Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
DI RUANG FLAMBOYAN
Di susun oleh
SILVIA ANDRIANI L.
UNIVERSITAS KADIRI
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan laporan ini adalah sebagai bahan pembelajaran dalam
pemenuhan tugas di Ruang Ginekologi Akut IRD Lantai II RSUD Dr. Sutomo Surabaya.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini, diharapkan mahasiswa :
1) Mengetahui definisi dari menometrorrhagia
2) Mengetahui penyebab dari menometrorrhagia
3) Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan diagnosa menometrorrhagia
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Asuhan kebidanan ini dilaksanakan pada tanggal 19 Nopember 2011 s/d 2 Desember 2011 di
Ruang Ginekologi Akut IRD Lantai II RSUD Dr. Sutomo Surabaya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Menometrorhagia adalah hipermenorhea atau menoragia adalah perdarahan haid yang
lebih banyak dari normal/lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). (Prawirohardjo, 2005).
Menometrorhagia adalah perdarahan dari rahim yang terjadi pada waktu haid juga pada
saat-saat lain (Dorland, 2000)
Menometrorhagia adalah perdarahan uterus yang tidak sesuai waktu tetapi dalam jumlah
yang banyak (Manuaba, 2001).
Menurut Safitri (2009), menometrorhagia merupakan perdarahan bukan haid yaitu
perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan ini tampak berpisah dan dapat
dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu, yaitu menorrhagia dan
menometrorrhagia.
2.2 Etiologi
Menurut Safitri (2009), menometrorhagia kebanyakan terjadi karena ketidakseimbangan
hormonal yang mempengaruhi siklus haid.
1. Penyebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan :
a. Servik uteri, seperti karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip serviks, erosi pada
portio, ulkus portio uteri, dan kanker serviks
b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, mola hidatidosa,
koriokarsinoma, hyperplasia endometrium, sarcoma uteri, mioma uteri
c. Tuba fallopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba
d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium.
2. Penyebab perdarahan disfungsional
Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik. Perdarahan
disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause, nama lainnya
disebut “metropathia haemorrhagica cystica” atau folikel persisten.
2.3 Patofisiologi
Gangguan perdarahan
metropatia hemoragika
Menurut Prawirohardjo (2005), Schröder pada tahun 1915, setelah penelitian pada
uterus dan ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan
yang dinamakan metroplatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah
sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah
hiperplasiaendometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Akan tetapi, penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat
ditemukan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atrofik, hiperpastik,
proliferative, sekretorik, dan endometrium jenis nonsekresi merupkan bagian terbesar.
Pembagian endometrium dalam endometrium jenis nonsekresi dan endometrium sekresi
sangat penting. Karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dari
yang ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan
disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang
berbeda. Pada perdarahan yang oulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor
neuromuscular, asomotorik atau hematologic, yang mekanismenya belum seberapa
dimengerti, sedang perdarahan anovolatoarbiasanya dianggap sebagai gangguan endokrin.
2.4 Penanganan
Menurut Prawirohardjo (2005), kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan
disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi
tranfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal
dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat
dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan
a) Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat perdarahan
berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipropionas estradiol 2,5 mg, atau
benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 120 mg. Keberatan terapi ini ialah
bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
b) Progesteron: pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional
bersifat anovulator, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125mg, secara
intramuskular, atau dapat diberikan per os sehari norethindrone 15mg atau aseras
medroksi-progester (Provera) 10 mg, yang dapat dilindungi, terapi ini berguna pada
wanita dalam masa pubertas.
Sebab-sebab :
Kelainan hormonal
Gangguan hemostatik
Kelainan anatomi genetalia
Keganasan genetalia
Dasar Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
o Dalam / Inspekulo
Pemeriksaan Khusus
o KB Hormonal
o PAP smear/ biopsy
o Konisasi
o Kolposkopi
o Histerektomi
Faal hemostatik
Pengobatan :
Umum
o Promotif – suportif - preentif
Khusus
o Disesuaikan dengan
diagnosis hasil PA dan
sitologi
Gangguan perdarahan uterus disfungsional
Anovulatoar: Ovulatoar
- Folikel degraaf tanpa - Korpus luteum persisten
ovulasi - Korpus luteun insufisien
Diagnosis:
- Anamnese
- Periksa Fisik Laboratorium
- DC – PA Penunjang
o Laparotomi - Laboratorium dasar
o Histeroskopi - Faal Lever
- Faal ginjal
- Faal Hemostatis
Pengobatan Umum
- Infus – Transfusi
- Suportif Vitamin
- Sediaan Fe
Laparoskopi/ laparotomi
- Poliklinik Ovari
- Wedge reseksi
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus. 1998a. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.