Anda di halaman 1dari 3

KENDI

Sebutan ‘Kendi’ pada umumnya dikenal di seluruh Asia Tenggara. Kata kendi
berasal dari bahasa Sansekerta (dari India) yakni kundika yang artinya ‘wadah air
minum’. Dalam ikonografi Hindu, ‘kundika’ merupakan atribut dari Dewa Brahma dan
Dewa Siwa. Sedangkan pada agama Budha, ‘kundika’ merupakan atribut
Awalokiteswara dan peziarah Budha juga membawa ‘kundika’ yang dianggap sebagai
salah satu dari delapan belas wadah suci yang dibawa seorang rahib dalam
perjalanannya mencari kitab suci.

Sebutan kendi di Indonesia bermacam-macam khususnya untuk kendi tanpa


corot (kendi seperti buah labu/botol). Di Sumatera Barat wadah ini disebut labu tanah,
di Jawa ada yang menyebutnya gogok, atau glogok yang katanya berasal dari bunyi
yang keluar saat air dituang, di Batak disebut kandi, di Bali disebut kundi atau caratan,
di Sulawesi Selatan busu, di Aceh geupet bahlaboh dan di Lampung disebut hibu.

Kenapa kendi bisa disebut sebagai produk mitis?


Karena kendi juga dipakai sebagai alat upacara pada acara-acara tertentu,
misalnya pada perkawinan. Air yang terdapat dalam kendi dianggap suci, murni, dan
menyejukan, menjadi simbol perkawinan yang sempurna.
Di Jawa Barat, pada upacara perkawinan, mempelai wanita membasuh kaki
mempelai pria dengan air dari kendi, setelah upacara pemecahan telur. Upacara basuh
kaki melambangkan kesetiaan seorang istri terhadap suaminya.

Kendi juga dipakai pada acara sakral misalnya pada waktu upacara
pemberangkatan jenazah dari rumah duka menuju pemakaman. Dalam upacara
tersebut seringkali masyarakat Jawa Tengah memecahkan kendi yang berisi air. Para
peziarah yang akan ke makam sanak keluarga biasanya juga membawa kendi berisi air
untuk disiram ke atas kuburan dengan tujuan agar untuk menyejukan arwah yang
meninggal.

Sumber : http://baltyra.com/2013/01/04/kendi-sebuah-kesederhanaan-penuh-makna/

Anda mungkin juga menyukai