU adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk
menghasilkan energi listrik. Bentuk
utama dari pembangkit listrik jenis ini
adalah Generator yang dihubungkan
ke turbin yang digerakkan oleh tenaga
kinetik dari uap panas/kering.
Pembangkit listrik tenaga uap
Gb. PLTU menggunakan berbagai macam bahan
bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFO untuk start up awal.

 Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)


Pada dasarnya PLTGU adalah gabungan
dari PLTG dan PLTU yang dikombinasikan,
PLTGU sangat efektif dikarenakan
pemanfaatan energi yang sangat efisien,
dengan menggunakan satu macam bahan
bakar dapat menggerakkan dua turbin, yaitu
tubin gas dan turbin uap.
 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
PLTP merupakan pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi dari panas bumi,
sehinnga dapat memanaskan ketel uap, dan
uap yang dihasilkan dugunakan untuk
menggerakkan turbin.

Gb. PLTP

 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

8
PLTD adalah pembangkit listrik
yang menggunakan tenaga mesin
diesel sebagai penggerak untuk
memutarkan turbin.

Gb. PLTD
3.1.3 Sistem-sistem Kelistrikan/Power
Penggolongan sistem yang dilakukan yaitu berdasarkan sumber daya yang
digunakan, yaitu berdasarkan sumber dari PLN, sumber cadangan dari genset,
sumber daya listrik darurat serta uninterruptible power supply. Berikut uraian dari
masing-masing sistem :
a. Sistem sumber daya listrik PLN
Sebagai sumber daya listrik utama yang disiapkan untuk melayani keseluruhan
kebutuhan beban listrik. Berikut alur sistem nya :
b. Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik
Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit
tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada
tingkat tegangan yang diperlukan. Sistem tenaga listrik ini terdiri dari unit
pembangkit, unit transmisi dan unit distribusi. Sistem pendistribusian tenaga
listrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem pendistribusian langsung
dan sistem pendistribusian tak langsung.
 Sistem Pendistribusian Langsung
Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang
dilakukan secara langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, dan tidak
melalui jaringan transmisi terlebih dahulu. Sistem pendistribusian langsung ini
digunakan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik berada tidak jauh dari pusat-
pusat beban, biasanya terletak daerah pelayanan beban atau dipinggiran kota.
 Sistem Pendistribusian Tak Langsung
Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik
yang dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat beban,
sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan transmisi sebagai
jaringan perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan distribusi yang
langsung menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.
1. Struktur Jaringan Distribusi
Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

9
o Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik

Gambar 1. Gardu Induk

o Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara
langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik. Biasanya Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
terletak di pingiran kota dan pada umumnya berupa Pusat Pembangkit Tenaga
Diesel (PLTD). Untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat beban
(konsumen) dilakukan dengan jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi
sekunder. Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak
langsung, maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik
adalah Gardu Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan
transmisi dan menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi primer.
o Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian
langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan
tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga
listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi
tegangan tinggi (JDTT) memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk
wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada
tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang dapat mengganggu

10
frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon. Sifat pelayanan sistem
distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen yang harus dilayani
mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda. Sistem distribusi harus dapat
melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen
di daerah terpencil. Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen perumahan
dan konsumen dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari
saluran udara dan saluran bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa
persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu
kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.

o Gardu Pembagi/Gardu Distribusi


Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi
tegangan terpakai yang digunakan untuk
konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi
skunder. Kapasitas transformator yang digunakan
pada Gardu Pembagi ini tergantung pada jumlah
beban yang akan dilayani dan luas daerah
pelayanan beban. Bisa berupa transformator satu
fasa dan bisa juga berupa transformator tiga fasa.

Gambar 2. Gardu
Distribusi Jenis Tiang
o Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder atau
jaringan distribusi tegangan rendah
(JDTR) merupakan jaringan tenaga
listrik yang langsung berhubungan
dengan konsumen. Oleh karena itu
besarnya tegangan untuk jaringan
distribusi sekunder ini 130/230 V dan
130/400 V untuk sistem lama, atau
230/400 V untuk sistem baru.
Tegangan 130 V dan 230 V merupakan

Gambar 3. Jaringan Distribusi


Sekunder 11
tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400 V merupakan
tegangan fasa dengan fasa. E.

Persyaratan Sistem Distriusi Tenaga Listrik Dalam usaha meningkatkan kualitas,


keterandalan, dan pelayanan tenagalistrik ke konsumen, maka diperlukan
persyaratan sistem distribusi tenaga listrik yang memenuhi alasan-alasan teknis,
ekonomis, dan sosial sehingga dapat memenuhi standar kualitas dari sistem
pendistribusian tenaga listrik tersebut. Adapun syarat-syarat sistem distribusi
tenaga listrik tersebut adalah :
Faktor Keterandalan Sistem
Kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen harus terjamin selama 24 jam
terus-menerus. Persyaratan ini cukup berat, selain harus tersedianya tenaga listrik
pada Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dengan jumlah yang cukup besar, juga
kualitas sistem distribusi tenaga listrik harus dapat diandalkan, karena digunakan
secara terus-menerus. Untuk hal tersebut diperlukan beberapa cadangan, yaitu
cadangan siap, cadangan panas, dan cadangan diam.
1) Cadangan siap
adalah suatu cadangan yang didapat dari suatu pembangkit yang tidak dibebani
secara penuh dan dioperasikan sinkron dengan pembangkitlain guna
menanggulangi kekurangan daya listrik.
2) Cadangan panas
adalah cadangan yang disesuaikan dari pusat pembangkit tenaga termis dengan
ketel-ketel yang selalu dipanasi atau dari PLTA yang memiliki kapasitas air yang
setiap saat mampu untuk menggerakkannya.
3) Cadangan diam
adalah cadangan dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang tidak
dioperasikan tetapi disediakan untuk setiap saat guna menanggulangi kekurangan
daya listrik. Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diisolir
sehingga pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alat-alat pengaman
dan alat pemutus tegangan (air break switch) pada setiap wilayah beban. Sistem
proteksi dan pengaman jaringan harus tetap dapat bekerjadengan baik dan cepat.

12
Faktor Kualitas Sistem
Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus memenuhi persyaratan
minimal untuk setiap kondisi dan sifat-sifat beban. Oleh karena itu diperlukan
stabilitas tegangan (voltage regulator)yang bekerja secara otomatis untuk
menjamin kualitas tegangan sampai ke konsumen stabil. Tegangan jatuh atau
tegangan drop dibatasi pada harga 10 % dari tegangan nominal sistem untuk
setiap wilayah beban. Untuk itu untuk daerah beban yang terlalu padat diberikan
beberapa voltage regulator untuk menstabilkan tegangan. Kualitas peralatan listrik
yang terpasang pada jaringan dapat menahan tegangan lebih (over voltage) dalam
waktu singkat.
Faktor Keselamatan Sistem dan Publik
Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga listrik harus terjamin
dengan baik. Artinya, untuk daerah padat penduduknya diperlukan rambu-rambu
pengaman dan peringatan agar penduduk dapat mengetahui bahaya listrik. Selain
itu untuk daerah yang sering mengalami gangguan perlu dipasang alat pengaman
untuk dapat meredam gangguan tersebut secara cepat dan terpadu. Keselamatan
alat dan perlengkapan jaringan yang dipakai hendaknya memiliki kualitas yang
baik dan dapat meredam secara cepat bila terjadi gangguan pada sistem jaringan.
Untuk itu diperlukan jadwal pengontrolan alat dan perlengkapan jaringan secara
terjadwal dengan baik dan berkesinambungan.
Faktor Pemeliharaan Sistem
Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara berkesinam-bungan
sesuai dengan perencanaan awal yang telah ditetapkan, agar kualitas sistem tetap
terjaga dengan baik. Pengadaan material listrik yang dibutuhkan hendaknya sesuai
dengan jenis/ spesifikasi material yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan kualitas
sistem yang lebih baik dan murah.
Faktor Perencanaan Sistem
Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang semaksimal mungkin, untuk
perkembangan dikemudian hari. Persyaratan sistem distribusi seperti diatas hanya
bisa dipenuhi bila tersedia modal (investasi) yang cukup besar, sehingga sistem
bisa dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang mempunyai kualits tinggi. Selain
pemeliharaan sistem yang berkesinambungan sesuai jadwal yang ditentukan,
seringkali berakibat fatal pada sistem jaringan justru karena kelalaian dalam cara
pemeliharaan yang sebenarnya, disamping perencanaan awal yang kurang

13
memenuhi syarat. Untuk sistem tenaga listrik yang besar (power utility) biaya
untuk sistem distribusi bisa mencapai 50 % - 60 % investasi keseluruhan yang
diperlukan untuk sistem tenaga listrik. Apalagi sistem distribusi merupakan bagian
yang paling banyak mengalami gangguan-gangguan sehingga bisa mengganggu
kontinuitas aliran tenaga listrik pada konsumen.

Sumber energi listrik dari selain PLN berasal dari unit Generator Set (genset).
Generator Set (genset) berfungsi sebagai pensuplai daya listrik cadangan yang
dapat bekerja apabila daya listrik utama dari PLN terputus. Genset ini terhubung
dan dikontrol dengan Panel Kontrol Genset (PKG). PKG terhubung dengan unit
Panel Utama Tegangan Rendah (LVMDP). PKG akan menghidupkan genset dan
mensuplai tegangan ke LVMDP bilamana terjadi gangguan pada sumber PLN,
sehingga akan memberikan pelayanan yang kontinyu terhadap ketersediaan
sumber tenaga listrik dan diharapkan dengan sistem tersebut kehandalan sistem
energi listrik akan terpenuhi. Panel Utama Tegangan Rendah atau Low Voltage
Main Distribution Panel (LVMDP) berfungsi menerima daya listrik dari

14
transformer atau genset/PKG untuk selanjutnya didistribusikan ke panel-panel
distribusi tegangan rendah. LVMDP ini menerima daya listrik dari Trafo atau
PKG. Pembagian distribusi listrik ke panel-panel distribusi tegangan rendah dari
outgoing LVMDP menuju ke panel adalah sebagai berikut :Panel Sub Distribusi
menggunakan jenis kabel NYY yang selanjutnya mendistribusikan menuju panel
distribusi. Fungsi dari panel-panel distribusi ini antara lain :
o Mendistribusikan daya listrik sesuai kebutuhan ( penerangan & stop kontak).
o Mendistribusikan daya listrik ke panel kontrol pompa, AC, elektronik, dll
o Mendistribusikan daya listrik ke mesin-mesin penunjang produksi.

Kabel yang digunakan untuk instalasi penerangan dan stop kontak adalah jenis
kabel NYA, sedangkan kabel yang digunakan untuk power (pompa, lift, dll)
adalah jenis kabel NYY, untuk jenis kabel khusus seperti yang digunakan pada
electric pump pada pompa pemadam kebakaran menggunakan jenis kabel FRC
(Fire Resistance Cable). Pada sistem manual, generator harus dinyalakan dengan
cara memutar turbin. Selanjutnya ketiga daya telah terkumpul dan disalurkan ke
LVMDP panel tersebut dinyalakan agar mendistribusi daya ke panel-panel yang
ada. Untuk sistem otomatis menggunakan ACOS ( Automatic Change Over
System ) yang berguna untuk langsung mengganti sumber daya ketika sumber
daya utama padam. Alat ini akan membuat mesin diesel sebagai penggerak
generator langsung menyala ketika listrik padam sehingga dihasilkan tenaga listrik
dan tidak menggalami gangguan atau pemutusan. Panel ACOS merupakan
gabungan dari sistem magnetik, sistem elektronik, sistem manual.

Pengamanan sangat diperlukan pada sumber daya cadangan ini ( generator ),


beberapa pengamanan yang harus dilakukan guna menanggulangi beberapa kasus
tertentu
o Pengamanan hubungan singkat

BUS GEN.

CB CT
Beban
GEN.

OCR
MCCB 15
 Relai ini mengamankan generator dari beban lebih atau gangguan hubungan
singkat
 Pengaman :
 OCR (51) untuk generator sedang dan besar
 MCCB untuk generator kecil

o Pengamanan tegangan kurang

BUS GEN.

CB
Beban
GEN. PT

 Penyebab UVR
 Generator mengalami beban lebih
 Gangguan hubungan singkat di sistem
 AVR ( Automatic Voltage Regulator )generator mengalami kerusakan
 Akibat
 Dapat merusak belitan motor
 Pengaman
 UVR ( Under Voltage Relay ) (27)
o Pengamanan tegangan berlebih (overload)

BUS GEN.

CB
Beban
GEN. PT

UVR
 Penyebab
 Lepasnya beban
 Akibat
 Generator mengalami kapasitif
 AVR generator mengalami kerusakan bila berlanjut
 Pengaman
 Device Number Over Voltage Relay (59)

 Sistem sumber daya listrik darurat (EPSS)

16
Emergency Power
Supply yaitu sumber daya
tenaga listrik cadangan yang
bebas yang berfungsi ketika
sumber daya utama tidak ada
atau gagal. Sumber daya ini
akan secara otomatis
memberikan daya listrik
selama waktu tertentu, terutama untuk peralatan-peralatan kritis. Cadangan energi
dapat disimpan melalui baterai atau panel-panel cadangan. Kemudian akan
langsung aktif menyuplai listrik ketiga terjadi pemadaman, biasanya terdapat pada
bangunan-bangunan tinggi dan vital seperti rumah sakit ataupun hotel. Suplai
daya ini digunakan dalam emergency sistem bangunan untuk evakuasi. Daya yang
masuk ke masing-masing komponen akan berasal dari EPSS dan Main Sources,
sehingga membuat perubahan alih daya menjadi lebih cepat.

17
Gambar 4. EPS System

Sumber : www.schneider-electric.com

 UPS ( Uninterruptible Power Supply )


Merupakan suatu sistem yang dirancang untuk memberikan daya tanpa
penundaan bila sumber daya utama tak mampu bekerja sesuai harapan. Prinsip
kerja dari UPS yaitu ketika terjadi kenaikan tajam, kerendahan, gelombang dan
juga penyimpangan yang disebabkan oleh alat pembangkit tenaga listrik. UPS
akan beralih dalam mode on battery dan mulai menyuplai daya yang lebih stabil.
Jika listrik memiliki kualitas yang kurang UPS juga akan sering beralih pada
mode on battery. Waktu paling lama yang dapat diberikan UPS berkisar 15-30
menit tergantung pada jenis battery yang digunakan.

Gambar 5. UPS System


3.1.4 Komponen Serta Kapasitasnya dalam
Sistem Power/Kelistrikan
Berikut ini beberapa peralatan-peralatan yang umumnya digunakan dalam
instalasi kelistrikan antara lain :
1. Penghantar
Penghantar adalah bahan yang digunakan untuk menghubungkan suatu titik ke
titik yang lain. Penghantar yang digunakan untuk instalasi listrik adalah berupa

18
kawat berisolasi atau kabel. Jenis penghantar yang lazim digunakan adalah
tembaga dan aluminium.
 Kabel Tembaga
Tembaga yang digunakan untuk penghantar pada umumnya tembaga elektrostatis
dengan kemurnian 99,5 %.
 Kabel Aluminium
Berat aluminium jauh lebih ringan dibanding berat tembaga. Aluminium untuk
beban penghantar pada umumnya berupa aluminium murni, yaitu dengan
kemurnian sekurang – Kurangnya 99,5% juga dengan tahanan jenis
yang tidak boleh melebihi 0,028264 Ohm.
 Rel ( busbar )
Rel mempunyai sifat kaku dan merupakan penghantar pejal yang dibuat dari
berbagai bentuk seperti segi empat, batang, pipa persegi maupun berongga.
Pemilihan Jenis dan Ukuran Penghantar. Ukuran luas penampang penghantar dan
jenis penghantar yang dipasang dalam suatu instalasi penerangan maupun instalasi
daya ditentukan berdasarkan :
1. Kemampuan Hantar Arus (KHA) dari penghantar.
2. Jatuh tegangan yang diperbolehkan.
3. Temperatur Sekitar dan Sifat Lingkungan.
4. Kekuatan Mekanis Penghantar.
5. Kemungkinan perluasan.
Dalam suatu instalasi baik instalasi daya maupun instalasi penerangan digunakan
berbagai jenis kabel, antara lain :
 Kabel NYM
Kabel NYM adalah penghantar yang terbuat dari tembaga polos berisolasi PVC,
yang uratnya satu hingga lima. Kabel NYM, kapasitasnya 300V/500V
penggunaannya untuk instalasi permanen dalam pipa penghantar yang diplester
atau kawat memanjang di lokasi kering. Jika lebih dari satu, urat-uratnya dibelit
menjadi satu dan kemudian diberi lapisan pembungkus
inti dari karet atau plastic lunak agar bentuknya menjadi
bulat. Lapisan pembungkus inti harus lunak, agar mudah
dikupas pada waktu pemasangan. Setelah itu kabel diberi
selubung PVC berwarna putih.

 Kabel NYY
Pada prinsipnya susunan kabel NYY sama dengan
susunan kabel NYM. Hanya saja tebal isolasi dan
Gambar 6. Gambar Kabel NYM

Sumber :
19
http://www.indotrading.com/kabel
tebal luarnya serta jenis PVC yang
digunakan berbeda. Warna selubung luarnya hitam, uratnya juga dapat berjumlah
satu sampai lima. Kabel NYY banyak digunakan untuk instalasi industri didalam
gedung maupun di alam terbuka. NYY juga dapat ditanam dalam tanah, asalkan
diberi pelindung secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan
mekanis. Kabel NYY kapasitasnya 600V/1000V penggunaannya untuk
pemasangan instalasi dalam dan luar ruangan atau diletakkan di tanah yang tidak
ada kemungkinan kerusakan mekanik yang menjalar.

 K
aGambar 7. Gambar Kabel NYY bel
Sumber : NYFGbY
http://www.indonetwork.co.id/
sinar_bakti_mulia/452784

Penghantar ini adalah jenis penghantar/kabel


tanah thermoplastic berperisai yang paling
banyak digunakan di Indonesia. Uratnya terdiri dari
penghantar tembaga tanpa lapisan timah putih, dengan
isolasi PVC. Jumlah uratnya kebanyakan tiga atau empat
dan kadang-kadang dua. Urat-uratnya ini dibelit menjadi
satu, Kemudian diberi lapisan pembungkus inti dari karet
atau plastik
Gambar 8. Gambar Kabel NYFGbY
lunak, dan perisai kawat
Sumber : baja pipih berlapis seng. Lapisan
http://www.indonetwork.co.id/sinar_ba
seng tersebut berfungsi untuk
kti_mulia/452784
melindungi perisai dari korosi,
kabelnya diberi selubung luar

20
PVC berwarna hitam. Kabel NYFGbY, kapasitasnya 600V/1000V penggunaannya
untuk instalasi langsung yang ditanam di dalam dan luar ruang
 Kabel NYA
Kabel jenis ini di gunakan untuk instalasi dengan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2.
Berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, Kode warna isolasinya berwarna
merah, kuning, biru dan hitam. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah
cacat, tidak tahan air karena NYA adalah tipe kabel udara dan mudah digigit tikus.
 Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga serabut
berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan
fleksibelitas yang tinggi, kabel jenis ini sangat cocok untuk tempat yang
mempunyai belokan – belokan tajam. Digunakan pada lingkungan yang kering
dan tidak dalam kondisi yang lembab/basah atau terkena pengaruh cuaca secara
langsung.
 Kabel NYCY
Kabel ini dirancang untuk jaringan listrik dengan penghantar konsentris dalam
tanah, dalam ruangan, saluran kabel dan alam terbuka. Kabel protodur dengan dua
lapis pelindung pita CU Kabel. Instalasi ini bisa ditempatkan di luar atau di dalam
bangunan, baik pada kondisi lembab maupun kering.
 Kabel BC
Kabel ini dipilin/stranded, dan disatukan. Ukuran / tegangan maksimalnya
mencapai 6 – 500 mm2 / 500 V. Kabel BC biasa digunakan untuk saluran diatas
tanah dan penghantar pentanahan.
 Kabel AAAC
Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon, keterhantaran elektris tinggi
yang berisi magnesium silicide, untuk memberi sifat yang lebih baik. Kabel ini
biasanya dibuat dari paduan aluminium 6201. AAAC mempunyai suatu anti karat
dan kekuatan yang baik, sehingga daya hantarnya lebih baik.

 Kabel ACSR
Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari aluminium berinti
kawat baja. Kabel ini digunakan untuk saluran-saluran Transmisi tegangan tinggi,
dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka
dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar
ACSR.
 Kabel ACAR

21
Kabel ACAR yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam
campuran, sehingga kabel ini lebih kuat daripada kabel ACSR.
 Kabel NYMHYO
Merupakan kabel jenis serabut dengan berintikan dua serabut. Kabel ini biasanya
digunakan untuk soundsystem, loudspeaker, virtual video. Jenis kabel ini mampu
menghantar hingga 700 VA sehingga aman..
 Kabel NYMHY
Kabel jenis ini khusus direkomendasikan untuk digunakan sebagai penghubung
alat-alat rumah tangga yang sering dipindah pindah dan harus ditempat kering.
Kabel ini mempunyai isolasi plastic tahan panas. jika digunakan untuk
penghubung alat pemanas, maka pada titik sambungannya antar alat dengan kabel,
temperaturnya tidak boleh lebih dari 85 derajat Celcius, karena hal tersebut dapat
membahayakan kabel itu sendiri.
2. Sakelar
Sakelar digunakan untuk
memutuskan dan menghubungkan
rangkaian listrik. Macam dan jenis saklar
ini bermacam-macam dimana masing-

Gambar 9. Gambar Berbagai Jenis Kabel

Sumber : http://www.kabeltray.co.id/news-and-info/jenis-jenis-
kabel-listrik/
masing disesuaikan dengan penggunaanya. Setiap saklar yang melayani setiap
sirkit utama atau sirkit cabang mempunyai arus nominal tidak kurang dari
kerbutuhan maksimum dari bagian instalasi yang dilayani sirkit
yang bersangkutan, disamping itu arus nominal saklar, masuk arus mempunyai

22
syarat tidak kurang dari 10 A dan tidak kurang dari kebutuhan maksimum dari
sirkit.

Gambar 10. Gambar Saklar Tunggal Gambar 11. Gambar Saklar Tuas

Sumber : 3. Sumber :
http://profil.widodoonline.com/Elek http://profil.widodoonline.com/Elek
tronika/komponen/komponen- tronika/komponen/komponen-
pasif/saklar.html pasif/saklar.html
Stop Kontak
Stop kontak merupakan salah satu
komponen instalasi listrik yang berfungsi
sebagai terminal penghubung antara steker
dengan PLN, tipe dan jenis stop kontak
bermacam- macam antara lain ada yang ditanam dalam tembok (IB) dan
di luar tembok(OB). Bentuknya bermacam-macam ada yang bulat dan ada juga
yang berbentuk persegi.
Gambar 12. Gambar Stop Kontak Terminal pada stop kotak ada
tiga jalur yaitu untuk jalur
positif, untuk jaur negatif dan untuk jalur pentanahan (grounding).

4. Fitting

Gambar 13. Fitting Lampu

Sumber : http://lenkaindonesia.com/

Fitting adalah suatu alat untuk menghubungkan lampu dengan kawat-kawat


jaringan listrik secara aman. Sambungan lampu dengan kawat-kawat jaringan
listrik harus dilakukan secara aman dan untuk menciptakan keamanan pada
pemasangan lampu dapat menggunakan fitting. Berdasarkan pemakaiannya

23
Gambar 14. Pipa PVC untuk
Instalasi

Sumber :
http://www.google.com/
bentuk fitting terdapat beberapa macam, yaitu
fitting tempel, fitting gantung, fitting bayonet, kombinasi fitting dengan stop
kontak dan lain-lain.

5. Pipa Instalasi

Pipa instalasi mempunyai fungsi sebagai pelindung terhadap kawat hantar, dengan
jalan memasukan kabel ke dalam pipa agar terlindungi. Pipa yang sering
digunakan berupa pipa paralon yang terbuat dari plastic PVC. Pemasangannya
bisa di dalam tembok dan di luar tembok. Hal ini dimaksudkan agar isolasi
hantaran terlindungi dengan baik dan lebih mempunyai daya tahan.

6. Kotak Sambungan

Gambar 15. Kotak Sambungan


Penyambungan atau percabangan
Sumber : http://www.scribd.com/
hantaran listrik pada instalasi
dengan pipa harus dilakukan dalam kontak sambungan, hal ini dimaksudkan
untuk melindungi sambungan atau percabangan hantaran dari gangguan yang

24
membahayakan. Pada umumnya bentuk sambungan yang digunakan pada kontak
sambungan ekor babi (pigtail), kemudian setiap sambungan ditutup dengan lasdop
setelah diisolasi. Selain itu pada hantaran lurus memanjang perlu dipasang kontak
sambung lurus setiap panjang tertentu penarik kabel unyuk memudahkan
penarikan hantaran. Pada kontak tarik ini apabila tidak terpaksa hataran tidak
boleh dipotong untuk kemudian disambungkan lagi.
7. Pengaman
Pengaman adalah suatu peralatan yang digunakan pada instalasi listrik
yang berfungsi untuk melindungi manusia atau peralatan yang tersambung pada in
stalasi itu jika terjadi arus gangguan akibat dari keadaan yang tidak normal.
Pemilihan pengaman yang baik adalah apabila dalam suatu instalasi listrik terjadi
suatu gangguan, maka hanya pengaman yang paling dekat dengan gangguan itu
saja yang bereaksi. Arus nominal dari pengaman tidak boleh melebihi kemampuan
hantar arus dari penghantar dari tempat yang dilindungi, kecuali bila tidak
terdapat pengaman yang mempunyai arus nominal
sama dengan kemampuan hantar arus penghantar, maka dapat digunakan
pengaman yang lebih besar atau setingkat.
Sekering tipe blade ini diberi kode warna untuk masing-masing tingkatan arus
dari 5 A sampai dengan 30 A. Berikut ini indentifikasi warna pada setiap kapasitas
sekering tipe blade :
5A : Coklat Kekuning-kuningan
7,5 A : Coklat
10 A : Merah
15 A : Biru
20 A : Kuning
25 A : Tidak Berwana (Transparan)
30 A : Hijau
Adapun pengaman yang digunakan dalam suatu sistem kelistrikan antara lain :
1. Pengaman Lebur ( Fuse)
2. Miniatur Circuit Breaker ( MCB )
3. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)
4. No Fuse Breaker (NFB)
5. Thermal Overlay Relay ( TOR )

25
Gambar 16. MCB

Sumber : http://www.google.com/

8. Panel
Panel merupakan box atau wadah tempat rangkaian
pengontrolan tertentu yang fungsinya menjaga
keamanan dan keselamatan dari rangkaian
terhadap gangguan yang mungkin akan
mengganggu atau panel merupakan salah satu
pengaman, pengontrolan dan dari sudatu jaringan
listrik. Panel berguna untuk memahami suatu
Gambar 17. Panel rangkaian listrik panel tersebut macam – macam
penggunaanya adanya yang digunakan sebagai
Sumber :
distribusi, penerangan daya dan lain – lain.
press.com/

9. Kontaktor

Gambar 18. Panel

Sumber :

http://www.google.co.id/

Kontaktor adalah komponen pengendali yang digunakan sebagai saklar


kontak yang bekerja memanfaatkan daya magnet . Kontaktor mempunyai 3

26
kontak utama dan 2 kontak bantu yaitu kontak NO (Normaly Open) dan
NC(Normaly Close) kondisi normal tertutup serta konektor - konektor kumparan
magnet. Tegangan yang terlalu tinggi pada kumparan kontaktor menyebabkan
berkurangnya atau sering rusaknya kumparan, sedangkan tegangan yang terlalu
rendah menyebabkan tekanan antara kontak-kontak dri kontaktor menjadi
berkurang dan dapat menimbulkan bunga api pada permulaanya yang dapat
merasakan kontak-kontak. Pengoperasian kontaktor biasanya dilengkapi dengan
tombol tekan (Push Boton) sebagai pemasok tegangan awal. Tombol tekan
dihubungkan seri dengan kontaktor, cara kerjanya adalah,apabila tombol tekan
ditekan maka arus yang mengalir dalam coil yang menimbulkan magnet, sehingga
anak kontaknya akan tertarik yaitu anak kontak NO menjadi NC dan anak kontak
NC menjadi NO. Pada tombol tekan ini bekerja hanya sesaat (selama ditekan)
makadibutuhkan anak kontak dari kontaktor yang difungsikan sebagai
penngunciapabila tombol tekan dilepaskan maka kontaktor akan tetap beroperasi.
Maka dari itu dibutuhkan anak kontak NO yang dirangkai parallel dengan
kontaktor itu sendiri, selain dari anak kontak kontaktor juga memiliki kontak
utama yang manadifungsikan untuk supplay beban yang diinginkan. Kontaktor
memiliki tegangan maksimal 690V 50Hz atau 60 Hz dan arus sampai 780A dari
6A
Komponen – Komponen Instalasi Listrik Cadangan (Generator Set/GENSET)

Gambar 19. Mesin


Genset

Sumber :

http://dunia-
listrik.blogspot.com/20
09/10/generator-set-
genset.html

Ketika terjadi pemadaman catu daya utama (PLN) maka dibutuhkan suplai
cadangan listrik dan pada kondisi tersebut Generator-Set diharapkan dapat
mensuplai tenaga listrik terutama untuk beban-beban prioritas. Genset dapat

27
digunakan sebagai sistem cadangan listrik atau "off-grid" (sumber daya yang
tergantung atas kebutuhan pemakai). Genset sering digunakan oleh rumah sakit
dan industri yang membutuhkan sumber daya yang mantap dan andal (tingkat
keandalan pasokan yang tinggi) dan juga untuk area pedesaan yang tidak ada
akses untuk secara komersial dipasok listrik melalui jaringan distribusi PLN
yang ada. Suatu mesin diesel generator set terdiri dari :
3.2 Prime mover atau pengerak mula, (mesin diesel)
Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut dengan
motor bakar, untuk memperoleh energi termalnya. Untuk membangkitkan listrik,
sebuah mesin diesel dihubungkan dengan generator dalam satu poros (poros dari
mesin diesel dikopel dengan poros generator). Kapasitas mesin diesel sampai 40
KVA.
Keuntungan pemakaian mesin diesel sebagai penggerak mula :
o Desain dan instalasi sederhana
o Auxilary equipment (peralatan bantu) sederhana
o Waktu pembebanan relatif singkat
Kerugian pemakaian mesin diesel sebagai Penggerak mula
 Berat mesin sangat berat karena harus dapat menahan getaran serta kompresi
yang tinggi.
 Starting awal berat, karena kompresinya tinggi yaitu sekitar 200 bar.
 Semakin besar daya maka mesin diesel tersebut dimensinya makin besar pula,
hal tersebut menyebabkan kesulitan jika daya mesinnya sangat besar.
 Konsumsi bahan bakar menggunakan bahan bakar minyak yang relatif lebih
mahal dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan bahan
bakar jenis lainnya, seperti gas dan batubara.
3.3 AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch)
AMF merupakan alat yang berfungsi menurunkan down time dan meningkatkan
keandalan sistem catu daya listrik. AMF dapat mengendalikan transfer Circuit
Breaker (CB) atau alat sejenis, dari catu daya utama (PLN) ke catu daya cadangan
(genset) dan sebaliknya. Sedangkan ATS merupakan pelengkap dari AMF dan
bekerja secara bersama-sama.
3.4 Baterai
Battery merupakan suatu proses pengubahan energi kimia menjadi energi listrik
yang berupa sel listrik. Pada dasarnya sel listrik terdiri dari dua buah logam/
konduktor yang berbeda dicelupkan ke dalam larutan maka akan bereaksi secara
kimia dan menghasilkan gaya gerak listrik antara kedua konduktor tersebut.
Proses pengisian battery dilakukan dengan cara mengalirkan arus melalui sel-sel

28
dengan arah yang berlawanan dengan aliran arus dalam proses pengosongan
sehingga sel akan dikembalikan dalam keadaan semula. Battery yang digunakan
pada sistem otomatis GenSet berfungsi sebagai sumber arus DC pada starting
diesel.
3.5 Battery Charger
Alat ini berfungsi untuk proses pengisian battery dengan mengubah tegangan PLN
220V atau dari generator itu sendiri menjadi 12/24 V menggunakan rangkaian
penyearah. Battery Charger ini biasanya dilengkapi dengan pengaman hubung
singkat (Short Circuit) berupa sekering/ fuse.
3.6 Panel ACOS (Automatic Change Over Switch)
Merupakan panel pengendalian generator dan terdapat beberapa tombol yang
masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Tombol pengontrol operasi Gen
Set automatic, antara lain yaitu : Off, Automatic, Trial Service, Manual Service,
Manual Starting, Manual Stoping, Signal Test, Horn Off, Release, Start, Start
Fault, Engine Running, Supervision On, Low Oil Pressure, Temperature To High,
Generator Over Load.

Gambar 20. Panel pada Genset

Sumber :

http://dunia-
listrik.blogspot.com/2009/10/generator-set-
genset.html

4 Layout/Struktur Sistem Power/Kelistrikan

29
Gambar 21. Perletakkan Tipikal Pasokan
Listrik

Sumber :

http://dunia-
listrik.blogspot.com/2009/10/generator-set-

Pada skema pasokan listrik diatas menggunakan sistem grounding,


berikut uraian keterangan skema diatas :
 Pasakon daya listrik dari PLN ditampung pada Transformator
kemudian disalurkan melalui satu alur yang sama dengan Pembangkit
Listrik Cadangan dimana pada gambar diatas menggunakan
Generator Set.

30
 Dalam alur pasokan daya listrik dari PLN ataupun dari Generator Set
pertama – tama menyalurkan listrik kepada beberapa panel
diantaranya panel kebakaran, panel lampu darurat.
 Kemudian pasokan listrik tersebut mengalirkan arus listrik kepada 4
panel yang menyalurkan listrik ke beberapa daerah vital (Pompa, STP,
dll), yaitu panel 1 yang mengalirkan listrik keruang mesin, panel 2 ke
mesin tata udara, panel 3 ke mesin lift.
 Panel 4 menyalurkan listrik untuk 6 panel induk yang memasok aliran
listrik ke bagian gedung yaitu panel 5, 6 , 7, 8, 9, 10, 11, 12 (panel
induk).
 Panel 5 menyalurkan listrik ke bagian gedung A lantai 1 sampai 5.
Disela – sela gedung A lantai 3 dan 4 dihubungkan panel 6 yang dapat
membantu aliran listrik ke gedung A lantai 4 dan 5.
 Sama seperti panel 5, panel 7 menyalurkan listrik ke bagian gedung
B lantai 1 sampai 5. Disela – sela gedung B lantai 3 dan 4
dihubungkan panel 8 yang dapat membantu aliran listrik ke gedung B
lantai 4 dan 5.
 Pada Loby memanfaatkan pasokan listrik yang didapat dari gedung B
lantai 1 yang mendapat aliran listrik dari panel 7.
 Agak sedikit berbeda dengan panel 5 hingga 8, panel 9 menyalurkan
listrik ke bagian gedung C lantai 4 dan 5 saja. Sedangkan panel 10
menyalurkan listrik pada bagian gedung C lantai 1 sampai 3.
 Pada panel 10 dalam waktu tertentu (kekurangan daya)
memanfaatkan pembangkit listrik cadangan yang dalam hal ini
menggunakan generator set.
 Panel 11 dan 12 yang disediakan untuk keperluan tertentu, panel 11 -
12 dapat disebut sebagai panel cadangan.
 Ditengah peralihan gedung A,B, dan C lantai 2 dan 3 terdapat riser
(saluran ke atas) yang masing - masing terbagi atas zona kiri, zona
tengah, zona kanan.
Jika aliran listrik PLN terhenti, maka pasokan daya listrik yang diambil dari
pembangkit listrik cadangan (generator set), yang digerakan dengan bantuan

31
mesin disel. Genset diletakan dalam ruangan yang kedap suara, agar suara yang
ditimbulkan oleh mesin disel tidak mengganggu aktivitas dalam bangunan.

3.2 Sistem Pencahayaan Buatan

Pada sub bab 3.2 akan membahas mengenai Sistem Pencahayaan Buatan. hal
yang dibahas diantaranya mengenai pengertian, jenis pencahayaan buatan, jenis
lampu hingga system kerjanya.

3.2.1 Pengertian

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber


cahaya selain cahaya alami, secara umum cahaya tersebut berasal dari hasil karya
manusia berupa lampu yang berfungsi menyinari ruangan sebagai pengganti jika
sinar matahari tidak ada.

32
Cahaya buatan yang tidak baik tentunya akan mengganggu aktivitas
keseharian kita, misalnya ditempat kita bekerja. Bahkan, ada kalanya dengan
cahaya buatan yang baik akan mempertinggi aktivitas kita dalam bekerja jika
dibandingkan pada saat beraktivitas pada cahaya siang hari (alamiah).
Perkembangan cahaya buatan dimulai dari cahaya obor dari kayu, lampu
minyak tanah, lilin, lampu gas sampai pada lampu listrik. Setelah listrik
ditemukan, kemungkinan lampu-lampu jenis tradisiona tersebut akan ada yang
tidak dipergunakan lagi. Penerangan dibutuhkan agar mata kita merasa nyaman
bila melihat dan beraktivitas. Tingkat kenyamanan ini sebenarnya relatif bagi
setiap orang. Ada orang yang merasa nyaman dengan penerangan yang relatif
sedikit (gelap) dan ada pula yang merasa nyaman bila ruangannya terang
benderang dengan cahaya. Bila dirasa kurang terang, kebanyakan solusi yang
dipakai adalah menambah pencahayaan buatan dengan memasang lampu-lampu.
Penerangan buatan ini tidak diperlukan bila pencahayaan alami pada siang hari
dirasa sudah cukup.
Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri
maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail
serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
3. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat
kerja.
4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara
merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-
bayang.
5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.

Selain itu pencahayaan buatan akan diperlukan apabila :


1. Tidak tersedia cahaya alami.
2. Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari di siang hari.
3. Cahaya alami matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam
ruangan yang jauh dari jendela.
4. Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar
5. Diperlukan intensitas cahaya konstan.
6. Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah diatur.
7. Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus.
8. Diperlukan cahaya dengan efek khusus.

33
Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan
buatan untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut
ini :
 Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang
dan melengkapi pencahayaan alami.
 Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja
yang memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum.
 Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior,
apakah menyebar atau tefokus pada satu arah.
 Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian
ruangan yang diterangi atau tidak.
 Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya.
 Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah
tinggi atau rendah.

3.2.2 Jenis - jenis sistem pencahayaan buatan


A. Sistem Pencahayaan Utama (Primary Lighting Systems)
Berdasarkan Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan pada Bangunan
Gedung yang diatur dalam SNI 63-6575-2001, sistem pencahayaan dapat
dibedakan atas 3 macam yakni:

1. Sistem Pencahayaan Merata


Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan.
Sistem pencahayaan ini cocok untuk
ruangan yang tidak dipergunakan untuk
melakukan tugas visual khusus. Pada
sistem ini sejumlah armatur ditempatkan
secara teratur di seluruh langi-langit.

Gambar 2.2.1 Sistem Pencahayaan Merata

2. Sistem Pencahayaan Terarah

34
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu
arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek
karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang
menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya
sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya.
Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena
bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh
pencahayaan merata.
3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistemTera
Gambar 2.2.1 Sistem Pencahayaan ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya
tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat
bermanfaat untuk:
a. Memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti.
b. Mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah
tertentu.
c. Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus
yang ingin diterangi.
d. Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya.
e. Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan
tersebut.

Gambar 2.2.1 Sistem Pencahayaan Setempat

Selain 3 sistem diatas ada juga pendapat dari


Siswanto (1993:18) yaitu penerangan yang
digunakan dapat dibedakan menjadi 3 macam
sistem atau tipe yaitu :
1. Pencahayaan Umum (General Lighting)
Sistem pencahayaan ini harus menghasilkan iluminasi yang merata pada
bidang kerja dan bidang ini biasanya terletak pada ketinggian 30-60 inchi diatas
lantai. Untuk memenuhi persyaratan itu maka armatur harus dipasang simetris,

35
dan jarak lampu satu dengan lainnya perlu diperhatikan, dianjurkan antara 1,5-2
kali jarak antara lampu dan bidang kerja.
2. Pencahayaan Terarah (Localized General Lighting)
Pada tipe ini diperlukan bila intensitas penerangan yang merata tidak
diperlukan untuk semua tempat kerja tetapi hanya bagian tertentu saja yang
membutuhkan tingkat iluminasi, maka lampu tambahan dapat dipasang pada
daerah tersebut.
3. Pencahayaan Lokal (Local Lighting)
Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan khususnya untuk pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem pencahayaan ini dapat
menyebabkan kesilauan, maka pencahayaan lokal perlu dikoordinasikan
dengan penerangan umum

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka


diperlukan system pendistribusian cahaya yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
Berikut merupakan macam-macam pencahayaan berdasarkan cara distribusi
cahayanya:

1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)


Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan,
tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada
didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
2. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan
sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui
bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean
pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%
3. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangkan sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan

36
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan
dan kesilauan masih ditemui.
4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-
langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan
yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan
kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh
pada permukaan kerja.
B. Sistem Pencahayaan Tambahan (Secondary Lighting Systems)
1. Pencahayaan Aksen (Accent Lighting)
Pencahayaan aksen digunakan saat sebuah benda atau bagian benda perlu
ditonjolkan dengan sebuah penerangan cahaya. Tujuannya adalah untuk
menampilkan sesuatu yang paling menarik dari dekorasi interior dengan
menonjolkan bagian objek tersebut. Pencahayaan aksen bisa juga
dimaksudkan untuk memberi perhatian pada view tertentu. Iluminasi aksen
sebaiknya memiliki 10 kali lebih tinggi dibanding dengan pencahayaan
sekitarnya.

2. Pencahayaan Efek (Effect Lighting)


Jika pencahayaan aksen ingin menonjolkan bagian tertentu suatu objek
atau ruang, pencahayaan efek digunakan untuk menciptakan feature yang
atraktif. Dengan kata lain, cahaya inilah yang akan menjadi perhatian bukan
feature-nya. Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk menciptakan
pencahayaan yang atraktif antara lain melalui ceiling-recessed downlight
yang ingin menciptakan cahayayang atraktif pada dinding yang berdekatan
dengan plafon atau wall washing yang ingin menonjolkan objek atau tekstur
pada dinding. Juga ada background lighting yaitu teknik pencahayaan dari

37
arah belakang objek. Biasa digunakan pada dinding, rak-rak lemari, niches,
dan plafon (up ceiling atau drop ceiling).
3. Pencahayaan Dekoratif (Decorative Lighting)
Pada pencahayaan dekoratif, lampu dan fixture dengan sendirinya
merupakan objek untuk dilihat (misalnya lampu chandelier). Dalam memilih
decorative lighting fixtures harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu:
 Intensitas cahaya yang dibutuhkan.
 Gaya dan finishing, yaitu harus sesuai dengan tema interior ruang yang
diinginkan.
 Dimensi fixture yaitu harus sesuai dengan kebutuhan besaran ruang.

Contoh Pencahayaan Dekoratif

4. Pencahayaan Arsitektural
(Architectural Lighting)
Pencahayaan Arsitektural dapat berupa:
 Pencahayaan Cove
Merupakan pencahayaan secara tidak langsung pada plafon dari fixture yang
terpasang menerus pada dinding. Selain menghasilkan penyebaran cahaya
ambient dan halus, pencahayaan cove menimbulkan perasaan akan luasnya
ruang karena permukaan yang terang (dalam hal ini plafon seakan-akan
menjauh).
 Pencahayaan Coffer
Coffers atau kantung pada plafon dapat diiluminasi dengan berbagai cara.
Kantung yang besar seringkali memiliki cove lighting di sekitar tepi bawahnya

38
yang membuat mereka terlihat serupa dengan skylight. Kantung kecil
berbentuk persegi dapat teriluminasi melalui luminaire yang diletakkan dalam
ceruk.
 Pencahayaan pada dinding :
o Pencahayaan Valance (bracket)
Pencahayaan valance (bracket) mengiluminasi bidang atas dan bawah
pelindung dinding. Valance harus ditempatkan setidaknya 12 inci di
bawah plafon untuk mencegah terang berlebih pada plafon.
o Pencahayaan Cornice (Soffit)
Ketika bidang valance harus dipindahkan ke atas mendekati plafon, ia
disebut dengan cornice. Dinding diiluminasi hanya dari atas, dan plafon
yang tidak menerima cahaya cornice akan terlihat gelap.
5. Pencahayaan Suasana (Mood Lighting)
Pencahayaan yang ingin menampilkan mood/ suasana tertentu pada suatu
ruang. Cahaya mempunyai peranan penting dalam menciptakan suasana pada
suatu ruang. Warna cahaya kuning (warm) memberikan kesan ruang yang
hangat dan akrab dan warna cahaya putih (cool) memberikan kesan ruang
yang dingin dan kaku.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan buatan


Berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum (1981), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pencahayaan di ruangan termasuk di tempat kerja adalah:
a. Desain sistem pencahayaan
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya ke seluruh ruangan.
Dengan desain yang baik dapat dihindarinya sudut atau bagian ruangan yang
gelap.
b. Distribusi cahaya
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya. Jika distribusi sumber
cahaya tidak merata, maka akan menimbulkan sudut dan bagian ruangan yang
gelap.
c. Pemantulan cahaya

39
Pemantulan cahaya dari langit-langit tergantung dari warna dan finishing.
Pemantulan cahaya ini tidak berlaku pada sistem pencahayaan langsung,
tetapi sangat penting pada pencahayaan tidak langsung.
d. Ukuran ruangan
Ruangan yang luas akan lebih efisien dalam pemanfaatan cahaya dari pada
ruang yang sempit.
e. Utilisasi cahaya
Utilisasi cahaya adalah persentase cahaya dari sumber cahaya yang secara
nyata mencapai dan menerangi benda-benda yang perlu diterangi.
f. Pemeliharaan disain dan sumber cahaya
Apabila pemeliharaan disain dan sumber cahaya tidak baik, misalnya penuh
debu, maka akan mempengaruhi pencahayaan yang dihasilkan.

Menurut Suma’mur PK (1998:10) ada beberapa faktor yang harus


diperhatikan dalam pencahayaan buatan antara lain:

1. Pembagian lumensi dalam lapangan penglihatan

Lapangan penglihatan yang baik adalah dengan kekuatan terbesar ditengah


pada daerah kerja yang dilakukan. Perbandingan terbaik antara lumensi
pusat, daerah sekitar pusat dan lingkungan sekitarnya adalah 10:3:1. Kondisi
penerangan dinyatakan baik atau tidak bila memenuhi syarat jika perbedaan
lumensi melebihi perbandingan 40:1 baik di lapangan penglihatan pekerjaan
maupun terhadap lingkungan luar.
2. Kesilauan
Terjadi bila perbedaan penyebaran luminensi melebihi perbandingan 40 :1,
namun pada umumnya terjadi karena keterbatasan kemampuan
penglihatan.Kepekaan retina seluruhnya menyesuaikan dengan luminensi
rata-rata sehingga pda lapangan penglihatan dengan luminensi berbeda,
retina terlalu peka untuk luminensi yang tinggi, tetapi sangat kurang peka
untuk daerah yang samar-samar.
3. Arah Cahaya
Sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur
pencahayaan yang baik. Cahaya dari berbagai arah dapat meniadakan
gangguan oleh bayangan.
4. Warna Cahaya

40
Warna cahaya dan komposisi spektrumnya sangat penting dalam
membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna dalam lingkungan
kerja atau tempat kerja sebagai akibat pencahayaan yang menentukan rupa
dari lingkungan. Dengan adanya kombinasi tata warna dan dekorasi yang
serasi maka akan menimbulkan suasana kerja yang nyaman sehingga
kegairahan kerja akan meningkat.
5. Panas akibat sumber cahaya.
Baik sumber pencahayaan alam maupun pencahayaan buatan dapat
menimbulkan suhu udara di tempat kerja. Pertambahan suhu yang
berlebihan dapat mengakibatkan ketidaknyamanan bekerja dan merupakan
beban tambahan.

Menurut Roger L. Brauer (1990), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


kualitas pencahayaan antara lain:
a. Sifat Cahaya
Sifat cahaya ditentukan oleh dua hal, yaitu kuantitas atau banyaknya cahaya
yang jatuh pada suatu permukaan yang menyebabkan terangnya permukaan
tersebut dan kualitas atau sifat cahaya yang menyangkut warna, arah cahaya
dan difusi cahaya serta jenis dan tingkat kesilauan.
1. Kuantitas cahaya
Kuantitas pencahayaan bergantung pada jenis pekerjaan yang akan
dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan yang baik
akan memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerja.
Intensitas cahaya yang dibutuhkan tergantung dari tingkat ketelitian, bagian
yang diamati, warna obyek, kemampuan untuk memantulkan cahaya dan
tingkat kecerahan. Untuk melihat suatu benda yang berwarna gelap serta
kontras antara obyek dan sekitarnya buruk, maka membutuhkan intensitas
cahaya yang tinggi. Sedangkan untuk melihat obyek atau benda yang
berwarna cerah serta kontras antara obyek dan sekitarnya cukup baik, maka
intensitas cahaya yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi.
Kekuatan intensitas pencahayaan (iluminasi) bergantung pada jarak antara
sumber cahaya dengan bidang pantul. Semakin jauh jarak sumber cahaya
dengan bidang pantul, maka akan semakin lemah kekuatan iluminasi cahaya

41
yang dipantulkan atau dapat dikatakan bahwa kekuatan iluminasi berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak sumber cahaya dengan bidang pantul (hukum
kuadrat terbalik). Hukum kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antara
pencahayaan dari sumber titik dan jarak. Rumus ini menyatakan bahwa
intensitas cahaya per satuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
dari sumbernya
2. Kualitas cahaya
Adapun kualitas pencahayaan dipengaruhi oleh lingkungan penglihatan di
antaranya kesilauan (glare), penyebaran cahaya, arah cahaya, warna,
kecerlangan (brightness) yang akan memberikan efek pada kemampuan untuk
melihat dengan mudah dan teliti. Sumber-sumber cahaya yang cukup
jumlahnya sangat berguna dalam mengatur pencahayaan secara baik.
Pencahayaan dengan berbagai lampu misalnya sangat tepat bagi pekerja yang
menggambar di atas permukaan mata, sedangkan pencahayaan satu arah
digunakan untuk mengerjakan bagianbagian kecil. Pengelolaan dari kualitas
cahaya yang rendah akan menimbulkan ketidaknyamanan dan kecelakaan
kerja, misalnya glare dapat menyebabkan kelelahan (fatigue), kehilangan
efektivitas penglihatan dan mengurangi produktivitas. Penggunaan warna di
tempat kerja dimaksudkan untuk dua hal, yaitu menciptakan kontras warna
dengan maksud untuk tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis
yang optimal.
Warna penerangan untuk suatu ruangan dan komposisi spektrumnya
sangat penting dalam membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna.
Warna-warna dalam lingkungan kerja sebagai akibat dari pencahayaan
menentukan rupa lingkungan tersebut. Menurut OSHA (1998), penggunaan
warna-warna cerah dalam lingkungan kerja dapat membantu untuk membuat
obyek terlihat lebih jelas dan dapat menimbulkan kesan ruangan menjadi
lebih luas, selain itu secara psikologis juga dapat meningkatkan gairah kerja.
b. Sifat Lingkungan
Sifat lingkungan ditentukan oleh derajat terang (brightness), nilai pantulan
(reflectance value) serta distribusi cahaya (lighting distribution). Selain itu

42
Ching (1987) juga mengatakan bahwa ketinggian dan kualitas permukaan
langit-langit akan mempengaruhi derajat cahaya di dalam ruang.
1. Derajat terang (brightness)
Kemampuan seseorang untuk dapat melihat obyek dengan jelas
bergantung pada perbedaan derajat terang obyek tersebut. Mata berfungsi
secara optimal apabila derajat terang dalam daerah penglihatan kita relatif
sama.
2. Nilai pantulan (reflectance value)
Nilai pantulan adalah perbandingan antara sumber cahaya yang dating
dengan cahaya yang dipantulkan. Nilai pantulan bergantung pada jenis
permukaan pantul, warna dan kemampuan untuk memantulkan cahaya dari
dinding-dinding, langit-langit, lantai dan peralatan kerja akan menentukan
pola derajat terang.
Dinding-dinding, lantai dan langit-langit yang berwarna gelap dapat
menurunkan efektivitas dari instalasi penerangan sebanyak 50%. Tabel
berikut ini adalah nilai pantulan yang dianjurkan oleh Illuminating
Engineering Society (IES) tahun 1981:

Deskripsi Pantulan
(%)
Langit-langit 80 – 90
Dinding 40 – 60
Meubel 25 – 45
Tabel 1. Rekomendasi Nilai
Mesin, alat 30 – 50
Pantulan menurut Illuminating
Lantai 20 – 40 Engineering Society (IES)

Material Metal Bahan Gelas Cermin Cat Kayu Aspal Beton Salju
Batu Putih H
Pantulan (%) 60-85 10-92 5-30 80-90 60-90 5-50 5-10 40 60-75

43
Tabel 2 Nilai Pantulan Berbagai Macam Material menurut Illuminating
Engineering Society (IES)

IES Lighting Handbook (1984) menyatakan bahwa dinding dan langit-langit


yang terang, baik yang netral maupun berwarna, lebih efisien daripada dinding
gelap dalam menghemat energi dan mendistribusikan cahaya secara merata.
Sedangkan Birren (1982) menyatakan bahwa warna terang memantulkan lebih
banyak cahaya daripada warna gelap.
3. Distribusi cahaya (lighting distribution)
Distribusi cahaya merupakan unit penyebaran pencahayaan yang
terdiri dari lampu dan peralatan untuk mendistribusikan serta
mengendalikan cahaya. Peralatan penerangan perlu dipasang
berdasarkan karakteristik distribusi cahaya yang dikehendaki.

2.2.3 Jenis-jenis lampu sebagai sumber pencahayaan buatan

Menurut Siswanto (1989:22) ada 3 jenis lampu sebagai sumber penerangan buatan
yaitu:

1. Lampu Pijar (Incandescent Lamp)

Cahaya sebagian besar terdiri dari infra


merah yang dapat mencapai 75- 80% sedangkan ultra
violet pada lampu pijar umumnya diabaikan.
Pemanfaatan lampu pijar sebagai sumber penerangan
buatan mempunyai kerugian yaitu memancarkan
radiasi dan suhu permukaan dapat mencapai 60° C
atau lebih sehingga ruangan terasa tidak nyaman dan
lampu pijar memberikan kesan psikis hangat karena
warna cahayanya kuning kemerahan.

Komponen utama lampu pijar terdiri dari :

1) Filamen

44
Makin tinggi temperatur filamen, makin besar energi yang jatuh pada spektrum
radiasi tampak dan makin besar efikasi dari lampu. Pada saat ini jenis filamen
yang dipakai adalah tungsten.
2) Bola Lampu
Filamen suatu lampu pijar ditutup rapat dengan selubung gelas yang
dinamakan bola lampu. Bentuk bola lampu bermacam-macam dan juga warna
gelasnya. Bentuk bola, jamur, bentuk lilin dan lustre dengan bola lampu bening,
susu atau buram dan dengan warna merah, hijau, biru atau kuning (lihat SNI No.
04-1704-1989 ).
3) Gas Pengisi
Penguapan filamen dikurangi dengan diisinya bola lampu dengan gas inert.
Gas yang umumnya dipakai adalah Nitrogen dan Argon.
4) Kaki Lampu
Untuk pemakaian umum, tersedia dua jenis yaitu kaki lampu berulir dan kaki
lampu bayonet, yang diindentifikasikan dengan huruf E (edison) dan B (Bayonet),
selanjutnya diikuti dengan angka yang menyatakan diameter kaki lampu dalam
milimeter (E27, E14dan lain-lain). Bahan kaki lampu dari alumunium atau
kuningan.

Jenis lampu pijar khusus :

a. Lampu reflector
Lampu pijar yang mempunyai reflektor yang terbuat dari lapisan metal tipis
pada permukaan dalam dari bola lampu yang memberikan arah intensitas
cahaya yang dipilih. Reflektor dalam tidak boleh rusak, korosi atau
terkontaminasi. Ada dua jenis lampu berreflektor yaitu jenis Pressed glass
dan jenis Blown bulb. Lampu Pressed glass adalah lampu yang kokoh dan
gelas tahan panas. Gelas depan mempunyai beberapa jenis pancaran cahaya
seperti spot, flood, wide flood. Lampu ini dapat dipasang langsung sebagai
pasangan instalasi luar, tahan terhadap cuaca. Dan yang kedua Lampu Blown
bulb, menyerupai lampu pressed glass, tetapi lampu ini hanya dipasang di
dalam ruangan.
b. Lampu Halogen
Lampu Halogen adalah Lampu pijar biasa yang mempunyai filamen
temperatur tinggi dan menyebabkan partikel tungsten akan menguap serta
berkondensasi pada dinding bola lampu yang selanjutnya mengakibatkan

45
penghitaman. Lampu halogen berisi gas halogen (iodine, chlorine, chromine)
yang dapat mencegah penghitaman lampu.

c. Lampu Tungsten–Halogen
Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar
tungsten seperti lampu pijar biasa yang
digunakan di rumah, tetapi bola lampunya
diisi dengan gas halogen. Atom tungsten
menguap dari kawat pijar panas dan bergerak
naik ke dinding pendingin bola lampu. Atom
tungsten, oksigen dan halogen bergabung
pada dinding bola lampu membentuk
molekul oksihalida tungsten. Suhu dinding
bola lampu menjaga molekul oksihalida
tungsten dalam keadaan uap. Molekul bergerak kearah kawat pijar panas dimana
suhu tinggi memecahnya menjadi terpisah-pisah. Atom tungsten disimpan
kembali pada daerah pendinginan dari kawat pijar – bukan ditempat yang sama
dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya terjadi dekat sambungan antara
kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum dimana suhu turun secara
tajam.

Fungsi dari halogen dalam lampu adalah untuk membalik reaksi kimia
penguapan wolfram dari filamen. Pada lampu pijar biasa, serbuk wolfram
biasanya ditimbun pada bola lampu. Putaran halogen menjaga bola lampu bersih
dan keluaran cahaya tetap konstan hampir seumur hidup. Pada suhu sedang,
halogen bereaksi dengan wolfram yang menguap, halida wolfram(V) bromin yang
terbentuk dibawa berputar oleh pengisi gas lembam. Pada suatu saat ini akan
mencapai daerah bersuhu tinggi (filamen yang memijar), dimana ini akan
berpisah, melepaskan wolfram dan membebaskan halogen untuk mengulangi
proses. Untuk membuat reaksi tersebut, suhu keseluruhan bola lampu harus lebih

46
tinggi daripada lampu pijar biasa. Bola lampu harus dibuat
dari kuarsa leburan atau gelas dengan titik lebur tingi seperti alumina. Karena
gelas kuarsa sangat kuat, tekanan gas dapat ditingkatkan, sehingga mengurangi
laju penguapan dari filamen, memungkinkan untuk beroperasi pada suhu yang
lebih tinggi untuk umur yang sama, sehingga menambah efisiensi dan keluaran
cahaya. Wolfram yang diuapkan dari bagian filamen yang lebih panas tidak selalu
dikembalikan pada tempatnya semula, jadi bagian tertentu dari filamen menjadi
sangat tipis dan akhirnya gagal. Regenerasi juga mungkin dilakukan
dengan fluorin, tetapi reaksi kimianya terlalu kuat sehingga bagian lain dari bola
lampu ikut direaksikan.

d. Lampu Pelepasan Listrik Bertekanan Rendah (Electric Dicharge Lamp atau


Flourescen Lamp)

Lampu jenis
ini lebih dikenal
dengan nama (Tube
Lamp), cahayanya
berasal dari proses transformasi energi listrik menjadi ultra violet pada saat aliran
listrik melalui gas-gas misalnya Argon, Neon, uap Mercuri, tergantung dari zat-zat
fluorescent maka lampu TL dapat dibuat sehingga cahayanya menyerupai cahaya
lampu pijar, cahaya matahari.

e. Lampu Sodium Bertekanan Tinggi (Mercury Vapor Lamp)

Secara prinsip lampu ini


sama dengan lampu TL, tetapi
dengan tekanan tinggi radiasi
cahayanya tergantung dari jenis
gas dan tekanan yang diisikan.
Pada lampu Mercuri
memancarkan cahaya dalam
empat panjang gelombang yang
berwarna ungu, biru, kuning, dan hijau.

47
Warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu mercuri adalah
tergantung oleh tekanan uapnya. Lampu mercuri dapat dikombinasikan dengan
lampu pijar atau lampu tabung mercuri diberi lapisan zat fosfor untuk mengubah
radiasi ultra violet menjadi cahaya yang berwarna merah. Lampu ini dapat
menurun sampai 30%. Bila mengalami kenaikan diatas 5% maka lampu akan
rusak karena panas.

f. Lampu Halida Logam


Lampu halide logam adalah anggota dari lampu lucutan gas intensitas
tinggi (HID). Lampu ini memberikan
intensitas cahaya tinggi dengan
ukuran bola lampu yang relatif kecil,
membuatnya menjadi sumber cahaya
yang kompak dan hemat ruang.
Seperti lampu HID lainnya, lampu
halida beroperasi pada suhu dan
tekanan tinggi, dan memerlukan
instalasi khusus untuk keamanan.
Lampu ini adalah sumber cahaya yang berpusat pada satu titik dan menyebar
kesemua arah, jadi cermin pemantul diperlukan untuk mengumpulkan cahaya
yang dihasilkan. Cara kerja lampu ini seperti lampu lucutan gas lainnya, lampu
halida logam memproduksi cahaya dengan melewatkan busur listrik melalui
campuran gas. Pada lampu halide logam, tabung busur memuat campuran argon,
raksa dan halida logam dalam tekanan tinggi. Campuran halide akan menentukan
karakteristik cahaya yang dihasilkan, mengubah suhu warna dan intensitas. Gas
argon dalam lampu dapat diionisasi dengan mudah, dan mempermudah
penyambaran busur listrik saat lampu dinyalakan. Bahang yang ditimbulkan busur
kemudian menguapkan raksa dan halida logam, yang mana memproduksi cahaya
setelah suhu dan tekanan meningkat. Kondisi operasi dalam tabung busur
biasanya adalah 480-620 kPa dan 1090 °C.
Seperti lampu lucutan gas lainnya, lampu halida logam
memerlukan pengimbang elektronik untuk memberikan tegangan mula dan

48
tegangan kerja yang benar serta mengatur aliran arus dalam lampu. Sekitar 24%
energi yang digunakan lampu halida logam diubah menjadi cahaya (65-
115 lm/W), membuatnya lebih efisien.

Komponen Lampu halida logam terdiri dari komponen berikut :


 Bonggol logam yang memungkinkan koneksi listrik.
 Sampul luar dari gelas untuk melindungi tabung busur dan berfungsi sebagai
tapis ultraviolet.
 Tabung busur kuarsa leburan dengan elektrode wolfram. Inilah letak dimana
cahaya sebenarnya dibangkitkan.

Disamping uap raksa, lampu ini juga mengandung iodida atau kadang-
kadang bromida dari berbagai logam dan gas mulia. Komposisi logam ini
digunakan untuk menentukan warna cahaya. Sebagai ganti tabung busur kuarsa
yang digunakan pada lampu uap raksa, banyak lampu halida logam menggunakan
tabung busur alumina seperti pada lampu uap natrium. Beberapa bola lampu
mempunyai lapisan fosfor pada bagian dalam untuk memperbaiki spektrum
warna dan untuk menyebarkan berkas cahaya.

g. Lampu LED
Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber
cahaya yang efisien
energinya. Ketika lampu
LED memancarkan
cahaya nampak pada
gelombang spektrum
yang sangat sempit,
mereka dapat
memproduksi “cahaya
putih”. Hal ini sesuai dengan kesatuan susunan merah-biru hijau atau
lampu LED biru berlapis fospor. Lampu LED bertahan dari 40.000 hingga
100.000 jam tergantung pada warna. Lampu LED digunakan untuk banyak
penerapan pencahayaan seperti tanda keluar, sinyal lalu lintas, cahaya

49
dibawah lemari, dan berbagai penerapan dekoratif. Walaupun masih dalam
masa perkembangan, teknologi lampu LED sangat cepat mengalami
kemajuan dan menjanjikan untuk masa depan. Pada cahaya sinyal lalu
lintas, pasar yang kuat untuk LED, sinyal lalu lintas warna merah
menggunakan lampu 10W yang setara dengan 196 LEDs, menggantikan
lampu pijar yang menggunakan 150W. Berbagai perkiraan potensi
penghematan energi berkisar dari 82% hingga 93%. Produk pengganti
LED, diproduksi dalam berbagai bentuk termasuk batang ringan, panel
dan sekrup dalam lampu LED, biasanya memiliki kekuatan 2-5W masing-
masing, memberikan penghematan yang cukup berarti dibanding lampu
pijar dengan bonus keuntungan masa pakai yang lebih lama, yang pada
gilirannya mengurangi perawatan.

2.2.4 Sistem kerja sistem pencahayaan buatan

a. Pengoperasian
Pada pengoperasian instalasi sistem pencahayaan dalam suatu bangunan, maka
perencanaan penempatan alat pengendali perlu mendapatkan perhatian sehingga
tata cahaya dapat dikendalikan dengan baik.
a. Penempatan Alat Kendali.
1. Semua alat pengendali pencahayaan harus ditempatkan pada tempat yang
mudah dilihat dan dijangkau.
2. Sakelar yang melayani meja/tempat kerja, bila mudah dijangkau merupakan
bagian armatur yang digunakan untuk menerangi meja/tempat kerja tersebut.
3. Sakelar yang mengendalikan sistem pencahayaan pada lebih dari satu lokasi
tidak boleh dihitung sebagai tambahan jumlah sakelar pengendali.
4. Setiap ruangan yang terbentuk karena pemasangan partisi harus dilengkapi
sedikitnya satu sakelar ON/OFF.
5. Ruangan dengan luas maksimum 30 m2 harus dilengkapi dengan satu sakelar
untuk satu macam pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan.
6. Setiap sakelar maksimum melayani total beban daya sebagaimana dianjurkan
pada PUIL edisi terakhir.

b. Pengendalian Sistem Pencahayaan.

50
1. Semua sistem pencahayaan bangunan harus dapat dikendalikan secara manual
atau otomatis kecuali yang terhubung dengan sistem darurat.
2. Pencahayaan luar bangunan dengan waktu pengoperasian terus menerus
kurang dari 24 jam, sebaiknya dapat dikendalikan secara otomatis dengan
timer, photocell, atau gabungan keduanya.
3. Armatur-armatur yang letaknya paralel terhadap dinding luar pada arah
datangnya cahaya alami dan menggunakan sakelar otomatis atau sakelar
terkendali harus juga dapat dimatikan dan dihidupkan secara manual.
4. Daerah dimana pencahayaan alami tersedia dengan cukup, sebaiknya
dilengkapi dengan sakelar pengendali otomatis yang dapat mengatur
penyalaan lampu sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dirancang.
5. Berikut ini adalah hal-hal yang tidak diatur dalam ketentuan pengendalian
sistem pencahayaan :
- Pengendalian pencahayaan yang mengatur suatu daerah kerja yang luas
secara keseluruhan dimana kebutuhan pencahayaan dan pengendali
dipusatkan ditempat lain (termasuk lobi umum dari perkantoran, Hotel,
Rumah Sakit, Pusat belanja, dan gudang).
- Pengendalian otomatis atau pengendalian yang dapat deprogram.
- Pengendalian yang memerlukan operator terlatih.

- Pengendalian untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan daerah berbahaya.

c. Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap sistem pencahayaan dimaksudkan untuk menjaga agar
kinerja sistem selalu berada pada batas-batas yang ditetapkan sesuai perancangan,
dan untuk memperoleh kenyamanan. Jika faktor pemeliharaan ini dilakukan sejak
tahap perancangan, maka beban listrik dan biaya awal dapat diminimalkan.
Pemeliharaan ini mencakup penggantian lampu-lampu dan komponen listrik
dalam armatur yang rusak/putus atau sudah menurun kemampuannya,
pembersihan armatur dan permukaan ruangan secara terjadwal.
Sistem pencahayaan membutuhkan pemeliharaan, karena tanpa melakukan ini
maka kinerja sistem akan berkurang. Fluks luminus lampu akan berkurang dengan
bertambahnya umur sampai akhirnya “putus”. Kecepatan penurunan kinerja ini
berbeda untuk setiap jenis lampu. Selain itu, akumulasi debu pada lampu, armatur
dan permukaan ruangan juga akan menurunkan Fluks luminus yang akan diterima
oleh bidang kerja. Agar tindakan pemeliharaan pada sistem tata cahaya terjamin

51
pelaksanaannya, maka pemilik atau pengelola bangunan sebaiknya memiliki buku
petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan sistem tata cahaya bangunan. Buku ini
berisi data dan informasi lengkap mengenai sistem listrik untuk tata cahaya yang
mencakup :
 Diagram satu garis dari sistem listrik bangunan.
 Diagram skematik pengendalian sistem listrik untuk sistem pencahayaan.
 Daftar peralatan listrik yang beroperasi pada bangunan terutama untuk
pencahayaan.
 Daftar pemakaian listrik untuk pencahayaan sesuai dengan jumlah lampu
dan jenisnya.
 Daftar jenis dan karakteristik dari setiap lampu yang digunakan.
 Daftar urutan pemeliharaan.

Dengan adanya buku manual yang berisi informasi ini, tindakan pemeliharaan dan
pengendalian untuk sistem pencahayaan dapat dilakukan dengan baik.

a. Penurunan Fluks Luminus.


Ada dua faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan waktu
penggantian lampu yaitu penurunan fluks luminus lampu dan probabilitas
“putus”nya lampu.

Penilaian terhadap dua faktor ini sangat tergantung pada jenis lampu yang
dipakai. Untuk lampu yang menggunakan filamen tungsten (lampu pijar, lampu
halogen dan lampu pelepasan tekanan tinggi jenis merkuri tungsten) umumnya
akan putus sebelum fluks luminusnya turun secara drastis. Oleh karena itu waktu
penggantian lampu-lampu jenis ini lebih ditentukan oleh probabilitas “putus”nya
lampu itu sendiri. Sedangkan untuk jenis lampu pelepasan lainnya pada umumnya
sebelum “putus“ akan mengalami penurunan fluks luminus secara drastis. Dengan
demikian waktu penggantian ditentukan oleh penurunan fluks luminus dan
probabilitas “putus”nya lampu. Namun, meskipun lampu masih dapat menyala,
sebaiknya diganti apabila penurunan fluks luminus secara ekonomis sudah tidak
menguntungkan (± 60%).

b. Penurunan Kinerja Armatur.

Kinerja armatur berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya waktu.


Hal ini disebabkan oleh :

52
 akumulasi debu atau kotoran lain pada permukaan refraktor maupun
reflector.
 perubahan warna pada kedua permukaan tersebut akibat bertambahnya
umur, karena radiasi cahaya lampu atau korosi.
Kecepatan penurunan kinerja ini tergantung pada jumlah dan komposisi
debu di udara dan jenis armaturnya.
Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jadwal pemeliharaan /
pembersihan armatur. Pada umumnya untuk menentukan jadwal ini, faktor
biaya, kesesuaian waktu pelaksanaan dan efisiensi sistem pencahayaan
menjadi faktor-faktor yang harus diperhitungkan. Sebagai petunjuk, pada
umumnya pembersihan dilakukan minimal setahun sekali (meskipun untuk
tempat-tempat tertentu hal ini tidak cukup). Akan lebih baik apabila waktu
pembersihan ini dilakukan bersamaan waktunya dengan waktu penggantian
lampu.
c. Pemeliharaan Permukaan - permukaan Ruangan.
Lapisan debu dan kotoran yang menempel pada seluruh permukaan
ruangan (dan kaca) akan mengurangi faktor refleksi (dan transmisi) cahaya
yang berarti akan menurunkan tingkat pencahayaan di dalam ruangan tersebut.

Kecepatan penurunan faktor refleksi (dan faktor transmisi) bervariasi


bergantung pada :
1. Tekstur Permukaan.
Untuk permukaan yang mengkilap (glossy) dan agak mengkilap (semi
glossy), maka penurunannya akan lebih lambat dari pada permukaan “kasar”
(matt) dan lebih mudah dibersihkan.
2. Kemiringan Permukaan.
Akumulasi debu pada permukaan vertikal tidak secepat akumulasi pada
permukaan horisontal.
3. Lokasi bangunan dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan.
4. Pengaruh kondisi lingkungan (misalnya hujan).
5. Jadwal pembersihan dan renovasi.
Satu hal yang perlu diingat bahwa tingkat pencahayaan pada bidang kerja
diperoleh dari pencahayaan langsung armatur dan pencahayaan difus
pantulan pada langit-langit dan dinding. Oleh karena itu, pengaruh

53
akumulasi debu pada permukaan terhadap tingkat pencahayaan pada bidang
kerja akan lebih besar pada ruangan yang tidak menggunakan armatur
dengan distribusi cahaya langsung.

54
BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

3.1. Sistem Power Kelistrikan

Sistem Kelistrikan adalah sistem pemanfaatan dengan menggunakan


energi listrik dengan cara pendistribusian ke seluruh bangunan. Sistem kelistrikan
memiliki fungsi yang sangat penting karena komponen yang digunakan pada
bangunan sebagian besar menggunakan energi listrik. Sistem distribusi elektrikal
adalah suatu sistem yang didesain dan dibangun untuk memasok daya listrik bagi
sekelompok beban, dan hal tersebut merupakan suatu sistem yang cukup
kompleks, dimulai dari instalasi sumber sampai instalasi beban/load. Sesuai
dengan batasan, sistem distribusi elektrikal yang dibahas adalah instalasi listrik
dalam gedung, dengan pasokan tegangan menegah (TM) dari sumber PLN,
sumber cadangan dari genset, sumber daya listrik darurat serta uninterruptible
power supply. Pada dasarnya, Listrik dihantarkan oleh kabel yang berfungsi
sebagai konduktor. Kabel yang digunakan beragam jenis dan dengan ukuran yang
biasanya disesuaikan dengan penggunaan tingkat tegangan yang perlu
dihantarkan. Selanjutnya, kabel diberi warna untuk membedakan bagi
penggunanya dalam instalasi jaringan listrik. Sistem bisa menyeluruh mencakup
semua perangkat elektronik, bahkan sampai mengatur terang gelap dan sorot
lampu, atau parsial (hanya piranti elektronik tertentu seperti sistem lighting dan
keamanan).

3.1.1 Jenis-jenis Pembangkit Tenaga Listrik


Pembangkit Tenaga Listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik,
pada Pembangkit Tenaga Listrik terdapat peralatan elektrikal, mekanikal, dan
bangunan kerja. Terdapat juga komponen-komponen utama pembangkitan yaitu
generator, turbin yang berfungsi untuk mengkonversi energi (potensi) mekanik
menjadi energi (potensi) listrik.

55
Berikut jenis-jenis pembangkit tenaga listrik yang ada :

 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
 Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU)
 Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

3.1.2 Sistem-sistem Kelistrikan/Power

Penggolongan sistem yang dilakukan yaitu berdasarkan sumber


daya yang digunakan, yaitu berdasarkan sumber dari PLN, sumber
cadangan dari genset, sumber daya listrik darurat serta uninterruptible
power supply. Berikut uraian dari masing-masing sistem :

a. Sistem sumber daya listrik PLN

Sebagai sumber daya listrik utama yang disiapkan untuk melayani


keseluruhan kebutuhan beban listrik. Berikut alur sistem nya :

Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik :

 Struktur Jaringan Distribusi langsung


 Struktur Jaringan Distribusi tidak langsung

56
Gbr.4. Gardu PLN distribusi Central Park Kuta
(sumber www.google.com)

b. Sistem Sumber Daya Listrik Cadangan ( Generator Set )

Sumber energi listrik dari selain PLN berasal dari unit Generator Set
(genset). Generator Set (genset) berfungsi sebagai pensuplai daya listrik
cadangan yang dapat bekerja apabila daya listrik utama dari PLN
terputus. Genset ini terhubung dan dikontrol dengan Panel Kontrol Genset
(PKG). PKG terhubung dengan unit Panel Utama Tegangan Rendah
(LVMDP). PKG akan menghidupkan genset dan mensuplai tegangan ke
LVMDP bilamana terjadi gangguan pada sumber PLN, sehingga akan
memberikan pelayanan yang kontinyu terhadap ketersediaan sumber
tenaga listrik dan diharapkan dengan sistem tersebut kehandalan sistem
energi listrik akan terpenuhi.

57
Gbr 5. Genset
(sumber www.google.com)
Panel Utama Tegangan Rendah atau Low Voltage Main Distribution
Panel (LVMDP) berfungsi menerima daya listrik dari transformer atau
genset/PKG untuk selanjutnya didistribusikan ke panel-panel distribusi
tegangan rendah. LVMDP ini menerima daya listrik dari Trafo atau PKG.
Pembagian distribusi listrik ke panel-panel distribusi tegangan rendah dari
outgoing LVMDP menuju ke panel adalah sebagai berikut :Panel Sub
Distribusi menggunakan jenis kabel NYY yang selanjutnya
mendistribusikan menuju panel distribusi. Fungsi dari panel-panel
distribusi ini antara lain :
 Mendistribusikan daya listrik sesuai kebutuhan ( penerangan & stop
kontak).

 Mendistribusikan daya listrik ke panel kontrol pompa, AC, elektronik,


dll

 Mendistribusikan daya listrik ke mesin-mesin penunjang produksi.

58
3.1.3 Komponen – Komponen Power Kelistrikan

. Penghantar

2. Sakelar

3. Stop Kontak

4. Fitting

5. Pipa Instalasi

6. Kotak Sambungan

7. Panel

8. Kontaktor

59
BAB IV

Data Pengamatan

Objek yang menjadi bahan pengamatan adalah Ace Hardware yang


merupakan sebuah pusat perbelanjaan alat-alat perlengkapan rumah tangga
dan peralatan kerja yang beralamat di Central Park, Kuta, Bali. Bangunan
ini memiliki 3 lantai dan sistem utilitas yang memadai sehingga layak
untuk melakukan observasi lapangan.

Alur sistem kelistrikan untuk suplai kebutuhan listrik dalam bangunan


dapat di uraikan sebagai berikut :
- Pasakon daya listrik utama dari PLN ditampung pada Transformator
atau gardu listrik yang terletak di kawasan central parkir kemudian
disalurkan melalui satu alur yang sama dengan Pembangkit Listrik
Cadangan yaitu menggunakan Generator Set.

- Dalam alur pasokan daya listrik dari PLN ataupun dari Generator Set
pertama – tama menyalurkan listrik kepada beberapa panel
diantaranya panel induk dan panel cabang.

- Kemudian pasokan listrik tersebut mengalirkan arus listrik ke


beberapa daerah vital (Pompa, STP, dll), kemudian menyalurkannya
ke seluruh ruangan di setiap lantai.

Jika aliran listrik PLN terhenti, maka pasokan daya listrik yang
diambil dari pembangkit listrik cadangan (Generator Set), yang
digerakan dengan bantuan mesin disel. Genset diletakan dalam
ruangan yang kedap suara, agar suara yang ditimbulkan oleh mesin
disel tidak mengganggu aktivitas dalam bangunan.

60
Gbr 6. Letak Generator set ace hardware
(sumber: dokumentasi pribadi)

61
Gbr 7. Generator Set pada ruang electrical Ace Hardware
(sumber: dokumentasi pribadi)

3.3 Analisis Terhadap Projek/Bangunan

62
Pada Sub bab ini penulis akan membagi analisis menjadi 2 yaitu Analisis
Sistem dan analisis komponen sistem.

3.3.1 Analisis Sistem


Analisis Sistem Kelistrikan pada bangunan ini yaitu menggunakan sumber
listrik dari PLN sebagai sumber listrik utama, dan sumber listrik cadangan
menggunakan Generator Set.

Lantai Power

Transformator 220 KPA

Daya Listrik 555 KVA


Bangunan

Daya listrik yang dimiliki dan digunakan oleh Ace Hardware yaitu sebesar
555 KVA untuk menunjang segala aktifitas kelistrikan. Kapasitas transformator
yang digunakan pada bangunan ini 220 KPA.

63
64
Gambar 8.Letak Transformator
(sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.3.2 Analisis Komponen System

A. Kabel NYM

Gambar 9. Kabel NYM di Ace Hardware


(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Kabel NYM adalah penghantar yang terbuat dari tembaga polos berisolasi
PVC, yang uratnya satu hingga lima. Kabel NYM, kapasitasnya 300V/500V
penggunaannya untuk instalasi permanen dalam pipa penghantar yang diplester
atau kawat memanjang di lokasi kering.

B. Sakelar Tunggal

65
Gambar 10. Sakelar yang digunakan dalam bangunan
(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Sakelar digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian


listrik. Macam dan jenis saklar ini bermacam-macam dimana masing-
masing disesuaikan dengan penggunaanya. Setiap saklar yang melayani
setiap sirkit utama atau sirkit cabang mempunyai arus nominal tidak kurang
dari kerbutuhan maksimum dari bagian instalasi yang dilayani sirkuit yang
bersangkutan. Saklar yang digunakan pada Ace Hardware yaitu
menggunakan saklar tunggal dan ganda.

C. Stop Kontak
Stop kontak merupakan salah satu komponen instalasi listrik yang
berfungsi sebagai terminal penghubung antara steker dengan PLN, tipe dan
jenis stop kontak bermacam- macam antara lain ada yang ditanam dalam
tembok (IB) dan di luar tembok(OB).

66
Gambar 11. Stop Kontak terpasang pada lantai dalam Ace Hardware
(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Stop Kontak yang digunakan di Ace Hardware yaitu stop kontak di luar
tembok (OB), yaitu stop kontak yang dipasangkan di dalam lantai. Jenis – jenis
stop kontak sangat bervariasi, ada yang menggunakan stop kontak biasa dengan 2
lubang dan ada juga stop kontak 3 pole universal socket outlet.

D. Fitting
Fitting adalah suatu alat untuk menghubungkan lampu dengan kawat-
kawat jaringan listrik secara aman. Sambungan lampu dengan kawat-
kawat jaringan listrik harus dilakukan secara aman dan untuk menciptakan
keamanan pada pemasangan lampu dapat menggunakan fitting.
Berdasarkan pemakaiannya bentuk fitting terdapat beberapa macam, yaitu
fitting tempel, fitting gantung, fitting bayonet, kombinasi fitting dengan
stop kontak dan lain-lain

Gambar 12. Contoh fitting yang digunakan di Ace Hardware


(sumber : Dokumentasi Pribadi)

67
E. Pipa Instalasi

Gambar 13. Pipa Instalasi untuk kabel


(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Pipa instalasi mempunyai fungsi sebagai pelindung terhadap kawat hantar,


dengan jalan memasukan kabel ke dalam pipa agar terlindungi. Pipa yang sering
digunakan berupa pipa paralon yang terbuat dari plastic PVC.

F. Panel Induk (MDP)


Panel merupakan box atau wadah tempat rangkaian pengontrolan tertentu
yang fungsinya menjaga keamanan dan keselamatan dari rangkaian terhadap
gangguan yang mungkin akan mengganggu atau panel merupakan salah satu
pengaman, pengontrolan dan dari sudatu jaringan listrik. Panel berguna untuk
memahami suatu rangkaian listrik panel tersebut macam – macam penggunaanya
adanya yang digunakan sebagai distribusi, penerangan daya dan lain – lain. Panel
Induk atau Main Distribution Panel (MDP) berfungsi menerima daya listrik dari
transformer atau genset/PKG untuk selanjutnya didistribusikan ke panel-panel
distribusi tegangan rendah. MDP ini menerima daya listrik dari Trafo atau PKG.
Pembagian distribusi listrik ke panel-panel distribusi tegangan rendah dari

68
outgoing MDP menuju ke panel adalah sebagai berikut :Panel Sub Distribusi
menggunakan jenis kabel NYY yang selanjutnya mendistribusikan menuju panel
distribusi.

Gambar 14. Panel Induk di Ace Hardware


(sumber : Dokumentasi Pribadi)

G. Panel Cabang (SDP)

69
Panel Distribusi atau dapat juga disebut dengan PHB (Peralatan Hubung
Bagi) pada dasarnya berperan untuk mendistribusikan beban kepanel-panel
yang lebih kecil kapasitasnya. Fungsi dari panel-panel distribusi ini antara
lain :
 Mendistribusikan daya listrik sesuai kebutuhan ( penerangan &
stop kontak).
 Mendistribusikan daya listrik ke panel kontrol pompa, AC,
elektronik, dll
 Mendistribusikan daya listrik ke mesin-mesin penunjang produksi.

70
71
Gambar 15. Panel Cabang Outdoor Ace Hardware yang menghubungkan ke
tegangan listrik PLN dan Genset
(sumber : Dokumentasi Pribadi

H. Panel Cabang/Distribusi dalam Ruangan (SSDP)

Gambar 16. Panel cabang yang terdapat di tiap-tiap lantai di dalam bangunan Ace
Hardware
(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Panel merupakan box atau wadah tempat rangkaian pengontrolan tertentu yang
fungsinya menjaga keamanan dan keselamatan dari rangkaian terhadap gangguan
yang mungkin akan mengganggu atau panel merupakan salah satu pengaman,
pengontrolan dan dari suatu jaringan listrik. Panel berguna untuk memahami suatu
rangkaian listrik. Di dalam panel biasanya rel dibagi menjadi dua segmen yang
saling berhubungan dengan saklar pemisah, yang satu mendapat saluran masuk
dari PLN (pengusaha ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik
sendiri (genset). Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara langsung atau
melalui SDP dan atau SSDP. Tujuan busbar dibagi menjadi dua segmen ini adalah
jika sumber listrik dari PLN mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan,
maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan adanya sumber listrik sendiri
(genset) sebagai cadangan.

72
4.1 DATA PENGAMATAN

Gambar.4. Denah Perletakan Penerangan Umum pada plafond


(sumber : Sketsa Pribadi)
Denah diatas merupakan sketsa untuk perletakan lampu, dimana terdapat 3
lantai pada bangunan ini dan tiap lantai terpasang lampu downlight sebagai
penerangan umumnya dan lampu sorot untuk menerangi barang tertentu.

3.3 Analisis Terhadap Projek/Bangunan

A. Sistem Penerangan Merata (General Lighting) pada Bangunan Ace


Hardware Central Park Kuta
Ace Hardware Central Park Kuta ini menggunakan system
pencahayaan merata pada setiap ruangannya, baik dari lantai 1 sampai
lantai 3. Pada bangunan ini titik lampu diletakkan secara teratur dan
merata pada langit-langit. Penggunaan system pencahayaan merata pada
bangunan ini akan memberikan iluminasi yang tersebar secara merata di
seluruh ruangan.

73
Gambar 5. Penerangan Merata dalam ruangan belanja Ace Hardware
Central Park Kuta
(sumber :Dok. Kelompok 9)

Gambar 6. Penerangan Merata dalam ruangan menggunakan lampu


downlight
(sumber :Dok. Kelompok 6)

74
Gambar 7. Lampu Fluorescent Merk Krisbow Premium warna White Natural
yang digunakan sebagai penerangan umum
(sumber :Dok. Kelompok 6)

Analisis Penerangan :
 Jenis penerangan: Sistem Penerangan Merata (General Lighting)
 Arah sinarnya lampu: Penyinaran bawah (down-lighter), lampu yang
menyorot ke bawah.
 Sistem pencahayaan: Pencahayaan Langsung
 Jenis lampu yang digunakan: Lampu Fluorescent Merk Krisbow Premium
warna White Natural 23w 1580 Lumens
 Keunggulan lampu jenis ini: Umur lampu yang tahan lama, 10 kali lebih
lama dibandingkan lampu pijar. Dapat beroperasi pada tegangan antara
170-250 V. Kinerja terbaik pada tegangan 220 V. Dilengkapi dengan
sakering pengaman dan plastik tahan api untuk keamanan pemakaian.

B. Sistem Penerangan Terarah (Task Lighting) pada Bangunan Ace


Hardware Central Park Kuta
Ace Hardware Central Park Kuta ini menggunakan system
pencahayaan terarah pada setiap ruangannya untuk memberikan cahaya

75
pada produk/barang tertentu, baik dari lantai 1 sampai lantai 3. Pada
bangunan ini titik lampu diletakkan pada langit-langit untuk menyinari
produk yang sedang diunggulkan. Penerangan terarah diperoleh dengan
lampu yang reflektornya diarahkan (memakai spotlight dengan reflector
bersudut). Penggunaan system pencahayaan terarah pada ruangan ini akan
mendapatkan penerangan dari suatu arah dengan tujuan tertentu.

Gambar 8. Lampu Sorot yang digunakan untuk menyinari produk baru yang
sedang dipamerkan
(sumber :Dok. Kelompok 6)

76
Gambar 9. Lampu Sorot dalam kondisi mati dan hidup yang digunakan untuk
menyinari produk baru yang sedang dipamerkan.
(sumber :Dok. Kelompok 6)
Analisis Penerangan :

77
 Jenis penerangan: Sistem Penerangan Terarah (Task Lighting)
 Arah sinarnya lampu: Penyorot sempit (spot light), lampu dengan sudut
sinar < 30o.
 Sistem pencahayaan: Pencahayaan Langsung
 Jenis lampu yang digunakan: Lampu LED Spot Adj 12X1W 15 Degree
Surface ALU 3000K Merk KrisLite warna White Natural
 Keunggulan lampu jenis ini: Umur lampu yang tahan lama, 10 kali lebih
lama dibandingkan lampu pijar. Dapat beroperasi pada tegangan antara
220-240 V. Kinerja terbaik pada tegangan 230 V.

C. Sistem Penerangan Setempat (Accent Lighting) pada Bangunan Ace


Hardware Central Park Kuta
Ace Hardware Central Park Kuta ini menggunakan system
pencahayaan setempat pada setiap ruangannya untuk memberikan cahaya
pada produk/barang baru, baik dari lantai 1 sampai lantai 3. Pada
bangunan ini titik lampu diletakkan berdekatan dengan produk atau barang
yang ingin disinari. Penerangan setempat hanya memfokuskan cahayanya
pada titik tertentu saja untuk memfokuskan produk secara mendetail.
Tujuan penggunaan pencahayaan setempat adalah untuk menyorot atau
memfokuskan pada suatu benda agar dapat lebih terlihat secara mendetail
dan menambah keindahan produk yang dipamerkan dan menjadikannya
sebagai focus visual.

78
Gambar 10. Lampu Neon yang digunakan untuk menyinari produk
baru/produk unggulan yang sedang dijual.
(sumber :Dok. Kelompok 6)

Gambar 11. Lampu Neon yang digunakan untuk menyinari produk


baru/produk unggulan yang sedang dijual.
(sumber :Dok. Kelompok 6)

79
Gambar 12. Lampu Fluorescent yang digunakan untuk pencahayaan setempat
(sumber :Dok. Kelompok 6)

Analisis Penerangan :
 Jenis penerangan: Sistem Penerangan Setempat (Accent Lighting)
 Arah sinarnya lampu: Penyorot sempit (spot light), lampu dengan sudut
sinar < 30o.
 Sistem pencahayaan: Pencahayaan Langsung
 Jenis lampu yang digunakan: Lampu Neon Fluorescent T5 8W Merk Kris
warna White Natural.
 Keunggulan lampu jenis ini: Umur lampu yang tahan lama, 15 kali lebih
lama dibandingkan lampu pijar biasa. Dapat beroperasi pada tegangan
antara 220-240 V. Kinerja terbaik pada tegangan 240 V.

D. Sistem Penerangan Merata di Dalam Lift Ace Hardware


Di dalam lift Ace Hardware Central Park Kuta ini juga terdapat
penerangan yang menggunakan sistem pencahayaan merata. Di dalam lift titik
lampu diletakkan secara teratur dan merata pada langit-langit. Penggunaan
system pencahayaan merata pada bangunan ini akan memberikan iluminasi
yang tersebar secara merata di dalam lift.

80
Gambar 13. Lampu LED yang digunakan untuk pencahayaan merata di
dalam lift

81
(sumber :Dok. Kelompok 6)

82
83
Gambar 13. Jenis Lampu LED yang digunakan di dalam lift
(sumber :Dok. Kelompok 6)

Analisis Penerangan :
 Jenis penerangan: Sistem Penerangan Merata (General Lighting)
 Arah sinarnya lampu: Penyinaran bawah (down-lighter), lampu yang
menyorot ke bawah.
 Sistem pencahayaan: Pencahayaan Langsung
 Jenis lampu yang digunakan: Lampu Power LED 5W 400 Lumens Merk
Kris warna Natural White
 Keunggulan lampu jenis ini: Umur lampu yang tahan lama, 10 kali lebih
lama dibandingkan lampu pijar. Cahaya yang dipancarkan terang dan tidak
menyilaukan. Bebas merkuri. Dapat beroperasi pada tegangan AC100-
240V/50Hz

E. Sistem Penerangan Emergency pada Setiap Lantai Ace Hardware


Pada setiap lantai Ace Hardware Central Park Kuta dari lantai 1 sampai
lantai 3 juga terdapat penerangan darurat jika suatu saat semua penerangan
disini mati tiba-tiba. Lampu ini sangat kecil hanya berdiameter kurang lebih 5
cm. Titik lampu jenis ini diletakkan secara teratur dan merata pada langit-
langit. Penggunaan system pencahayaan ini sangat membantu pada saaat
lampu mati total pada setiap ruangan. Dalam keadaan normal ketika lampu di
dalam ruangan menyala seperti biasa maka lampu emergency ini
mengeluarkan cahaya hijau, namun ketika lampu di dalam ruangan mati total
baru lampu emergency ini akan bekerja dan mengeluarkan cahaya berwarna
putih seperti layaknya penerangan yang biasa digunakan.

84
Gambar 13. Jenis Lampu LED yang digunakan untuk lampu emergency pada
setiap ruangan
(sumber :Dok. Kelompok 6)

Analisis Penerangan :
 Jenis penerangan: Sistem Penerangan Merata (General Lighting)
 Arah sinarnya lampu: Penyinaran bawah (down-lighter), lampu yang
menyorot ke bawah.
 Sistem pencahayaan: Pencahayaan Langsung

85
 Jenis lampu yang digunakan: Lampu LED-E14 B06 4W 326 Lumens
Merk Champlux warna Warm White.
 Keunggulan lampu jenis ini: Umur lampu yang tahan lama, 15 kali lebih
lama dibandingkan lampu pijar biasa. Cahaya yang dipancarkan terang dan
tidak menyilaukan. Bebas merkuri. Dapat beroperasi pada temperature
15oC sampai 50oC.

86
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh


sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat
diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami
atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan
buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang
dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:
 Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat
secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara
mudah dan tepat.
 Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan
aman.
 Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada
tempat kerja.
 Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar
secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak
menimbulkan bayang-bayang.
 Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan
prestasi.
System pencahayaan yang digunakan dalam bangunan ini meliputi
system pencahayaan merata, system pencahayaan terarah, dan system
pencahayaan setempat dengan menggunakan jenis lampu Fluoroscent dan lampu
LED. Lampu Fluoroscent dipasang dengan downlight untuk penyinaran umum
pada tiap lantai dan Lampu LED dipasang pada Lampu Spotlight untuk
penerangan pada benda tertentu.

4.2. Saran

87
Demi menunjang tercapainya unsur – unsur kenyamanan,
kesehatan, keselamatan, kemudian komunikasi dan mobilitas dalam
bangunan tentu perlunya sebuah sistem utilitas yang baik dan benar, untuk
itu perlu ketelitian dan kejelian dalam mendesain dan menempatkan
sebuah system utilitas agar mendapatkan disain yang bernilai dan dengan
hasil yang maksimal.

88
DAFTAR PUSTAKA

http://asriazis.blogspot.com/2011/04/pencahayaan-buatan.html
http://www.rumah.com/berita-properti/2013/11/5804/kenali-empat-jenis-
pencahayaan-ruangan
http://tentangarsitektur.blogspot.com/2013/05/jenis-lampu-dalam-pencahayaan-
buatan_94.html
Gardu Induk http://mtrpagi.blogspot.com/2012/09/pengetahuan-dasar-gardu-
induk-20-kv.html

Jenis Lampu http://www.astudioarchitect.com/2011/11/mengenal-jenis-jenis-


lampu-pijar.html

Jenis Sistem Pencahayaan http://septanabp.wordpress.com/2013/06/05/lighting-


yang-tak-kalah-penting/

Kapasitor Bank http://electric-mechanic.blogspot.com/2012/09/kapasitor-bank-


industri.html

Sejarah Lampu (http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/07/sejarah-dan-


perkembangan-lampu.html

Sejarah Listrik http://www.kaskus.co.id/thread/517e382e582acf506d000005/teori-


dasar-pengertian-manfaat-dan-sejarah-penemuan-listrik

89

Anda mungkin juga menyukai