PENGENDALIAN MANAJEMEN
Dalam semua entitas perusahaan yang mempunyai tujuan sangat berkepentingan dengan masalah
pengendalian (controlling) agar tujuan entitas tersebut dapat tercapai. Tanpa adanya pengendalian yang
memadai, entitas tersebut tidak mungkin dapat mencapai tujuannya. Tanpa disadari bahwa, manusia dalam
berbagai aspek kehidupannya selalu berhadapan dengan masalah pengendalian yaitu pengerahan semua
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Selanjutnya, mereka melaksanakan
tindakan koreksi apabila keadaan mereka menjauh dari tujuan yang ditetapkan.
contoh yang sangat sederhana disekitar kehidupan manusia adalah pengendalian yang dilakukan
oleh seseorang yang mengendarai kendaraannya untuk mencapai tujuan tempat tujuan tertentu. Untuk itu ia
harus menyediakan kendaraan yang “sehat “, bahan bakar yang cukup serta kondisi badan yang siap untuk
mengemudi. Sepanjang perjalanannya, ia harus mengatur kecepatan kendaraan, mengarahkan kemudi kearah
tujuan yang tepat, mengatur semua sarana yang tersedia dengan semestinya agar dapat sampai ke tempat
tujuan dengan selamat dalam waktu yang direncanakan. Tanpa upaya seperti itu, mustahil tujuan dan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dengan baik. Ilustrasi sederhana tersebut dapat memberikan
gambaran arti penting pengendalian yaitu dalam rangka mengupayakan pencapaian atau mempertahankan
keadaan yang diinginkan.
Suatu organisasi bisnis yang merupakan sekumpulan dari individu juga dapat dipandang mempunyai
tujuan. Mengenai tujuan organisasi ini teori organisasi klasik dan teori organsasi modern mempunyai
pandangan yang berbeda. Menurut teori organisasi modern, organisasi dipandang sebagai barang mati yang
dengan sendirinya tidak mempunyai tujuan. Tujuan organisasi melekat pada orang-orang yang
dominan(dominan coalism) di dalam organisasi tersebut. Salah satu fihak yang sangat berkepentingan dengan
masalah pencapaian tujuan organisasi ialah pimpinan puncak organisasi yang bersangkutan. Kemampuan
pimpinan puncak dalam mengendalikan organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi akan sangat
menentukan tingkat eksistensi dirinya dalam organisasi tersebut.
Dalam organisasi bisnis yang sangat kecil, pengendalian belum menjadi masalah yang rumit karena
pimpinan puncak merangkap sebagai pelaksana kegiatan. Dengan demikian, ia dapat melakukan pengendalian
secara langsung terhadap semua kegiatan organisasi. Pengendalian akan menjadi masalah yang serius apabila
organisasi berkembang menjadi semakin besar sehingga pimpinan puncak tidak mungkin lagi melaksanakan
kegiatan organisasi hanya dengan beberapa orang saja. Sebagian wewenang mau tidak mau harus dilimpahkan
kepada orang lain (bawahannya). Oleh karena itu pimpinan puncak harus mempunyai alat pengendalian agar
para bawahan dapat bekerja sesuai dengan kebijakannya. Pengendalian (Controlling) melalui orang-orang yang
menerima pelimpahan wewenang ini disebut dengan pengendalian manajemen. Pada organisasi yang sudah
besar, pengendalian manajemen ini dibakukan dalam suatu sistem yang disebut sistem pengendalian
manajemen.
Selain perkembangan internal organisasi, perkembangan lingkungan (eksternal) organisasi juga
sangat mendorong arti penting masalah pengendalian . Persaingan yang semakin tajam, ketidak pastian yang
semakin tinggi, sumber daya yang semakin terbatas serta kondisi ekonomi yang semakin sulit mengharuskan
pimpinan organisasi khususnya organisasi perusahaan untuk dapat mengendalikan perusahaannya agar dapat
tetap survive kalau mungkin mampu berkembang pada kondisi yang penuh tantangan tersebut.
Begitu pentingnya sistem pengendalian manajemen, sehingga Antony dan kawan-kawan
mengibaratkan sistem pengendalian sebagai otak pengemudi sebuah mobil. Sistem pengendalian
mengarahkan dan menuntun suatu organisasi pada tujuan yang diinginkan.
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN (SISTEM MANAJEMEN)
Dalam sistem manajemen terdapat 3 ( tiga ) macam sistem yang terkait dengan perencanaan dan
pengendalian yaitu:
1. Formulasi strategi (strategy formulation),
2. pengendalian manajemen (management control), dan
3. Pengendalian tugas (task control).
Strategy formulation is the process of deciding on the goals of the organization and the strategies
for attaining these goals. In this book, we use the word goals to describe the broad overall aims of an
organization, and the term objectives to describe specific steps to accomplish the goals within a given time
frame.
Formulasi strategi (strategy formulation) merupakan penetapan tujuan suatu organisasi dan strategi
untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan merupakan kondisi umum yang diinginkan oleh organisasi. Selain
tujuan, dalam organisasi dikenal pula istilah sasaran (objectives) yaitu tahapan-tahapan spesifik selama jangka
waktu tertentu untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi merupakan pendekatan-pendekatan yang digunakan
untuk mencapai tujuan.
Formulasi strategi menyangkut kehidupan organisasi dalam jangka panjang (masa depan) dan
merupakan pekerjaan manajemen puncak. Formulasi strategi sangat menentukan keberhasilan organisasi
dalam mempertahankan eksistensinya pada masa yang akan datang.
Karakteristik yang lain tentang strategy formulation adalah menghadapai ketidak pastian pada masa
yang akan datang sehingga mengandung risiko tinggi. Formulasi strategi (strategy formulation) juga
menyangkut sesuatu yang masih sangat umum.
Strategi yang telah diformulasikan harus dilaksanakan (diimplementasikan) agar tujuan yang
ditetapkan tidak hanya menjadi sekedar mimpi. Implementasi strategi dilakukan melalui proses yang disebut
dengan pengendalian manajemen (management control). Manajemen control merupakan proses untuk
mempengaruhi anggota organisasi agar mereka bekerja untuk pencapaian tujuan organisasi. Sasaran
management control adalah para manajer tingkat menengah dan bawah.
Task control (pengendalian tugas) berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis dan
rutin. Sasaran task control adalah manajemen tingkar bawah.
Perbandingan yang menunjukkan perbedaan formulasi strategi, pengendalian manajemen dan
pengendalian tugas-tugas adalah sebagai berikut
NO.
STRATEGIC FORMULATION
MANAGEMENT CONTROL
TASK CONTROL
1.
Proses penetapan tujuan organisasi dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut
Proses bagaimana mengim-plementasikan strategi tersebut.
Proses yang menjamin bahwa tugas telah dilaksa-nakan secara efektif dan efisien
2.
* Tujuan tidak berbatas waktu
* Strategi = rencana yang luas dan penting
* Mempertimbangkan threat dan opportunity, setiap saat dan waktu
* Fokusnya perusahaan secara keseluruhan
* Berbatas waktu (periodik)
* Fokusnya satu unit organisasi
* Aktivitasnya perilaku
* Berorientasi perilaku, dan tidak bisa dibuat persamaan
* Melibatkan hubungan atasan dengan bawahan
* Fokusnya hanya sebagian unit organisasi
* Berorientasi transaksi
* Aktivitasnya scientific
* Informasinya dalam angka-2
* Tidak melibatkan hubu-ngan atasan dengan bawahan
3.
* Tidak sistematik
* Berdasarkan judgement
Sistematik (reguler)
Ada aturan-aturan baku dan teknis dalam melaksanakan tugas
4.
Hanya top manajemen saja yang terlibat, dan datanya perkiraan
Melibatkan seluruh manajer pada seluruh tingkatan organisasi dan data akurat
Hanya individu yang terlibat dengan penugasan tertentu
Dalam suatu Struktur organisasi menunjukkan peran, hubungan pelaporan dan tanggung jawab unit
organisasi berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam organisasi. Manajemen Sumber daya Manusia
merupakan merupakan proses seleksi, pelatihan, evaluasi, promosi, dan pemberhentian karyawan dalam
rangka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan strategi
organisasi. Budaya (culture) merupakan sperangkat keyakinan umum, perilaku dan norma-norma yang secara
eksplisit maupun implisit mempengaruhi tindakan-tindakan manajerial.
RUANG LINGKUP SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Pembahasan pengendalian manajemen dalam kuliah ini meliputi :
1. Lingkungan pengendalian manajemen : adalah jaringan kerja organisasi dimana manajemen
melaksanakan tugas pengendalian yang berhubungan dengan : perilaku individu di dalam organisasi, berbagai
jenis organisasi terutama tanggung jawab keuangannya pada berbagai unit dan sub unitnya. Lingkungan
pengendalian meliputi:
a. Responsibility Center :
1) Cost Centre
2) Revenue Centre
3) Profit Centre
4) Investment Centre
5) Transfer Pricing
b. Measuring and Controlling Asset Employed :
1) ROI (Return on Investment)
2) EVA (Economic Value Added)
2. Proses pengendalian manajemen : adalah interaksi formal (sistem pengendalian dan perencanaan
yang meliputi:
a. Strategic Planning
b. Budget Preparations
c. Analyzing Financial Performance Report
d. Performance Measurement
e. Management Compensation
3. Variasi pengendalian manajemen : adalah penjelasan berbagai pengendalian pada berbagai
strategi, dan penerapannya pada organisasi jasa. Variasi tersebut meliputi:
a. Controls for Differentiated Strategies
b. Service Organization
c. Quality Management
d. Pengendalian Internal
PENGANTAR MANAJEMEN
Aktivitas pertama adalah formulasi strategi, dimana dari formulasi strategi akan menghasilkan
tujuan dari organisasi, strategi yang dgunakan untuk mencapai tujuan tersebut dan kebijakan-kebijakan yang
diperlukan .
Aktivitas setelah dilakukan formulasi strategi adalah pengendalian manajemen, dimana aktivitas ini
menghasilkan bagaimana cara menerapkan strategi tersebut yang telah ditetapkan pada aktivitas sebelumnya.
Aktivitas ketiga adalah pengendalian tugas, dimana aktivitas pengendalian tugas ini menghasilkan
kinerja yang efisien dan efektif dari masing-masing tugas individu.
Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen adalah suatu proses dimana para manajer mempengaruhi anggota
organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi. Pada pengendalian manajemen meliputi
beberapa aspek, antara lain:
1. Kegiatan pengendalian manajemen
Pengendalian manajemen terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu:
a. Merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh suatu organisasi
b. Mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian organisasi
c. Mengkomunikasikan informasi
d. Mengevaluasi informasi
e. Memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil
f. Mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku mereka
Pengendalian manajemen tidak berarti mengharuskan agar semua tindakan sesuai dengan rencana
yang ditentukan sebelumnya, seperti anggaran. Rencana seperti itu didasarkan pada situasi yang dipercaya ada
pada saat rencana tersebut diformulasikan.
2. Keselarasan tujuan
Proses pengendalian manajemen tidak bersifat mekanis. Pengendalian manajemen meliputi
interaksi antar invidividu yang tidak dapat digambarkan secara mekanis. Masalah dari pengendalian
manajemen yang utama adalah bagaimana mempengaruhi individu untuk bertindak demi pencapaian tujuan
pribadi para manajer dengan cara sedemikian rupa sehingga sekaligus juga membantu pencapaian tujuan
organisasi.
3. Perangkat penerapan strategi
Berikut adalah kerangka kerja penerapan strategi
Struktur organisasi menetapkan peranan, hubungan pelaporan, dan pembagian tanggung jawab
yang membentuk pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.
Manajemen SDM merupakan seleksi, pelatihan, evaluasi, promosi dan pemecatan karyawan guna
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan strategiorganisasi.
Kebudayaan merupakan sekelompok kepercayaan, sikap dan norma hukum yang secara eksplisit
maupun implicit mengarahkan tindakan manajerial.
Dimulai dari strategi yang ditetapkan terlebih dahulu. Strategi yang telah ditetapkan tersebut harus
sesuai dengan unsur-unsur yang ada didalan suatu organisasi, yaitu:
a. Struktur dari organisasi itu sendiri
b. Kebudayaan dari organisasi
c. Sumber daya manusia di organisasi tersebut
d. Pengendalian manajemen di organisasi tersebut
Strategi yang telah sesuai dengan keempat unsur tersebut diatas akan menghasilkan kinerja yang
sesuai dengan yang diharapkan. Dengan begitu dalam menentukan strategi, suatu organisasi juga harus
mempertimbangkan unsur-unsur tersebut sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Tekanan financial dan non financial
Sistem pengendalian manajemen meliputi ukuran kinerja financial (laba bersih, pengembalian
modal dan lain-lain) dan ukuran kinerja non financial (mutu produk, pangsa pasar, kepuasan pelanggan dan
lain-lain).
5. Bantuan dalam mengembangkan strategi baru
Dalam industri yang berada pada lingkungan yang cepat berubah diperlukan adanya pengendalian
yang bersifat interaktif. Pengendalian interaktif mengundang perhatian manajemen pada pengembangan baik
yang negative maupun yang positif yang menunjukkan perlu adanya inisiatif strategi yang baru.
Perumusan Strategi
Formulasi strategi merupakan proses memutuskan tujuan organisasi dan strategi untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Tujuan tidak memiliki jangka waktu dan tujuan akan tetap ada hingga tujuan tersebut
diubah dan itu jarang terjadi. Bagi beberapa perusahaan mencapai tingkat ROI (return on investment) yang
memuaskan merupakan tujuan yang penting, tetapi bagi perusahaan lainnya memperluas pangsa pasar
merupakan hal yang sama pentingnya.
Organisasi nirlaba juga memiliki tujuan, yang pada umumnya adalah memberikan pelayanan
semaksimum mungkin dengan dana yang tersedia.
Strategi merupakan perencanaan yang besar dan penting karena menetapkan secara umum arah
dan tujuan pergerakan organisasi yang diinginkan oleh manajemen senior.
Formulasi strategi adalah proses pengambilan keputusan strategi baru.
Pengendalian manajemen adalah proses implementasi dari strategi.
Pengendalian Tugas
Pengendalian tugas adalah proses untuk memastikan bahwa tugas yang spesifik dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Pengendalian tugas berorientasi pada transaksi, hal tersebut melibatkan kinerja dari tugas
individual sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam proses pengendalian manajemen.
Sebagian besar informasi dalam sebuah organisasi merupakan pengendalian tugas.
Perbedaan paling utama antara pengendalian tugas dan pengendalian manajemen adalah banyak
sistem pengendalian tugas yang bersifast ilmiah sedangkan pengendalian manajemen tidak dapat
disederhanakan menjadi suatu ilmu.
Perumusan Strategi
Pengendalian Manajemen
Pengendalian Tugas
Mengakuisisi bisnis yang tidak terkait
Memperkenalkan produk atau merk baru dalam lini produk
Mengkoordinasikan pesanan yang masuk
Memasuki bidang bisnis baru
Memperluas pabrik
Menjadwalkan produksi
Menerapkan kebijakan yang telah disepakati
Menerapkan program rekruitmen minoritas
Memelihara dokumen kepegawaian
Menyusun kebijakan spekulasi persediaan
Memutuskan tingkat persediaan
Memesan ulang suatu barang
MODUL : 1
ATA KULIAH : SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
DOSEN : MAYA SAFIRA DEWI, SE.Ak.M.Si
PKK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS EKONOMI
JAKARTA
2010
BAB I
HAKIKAT SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
* Pengendalian
Adalah proses untuk membuat sebuah organisasi mencapai tujuannya.
Elemen-elemen system pengendalian. Setiap system pengendalian setidaknya memiliki empat
elemen :
a. Pelacak (detector) atau sensor merupakan sebuah perangkat yang mengukur apa yang
sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
b. Penaksir (assessor) merupakan suatu perangkat yang menentukan suatu signifikasi dari peristiwa
actual dengan membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
c. Effector merupakan suatu peringkat yang sering disebut dengan feedback yang mengubah
perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan.
d. Jaringan komunikasi merupakan perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan
assessor dan antara aessor dan affector
Keempat elemen dasar dari system pengendalian ini digambarkan dalam bentuk diagram pada
gambar 1.
o
* Manajemen
1. Proses perencanaan, pengor-ganisasian, kepemimpinan dan pengendalian pekerjaan anggota
organisasi, serta pengendalian sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Seni untuk mengajak orang lain mencapai sebuah tujuan
Proses pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer diseluruh tingkatan memastikan
bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang dimaksudkan
Sebuah organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
tertentu bersama (dalam sebuah organisasi bisnis tujuannya adalah mencapai tingkat profit yan memuaskan).
Organisasi dipimpin oleh hierarki manajer, dengan Chief Executive Officer (CEO) pada posisi puncak dan para
manajer unit bisnis, departemen, bagian (section) dan subunit lainnya yang berada di level bawah.
CEO memutuskan keseluruhan strategi yang akan memungkinkan organisasi mencapai tujuannya .
Mematuhi keputusan CEO , para manager dari beberapa unit bisnis memformulasikan beberapa strategi
tambahan yang memungkinkan unit mereka masing-masing untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer diseluruh tingkatan memastikan
bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang dimaksud.
Proses pengendalian yang digunakan oleh manajer mengandung elemen yang sama seperti pada
system pengendalian yang lebih sederhana telah digambarkan di atas : detector, assessor, effector dan system
komunikasi. Detector melaporkan apa yang sedang terjadi atau organisasi atas organisasi; assessor
membandingkan informasi ini dengan keadaan yang diinginkan; effector melakukan tindakan koreksi terhadap
perbaikan yang signifikan antara keadaan actual dengan keadaan yang diinginkan.
* Sistem
Adalah sekelompok komponen yang masing-masing saling menunjang – saling berhubungan – yang
keseluruhan merupakan sebuah kesatuan. Suatu sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitif
untuk melaksanakan suatu atau sekelompok aktivitas
Sebuah system merupakan suatu cara tertentu dan biasanya berulang untuk melaksanakan suatu
atau serangkaian aktivitas. Sejumlah karakteristik system yakni : lebih kurang membentuk ritme tertentu,
terkoordinasi dan mengulangi serangkaian tahapan tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Beberapa tindakan manajemen bersifat tidak sistematis. Para manajer pada umumnya menghadapi
situasi dimana aturan tidak terdefinisikan secara baik sehingga harus menggunakan penilaian terbaik mereka
dalam memutuskan tindakan apa yang akan diambil.
Keefektifan tindakan mereka ditentukan oleh kepiawaian mereka dalam berhadapan dengan orang-
orang dan bukannya oleh aturan yang ditentukan dalam system (kendati system mungkin memberikan
gambaran umum dari respons yang wajar). Jika seluruh system menjamin tindakan tepat bagi seluruh situasi,
mungkin tidak diperlukan lagi manajer manusia.
Dengan demikian penting untuk disadari, bagaimanpun juga, bahwa proses informal sangat
dipengaruhi oleh bagaimana cara system pengendalian formal organisasi dirancang dan dioperasikan.
Batas-Batas Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen memerlukan perencanaan dan pengendalian yang terdiri dari : formulasi
strategi dan pengendalian tugas. Gambar 2. hubungan antara perencanaan dan fungsi pengendalian.
* Pengendalian Manajemen
Merupakan proses dimana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk
mengimplementasikan strategi organisasi.
* Perumusan Strategi
Formulasi strategi merupakan proses memutuskan tujuan organisasi dan strategi untuk mencapai
tujuan- tujuan ini
Strategi merupakan perencanaan yang besar, perencanaan yang penting. Mereka menetapkan
secara umum ke arah mana organisasi yang bergerak yang diinginkan manjer senior.
Kebutuhan untuk memformulasikan strategi biasanya timbul dalam merespos ancaman yang
diterima (misalnya, serangan dari oesaing, pergeseran cita rasa konsumen) atau adanya kesempatan
(misalnya, inovasi tekhnologi, persepsi yang baru dari perilaku pelanggan)
- Perbedaan paling penting antara pengendalian tugas dan pengendalian manajemen adalah banyak
sistem pengendalian tugas yang bersifat scientific. Secara definisi, pengendalian manajemen meliputi perilaku
para manajer dalam , dan hal ini tidak dapat dinyatakan melalui persamaan-persamaan.
- Pengendalian manajemen fokus terletak pada unit organisasional, dalam pengendalian tugas fokus
terletak pada tugas spesifik dilakukan oleh unit-unit organisasional.
- Pengendalian manajemen memperhatikan secara luas aktivitas para manajer yang memutuskan
apa yang harus dilakukan dalam kendala strategis secara umum. Pengendalian tugas berhubungan dengan
tugas-tugas tertentu, yang sebagian besar membutuhkan sedikit atau tidak adanya pertimbangan untuk
melaksanakannya.
Referensi:
1. Anthony, Robert N., (2004), Management Control System, Boston: Irwin/McGraw-Hill, (Chap 1)
2. Arief Suadi, Sistem Pengendalian Manajemen, Yogyakarta: BPFE UGM, (Bab 1)
o Posisi SPM: Tujuan Perusahan – dijalankan dan tanggungjawab dari Manajemen – mengelola
Sumber Daya yang ada – perlu kepastian Tercapainya Tujuan.
MANAJEMEN
Proses Manajemen
o Planning
o Organizing
o Staffing and Human Resource Management
o Leading and Interpersonal Influence
o Controlling
Bidang Manajemen
o Marketing
o Production/ Operation
o Purchasing
o Human Resource
o Finance and Accounting
o Strategic
o Information Systems
PENGENDALIAN - CONTROL
1. Detector: pelacak, sensor, monitor, urai kegiatan, observer. Perangkat yang mengukur apa yang
sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan
2. Assessor: evaluator, asesor,selektor. Perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa aktual
dengan membandingkan dengan standar atau ekspektasi
3. Effector: umpan balik, director, modifier. Perangkat yang mengubah perilaku jika asesor
mengindikasikan kebutuhan untuk hal tersebut.
4. Communication Network: koneksi, jaringan komunikasi. Perangkat meneruskan informasi antara
detector dan assessor dan antara assessor dengan effector.
Proses Pengendalian
1. Pengendalian Manajemen
o Memotivasi orang
o Proses
o Peran Manajer
o Tujuan
o Efisiensi: minimal input dan max output
o Efektivitas: kemampuan mencapai tujuan
o Hubungan program dan tanggungjawab
o Informasi pada SPM
o Sistem Organisasi Total
o Struktur keuangan
o Pola dan jadwal SPM
o Sistem terpadu dan terkoordinasi (berkesinambungan)
3. Pengendalian Tugas
o Pengendalian rinci atas prosedur
o Titik kegiatan: jadwal, tingkat persediaan, jumlah
o Teknik dan metode pengendalian: banyak yang ilmiah.
o Reviwe terus menerus
o Keluaran dan masukan
o Discretionary cost: biaya yang ditentukan manajemen
o Engineered cost: biaya terencana
SISTEM
Suatu cara tertentu dan bersifat berulang untuk melaksanakan suatu/ kelompok aktivitas.
Hubungan Umum
Fungsi Perencanaan dan Pengendalian
Perumusan
Strategi
Pengendalian Manajemen
Pengendalian Tugas
Mengakuisisi bisnis yang tidak terkait
Memperkenalkan produk/ merk baru dalam lini produk
Mengkoordinasi pesanan yang masuk
Memasuki bidang bisnis baru
Memperluas pabrik
Menjadwalkan produksi
Menambah penjualan langsung by mail
Menentukan anggaran iklan
Memesan iklan di TV
Mengubah rasio debt to equity
Menerbitkan obligasi baru
Mengatur arus kas
Menerapkan kebijakan yang telah disepakati
Menerapkan program rekrutmen minoritas
Memelihara dokumen kepegawaian
Menyusun kebijakan spekulasi persediaan
Memutuskan tingkat persediaan
Memesan ulang barang
Memutuskan lingkup dan arah riset
Mengendalikan organisasi riset
Menjalankan proyek riset individual
MODUL 1
A. kONSEP-KONSEP DASAR
Unsur-unsur sistem pengendalian manajeman meliputi perencanaan strategis, pembuatan
anggaran, alokasi sumber daya, pengukuran, evaluasi, dan penghargaan atas kinerja, alokasi pusat tanggung
jawab, dan penetapan harga transfer.
Pengendalian manajemen merupakan keharusan dalam suatu organisasi yang mempraktikan
desentralisasi. Salah satu pandangan beragumentasi bahwa sistem pengendalian manajemen harus sesuai
dengan strategi perusahaan. Hal ini menyiratkan bahwa strategi pertama kali dikembangkan melalui proses
formal dan rasional, dan strategi ini kemudian menentukan design sistem manajemen perusahaan. Satu
perspektif alternatif lain mengatakan bahwa strategi muncul melelui eksperimentasi yang dipengaruhi oleh
sistem manajemen perusahaan. Menurut pandangan ini, sistem pengendalian manajemen dapat
mempengaruhi perkembangan strategi.
Jika perusahaan beroperasi dalam konteks industri yang perubahan lingkungannya dapat di
prediksikan, maka perusahaan dapat menggunakan proses formal dan rasional untuk mengembangkan strategi
terlebih dahulu, kemudian baru mendesain sistem pengendalian manajemen untuk melaksanakan strategi
tersebut. Sebaliknya, dalam lingkungan yang cepat berubah perusahaan kesulitan untuk merumuskan strategi
terlebih dahulu lalu kemudian mendesain sistem manajemen untuk melaksanakan strategi yang dipilih.
Sehingga dalam konteks ini strategi muncul melalui eksperimentasi dan proses di luar rencana yang secara
signifikan dipengaruhi oleh sistem pengendalian manajemen perusahaan.
1. PENGENDALIAN
organisasi juga harus dikendalikan, yaitu harus ada perangkat-perangkat untuk mamastikan
bahwa tujuan strategis organisasi dapat tercapai.
Perangkat 2. Assessor
Kendali Perbandingan dengan ukuran standar
Perusahaan
Yang sedang
dikendalikan
2. MANAJEMEN
Suatu organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama. Organisasi dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief executive officer (CEO) pada posisi
puncak, dan para manajer unit bisnis, departeman, bagian, dan subunit lainnya berada dibawah CEO dalam
bagan organisasi. Seluruh manajer CEO merupakan atasan dan bawahan sekaligus; mereka mengawasi kinerja
dari orang-orang yang ada didalam unitnya, dan mereka diawasi oleh manajer kepada siapa mereka melapor.
CEO mamutuskan keseluruhan strategi yang akan memungkinkan organisasi tersebut untk
mencapai tujuannya. Tunduk pada CEO para manajer dari berbagai unit bisnis memformulasikan strategi
tambahan yang memungkinkan unit mereka masing-masing untuk memperluas tujuan-tujuan ini.
Proses Pengendalian Manajemen adalah proses dimana manajer di seluruh tingkatan memastikan
bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang dimaksudkan.
3. SISTEM
Suatu sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitifuntuk melaksanakan suatu
atau sekelompok aktivitas. Sistem memiliki karakteristik berupa rangkaian langkah-langkah yang berirama,
terkoordinasi, dan berulang; yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Beberapa tindakan manajemen bersifat tidak sistematis. Para manajer pada umumnya
menghadapi situasi di mana aturan tidak terdefinisikan dengan baik sehingga harus menggunakan penilaian
terbaik mereka dalam memutuskan tindakan apa yang akan diambil. Efektivitas tindakan mereka ditentukan
oleh kepiawaian mereka dalam berhadapan dengan orang-orang dan bukan oleh eturan yang ditentukan
dalam sistem (meskipun sistem mungkin memberikan gambaran umum dari respon yang wajar). Jika seluruh
sistem menjamin tindakan tepat untuk semua situasi, maka manajer manusia mungkin tidak diperlukan lagi.
Formulasi strategi paling tidak sistematis diantara ketiganya, pengendalian tugas merupakan
yang paling sistematis, dan pengendalian manajemen terletak diantaranya. Formulasi strategi memfokuskan
pada jangka panjang, sementara pengendalian yugas memfokuskan pada kegiatan jangka pendek, dan
pengendalian manajemen terletak diantaranya.Formulasi strategi menggunaka perkiraan kasar akan masa
depan, pengendalian tugas menggunakan data akurat saat ini, dan pengendalian manajemen terletak
diantaranya.
Masing-masing kegiatan meliputi perencanaan dan pengendalian, tetapi
dengan penekana yang berbeda pada masing-masing kegiatan. Proses perencanaan dalam formulasi strategi
merupakan hal yang lebih penting, proses pengendalian merupakan hal yang lebih penting dalam
pengendalian tugas, dan dalam pengendalian manajemen perencanaan dan pengendalian merupakan hal yang
sama pentingnya.
1. PENGENDALIAN MANAJEMEN
Pengendalian manajemen merupakan proses dengan nama para manajer mempengaruhi
anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi.
Pengendalian manajemen tidak berarti mengharuskan agar semua tindakan sesuai dengan
rencana yang ditentukan sebelumnya, seperti anggaran. Rencana seperti itu didasarkan pada situasi yang
dipercaya ada pada saat rencana tersebut diformulasikan. Jika situasi ini telah berubah pada waktu
penerapannya, maka tindakan yang ditentukan oleh rencana tidak lagi sesuai.
Jika seorang manajer menemukan pendekatan yang lebih baik, yang lebih mungkin
dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan organisasi, sistem
pengendalian manajemen seharusnya tidak merintangi penerapannya. Dengan kata lain, mematuhi anggaran
tidaklah selalu baik, dan penyimpangan dari anggaran tidaklah selalu buruk.
Pengendalian
Manajemen
Pengendalian Interaktif
2. PERUMUSAN STRATEGI
Formulasi strategi merupakan proses mamutuskan tujuan organisasi dan strategi untuk mencapai
tujuan-tujuan ini. Istrilah tujuan digunakan untuk menggambarkan tujuan keseluruhan dari suatu organisasi,
dan istilah sasaran untuk mengnambarkan langkah-langkah guna mencapai tujuan dalam kerangka waktu yang
diberikan.
Tujuan tidak memiliki jangka waktu, tjuan akan tetap ada hungga tujuan tersebut diubah, dan
hal itu jarang terjadi. Dalam proses formulasi strategi, tujuan organisasi biasanya dianggap tetap, meskipun
sesekali waktu pemikiran strategis dapat memfokuskan pada tujuan itu sendiri.
Strategi merupakan perencanaan yang besar dan penting. Strategi menetapkan secara umun
arah tujuan pergerakan organisasi yang diinginkan oleh manajemen senior. Kebutuhan untuk
memformulasikan strategi biasanya muncul sebagai respons terhadap ancaman yang diterimanya (misalnya
serangan dari pesaing, pergeseran selera konsumen, atau peraturan pemerintah yang baru) atau kesempatan
(misalnya inovasi teknologi, persepsi yang baru atas perilaku pelanggan, atau pengembangan aplikasi baru dari
produk yang sudah ada).
Gagasan baru tidak semata-mata keluar dari tim riset dan pengembangan atau staf perusahaan
pusat. Siapapun mungkin memiliki sebuah gagasan cemerlang , yang setelah dianalisis dan didiskusikan dapat
menjadi dasar bagi strategi yang baru. Tanggung jawab lengkap dalam formulai strategi seharusnya tidak
pernah dibebankan kepada seseorang atau satu unit organisasi saja. Menyediakan sarana untuk membawa
gagasan yang bermanfaat secara langsung untuk menarik perhatian manajemen senior tanpa membiarkan
gagasan tersebut terhalangdi tingkat yang lebih rendah adalah hal yang penting.
3. PENGENDALIAN TUGAS
Pengendalian tugas adalah proses untuk memastikan bahwa tugas yang spesifik dilaksanakan
secara efektif dan efisian.
Pengendalian tugas berorientasi pada transaksi; hal tersebut melibatkan kinerja dari tugas
individual sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam proses pengendalian manajemen. Pengendalian tugas
selalu terdiri dari pengawasan agar aturan-aturan ini diikuti, suatu fungsi yang dalam beberapa kasus bahkan
tidak memerlukan kehadiran manusia.
Perangkat mesin yang dikendalikan secara numerik, komputer pengendali proses, dan robot
merupakan perangkat pengendali tugas yang bersifat mekanis. Fungsi alat-alat tersebut melibatkan manusia
hanya terjadi jika peristiwa tidak biasa begitu sering terjadi sehingga pemrograman sebuah komputer dengan
aturan guna mengatasi peristiwa ini tidak sepadan.
Banyak kegiatan pengendalian tugas yang bersifat ilmiah; yaitu keputusan optimal atau tindakan
yang tepat perlu diambil untuk membawa kondisi diluar kendali kembali ke kondisi yang diinginkan dapat
diprediksikan dalam batasan yang dapat diterima.
Sebagian besar informasi dalam sebuah organisasi merupakan informasi pengendalian tugas;
jumlah pesanan barang oleh pelanggan, berat bahan baku, dan jumlah unit kompnen yang digunakan dalam
menghasilkan produk, dll. Banyak kegiatan sentra organisasi termasuk pengadaan barang, penjadwalan,
masukan pesanan, logistik, pengendalian mutu, dan manajemen kas merupakan sistem pengendalian tugas.
Beberapa diantaranya meskipun bersifat mekanis tetapi menjadi sangat rumit.
Aktifitas tertentu yang dilakukan oleh menajer sekarang diotomatiskan dan telah menjadi
aktifitas pengendalian tugas.pergeseran ini dari pengendalian menajemen menjadi pengendalian tugas ini
membebaskan waktu manajer untuk kegiatan menajemen lainnya (tanpa menghapuskan posisi menajemen
tersebut).
Perumusan Strategi
Pengendalian Manajemen
Pengendalian Tugas
Mengakuisisi bisnis yang tak terkait
Memperkenalkan produk atau merek baru dalam lini produk
Mengkoordinasi pesenan yang masuk
Memasuki bidang bisnis baru
Mempeluas pebrik
Menjadwalkan produksi
Menambah penjualan langsung melalui pos
Menentukan anggaran untuk iklan
Mmesan iklan TV
Mengubah rasio utang/modal
Menerbitkan utang baru
Mengatur arus kas
Menerapkan kebijakan yang telah disepakati
Menerapkan program rekrutmen minoritas
Mmelihara dokuman kepegawaian
Mwnyusun Kebijakan spekulasi persediaan
Memutuskan tingkat persediaan
Memesan ulang suatu barang
Memutuskan lingkup dan arah riset
Mengendalikan organisasi riset
Menjalankan proyek riset individual
Pengaruh internet dalam dunia bisnis telah menjadi monumental.Pengaruh internet atas
pengendalian manajemen dalam sebuah organisasi adalah sistem pengendalian manajemen meliputi
informasi, dan organisasi memerlukan sebuah infrastruktur tersebut, sehingga membuat pemrosesan
informasi menjadi lebih mudah dan lebih capat, dengan kesalahan yang lebih sedikit.
Pada situs Web seorang manajer dapat mengumpulkan data dalam jumlah yang amat besar,
menyimpan, serta menganalisis data tersebut dengan format yang berbeda, dan mengirimnya ke setiap orang
dalam organisasi. Manajer juga menggunakan informasi ini untuk mengubah laporannya secara pribadi.
Internet memfasilitasi koordinasi dan pengendalian melalui pemrosesan informasi yang efisien
dan efektif, tetapi internet tidak dapat menggantikan proses fundamental yang melibatkan pengendalian
manajemen. Hal ini disebabkan karena penerapan strategi melalui pengendalian manajemen secara esensial
merupakan sebuah proses social, sehingga tidak dapat diotomatiskan secara penuh. Ketersediaan akses data
secara elektronis ke data base hanya memberikan kontribusi kecil pada penilaian yang diperlukan untuk
mendesain dan mengoperasikan suatu sistem pengendalian yang optimal. Penilaian tersebut meliputi:
1. Memahami nilai relatif dari pentingnya keanekaragaman, dan terkadang bersaing dalam, tujuan
yang mendorong individuuntuk bertindak
2. Penyelarasan tujuan dari beragam individu dengan organisasi
3. Pengembangan tujuan tertentu melalui unit bisnis, area fungsional, dan departemen-departemen
yang akan dinilai
4. Mengkomunikasikan strategi dan tujuan kinerja yang spesifik untuk keseluruhan organisasi
5. Menjelaskan variabel fungsi yang akan diukur dalam penilaian kontribusi individual terhadap
tujuan organisasi
6. Mengevaluasi kinerja aktual relative terhadap ukuran standard an pembuatan kesimpulan
tentang kinerja manajer
7. Menyelenggarakan pertemuan untuk meninjau kinerja yang produktif
8. Mendesain struktur penghargaan yang tepat
9. Mempengaruhi individu untuk mengubah perilaku mereka
Meskipun internet telah sangat meningkatkan pemrosesan informasi, namun elemen
fundamental dari pengendalian manajemen (informasi apa yang dikumpulkan dan bagaimana
menggunakannya) pada dasarnya melibatkan perilaku dan oleh karenanya tidak dapat digantikan dengan
pendekatan formula semata.
BAB III
KESIMPULAN
Suatu sistem merupakan cara tertentu untuk melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas.
Sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu organisasi dasebut sistem
pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen adalah proses dimana seorang manajer mempengaruhi
anggota organisasi lainnya untuk melaksanakan strategi organisasi. Pengendalian manajemen difasilitasi oleh
suatu sistem formal yang merupakan siklus aktivitas yang terus berulang.
Pengendalian manajemen adalah satu dari tiga fungsi perencanaan dan pengendalian yang
ada dalam hampir setiap organisasi. Dua diantaranya adalah ffrmulasi strategi dan pengendalian tugas.
Formulasi strategi adalah proses mengidentifikasi ancaman dan kesempatan yang sebagian besar tidak
sistmatis dan memutuskan suatu strategi baru sebagai wujud responnya. Pengendalian tugas adalah proses
memastikan bahwa tugas tertentu dilaksanakan secara efektif dan efisien.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sri Rahayu SE. M.Si.
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN 15
BAB 1
PENDAHULUAN
HAKIKAT SPM
Sistem pengendalian manajemen ialah proses dan struktur yang tertata secara sistematis yang
digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan strategi tertentu secara efektif dan efsien. Sistem ialah
saling hubungan berbagai unsur untuk mencapai tujuan. Manajemen ialah mencapai tujuan melalui kerja
orang lain. Dengan demikian perilaku manusia merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan. Oleh sebab
itu perilaku itu harus dikendalikan agar alat kerja dan metode kerja digunakan secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan
Mungkin kita sering bertanya bagaimana cara mengendalikan perusahaan yang sudah
konglomerasi atau multinasional? Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan merancang sistem
pengendalian manajemen yang memadai. Sama halnya dengan manusia, organisasi atau perusahaan memiliki
”kehidupannya” sendiri untuk dapat tumbuh dan berkembang. Organisasi atau perusahaan harus memiliki
tujuan. Target dan tujuan dapat dicapai dengan serangkaian rancangan pelaksanaan program melalui sumber
daya yang dimilikinya. Kemudian, program dijabarkan ke dalam anggaran. Selanjutnya, anggaran dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan kerja. Pelaksanaan dikendalikan dan dievaluasi berdasarkan anggaran tersebut.
Oleh karena seluruh pencapaian tujuan perusahaan dilakukan oleh seluruh karyawan, maka
desain sistem pengendalian manajemen harus memosisikan sumber daya manusia sebagai intinya. Artinya,
perancangan sistem pengendalian manajemen tersebut harus memerhatikan keseimbangan antara tujuan
perusahaan dan pemenuhan tujuan karyawannya. Pencapaian kondisi ini sering juga disebut dengan istilah
keselarasan tujuan (goal congruence).
Pengendalian manajemen dilakukan dengan merancang sistem manajemen yang
berkesinambungan melalui rancangan struktur pengendalian manajemen yang memadai yaitu dengan
merancang struktur organisasi yang sesuai.
Tugas utama dari manajer senior perusahaan (CEO dan jajarannya) adalah menetapkan visi, misi,
kebijakan, tujuan, menyusun strategi untuk mencapai tujuan dan mengimplementasikan strategi tersebut.
Strategi adalah rencana atau langkah-langkah yang ditempuh perusahaan dalam mewujudkan tujuan.
Fokusnya adalah eksekusi strategi bukan pada kecanggihan proses pembuatan strategi. Sistem pengendalian
manajemen adalah alat untuk mengimplementasikan strategi tersebut.
Unsur-unsur dari sistem pengendalian manajemen meliputi: perencanaan strategi; anggaran;
alokasi sumber daya; pengukuran, evaluasi, penghargaan atas kinerja; alokasi pusat pertanggungjawaban; dan
penetapan harga transfer. Oleh karena itu, rancangan sistem pengendalian manajemen didasarkan pada
empat konsep utama yaitu: strategi, perilaku organisasi, manajemen sumber daya manusia, dan akuntansi
manajemen. Dengan demikian, sistem pengendalian manajemen dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu lingkungan pengendalian manajemen dan proses pengendalian manajemen. Lingkungan pengendalian
manajemen berbeda dengan lingkungan bisnis. Lingkungan pengendalian manajemen ialah hal-hal yang
berada di dalam organisasi, yang ikut membentuk desain sistem pengendalian manajemen, namun di luar
proses pengendalian manajemen. Lingkungan pengendalian manajemen meliputi: tujuan dan strategi bisnis,
perilaku dalam organisasi, dan pusat-pusat pertanggungjawaban. Proses pengendalian manajemen adalah inti
dari sistem pengendalian manajemen yaitu rangkaian pengendalian manajemen yang dimulai dengan proses
perencanaan strategi, proses penetapan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran kinerja serta sistem
kompensasi manajemen. Sedangkan lingkungan bisnis adalah semua hal yang berada di luar organisasi yang
dapat memengaruhi jalannya organisasi dan desain sistem pengendalian manajemen. Posisi lingkungan bisnis,
lingkungan pengendalian manajemen serta proses pengendalian manajemen dapat disajikan dalam Gambar
1.1 berikut
Gambar 1.1. Posisi Lingkungan Organisasi, Lingkungan Pengendalian Manajemen,
dan Proses Pengendalian Manajemen
Pengendalian (control)
Mengendarai mobil adalah contoh proses pengendalian. Dalam mencapai arah dan tujuannya,
pengendara akan melakukan kegiatan menekan gas, mengerem, menukar gigi. Pengendara adalah pengendali
yaitu agar kendaraan mencapai tujuannya. Pengendalian adalah proses mengarahkan semua sumberdaya,
semua variabel-variabel untuk mencapai tujuan. Pengendalian dapat dilihat sebagai kata kerja dan kata benda.
Sebagai kata kerja pengendalian bermakna ”memaksakan”. Pengendalian memastikan bahwa ada hal-hal yang
dikerjakan atau tidak dikerjakan. Pengendalian sebagai kata benda, berarti sarana fisik yang dimiliki untuk
mewujudkan ’pemaksaan’ tersebut. Keduanya digunakan oleh manajer untuk memastikan bahwa tujuan
operasional mereka tercapai. Proses pengendalian digambarkan sebagai berinteraksinya empat unsur pokok
pengendalian yang terdiri dari detector, assessor, effector dan communication network. Saling interaksi empat
unsur pengendalian disajikan dalam Gambar 1.1.
Manajemen (management)
Organisasi adalah berkumpulnya orang- orang yang bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Untu mencapai tujuan organisasi dibutuhkan tim manajemen. Manajemen merupakan seni mengatur
dan mencapai tujuan melalui tangan orang lain. Manajemen yang berhasil adalah apabila setiap orang yang
bertindak, bekerja dalam organisasi dalam rangka menwujudkan tujuan organisasi. Dilihat dari pelaksanaan
fungsinya manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan,
pengendalian, pengevaluasian, dan pengukuran kerja organisasi perusahaan dalam rangka mencapai tujuan
dengan strategi tertentu secara efektif dan efisien.
Suatu organisasi terdiri dari sekelompok orang yang kompeten bekerja dan saling bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama yang membentuk sebuah hirarki dan dikepalai oleh seorang pimpinan
(direktur utama atau chief excecutive officer) yang membawahi para manajer unit bisnis, departemen, bagian,
dan sub unit lainnya. Proses pengendalian manajemen adalah sebuah proses di mana manajer di seluruh
tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang mereka pimpin melaksanakan kerja sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan.
Sistem (system)
Sistem adalah sekumpulan dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling bergantung yang
diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu kesatuan. Masyarakat adalah sistem, demikian juga
mobil, tumbuh-tumbuhan dan tubuh manusia. Mereka menerima masukan, mengubahnya dan menghasilkan
sebentuk keluaran.1 Sementara itu pengertian lain dari sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat
repetitif untuk melaksanakan suatu atau sekelompok aktivitas untuk mencapai suatu tujuan. Karakteristik
sistem meliputi rangkaian langkah-langkah yang berirama, terkoordinasi, dan berulang-ulang.2
Proses pengendalian manajemen perusahaan jauh lebih rumit dan mengandung banyak
pertimbangan (judgment). Beberapa tindakan manajemen justru tidak sistematis karena manajer sering
dihadapkan pada kondisi di mana aturan tidak terdefinisikan secara jelas, sering menemukan kondisi yang
disebut dengan wilayah abu-abu (gray area). Efektivitas tindakan ditentukan oleh kepiawaian manajer
tersebut berhadapan dengan manusia (karyawan perusahaan) dan bukan oleh aturan yang disampaikan dalam
sebuah sistem. Jika seluruh sisitem menjamin tindakan tepat untuk semua keadaan, maka pimpinan atau
manajer tidak diperlukan lagi dalam perusahaan. Namun, meskipun manajemen banyak berhadapan dengan
wilayah kerja yang bersifat gray area, pemahaman sistem seterusnya di buku ini difokuskan pada aspek formal
dari fungsi pengendalian manajemen.
Implementasi strategi
Pengendalian manajemen merupakan salah satu unsur atau perangkat penting dalam melaksanakan
strategi. Pengendalian manajemen yang lemah maka kinerja perusahaan tidak maksimal. Maka pengendalian
manajemen harus baik (kuat, tegas) agar kinerja (pelipatgandaan kekayaan) perusahaan terjadi. Maka dalam
kotak dalam Gambar 3.1 terlihat peran dari pengendalian manajemen dalam eksekusi strategi dalam rangka
mencapai tujuan. Telah disampaikan sebelumnya bahwa sistem pengendalian manajemen adalah alat untuk
mengimplementasikan strategi. Pelaksanaan strategi adalah poin penting dalam kehidupan organisasi. Sukses
atau gagal perusahaan bergantung pada pilihan strategi dan lebih-lebih pelaksanaannya. Faktor-faktor
keberhasilan dalam pelaksanaan strategi perlu dicermati. Kerangka kerja pelaksanaan strategi disajikan dalam
Gambar 1.3.
Gambar 1.3.
Kerangka Kerja Implementasi Strategi
Pelaksanaan memerlukan kemauan untuk bekerja keras, semangat untuk pantang menyerah. Dalam
realitas kehidupan sering kita melihat strategi hanya bagus di atas kertas tapi lemah dan gagal dalam
pelaksanaan. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mengeksekusi strategi sehingga menghasilkan
kinerja. Di dalam perusahaan setidak-tidaknya intereaksi empat hal pokok perlu mendapatkan perhatian
seksama.
Pertama, desain struktur organisasi. Pertanyaannya adalah apakah desain struktur organisasi telah
menunjang terlaksananya strategi perusahaan dan mengapa struktur organisasi menjadi penting? Untuk
menjawab pertanyaan ini, mari kita bayangkan jika perusahaan tidak memiliki struktur organisasi. Akan
muncul ketidakjelasan garis tanggungjawab dan wewenang. Struktur organisasi akan memperjelas urain tugas,
wewenang dan tanggungjawab dari setiap bagian yang ada dalam organisasi. Melalui struktur organisasi yang
baik dapat dilakukan pengendalian secara efektif atas pelaksanaan strategi. Proses pengendalian manajemen
memastikan bahwa strategi telah dilaksanakan di masing-masing bagian sesuai garis wewenang dan
tanggungjawab. Struktur organisasi adalah wadah untuk mengeksekusi strategi.
Fokus pengendalian tersebut terjadi di setiap pusat pertanggungjawaban (bagian atau unit
kerja). Pengendalian tersebut mengukur sampai sejauh mana pusat pertanggungjawaban telah mencapai hasil
sesuai dengan kewenangan yang diberikan padanya. Dengan adanya kejelasan wewenang dan tanggungjawab
di setiap bagian atau unit kerja seorang manajer tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas sesuatu yang
bukan menjadi kewenangannya.
Kedua, budaya organisasi . Budaya organisasi adalah persepsi umum yang diyakini oleh para
anggota organisasi. Budaya sebagai suatu sistem mengenai pengertian yang diterima secara umum. Meskipun
individu-individu dalam organisasi bisa berbeda tingkatan kerja dan latar belakang yang berbeda dalam
organisasi cenderung untuk menjelaskan budaya organisasi dalam pengertian yang sama. Pengakuan bahwa
budaya organisasi mempunyai sifat yang sama bukanlah berarti bahwa tidak akan dapat sub budaya di dalam
budaya tertentu. Kebanyakan organisasi besar mempunyai satu budaya yang dominan dan sekumpulan sub
budaya.
Pertanyaannya adalah apa hubungan antara budaya organisasi dengan implementasi strategi.
Budaya adalah kesepakatan orang banyak tentang apa yang dianggap baik dan buruk, nilai-nilai baik dan buruk
yang disepakati bersama. Perubahan strategi peusahaan bisa jadi bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan
yang dianggap baik selama ini ada pada perusahaan. Hal ini akan berdampak pada saat starategi tersebut
dilaksakan. Menggerakkan anggota organisasi yang terpaku pada kebiasaan lama, akan mengalami kesulitan
kalau dilakukan secara frontal dan mendadak. Oleh karena itu jika ada perubahan strategi yang berdampak
pada kebiasaan-kebiasaan yang ada maka perubahan itu sebaiknya tidak dilakukan secara mendadak karena
pada akhirnya nanti akan menjadi kontra produktif atas pelaksanaan strategi tersebut.
Ketiga, Manajemen sumber daya manusia (MSDM). Hubungan antara MSDM dengan
pelaksanaan strategi adalah yang melaksanakan strategi tersebut pada akhirnya adalah seluruh anggota
organisasi. The right man in the right place sangat menentukan karena eksekusi strategi tergantung
kompetensi dari orang yang melaksanakan. Yang mewujudkan tujuan atau kinerja adalah orang-orang yang
ada di perusahaan. Perekrutan tenaga kerja, penegakan aturan main yang jelas dan tegas serta reward dan
punishment sangat menentukan kinerja karyawan dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan.
Keempat, pengendalian manajemen. Proses terlaksananya srategi menjadi sebuah hasil
memerlukan pengendalian. Pengendalian manajemen adalah proses memengaruhi orang lain untuk mau
diajak bersama-sama melakukan apa yang diinginkan perusahaan. Pengendalian yang lemah akan memberi
peluang tidak maksimalnya pelaksanaan strategi perusahaan.
Keempat unsur tersebut akan saling berinteraksi dalam proses melaksanakan strategi
perusahaan
1.2.1.4 Aspek Pengendalian manajemen mencari titik keseimbanagan
Tujuan keuangan dan non keuangan
Pengendalian manajemen fokus pada keseimbangan pengukuran kinerja keuangan dan non
keuangan. Dimensi keuangan berfokus pada ukuran keuangan seperti: net income, return on investment dan
lain sebagainya. Dimensi non financial menyangkut hal-hal; kualitas produk, pangsa pasar, kepuasan
pelanggan, deliveri tepat waktu, moral tenaga kerja.
1.2.1.5 Aspek pengendalian manajemen sebagai alat bantu dalam mengembangkan
strategi baru melalui pengendalian interaktif
Dalam industri dimana lingkungan yang cepat berubah maka strategi harus menyesuaikan diri
dengan perkembangan lingkungan. Desain sistem pengendalian manajemen dapat digunakan untuk
mengembangkan strategi baru. Lingkungan bisnis sangat dinamis, harus diiringi dengan pengendalian yang
interaktif. Reaksi atas hasil pengendalian akan melahirkan strategi baru, inilah yang disebut dengan
pengendalian interaktif (interactive control). Jika terdapat ancaman dari pihak luar organisasi maka manajer
memutuskan strategi baru. Output pengendalian interaktif adalah melahirkan stategi baru untuk menghadapi
lingkungan bisnis yang cepat berubah. Pengendalian interaktif dapat disajikan dalam Gambar 1.4.
------------------------------------------------------------
---------------
------------------------------------------------------------
PKK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS EKONOMI
JAKARTA
2010
BAB II
MEMAHAMI STRATEGI
Sistem Pengendalian Manajemen merupakan alat untuk mencapai strategi. Tiap organisasi memiliki
strategi yang berbeda-beda dan pengendalian harus disesuaikan Strategi adalah rencana-rencana untuk
mencapai strategi. Dalam membuat strategi ada empat hal yang harus dilaksanakan :
Tingkatan strategi
Isu strategi Kunci
Opsi Strategi Generik
Tingkatan Organisasi Primer yg terlihat
Corporate Level (tingkat korporat / organisasi keluruhan)
Kantor Korporat
Business Unit Level
(tingkat Unit Bisnis)
Apakah yang seharusnya menjadi misi dari unit bisnis tersebut.
Bagaimana unit bisnis harus bersaing untuk mewujubkan misinya ?
Membangun
Mempertahankan
Memacu
Menjual
Biaya rendah
Diferensiasi
Kantor korporat dan manajer umum unit bisnis
Tingkat diversivikasi
Superior
Cost-cum Differrentiati-on Advantage
Differentiati-on Advantage
Posisi Relatif Diferensiasi
Inferior
Stuck- in the-Middle
Inferior
Superior
MATERI KULIAH
MEMAHAMI STRATEGI
Penyusun Oleh:
MEMAHAMI STRATEGI
1. Tujuan
2. Konsep strategi
3. Strategi Tingkat Korporat
4. Strategi Unit Bisnis
Tujuan :
1. Profitabilitas
Persamaan :
1. ROI = Pendapatan – Beban X Pendapatan
Pendapatan Investasi
Konsep Strategi
Strategi adalah mendeskripsikan arah umum yang akan dituju suatu organisasi untuk mencapai
tujuannya.
Strategi terdapat 2 tingkatan :
a. strategi untuk organisasi keseluruhan
b. strategi untuk unit bisnis dalam organisasi
Tingkatan Strategi
Isu Strategi Kunci
Opsi Strategi Generik
Tingkatan Organisasi Primer yang terlihat
Corporate level (tingkat korporat/organisasi keseluruhan)
Apakah kita ada dalam bauran industri yang tepat?
Apakah industri atau subindustri yang harus kita masuk
Industri tunggal
Diversifikasi yang berhubungan
Diversifikasi yang tidak berhubungan
Kantor korporat
Bussiness unit level (tingkat unir bisnis)
Apakah yang seharusnya menjadi misi dari unit bisnis tersebut.
Bagaimana unit bisnis harus bersaing untuk mewujudkan misinya?
Membangun
Mempertahankan
Memanen
Menjual
Biaya rendah
Difernsiasi
Kantor korporat dan manajer umum unit bisnis
Manajer umum unit bisnis
Perumusan Strategi
Kelemahannya :
1. Konsep tersebut berlaku pada produk yang tidak didiferensiasikan, basis persaingan utamanya
adalah pada harga. Untuk produk-produk ini, menjadi pemain dengan biaya rendah adalah sangat penting.
Pangsa pasar dan biaya rendah bukanlah satu-satunya cara untuk berhasil. Ada perusahaan yang memiliki
pangsa pasar rendah yang memperoleh laba tinggi dengan menekankan pada keunikan produk dan biaya
rendah seperti : Porsche dalam otomotif.
2. Dalam situasi tertentu, peningkatan dalam teknologi proses mungkin mempunyai dampak yang
lebih besar pada pengurangan biaya per unit dibandingkan dengan volume kumulatif itu sendiri.
3. Kerja keras yang agresif untuk mengurangi biaya melalui produksi terkumulasi dari barang yang
terstandardisasi dapat menimbulkan hilangnya fleksibilitas di pasar.
4. Komitmen pada konsep kurva belajar dapat sangat merugikan bila teknologi baru muncul dalam
industri tersebut.
5. Pengalaman bukanlah satu-satunya pemicu biaya. Pemicu lain yang mempengaruhi perilaku
biaya adalah: skala, lingkup, teknologi, dan kompleksitas. Perusahaan perlu dengan saksama
mempertimbangkan pemicu biaya relevan yang berlaku untuk mencapai posisi biaya rendah.
b. Keunggulan Kompetitif Unit Bisnis
- Analisis Industri
Struktur industri dianalisis dengan kekuatan kolektif dari lima kekeuatan persaingan :
1. Intensitas persaingan diantara para pesaing yang ada
Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan secara langsung adalah pertumbuhan industri,
perbedaan produk, jumlah dan keanekaragam pesaing, tingkat biaya tetap, kapasitas intermiten yang
berlebihan, dan kendala untuk keluar dari industri.
2. Daya tawar pelanggan. Faktor faktor yang mempengaruhi daya beli adalah jumlah pembeli, biaya
peralihan pembeli, kemampuan pembeli untuk mengintegraikan kembali, dampak produk dari unit bisnis pada
biaya total pembeli, dampak produk unit bisnis pada kualitas/kinerja produk pembeli dan signifikansi volume
unit bisnis bagi pembeli.
3. Daya tawar pemasok. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan pemasok adalah jumlah
pemasok, kemampuan pemasok untuk melakukan integrasi ke depan, kehadiran input subsitusi, dan penting
nya volume unit bisnis bagi pemasok.
4. Ancaman dari barang subsitusi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ancaman barang subsitusi
adalah harga/kinerja relative barang subsitusi, biaya peliharaan pembeli, dan kecendrungan pembeli untuk
menggunakan barang subsitusi.
5. Ancaman pendatang baru yang masuk industri . Faktor-faktor yang mempengaruhi kendala untuk
masuk ke dalam industri adalah persyaratan modal, akses terhadáp saluran distribusi, skala ekonomis,
diferensiasi kompleksitas teknologi dari produk atau proses, tindakan balasan yang diperkirakan dari
perusahaan-perusahaan yang sudah ada, dan kebijakan pemerintah.
PKK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS EKONOMI
JAKARTA
2010
BAB III
MANAGEMENT CONTROL SYSTEM
Pokok Bahasan:
1. Perilaku dalam Organisasi
2. Keselarasan Tujuan
3. Faktor-faktor informal yang mempengaruhi keselarasan tujuan
4. Sistem pengendalian formal
5. Jenis-jenis organisasi
6. Fungsi kontroler
* Perusahaan tidak dijalankan oleh mesin dan prosedur tetapi oleh manusia. Kualitas sumber daya
manusia (SDM) akan sangat menentukan daya saing keluaran produk dan jasa yang dihasilkan. Karyawan yang
memiliki etos kerja tinggi menentukan keberhasilan perusahaan. Daya saing suatu bangsa dalam rezim
perdagangan bebas akan sangat ditentukan oleh tingkat efisiensi dan produktivitas di tingkat perusahaan.
* Beberapa penelitian menunjukkan bahwa etos kerja berperan penting dalam peningkatan
produktivitas kerja selain faktor lain seperti skill, penguasaan teknologi dan kemampuan analisis.
Pembangunan ekonomi suatu bangsa hanya akan terjadi apabila terdapat etos kerja yang tinggi di setiap
lapisan manajemen dan diberbagai sektor kehidupan.
* Gaya Manajemen
Faktor internal yang barangkali memiliki dampak yang paling kuat terhadap pengendalian
manajemen adalah sikap bawahan mencerminkan apa yang mereka anggap sebagai atasan mereka, dan sikap
para atasan itu pada akhir
* Organisasi Informal
Garis-garis dalam bagan organisasi menggambarkan hubungan-hubungan formal yaitu, pemegang
otoritas resmi dan tanggungjawab dari setiap manajer.
* Persepsi dan komunikasi
Dalam upaya meraih tujuan-tujuan organisasi, para manajer operasi harus mengetahui tujuan dan
tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapainya. Mereka menyerap informasi dari beberapa jalur,
baik jalur formal maupun informal.
3. Jenis-jenis Organisasi
Strategi suatu perusahaan memiliki pengaruh yang besar terhadap strukturnya. Pada gilirannya,
jenis struktur akan mempengaruhi rancangan sistem pengendalian manajemen organisasinya. Terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
a) Struktur fungsional, di dalamnya setiap manajer bertanggungjawab atas fungsi-fungsi yang
terspesialisasi seperti produksi dan pemasaran.
b) Struktur unit bisnis, di dalamnya para unit manajer bertanggungjawab atas aktivitas-ativitas dari
masing-masing unit, dan unit bisnis berfungsi sebagai bagian yang semi-independen dari perusahaan.
c) Struktur matriks, di dalamnya unit-unit fungsional memiliki tanggungjawab ganda.
a) . Fungsional
b) Unit Bisnis
• Para unit manager bertanggungjawab atas aktivitas-aktivitas dari masing-masing unit dan unit
bisnis berfungsi sebagai bagian yang semi independen dari perusahaan
• Keuntungan terpenting dari struktur unit bisnis : sebagai tempat pelatihan manajemen secara
umum.
c)Matrik
Didalamnya unit-unit fungsional memiliki tangungjawab ganda
4. Fungsi Kontroler
Orang yang bertanggung jawab dalam merancang dan mengoperasikan sistem pengendalian
manajemen disebut sebagai seorang kontroler.
Kontroler biasanya menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a) Merancang dan mengoperasikan informasi serta sistem pengendalian.
b) Menyiapkan pernyataan keuangan dan laporan keuangan (termasuk pengembalian pajak) kepada
para pemegang saham dan pihak-pihak eksternal lainnya.
c) Menyiapkan dan menganalisa laporan kinerja, menginterprefisikan laporan anggaran ini untuk
para manajer, menganalisa program dan proposal-proposal anggaran dari berbagai segala perusahaan serta
mengkonsolidasikan ke dalam anggaran tahunan secara keseluruhan.
d) Melakukan supervisi audit internal dan mencatat prosedur-prosedur pengendalian untuk
menjamin validitas informasi, menetapkan pengamanan yang memadai terhadap pencurian dan kecurangan
serta menjalankan audit operasi.
Referensi:
1. Anthony, Robert N., (2009), Management Control System, Boston: Irwin/McGraw-Hill, (Chap 3)
2. Arief Suadi, Sistem Pengendalian Manajemen, Yogyakarta: BPFE UGM, (Bab III)
MODUL 2
REFERENSI
Management Control System, Robert N. Anthony., Vijay Govindarajan
KESELARASAN TUJUAN
Tujuan utama dari system pengendalian manajemen memastikan (sejauh mungkin) tingkat
keselarasan tujuan (goal congruence) yang tinggi. Dalam proses yang sejajar dengan tujuan, manusia diarahkan
untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan kepentingan pribadi mereka sendiri, yang sekaligus juga
merupakan kepentingan perusahaan.
System pengendalian yang memadai setidaknya tidak akan mendorong individu untuk
bertindak melawan kepentingan organisasi. Dalam mengevaluasi praktik pengendalian manajemen, ada 2
pertanyaan penting yang diajukan :
1. tindakan apa yang memotivasi orang untuk bertindak demi kepentingan diri mereka sendiri?
2. apakah tindakan-tindakan ini sesuai dengan kepentingan organisasi tersebut?
Faktor-Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal adalah mengenai perilaku yang diharapkan didalam masyarakat
dimana organisasi menjadi bagiannya. Mencakup sikap yang secara kolektif sering juga disebut sebagai etos
kerja, yang diwujudkan melalui loyalitas pegawai terhadap organisasi, keuletan, semangat, dan juga
kebanggaan yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas.
Faktor-faktor Internal
Budaya
Meliputi keyakinan bersama, nilai-nilai hidup yang dianut, norma-norma perilaku serta
asumsi-asumsi yang secara implisif diterima dan yang secara eksplisif dimanifestasikan diseluruh jaringan
organisasi. Budaya organisasional juga sangat dipengaruhi oleh personallitas CEO, serta oleh personalitas dan
kebijakan para manajer pada tingkat yang lebih rendah diarea-area yang menjadi tanggung jawab mereka. Jika
organisasi memiliki serikat pekerja, maka aturan-aturan dan norma-norma yang diterapkan oleh serikat
pekerja juga berpengaruh besar pada budaya organisasi perusahaan.
Gaya manajemen
Faktor internal yang barangkali berdampak paling kuat terhadap pengendalian manajemen
adalah gaya manajemen. Biasanya sikap-sikap bawahan mencerminkan apa yang mereka anggap sebagai sikap
atasan mereka, dan sikap para atasan itu pada akhirnya berpijak pada apa yang menjadi sikap CEO.
Organisasi Informal
Garis-garis dalam bagan organisasi menunjukan hubungan-hubungan formal mengenai
pemegang otorisasi resmi dan tanggung jawab dari setiap manajer. Tetapi dalam menjalankan tugas-tugasnya
para manajerpun harus menjalin komunikasi dengan orang-orang dalam organisasi itu, seperti manajer-
manajer lain yang tidak terkait dengan dirinya dalam bagan organisasi dan unit-unit pendukung serta staf.
Persepsi dan Komunikasi
Dalam upaya meraih tujuan-tujuan ordganisasi, para manajer harus mengetahui tujuan dan
tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapainya. Mereka menyerap informasi ini dari berbagai jalur,
baik itu formal maupun informal. Sebuah organisasi adalah sebuah entitas yang kompleks, dan tindakan-
tindakan yang diambil oleh berbagai bagian dari organisasi untuk mencapai tujuan bersama tersebut tidak bias
dinyatakn secara jelas, bahkan dalam situasi yang terbaik sekalipun. Pesan-pesan yang diserap dari berbagai
sumber ini bisa jadi bertentangan satu sama lain, atau bahkan memiliki interpretasi yang sangat beragam.
Manual
Pertimbangan-pertimbangan untuk memutuskan aturan-aturan yang mana yang harus ditulis
kedalam panduan, diklasifikasikan sebagai pedoman dan seberapa besar toleransi yang dapat diberikan pada
satu kondisi tertentu.
Tentunya manual yang ada pada masing-masing organisasi berbeda-beda kuantitas dan
rinciannya tengantung dengan besar kecil, seberapa birokratisnya organisasi tersebut.
Pengamanan system
Ini dilakukan agar informasi yang mengalir melalui sistem akan bersifat akurat dan mencegah
kecurangan (exp: berupa pembubuhan tandatangan)
JENIS-JENIS ORGANISASI
Kualitas dan ukuran tiap-tiap organisasi itu sangat beragam. Keberagaman itu didasari oleh
strategi yang digunakan perusahaan tersebut yang tentunya mempengaruhi strukturnya. Meskipun begitu,
organisasi dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu struktur fungsional, struktur unit bisnis dan
struktur matriks.
Struktur fungsional
Alasan dibalik bentuk organisasi fungsional mellibatkan gagasan mengenai sseorang manajer
yang membawa pengetahuan khusus untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan fungsi spesifik,
berlawanan dengan manajer umum yang tidak memiliki kemampuan khusus. Keuntungan terpenting dari
struktur fungsional adalah efesiensi sebagai akibat dari kemampuan manajer spesialis yang mengendalikan
pekerja yang bekerja dalam bidang yang sama.
Unit-unit Bisnis
Bentuk organisasi unit bisnis dari organisasi dirancang untuk menyelesai-kan masalah-masalah
yang terdapat pada struktur fungsional. Suatu unit bisnis, yang juga disebut sebagai divisi bertanggung jawab
atas seluruh fungsi yang ada dalam produksi dan pemasaran sebuah produk. Unit bisnis tersebut bertanggung
jawab untuk melakukan perencanaan dan koordinasi kerja dari berbagai fungsi yang terpisah. Sebagai contoh,
memastikan agar rencana departemen bisa disesuaikan dengan kemampuan produksi dan untuk
menyelesaikan perselisihan yang mungkin timbul diantara fungsi-fungsi ini. Kinerja unit bisnis tersebut
kemudian diukur dengan profitabilitas dan unit bisnis itu. Ini merupakankcriteria yang valid karena hakikatnya
laba merupakan pencerminan dari aktivitas pemasaran dan produksi.
Tampilan 2:
Organisasi unit bisnis
Akan tetapi, pengendalian bukanlah satu-satunya criteria. Suatu organisasi fungsional mungkin
lebih efisien karena unit-unit fungsional yang lebih besar memberikan keuntungan ekonomi. Suatu organisasi
unit bisnis membutuhkan jenis manajer yang lebih luas daripada para spesialis yang mengelola sebuah fungsi
khusus dan seorang manajer umum yang berkompeten seperti itu sukar diperoleh.
FUNGSI KONTROLER
Orang yang bertanggung jawab dalam merancang dan mengoperasikan system pengendalian
manajemen disebut sebagai seorang kontroler. Sebenarnya, dibanyak organisasi, jabatan orang ini adalah chief
financial officer (CFO).
Kontroler biasanya menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Merancang dan mengoperasikan informasi serta system pengendalian.
2. Menyiapkan pernyataan keuangan dan laporan keuangan (termasuk pengembalian pajak) kepada
para pemegang saham dan pihak-pihak eksternal lainnya.
3. Menyiapkan dan menganalisis laporan kinerja, menginterprestasikan laporan-laporan ini untuk
para manajer, menganalisi program dan proposal-proposal anggaran dari berbagai segmen perusahaan serta
mengkonsolidasikannya ke dalam anggaran tahunan secara keseluruhan.
4. Melakukan supervisi audit internal dan mencatat prosedur-proedur pengendalian untuk
menjamin validitas informasi, menetapkan pengamanan yang memadai terhadap pencurian dan kecurangan
serta menjalankan audit operasional.
5. Mengembangka personel dalam organisasi pengendali dan berpartisipasi dalam pendidikan
personel manajemen dalam kaitannya dengan fungsi pengendali.
Akan tetapi, sbagaimana yang sudah dinyatakan diatas, kontroler tidak membuat ataupun
mendorong pihak manajemen untuk mengambil keputusan. Tanggung jawab untuk menjalankan pengendalian
sesungguhnya berasal dari CEO lalu turun ke bawah melalui jalur organisasi.
Di beberapa perusahaan, kontroler unit bisnis memberikan laporan kepada manajer unit bisnis
dan mereka dihubungkan dengan garis putus-putus ke kontroler korporat. Di sini manajer umum unit bisnis
adalah atasan langsung kontroler, dan dia memilikki wewenang dalam mempekerjakan, melatih
memindahkan, memberikan kompensasi, mempromosikan, dan memecat para kontroler di unit yang
bersangkutan. Akan tetapi, keputusan semacam ini jarang dibuat tanpa memasukan dari kontroler korporat.
Tampilan 3:
Hubungan-hubungan alternatif kontroler
PERTANYAAN:
1. apakah strategi yang digunakan shoutwest? Apakah basis yang digunkan sebagai landasan untuk
membangun keungulan kompetitifnya?
2. bagaimana sistem pengadilan southwest membantu melaksanakan strategi perusahaan?
Jawaban :
1. Strategi yang digunakan oleh Southwest adalah Short-Houl (trayek pendek). Yaitu lebih
mempercepat waktu tempuh, sehingga memuaskan pelanggan. Waktu penerbangan rata-rata adalah 55
menit. Dan strategi point-to-point (titik ke titik). Misalnya dari Dallas ke Houston, Los Angles ke Phoenix.
Basis yang digunakan Southwest sebagai landasan untuk membangun keunggulan kompetitifnya
adalah satu-satunya perusahaan angkutan jarak dekat, tariff rendah, berfrekuensi tinggi dari kota ke kota.
Southwest juga menggunakan bandara yang kurang padat demi kenyamanan penumpangnya.
Perilaku organisasi ialah perilaku orang-orang dalam organisasi dalam menggunakan input (bahan
baku, alat kerja, metode kerja, modal kerja, dan informasi) untuk mencapai tujuan organisasi. Perilaku mereka
ditentukan oleh imbalan dan input yang digunakannya. Perilaku itu harus dikendalikan agar tujuan organisasi
dicapai secara efektif dan efisien.
Perilaku dalam organisasi bagian dari lingkungan pengendalian manajemen. Rancangan sistem
pengendalian manajemen yang baik harus dapat memengaruhi perilaku para anggotanya. Misalnya, desain
sistem pengendalian manajemen dengan dengan mengembangkan anggaran berbasiskan kinerja akan
mendorong karyawan dan manajer lebih produktif.
Perilaku organisasi sesungguhnya tidak ada, yang ada adalah perilaku anggota organisasi.
Seseorang bertindak dalam organisasi cenderung dalam rangka mencapai tujuannya. Setiap orang punya
tujuan, yang belum tentu sama satu dengan yang lainnya, dan belum tentu selaras dengan tujuan perusahaan.
Keselarasan tujuan yang dimaksud adalah kesesuaian tujuan anggota organisasi dengan tujuan perusahaan,
atau antara tujuan unit kerja dan tujuan perusahaan secara keseluruhan - merupakan isu pokok dalam topik
perilaku dalam organisasi. Kesamaan tujuan anggota organisasi paling tidak diikat oleh satu kesamaan tujuan
ialah tujuan perusahaan yang harus dicapai. Tujuan individu dapat larut dalam tujuan perusahaan. Bagaimana
jika tujuan perusahaan bertolak belakang dengan tujuan anggota organisasinya? Jelas keseimbangan
organisasi akan terganggu. Keseimbangan organisasi akan tercapai jika apa yang dikontribusikan karyawan
(contribution) diikuti dengan imbalan yang setimpal dari organisasi (inducement).
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan orang berperilaku. Dorongan itu dapat disebabkan
oleh faktor-faktor yang berada dalam dirinya (intrinsic motivation) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri
(extrinsic motivation). Faktor-faktor intrinsik dalam diri seseorang itu adalah nilai-nilai hidup yang dihayati
dengan sepenuh jiwa. Misalnya hidup adalah untuk bekerja, bekerja adalah dalam rangka ibadah, atau bekerja
adalah jati diri, sikap hidup pantang menyerah dan sebagainya. Faktor pendorong yang berasal dari luar diri
manusia misalnya harapan akan karir, gaji, bonus dan penghargaan masyarakat. Tingkatan motivasi kerja
seseorang akan berbeda satu dengan lainnya tergantung seberapa tinggi faktor-faktor internal dan faktor
eksternal dapat memengaruhi perilakunya. Namun peningkatan motivasi kerja dapat dilakukan dengan
pelatihan-pelatihan motivasi dalam rangka penyegaran dan penyadaran kembali arti penting untuk apa kita
bekerja. Karyawan dengan motivasi kerja tinggi akan lebih mudah diajak bersama-sama mencapai tujuan
perusahaan. Maka menjadi kewajiban manajemen untuk menjaga motivasi berprestasi dan motivasi kerja
karyawan dan para manajer.
Human capital perusahaan diharapkan tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga harus
memliki kecerdasan emosional dan kecerdasar spritual karena bekerja dalam organisasi atau perusahaan
adalah sebuah proses sosial. Kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam
memahami dirinya dan lingkungannya. Kecerdasan emosi terlihat dari pengendalian diri yang baik, tidak
emosional, memiliki rasa empati yang tinggi pada sesama dan memiliki kesadaran dan kepedulian sosial yang
tinggi. Kecerdasan spritual adalah kemampuan yang dimilki individu dalam hal memahami adanya yang
mengatur alam semesta. Memahami dan percaya adanya Zat yang Maha Tinggi yang menetukan nasib umat
manusia. Orang yang percaya pada Allah. Ciri orang memeliki kecerdasan spritual yang tinggi adalah memiliki
tingkat kepasrahan yang tinggi dalam hidup, sehingga ia menjadi orang yang sabar, ikhlas dan tidak mudah
putus asa.
Karyawan dengan kecerdasan emosional dan spritual yang tinggi akan jauh lebih produktif dan
lebih mudah diajak bersama-sama mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia yang handal di
samping memiliki keahlian, keterampilan, dan cerdas secara intelektual tapi, juga memiliki kecerdasan emosi,
spritual dan sosial.
Secara umum masyarakat Jepang dan Korea memiliki budaya kerja yang lebih baik dari kebanyakan
bangsa lain. Norma-norma mengenai perilaku yang diharapkan di dalam masyarakat, dimana organisasi
menjadi bagiannya disebut faktor eksternal yang dapat memengaruhi keselarasan tujuan. Norma-norma ini
mencakup sikap, yang juga disebut sebagai etos kerja, yang diwujudkan melalui loyalitas pegawai terhadap
organisasi, keuletan, semangat, dan kebanggaan yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas. Sikap
dan norma-norma dapat berbeda secara spesifik untuk kota atau wilayah organisasi beroperasi dan spesifik
terhadap jenis industrinya.
1. Budaya
Faktor internal yang terpenting adalah budaya di dalam organisasi itu sendiri, yang meliputi
keyakinan bersama, nilai-nilai hidup yang dianut, norma-norma perilaku serta asumsi-asumsi yang secara
implisit diterima dan secara eksplisit dimanifestasikan di seluruh jajaran organisasi. Norma-norma budaya
sangatlah penting karena hal tersebut bisa menjelaskan mengapa dua perusahaan dengan sistem
pengendalian manajemen formal yang sama, bervariasi dalam hal pengendalian pengendalian aktual.
Budaya organisasional juga sangat dipengaruhi oleh personalitas dan kebijakan CEO, serta oleh
personalitas dan kebijakan para manajer pada tingkat yang lebih rendah di area-area yang menjadi
tanggungjawab mereka. Jika organisasi memiliki serikat pekerja, maka aturan-aturan dan norma-norma yang
diterapkan oleh serikat pekerja juga berpengaruh besar pada budaya organisasi perusahaan.
2. Gaya Manajemen
Faktor internal yang memiliki dampak paling kuat terhadap pengendalian manajemen adalah gaya
manjemen. Para manajer memiliki kualitas dan gaya yang beragam. Beberapa di antaranya memiliki kharisma
dan ramah, bergaya santai, manajer yang banyak melewatkan waktunya dengan melihat-lihat dan berbicara
pada banyak orang, manajer dengan cara berjalan berkeliling (management by walking around), dan manajer
yang menyibukkan dirinya menulis laporan.
Sikap-sikap bawahan biasanya mencerminkan apa yang mereka anggap sebagai sikap atasan
mereka, dan sikap para atasan itu pada akhirnya berpijak pada apa yang menjadi sikap CEO. Dengan kata lain
sebuah institusi adalah perpanjangan bayangan seseorang.
3. Organisasi Informal
Garis-garis dalam bagan organisasi menggambarkan hubungan formal (garis kumando dan
pertanggungjawaban), yaitu pemegang otoritas resmi dan tanggungjawab dari setiap manajer. Contoh,
manajer produksi dari Divisi A memberikan laporan kepada manajer umum Divisi A. Manajer produksi Divisi A
juga menjalin komunikasi dengan banyak orang lain dalam organisasi. Proses komunikasi di luar garis kumando
dan pertanggungjawaban yang ada dalam struktur organisasi adalah komunikasi informal, dalam batas-batas
tertentu justru lebih efektif.
Dalam upaya meraih tujuan-tujuan organisasi, para manajer operasi harus mengetahui tujuan dan
tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapainya. Sebuah organisasi adalah sebuah entitas yang
kompleks, dan tindakan-tindakan yang diambil oleh berbagai bagian dari organisasi untuk mencapai tujuan
bersama tersebut tidak bisa dinyatakan secara jelas, bahkan dalam situasi yang terbaik sekalipun.
Faktor-faktor informal memiliki pengaruh besar pada efektivitas sistem pengendalian manajemen.
Pengaruh besar lainnya adalah sistem yang bersifat formal. Sistem ini bisa kita klasifikasikan ke dalam dua jenis
yaitu prose pengendalian manajemen secara formal dan aturan-aturan main yang ditetapkan perusahaan.
Peraturan
Peraturan adalah seperangkat aturan tertulis yang memuat semua jenis instruksi dan pengendalian,
termasuk di dalamnya adalah instruksi jabatan, pembagian kerja, prosedur standar operasi, panduan-panduan,
dan tuntunan-tuntunan etis.
Proses pengendalian manajemen secara formal yaitu dimulai dengan perencanaan strategis,
penganggaran, pelaksanaan kegiatan, pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja keuangan. Baik peraturan
maupun proses pengendalian secara formal akan mengikat seluruh anggota organisasi, manajer-manajer dan
pimpinan – untuk selalu berfokus pada pencapain tujuan perusahaan. Dengan sendirinya dua faktor tersebut
berupaya melarutkan tujuan individu (sikap dan perilaku) ke dalam tujuan yang ingin dicapai perusahaan.
Desain organisasi adalah pengkonstruksian dan pengubahan struktur untuk mencapai tujuan
oragnisasi. Desain struktur organisasi yang dipilih merupakan bagian dari perancangan sistem pengendalian
manajemen. Struktur organisasi yang sesuai dengan kondisi perusahaan akan mengefektifkan eksekusi atas
strategi yang telah ditetapkan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi adalah wadah
yang digunakan untuk mengeksekusi strategi. Melalui struktur organisasi ini distribusi wewenang dan
pekerjaan dilaksanakan. Perubahan secara mendasar atas struktur organisasi sesungguhnya dapat dikatakan
sebagai perubahan secara mendasar atas rancangan sistem pengendalian manajemen perusahaan itu.
Struktur organisasi dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum yaitu struktur oragniasi
fungsional, struktur organisasi unit bisnis, struktur organisasi matriks.
Kelemahan :
a. Ketidakjelasan dalam menentukan efektivitas manajer fungsional secara terpisah karena tiap-tiap
fungsi tersebut memberikan kontribusi pada hasil akhir.
b. Kemungkinan terjadi perselisihan antar manajer, dikarenakan organisasi terdiri dari beberapa
manajer yang bekerja dalam satu fungsi.
c. Struktur fungsional tidak memadai untuk diterapkan pada sebuah perusahaan dengan produk dan
pasar yang beragam.
Organisasi fungsional cenderung menciptakan “sekat-sekat” pemisah bagi tiap fungsi yang
dimilikinya sedemikian rupa sehingga menghambat kemungkinan diadakannya koordinasi lintas fungsi di
bidang-bidang seperti pengembangan produk baru. Persoalan ini bisa dikurangi dengan cara melengkapi
struktur fungsional vertikal yang ada dengan proses-proses lintas fungsi yang saling berhubungan seperti rotasi
bidang lintas fungsi dan penghargaan berdasarkan kerja sama tim. Contoh struktur organisasi fungsional
disajikan dalam Gambar 3.7.
Gambar3.7.StrukturOrganisasi
Dalam organisasi unit bisnis, para unit manajer bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas dari
masing-masing unit, dan unit bisnis berfungsi sebagai bagian yang semi independen dari perusahaan. Bentuk
organisasi unit bisnis dari organisasi dirancang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat pada
struktur fungsional. Suatu unit bisnis, yang disebut juga divisi, bertanggungjawab atas seluruh fungsi yang
dalam produksi dan pemasaran sebuah produk. Unit bisnis umumnya bersifat pusat laba.
Keuntungan :
a. Struktur ini bisa berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi manajemen secara umum. Manajer unit
bisnis dituntut untuk menjadi seperti seorang CEO dalam perusahaan independen.
b. Lebih dekat dengan pasar dari produk-produknya dibandingkan dengan kantor pusat.
Memberikan reaksi yang cepat terhadap ancaman dan peluang baru.
c. Oleh karena struktur ini lebih memungkinkan memberikan keleluasaan untuk berkreasi pada
manajer unit bisnis, maka ada kemungkinan unit bisnis tumbuh lebih cepat.
Kerugian :
a. Kemungkinan menduplikasi sejumlah pekerjaan dalam organisasi fungsional, dikerjakan di kantor
pusat.
b. Perselisihan yang terjadi di antara spesialis fungsional dalam organisasi perusahaan fungsional
digantikan dengan perselisihan diantara unit-unit bisnis dalam organisasi unit bisnis.
Contoh rancangan struktur organisasi bisnis unit disajkan dalam Gambar 3.8.
Gambar 3.8. Struktur organisasi bisnis unit
Setiap unit bisnis dapat lebih “mandiri”, memiliki tingkat independen tertentu atau dapat semi
independen, bahkan sangat independen tergantung perusahaan.
3.7.3 Organisasi matriks
Organisasi jenis matriks merupakan gabungan antara struktur organisasi fungsional dan struktur
oragnisasi unit bisnis. Rancangan struktur organisasi matriks disajikan dalam Gambar 3.9.
Fungsi pengendalian adalah fungsi staf. Meskipun seorang kontroler biasanya bertanggungjawab
untuk merancang maupun mengoperasikan sistem yang mengumpulkan dan melaporkan informasi,
pemanfaatan informasi ini adalah tanggung jawab jajaran manajemen. Seorang controller barangkali
bertanggungjawab untuk mengembangkan dan menganalisis tolak ukur yang digunakan untuk melakukan
pengendalian serta merekomendasikan tindakan-tindakan yang diperlukan oleh manajemen.
Controller tidak membuat ataupun mendorong pihak manajemen untuk mengambil keputusan.
Tanggungjawab untuk menjalankan pengendalian sesungguhnya berasal dari CEO lalu turun ke bawah melalui
jalur organisasi.
Controller juga membuat keputusan, khususnya mengenai penerapan kebijakan yang ditetapkan
oleh jajaran manajemen. Para pengendali juga memegang peranan penting dalam mempersiapkan
perencanaan strategis dan anggaran. Mereka diminta untuk melakukan penelitian secara cermat atas laporan
kinerja untuk menjamin akurasi dan untuk menarik perhatian jajaran manajer terhadap pos-pos yang
membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Dalam kapasitas ini, controller bertindak seperti layaknya manajer.
Bedanya adalah bahwa keputusan mereka dapat dibatalkan oleh jajaran manajer.
Pada controller unit mau tidak mau telah membagi loyalitas mereka. Pada satu sisi mereka
berhutang kesetiaan pada controller korporat, yang memegang tanggung jawab operasi sistem pengendalian
secara keseluruhan. Di sisi lain, mereka juga berutang kesetiaan pada para manajer unit mereka yaitu pihak
kepada siapa mereka memberikan bantuan dan pertanggungjawaban.
Di beberapa perusahaan, controller unit bisnis memberikan laporan kepada manajer unit bisnis
dan mereka dihubungkan dengan garis putus-putus ke controller korporat. Disini, manajer unit bisnis adalah
atasan langsungnya, dan dia memiliki wewenang dalam mempekerjakan , melatih, memindahakan,
memberikan kompensasi, mempromosikan, dan memecat para controller di unit yang bersangkutan. Akan
tetapi, keputusan semacam ini jarang dibuat tanpa masukan dari controller korporat.
Sementara itu di beberapa perusahaan lain, controller unit bisnis memberikan laporan secara
langsung kepada controller korporat, dalam situasi seperti ini maka controller korporat adalah atasan mereka
sebagaimana ditunjukkan dalam garis penuh pada diagram organisasi. Permasalahan yang timbul dari kedua
bentuk hubungan ini ialah:
a. Para controller unit bisnis yang bekerja untuk manajer unit bisnisnya akan memungkinkan tidak
memberikan laporan yang objektif mengenai anggaran dan kinerja unit bisnis kepada manajer senior (kantor
pusat).
Controller unit bisnis yang bekerja untuk contorller korporat, manajer unit bisnis akan
memperlakukan seperti ”mata-mata dari kantor pusat” bukan sebagai seorang mitra kerja terpercaya.
Hubungan kontroler divisi dengan kontroler kantor pusat disajikan dalam Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Hubungan antara kontroler divisi dengan kontroler kantor pusat
1 Robert N Anthony dan Viajay Govindarajan, Management Control System, ( 2004) Edisi 11 (Boston:
McGraw-Hill) Hal 114-117
2 Ibid 129
---------------
------------------------------------------------------------
---------------
------------------------------------------------------------
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hanif Ismail
SISTEM PENGENDALIAN MANAGEMEN 35
MODUL 3
PENGERTIAN, MANFAAT, DAN TANTANGAN SERTA PELUANG PERILAKU ORGANISASI
MEMAHAMI MANAJEMEN
Kita semua telah mengetahui bahwa yang dimaksud dengan manajer itu adalah orang yang
mencapai tujuan tertentu melalui usaha orang-orang lain. Para manajer ini bekerja dalam suatu organisasi,
yaitu satu unit sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang sengaja dikoordinasikan untuk berfungsi
secara berkesinambungan dalam mencapai sejumlah tujuan bersama.
Kita semua juga telah mengetahui bahwa fungsi-fungsi manajemen seperti merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengarahkan, serta melakukan kontrol harus bisa dilaksanakan dengan
baik karena organisasi memiliki tujuan bersama yang harus dicapai secara efisien. Oleh karena itu, tujuan
organisasi tersebut harus ditetapkan secara jelas lebih dahulu, termasuk bagaimana cara-cara mencapainya
agar fungsi-fungsi manajemen seperti tersebut diatas bisa memadai, tetapi juga tidak kedodoran.
Secara umum dapat dikatakan disini bahwa peranan manajer dalam organisasi yang modern
sedikitnya meliputi beberapa peranan berikut ini. Peranan dalam hubungan antar manusia seperti figur ketua
dalam berbagai upacara, kepemimpinan, dan kegiatan-kegiatan kerja sama. Peranan dalam sistem informasi
seperti monitoring, penyebaran informasi, dan kegiatan-kegiatan kehumasan lainnya.
Yang dimaksud dengan keterampilan konsepsi tidak lain berupa kemampuan mental untuk
menganalisis dan mendiagnosis situasi-situasi yang kompleks.
Menurut Fred Luthans dan asosiasinya memandang manajer yang efektif apabila manajer
melaksanakan aktivitas manajemen dalam pengembangan organisasi secara cepat dan tepat.
Selanjutnya mengenai manajer yang sukses, dikatakan sukses apabila masa percepatan promosi
atau peningkatan organisasi dapat tercapai. Jadi manajemen yang efektif dan manajemen yang sukses
mempunyai perbedaan penekanan dalam melaksanakan keempat kegiatan tersebut.
Jika dicari masalah pokok antara fungsi, peranan, keterampilan dan aktivitas manajemen seperti
tersebut diatas, akhirnya kita sama-sama mengetahui betapa pentingnya seni memanajemeni orang itu.
Apapun namanya, persoalan ini menjadi jelas bahwa semua manajer yang menginginkan keberhasilan harus
mampu mengembangkan diri dibidang keterampilan atau seni memanajemeni orang, yang sekarang ini bisa
dicapai melalui pendekatan perilaku organisasi (organizational behavior - OB).
Mengapa perilaku organisasi dalam manajemen modern sekarang dan yang akan datang
menjadi sangat penting untuk memenangkan kompisi lokal, nasional, dan global?
Kita akan menghadapi pasar yang keras, sehingga perlu dicari cara yang bisa mengungguli para
kompetitor. Harus kita sadari sekarang bahwa kemampuan mereka, produk atau jasa yang mereka jual, cara-
cara yang mereka lakukan, dan para customer yang mereka jadikan sasaran semuanya sama atau hampir sama
dengan kita atau Anda. Lalu bagaimana Anda akan membuat organisasi atau perusahaan Anda akan berbeda
dengan organisasi atau perusahaan mereka? Bagaimana kalau inovasi produk atau jasa yang Anda siapkan
segera ditiru mereka dengan begitu cepatnya melalui inteligen bisnis, sehingga mereka bisa lebih dahulu
membanjiri pasar dengan produk atau jasa tersebut? Bagaimana dalam pasar global yang keras, Anda
membangun dan mempertahankan nilai yang cukup berbeda untuk menghindari kompetisi harga yang brutal?
Sejak kurang lebih 25 tahun yang lalu, para konsultan telah membantu perusahaan-perusahaan atau rumah
sakit-sumah sakit modern mengembangkan strategi kompetitif, memperbaiki sistem dan keterampilan
pengembangan bisnis, dan menciptakan berbagai proposal dan presentasi agar memperoleh persetujuan.
Akan tetapi, adanya globalisasi pasar, meningkatnya kompetisi dengan pihak asing, perkembangan
tekhnologi yang sangat cepat, dan pertumbuhan internet telah membuat persaingan menjadi semakin keras,
terutama jika Anda menjual produk atau jasa dengan nilai tambah, tetapi dengan harga yang lebih tinggi.
Kecuali Anda dapat menawarkan sesuatu yang begitu unik yang tidak bisa ditiru oleh orang atau perusahaan
lain, Anda akan menghadapi sederetan kompetitor yang juga memiliki seni menawarkan, para customer yang
menuntut lebih banyak dan negosiasi yang lebih berat.
Dengan menggunakan diferensi perilaku, yang sekarang menjadi pilihan untuk strategi
kompetitif, Anda masih dapat mencapai dan mempertahankan keuntungan-keuntungan yang signifikan. Lebih
tegasnya, cara ini bukanlah pengganti dari kualitas produk, kompetisi harga, atau kepuasan customer. Anda
akan menemukan bagaimana diferensiasi perilaku dapat bekerja untuk Anda atau melawan Anda.
Diferensiator perilaku yang positif bisa terbentuk jika Anda melampaui harapan-harapan perilaku customer.
Seperti magnet, diferensiasi perilaku yang positif ini akan menarik para customer kepada Anda. Jika Anda
merupakan pilihan yang bisa diterima dalam cara-cara yang lain, para customer ini lebih menyukai bekerja
dengan Anda. Andapun akan memenangkan bisnis lebih banyak lagi. Sebaliknya, diferensiator perilaku yang
negatif akan menjauhkan para customer. Mereka membuat batas antara Anda dan mereka. Bahkan,
diferensiator perilaku yang negatif ini dapat menyebabkan mereka secara aktif melawan Anda. Tidak ada cara
lain yang lebih cepat untuk kehilangan bisnis daripada menjauhkan para customer Anda. Hal ini, adanya para
diferensiator perilaku yang negatif, masih banyak terjadi. Dapat dibuat hipotesis bahwa diferensiasi perilaku
dapat diaplikasikan untuk profesi.
Perusahaan dan penelitian juga telah mengkonfirmasikan hal tersebut (Bacon & Pugh, 2003).
Diferensiasi perilaku ternyata bisa mengungguli “customer service”, tetapi untuk mempertahankannya, harus
dikembangkan dalam organisasi.
Dimulai dengan kepemimpinan dari perusahaan Anda, diarahkan oleh budaya dan nilai-nilai dari
organisasi. Dipertahankan oleh proses keseharian supaya pekerjaan bisa diselesaikan, dan merefleksikan
keterampilan organisasi dan keterampilan orang-orangnya. Hasilnya akan mencengangkan Anda sendiri, jika
Anda dan semua orang dalam organisasi berperilaku seperti yang telah digariskan, Anda akan mengerti
mengapa Anda akan menang atau kalah dalam bisnis, lebih banyak dari yang diharapkan. Untuk mengajak
semua orang dalam organisasi melaksanakan melalui pengertian, penghayatan, dan pengamalan perilaku
organisasi.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan pokok para lulusan Program
Administrasi Bisnis dan Manajemen bukannya terletak pada ketidakmampuan dalam menuliskan dan
melaksanakan analisis bisnis atau mengambil beberapa keputusan, melainkan dalam keterampilan tentang
manusia dan hubungan antar manusia. Diketahui program-program Administrasi Bisnis dan Manajemen
memang bisa merupakan bagian penyiapan para manajer dimasa depan. Akan tetapi, para manajer sekarang
sering mengalami kesulitan karena keterampilan mereka dalam hubungan antar manusia kurang ketimbang
keterampilan dalam masalah-masalah tekhnis. Padahal para manajer sekarang juga harus mampu memimpin,
memotivasi, berkomunikasi, bekerja sebagai bagian dari sebuah tim, menyelesaikan berbagai konflik, dan aktif
dalam kegiatan-kegiatan yang mengakrabkan hubungan antar manusia. Sayangnya, sampai beberapa tahun
lalu, kursus-kursus tentang perilaku organisasi, proses-proses hubungan antar manusia, hubungan masyarakat,
dan psikologi terapan masih dikebelakangkan daripada kursus keuangan, akuntansi, dan tekhnik-tekhnik
kuatitatif.
Namun, sekarang telah timbul kesadaran bahwa kelemahan dalam mempersiapkan mahasiswa-
mahasiswa Administrasi Bisnis dan Manajemen ini telah dapat diidentifikasi dan tindakan-tindakan korektif
telah direncanakan untuk mengatasi maslah ini. Beberapa akademi atau sekolah tinggi akan mengembangkan
kurikulumnya dengan ilmu pengetahuan perilaku, khususnya yang bermanfaat dalam efisiensi manajemen,
sebagai inti. Demikian juga dikalangan bisnis, kecenderungan serupa itu telah tampak. Para manajer dan calon
manajer yang potensial mendapatkan latihan-latihan meningkatkan keterampilan dalam hubungan antar
manusia. Beberapa perusahaan mengirimkan karyawan-karyawannya untuk berpartisipasi dalam lokakarya-
lokakarya yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau lembaga sumber daya manusia, sedangkan yang
lainnya cukup mengadakan latihan-latihan serupa itu dalam perusahaan sendiri.
Jadi, dalam menghadapi perubahan sistem kerja dalam perkembangan yang terus berubah,
tantangan yang akan terus dihadapi oleh para manajer pada masa depan juga akan terus bertambah sesuai
dengan perubahan dan tuntutan para karyawannya. Para karyawan, sebagai sumber daya manusia yang akan
makin berkualitas, bisa menjadi faktor resiko sering terjadinya konflik dalam organisasi bila manajer tidak
menanganinya melalui pendekatan perilaku organisasi yang tepat.
Situasi konflik yang sama bisa memerlukan pendekatan penyelesaian yang berbeda. Secara
ekstrim, penyelesaian konflik tersebut bisa sangat berbeda. Jika konflik tersebut dipandang sebagai akibat
perbedaan atau pertentangan motivasi dan kepribadian dari pihak yang terlibat, penyelesaiannya bisa
ditempuh dengan mengganti atau memindahkan mereka. Sebaliknya, jika konflik tersebut dipandang sebagai
kurang tepatnya peranan mereka dalam struktur organisasi tertentu yang bisa mengganggu hubungan baik
antara mereka, penyelesaiannya tentu harus dengan mengubah sistem agar suasana yang baik bisa tercapai.
Oleh karena itu, mempelajari perilaku karyawan dan pimpinan dalam organisasi itu menjadi sangat penting,
khususnya dalam meramalkan perilaku mereka untuk membantu pengambilan keputusan organisasi,
meskipun ramalan ini tidak selalu benar. Ilmu pengetahuan tentang perilaku organisasi ini sudah banyak
mengalami kemajuan, tetapi tentu saja masih jauh dari sempurna. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan
tentang perilaku organisasi yang belum terjawab. Harus diingat bahwa pengertian kita tentang perilaku
manusia ini selamanya tidak akan lengkap karena manusia merupakan mahluk yang unik, dinamis, kreatif, dan
mudah berubah. Disisi lain, hal ini merupakan wahana penelitian yang maha luas, yang akan menambah
khazanah ilmu perilaku organisasi secara berkesinambungan.
Perilaku organisasi konsern dengan situasi hubungan manusia, sebab hal ini erat kaitannya
dengan: pekerjaan, absensi, pergantian karyawan, produktivitas, prestasi seseorang dan manajemen. Perilaku
keorganisasian juga meliputi: motivasi, perilaku dan kekuatan/tenaga kepemimpinan, komunikasi antar
personal, struktur kelompok dan proses, konflik, desain pekerjaan, dan stres.
Dari keterangan tersebut diatas dapat diilustrasikan statemen yang berkaitan dengan manfaat
perilaku keorganisasian sebagai berikut :
Tingkat kegembiraan/keserasian karyawan menjadikan karyawan tersebut menjadi produktif.
Semua individu karyawan produktif, bila pimpinan bersahabat, menaruh kepercayaan dan
mengadakan pendekatan.
Kebenaran dan keadaan statemen/pernyataan tersebut sepenuhnya adalah adalah teruji oleh
kepentingan waktu sehingga sistematik pendekatan dalam studi perilaku keorganisasian dapat memberikan
improvisasi yang bersifat menjelaskan dan prediksi kecakapan/ketrampilan, bakat/kemampuan. Kemampuan
berhubungan dengan sifat yang dibawa sejak lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang menyesaikan
pekerjaan, sedangkan kecakapan/ketrampilan berhubungan dengan menyelesaikan pekerjaan tugas yang
dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat.
Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi dalam pola tertentu. Urut-urutan
pola aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dilaksanakan secara relatif teratur dan berulang ulang. Misalnya
saja fakultas, setiap awal semester melakukan kegiatan herregretasi, melakukan pembimbingan KRS,
perkuliahan, ujian tengah maupun akhir semester, yudicium, wisuda dan lain sebagainya. Pola kegiatan
tersebut dilakukan secara teratur dan berulang-ulang. Sedangkan aktivitas yang dilakukan secara temporer
atau bersifat sementara bukan merupakan organisasi, sekalipun aktivitas tersebut dilakukan oleh sekelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Misalnya sekelompok mahasiswa melakukan demonstrasi,
kegiatan mahasiswa yang melakukan demonstrasi tersebut bukan merupakan organisasi. Karena aktivitas yang
dilakukan oleh sekelompok mahasiswa tersebut sifatnya sementara dan tidak dilakukan secara teratur dan
berulang-ulang.
Sekalipun aktivitas para mahasiswa tersebut dilakukan oleh sekelompok orang yang mempunyai
tujuan tertentu, tetapi tidak dapat dikatakan sebagai organisasi karena aktivitas yang dilakukan sifatnya
sementara dan hanya sesaat saja dan bukan dilakukan secara teratur dan berulang-ulang.
Sekelompok orang
Organisasi pada dasarnya merupakan kumpulan orang orang. Adanya keterbatasan-
keterbatasan pada manusia mendorongnya untuk membentuk organisasi.kemampuan manusia baik fisik
maupun daya pikirnya terbatas, demikian juga waktu yang ada terbatas, sementara aktivitas yang harus
dilakukan selalu meningkat maka mendorong manusia untuk membentuk organisasi. Jadi dalam setiap
organisasi akan terdiri dari sekelompok orang. Orang-orang yang ada dalam organisasi berinteraksi dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.
Tujuan organisasi
Organisasi didirikan untuk mencapai suatu tujuan. Tidak mungkin orang mendirikan organisasi
tanpa ada tujuan yang ingin dicapainya melalui organisasi tersebut. Tujuan organisasi pada dasarnya
dibedakan menjadi dua yaitu tujuan yang sifatnya abstrak dan berdimensi jangka panjang, yang menjadi
landasan dan nilai nilai yang melandasi organisasi itu didirikan. Tujuan organisasi seperti itu disebut dengan
“misi organisasi”. Jenis tujuan yang lain disebut dengan “tujuan operasional” atau sering juga disebut dengan
objective. Jenis tujuan ini sifatnya lebih operasional, yang menunjukkan apa yang akan diraih oleh organisasi.
Tujuan operasional atau objective biasanya merupakan tujuan jangka pendek yang lebih spesifik dan dapat
diukur secara kuantitatif seperti, pangsa pasar, pertumbuhan, profitabilitas, produktivitas, dan lain sebagainya.
Misalnya perusahaan yang bergerak dibidang bisnis eceran menetapkan misinya adalah menyediakan barang
yang berkualitas dengan harga yang wajar. Tujuan operasionalnya akan bersifat lebih spesifik dimana
perusahaan eceran tadi menginginkan atau menetapkan kenaikan penjualan sebesar 20% dalam tahun ini
dengan menjual berbagai macam produk.
Proses Karateristik yang ketiga dari perilaku keorganisasian adalah proses organisasi. Proses
organisasi berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara anggota organisasi.
Proses organisasi antara lain meliputi komunikasi, kepemimpinan, proses pengambilan keputusan
dan kekuasaan. Salah satu pertimbangan utama dalam merancang struktur organisasi yang efektif adalah agar
berbagai “proses” diatas dapat dilakukan dengan efisien dan efektif.
Dari gambaran tersebut diatas sangat penting dalam perilaku keorganisasian sehingga bagi
manajer, bagaimana menemukan jalan memotivasi pekerja supaya tidak mengalami penurunan
kesepakatan/komitmen.
Psikologi
Mereka telah memberikan kontribusi dan terus menambah pengetahuan dibidang perilaku
organisasi adalah ahli-ahli teori belajar, teori kepribadian, psikologi dibidang konseling, dan yang lebih penting
lagi adalah para psikolog industri dan organisasi. Awalnya, para psikologi industri atau organisasi ini terlibat
dalam masalah-masalah kelelahan, kebosanan, dan faktor-faktor lain yang relevan dengan kondisi kerja yang
bisa mengganggu efisiensi kerja. Akhir-akhir ini, kontribusi mereka lebih meluas lagi, yang meliputi proses
belajar, persepsi, kepribadian, latihan, efektivitas kepemimpinan, pemenuhan kebutuhan dan motivasi,
kepuasan kerja, proses-proses pengambilan keputusan, penilaian prestasi kerja, pengukuran sikap, tekhnik
pemilihan karyawan, desain kerja dan stres ditempat kerja.
Sosiologi
Kalau atensi psikologi pada masalah-masalah individual, para sosiologi mempelajari sistem sosial
dimana individu dapat berperan didalamnya. Oleh karena sosiologi itu mempelajari manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain. Secara khusus, sosiologi telah memberikan kontribusi yang terbesar untuk
perilaku kelompok dalam organisasi, terutama organisasi-organisasi yang formal dan kompleks. Beberapa area
dalam perilaku organisasi yang telah menerima masukan dari sosiologi adalah dinamika kelompok, tekhnologi
organisasi, birokrasi, komunikasi, kekuatan, konflik, dan perilaku antar kelompok.
Psikologi Sosial
Psikologi sosial itu adalah area dalam psikologi, tetapi menggabungkan konsep-konsep dari
psikologi dengan sosiologi, yang fokus pada saling pengaruh antar manusia. Salah satu diinvestigasi oleh ahli-
ahli psikologi sosial dalam perilaku organisasi adalah “perubahan”, bagaimana implementasinya dan
bagaimana cara mengurangi hambatan-hambatan dalam menerima perubahan tersebut. Sumbangan mereka
terutama dalam pengukuran, pengertian dan perubahan sikap, corak-corak komunikasi, cara-cara untuk
memberikan keputusan individual dalam aktivitas kelompok, dan proses-proses pengambilan keputusan
individual dalam aktivitas kelompok, dan proses-proses pengambilan keputusan oleh kelompok.
Antropologi
Para ahli antropologi mempelajarimasyarakat yang mendalami manusia dan segala aktivitasnya
dalam pengaruh kultur dan lingkungan. Umpamanya, untuk mengerti perbedaan-perbedaan yang didasarkan
oleh nilai, sikap, dan perilaku antara orang-orang dari negara-negara yang berbeda dalam organisasi-organisasi
yang berbeda pula. Banyak dari pengertian kita sekarang tentang kultur organisasi, lingkungan organisasi, dan
perbedaan kultur setempat dalam lingkup nasional adalah hasil kerja para ahli antropologi ini.
Ilmu Politik
Kontribusi para ahli ilmu politik untuk mengerti perilaku dalam organisasi juga cukup signifikan.
Mereka mempelajari perilaku individual dan kelompok didalam suatu lingkungan politik. Beberapa topik yang
dapat disebutkan disini termasuk strukturisasi konflik, alokasi kekuatan dan bagaimana orang-orang bisa
memanipulasi kekuatan untuk kepentingan pribadi. Kita sekarang telah menyadari bahwa organisasi juga
dapat berperan sebagai kesatuan politik. Jika ingin dapat menerangkan secara tepat dan meramalkan perilaku
seseorang dalam organisasi, kita memerlukan tinjauan perspektif politik dalam analisis kita.
Mengendalikan perilaku
Tujuan yang ketiha dan paling penting dalam mempelajari perilaku organisasi adalah
mengendalikan perilaku-perilaku dalam organisasi. Jika manajer/pimpinan organisasi dapat memahami dan
menjelaskan secara seksama perilaku-perilaku yang terjadi dalam organisasi, maka ia akan dapat menciptakan
situasi yang menghasilkan perilaku-perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku-perilaku yang tidak
diinginkan. Kemampuan kita untuk mengendalikan moralitas dan perilaku dari anggota organisasi menjadi isu
yang sangat penting dewasa ini.
Pengembangan model ini melibatkan tiga variabel penting dalam perilaku organisasi:
• Variabel Tergantung (Dependent Variable)
Sebuah respons yang dipengaruhi oleh variabel bebas
• Variabel Bebas (Independent Variable)
Sebuah variabel yang dianggap sebagai penyebab timbulnya perubahan pada variabel tergantung.
• Variabel Antara (Moderating Variable)
Sebuah variabel yang mengurangi atau mempengaruhi efek dari variabel bebas terhadap variabel
tergantung.
Variabel Tergantung
Yang penting dalam pengembangan model perilaku organisasi adalah produktivitas (prestasi kerja
yang efekif dan efisien), absen kerja, pindah kerja, atau pemutusan kerja dan kepuasan kerja. Namun, stres
ditempat kerja kadang dimasukkan pula disini.
a. Produktivita
Organisasi atau perusahaan dikatakan produktif kalau mencapai sasarannya secara efektif dan
efisien (memenuhi kebutuhan organisasi dengan biaya yang rendah). Karena pentingnya produktivitas dalam
perilaku organisasi ini, kita ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi efektivitas dan
efisiensi individu, kelompok, ataupun organisasi secara keseluruhan.
b. Absen Kerja
Biaya tahunan yang diderita oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan Kanada karena
masalah absen kerja ini masing-masing diperkirakan 40 dan 12 milyar dolar ($US). Satu hari absen dari seorang
tenaga administrasi atau produksi rata-rata bisa merugikan perusahaan sampai 100 dolar karena menurunnya
efisiensi dan meningkatkan pekerjaan atasan/pengawas (The Wall Street Journal, 1986). Oleh karena itu,
menurunnya angka absen kerja serendah mungkin menjadi sangat penting untuksetiap perusahaan disana.
Akan menjadi sulit bagi perusahaan untuk beroperasi dengan lancar kalau banyak karyawan tidak masuk kerja,
bahkan pengambilan keputusan bisa tertunda karena hal itu.
Pada perusahaan-perusahaan dengan teknologi ban berjalan, absen kerja tidak hanya akan
mengganggu kelancaran produksi, bahkan lebih drastis lagi, menurunnya kualitas produk yang bisa berakhir
dengan ditutupnya fasilitas produksi. Tetapi, apakah semua absen kerja berakibat buruk? Ternyata, beberapa
pengecualian berlaku disini, bahkan ada perusahaan yang bisa diuntungkan kalau ada karyawan memilih untuk
tidak masuk kerja daripada dipaksakan masuk. Umpamanya, karyawan yang menderita keletihan atau stres
yang berat yang jelas akan menurunkan produktivitasnya.
c. Pindah Kerja
Tingginya angka pindah kerja (pengunduran diri dari pekerjaan) pada sebuah perusahaan berarti
meningkatnya program rekruitmen, seleksi, dan biaya pelatihan. Perpindahan kerja juga berarti terputusnya
aktivitas perusahaan yang sudah berjalan efisien karena perginya karyawan yang telah menguasai dan
mempunyai pengalaman dibidang itu dan karena persiapan untuk mencari gantinya yang sesuai. Sekalipun
begitu, semua organisasi atau perusahaan yang pernah mengalami hal ini. Bahkan, kadang-kadang
perpindahan kerja menguntungkan bila yang mengundurkan diri itu tenaga-tenaga yang marjinal, yang tidak
bisa dikembangkan lagi. Hal ini malah bisa membuka kesempatan bagi perusahaan untuk mengganti mereka
dengan tenaga-tenaga yang lebih berkualitas, baik dari segi keterampilan maupun moticasi, sehingga bisa
menambah ide-ide yang baru dan segar untuk organisasi. Sayangnya, yang mengundurkan diri itu kebanyakan
justru orang-orang yang berkualitas, dimana perusahaan tidak ingin kehilangan mereka.
d. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja dalam pengertian perilaku organisasi dapat didefinisikan sebagai sikap umum
seseorang terhadap pekerjaannya yang berupa perbedaan antara penghargaan yang diterima dengan
penghargaan yang seharusnya diterima menurut perhitungannya sendiri. Kepercayaan bahwa karyawan yang
puas itu lebih produktif daripada karyawan yang tidak puas telah menjadi pegangan para manajer bertahun-
tahun. Para peneliti dibidang kemanusiaan lalu mengusulkan agar kepuasan ini justru menjadi tujuan resmi
sebuah organisasi. Tidak hanya kepuasan itu menurunkan angka absen kerja dan pindah kerja, tetapi
perusahaan juga harus bertanggungjawab untuk memberikan kepuasan intristik. Oleh karena itu, meskipun
kepuasan itu adalah sikap, bukan perilaku, kepuasan penting untuk dijadikan variabel tergantung dalam
perilaku organisasi ini.
Variabel Bebas
Untuk mengetahui faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas, absen kerja,
pindah kerja, dan kepuasan kerja, tentu saja kita akan berpaling pada variabel bebas ini. Telah lama dipercaya
oleh para ahli bahwa perilaku organisasi paling mudah dipelajari sebagai model bangunan yang bertingkat,
yang fondasinya adalah penngertian kita tentang perilaku individual.
a. Variabel-variabel pada tingkat individual
Sering dikatakan bahwa manajer itu, tidak seperti orangtua, harus bekerja dengan orang-orang
yang telah berumur, bukan sejak kecil. Artinya orang ini telah mendapatkan didikan dan pengalaman dari
orang-orang lain yang berhubungan dengannya sebelumnya. Hal ini untuk menegaskan bahwa orang tersebut
masuk kedalam organisasi/perusahaan masing-masing dengan karateristik tertentu yang akan mempengaruhi
perilaku ditempat kerja. Lebih jelas disebutkan disini, karakter-karakter tersebut diantaranya adalah
karateristik pribadi atau biografik seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, ciri kepribadian, nilai-nilai
dan sikapnya, dan tingkat kemampuannya. Karateristik ini akan berpengaruh sewaktu seseorang masuk dalam
lingkungan kerja. Yang terpenting harus diingat adalah bahwa manajemen hanya sedikit dapat mengubahnya
meskipun kenyataannya karateristik ini akan punya dampak pada perilaku karyawan. Masih ada lagi yang perlu
disebutkan disini yaitu persepsi, pembuatan keputusan individual, proses belajar dan motivasi.
Ringkasan
Para manajer perlu mengembangkan keterampilan antar pribadi atau penanganan-orang mereka
agar mereka efektif dalam pekerjaan mereka. Perilaku keorganisasian (OB) merupakan sutu bidang studi yang
menyelidiki dampak individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku didalam orgnisasi, kemudian
menerapkan pengetahuan tersebut agar organisasi tersebut bekerja dengan lebih efektif. Khususnya, OB
memfokuskan pada bagaimana memperbaiki produktivitas, mengurangi kemengkiran dan tingkat keluarnya
karyawan, dan meningkatkan kepuasan kerja.
Kita semua meyakini sejumlah generalisasi mengenai perilaku orang. Sementara beberapa
generalisasi ini memberikan wawasan yang sahih [valid] ke dalam perilaku manusia, banyak generalisasi lain
sering keliru. OB menggunakan studi sistematis untuk memperbaiki ramalan perilaku yang akan dirumuskan
berdasarkan instuisi semata. Tetapi karna orang-orang itu berbeda-beda, kita perlu memandang OB dalam
suatu kerangka kontingensi, dengan menggukanvariabel-variabel situasionaluntuk melunakkan hubungan
sebab-akibat.
Perilaku keorganisasian memberikan sejumlah tantangan dan peluang bagi para manajer. Itu dapat
membantu memperbaiki kulitas dan produktivitas karyawan dengan menunjukkan kepada para manajer
bagaimana memberi tanggung jawab orang-orangnya maupun merancang dan melaksanakan program
perubahan. OB menawarkan wawasan-wawasan spesifik untuk memperbaiki keterampilan seorang manajer
dalam menangani orang. OB mengenali perbedaan-perbedaan dan membantu para manajer melihat nilai
keanekaragaman dan praktik angkatan kerja yang mungkn perlu dibuat ketika mengelola di negara yang
berbeda. Dalam masa-masa perubahan yang cepat dan berkelanjutan, Ob dapat membantu para manajer
untuk belajar mengatasi dunia “kesementaraan” dan mengelola angkatan kerja yang mengalami trauma karna
penciutan organisasi. Akhirnya, OB memberikan panduan untuk menciptakan suatu iklim kerja yang secara etis
sehat kepada para manajer.
Studi Kasus
Mengembangkan Organisasi Yang Efektif Melalui Pendekatan Model Dalam Perilaku Organisasi
PKK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS EKONOMI
JAKARTA
2010
BAB IV
PUSAT TANGGUNG JAWAB : PUSAT PENDAPATAN DAN BEBAN
Pokok Bahasan:
Pusat Pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab terhadap semua aktivitas yang ada di unitnya.
Pusat tanggung jawab menerima masukan, dalam bentuk bahan baku, tenaga kerja dan jasa-jasa.
Dengan menggunakan modal kerja kapital (seperti , persediaan, piutang), peralatan, dan aktiva lainnya, pusat
tanggungjawab melaksanakan fungsi-fungsi tertentu, dengan tujuan akhir untuk mengubah input menjadi out
put. Baik yang berwujud atau tidak berwujud.
Characteristic :
* Output tidak bisa diukur secara moneter
* Selisih antara anggaran dan biaya yang sesungguhnya bukanlah ukuran ”efisien”. Anggaran tidak
dimaksudkan untuk meramalkan jumlah pengeluaran yang optimum, maka menjalankan usaha dalam batas-
batas anggaran yang ada tidak selalu berarti menunjukkan kinerja yang efisien.
Dalam SPM akan dihubungkan dengan pusat beban kebijakan secara umum dan pertimbangan-
pertimbangan yang dimasukkan dalam merancang sistem untuk tiga jenis pusat beban kebijakan yang paling
umum : pusat administratif dan pendukung pusat litbang dan pusat pemasaran.
Secara umum, pengendalian pusat biaya dilakukan melalui ANGGARAN dan PELAPORAN.
* Untuk Engineered Expense Centers, penggunaan anggaran tidak ada masalah karena ada
hubungan yg erat antara inputs dan physical output-nya.
* Untuk Discretionary Expense Centers disamping menggunakan ANGGARAN memerlukan langkah-
langkah tambahan:
* Mengikuti perencanaan
* Mengolongkan kegiatan menjadi rutin dan non rutin
Penyusunan anggaran
Manajemen membuat keputusan anggaran untuk pusat beban kebijakan yang terpisah dari
pusat beban teknik. Selanjutnya, manajemen menentukan apakah anggaran operasi yang diajukan bisa
menceriminkan biaya perunit dari pelaksanaan tugas secara efisien.
Yang menjadi perhatian utama bukanlah volumenya, karena hal tersebut sebagian besar
ditentukan oleh tindakan-tindakan yang diambil oleh pusat tanggungjawab lainnya, misalnya : kemampuan
departemen pemasaran untuk meningkatkan penjualan.
Pekerjaan yang harus dilakukan oleh pusat beban kebijakan terbagi kedalam dua kategori umum
: berkesinambungan dan bersifat khusus.
a. Pekerjaan berkesinambungan dilakukan secara konsisten dari tahun ke tahun, seperti pembuatan
laporan keuangan oleh kontroler perusahaan.
b. Pekerjaan khusus adalah proyek ”satu langkah” contoh : pengembangan dan penyusunan sistem
pembuatan anggaran laba dalam sebuah divisi baru.
Suatu teknik yang sering digunakan dalam membuat anggaran untuk pusat beban kebijakan disebut
sebagai manajemen berdasarkan tujuan (management objective) yaitu suatu proses formal di mana pembuat
anggaran mengusulkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dan menyarankan ukuran yang akan dipakai
dalam evaluasi kerja.
Anggaran inkremental.
Dalam model ini, tingkat biaya sekarang dari pusat beban kebiiakan dipakai sebagai titik awalnya.
Jumlah ini disesuaikan dengan tingkat inflasi, perubahan-perubahan beban pekerjaan yang diantisipasi,
pekerjaan khusus, dan jika datanya sudah tersedia-biaya dari berbagai pekerjaan yang dapat dibandingkan
dalam unit-unit yang sama.
TinjauanBerdasarkanNol(Zero-BaseReview)
Suatu pendekatan pembuatan anggaran yang merupakan altematif adalah membuat analisa
menyeluruh dari setiap pusat beban kebijakan pada jadwal yang terus bergulir sehingga semuanya ditinjau
setidaknya sekali dalam lima tahun.
Sebaliknya dengan pembuatan anggaran inkremental tinjauan intensif ini mencoba untuk
memastikan dari nol, surnber-sumber yang sebenarnya dibutuhkan untuk melaksanakan setiapa ktivitas dalam
setiap pusat beban.
b) Pusat Pendapatan
Di pusat pendapatan, suatu output yaitu pendapatan diukur secara moneter, akan tetapi tidak ada
upaya formal yang dilakukan untuk mengaitkan input ( yaitu beban atau biaya) dengan output.
Pada umumnya, pusat pendapatan merupakan unit pemasaran/penjualan yang tidak memiliki
wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak bertanggungjawab atas harga pokok penjualan dari barang-
barang yang mereka pasarkan.
Referensi:
Anthony, Robert N., (2009), Management Control System, Boston: Irwin/McGraw-Hill, Chap 4
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Maya Safira Dewi, SE., Ak.M.Si
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN 9
Pusat Pertanggungjawaban:
Pusat Pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang melakukan kegiatan mengolah input menjadi
output yang diprtanggung jawabkan oleh seorang pimpinan. Dalam hal ini organisasi merupakan kumpulan
pusat pertanggungjawaban, yang terlihat pada setiap kotak pada struktur organisasi.
Pusat pertanggungjawaban melakukan kegiatan untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang disebut
objective. Organisasi secara keseluruhan mempunyai goal, manajer senior menetapkan strategi untuk
mencapai goal. Objective berbagai pusat pertanggungjawab dalam suatu organisasi membantu implementasi
strategi. Karena organisasi merupakan sekumpulan pusat pertanggungjawaban, maka apabila setiap pusat
pertanggungjawaban mecapai objectivenya , maka goal organisasi akan tercapai.
Pada gambar berikut ini menunjukkan kegiatan pada pusat pertanggungjawaban. Pusat
pertanggungjawaban menerima input, dalam bentuk bahan baku, tenaga kerja dan jasa. Dengan menggunakan
Modal Kerja (persediaan, piutang) perlengkapan pabrik dan asset lainnya, pusat pertanggungjawaban
melakukan kegiatan untuk mengubah input menjadi output baik dalam bentuk barang atau jasa. Pada pabrik
bentuk outputnya adalah produk. Pada unit staff, seperti Sumber daya manusia, Trasportasi, Tehnisi, akuntansi
dan administrasi, outputnya adalah jasa.
Manajemen bertanggungjawab untuk mengoptimalisasi hubungan antara input dan output. Sebagai
contoh misalnya departemen produksi, inputnya dalam bentuk bahan baku masih dapat dilihat pada produk
jadi. Pengendalian, difokuskan pada bagaimana memanfaatkan input minimal untuk menghasilkan output yang
diinginkan yaitu sesuai dengan ketentuan dan standar kualitas yang ditetapkan pada waktu dan kuantitas
seperti yang diinginkan.
Pada beberapa kondisi, input tidak berkaitan langsung dengan output. Misalnya biaya
promosi yang dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan, akan tetapi peningkatan penjualan dipengaruhi
beberapa factor selain promosi, hubungan antara peningkatan biaya promosi dengan peningkatan pendapatan
sulit dijelaskan. Pada kegiatan penelitian dan pengembangan, hubungan antara input dan output lebih sulit
lagi dijelaskan, hasil dari kegiatan penelitian mungkin tidak nampak pada beberapa tahun dan jumlah biaya
optimum untuk kegiatan penelitian sulit ditetapkan.
Pada umumnya input yang digunakan dalam pusat pertanggungjawaban dapat diukur secara phisik,
jam tenaga kerja, liter, kg, meter dll. Dalam Sistem Pengendalian Manajemen ukuran tersebut dinyatakan
dalam satuan moneter. Sebagai catatan, input adalah sumberdaya yang digunakan dalam pusat
pertanggungjawaban, Jadi pasien rumah sakit dan murid dari sekolah bukan merupakan input. Yang
merupakan input adalah sumberdaya yang digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pengukuran output tidak semudah seperti pada pengukuran input, sebagai contoh penjualan
yang dicapai suatu periode adalh output bagi organisasi berorientasi laba, tetapi angka tersebut tidak
menunjukkan hasil yang dilakukan selama periode tersebut, seperti kegiatan penelitian, pelatihan dan promosi
tahun ini tidak merefleksikan output tahun ini.
Konsep input dan output dapat digunakan untuk menjelaskan arti efisiensi dan efektifitas. Istilah ini
umumnya dinyatakan sebagai perbandingan, misalnya Pusat pertanggungjawaban A lebih efisien dibandingkan
dengan pesaingnya atau disbanding periode sebelumnya. Efisien adalah ratio antara input dengan output, atau
jumlah output yang dihasilkan dari setiap unit input yang digunakan. Pusat pertanggung jawaban A dikatakan
lebih efisien disbanding Pusat Pertanggungjawaban B apabila:
1. Menggunakan input lebih rendah dibandingkan pusat pertanggungjawaban B untuk menghasilkan
output yang sama
2. Menggunakan input yang sama dengan yang digunakan pusat pertanggung jawaban B untuk
menghasilkan output yang lebih banyak
Pada beberapa pusat pertanggungjawaban, efosiensi diukur dengan membandingkan antara biaya
sesungguhnya dengan biaya standar, yaitu berapa biaya yang seharusnya terjadi untuk menghasikan output
yang ditetapkan.
Efektifitas ditentukan dari hubungan antara hasil yang dicapai pusat pertanggungjawaban
dengan tujuan nya. Semakin besar kontribusi hasil terhadap tujuan yang ditetapkan, berarti semakin efektif.
Peran laba:
Laba merupakan tujuan utama bagi organisasi yang berorientasi laba. Sehingga laba merupakan
pengukur efektifitas yang penting. Selain itu laba adalah selisih antara penjualan (pengukur output) dan biaya
(pengukur input), jadi laba juga merupakan pengukur efisiensi. Sehingga laba merupakan pengukur efisiensi
dan efektifitas. Apabila kedua pengukur input dan output dapat dilakukan, maka efisiensi dan efektifitas dapat
ditentukan. Akan tetapi apila yang dapat diukur hanya salah satunya ( input atau output saja) maka pengukur
kinerjanya dihubungkan dengan efisiensinya atau efektifitasnya saja.
Pusat Pendapatan
Pusat laba
Pusat Investasi
Pada Pusat pendapatan, output diukur dalam satuan moneter, pada pusat biaya input yang diukur
dalam satuan moneter, pada pusat laba input dan outputnya diukur dalam satuan moneter dan pada pusat
investasi, pengukuran dilakukan pada hubungan ntara laba daan investasi yang digunakan.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban memerlukan system perencanaan dan pengendalian
yang berbeda. Berikut ini akan dibahas secara singkat perencanaan dan pengendalian Pusat Pendapatan
kemudian Pusat Biaya.
Pusat Pendapatan:
Pusat Pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang outputnya (pendapatan) diukur dalam
satuan moneter, dan tidak dihubungkan dengan inputnya (biaya). Contoh dari pusat pendapatan adalah;
pemasaran yang tidak dibebani dengan harga pokok produk yang dijual. Penjualan yang dicapai diukur dengan
membandingkan dengan anggaran atau target penjualan yang harus dicapai, manajer
mempertanggungjawabakan biaya yang berkaitan untuk penjualan.
Pusat Biaya:
Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang inputnya diukur dalam satuan moneter, tetapi
outputnya tidak. Terdapat dua macam pusat biaya, yaitu Pusat biaya tehnik dan Pusat Biaya Kebijakan. Hal ini
sesuai dengan biaya yang terjadi yaitu biaya tehnik yang merupakan biaya yang jumlahnya dapat ditaksir
secara pasti sesuai dengan output yang dihasilkan, misalnya biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku,
suku cadang dll. Sedangkan biaya kebijakan adalah biaya yang tidak dapat ditentukan secara pasti karena
dikaitkan dengan kebijakan manajemen.
Meskipun demikian, pusat biaya tehnik pengukuran kinerjanya tidak hanya dilihat dari biaya
nya saja tetapi juga bertanggung jawab terhadap kualitas dan volume produk yang dihasilkan. Sehingga biaya
produksi tidak ditujukan untuk diminimumkan dengan mengabaikan kualitas.
Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang outputnya sulit diukur dengan satuan moneter.
Contoh dari pusat biaya kebijakan adalah; bagian administrasi dan pendukung, misalnya; bagian akuntansi,
Sumber daya Manusia, Penelitian dan pengembangan dll. Biaya kebijakan ditetapkan sesuai dengan kebijakan
manajemen dalam menjalankan kegiatan yang harus dijalankan.
Pada pusat biaya kebijakan, tidak ditujukan untuk mengukur efisiensi, tetapi lebih ditekankan
pada kemampuannya dalam menjalankan kegiatan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Yaitu kemampuan
melakukan kegiatan sesuai dengan anggaran.
1. Pembuatan anggaran:
Dalam pembuatan anggara, ada dua factor yang perlu diperhatikan, yaitu: kegiatan yang
berkelanjutan dan spesifik. Kegiatan berkelanjutan adalah kegiatan yang dilakukan secara konsisten setiap
tahun, seperti kegiatan administrasi umum. Sedangkan kegiatan spesifik adalah kegiatan yang hanya dilakukan
karena melakukan projek tertentu, misalnya biaya pelatihan untuk karyawan pada bisnis baru.
Tehnik yang digunakan untuk membuat anggaran biaya kebijakan adalah Management By
Objective, yaitu proses formal untuk menetapkan ukuran tercapainya tujuan dari tugas tertentu yang
digunakan sebagai pengukur kinerja.
2. Incremental Budgeting:
Model ini menggunakan biaya kebijakan yang terjadi pada saat ini digunakan sebagai dasar untuk
membuat anggaran tahun berikutnya. Jumlah anggaran disesuaikan dengan tingkat inflasi, antisipasi
perubahan beban kerja untuk kegiatan yang berkelanjutan, kegiatan tertentu, dan apabila diperoleh data,
dapat digunakan untuk kegiatan sejenis yang biayanya dapat diperbandingan.
Incremental budgeting mempunyai dua kelemahan yaitu; 1). Biaya kebijakan pada saat ini
diterima begitu saja tanpa pengujian untuk proses pembuatan anggaran. 2). Pada umumnya manajer pada
pusat biaya kebijakan mempunyai kecenderungan meningkatkan pelayanannya, sehingga meminta tambahan
sumberdaya. Yang mengakibatkan anggaran biaya kebijakan selalu meningkat.
Pendekatan alternative lain yang dilakukan adalah dengan melakukan review anggaran biaya
kebijakan minimal lima tahun sekali. Analisa ini disebut Zero Base review.
Berbeda dengan incremental budgeting, pada pendekatan ini anggaran di review dari awal,
yaitu dengan menguji apakan sumberdaya yang digunakan memang diperlukan pada pusat biaya. Pada analisa
ini menetapkan dasar yang baru, dimana anggaran tahunan diupayakan pada biaya yang layak sampai pada
review berikutnya.
Berikut ini adalah pertanyaan dasar yang dilakukan pada analisa zero base:
1. Haruskah kegiatan yang telah dilakukan tersebut dikerjakan? Apakah memberi tambahan
manfaat bagi pelanggan?
2. Bagaimana kualitas yang seharusnya dicapai? Apakah tidak berlebihan?
3. Apakah cara yang dilakukan sudah sesuai?
4. Berapa biaya yang seharusnya?
Informasi dari sumber lain, misalnya pusat biaya yang sejenis atau dari luar organisasi dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan.
Zero base review membutuhkan waktu yang panjang, dan juga membuat trauma manajer
yang kegiatannya di review. Selain itu manajer tidak selalu melakukan yang terbaik dalam memenuhi
anggaran, tetapi juga mencegah terjadinya kegiatan yang kurang menyenangkan karena adanya Zero base
review.
4. Variabilitas biaya:
Tidak seperti pada biaya tehnik, yang besarnya dipengaruhi perubahan volume, biaya kebijakan
tidak berfluktuasi dalam jangka pendek. Manajemen akan menyetujui perubahan biaya untuk mengantisipasai
perubahan volume penjualan, misalnya mengijinkan penambahan karyawan apabila volume kegiatan
cenderung meningkat.
Pengendalian biaya kebijakan ditujukan untuk mengendalikan biaya dengan memberi kesempatan
manajer untuk berpartisipasi dalam perencanaan, berbagi pendapat mengenai tugas yang harus dilakukan, dan
bagaimana tingkat kegiatan yang layak untuk setiap tugas. Jadi pengendalian biaya terutama ditujukan pada
kegiatan perencanaan sebelum biaya benar-benar terjadi.
6. Pengukuran kinerja:
Tugas utama manajer biaya kebijakan adalah menetapkan bagaimana output yang diinginkan.
Pengeluaran yang dilakukan sesuai dengan anggaran adalah yang seharusnya dilakukan, apabila lebih besar
dari anggaran berarti ada yang perlu diuji, sedangkan apabila lebih kecil dari anggaran berarti ada kegiatan
yang tidak dilakukan. Kinerja manajernya tidak dinilai dari efisiensinya. Tetapi pengendaliannya ditekankan
pada pengukuran kinerja non financial. Misalnya kualitas jasa yang dilihat dari kepuasan pengguna jasa.
Pusat administrasi dan pendukung adalah pusat biaya kebijakan yang berfungsi untuk memberikan
jasa pada pusat pertanggungjawaban lain.
Masalah Pengendalian:
1. Kesulitan pengukuran output
2. Kesulitan untuk mencapai goal congruence
Pembuatan anggaran
Usulan anggaran dari pusat administrasi terdiri dari komponen berikut ini:
1. Biaya minimal yang harus ada
2. Biaya kebijakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
3. Penjelasan apabila terjadi peningkatan biaya
Masalah pengendalian:
1. Kesulitan menghubungkan hasil dengan input
2. Kesulitan untuk mencapai goal congruence
Pengukuran kinerja
Pada umumnya perusahaan mengevaluasi pada waktu yang ditentukan, misalnya bulanan, kuartalan
dengan membandingkan antara anggaran dengan hasil sesungguhnya. Hasil perbandingan ini diringkas untuk
disampaikan pada manajer senior untuk membantu perencanaan dan meyakinkan bahwa biaya yang terjadi
sesuai dengan yang sudah disetujui.
Pada beberapa perusahaan, manajer menerima dua laporan:
1. Perbandingan antara peramalan terakhir (forecast) dari total biaya dengan jumlah yang disetujui
pada setiap projek, untuk menentukan apakah diperlukan adanya perubahan pada setiap projek yang
dilakukan.
2. Perbandingan antara anggaran biaya dengan biaya sesungguhnya, untuk meyakinkan bahwa biaya
yang terjadi sesuai dengan yang disepakati.
Dari laporan tersebut, tujuan utamanya adalah untuk menilai efektifitas kegiatan penelitian.
PUSAT PEMASARAN
1. Kegiatan Logistik
Kegiatan logistic adalah kegiatan untuk menyampaikan produk dari perusahaan ke pelanggan dan
menagih pembayaran dari pelanggan. Kegiatan ini meliputi; transportasi, penyimpanan, pengiriman dan
pembuatan faktur dan penagihan. Pusat pertanggung jawaban yang melakukan kegiatan ini pada umumnya
adalah biaya tehnik, sehingga pengendalian dilakukan dengan biaya standar.
2. Kegiatan pemasaran
Kegiatan pemasaran adalah kegiatan untuk memperoleh pelanggan.Kegiatan ini meliputi; pengujian
pasar, pelatihan dan supervise tenaga pemasaran, promosi penjualan.
Pengukuran outputnya mungkin dapat dilakukan, tetapi untuk mengevaluasi efektifitas
kegiatannya sulit dilakukan, karena hasilnya dipengaruhi oleh beberapa factor yang sulit dikendalikan pusat
pemasaran (seperti; kondisi perekonomian, tindakan pesaing) yang mungkin tidak sesuai dengan asumsi yang
ditetapkan.
MODUL 3
PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN:
PUSAT PENDAPATAN
Sub Pokok Bahasan :
- Pusat Pertanggungjawaban
- Pusat Pendapatan
- Pusat Biaya
- Pusat Administrasi dan Pendukung
- Pusat Penelitian dan Pengembangan
- Pusat Pemasaran
REFERENSI
Management Control System, Robert N. Anthony., Vijay Govindarajan
PUSAT PENDAPATAN
Pengendalian manajemen memfokuskan diri pada perilaku para manajer pada pusat-pusat
pertanggungjawaban. Pengendalian manajemen memfokuskan diri pada perilaku para manajer pada pusat-
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang
manajer yang pertanggungjawaban terhadap aktivitas yang dilakukan. pada hakikatnya, perusahaan
merupakan sekumpulan pusat-pusat pertanggungjawaban, yang masing-masing direpresentasikan oleh sebuah
kotak dalam bagan organisasi. Pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut kemudian membentuk suatu
hierarki. pada tingkatan terendah adalah pusat-pusat untuk seksi-seksi, pergeseran kerja (workshift) dan unit
organisasi kecil lainnya. Departemen bisnis yang memiliki dari beberapa unit organisasi yang lebih kecil,
menduduki posisi yang lebih tinggi dalam hierarki. Dari sudut manajer senior dan dewan direksi, perusahaan
secara keseluruhan merupakan pusat pertanggungjawaban, meskipun istilah ini biasanya berkenaan dengan
unit-unit dalam perusahaan.
Pusat Pendapatan
Pada pusat penghasilan, sebuah output (yaitu, pendapatan) diukur dalam bentuk liang, akan
tetapi tidak ada upaya formal dilakukan untuk mengaitkan input (yaitu, beban atau biaya) dengan output. (Jika
pengeluaran sesuai dengan peng-hasilan, maka unit tersebut akan menjadi pusat laba). Pada hakikatnya, pusat
pendapatan merupakan unit-unit pemasaran/penjualan yang tak memiliki wewe-nang untuk menetapkan
harga jual dan tidak bertanggung jawab atas harga pokok barang-barang yang mereka pasarkan. Penjualan
atau pesanan aktual diukur terhadap anggaran dan kuota, dan manajer harus terbuka terhadap biaya yang
terjadi secara langsung di dalam unitnya; akan tetapi tolok ukumya adalah pendapatan.
BAB V
PUSAT PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN
Struktur Organisasi
Semakin besar organisasi, maka organisasi semakin membutuhkan struktur pembagian wewenang
yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya. Secara ringkas ada beberapa jenis struktur organisasi.
Berdasarkan wewenang yang diberikan kepada bawahan, struktur organisasi dapat dibedakan menjadi dua
yaitu struktur organisasi desentralisasi dan sentralisasi. Struktur organisasi sentralisasi adalah struktur
organisasi yang sebagian besar wewenang mengambil keputusan ada di tangan pimpinan puncak. Sedangkan
struktur organisasi desentralisasi adalah struktur organisasi yang memberikan wewenang kepada bawahan
untuk mengambil keputusan.
Pada struktur organisasi sentralisasi, tanggung jawab ada pada atasan.
Bawahan lebih berfungsi sebagai tenaga operasional. Hal ini berbeda dengan struktur organisasi
desentralisasi. Pada struktur organisasi desentralisasi, bawahan diberi kepercayaan oleh atasan untuk
membuat keputusan-keputusan yang berguna bagi perusahaan. Dengan demikian bawahan mempunyai
tanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Pada struktur organisasi desentralisasi unit-unit yang ada di
perusahaan dijadikan sebagai pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh seorang manajer (manajer pusat
pertanggungjawaban).
Silakan saudara mencari kebaikan dan keburukan kedua struktur organisasi tersebut.
Pusat pertanggungjawaban diartikan sebagai suatu unit organisasi dalam perusahaan yang dipimpin
oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atau dengan kata lain setiap unit kerja dalam organisasi
dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab.
Pada umumnya di dalam perusahaan ada beberapa pusat pertanggung-jawaban. Hal ini
dapat dilihat pada struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan, baik fungsional, divisional, matrik dan
sebagainya. Pembahasan tentang pusat pertanggungjawaban biasanya mengacu pada bagian atau unit dalam
suatu organisasi bukan pada organisasi secara keseluruhan,
Sehubungan dengan pusat pertanggungjawaban maka pimpinan perusahaan perlu melakukan
pengawasan terhadap unit-unit yang dipimpinnya. Pengawasan dilakukan pada setiap kegiatan perusahaan.
Pengawasan ini dapat berupa spesifikasi barang yang dibutuhkan, kualitas barang yang dihasilkan, penggunaan
sumber daya perusahaan, dan lain-lain.
Unit-unit yang ada di perusahaan diawasi dan biasanya diukur dalam satuan moneter. Namun
terkadang bagi organisasi nirlaba, pengukuran dengan menggunakan satuan moneter sulit dilakukan karena
organisasi nirlaba tidak memperhitungkan output dalam satuan moneter. Namun demikian prestasi manajer
pusat pertanggungjawaban perlu diukur. Perhatikan gambar berikut.
Gambar I
Gambar tersebut di atas merupakan salah satu contoh transformasi air menjadi listrik. Untuk
memproduksi listrik maka diperlukan penugasan kepada unit-unit yang ada. Ada unit yang ditugasi
menyediakan input, ada unit yang diberi tugas berkaitan dengan investasi, ada unit yang diberi tugas untuk
menjual produk dan sebagainya. Masing-masing unit perlu diukur kinerjanya berdasarkan kriteria yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Pengukuran tersebut dikaitkan dengan efektif dan efisiensi masing-masing unit.
Efisiensi adalah rasio antara output terhadap input atau jumlah output per unit dibandingkan
dengan input atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Efisiesiensi juga dapat diukur dengan membandingkan
biaya yang sesungguhnya dibandingkan dengan biaya yang ditetapkan sebelumnya (anggaran). Sedangkan
keefektifan adalah hubungan antara output pusat pertanggungjawaban dan tujuannya atau melakukan
sesuatu dengan benar. Jika output suatu pusat pertanggungjawaban .memberikan sumbangan terhadap
tujuan pusat pertanggungjawaban, maka pusat pertanggungjawaban tersebut dikatakan efektif.
Namun seringkali organisasi tidak dapat mencapai keefektifan dan efisiensi sekaligus bersama-
sama. Oleh karena itu laba sangat berperan dalam menentukan keefektifan dan efisiensi perusahaan. Logika:
perusahaan bertujuan mendapatkan laba --> efektif, dan laba merupakan selisih antara pendapatan (yang
merupakan ukuran output) dan biaya (yang merupakan ukuran input).
Baik organisasi yang berorientasi pada laba maupun organisasi yang tidak berorientasi pada laba
harus mengukur input dan output untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi organisasinya (produktivitas).
Rasio produktivitas dapat diukur dengan membandingkan antara input yang digunakan dan output yang
dihasilkan.
Berilah contoh kegiatan yang ada di dalam perusahaan dan pengawasan yang dapat dilakukan
oleh controller.
PUSAT PENDAPATAN
Dalam masyarakat sudah tertanam nilai yang berhubungan dengan kegiatan yang berhubungan
dengan pendapatan dan ekspensis. Ayah setiap pagi berangkat kerja dan sore hari baru pulang dati kantor.
Bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan tidak mempunyai pembantu, biasanya, ia pagi-pagi harus
bangun dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh ayah sebelum bekerja dan anak-anak sebelum
mereka sekolah. Ibu memasak makanan, membuatkan kopi, atau bahkan menyediakan pakaian yang akan
dikenakan oleh ayah.
Bagi ibu rumah tangga yang bekerja, mungkin ia juga melakukan hal yang sarna seperti yang
dilakukan oleh ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Ada pula ibu rumah tangga yang bekerja yang
menyerahkan tugas rutin rumah tangga kepada pembantu. Dati memasak sampai memandikan anak. Ibu
selalu mencatat pemasukan dan pengeluaran bulanan (kalau dia raj in). Ibu mengatur keuangan rumah tangga.
Sedangkan yang dilakukan oleh anak-anak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh ayah dan ibu mereka.
Anak-anak bangun pagi, membersihkan tempat tidur, mandi, sarapan, meminta uang untuk jajan
di sekolah, membawa bekal, dan kemudian berangkat ke sekolah. Dia jarang memikirkan dati mana uang yang
didapat yang penting ia minta uang untuk jajan atau mentraktir temannya di lingkungan dia bermain. Pola-pola
yang demikian sudah terbentuk di dalam masyarakat sehingga jarang ada pertanyaan mengapa ayah harus
bekerja? Atau akan aneh (bagi masyarakat) apabila ayah tidak bekerja dan mengurus anak?
Terkadang ibu marah-marah kalau pendapatan yang dibawa pulang oleh suaminya tidak dapat
untuk hidup selama satu bulan. Terkadang ibu juga marah apabila anak-anaknya minta uang terus. Terkadang
ayah atau ibu iri dengan tetangga sebelah yang mempunyai BMW, mempunyai handphone, rumah mewah,
dan sebagainya. Ini semua berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. lni adalah masalah
rumah tangga. Hal ini akan berbeda dengan masalah perusahaan.
Sehubungan dengan perusahaan terkadang muncul pertanyaan-pertanyaan dalam benak kita.
Bagaimana perusahaan dapat mengelola keuangannya? Mengapa perusahaan ini bangkrut sedang perusahaan
itu tidak? Mengapa dalam beberapa perusahaan ada pusat pertanggungjawaban-pusat pertanggungjawaban?
Apa fungsi pusat pertanggungjawaban yang dibuat? Bagaimanakah pengelolaan pusat pertanggungjawaban-
pusat pertanggungjawaban agar sesuai dengan visi dan misi perusahaan? Informasi apakah yang dibutuhkan
dalam mengelola pusat pertanggungjawaban? Bagaimanakah menilai kinerja manajer-manajer pusat
pertanggungjawaban? Informasi-informasi apa saja yang diperlukan untuk menilai kinerja manajer?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kadang menggelitik benak kita dan kita berusaha untuk mencari jawabnya
atau kadang kita tidak ambil pusing dengan pertanyaan tersebut.
Dari ilustrasi di atas, jelaslah bahwa agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan masing-masing
bagian dalam perusahaan menjalankan fungsinya masingmasing. Pada bagian ini, yang akan dibahas adalah
pusat ekspensis dan pusat pendapatan
Anggaran atau target penjualan telah dipersiapkan terlebih dahulu yang gunanya untuk
mengukur transaksi-transaksi penjualan yang sudah dilakukan oleh pusat endapatan secara keseluruhan dan
juga untuk mencatat hasil kegiatan dari masing-masing aktivitas. Biaya-biaya yang terkandung disini hanyalah
biaya-biaya yang berada dalam pengawasan langsung manajemen pusat pendapatan.
Pusat pendapatan merupakan pusat pertanggungjawaban dimana outputnya diukur dalam unit
moneter tetapi tidak dihubungkan dengan inputnya. Di dalam perusahaan baik bersifat fungsional maupun
divisional, pusat pendapatan seperti ini tercermin dalam unit pemasaran. Setiap pusat pendapatan juga
merupakan pusat biaya karena sebenamya mereka juga mengeluarkan biaya untuk terciptanya pendapatan
tersebut. Bagian pemasaran juga tidak dibebani harga pokok penjualan atas barang yang terjual, Oleh karena
itu bagian pemasaran tidak bisa membuat keputusan tentang harga jual suatu produk.
Kinerja pusat pendapatan diukur atas dasar pendapatan yang diperoleh yaitu dengan cara
membandingkan antara pendapatan yang diperoleh dengan pendapatan yang dianggarkan.
PUSAT PENGELUARAN
Pusat pengeluaran adalah pusat tanggungjawab dimana masukan atau biaya diukur dalam
satuan uang. Secara umum terdapat dua macam pusat pengeluaran yaitu pusat peneluaran yang besarnya
terukur dan pusat pengeluaran dimana nilai pengeluaran kurang dapat di ukur (diskresioner).
Perumusan Anggaran
1. Suatu bagian yang menjelaskan tentang biaya-biaya pokok dari departemen.
2. Suatu bagian lain yang mencakup kegiatan-kegiatan diskresioner dari departemen tersebut.
Pertimbangan Manajemen
Permasalahan yang dihadapi pihak manajemen adalah bahwa sistem pengendalian manajemen
macam apapun yang dipilih, dalam situasi yang terbaik sekalipun, ternyata sulit untuk bisa menentukan tingkat
pembiayaan yang optimum. Sebagai konsekuensinya maka setiap keputusan tersebut pada umumnya selalu
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan para pimpinan puncak.
Proyek-proyek khusus
Komite riset yang terdiri dari presiden direktur, ataupun direktur eksekutif, direktur riset,
direktur pemasaran ditambah dengan para eksekutif lainnya, yang mungkin akan dapat memanfaatkan hasil
dari pada usaha-usaha penelitian. Penelitian ini dilakukan pada keadaan-keadaan yang amat luar biasa.
Kepentingan komite, riset hanya terbatas pada penggunaan dana.
Pertimbangan Manajemen
1. jika perusahaan sangat tergantung kepada hasil-hasil penelitian untuk produk-produknya di masa
yang akan dating maka sangat penting untulk menentukan seberapa besar dana yang harus dialokasikan untuk
kegiatan penelitian.
2. pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan ini dapat kita samakan dengan suatu
investasi modal. Tidaklah bijaksana jika menggunakan anggaran tahunan sebagai sarana bahan pertimbangan
dalam membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pokok.
3. pengendalian biaya penelitian dan pengembangan dilakukan dalam suatu proyek. Bagian
pembukuan diharapkan dapat bertanggungjawab untuk menjaga catatan biaya actual per proyek serta dapat
mempresentasikan hasil-hasil setiap saat.
4. pengaruh dari kemungkinan terjadinya suatu kesalahan, baik berupa kesalahan penelitian dalam
penetapan besarnya jumlah dana ataupun kesalahan di dalam pengarahan penggunaan dan itu sendiri akan
terasa lebih besar disini apabila dibandingkan dengan kemungkinan kesalahn serupa dalam kegiatan
administrasi.
Pusat Pemasaran
ada dua kelompok kegiatan, yang pertama dapat kita sebut sebagai suatu kegiatan untuk mencari
order(pesanan) dan kelompok satunya sebagai usaha untuk memenuhi order. Kegiatan memenuhi permintaan
baru dapat dilaksanakan apabila kegiatan pencarian permintaan itu sendiri sudah dilaksanakan dengan baik,
sedangkan usaha pencarian permintaan itu sendiri harus kita lakukan sebelum order permintaan tersebut kita
terima.
Kegiatan Logistik
Aktivitas-aktivitas yang meliputi kegiatan menyampaikan produk dari perusahaan dan
menyerahkannya kepada konsumen serta pengumpulan sejumlah unag yang didapatkan dari konsumen
tersebut. Pada dasarnya mempunyai sifat-sifat yang sama dengan pusat pembiayaan pada bagian manufaktur.
Kegiatan Pemasaran
Kegiaytan pemasaran yaitu kegiatan yang langsung kita arahkan kepada usaha-usaha untuk
mendapatkan order, mempunyai dua karakterisik pokok yang mempengaruhi masalah pengendalian
manajemen.
1. keluaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran ini dapat kita ukur meskipun sulit untuk mengukur
seberapa efektif kegiatan-kegiatan tersebut telah dilakukan.
2. usaha menepati anggaran biaya dalam kegiatan pemasaran hanyalah merupakan aspek kecil dari
penilaian prestasi kerja bagian pemasaran.
Teknik-teknik pengendalian yang biasa kita terapkan untuk kegiatan-kegiatan logistik, secara umum
tidak dapat kita pakai untuk mengendalikan kegiatan pemasaran.kekeliruan dalam penerapan teknik ini akan
dapat mengarahkan kita kepada pengambilan keputusan yang salah pula.
Latihan
2. Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui
tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut
Seorang manajer mungkin tidak mempunyai wewenang dalam memutuskan pemerolehan barang
dan jasa baik harga maupun jumlahnya namun dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah pemakaiannya.
Contoh : Harga dan jumlah bahan baku yang dibeli ditentukan oleh manajer bagian pembelian,
sedangkan pemakaiannya ditentukan oleh bagian produksi.Dengan menggunakan harga standar, manajer
pembelian bertanggung jawab terhadap harga pemerolehan bahan baku. Sedangkan manajer produksi
bertanggung jawab terhadap biaya bahan baku.
3. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu
melalui tindakan langsungnya sendiri, ia juga dapat dibebani biaya tersebut, jika manajemen puncak
menghendaki agar manajer tersebut membantu manajer lain bertanggung jawab untuk mempengaruhi biaya
tersebut.
Contoh : Biaya reparasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab bagian bengkel. Namun ada
dua faktor yang mempengaruhi biaya tersebut : (1) efisiensi pemakaian tenaga kerja bengkel yang menjadi
tanggung jawab manajer bengkel. (2) Pemakaian mesin dan ekuipmen yang menjadi tanggung jawab manajer
bagian produksi.
Pemisahan aktiva, pendapatan dan biaya ke dalam aktiva, pendapatan, dan biaya yang
terkendalikan dan tidak terkendalikan selalu berhubungan dengan :
(1). Tingkat manajemen
Dalam organisasi, pada dasarnya tidak ada aktiva, pendapatan dan biaya yang tidak
terkendalikan. Aktiva, pendapatan dan biaya yang tidak terkendalikan oleh manajer tertentu, pasti dapat
dikendalikan oleh manajer lain atau manajer diatasnya dalam organisasi. Aktiva, pendapatan dan biaya yang
tidak terkendalikan oleh manajer tertentu, atau oleh manajer lain atau manajer diatasnya merupakan
aktiva,pendapatan dan biaya yang dapat terkendalikan oleh oleh manajer departemen yang membawahinya
atau manajer lain dalam organisasi.
Variabilitas biaya : perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Jika terkendalikan biaya dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan. Biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan:
1. Biaya dalam jangka pendek tidak dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer lain yang
berwenang. Biaya ini dibagi menjadi : engineered variable costs dan committed fixed costs.
Dalam jangka pendek, engineered variable costs tidak dipengaruhi secara signifikan oleh manajer
pusat pertanggungjawaban produksi. Misalnya, karena jenis biaya ini sangat ditentukan oleh teknologi.
Contoh : setiap mobil yang dirakit oleh departemen perakitan harus dipasang 5 roda, sehingga biaya
roda adalah enginered cost didepartemen tersebut. Bagi manajer departemen perakitan , biaya roda tersebut
merupakan biaya tidak terkendalikan., karena biaya wewenang yang dimiliki oleh manajer departemen
perakitan tidak cukup untuk mempengaruhi secara signifikan besarnya biaya tersebut.
Committed fixed costs adalah biaya tetap yang timbul dari pemilikan pabrik,ekuipmen. Biaya ini
tetap dikeluarkan guna mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan –tujuan jangka
panjang. Contoh: biaya depresiasi,pajak bumi dan bangunan,biaya asuransi,sewa dll.
2. Biaya dalam jangka pendek dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer lain yang
berwenang. Biaya ini adalah biaya kebijakan. Biaya ini dibagi menjadi : Discretionary variable costs dan
Discretionary fixed costs. Biaya ini berperilaku variabel atau tetap atas kebijakan manajemen, sehingga dalam
jangka pendek biaya ini secara signifikan dipengaruhi oleh wewenang yang dimiliki manajemen.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban dapat berupa informasi historis yang berupa aktiva,
pendapatan, biaya masa lalu. Dapat pula berupa informasi masa yang akan datang.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat :
1. Untuk penyusunan anggaran
Informasi akuntansi pertanggungjawaban berupa informasi masa yang lalu bermanfaat :
1. Untuk penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban
2. Pemotivasi manajer
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran (role setting)
dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan.
Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan
sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi
pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya pelaksanaan perannya.
Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkannya manajer berperan dalam usaha pencapaian
sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar berupa informasi akuntansi. Oleh karena
itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban,
yang mengukur berbagai nilai sumberdaya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran.
Dengan demikian anggaran berisi :
“ informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumberdaya yang disediakan
selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran perusahaan.”
Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai :
alat pengirim peran (role sending device) kepada manajer yang diberi peran dalam pencapaian yang sasaran
perusahaan, sehingga akan menimbulkan komitmen yang tinggi dalam diri manajer untuk berprestasi sesuai
yang tercantum dalam anggaran (kotak 5).
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai peran informasi akuntansi pertanggungjawaban
dalam penyusunan anggaran, berikut ini diuraiakan suatu model aspek motivasi dalam perilaku individu
menurut Porter-Lawler.
Kinerja (kotak 6) seorang manajer ditentukan oleh 3 faktor :
1.Kemampuan dan bakat yang tinggi dalam bidangnya (kotak 4)
2.Usaha yang tinggi (kotak 3)
3. Persepsi yang jelas mengenai peran manajer tersebut dalam pencapaian tujuan
Inf.Akt.pertangungjawaban masa yang akan datang berperan sebagai role sending device
Inf.Akt.pertangungjawaban masa yang akan datang berperan sebagai role sending device
Gb 8.2. Model aspek motivasi dalam perilaku individu menurut Porter-Lawler dan peran informasi
akuntansi sebagai pemotivasi
Motivasi: proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan bertujuan.
Pemotivasi : sesuatu yang digunakan untuk mendorong timbulnya prakarsa seseorang untuk
melakukan tindakan secara sadar dan bertujuan.
Jika dalam struktur penghargaan ( reawrd structure) perusahaan, informasi akuntansi merupakan
bagian yang signifikan , maka informasi ini akan berdampak terhadap motivasi manajer melalui :
1. Menimbulkan pengaruh langsung terhadap motivasi manajer dengan mempengaruhi
kemungkinan usaha diberi penghargaan.(no 2). Manajer berkeyakinan bahwa kinerjanya yang diukur dengan
informasi akuntansi pertanggungjawaban (masa lalu) akan diberi penghargaan yang sebagian besar didasarkan
atas informasi masa lalu.
2. Secara tidak langsung informasi akuntansi pertanggungjawaban berdampak terhadap motivasi
melalui nilai penghargaan (no 1). Informasi akuntansi pertanggungjawaban (masa lalu) digunakan untuk
mengukur kinerja manajer.Jika struktur penghargaan sebagian besar didasarkan atas informasi akuntansi,
manjer akan memperoleh kepuasan (9). Kepusan manajer atas penghargaan yang diterimanya dipengaruhi
oleh penilaian manajer atas penghargaan tersebut. Tinggi rendahnya kepuasan manajer atas penghargaan
yang diterimanya berpengaruh atas tinggi rendahnya nilai penghargaan (no. 1). Faktor yang terakhir
berdampakterhadap motivasi manajer untuk berusaha. (no.3).
Manfaat Informasi Akuntansi pertanggungjawabanberdasarkan aktivitas adalah :
a. Memfokuskan aktivitas yang dilaksanakan oleh beberapa manajer, menembus batas-batas pusat
pertanggungjawaban.
b. Maksimalisasi pengendalian biaya setiap pusat pertanggungjawaban secara individual tidak selalu
berarti maksimalisasi pengendalian biaya secara keseluruhan.
5.
Sistem Pelaporan
a.Setiap pusat pertanggungjawaban diberi kode (kode organisasi)/organization code.
- Jenjang organisasi dibagi 3 tingkat : diireksi,departemen dan tingkat bagian.
- Angka satu menunjukkan jenjang direksi,dua jenjang departemen,tiga jenjang bagian
b. Jenis laporan yg dihasilkan oleh fungsi akuntansi biaya di golongkan menjadi :
- Laporan pertanggungjawaban biaya (responsibility cost reports)
- Laporan kos produk (cosr of production reports).
a.Laporan biaya berdasrkan aktivitas (activity –based cost report) yg berisi biaya penambah dan bukan
penambah nilai.
b. Landasan penting untuk menghitung & mengidentifikasi biaya penambah & bukan penambah nilai
adalah identifikasi cost driver utk setiap aktivitas.
“cost driver : suatu faktor yg menjadi penyebab (pendorong) timbulnya biaya aktivitas tertentu.
6.
Sistem Pengolahan informasi akuntansi pertanggungjawaban
a.Mrp sistem pengolahan informasi biaya,dgn cara menggolongkan,mencatat dan meringkas biaya dlm
hub.nya dgn jenjang manajemen yg bertanggung jwb atas terjadinya biaya.
b.Biaya-biaya digolongkan & diberi kode sesuai dgn tkt manajemen yg mrpk pusat
pertanggungjawaban
c.Dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tdk terkendalikan
d.Prosedur pegumpulan data biaya berdasar dokumen sumber dan secara periodik
e. Pembebanan tanggung jawab berdsarkan 3 metode:
- Berdasar kapasitas pelayanan
- Berdasar kapasitas pelayanan & pemakaian
- Berdasar pemakaian
a.Menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai dgn informasi umpan balik untuk menilai pengurangan
biaya apakah benar-benar terwujud.
b. Melakukan perbandingan biaya setiap aktivitas antarperiode akuntansi. Jk aktivitas yg dilakukan
manajemen efektif maka hasilnya dpt menurunkan biaya aktivitas bukan penambah nilai.
c. Manajemen dapat memantau hasil program penghapusan aktivitas bukan penambah nilai dan
jumlah biaya yang dihemat sampai saat tertentu.
d. Manajemen dpt memperoleh informasi seberapa besar kesempatan yg tersedia untuk melakukan
perbaikan aktivitas dan penurunan biaya
Daftar Pustaka :
1. Mulyadi UGM. Akuntansi Manajemen: Konsep,Manfaat & Rekayasa. Edisi 3. Bagian Penerbitan
Salemba empat. 2001
Page 1 of 10
MODUL TUTORIAL
AKUNTANSI BIAYA
Oleh :
Organisasi Perusahaan
* Struktur organisasi dibentuk untuk menentukan posisi, wewenang, kewajiban, tanggung jawab
serta hubungan antar manajer di perusahaan
* Organisasi seperti ini sangat berkaitan dengan akuntansi biaya karena digunakan untuk menyusun
sistem biaya sesuai dengan tanggung jawab individual dalam mencapai tujuan perusahaan
Karakteristik Biaya :
1. Uang : Biaya aktiva harus dinyatakan dengan uang
2. Hak pemakaian : Perusahaan akan mempunyai hak untuk mengggunakan aktiva atau
mendapatkan berbagai manfaat dari penggunaan aktiva tersebut
3. Nilai : Biaya suatu aktiva mencerminkan nilai ekonomis yang nantinya tersebut akan digunakan
oleh perusahaan
4. Kondisi dan pembatasan : hak atas pemakaian bersifat tak bersyarat dan jika aktiva tersebut milik
perusahaan melalui pembelian maka hak perusahaan akan aktiva menjadi tidak dapat dibatasi
5. Unsur Waktu : Jika aktiva memberikan waktu pemakaian yang lama maka akan mencerminkan
biaya yang berbeda
6. Berwujud dan tak berwujud : karena aktiva merupakan hak yang memiliki umur ekonomis
7. Nilai Guna : kegunaan merupkan esensi dari biaya aktiva, tanpa nilai guna perusahaan tidak akan
melakukan pengadaan (perolehan) aktiva
Klasifikasi Biaya :
I. Biaya berdasarkan Unsur Produk
1. Bahan-bahan : bahan utama yang dipakai di dalam produksi yang kemudian diproses menjadi
produk jadi melalui penambahan upah langsung dan FOH
> Bahan Langsung : semua bahan yang dapat dikenal sampai menjadi produk jadi, dapat dengan
mudah ditelusuri dan merupakan bahan utama produk jadi
> Bahan tidak langsung : semua bahan yang dimasukkan ke dalam proses produksi yang tidak dapat
dengan mudah ditelusuri seperti bahan langsung.
2. Tenaga Kerja/Buruh : usaha fisik atau usaha mental yang dikeluarkan di dalam produksi suatu
produk
> TK. Langsung : semua TK yang secara langsung terlibat dengan produksi produk jadi dan dapat juga
ditelusuri dengan mudah, merupakan biaya TK langsung utama dalam menghasilkan suatu produk.
> TK. Tidak langsung : semua TK yang secara terlibat salam proses produksi produk jadi, tetapi bukan
TK langsung.
3. Overhead Pabrik (FOH) : semua biaya yang terjadi di pabrik selain bahan langsung (BB) dan upah
TK langsung, merupakan kumpulan dari berbagai rekening yang terjadi di dalam eksploitasi pabrik.
II. Biaya Hubungannya Dengan Produksi
1. Biaya Prima (Prime Cost) : biaya bahan baku langsung dan biaya TK langsung di mana biaya
tersebut berhubungan langsung dengan produksi
2. Biaya Konversi (Convertion Cost) : biaya yang berhubungan dengan mengolah bahan baku
menjadi produk jadi sehingga CC terdiri dari biaya TK langsung dan FOH
B. LATIHAN SOAL
1. Seandainya anda baru terpilih menjadi Presiden Direktur dari PT. Agro Jaya Makmur, yang
merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang Agroindustri yang sedang mengalami kemajuan pesat.
Buatlah struktur organisasinya yang terdiri dari :
- Dewan Komisaris
- Presiden Direktur
- Direktur Pemasaran
- Direktur Produksi & Teknik
- Direktur Personalia
- Direktur Keuangan & Umum
- Direktur Litbang
- Sekretatis Perusahaan
- Manager Departemen Produksi
- Supervisor Bagian Asembling
- Supervisor Bagian Finishing
- Manager Departemen Teknik
- Supervisor Listrik
- Supervisor Reparasi
- Supervisor Pengendalian Produksi
2. Jelaskan definisi dan beri contoh masing-masing dari klasifikasi biaya dalam akuntansi biaya !
Untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan Kartu Harga Pokok (Job Cost Sheet),
yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol Barang Dalam Proses.
* BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan
tarif yang ditentukan di muka.
* Tarif BOP ditentukan pada awal tahun/periode dengan cara berikut ini :
* BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian pada akhir
tahun dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif
* Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan (untuk mempertemukan BOP
Dibebankan dengan BOP Sesungguhnya)
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
* Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu
Harga Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah selesai.
B. LATIHAN SOAL
1. Buatlah contoh kasus metode harga pokok pesanan dengan pendekatan full costing di bidang
agribisnis !
2. PT. Citra Kusuma Indah mempunyai catatan biaya dengan sistem biaya pekerjaan pesanan.
Beberapa data biaya yang berkenaan dengan sejumlah pekerjaan untuk bulan Juli 2006 adalah sebagai berikut
:
- Pekerjaan dalam proses tanggal 1 Juli 2006 Rp 35 juta
Transaksi selama bulan Juli :
- Pembelian bahan baku 45 juta
- Bahan yang dikeluarkan (tak langsung Rp 5 juta) 35 juta
- Upah TK (tak langsung Rp 10 juta) 50 juta
- Overhead pabrik aktual 60 juta
- Overhead pabrik diterapkan kepada produksi atas dasar 120% dari upah TK
langsung
- Selama bulan Juli telah diselesaikan sejumlah pekerjaan bernilai Rp 110
Juta
- Sejumlah pekerjaan bernilai Rp 140 juta telah dikirim ke luar dan ditagih
pembayarannya dengan penambahan harga sebesar 25 % dari harga
pokoknya
Tatap muka ke 5 ini membahas mengenai hakikat pusat pertanggungjawaban, kriteria effesiensi,
dan pemahaman mengenai pusat pendapatan dan pusat biaya.
DEFINISI PUSAT TANGGUNG JAWAB
Merupakan organisasi yang dipimpin oleh eorang manajer yang bertanggungjawab terhadap
aktivitas yang dilakukan. Pada hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat tanggung jawab
yang masing-masing diwakili oleh sebuah kotak dalam bagan oerganisasi.
PERANAN LABA
Tujuan utama setiap perusahaan yang berorientasi pada laba adalah memperoleh laba yang
memuaskan. Oleh karena itu, laba merupakan tolok ukur yang penting atas efektivitas, Lebih lanjut lagi, karena
laba merupakan selisih antara pendapatan (ukuran output) dan biaya (ukuran input), laba juga merupakan
ukuran efisiensi. Dengan demikian, laba mengukur baik efektivitas maupun efisiensi.
Karakteristik dari masing-masing pusat tanggung jawa di atas ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Pusat Beban Teknik
Pusat Pendapatan, Suatu output (pendapatan) dikur secara moneter, akan tetapi tidak ada
upaya formal yang dilakukan untuk mengaitkan input (beban) dengan output. (Jika dikeitkan dengan
pendapatan, maka unit tersebut akan menjadi pusat laba). Pada umumnya, pusat pendapatan merupakan unit
pemasaran/penjualan yang tidak memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak bertanggung
jawab atas harga pokok penjualan dari barang-barang yang mereka pasarkan.
Pusat Beban adalah pusat tanggung jawab yang inputnya diukur secara moneter, namun
putputnya tidak. Ada 2 jenis umum dari pusat beban, yaitu pusat beban teknik dan pusat beban kebijakan.
Dua istilah ini berkaitan dengan 2 jenis biaya, yaitu: biaya teknik ( biaya pabrik, biaya bahan baku, biaya
komponen, perlengkapan), dan biaya kebijakan (biaya yang dikelola) adalah biaya yang tak tersedia setimasi
tekniknya. Di pusat beban kebijakan, biaya-biaya yang dikeluarkan tergantung pada penilaian manajemen atas
jumlah yang memadai dalam kondisi tertentu.
MODUL 5
PUSAT LABA
REFERENSI
Management Control System, Robert N. Anthony., Vijay Govindarajan
PUSAT LABA
* Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang keluarannya maupun masukannya diukur
dalam satuan moneter.
* Walaupun laba mampu menunjukkan efisiensi dan efektivitas perusahaan maupun pusat laba,
tetapi sebagai alat pengukur, laba juga menimbulkan masalah. Laba tidak mencerminkan seluruh hasil kerja
manajemen.
* Transaksi interen adalah transaksi antar pusat laba dalam sebuah perusahaan. Harga yang harus
dibayar untuk barang/jasa oleh pusat-laba-konsumen kepada pusat-laba-produsen disebut harga transfer
(transfer price).
* Kalau bahan yang diperlukan sebuah pusat laba juga diperdagangkan di pasar, maka pusat-Iaba-
konsumen maupun pusat-Iaba-produsen masing-masing mempunyai pilihan, yaitu membeli dari luar atau dari
dalam, dan menjual ke luar atau ke dalam. Pilihan tersebut dapat mengganggu usaha untuk mengoptimumkan
laba perusahaan kalau harga pasar lebih menarik daripada harga transfer.
* Masih ada sebuah hal lagi yang menyebabkan laba perusahaan tidak optimum: pusat-laba-hilir
menjadi pelimbahan biaya tetap dan laba dari pusat-laba-hulu (upstream fixed costs and profits).
* Cara untuk menghindari permasalahan yang ditimbulkan pusat laba: prestasi manajemen tidak
dinilai hanya berdasarkan laba, tetapi juga didasarkan atas kriteria lain.
* Untuk mengurangi dampak jelek transaksi interen terhadap optimasi perusahaan dapat
digunakan: (a) harga transfer dua jenis dan (b) harga transfer dua tahap.
* Kalau persaingan sempurna, maka demi efisiensi, perusahaan harus menggunakan harga pasar
sebagai harga transfer.
* Kalau sebuah pusat laba hanya dapat beroperasi dengan menjual barang kepada pusat laba lain
dengan harga yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka pusat-laba-produsen tersebut harus dihentikan
operasinya.
* Ketentuan tentang penutupan pusat laba tidak diberlalukan, kalau barang harus diproduksi sendiri
demi: (a) menjaga kerahasiaan proses produksi, atau (b) mempertahankan mutu.
* Harga transfer dapat didasarkan pada biaya penuh. Akan tetapi penggunaan biaya penuh sebagai
penentu harga transfer dapat menyebabkan pusat laba hilir menjadi pelimbahan biaya dan laba pusat-laba-
hulu.
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang keluarannya maupun masukannya diukur
dalam satuan moneter, sehingga labanya dapat dihitung. Masukan pusat pendapatan dihubungkan dengan
pendapatannya karena masuk-annya dan keluarannya dapat dikendalikan oleh pusat laba. Untuk memberi
contoh pusat laba biasanya disebutkan divisi-misalnya Geueral Motor Corporation (GMC) mempunyai Divisi
Chevrolet, Di 'isi Oldsmobile, Divisi Pontiac, Divisi Buick, dan Divisi Cadilac. Oleh karena GMC mendelegasikan
wewenang kepada divisi-divisinya untuk membuat produk, menentukan harga jualnya, dan menentukan biaya
produk-produk tersebut, maka sudah sewajarnya manajer divisi-divisi tersebut dituntut untuk bertanggung
jawab terhadap pendapatan dan biaya divisi.
Akan tetapi, pembahasan pusat laba tidak selalu harus terkait dengan divisi. Sebuah perusahaan
yang tidak mempunyai divisipun dapat menjadi pusat laba, nisalnya, Perusahaan Leces--sebuah badan usaha
milik negara yang memproduksi kertas. Di Perusahaan Leces, Departemen Produksi dan Departemen
Pemasaran masing-masing merupakan pusat biaya dan pusat pendapatan. Perusahaan Leces itu sendiri bagi
pemilik--Departemen Keuangan Republik Indonesia --merupakan salah satu pusat laba.
Sebaliknya, tidak setiap perusahaan merupakan pusat laba. Di tahun 1960-an di kota-kota besar
terdapat sebuah perusahaan dagang negara. "Perusahaan" di kota-kota besar tersebut ternyata hanya kantor
administrasi, karena "manajernya" tidak berhak menentukan harga jual maupun mencari sumber barang
sendiri. Sebuah divisipun belum tentu merupakan divisi dalam arti sebenarnya. Untuk menentukan apakah
sebuah divisi merupakan sebuah pusat laba, harus diteliti .dahulu mengenai wewenang divisi tersebut.
Divisi/perusahaan yang tidak mempunyai wenang untuk menentukan harga juaI ataupun biaya disebut pusat
laba semu.
Bagi perusahaan yang mencantumkan laba sebagai salah satu tujuannya, pusat laba terpacu
untuk ikut mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pacuan terse but timbul karena dengan adanya pusat laba,
maka peranan pimpinan pusat laba dalam mencapai tujuan perusahaan menjadi kelihatan Iebih jelas. Oleh
karena tidak ada pimpinan yang ingin dikenal sebagai pimpinan gagal, maka pimpinan pusat laba akan
berusaha keras untuk memperoleh laba.
Akan tetapi, pusat laba bukan tanpa masalah. Ambisi untuk mencapai yang terbaik, dapat
membuat pimpinan pusat laba lupa, bahwa pusat laba yang dia pimpin hanyalah merupakan bagian dari
sebuah perusahaan. Selain itu, penggunaan laba sebagai alat pengukur kinerja juga menimbulkan masalah.
Masalah-masalah tersebut dibahas dalam bagian berikut.
TRANSAKSI INTEREN
Transaksi interen adalah transaksi antar pusat Iaba dalam sebuah perusahaan. Harga yang harus
dibayar oleh pusat-Iaba-konsumen kepada pusat-Iaba-produsen untuk barang/jasa yang diterimanya disebut
harga transfer (transfer price).
Akuntansi keuangan menghendaki agar setiap transaksi dilakukan dengan fihak luar yang
independen sehingga dengan demikian transaksi tersebut bersifat obyektif. Akan tetapi persyaratan tersebut
sukar dipenuhi oleh sebuah pusat Iaba yang merupakan salah satu mata rantai dari perusahaan berintegrasi
vertikal-misalnya, perusahaan pulp, perusahaan kertas, dan perusahaan kotak kaftan. Dalam perusahaan
berintegrasi vertikal, setiap pusat laba membeli bahan mentahnya dari pusat laba sebelumnya. Kalau bahan
mentah tersebut juga tersedia di pasar, maka harga pasar tersebut dapat digunakan sebagai harga transfer,
sehingga transaksi interen tersebut masih bersifat obyektif.
Akan tetapi, Ida kemungkinan semua perusahaan yang termasuk dalam suatu industri
merupakan perusahaan yang berintegrasi--masing-masing meme-nuhi sendiri kebutuhannya akan bahan
mentah--sehingga tidak terdapat pasar bebas untuk bahan mentah tersebut. Dalam hal demikian, laba yang
diperoleh pusat aba tidak mencerminkan laba yang obyektif.
Kalau bahan yang diperlukan sebuah pusat laba juga diperdagangkan di pasar, maka pusat-Iaba-
konsumen maupun pusat-Iaba-produsen masing-masing mempunyai pilihan, yaitu membeli dari luar atau dari
dalam, dan menjual ke luar atau ke dalam. Pilihan tersebut dapat mengganggu, usaha untuk mengoptimum-
kan laba perusahaan kalau harga pasar lebih menarik daripada harga transfer.
Kalau pusat-Iaba-produsen memilih untuk menjual produknya ke pasar (karena harga pasar
lebih tinggi daripada harga jual kepada pusat-Iaba-konsu-men) dan sebagai akibatnya pusat-biaya-konsumen
harus membeli bahan mentah yang diperlukannya dari luar, mats perusahaan secara keseluruhan tidak akan
optimum. Penyebabnya adalah: pusat-Iaba-konsumen harus membeli bahan mentah berdasar harga
pasaryang di dalamnya termasuk komponen biaya-biaya promosi dan distribusi. Kalau kebutuhan bahan
mentah pusat-Iaba-konsumen harus dipenuhi oleh pusat-Iaba-produsen, maka pusat laba yang terakhir
tersebut tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar biaya-biaya promosi dan distribusi, sehingga harga
jualnya dapat lebih rendah daripada harga pasar.
Sebaliknya, kalau pusat-Iaba-konsumen membeli bahan mentah yang diperlukannya dari pasar
karena harga pasar lebih murah--sehingga pusat-Iaba-produsen tidak menggunakan sepenuhnya kapasitas
mesinnya, maka perusahaan secara keseluruhan tidak akan optimum. Penyebabnya adalah: biaya tetap
overhead pabrik tidak tertutup.
Masih ada sebuah hal lagi yang menyebabkan laba perusahaan tidak optimum. Umpamakan,
sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pusat laba (A, B, C, D, dan E). Oleh karena di pasar tidak terdapat
produk sejenis dengan keluaran pusat laba A, B, C, dan D, maka E membeli keluaran D, D membeli keluaran C,
C membeli keluaran B, dan B membeli keluaran A. Dalam kasus seperti ini, pusat laba E -yang merupakan pusat
faba hilir akhirnya menjadi pelimbahan biaya tetap dan laba pusat-Iaba-hulu (upstream frxed costs and
profits). Kalau pusat laba hilir tidak mengetahui informasi mengenai biaya tetap dan variabel produk yang
dibelinya, pusat laba tersebut mungkin akhirnya menjadi kurang kompetitif. Kalau pusat laba E tidak dapat
menjual keluarannya, maka akhirnya pusat laba E tidak berminat lagi untuk membeli keluaran pusat laba yang
lain, sehingga perusahaan secara keseluruhan tidak optimum.
Ketika kinerja finansial suatu pusat pertanggungjawaban diukur dalam ruang lingkup laba (yaitu,
selisih antara pendapatan dan pengeluaran), maka pusat ini disebut sebagai pusat laba (profit center). Laba
merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen senior dapat
menggunakan satu indikator yang komprehensif, dibandingkan harus mengguna-kan beberapa indikator
(beberapa di antaranya mengarah kepada hal yang berbeda).
Suatu organisasi fungsional adalah organisasi di mana di dalamnya ter-dapat fungsi produksi dan
manufaktur utama yang dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika suatu organisasi diubah menjadi
organisasi yang di dalam-nya setiap unit utama bertanggung jawab terhadap manufaktur dan pemasaran,
maka proses ini disebut dengan istilah divisionalisasi. Sebagai suatu aturan, per-usahaan-perusahaan membuat
unit-unit bisnis karena mereka telah memutuskan untuk melimpahkan kewenangan yang lebih luas kepada
manajer-manajer yang beroperasi. Meskipun tingkat pelimpahan tersebut berbeda antara perusahaan satu
dengan yang lain, seluruh kewenangan yang ada untuk menghasilkan laba tidak pemah dilimpahkan kepada
segmen tunggal dalam suatu bisnis.
Langkah utama dalam membuat pusat-pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam
organisasi ketika kedua kondisi di atas terpenuhi.
Seluruh pusat pertanggungjawaban diibaratkan sebagai suatu kontinum yang berkisar mulai dari
yang sangat jelas merupakan pusat laba dan mana yang bukan. Pihak manajemen harus memutuskan apakah
keuntungan dalam mem-berikan tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya, seperti yang akan
dibahas di bawah ini. Sebagaimana halnya pilihan-pilihan rancangan (desain) sistem pengendalian manajemen,
tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas.
Kantor pusat perusahaan juga harus mengeluarkan biaya untuk penyeragaman dan untuk
kebijakan individu lainnya, sama halnya dengan penyeragaman etika, pemilihan pemasok, komputer dan
perala tan komunikasi, dan bahkan desain kop surat dari unit bisnis.
Pada umumnya, hambatan korporasi tidak menyebabkan permasalahan yang fatal dalam suatu
struktur yang terdesentralisasi selama hal itu dikemukakan secara eksplisit; manajemen unit bisnis harus
memahami kebutuhan akan pemecahan masalah dan harus menghadapinya dengan lapang dana. Masalah-
masalah utama cenderung timbul dalam aktivitas jasa yang dilakukan oleh perusahaan. Sering kali unit bisnis
mempercayai (terkadang benar) bahwa mereka mendapatkan jasa yang sama dari luar perusahaan dengan
biaya yang lebih rendah.
Pemasaran. Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya
dari produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan bagi manajer pemasaran
dalam membuat trade-off pendapatan/pengeluaran yang optimal; dan standar praktik dalam mengukur
profitabilitas yang dihasilkan manajer pusat laba akan memberikan evaluasi terhadap trade-off yang dibuat.
Harga transfer yang dibebankan ke pusat laba harus berdasarkan biaya standar, dan bukan biaya aktual, dari
produk yang terjual. Dengan menggunakan basis biaya standar akan memisahkan kinerja biaya pemasaran dari
kinerja biaya manufaktur, di mana hal ini mempengaruhi perubahan tingkat efisiensi yang berada di luar
kendali manajer pemasaran.
Kapankah seharusnya kegiatan pemasaran dapat diberi tanggung jawab laba? Kapan manajer
pemasaran berada pada posisi yang tepat untuk membuat trade-off pendapatan/pengeluaran yang mendasar.
Hal ini sering terjadi pada saat kondisi yang berbeda terjadi pada wilayah geografis yang berbeda pula-sebagai
contoh, aktivitas pemasaran luar negeri. Dalam aktivitas semacam ini, sangat sulit untuk mengendalikan secara
terpusat keputusan-keputusan seperti bagaimana memasarkan suatu produk; bagaimana menentukan harga;
kapan dan berapa besar pengeluaran yang akan dihabiskan untuk promosi penjualan, dan pada media mana
saja; bagaimana melatih orang-orang bagian penjualan ataupun dealer; di mana dan kapan apat menciptakan
dealer yang baru.
Manufaktur. Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat pengeluaran (expense center), dengan
penilaian atas kinerja manajemen versus biaya standar (standard cost) dan overhead budget. Meskipun
demikian, pengukuran ini dapat menimbulkan masalah karena tidak mengindikasikan sejauh mana kinerja
manajemen atas seluruh aspek dari pekerjaannya. Sebagai contoh:
- Seorang manajer dapat Iura melaksanakan pengendalian kualitas, pengiriman produk dengan
kualitas inferior dalam rangka mendapatkan kredit biaya standar.
- Seorang manajer dapat saja Iura untuk memeriksa jadwal produksi dalam rangka memproduksi
pesanan darurat dalam memenuhi permintaan konsumen.
- Seorang manajer yang diukur dengan standar yang ada dapat saja kurang termotivasi untuk
memproduksi produk-produk yang sulit dibuat-atau untuk meningkatkan standar itu sendiri.
Karena itu, di mana ada pengukuran atas kinerja proses manufaktur terhadap biaya standar,
dianjurkan untuk membuat evaluasi yang terpisah atas kegiatan-kegiatan seperti pengendalian kualitas,
penjadwalan produk, dan keputusan membuat atau membeli (make-or-buy decision).
Salah satu cara mengukur aktivitas organisasi manufaktur secara keseluruhan adalah dengan
menjadikannya suatu pusat laba dan memberikan kepadanya kredit untuk harga jual produk dikurangi dengan
perkiraan biaya pemasaran. Cara seperti ini jauh dari sempurna, sebagian karena banyak faktor yang
mempengaruhi volume dan kombinasi penjualan berada di luar jangkauan pengendalian manajer manufaktur.
Meskipun demikian, hal ini masih lebih baik (dalam kasus tertentu) daripada memegang tanggung jawab
operasi manufaktur hanya untuk biaya.
Beberapa pengarang tetap berpendapat bahwa unit-unit manufaktur tidak dijadikan pusat-pusat
Iaba kecuali mereka menjual hasil produksinya dalam porsi yang sangat besar kepada konsumen luar; mereka
menganggap unit-unit yang prioritasnya menjual kepada unit bisnis lain sebagai pusat laba pseudo atas dasar
bahwa pendapatan yang dihasilkan dari penjualan kepada unit lain dalam perusahaan tersebut merupakan
fakta yang palsu. Walaupun begitu, beberapa perusahaan membuat pusat laba untuk unit-unit semacam ini.
Mereka percaya bahwa, jika dirancang dengan baik, sistem dapat menciptakan insentif yang hampir sama
dengan hasil yang didapat dari penjualan kepada konsumen luar.
Unit Pendukung dan Pelayanan. Unit-unit pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, teknik,
konsultan,layanan konsumen, dan aktivitas pendukung sejenis dapat dijadikan sebagai pusat laba. Hal ini dapat
diberlakukan terhadap kantor pusat dan divisi pelayanan perusahaan, atau mereka dapat melaksanakan fungsi
yang sama di dalam organisasi. Mereka membebankan biaya pelayanan yang diberikan, dengan sasaran
finansial untuk menghasilkan bisnis yang cukup sehingga pendapatan mereka sama dengan pengeluaran
mereka. Standar pembebanan biaya seperti itu ditunjukkan pada Gambar 4-2. (Perusahaan yang melakukan
pembebanan "berdasarkan penggunaan" mungkin memperlakukan unit-unit tersebut sebagai pusat laba).
Biasanya, unit-unit yang menerima jasa ini memiliki opsi untuk mendapatkannya dari pemasok luar, sehingga
memungkinkan pemasok untuk menawarkan jasanya dengan kualitas yang sama pada harga yang lebih murah.
Organisasi Lainnya
Suatu perusahaan dengan operasi cabangnya yang bertanggung jawab atas pemasaran produk
perusahaan di wilayah geografis tertentu sering kali menjadi pusat laba secara alamiah. Meskipun para
manajer cabang tidak memiliki tanggung jawab manufaktur atau perolehan, profitabilitasnya sering kali
merupakan satu-satunya ukuran kinerja yang paling baik. Lebih jauh lagi, pengukuran laba merupakan suatu
alat motivasi yang sempurna. Karena itu, taka-taka dalam rantai rite!, restoran-restoran Pada rantai makanan
cepat saji (jast1ood chain), dan hotel-hotel Pada rantai hotel merupakan pusatpusat laba.
Mengukur Profitabilitas
Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi suatu pusat
laba, sama seperti dalam mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan. Pertama adalah pengukuran kinerja
manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk
perencanaan (planning), berkoordinasi (coordinating), dan mengontrol (controlling) kegiatan sehari-hari dari
pusat laba dan sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat bagi manajer. Yang kedua adalah ukuran
kinerja ekonomis, yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi.
Maksud dari kedua ukuran di atas berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, laporan kinerja manajemen suatu
taka cabang dapat memperlihatkan bahwa manajer taka tersebut memiliki kinerja yang sangat baik; tetapi
laporan kinerja ekonomisnya dapat bahwa taka tersebut kehilangan posisinya di pasar dan harus ditutup
karena adanya kondisi kompetitif dan ekonomi yang tidak menguntungkan di wilayah tersebut.
Informasi yang dibutuhkan untuk kedua tujuan di atas biasanya tidak dapat diperoleh dari satu
sumber data saja. Karena laporan manajemen digunakan pada frekuensi yang tinggi, sementara laporan
ekonomi hanya dibuat Pada saat-saat tertentu ketika keputusan-keputusan ekonomis harus dibuat, maka
pertimbanganpertimbangan yang digunakan dalam rangka pengukuran kinerja manajemen harus merupakan
prioritas utama yang ada di dalam desain sistem-yaitu, sistem harus dirancang agar dapat mengukur kinerja
manajemen secara rutin, dengan informasi ekonomi yang cukup pada laporan-laporan kinerja tersebut, sama
seperti dari sumbersumber lain.
HARGA TRANSFER DUA TAHAP. Telah disebutkan adanya kemungkinan pusat laba hilir menjadi
kurang kompetitif karena harga jual produknya tinggi-sebagai akibat harus memikul biaya dan laba pusat-Iaba-
hulu. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan harga transfer dua tahap.
Dalam harga transfer dua tahap pusat-laba-konsumen dibebani dengan tiga komponen, yaitu
biaya tetap, biaya variabel, dan laba pusat-Iaba-produsen. Biaya variabel dibebankan kepada pusat-Iaba
konsumen dalam jumlah yang proporsional dengan jumlah pembelian (dalam unit), sedangkan biaya tetap
dibebankan kepada pusat-laba-konsumen tanpa memandang jumlah pembelian pusat-laba-konsumen dari
pusat-Iaba-produsen. Biaya tetap ini merupakan pembayaran jasa kepada pusat-laba-produsen oleh pusat-
Iaba-konsumen karena pusat-laba-produsen telah menyediakan sebagian dari fasilitas produksinya untuk
memenuhi kebutuhan pusat-Iaba-konsumen.
Contoh 6-1 Pusat Laba Hilir Menjadi Pelimbahan Biaya & Laba
PT Bintang Lima mempunyai tiga pusat laba (A, B, dan C) yang berintegrasi. A memproduksi X yang
secara keseluruhan dibeli oleh B. B menggunakan X untuk memproduksi Y yang secara keseluruhan dibeli C
untuk memproduksi Z. C menjual Z ke pasarl. Dalam pasar tersebut terdapat beberapa perusahaan lain yang
juga memproduksi Z. Sifat pasar Z adalah pasar konsumen. Tiga pusat laba tersebut setuju bahwa harga
transfer masing-masing pusat laba sama dengan biaya produksi ditambah laba 10% dari Terata investasi
tahunan.
Informasi mengenai harga transfer (per satuan) tiga pusat labs tersebut untuk suatu tahun dapai
dilihat di bawah ini.
KETERANGAN
A
H
C
Harga transfer dari pusat-Iaba-hulu
Rp3.000
Rp6.000
Biaya tambahan di pusat Laba
Rp2.000
2.000
1.000
Laba
1.000
1.000
1.000
Harga transfer ke pusat-laba-hilir/pasar
3.000
6.000
8.000
Informasi tersebut mcnunjukkan bahwa harga jual per satuan produk bagi Pusat Laba C adalah
Rp 8.000 (termasuk Laba bagi C Rp1.000). Seandainya pesaing Pusat Laba C menurunkan harga jual Z menjadi
Rp7.000, maka Pusat Laba C harus menurunkan harga jualnya menjadi Rp7.000 juga agar produknya tetap
laku. Akan tetapi, pads tingkat harga jual tersebut, Pusat Laba C tidak memperoleh laba, sehingga tidak akan
berminat untuk mclayani pasar. Kalau hat ini terjadi, maka perusahaan secara keseluruhan tidak akan
optimum.
Penggunaan teknik harga transfer dua tahap, memerlukan informasi tambahan: biaya tetap dan
biaya variabel di sctiap pusat laba. Informasi tersebut beserta informasi lain dapat dilihat di Contoh 6-2.
Contoh 6.2 Metode Harga Transfer Dua Tahap
PENJELASAN
A
B
C
Data total
Biaya variabel
Rp1.000
Rp1.000
Rp500
PENENTUAN HARGA TRANSFER (HULU KE HILIR) MENURUT METODE HARGA TRANSFER DUA TAHAP
PENJELASAN
A
B
C
Biaya Tetap per Tahun
2 1/2
2 ½
Pusat Laba C (juta)
1 ¼
2 1/2
2 ½
Pusat Laba C (juta)
2 ½
1.000.?
1.000
Pusat Laba C (juta)
500
Jumlah Biaya Variabel
Rp 1.000
Rp 2.000
Rp 2.500
Menurut mctode harga transfer dun tahap, setiap pusat laba dibebani dua macam biaya, yaitu
sebagian dari biaya tetap dan biaya variabel standar. Oleh karena pusat laba di PT Bintang Lima hanya
menjual/membeli ke/dari pusat laba lainnya, maka biaya tetap sebuah pusat laba secara total dibebankan
kepada pugat laba yang mengguna kan keluarannya.
Bagian Penentuan Harga Transfer (Hilir ke Hulu) Menurut Metode Harga Transfer Duaa Tahap
dalam Contoh 6-2 memerlukan beberapa penjelasan.
1. Biaya tetap masing-masing pusat-laba-produsen sebagian dibebankan kepada pusat-laba-
konsumen yang menggunakan keluaran pusat-laba-produsen. Oleh karena Pusat Laba B dan Pusat Laba C
masing-masing membeli seluruh keluaran Pusat Laba A dan Pusat Laba B, maka seluruh biaya tetap pusat-Iaba-
produsen dibebankan kepada pusat-laba-konsumen. Berhubung Pusat Laba C membeli seluruh keluaran Pusat
Laba B-yang berasal dari Pusat Laba A-maka biaya tetap Pusat Laba A dan Pusat Laba B juga menjadi biaya
Pusat Laba C. Kalau pada suatu saat pusat-laba-konsumen tidak membeli seluruh keluaran pusat-laba-
produsen, pusat-laba-produsen akan tetap meminta pusat-laba-konsumen untuk menanggung biaya tetapnya
karena pusat-Iaba-produsen telah terlanjur menyediakan fasilitas produksi untuk pusat-laba-konsumen.
2. Dalam Contoh 6-2 laba masing-masing pusat-laba-produsen diperlakukan sama seperti biaya
tetap-yang telah diuraikan di butir 1. Kejelekan metode ini adalah: baik terjadi penjualan kepada pusat-laba-
konsumen ataupun tidak, pusat-laba-produsen tetap memperoleh laba. Untuk menghindari kejelekan
tersebut, laba pusat-Iaba-produsen dapat diperlakukan sebagai biaya variabel dan karenanya dibebankan
kepada pusat-Iaba-konsumen sepadan dengan jumlah penjualan. Hanya saja Pusat Laba C harus menyadari
bahwa laba tersebut tidak betul-betul merupakan biaya variabel. Kalau tidak, Pusat Laba C akan menjadi
pelimbahan laba dari pusat-Iaba-produsen huIu.
3. Bagi Pusat Laba C, biaya variabel memproduksi Y adalah Rp2.500 yang terdiri dari biaya
variabel Pusat Laba A Rp1.000, biaya variabel Pusat Laba B Rp1.000, dan biaya variabel Pusat Laba C Rp500.
Informasi tersebut berharga bagi Pusat Laba C untuk mengambil keputusan jangka pendek, misalnya dalam
kasus perang harga.
HARGA TRANSFER
Telah disebutkan bahwa harga transfer adalah harga yang harus dibayar olch pusat-Iaba-
konsumen kepada pusat-Iaba-produsen untuk barang/jasa yang diterimanya. Secara implisit menyebutkan
bahwa harga transfer dapat ditentukan berdasar harga pasar. Selain harga pasar dapat juga digunakan dasar
lain yaitu biaya penuh, biaya tetap dan biaya variabel, dan harga ncgosiasi.
HARGA PASAR
Dalam persaingan sempurna -produsen tidak dapat mengubah harga -jika sebuah perusahaan
mempunyai pusat laba yang menghasilkan produk yang menjadi masukan pusat laba lain dari perusahaan yang
sama dan di luar perusahaan juga terdapat produsen barang serupa, maka demi efisiensi, perusahaan harus
menggunakan harga pasar sebagai harga transfer? Kalau sebuah pusat laba hanya dapat beroperasi dengan
menjual barang kepada pusat laba lain dengan harga yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka pusat-Iaba-
produsen tersebut harns dihentikan operasinya. SebaHk:nya, kalau pusat-Iaba-konsumen hanya dapat untung
dengan membeli keperluan masukannya dari pusat-laba-produsen dengan harga di bawah harga pasar, maka
pusat-Iabakonsumen tersebut juga harus ditutup.
Ada kalanya ketentuan tentang penutupan pusat laba tidak diberlakukan, yaitu kalau barang
harus diproduksi sendiri demi: (a) menjaga kerahasiaan proses produksi, atau (b) mempertahankan mutu.
Dalam hal demikian, untuk membandingkan harga pasar dengan harga transfer dengan harga pasar, harga
pasar harus ditambah dengan biaya "menjaga rahasia" atau "menjaga mutu."
BIAYA PENUH
Komponen penentuan harga transfer berdasar biaya penuh terdiri dari bahan baku, tenaga kerja
langsung, biaya administrasi, biaya penjualan, dan laba. Kalau sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pusat
laba yang masing-masing menggunakan keluaran pusat-Iaba-hulu sebagai masukan, maka penggunaan biaya
penuh sebagai penentu harga transfer dapat membuat pusat laba hulu dapat menjadi pelimbahan biaya dan
laba pusat-Iaba-hulu.
HARGA NEGOSIASI
Oleh karena pusat laba bebas untuk bernegosiasi dengan pihak luar dalam membeli atau
menjual produk, maka tidak ada alasan bagi pusat laba untuk tidak bernegosiasi dengan sesama pusat laba di
dalam sebuah perusahaan. Sebagai salah satu bahan negosiasi adalah laba yang harus dicapai pusat laba dan
laba yang sejauh ini telah dicapainya.
22
Pertemuan M-5
Dan M-6
PUSAT LABA
PUSAT LABA
Pusat laba ialah ukuran tanggungjawab manajer divisi yang memiliki wewenang untuk mencipta
laba. Tugas utama manajer adalah meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban sehigga dapat
menghasilkan laba kotor, laba opeasi, dan laba bersih yang tinggi. Pusat laba ini pada umumnya digunakan
untuk mengukur kinerja manajer cabang (misalnya cabang Jakarta, Surabaya, dst.), atau manajer divisi produk
(misalnya divisi produk A, B, dst.) Contoh rancangan struktur organisasi unit bisnis disajikan dalam Gambar 5.1
berikut ini:
Ketika kinerja finansial suatu pusat pertanggungjawaban diukur dari selisih pendapatan dan
beban, maka pusat ini kita sebut sebagai pusat laba (profit center). Bukankah tujuan didirikannya perusahaan
untuk mencari uang dengan menciptakan keuntungan (laba)? Pusat Laba merupakan kelanjutan dari bahasan
pusat-pusat pertanggungjawaban. Masih dalam lingkup lingkungan pengendalian manajemen. Rancangan
struktur organisasi bisnis unit atau divisionalisasi seperti Gambar 5.1 umumnya menciptakan unit kerja atau
divisi yang berkarakteristik pusat laba. Laba merupakan ukuran kinerja keuangan yang berguna karena laba
memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif.
Divisionalisasi dilakukan ketika organisasi fungsional dirubah menjadi organisasi dimana setiap
unit utama bertanggung jawab baik atas produksi maupun pemasaran, atau penciptaan divisi-divisi yang
bertanggungjawab menghasilkan laba. Perusahaan membuat unit-unit bisnis karena mereka telah
memutuskan untuk melimpahkan wewenang lebih luas kepada manajer-manajer unit bisnis itu. Sedangkan
pusat laba sendiri mempunyai arti sebagai suatu organisasi yang di dalamnya pendapatan dan beban dapat
diukur secara moneter. Manajer pusat laba diberikan kewenangan dalam menangani dua hal sekaligus yaitu
kewenangan yang terkait aspek pemasaran dalam rangka menghasilkan pendapatan dan kewenangan dalam
pengendalian atas aspek produksi dan beban operasional lainnya.
Sistem divisionalisasi dengan penciptaan banyak pusat laba, keuntungan finansial menjadi tujuan
utama. Sistem pengendalian finansial juga mendapat banyak kritik selama lebih dari 20 tahun, karena tidak
semua hal dapat diukur secara finansial. Sekiranya prestasi manajer diukur semata-mata hanya atas
tercapainya keuntungan perusahaan maka dapat mendorong manajer pusat laba berlomba-lomba mencapai
laba yang kadang-kadang menghalalkan segala cara. Meskipun demikian perusahaan tidak mengabaikan
sistem tersebut melainkan tetap menggunakannya sebagai alat untuk mengimplementasikan strategi.
Terdapat kelebihan dan kelemahan konsep divisionalisasi.
Selain manfaat yang diperoleh, pusat-pusat laba dapat menimbulkan beberapa kesulitan yaitu :
* Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk lebih
mengandalkan laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi, sehingga
kualitas pengendalian belum tentu sesuai harapannya.
* Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memiliki informasi yang lebih baik daripada
manajer pusat laba pada umumnya, maka kualitas keputusan yang diambil pada tingkat unit akan berkurang.
* Perselisihan dapat meningkat karana adanya argumen-argumen mengenai harga transfer yang
sesuai, pengalokasian biaya umum (common cost) yang tepat, dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya
dihasilkan secara bersama-sama dua atau lebih unit bisnis.
* Unit-unit organisasi yang pernah bekerja sama sebagai unit fungsional akan saling berkompetensi
satu sama lain.
* Divisianalisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan karena adanya tambahan manajemen,
pegawai, dan pembukuan yang dibutuhkan, dan mungkin mengakibatkan duplikasi tugas disetiap laba.
* Para manajer umum yang kompeten mungkin saja tidak ada dalam organisasi fungsional karena
tidak adanya kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kompetensi manajemen umum.
* Mungkin terlalu banyak tekanan atas profitabilitas jangka panjang, karena cenderung lebih
mengutamakan keuntungan jangka pendek.
* Tidak ada sistem yang memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba dari masing-masing
pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang bertanggung jawab
atas unit tersebut memiliki kendali atas pengembangan produk, proses-produksi dan pemasaran. Para manajer
tersebut berperan untuk memengaruhi pendapatan dan beban sedemikian rupa sehingga dapat dianggap atas
laba bersih.
Untuk lebih memahami sepenuhnya manfaat dari konsep laba, manajer unit bisnis akan memiliki
otonomi seperti presiden dari suatu perusahaan dari suatu perusahaan independen.
* Batasan dari unit bisnis lain
Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan unit bisnis lain,
misalnya dalam praktik harga transfer. Ada tiga jenis keputusan dalam pengendalian pengelolaan pusat laba.
1. Keputusan produk
2. Keputusan pemasaran
3. Keputusan perolehan sumber daya
Jika seorang manajer unit bisnis mengendalikan ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak akan ada
kesulitan dalam melakukan tanggun jawab laba dan mengukur kinerja.
Unit-unit Fungsional
Perusahaan multibisnis (konglomerasi) biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis. Setiap unit
diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi sub unit yang ada dalam unit bisnis tersebut
dapat saja terorganisasi secara fungsional.
* Pemasaran
Seiring tumbuh dan berkembangnya organisasi, aktivitas pemasaran yang tadinya hanya sebagai
pusat pendapatan dapat dijadikan sebagai pusat laba. Kinerja keuangan unit pemasaran tersebut diukur atas
laba yaitu total penjualan dikurangi beban-beban (biaya produk dan beban operasi lainnya). Jika departemen
pamasaran dikembangkan menjadi pusat laba maka perusahaan tersebut menerapkan konsep harga transfer.
Harga transfer ini memberikan informasi yang releven bagi manajer pemasaran dalam membuat trade-off
pendapatan/pengeluaran yang optimal.
* Manufaktur
Sama dengan unit pemasaran, seiring berkembangnya perusahaan unit manufaktur dapat diperluas
kewenangan manajernya yang sebelumnya hanya mengefisienkan biaya (expense center), menjadi pusat laba.
Di mana unit manufaktur Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, tetapi setelah
dikembangkan menjadi pusat laba bertanggungjawab juga terhadap pendapatan.
Organisasi Lainnya
Setiap perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk
perusahaan di wilayah geografis tertentu sering kali menjadi pusat laba secara alamiah. Meskpun para manajer
cabang tidak memiliki tanggung jawab manufaktur atau pembelian, profitabiitasnya sering kali merupakan
satu-satunya ukuran kinerja yang palng baik.
MENGUKUR PROFITABILITAS
Ada dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengeveluasi suatu pusat laba, yaitu
:
* Pengukuran kinerja manajemen, yaitu memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer.
* Pengukuran kinerja ekonomis yaitu, memiiki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai
entitas ekonomi.
Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih yaitu, pendapatan yang tersisa
setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas untuk overhead korporat dialokasikan ke laba.
Kinerja manajer pusat dapat dievaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas yaitu :
1) Margin Kontribusi (contribution margin), yaitu menunjukan rentang antara pendapatan dengan
beban variable.
2) Laba langsung (direct profit), menggambarkan kontribusi pusat laba umum dan laba perusahaan.
3) Laba yang dapat dikendalikan.
4) Laba sebelum pajak, dalam ukuran ini seluruh overhead korporat dialokasikan kepusat laba
nberdasarkan jumlah relatf dari beban yang dkeluarkan oleh pusat laba.
5) Laba bersih, yaitu jumlah laba bersih setelah pajak.
PUSAT LABA
Ketika kinerja financial suatu pusat tanggung jawab diukur dalam ruang lingkup laba (yaitu,
selisih antara pendapatan dan beban), maka pusat ini disebut sebagai pusat laba (profit centre). Laba
merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat
menggunakan satu indikator yang komprehensif, dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indikator
(beberapa diantaranya menunjuk ke arah yang berbeda). Pada tatap muka yang pertama telah dibahas
pertimbangan-pertimbangan yang terlibat dalam memutuskan apakah pertama-tama akan membuat pusat
laba. Lalu setelah itu fokuskan pada pengelolaan unit-unit bisnis sebagai pusat laba, dengan mengingat bahwa
istilah unit bisnis dan pusat laba adalah tidak sama. Kemudian, akan dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi
produksi dan pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba. Pada bagian akhir dari bab ini, akan dibahas cara
mengukur profitabilitas suatu pusat laba.
Pertimbangan Umum
Suatu organisasi fungsional adalah organisasi dimana fungsi produksi atau pemasaran utama
dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika suatu organisasi diubah menjadi organisasi dimana setiap
unit utama bertanggung jawab baik atas produksi maupun pemasaran, maka proses ini disebut dengan istilah
divisionalisasi. Sebagai aturan, perusahaan membuat unit-unit bisnis karena mereka telah memutuskan untuk
melimpahkan wewenang yang lebih luas kepada manager-manager operasi. Meskipun tingkat pelimpahan
wewenag tersebut berbeda dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain, tetapi wewenang yang
lengkap untuk menghasilkan laba tidak pernah dilimpahkan ke satu segmen tunggal dalam satu bisnis.
Banyak keputusan managemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban dengan harapan
bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam pendapatan penjualan. Keputusan
semacam ini disebut sebagai pertimbangan biaya/ pendapatan (Expense/revenue trade off). Tambahan beban
iklan adalah salah satu contohnya. Untuk dapat mendelegasikan keputusan trade-off semacam ini dengan
aman ke tingkat manager yang lebih rendah, maka ada dua kondisi yang harus dipenuhi.
1. Manager harus memiliki akses ke informasi relevan yang dibutuhkan dalam membuat keputusan
serupa.
2. Harus ada semacam cara untuk mengukur efektifitasnya suatu trade-off yang dibuat oleh
manager.
Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam organisasi
dimana kedua kondisi diatas terpenuhi.
Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai dari pusat
tanggung jawab yang sangat jelas merupakan pusat laba sampai pusat tanggung jawab yang bukan merupakan
pusat laba. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari delegasi tanggung jawab laba akan dapat
menutupi kerugianya, sebagaimana di bahas berikut ini. Seperti hal nya pilihan-pilihan desain sistem
pengendalian manajemen, dalam hal ini tidak ada batasan-batasan yang jelas.
* Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para manager yang
paling dekat dengan titik keputusan.
* Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak perlu
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat.
* Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian sehingga dapat berkosentrasi
pada hal-hal yang lebih luas.
* Manager karena di tunjuk pada hanya sedikit batasan dari korporat, lebih bebas untuk
menggunakan imajinasi dan inisiatif-nya.
* Karena pusat-pusat laba serupa dengan perusahaan yang independen, maka pusat laba
memberikan tempat pelatihan yang sempurna bagi manajemen umum. Para manager mendapatkan
pengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional, dan manajemen yang lebih tinggi mendapatkan
kesempatan untuk mengevaluasi potensi pekerjaan yang tingkatnya lebih tinggi
* Kesadaran laba (Profit consciousness) dapat ditingkatkan karena para manager yang bertanggung
jawab atas laba akan selalu mencari cara untuk meningkatkan labanya. (Seorang manajer bertanggung jawab
untuk kegiatan pemasaran, misalnya, cenderung untuk menyetujui pengeluaran promosi yang dapat
meningkatkan penjualan, sama halnya seperti manager yang bertanggung jawab atas laba yang akan
termotivasi untuk membuat promosi yang akan meningkatkan laba).
* Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi menejemen puncak (top management)
mengenai profitabilitas dari komponen-komponen individual perusahaan.
* Karena keluaran (output) yang dihasilkan telah siap pakai, maka pusat laba sangat responsive
terhadap tekanan untuk meningkatkan kinerja kompetitifnya.
Unit-unit Fungsional
Perusahaan multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis, dimana setiap unit diperlakukan
sebagai unit penghasil laba yang independent. Tetapi, subunit yang ada dalam unit bisnis tersebut dapat saja
terorganisasi secara fungsional. Terkadang lebih mudah untuk membuat satu atau lebih unit fungsional,
misalnya aktivitas operasi pemasaran, manufaktur, dan jasa-sebagai pusat laba.
Pemasaran
Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari produk
yang terjual. Harga transfer ini memberikan ingormasi yang relevan bagi manajer pemasaran dalam membuat
trade-off pendapatan/pengeluaran yang optimal, dan praktik standar untuk mengukur manajer pusat kaba
berdasarkan profitabilitasnya akan memberikan evaluasi terhadap trade-off yang dibuat. Harga biaya aktual
dari produk yang terjual. Dengan menggunakan dasar biaya standar memisahkan kinerja biaya pemasaran dari
kinerja biaya manufaktur, dimana hal ini mempengaruhi perubahan tingkat efisiensi yang berada diluar
kendali manajer pemasaran.
Manufaktur
Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, dimana manajemen dinilai berdasarkan
kinerja versus biaya standar dan anggaran overhead. Tetapi, ukuran ini dapat menimbulkan masalah, karena
ukuran tersebut tidak mengindikasikan sejauh mana kinerja manajemen atas seluruh aspek dari pekerjaannya.
Sebagai contoh :
* Seorang manajer dapat lalai melaksanakan pengendalian mutu, mengirimkan produk dengan
kualitas inferior dalam rangka mendapatkan nilai dari biaya standar.
* Seorang manajer dapat saja enggan untuk menginterupsi jadwal produksi guna memproduksi
pesanan darurat dalam memenuhi permintaan konsumen. Termotivasi untuk memproduksi produk-produk
yang sulit dibuat, atau untuk meningkatkan standar itu sendiri.
Oleh karena itu, dimana kinerja proses manufaktur diukur terhadap biaya standar, dianjurkan untuk
membuat evaluasi yang terpisah atas aktivitas-aktivitas seperti pengendalian mutu, penjadualan produk, dan
keputusan buat atau beli (take-or-buy decision)
Salah satu cara mengukur aktivitas organisasi manufaktur secara keseluruhan adalah dengan
menjadikannya pusat laba dan memberikan nilai berdasarkan untuk harga jual produk dikurangi dengan
estimasi biaya pemasaran. Cara seperti ini jauh dari sempurna, sebagian karena banyak faktor yang
memperngaruhi volume dan kombinasi penjualan berada diluar jangkauan kendali manajer manufaktur.
Meskipun demikian, hal ini masih lebih baik (dalam kasus tertentu) daripada menganggap operasi manufaktur
hanya bertanggung jawab untuk biaya.
Organisasi Lainnya
Suatu perusahaan dengan operasi yang bertanggung jawab atas pemasaran produk perusahaan di
wilayah geografis tertentu sering kali menjadi pusat laba secara alamiah. Meskipun para manajer cabang tidak
memiliki tanggung jawab manufaktur atau pembelian, profitabilitasnya sering kali merupakan satu-satunya
ukuran kinerja yang paling baik. Lebih lanjut lagi, pengukuran laba merupakan suatu alat motivasi yang
sempurna. Karena itu, took-toko dalam rantai ritel, restoran-restoran makanan cepat saji (fast-food chain), dan
hotel-hotel pada rantai hotel merupakan pusat laba.
Mengukur profitabilitas
Terdapat dua jenis profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi suatu pusat laba, sama halnya
seperti dalam mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan. Pertama adalah pengukuran kinerja manajemen,
yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk perencanaan
(planning), koordinasi (coordinating), dan pengendalian (controlling) kegiatan sehari hari dari pusat laba dan
sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat bagi para manager. Yang kedua adalah ukuran kinerja
ekonomis, yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekoniomi. Maksud
dari kedua ukuran di atas berbeda satu sama lain.
Tampilan 1
Contoh laporan laba rugi suatu pusat laba
Ukuran Profitabilitas
Pendapatan $1.000
Harga pokok penjualan 600
Biaya variable 180
_______
Margin kontribusi 220 (1)
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pusat laba 90
_______
Laba Langsung 130 (2)
Beban biaya komporat yang dapat dikendalikan 10
_______
Laba yang dapat dikendalikan 120 (3)
Alokasi koporat lainnya 20
Pendapatan belum kena pajak 100 (4)
_______
Pajak 40
_______
Pendapatan bersih $ 60 (5)
Tampilan 2
Persentase Perusahaan yang Menggunakan Metode yang berbeda dalam mengukur laba
Jenis-jenis biaya yang Dikenakan kepada pusat laba
Amerika Serikat
Belanda
India
Beban penyusutan
99
64
40
96%
Tidak ada
44
22
98%
Tidak ada
Tidak ada
10
(6) Pendapatan
Memilih metode pengakuan pendapatan yang tepat sangatlah penting. Apakah pendapatan dicatat
ketika pesanan dibuat, ketika pesanan dikirm, ataukah ketika uang kas di terima?
Selain keputusan ini, ada hal-hal lain yang berkaitan dengan pendapatan umumnya yang
memerlukan pertimbangan. Dalam beberapa kasus dua atau lebih pusat laba lain dapat berpartisipasi dalam
suatu usaha penjualan yang sukses. Idealnya, setiap pusat laba harus diberikan nilai yang sesuai atas bagiannya
dalam transaksi tersebut.
1. Dalam sistem pengendalian manajemen terdapat 2 jenis pengendalian, yaitu: pengendalian tugas
dan pengendalian manajemen. Jelaskan perbedaan kedua jenis pengendalian tersebut.
II. KERJAKAN SOAL KASUS 3-4 DARI BAB 3 BUKU SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN, ANTHONT &
GOVINDARAJAN.
Bab 5
Pusat Laba
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang kinerjanya diukur dari selisih antara pendapatan
dan biaya (laba). Dalam pusat laba fungsi produksi dan pemasaran dilakukan dalam satu pusat
pertanggungjawaban dan kegiatan ini disebut juga divisionalisasi. Organisasi membentuk pusat laba ditujukan
untuk mendelegasikan wewenang yang lebih besar pada manajer operasional. Dalam pendelegasian tersebut
terdapat dua kondisi yang harus diperhatikan yaitu:
1. Setiap manajer harus dapat memperoleh informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan.
2. Efektivitas kegiatan trade off pendapatan dan biaya yang dilakukan manajer harus dapat diukur.
Keunggulan pembentukan pusat Laba:
1. Kualitas keputusan lebih baik
2. Keputusan dapat dilakukan lebih cepat
3. Pimpinan puncak terbebas dari keputusan rutin
4. Manajer operasional memperoleh kebebasan dalam berinisiatif dan berimaginasi
5. Sarana pelatihan manajer
6. Tujuan laba menjadi focus utama
7. Pimpinan puncak dapat memperoleh informasi dari setiap pusat laba mengenai kemampuan
memperoleh laba
8. Meningkatkan persainan antar pusat laba
Pembentukan Pusat laba dalam dilakukan pada fungsi Organisasi seperti Fungsi Pemasaran dan
Fungsi Produksi.
Fungsi Pemasaran :
Fungsi Pemasaran dapat dibentuk sebagai pusat laba dengan membebankan Harga pokok
Penjualan. Harga tersebut akan memberikan informasi yang relevan mengenai trade optimum biaya dan
pendapatan yang dilakukan oleh manajer pemasaran. Harga yang dibebankan pada manajer pemasaran harus
ditetapkan berdasarkan biaya standar, bukan dari biaya sesungguhnya dari produk yang terjual, sehingga
efiensi dapat diukur.
Fungsi Produksi;
Fungsi produksi biasanya diperlakukan sebagai pusat biaya, dimana kinerja manajernya diukur dari
efisiensinya yaitu melakukan kegiatan dengan menggunakan biaya sesuai atau dibawah dari standar biaya
yang ditetapkan. Hal ini menyebabkan:
* Manajer akan mengabaikan kualitas untuk dapat menekan biaya
* Manajer akan menolak untuk megubah pola kegiatan produksinya dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan konsumen yang sedang meningkat
* Manajer akan menolak meningkatkan kulitas produk yang dirasa sulit, karena akan menyebabkan
peningkatan biaya.
Untuk mengatasi permasalahn tersebut, maka fungsi produksi dapat diperlakukan sebagai pusat
laba dengan cara membebankan produk yang dijual dikurangi biaya pemasaran.
PENGUKURAN KINERJA
Terdapat dua dasar opengukuran kinerja yang dilakukan dalam pusat Laba, yaitu ;
1. Kinerja Manajemen (Management Performance) , yaitu untuk menilai kemampuan manajer
dalam memperoleh laba,hasil pengukurannya dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi
pada manajer tersebut, maka penilaian kinerja ini dapat disebut juga sebagai motivational performance
(penilaian kinerja untuk melakukan motivasi pada manajer).
2. Kinerja ekonomik ( economic performance), yaitu menilai kemampuan unit bisnis sebagai satuan
ekonomi dalam menghasilkan laba. Laba yang dihasilakan oleh setiap pusat laba merupakan kontribusi masing-
masing pusat laba pada laba organisasi secara keseluruhan.
PUSAT LABA
Disebut sebagai pusat laba jika ketika kinerja finasial suatu pusat tanggung jawab diukur dalam
ruang lingkup laba (selisih antara pendapatan dan beban). Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna
karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif,
dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indikator (beberapa diantaranya menunjuk kearah yang
berbeda). Unit bisnis berbeda dengan pusat laba.
Pertimbangan Umum
Suatu organisasi fungsional adalah organisasi dimana fungsi produksi atau pemasaran utama
dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika suatu organisasi diubah menjadi organisasi dimana setiap
unit utama bertanggung jawab baik atas produksi maupun pemasaran, maka proses ini disebut dengan
divisionalisasi.
Banyak keputusan manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban dengan harapan
bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam pendapatan penjualan. Keputusan
semacam ini disebut dengan pertimbangan biaya/pendapatan. Contohnya adalah biaya iklan. Untuk dapat
mendelegasikan keputusan tersebut dengan aman ke tingkat manajemen yang lebih rendah, maka ada dua
kondisi yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Manajer harus memiliki akses ke informasi relavan yang dibutuhkan dalam membuat keputusan
serupa
2. Harus memiliki cara untuk mengukur efektivitasnya keputusan tersebut
Gambar Pusat Laba
1. Margin kontribusi
Margin kontribusi menunjukkan rentang antara pendapatan dengan beban variabel. Digunakan
sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba karena beban tetap berada diluar kendali manajer tersebut,
sehingga para manajer harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan margin kontribusi. Permasalahan
dari pernyataan diatas tidak tepat, karena pada kenyataannya hamper seluruh pengeluaran tetap dapat
dikendalikan oleh para manajer.
2. Laba langsung
Laba langsung mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan laba perusahaan.
Ukuran ini menggabungkan seluruh pengeluaran pusat laba, baik yang dikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri
langsung ke pusat laba tersebut tanpa memperdulikan apakah pos-pos ini ada dalam kendali manajer pusat
laba atau tidak. Meskipun demikian, pengeluaran yang terjadi dikantor pusat tidak termasuk dalam
perhitungan ini.
Kelemahan dari pengukuran laba langsung adalah tidak memasukkan unsur manfaat motivasi dari
biaya-biaya kantor pusat.
3. Laba yang dapat dikendalikan
Pengeluaran-pengeluaran kantor pusat dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu seperti
tersebut dibawah ini:
a. Pengeluaran yang dapat dikendalikan
b. Pengeluaran yang tidak dapat dikendalikan
Kekurangan utama dari ukuran ini adalah ukuran tersebut tidak memasukkan beban kantor
pusatyang tidak dapat dikendalikan, maka ukuran ini tidak dapat langsung dibandingkan baik dengan data yang
diterbitkan atau data asosiasi dagang yang melaporkan laba dari perusahaan-perusahaan lain di industry yang
sama.
4. Laba sebelum pajak
Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan jumlah relative
dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Terdapat dua pendapat yang menentang alokasi ini, yaitu:
a. Karena biaya-biaya yang dikeluarkan oleh staf didepartemen korporat seperti bagian keuangan,
akuntansi, dan bagian sumber daya manusia tidak dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba, maka manajer
tersebut sebaiknya tidak dianggap bertanggung jawab untuk biaya tersebut.
b. Sulit untuk mengalokasikan jasa staf korporat dengan cara yang secara wajar mencerminkan
jumlah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pusat laba.
Tetapi terdapat tiga argument yang mendukung alokasi ini, yaitu:
a. Unit jasa korporat memiliki kecendrungan untuk meningkatkan dasar kekuatan dan untuk
memperluas keunggulannya tanpa memperhatikan dampaknya terhadap perusahaan secara keseluruhan.
b. Kinerja setiap pusat laba akan lebih realistis dan lebih dapat diperbandingkan dengan kinerja para
pesaing yang memberikan jasa yang sama.
c. Ketika para manajer mengetahui bahwa pusat laba mereka tidak akan menunjukkan laba, maka
mereka akan termotivasi untuk membuat keputusan pemasaran jangka panjang yang optimal., penetapan
harga, bauran produk, dan lain-lain yang akan memberikan manfaat bagi perusahaan secara keseluruhan.
5. Laba bersih
Laba bersih adalah jumlah laba bersih setelah pajak. Terdapat dua argument yang menentang
penggunaan metode ini, yaitu:
a. Laba setelah pajak seringkali merupakan persentase yang konstan atas laba sebelum pajak, dalam
kasus dimana tidak terdapat manfaat dengan memasukkan unsur pajak penghasilan.
b. Banyak keputusan yang mempengaruhi pajak penghasilan dibuat dikantor pusat, maka tidaklah
tepat jika manajer pusat laba harus menanggung konsekwensi dari keputusan-keputusan tersebut.
Pendapatan
Dalam memilih metode pengakuan pendapatan haruslah diperhatikan dengan baik, karena
pengakuan pendapatan sangatlah penting. Apakah pendapatan dicatat:
a. Ketika pesanan dibuat
b. Ketika pesanan dikirim
c. Ketika uang kas diterima
Yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan adalah menggunakan metode yang konsisten untuk
setiap periodenya.
Pertimbangan manajemen
Para manajer harus diukur berdasarkan pos-pos yang dapat manajer tersebut kendalikan, bahkan
jika manajer tersebut tidak memiliki pengendalian penuh terhadap pos tersebut. Dalam perusahaan pada
umumnya, pos-pos ini mungkin meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pusat laba. Jika para manajer
dapat mempengaruhi jumlah pajak yang dibayarkan oleh unit mereka, maka mereka harus dinilai berdasarkan
penghasilan unit setelah pajak dan pos-pos yang jelas tidak dipengaruhi harus dieliminasi, contohnya adalah
seperti fluktuasi dalam nilai tukar mata uang.
Analisi varians merupakan hal yang penting dalam mengevaluasi kinerja manajemen. Tetapi sistem
analisis varians yang paling baikpun masih tetap membutuhkan unsur penilaian, dan salah satu cara untuk
membuat penilaian ini dapat diandalkan adalah dengan mengeliminasi semua pos dimana manajer tidak
memiliki pengaruh.
BAB VI
Pusat Laba
Pusat Laba adalah pusat pertanggung jawaban yang menandingkan input (expense) dengan output
(revenue) dalam satuan moneter. Kinerja manajer dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan. Contoh BUMN dan
BUMD
A. Pembagian menurut divisi
1. Pengertian Divisionalisasi
Divisionalisasi adalah kegiatan fungsional yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja dalam lingkup satu
organisasi sendiri. Misal unit pemasaran, manufaktur.
2. Tujuan Divisionalisasi
Divisionalisasi bertujuan mendelesikan otorisasi kerja yang lebih besar kepada para manajer
operasional diharapkan wewenang pengambilan keputusan mengenai pertimbangan besarnya pandapatan
dan beaya didalam unit kerja dapat didelegasikan hingga tingkat bawah. Contoh:
a. Manajer yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
Ia akan lebih termotivasi jika memiliki wewenang untuk mengatur dan menetapkan berapa besar
biaya promosi penjualan yang harus ia keluarkan agar dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang optimal
b. Manajer yang bertanggung jawab atas biaya operasionalnnya saja
Ia akan mau mengorbankan ingkat kualitas produknya demi menjaga prestasi biaya operasionalnya.
c. Manajer yang bertanggung jawab atas tingkat keuntungan
Ia akan termotivasi untuk menyeimbangkan peningkatan biaya operasionalnya dengan
meningkatkan kontribusi bagiannya dalam hal peningkatan penjualan. Kemampuan pengukuran prestasi kerja
dengan tingkat keuntungan yang dihasilkan memungkinkan pendelegasian pertanggungjaeaban terkendali.
3. Pertimbangan umum organisasi
a. Setiap perusahaan dapat diorganisasikan kedalam unit kerja organisasi fungsional pada tingkat
tertentu.
b. Perbedaan organisasi fungsional dan divisional dapat dilakukan melalui perjanjian
c. Otorisasi penuh untuk menghadilkan keuntungan tidak pernah didelegasikan kepada suatu
segmen dari usaha.
4. Delegasi Wewenang
Ada beberapa pengecualian terhadap patokan umum tersebut, seperti beberapa keputusan yang
begitu penting sehingga mau tidak mau memerlukan pemeriksaan pihak atasannya. Pihak atasannya dirasa
mampu menangani masalah meskipun tidak memiliki informasi tambahan. Namun sebagai patokan umum
pertanggungjawaban dapat didelegasikan kebawah sejauh informasi yang relevan tersedia.
Beberapa keuntungan yang diproleh, antara lain :
a. Pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat oleh pihak yang lebih dekat aktivitas tersebut
dibandingkan dengan pengambilan keputusan oleh manager yang lebih tinggi yang tidak terlibat secara
langsung dengan kegiatan itu.
b. Banyak informasi yang khas tentang suatu aktivitas tertentu yang hanya diketahui oleh pihak
dekat dengan aktivitas tersebut.
c. Setiap pengambilan keputusan tidak dilakukan atas dasar analisis data yang tepat dikarenakan
data tidak tersedia.
Keuntungan Ke-2 dan Ke-3 di atas dirasa sangat terasa manfaatnya jika unit kerja beroperasi pada
suatu lingkungan kebudayaan yang berbeda, misalnya untuk cabang di luar negeri.
Ada 2 Kondisi yang harus diusahakan sebelum keputusan didelegasikan dengan aman kepada
manajer yang lebih rendah :
a. Manajer harus memiliki seluruh jenis informasi relevan yang tersedia
b. Ada cara untuk mengukur tingkat efektivitas pengambilan keputusan mereka..
Kedua kondisi tersebut.di atas merupakan pembatas dalam usaha pendelegasian wewenang untuk
pertanggungjawaban laba. Dan bila kedua kondisi tersebut tidak dapat dipenuhi, maka usaha pendelegasian
wewenang terhadap pusat pertanggungjawaban tidak aman dan berakibat semakin tingginya sifat sentralisasi
dalam hal pengambilan keputusan. Oleh karena itu, diperlakukan sampai sejauh mana struktur organisasi
kedua pra kondisi diatas dapat diadakan.
5. Keuntungan Divisionalisasi
a. Kecepatan pengambilan keputusan operasional dapat ditingkatkan karena banyak keputusan yang
sampai terlebih dahulu kepada pihak atasan untuk memperoleh pertimbangannya.
b. Kualitas kebanyakan keputusan dapat lebih ditingkatkan lagi karena keputusan langsung dibuat
oleh pihak yang kenal dengan situasi dan kondisi lingkungan.
c. Pihak manajemen di kantor pusat akan terbebas dari dari tugas pengambilan keputusan sehari-
hari dan dapat menkonsentrasiakan kegiatan mereka untuk aktivitas yang lebih tinggi.
d. Kesadaran akan laba ( profit consciousness ) akan dapat ditingkatkan.
e. Aspek pengukuran prestasi kerja lebih diperluas. Tingkat kemampuan labaan merupakan cara
yang lebih komprehensif dibandingkan dengan cara pengukuran prestasi biaya dan prestasi pendapatan yang
dilakukan sendiri-sendiri. Cara ini digunakan untuk mengukur seberapa baik aksi yang telah diambil oleh pihak
manajemen yang mempunyai pengaruh langsung terhadap aspek pendapatan dan aspek biaya.
f. Manajer lini tidak terlampau dibatasi oleh ketentuan yang terlampau ketat dari pihak atasan akan
lebih bebas menggunakan inisiatif dan imajinasinya.
g. Divisi sebagai arena pelatihan manajer dan organisasi independent dalam skala yang lebih kecil .
para manajer dilatih untuk mengelola seluruh kegiatan fungsional. Bersamaan dengan itu, pihak manajemen
puncak dapat menggunakan hal tersebut sebagai sarana mengevaluasi potensi para manajer tersebut untuk
kemungkinan promosi kepada jenjang yang lebih tinggi.
h. Apabila perusahaan dapat menerapkan strategi diversifikasi usaha, maka system divisonslisasi ini
dapat digunakan untuk pengkhususan bakat dan pengalaman situasi.
i. Divisionalisasi dapat dipakai pihak manajemen puncak untuk mengetahui informasi yang
menyeluruh tentang komposisi komponen laba dari perusahaannya secara menyeluruh.
6. Kesulitan – kesulitan dalam penerapan divisional
a. Berkurangnya beberapa macam pengendalian
Harus lebih mengandalkan pertimbangan-pertimbangan
b. Dibutuhkan seorang manajer yang cakap
Orang-orang yang cakap sukar didapat karena langkanya peluang untuk mengembangkan
suatu kemampuan dalam bidang manajemen.
c. Kompetisi antara satu divisi dengan divisi yang lain
Peningkatan keuntungan berakibat kerugian pada divisi lain sehingga muncul persaingan
tidak sehat.
d. Suasana perpecahan meningkat
Akan timbul banyak pertentangan mengenai harga transfer yang memadai, pengalokasian
biaya=biaya umum dan hasil pendapatan yang dilaksakan secara bersama-sama oleh dua atau lebih divisi.
e. Terdapat kecenderungan yang seolah-olah lebih mementingkan keuntungan dalam jangka pendek
dengan mengorbankan keuntungan jangka panjang. Karena ingin memperlihatkan prestasi laba secepatnya,
maka manajer divisi cenderung mengerjakan seadanya program-program penelitian dan pengembangan,
program pelatihan ataupun perawatan.
f. Tidak ada sistem yang memuaskan yang dapat memastikan bahwa setiap divisi secara optimal
mrndapatkan keuntungan.
g. Kualitas dari beberapa keputusan berkurang karena kemampuan yang lebih dan informasi yang
komprehensif dibandingkan dengan kemampuan rata-rata manajer divisi.
h. Mengakibatkan tambahan biaya karena adanya tambahan tenaga manajemen dan staf
7. Kendala-kendala dalam wewenang divisi
Para manajer divisional harus dapat melaksanakan control terhadap factor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat keuntungan, maka mereka harus memiliki otonomi seperti yang dimiliki seorang
pemimpin suatu organisasi yang independen. Namun dalam kenyatraannya tingkat otonomi tersebut tidaklah
mungkin. Apabila suatu perusahaan secara sempurna dibagi dalam unit-unit independent, maka perusahaaan
tersebut harus melepaskan manfaat efek sinergi dari adanya unit-unit fungsional tersebut. Demikian pula
otoritas yang telah diberikan oleh dewan Direksi kepada pimpinan Eksekutif harus sedikit dikorbankan.
Kendala-kendala dalam wewenang divisi berasal dari ;
a. Divisi Lain
Salah satu masalah yang berkaitan dengan usaha penerapan system divisi ini timbul jika divisi
tersebut harus berhuungan dengan divisi lain. Oleh karena itu para manajer divisi harus melakukan upaya
pengendalian terhadap 3 tipe keputusan berikut :
- Keputusan-keputusan tentang produk
- Keputusan-keputusan tentang masalah pengadaan atau pembuatan barang atau jasa
- Keputusan-keputusan tentang pemasaran
Dan apabil;a ktiga macam keputusan tersebut telah dilaksanakan biasanya tidak ada kesulitan dalam
usaha pelaksanaan tanggung jawab keuntungan dan pengukuran prestasi kerja.
b. Manajemen Perusahaan
- Hambatan yang berasal dari pertimbangan-pertimbangan strategis perusahaan yang biasanya
berhubungan dengan keputusan keuangan
- Hambatan karena adanya kebutuhan keseragaman
- Hambatan yang berasal dari pertimbangan-pertimbangan nilai ekonomis dari system sentralisasi
8. Sejarah perkembangan penerapan divisionalisasi
Tiga kategor i umum dalam perusahaan yang menerapkan sistem divisi
1. Mereka yang termasuk dalam kelompok diversifikasi perusahaan
2. Suatu kelompok industri tertentu yang merupakan industry penghasil dari berbagai macam jenis
produk,
3. Kelompok-kelompok perusahaan yang tergabung dalam suatu perusahaan integrasi yang besar
dengan memenuhi satu lini produk yang pokok. Apabila jenis-jenis perusahaan termasuk kategori yang ketiga
ini divisionalisasikan, maka pendelegasian wewenangnya biasanya lebih terbatas lagi jika dibandingkan dengan
dua kategori perusahaan yang lainnya. Meskipun demikian, tentu ada bentuk-bentuk perusahaan yang tidak
tepat betul dalam salah satu pengelompokkan tersebut diatas akan tetapi dapat juga melaksanakan
pembagian pusat-pusat keuntungan dengan berhasil.
9. Beberapa pertimbangan dalam penerapan divisionalisasi
1. Masalah personalia
Divisi-divisi dalam suatu perusahaan seringkali membutuhkan tenaga personalia yang mungkin tidak
bisa kita dapatkan dalam perusahaan kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus mencari dari luar perusahaan.
Ada 3 jenis personil yang dibutuhkan :
a. Manajer senior harus dapat mempergunakan laporan-laporan manajemen dalam bidang
perencanaan, pengendalian dan mempercepat proses koordinasi.
b. Perusahaan-perusahaan memerlukan tenaga manajer yang cakap, mempunyai pandangan luas
untuk dapat mempertanggung jawabkan kegiatan operasional divisinya masing-masing.
c. Perusahaan menganut system divisionalisasi juga memerlukan tenaga analis dan anggaran yang
cakap pula dalam tingkatan staf pusat maupun tenaga pada level divisinya masing-masing
2. Satu kegiatan utama
Jika perusahaan menjalankan system divisionalisasi yang mempunyai aktivitas utama maka
disangsikan pertanggung jawaban kegiatan ini tidak dapat didelegasikan kepada manajer divisi dengan baik.
Dan jika desentralisasi pertanggung jawaban keuntungan ini dilaksanakan maka usaha desentralisasi ini hanya
akan berakibat pada pemusatan masalah-masalah pengendalian dan pengaturan masalah komunikasi saja
3. Beberapa kegiatan utama yang serupa
Usaha desentralisasi kelihatannya paling cocok untuk perusahaan yang komposisinya terdiri dari
beberapa aktivitas jenis usaha yang hamper sama. Pihak pimpinan puncak biasanya kurang mengenal masing-
masing kegiatan divisi-divisi, oleh karena itu dirasa kurang tepat untuk mendelegasikan tanggung jawab dalam
mengambil keputusan sehari-hari kepada pihak-pihak yang lebih memahami situasi secara lebih baik. Akan
tetapi, di pihak lain oleh karena jenis usahanya hamper sama, maka untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu
dirasakan lebih bermanfaat untuk menggunakan tenaga kelompok untuk melakukan kegiatan pengambilan
keputusan operasional sehari-hari secara kelompok.
4. Tanggung jawab yang tidak dapat dipisah-pisahkan
Kita harus dapat menetapkan secara terperinci proses laba atau keuntungan dihasilkan oleh pusat-
pusat kegiatan operasional yang disusun secara logis. Adanya permasalahan-permasalahan yang serius dalam
hal penetapan harga transfer kadang-kadang menunjukkan kepada kita tentang fakta bahwa pertanggung
jawaban keuntungan itu tidak dapat secara pasti dipisah-pisahkan.
10. Alternatif-alternatif untuk penerapan divisional :
Ada 4 alternatif yang dapat dilakukan secara tidak drastis dengan biaya yang lebih murah :
1. Pemisahan pertanggungjawaban eksekutif.
Salah satu cara untuk mengurangi beban para eksekutif dengan mengadakan
pemisahan/pembagian pertanggungjawaban diantara para eksekutif.
Ex : Pemisahan pertanggungjawaban antara yang menangani masalah jangka panjang dan yang
khusus menangani masalah manajemen saehari-hari.
2. Desentralisasi pertanggungjawaban fungsional.
Salah satu cara untuk mengurangi beban terhadap penggunaan waktu manajemen puncak. Pihak
pimpinan puncak dapat memilih salah satu kegiatan fungsional yang memiliki staf yang cakap/memilih
seseorang yang tidak begitu menentukan terhadap kesuksesan perusahaan.
Ex : Presiden Direktur dapat mendelegasikan urusan produksi pada salah satu wakilnya.
3. Memperkuat tenaga staf.
Penyebab dari timbulnya permasalahan dalam suatu perusahaan adalah kurang
mencukupinya tenaga bantuan staf yang ada, tetapi hal ini tidak dapat terpecahkan karena suatu perusahaan
menerapkan sistem divisi. Padahal cara penerapan divisi akan sangat mahal biayanya jika digantikan dengan
pengadaan tenaga staf yang cukup.
4. Desentralisasi aktivitas-aktivitas biasa.
Apabila suatu perusahaan mempunyai beberapa kegiatan kecil yang tidak berkaitan langsung
dengan kegiatan utama, maka untuk kegiatan-kegiatan kecil tersebut dapat dijadikan suatu pusat laba
dibawah pengendalian eksekutif dikantor pusat. Cara pengendaliannya : pengawasan ataupun obsevasi pribadi
dengan mengkomunikasikan langsung dengan General Manager dan pelaksanaan laporan pembukuan.
Latihan
1. Jelaskan yang dimaksud dengan pusat laba!
2. Jelaskan kondisi yang harus diusahakan sebelum keputusan didelegasikan dengan aman kepada
manajer yang lebih rendah!
3. Jelaskan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila perusahaan menerapkan struktur
organisasi divisional!
4. Jelaskan beberapa pertimbangan apabila perusahaan hendak menerapkan struktur organisasi
divisional!
5. Apakah yang dimaksud dengan pusat laba semu?
6. Berilah contoh pusat laba semu!
7. Bagaimanakah perusahaan mengukur kinerja pusat laba?
Mata Kuliah
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Materi:
PENENTUAN HARGA TRANSFER
(TRANSFER PRICING)
Fakultas/Jurusan
EKONOMI / AKUNTANSI
Penyusun:
SABARUDIN MUSLIM
Pemikiran organisasi modern berorientasi kepada desentralisasi. Salah satu tantangan utama
dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi adalah merancang suatu metode akuntansi yang
memuaskan untuk transfer barang dan jasa dari pusat laba yang satu ke yang lain dalam perusahaan yang
memiliki jumlah cukup signifikan atas transaksi jenis ini.
Merancang sistem penentuan harga transfer merupakan kunci pengendalian manajemen bagi
sebagian besar perusahaan.
Metode Penentuan Harga Transfer
Beberapa penulis menggunakan istilah "harga transfer" sebagai jumlah yang digunakan dalam
akuntansi untuk semua transfer barang dan jasa di antara pusat-pusat tanggung jawab. Kami menggunakan
definisi yang lebih sempit dan membatasi istilah "harga transfer" menjadi: nilai yang diberikan kepada suatu
transfer barang dan jasa dalam suatu transaksi di mana setidaknya ada satu pusat laba yang terlibat di
dalamnya. Harga semacam itu biasanya melibatkan suatu elemen laba karena sebuah perusahaan yang
independen tidak akan mentransfer barang dan jasa ke perusahaan independen yang lain sebesar biaya
produksi atau lebih rendah dari itu. Karena itu, kami akan mengeluarkan unsur mekanik untuk mengalokasikan
biaya dalam sistem akuntansi biaya; biaya-biaya semacam ini tidak termasuk dalam elernen laba. Istilah
"harga" yang digunakan di sini memiliki arti sama dengan yang digunakan hubungan dengan transaksi di an
tara perusahaan-perusahaan independen.
Prinsip Dasar
Permasalahan penentuan harga transfer sebenamya merupakan penentuan harga Pada
umumnya, dengan sedikit modifikasi untuk disesuaikan dengan faktor-faktor tertentu yang unik kepada
transaksi-transaksi internal. Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer harus sama dengan harga yang
dipatok seandainya produk tersebut terjual kepada konsurnen luar atau dibeli dari pernasok luar.
Melaksanakan prinsip ini merupakan hal yang sulit karena adanya fakta bahwa terdapat pertentangan
pandangan dalam menentukan harga penjualan untuk pihak luar. Pandangan ekonomi klasik menyatakan
bahwa harga penjualan harus sama dengan biaya marginal, dan beberapa pengarang menyarankan harga
transfer yang berdasarkan biaya marginal. Hal ini tidak realistis. Beberapa perusahaan menjalankan kebijakan
serupa dalilffi menentukan harga penjualan dan harga transfer.
Ketika suatu pusat laba Pada sebuah perusahaan membeli produk, dan menjualnya kepada, satu
sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah:
1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari
pemasok luar? Hal ini merupakan sourcing decision.
2. Jika diproduksi sendiri, Pada tingkat harga berapakah produk tersebut ditransfer di antara
pusat-pusat laba? Hal ini merupakan transfer price decision.
Situasi Ideal
Harga transfer yang berdasarkan harga pasar akan menghasilkan kesamaan tujuan jika kondisi-
kondisi di bawah ini terpenuhi. Dalam praktiknya, kondisi-kondisi tersebut sangat jarang terpenuhi. Meskipun
demikian, hal ini untuk menyarankan cara kita memandang suatu situasi untuk melihal perubahan-perubahan
apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan mekanisme dari penentuan harga transfer.
Orang-orang Kompeten. ldealnya, para manajer harus memperhalikan kinerja jangka panjang dari
pusat-pusat tanggung jawab mereka, sama seperti dalam jangka pendeknya, Staf yang terlibat dalam negosiasi
dan arbitrage suatu harga transfer juga harus kompeten.
Atmosfer yang Baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas-yang diukur dari laporan laba
rugi-sebagai tujuan yang penting dan suatu pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka.
Mereka juga harus dapat menerima bahwa harga transfer tersebut akurat.
Suatu Harga Pasar. Harga transfer yang ideal harus berdasarkan harga pasar normal dan wajar
dari produk identik yang ditransfer-maksudnya, harga pasar yang mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas,
waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk yang diberi harga transfer. Harga pasar tersebut dapat
diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan. Sebagai contoh, tidak
akan ada beban piutang tak tertagih (bad debt expense), dan biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil ketika
produk tersebut ditransfer dari satu unit bisnis ke yang lain ya yang ada di dalam perusahaan. Meskipun
kurang ideal, harga pasar dari produk yang mirip, bukan identik, akan lebih baik daripada tidak ada harga pasar
sama sekali.
Kebebasan Memperoleh Sumber Daya. Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada,
dan para manajer harus diberi wewenang untuk memilih mana yang paling baik untuk mereka. Manajer
pembelian harus bebas membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas menjual kepada pihak
luar. Dalam keadaan seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan hak kepada setiap
manajer Pada setiap pusat laba untuk berurusan dengan pihak dalam atau luar perusahaan sesuai dengan
penilaian mereka masing-masing. Kemudian pasar akan membentuk suatu harga transfer. Keputusan untuk
berurusan dengan pihak dalam atau luar perusahaan juga dibuat oleh pasar. Jika para pembeli tidak
mendapatkan kepuasan dari pihak dalam perusahaan, mereka bebas untuk membeli dari luar perusahaan.
Metode tersebut merupakan metode yang optimal jika pusat laba penjual dapat menjual seluruh
produknya baik ke dalam maupun luar perusahaan dan jika pusat laba pembelian juga dapat mendapatkan
bahan bakunya baik dari dalam maupun luar perusahaan. Harga pasar tersebut mencerminkan opportunity
cost bagi penjual yang menjual produknya ke dalam perusahaan. Hal ini karena jika produk tersebut tidak
dijual ke pihak perusahaan, maka akan dijual ke luar perusahaan. Dengan demikian, dari sudut pandang
perusahaan, biaya relevan untuk produk tersebut adalah harga pasarnya karena merupakan uang kas yang
digunakan untuk menjual ke pihak dalam perusahaan. Harga transfernya mencerminkan opportunity cost bagi
perusahaan.
Informasi Penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, biaya dan
pendapatan yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar dalam melakukan negosiasi atas
"kontrak" di antara unit-unit usaha.
Jika semua kondisi di atas terpenuhi, maka sistem harga transfer yang berdasarkan harga pasar
dapat menghasilkan kesamaan tujuan, dan tidak membutuh-kan administrasi pusat. Pada subbagian
berikutnya, kita akan melihal situasi-situasi di mana tidak semua kondisi tersebut terpenuhi.
Jika transfer produk A dalarn beberapa bulan diharapkan berjumlah 5.000 unit, rnaka dengan
rnetode dua langkah Unit Y harus rnernbayar biaya variabel sebesar $25.000 (5.000 unit x $5 per unit),
ditarnbah $30.000 untuk biaya tetap dan laba - total keseluruhan sebesar $55.000. lni rnerupakan jumlah yang
sama dengan yang harus dibayar oleh Unit X jika harga transfemya sebesar $11 per unit (5.000 x $11 =
$55.000). Jika transfer pada bulan yang lain jumlahnya lebih kecil - katakanlah 4.000 unit Unit Y harus
rnernbayar sebesar $50.000 ([4.000 x $5] + $30.000) dengan rnenggunakan rnetode dua langkah,
dibandingkan dengan $44.000 yang harus dibayamya jika besar harga transfemya $11 per unit (4.000 x $11).
Selisihnya rnerupakan penalti karena rnenggunakan sebagian kapasitas Unit X. Sebaliknya, Unit Y harus
rnernbayar lebih rendah dengan rnetode dua langkah jika transfemya lebih dari 5.000 unit dalarn bulan yang
sama. Hal ini rnencerrninkan penghernatan bagi Unit X karena ia dapat rnernproduksi unittarnbahan tanpa
rnenirnbulkan tarnbahan biaya tetap.
GAMBAR 5-2 Penentuan Harga Dua Langkah: Situasi yang Diasumsikan
Unit Usaha X (produsen) Produk A
Perkiraan penjualan bulanan ke Unit Usaha Y 5.000 unit
Biaya variabel per unit $5
Biaya tetap bulanan yang dialokasikan ke produk 20.000
Investasi dalam modal kerja dan fasilitas 1.200.000
RDI kompetitif per tahun 10%
Satu cara untuk mentransler produk A ke Unit Usaha Y adalah pada harga per unit, yang dihitung
dengan cara berikut ini:
Harga Transfer untuk Produk A
Biaya variabel per unit $5
Ditambah biaya tetap per unit 4
Ditambah Iaba per unit 2
Harga transfer per unit $11
$. 10% dari investasi bulanan per unit = [($1.200.000/12) x 0,10] / 5.000
Perhalikanlah bahwa dengan rnetode dua langkah, biaya variabel perusahaan untuk produk A
identik dengan biaya variabel Unit Y untuk produk ini, dan Unit Y akan rnernbuat keputusan pernasaran jangka
pendek yang tepat. Unit Y juga merniliki inforrnasi atas biaya tetap dan laba upstream yang berhubungan
dengan produk A, dan ia dapat rnenggunakan data-data tersebut untuk keputusan jangka panjang.
Perhitungan biaya tetap dalarn rnetode penentuan harga dua langkah adalah berdasarkan
kapasitas yang tersedia untuk rnernproduksi produk A yang dijual kepada Unit Y. lnvestasi yang tercerrnin dari
kapasitas tersebut dialokasikan ke produk A. Tingkat pengernbalian investasi (return on investment/ROl) yang
dihasilkan Unit X dari produk kornpetitif (dan jika mungkin, dapat dibandingkan) dihitung dan dikalikan dengan
investasi yang ditujukan untuk produk tersebut.
Oalarn contoh di atas, kita telah rnenghitung penyisihan laba sebagai jumlah yang tetap setiap
bulannya. Oalarn kondisi tertentu, akan lebih tepat jika kita rnembagi investasi ke dalarn kornponen variabel
(rnisal piutang dan persediaan) dan tetap (misal pabrik). Kemudian, penyisihan laba yang berdasarkan tingkat
pengembalian aset variabel (return on variable assets) akan ditambahkan ke biaya variabel standar untuk
setiap unit yang terjual.
Di bawah ini merupakan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan metode
penentuan harga dua langkah (two-step pricing method);
* Pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan secara berkala dan
akan tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit pembeli.
* Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi dan biaya. Dalam
beberapa situasi, mengalokasikan biaya dan aset kepada produk secara individual tidaklah sulit. Dalam
berbagai peristiwa, perkiraan keakuratan cukup memadai. Permasalahan utamanya bukan Pada teknik
pengalokasian; melainkan Pada keputusan jumlah kapasitas yang akan disediakan untuk berbagai produk.
Lebih jauh lagi, jika kapasitas yang disediakan untuk berbagai jenis produk dijual kepada unit usaha yang sama,
maka tidak perlu lagi mengalokasikan biaya tetap dan investasi kepada produk individual dalam kelompok
tersebut.
* Dengan sistem penentuan harga ini, kinerja laba dari unit produksi tidak dipengaruhi volume
penjualan dari unit yang terakhir. Hal ini memecahkan masalah yang muncul ketika usaha pemasaran oleh unit
usaha yang lain mempengaruhi kinerja laba dari unit produksi murni.
* Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan kepentingan perusahaan.
Jika kapasitas terbatas, unit produksi dapat meningkatkan laba dengan menggunakan kapasitasnya untuk
memproduksi bagian untuk dijual kepada pihak luar, jika hal tersebut menguntungkan. (Kelemahan ini diatasi
dengan menentukan bahwa unit pemasaran memiliki prioritas utama dalam menggunakan kapasitas tersebut).
* Metode ini mirip dengan penentuan harga "take or pay" yang sering digunakan oleh perusahaan-
perusahaan sarana umum, saluran pipa, dan batubara, dan dalam kontrak jangka panjang.
Pembagian Laba. Jika sistem penentuan harga dua langkah yang baru saja diperlihalkan tidak
feasible, sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan untuk memastikan kesamaan antara
kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem tersebut beroperasi dengan cara sebagai berikut:
1. Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran Pada biaya variabel standar.
2. Setelah produk tersebut terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan, di mana
perhitungannya adalah harga penjualan dikurangi biaya variabel produksi dan pemasaran.
Metode penentuan harga ini tepat digunakan jika permintaan produk yang dihasilkan tidak cukup
untuk menjamin pengalokasian fasilitas secara permanen, seperti dalam metode dua langkah. Pada umumnya,
metode ini benar-benar membuat kepentingan unit pemasaran menjadi sama dengan kepentingan
perusahaan.
Melaksanakan sistem pembagian laba semacam ini akan menimbulkan beberapa masalah teknis.
Pertama, mungkin saja terdapat argumen-argumen mengenai cara pembagian kontribusi di an tara dua pusat
laba, dan manajemen senior akan turun tangan untuk menangani masalah ini. Hal ini membuang biaya, waktu
dan bekerja secara berlawanan dengan alasan dasar dari desentralisasi, yaitu otonomi para manajer unit
usaha. Kedua, membagi rata laba di antara pusat laba tidak memberikan informasi yang tepat mengenai
profitabilitas masing-masing pusat laba. Ketiga, karena kontribusi yang ada tidak akan dialokasikan sampai
penjualan selesai dilakukan, maka kontribusi unit produksi tergantung pada kemampuan unit pemasaran
untuk menjual seharga harga penjualan aktual. Unit produksi mungkin merasa diperlakukan dengan tidak adil
dalam situasi ini.
Dua Bentuk Harga. Dalam metode ini, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada saat harga
jual di luar dan unit pembelian dibebankan biaya sebesar total biaya standar. Selisihnya dibebankan ke dalam
akun kantor pusat dan tereliminasi ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasikan. Metode penentuan
harga transfer ini terkadang digunakan ketika ada konflik di antara unit-unit pembelian dan penjualan yang
tidak dapat dipecahkan oleh metode yang lain. Unit pembelian dan penjualan memperoleh manfaat dari
metode ini.
Meskipun demikian, ada beberapa kelemahan dari sistem yang menggunakan dua bentuk harga.
Pertama, jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara keseluruhan. Pihak manajemen
senior harus menyadari situasi ini ketika mereka menyetujui anggaran untuk unit-unit usahanya dan harus
mengadakan evaluasi secara berkala atas kinerja dari anggaran tersebut. Kedua, sistem ini menciptakan suatu
ilusi bahwa unit usaha akan menghasilkan liang, sementara pada kenyataannya perusahaan secara
keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke kantor pusat. Ketiga, sistem ini dapat memicu unit usaha
hanya berkonsentrasi pada transfer internal di mana mereka terpana pada markup yang bagus pada biaya
penjualan ke luar. Keempat, terdapat tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor
pusat setiap kali ada transfer dan kemudian mengeliminasi akun ini ketika laporan keuangan unit usaha
dikonsolidasi. Kelima, fakta bahwa ada konflik di antara unif:unit bisnis akan membuat sistem ini terlihal
lemah. Kadang-kadang konflik Pada harga transfer menandakan permasalahan di dalam struktur organisasi
atau dalam sistem manajemen. Dengan metode dua bentuk harga, konflik-konflik ini dapat dikurangi sehingga
tidak menghadapkan manajemen senior pada permasalahan seperti ini.
Sourcing untuk produk Kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari manajemen pusat. Sourcing
untuk produk Kelas II ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat. Unit-unit pembelian dan penjualan dapat
dengan bebas bertransaksi dengan pihak dalam ataupun luar perusahaan.
Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada sourcing dan
pricing atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar. Peraturan untuk harga transfer akan dibuat
dengan menggunakan berbagai metode yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
- 19 -
MODUL 6
PENENTUAN HARGA TRANSFER
(TRANSFER PRICING)
Arti Sempit:
adalah harga perpindahan barang atau jasa antara dua pusat laba atau lebih.
Arti Luas:
adalah harga perpindahan barang atau jasa yang dipertukarkan antar unit-unit atau antar pusat
pertanggungnjawaban dalam suatu organisasi.
Prinsip Dasar
Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer harus sama dengan harga yang dipatok seandainya
produk tersebut terjual kepada konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.
Ketika suatu pusat laba pada sebuah perusahaan membeli produk, dan menjualnya kepada, satu
sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah :
1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok
luar ? Hal ini memrupakan sourcing decision.
2. Jika diproduksi sendiri, pada tingkat harga berapakah produk tersebut ditransfer diantara pusat-
pusat laba ? Hal ini merupakan transfer price decision.
Idealnya, harga transfer harus mengestimasikan harga normal pasar di luar, dengan penyesuaian
untuk biaya yang tidak terjadi di dalam perusahaan. Bahkan ketika sourcing decision mengalami hambatan,
harga pasar merupakan harga transfer yang paling baik.
Situasi Ideal
Harga transfer yang berdasarkan harga pasar akan menghasilkan kesamaan tujuan, dan tidak
membutuhkan administrasi pusat jika kondisi-kondisi dibawah ini terpenuhi :
* Orang-orang kompeten. Idealnya, para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari
pusat-pusat tanggung jawab mereka, sama seperti dalam jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi
dan arbitrase suatu harga transfer juga harus kompeten.
* Atmosfer yang baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas – yang diukur dari laporan laba
rugi – sebagai tujuan yang penting dan suatu pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka.
Mereka juga harus dapat menerima bahwa harga transfer tersebut akurat.
* Suatu harga pasar. Harga transfer yang ideal harus berdasarkan harga pasar normal dan wajar dari
produk identik yang ditransfer – maksudnya, harga pasar yang mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas,
waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk yang diberi harga transfer. Harga transfer tersebut dapat
diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan.
* Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada,
dan para manajer harus diberi wewenang untuk memilih mana yang paling baik untuk mereka.
* Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, biaya dan
pendapatan yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
* Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancer dalam melakukan negosiasi atas
“kontrak” diantara unit-unit usaha.
Basis biaya.
Basis yang umum adalah biaya standar. Biaya actual tidak boleh digunakan karena factor inefisiensi
produksi akan terlewatkan bagi pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan
suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan meningkatkan standar tersebut.
Markup laba.
Dalam menghitung markup laba, juga terdapat dua keputusan :
1) Apa basis markup laba tersebut,
Basis yang paling mudah digunakan adalah persentase biaya.
Basis yang secara konsep lebih baik adalah persentase investasi, tetapi
menghitung investasi untuk diaplikasikan kepada setiap produk yang dihasilkan
dapat menyebabkan permasalahan teknis.
2) Tingkat laba yang diperbolehkan.
Problem yang kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen
senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkannya.
Konsekuensi, kemungkinan penyisihan laba harus dapat memperkirakan tingkat pengembalian (rate of return)
yang akan dihasilkan seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independent yang menjual
produknya kepada konsumen luar.
Solusi konseptual adalah dengan membuat penyisihan laba yang berdasarkan investasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi tersebut dihitung
pada level “standar”, dengan asset dan persediaan pada tingkat biaya penggantian (replacement cost).
* Klasifikasi Produk
Luas dan formalitas dari sourcing dan peraturan penentuan harga transfer tergantung pada
banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar dan harga pasar. Makin besar jumlah
transfer dan ketersediaan harga pasar, makin formal dan spesifik peratutran yang ada.
Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas :
Sourcing untuk produk kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari manajemen pusat.
Sourcing untuk produk kelas II ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat.
Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada sourcing dan pricing
atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar.
Materi Perkuliahan:
1. Pengertian dan tujuan harga transfer
2. Metode Harga Transfer
3. Penetapan harga service dari kantor pusat
4. Administrasi harga transfer
Arti Sempit:
adalah harga perpindahan barang atau jasa antara dua pusat laba atau lebih.
Arti Luas:
adalah harga perpindahan barang atau jasa yang dipertukarkan antar unit-unit atau antar pusat
pertanggungnjawaban dalam suatu organisasi.
Prinsip Dasar
Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer harus sama dengan harga yang dipatok seandainya
produk tersebut terjual kepada konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.
Ketika suatu pusat laba pada sebuah perusahaan membeli produk, dan menjualnya kepada, satu
sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah :
1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok
luar ? Hal ini memrupakan sourcing decision.
2. Jika diproduksi sendiri, pada tingkat harga berapakah produk tersebut ditransfer diantara pusat-
pusat laba ? Hal ini merupakan transfer price decision.
Idealnya, harga transfer harus mengestimasikan harga normal pasar di luar, dengan penyesuaian
untuk biaya yang tidak terjadi di dalam perusahaan. Bahkan ketika sourcing decision mengalami hambatan,
harga pasar merupakan harga transfer yang paling baik.
Situasi Ideal
Harga transfer yang berdasarkan harga pasar akan menghasilkan kesamaan tujuan, dan tidak
membutuhkan administrasi pusat jika kondisi-kondisi dibawah ini terpenuhi :
* Orang-orang kompeten. Idealnya, para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari
pusat-pusat tanggung jawab mereka, sama seperti dalam jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi
dan arbitrase suatu harga transfer juga harus kompeten.
* Atmosfer yang baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas – yang diukur dari laporan laba
rugi – sebagai tujuan yang penting dan suatu pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka.
Mereka juga harus dapat menerima bahwa harga transfer tersebut akurat.
* Suatu harga pasar. Harga transfer yang ideal harus berdasarkan harga pasar normal dan wajar dari
produk identik yang ditransfer – maksudnya, harga pasar yang mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas,
waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk yang diberi harga transfer. Harga transfer tersebut dapat
diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan.
* Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada,
dan para manajer harus diberi wewenang untuk memilih mana yang paling baik untuk mereka.
* Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, biaya dan
pendapatan yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
* Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancer dalam melakukan negosiasi atas
“kontrak” diantara unit-unit usaha.
Hambatan-hambatan Dalam Perolehan Sumber Daya
Idealnya seorang manajer pembelian bebas mengambil keputusan sourcing. Demikian halnya
dengan manajer penjualan, ia harus bebas untuk menjual produknya ke pasar yang paling menguntungkan.
Akibat-akibat yang terjadi jika para manajer pusat laba tidak memiliki kebebasan dalam mengambil
keputusan sourcing :
Dasar biaya.
Basis yang umum adalah biaya standar. Biaya actual tidak boleh digunakan karena factor inefisiensi
produksi akan terlewatkan bagi pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan
suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan meningkatkan standar tersebut.
Markup laba.
Dalam menghitung markup laba, juga terdapat dua keputusan :
1) Apa basis markup laba tersebut,
Basis yang paling mudah digunakan adalah persentase biaya.
Basis yang secara konsep lebih baik adalah persentase investasi, tetapi
menghitung investasi untuk diaplikasikan kepada setiap produk yang dihasilkan
dapat menyebabkan permasalahan teknis.
2) Tingkat laba yang diperbolehkan.
Problem yang kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen
senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkannya.
Konsekuensi, kemungkinan penyisihan laba harus dapat memperkirakan tingkat pengembalian (rate of return)
yang akan dihasilkan seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independent yang menjual
produknya kepada konsumen luar.
Solusi konseptual adalah dengan membuat penyisihan laba yang berdasarkan investasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi tersebut dihitung
pada level “standar”, dengan asset dan persediaan pada tingkat biaya penggantian (replacement cost).
Teori kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variable standar ditambah porsi yang
cukup memadai atas biaya tetap standar – yaitu biaya penuh (full cost).
Teori ketiga menyarankan suatu harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya penuh standar
(standard full cost) ditambah dengan margin labanya.
* Klasifikasi Produk
Luas dan formalitas dari sourcing dan peraturan penentuan harga transfer tergantung pada
banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar dan harga pasar. Makin besar jumlah
transfer dan ketersediaan harga pasar, makin formal dan spesifik peratutran yang ada.
Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas :
* Kelas I meliputi seluruh produk untuk mana manajemen senior ingin mengendalikan perolehan
sumber daya. Produk ini biasanya merupakan produk-produk yang bervolume besar; produk-produk yang tidak
memiliki sumber dari luar; dan produk-produk yang produksinya tetap ingin dikendalikan oleh pihak
manajemen demi alasan kualitas atau alas an tertentu.
* Kelas II meliputi seluruh produk lainya. Secara umum, ini merupakan produk-produk yang dapat
diproduksi di luar perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yang sedang berjalan, produk-produk
yang volumenya relative kecil, diproduksi dengan peralatan umum (general-purpose equipment). Produk-
produk kelas II ditranfer pada harga pasar.
Perolehan sumber daya untuk produk Kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari manajemen
pusat. Perolehan sumber daya untuk produk Kelas II ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat. Unit-unit
pembelian dan penjualan dapat dengan bebas bertransaksi dengan pihak dalam maupun luar perusahaan.
Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada perolehan sumber
daya dan penetapan harga atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar. Peraturan untuk harga
transfer (transfer pricing) akan dibuat dengan menggunakan berbagai metode yang telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya.
HARGA TRANSFER
Istilah HT ini dijumpai pada perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat laba dan antar
pusat laba tersebut terjadi transfer barang/jasa.
Adanya transfer barang dan jasa dihubungkan dengan proses deferensiasi bisnis dan karena
perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis.
Diferensiasi bisnis = diversifikasi --> jalan yang dibuat seorang manajemen saat ia menghadapi
banyak ketidakpastian, sehingga resiko bisnis meningkat, sehingga untuk menurunkan resiko, ia membuat
diversifikasi.
Misalnya : Perusahaan semen yang berkembang mempunyai 2 alternatif :
Alternatif 1 : Terus menginvestasikan dana di usaha semen
Alternatif 2 : Melakukan diversifikasi pada industri lain yang berlainan dengan bisnis sebelumnya
(bisnis semen)
Diversifikasi biasa ditempuh melalui proses divisonalisasi (proses pembentukan divisi-divisi yang
berperan sebagai pusat laba, yang diserahi fungsi produksi, pemasaran dan diberi tanggung jawab untuk
hasilkan laba yang sepadan dengan investasi yang ditanam dalam bisnis divisi)
KONSEP HT :
Arti Luas --> Harga produk / jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban
dalam perusahaan.
Contoh : Biaya listrik yang dialokasikan dari dept. pembangkit listrik ke dept. lain yang
menikmati listrik
HT
Arti Sempit --> Harga produk / jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam 1
perusahaan.
KARAKTERISTIK HT :
1. Masalah HT timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan laba divisinya.
Perusahaan yang dibentuk berdasarkan divisi-divisi akan dinilai kinerjanya berdasarkan laba yang
diperoleh, maka manajer pusat laba sangat peduli terhadap factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
laba, termasuk di dalamnya penentuan HT (baik bagi divisi pembeli/penjual).
Jika beli, gak mau menanggung rugi akibat ketidakefisienan divisi penjual
Jika jual, gak mau jual terlalu murah, hanya karena alasan masih dalam satu perusahan
Masalah ini muncul akibat adanya penilaian kinerja yang dinilai dari laba yang diperoleh suatu divisi,
termasuk HT sehingga sering timbul masalah dalam penentuan besarnya HT yang disepakati yaitu :
BIAYA ABC
Full Costing
Biaya Penuh
Dasar Penentuan Standart Variabel Costing
Harga Transfer
ABC
HARGA PASAR
Rumus Umum HT
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggarna adalah sebesar Rp. 1.000.000.000 dan laba
yang diharapkan yang dinyatakan dalam ROI = 20%
Tentukan harga transfer untuk suku cadang Q !
Jawab :
* Perhitungan Markup :
Biaya administrasi & umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
Laba yang diharapkan : 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000
-------------------- +
Jumlah Rp. 270.000.000
Biaya Produksi Rp. 200.000.000
---------------------
Markup 135%
* Perhitungan Markup :
Biaya Tetap Rp. 95.000.000
Laba yang diharapkan 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000
-------------------- +
Jumlah Rp. 295.000.000
Biaya variable Rp. 165.000.000
-------------------- :
Markup 179%
Jika activity based costing dipakai sebagai pendekatan perekayasaan biaya yang digunakan sebagai
dasar penentuan harga transfer, unsure-unsur yang diperhitungkan dalam penentuan harga transfer menjadi :
Berdasarkan :
Unit Level Activity Cost --> jumlah yang diproduksi
Batch Level Activity Cost --> jumlah batch produksi
Product Level Activity Cost --> taksiran jumlah unit produksi
Facility Sustaining Activity Cost --> taksiran unit produksi pd kap.normal
Yunita Corp. memiliki dua divisi (A dan B) yang di bentuk sebagai pusat laba. Divisi A menghasilkan
suku cadang Q dan R yang dijual di pasar luar sebanyak 10% dan sisanya ditransfer ke divisi B. Manajer divisi A
dan B sedang mempertimbangkan penentuan harga transfer suku cadang A untuk tahun anggaran yad.
Perusahaan menggunakan pendekatan activity based costing dalam penentuan biaya penuh. Menurut
anggaran, divisi A direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1.000.000 unit suku cadang
Q dan 2.000.000 unit suku cadang R.
Suku Cadang Q
Suku Cadang R
Unit Level Activity Cost
Biaya standar perunit
Batch Related Activity Cost
Biaya standar per batch
Product Sustaining Activity Cost
Biaya perunit
Facility Sustaining Activity Cost
Biaya setahun
Rp. 1.500
Rp. 200.000
Rp. 500
Rp. 200.000.000
Rp. 2.000
Rp. 150.000
Rp. 300
Rp. 400.000.000
Tabel 1 : Data Activity Costs suku cadang Q dan R
Misalkan divisi A mentransfer 1000 unit suku cadang Q ke Divisi B dalam bulan Januari 20X1. Jumlah
tersebut diproduksi dalam dua productin run (batch)
Total aktiva Divisi A yang diperkirakan pada awal tahun anggaran Rp. 1.000.000.000 dan laba yang
diharapkan divisi A yang dinyatakan dalam ROI sebesar 22%.
Markup untuk suku cadang Q dan R didasarkan pada unit level activity cost.
Diminta : Hitung harga transfer suku cadang Q !
Rp. 1.500.000.000
Rp. 4.000.000.000
Markup
40%
Harga transfer 100.000 unit suku cadang Q bulan Januari 200X1 yang dibebankan oleh divisi A
kepada divisi B :
Biaya Penuh:
Unit Level Activity Cost
100.000 unit x Rp. 1.500
Batch Level Activity Cost
2 batch x Rp. 200.00
Product Level Activity Cost
100.000 unit x Rp. 500
Facility Level Activity Cost
100.000 unit x Rp. 200 --> Rp. 200.000.000 : 1.000.000 unit
Rp. 150.000.000
Rp. 400.000
Rp. 50.000.000
Rp. 20.000.000
Biaya Penuh suku cadang Q
Markup 40% x Rp. 150.000.000 (unit Level Activity Cost)
Rp. 220.400.000
Rp. 60.000.000
Harga Transfer suku cadang Q (100.000 unit)
Rp. 280.400.000
Contoh Soal :
Divisi X memproduksi suku cadang A yang dapat dijual di pasar atau ditransfer ke divisi Y untuk
dirakit dengan suku cadang lain menjadi produk yang dijual di pasar luar perusahaan sebagai produk akhir
divisi Y. Harga pasar suku cadang divisi X dan biaya variable disajikan berikut ini :
Divisi X
Harga pasar suku cadang A jika dijual / kg
Biaya variable / kg
Laba kontribusi / kg
Volume produksi divisi X setahun
Divisi Y
Harga pasar hasil produk divisi Y / unit
Biaya variable yang ditambahkan oleh divisi Y
- Biaya perakitan
- Biaya pemasaran
Rp. 1.700
Rp. 500
Rp. 400
HARGA TRANSFER yang sebaiknya ditetapkan untuk suku cadang divisi X tergantung dari :
1. Jika divisi X beroperasi pada kapasitas penuh --> DIVISI X jual produk ke luar
Divisi Y
Harga pasar
Biaya variable :
- Dari divisi X
- Ditambah pada divisi Y
Perakitan Rp. 500
Pemasaran Rp. 400
Kerugian divisi Y jika beli dari divisi X
Rp. 1.500
Rp. 900
Rp. 1.700
Rp. 2.400
Rp. 700
2. Jika divisi X tidak beroperasi pada kapasitas penuh --> DIVISI X jual produk ke divisi Y tetapi
dengan harga Rp. 750,- bukan Rp. 1.500,- --> sama-sama untung !
Divisi X
Divisi Y
Harga transfer
Rp. 750
Harga pasar
Rp. 1.700
Biaya variable :
Divisi X
Dari divisi X
Ditambah dengan divisi Y :
- Perakitan
- Pemasaran
Rp. 700
Rp. 500
Rp. 400
Rp. 750
Rp. 900
Rp. 1.650
Laba kontribusi
Rp. 50
Rp. 50
Persentase
Harga Pasar
DIKURANGI :
Potongan Volume
Biaya Penjualan
Komisi Penjualan
Biaya Penagihan
Biaya Pegudangan
100
1.0
12.0
2.0
0.5
5.5
Total Biaya Pengurangan
21.0
Harga transfer dalam % dari harga pasar
79.0
Penyajian penentuan harga transfer dengan metode market price minus
PASAR TERBATAS
HARGA SAING
--> Harga produk yang sama dengan produk yang ditransfer, yang berlaku di pasar luar
--> Harga saing lebih baik sebagai harga transfer dibandingkan dengan harga transfer yang
ditetapkan secara intern dalam perusahaan yang terintegrasi, karena :
1. Harga saing mengukur kinerja suatu divisi dalam menghadapi persaingan
2. Harga saing tidak terikat oleh kondisi internal perusahaan.
3. Harga saing dapat mengukur kontribusi masing-masing divisi terhadap laba perusahaan secara
keseluruhan saat kapasitas di dalam perusahaan tidak tersedia, perusahaan harus membeli dari luar pada
harga saing. Selisih antara harga saing dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan merupakan uang
yang dapat dihemat karena memilih alternative membuat sendiri dibandingkan dengan alternative membeli
dari pemasok luar atau sebaliknya.
Setiap harga transfer akan menjadi biaya variable bagi divisi pembeli, meskipun dari sudut pandang
perusahaan secara keseluruhan, harga transfer tersebut mengandung unsur biaya tetap dari divisi penjual -->
JIKA manajer divisi pembeli melakukan perencanaan laba jangka pendek --> usaha optimasi laba jangka pendek
yang dilakukan oleh divisi pembeli tidak selalu berakibat optimasi laba perusahaan secara keseluruhan (hal ini
bisa terjadi jika menggunakan harga transfer perunit.
Untuk divisi penjual yang menjual seluruh (hampir seluruh) produknya ke divisi lain dalam
perusahaan yang sama, divisi penjual disebut CAPTIVE SUPPLIER --> memiliki tanggung jawab pokok pada
pengendalian biaya, mutu produk dan ketepatan jadual produksi dan TIDAK memiliki wewenang yang
significant dalam bidang pemasaran --> laba divisi CAPTIVE SUPPLIER sangat ditentukan oleh volume produk
yang dijual --> penilaian kinerja SANGAT COCOK di dasarkan atas biaya dibanding LABA --> Pseudo profit center
(pusat laba tidak dalam arti yang sebenarnya) --> karena laba divisi penjual sangat ditentukan oleh kinerja
divisi lain.
Untuk memecahkan masalah yang dihadapi Captive supplier di atas, ada dua alternative yang dapat
dipilih :
1. Memperlakukan divisi penjual sebagai pusat biaya --> Pjelasan di atas
2. Memilih satu dari tiga alternative harga transfer :
Beban tetap bulanan
Pembagian laba
Dua macam harga.
Harga transfer produk divisi MIRA yang ditransfer ke divisi ADNAN dihitung sbb:
a. Untuk setiap unit produk yang ditransfer oleh divisi MIRA, Divisi ADNAN dibebani harga sebesar
Rp. 800.000 perunit
b. Setiap bulan divisi ADNAN dibebani tambahan beban :
(1) biaya tetap sebesar Rp. 50.000.000 (Rp. 600.000.000 : 12 bulan)
(2) Laba sebesar Rp. 20.000.000 (10%x Rp. 2.400.000) : 12 bulan
Jika dalam suatu bulan Divisi MIRA mentransfer 10.000 unit produk ke divisi ADNAN, beban yang
ditanggung oleh divisi ADNAN dalam bulan tersebut dihitung sbb:
Biaya variable 2.000 x Rp. 800.000 Rp. 1.600.000.000
Biaya tetap Rp. 50.000.000
Laba Rp. 20.000.000
---------------------- +
Harga Transfer Rp. 1.670.000.000
--> Dengan metode harga transfer beban tetap bulanan, divisi penjual sebagai captive supplier tidak
dipengaruhi kinerjanya oleh volume penjualan divisi pembeli. Walaupun divisi tidak mentransfer produk ke
divisi pembeli --> divisi pembeli dijamin SELALU mendapatkan laba.
Contoh : PT. GINANDA memiliki dua pusat laba : Divisi ANDHIKA dan divisi SUSI. Biaya variable
perunit produk yang dihasilkan sbb:
Divisi ANDHIKA
Divisi
SUSI
KUMULATIF
Biaya variable perunit
Biaya variable perunit yang ditambah Dalam divisi SUSI
Biaya variable perunit kumulatif
Rp. 8.000
Rp. 5.000
Rp. 13.000
Misalkan dalam suatu bulan divisi ANDHIKA mentransfer 1000 unit produk ke divisi SUSI. Laba
kontribusi yang dihasilkan dari penjualan produk yang dilakukan oleh divisi SUSI dibagi menurut perbandingan
proporsi biaya variable masing-masing divisi dalam total biaya variable produk.
Jika 1000 unit produk dapat dijual seluruhnya oleh divisi SUSI dengan harga jual Rp. 20.000/unit
maka perbandingan laba diperhitungkan sbb :
Hasil penjualan 1.000 unit x Rp. 20.000
Biaya variable kumulatif : 1.000 x Rp. 13.000
Rp. 20.000.000
Rp. 13.000.000
Laba Kontribusi
Rp. 7.000.000
Laba bagi Divisi ANDHIKA : 8/13 x Rp. 7 juta
Laba bagi Divisi SUSI : 5/13 x Rp. 7 juta
Rp. 4.307.692
Rp. 2.692.308
Jumlah Laba yang dibagi
Rp. 7.000.000
Divisi RINA
Divisi FAIZAL
Perusahaan
Pendapatan Penjualan
Biaya variable
Rp. 11.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 18.000.000
Rp. 13.000.000
Rp. 29.000.000
Rp. 21.000.000
Laba Kontribusi
Adjustment
Rp. 3.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 3.000.000
Laba kontribusi setalah adjustment
Rp. 5.000.000
Adjustmen sebagai pengurang laba perusahaan --> Karena Laba Rp. 3.000.000 pada akhirnya telah
menjadi biaya saat berada di divisi pembeli / FAIZAL.
Menurut anggaran, divisi HERDYN direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal 1.000.000
unit dengan taksiran biaya penuh standart untuk tahun anggaran yang akan datang sebagai berikut :
Biaya bahan baku Rp. 60.000.000
Biaya tenaga kerja Rp. 120.000.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 50.000.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp. 90.000.000
Biaya administrasi variabel Rp. 70.000.000
Biaya administrasi tetap Rp. 80.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 40.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 23.000.000
-------------------- +
Total biaya penuh Rp. 453.000.000
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran adalah sebesar 2 Milyar dan laba yang
diharapkan dalam bentuk ROI sebesar 15%
Ditanya :
Tentukan Harga transfer suku cadang Q jika perusahaan menggunakan pendekatan Full Costing dan
Variabel Costing !
SOAL 2
Divisi ISMAIL memproduksi suku cadang yang digunakan oleh Divisi IRAWAN. Biaya produksi suku
cadang adalah :
Bahan baku langsung $10
Tenaga kerja langsung 2
Overhead variable 3
Overhead tetap 5 * --> didasarkan pada volume 200.000 unit
Total Biaya $20
Suku cadang biasanya dijual dengan harga antara $28-$30 dalam pasar eksternal. Saat ini divisi
ISMAIL menjual produknya kepada pelanggan ekternal seharga $29. Divisi ini mampu memproduksi 200.000
unit pertahun, namun Karena kondisi perekonomian lemah hanya 150.000 unit yang diperkirakan akan terjual
selama tahun yad. Biaya penjualan variable dapat dihindari apabila suku cadang dijual secara internal.
Divisi IRAWAN selama ini membeli suku cadang serupa dari pemasok eksternal dengan harga $28.
Divisi ini memperkirakan akan menggunakan 50.000 unit suku cadang selama tahun yad. Manajer Divisi
IRAWAN telah mengajukan penawaran untuk membeli 50.000 unit dari divisi ISMAIL seharga $18 perunit
Diminta :
1. Tentukan harga transfer minimum yang dapat diterim divisi ISMAIL
2. Tentukan harga transfer maksimum yang bersedia dibayar oleh divisi IRAWAN
3. Haruskan transfer internal dilakukan? Mengapa ?
Apakah Anda adalah manajer divisi ISMAIL, bersedia menjual 50.000 suku cadang dengan harga $18
perunit ? Jelaskan !
4. Seandainya total aktiva operasi rata-rata divisi ISMAIL adalah $10.000.000. Hitunglah ROI
untuk tahun yad, dengan asumsi bahwa 50.000 unit tersebut ditransfer ke divisi IRAWAN dengan harga $21.
Contoh :
PT Dyaholic memiliki 2 pusat laba, yaitu Divisi A dan Divisi B. Divisi A memiliki kapasitas normal
8.000 unit per bulan sedangkan Divisi B sebanyak 5.000 unit per bulan. Produk Divisi A dijual ke luar
perusahaan sebanyak 3.000 unit dengan harga pasar Rp 1.800 per unit, sedangkan 5.000 unit ditransfer ke
Divisi B.
Rp 600
Rp 750
Total biaya overhead pabrik (BOP) tetap yang dianggarkan Rp 1.200.000 per bulan atau Rp 150 *
per unit pada kapasitas normal. *(Rp 1.200.000 : 8.000 unit)
Total biaya non produksi tetap Rp 2.000.000 per bulan atau Rp 250 per unit pada kapasitas normal.
Biaya non produksi variabel Rp 300 per unit. Biaya non produksi variabel yang dapat dihindari jika
produk Divisi A ditransfer ke Divisi B Rp 200 per unit. Realisasi BOP tetap dan biaya non produksi sebesar yang
dianggarkan.
Rp 600
Rp 590
Total BOP tetap yang dianggarkan Rp 1.000.000 per bulan atau Rp 200 per unit pada kapasitas
nomal (5.000 unit).
Total biaya non produksi tetap Rp 1.500.000 per bulan atau Rp 300 per unit.
Biaya non produksi variabel Rp 150 per unit. Realisasi BOP tetap dan biaya non produksi sebesar
yang dianggarkan. Produk yang telah diolah di Divisi B dijual dengan harga Rp 3.500 per unit.
Penentuan Harga Transfer dari Divisi A ke Divisi B
Harga pasar Rp 1.800
Biaya non produksi variabel yang dapat dihindari Rp 200 –
Harga transfer per unit Rp 1.600
Laporan Rugi/Laba
Laporan Rugi Laba Divisi A
Ke pihak luar
Ke Divisi B
Total
Penjualan
3.000 unit x Rp 1.800 = ………………..
5.000 unit x Rp 1.600 = ………………..
…………
Biaya variabel standar :
Bahan baku
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrik
Nonproduksi
Jumlah biaya var. stdr
…………
…………
…………
……….+
………….
Laba kontribusi standar
…………
…………
…………
Selisih biaya :
Bahan baku
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrik
Jumlah selisih biaya
…………
…………
………+
………..
Laba kontribusi sesungguhnya
…………
…………
…………
Biaya tetap :
Overhead pabrik
Nonproduksi
…………
……… +
Laba bersih
…………
…………
…………
Rp 700
Rp 720
Total biaya overhead pabrik (BOP) tetap yang dianggarkan Rp 1.200.000 per bulan atau Rp 150 *
per unit pada kapasitas normal. *(Rp 1.200.000 : 8.000 unit)
Total biaya non produksi tetap Rp 2.000.000 per bulan atau Rp 250 per unit pada kapasitas normal.
Biaya non produksi variabel Rp 300 per unit. Biaya non produksi variabel yang dapat dihindari jika
produk Divisi A ditransfer ke Divisi B Rp 200 per unit. Realisasi BOP tetap dan biaya non produksi sebesar yang
dianggarkan.
Rp 600
Rp 590
Total BOP tetap yang dianggarkan Rp 1.000.000 per bulan atau Rp 200 per unit pada kapasitas
nomal (5.000 unit).
Total biaya non produksi tetap Rp 1.500.000 per bulan atau Rp 300 per unit.
Biaya non produksi variabel Rp 150 per unit. Realisasi BOP tetap dan biaya non produksi sebesar
yang dianggarkan. Produk yang telah diolah di Divisi B dijual dengan harga Rp 3.500 per unit.
Pertanyaan :
1. Buatlah laporan rugi laba Divisi A & Divisi B jika harga transfer ditetapkan berdasar harga pasar
2. Hitunglah harga transfer dengan metode :
a. Metode biaya penuh sesungguhnya ditambah laba sebesar 25% dari biaya penuh sesungguhnya
b. Metode biaya variabel sesungguhnya ditambah laba sebesar 40% dari biaya variabel
sesungguhnya
c. Metode biaya penuh standar ditambah laba sebesar 25% dari biaya penuh standar
d. Metode biaya variabel standar ditambah laba sebesar 40% dari biaya variabel standar
Petunjuk Mengerjakan
Jawablah pertanyaan di atas. Kemudian jawaban dikirim ke alamat email: aftonis@gmail.com
dengan kode: HargaTransfer NamaAnda NimAnda. Jawaban paling lambat diterima pada tangaal 12 Desember
2009.
Masalah penentuan harga transfer akan dijumpai jika suatu organisasi perusahaan disusun menurut
pusat laba dan antar pusat laba terjadi transfer barang atau jasa.
Munculnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dgn proses diferensiasi, diversifikasi bisnis
serta integrasi dalam organisasi yg telah melakukan proses tersebut.
Jika pihak yg satu menghasilkan jasa dan pihak lain menerima jasa, maka biaya yang terjadi
harus dialihkan menjadi beban pihak yang menikmati jasa, proses ini disebut HARGA TRANSFER.
1. DEFERENSIASI
Adalah proses membedakan dan membagi tugas pekerjaan menurut bidangnya untuk menjadikan
efektif & efisien dlm mencapai sasaran organisasi. Diferensiasi vertikal ditandai dgn jumlah jenjang yg berada
diantara direksi dan karyawan operasional, sedangkan diferensiasi harisontal ditandai oleh banyaknya bagian
yg dibentuk dlm organisasi.
2. DIVERSIFIKASI
Adalah upaya melakukan aneka ragam bisnis yang jenis usahanya berbeda antara satu dgn yang lain,
baik yg berdiri sendiri atau yang masih saling terkait. Adapun pertimbangan diversifikasi adalah:
* Semakin konfliknya masalah yang harus ditangani oleh pihak yang menguasai bidangnya, sehingga
perlu mendele gasikan wewenang kepada pihak pengambil keputusan yg lebih berkompeten
* Memberi otonomi pada manajer tingkat bawah
* Diversifikasi dilakukan melalui proses divisionalisasi
(pembentukan divisi divisi sbg pusat laba)
3. INTEGRASI
Adalah proses melakukan koordinasi atau penyatuan bisnis melalui mekanisme agar aktivitas
bisnisnya dapat dikontrol secara efektif & efisien. Adapun mekanisme integrasi adalah:
* Peraturan, standarisasi, sistem & prosedur
* Hirarkhi organisasi
* Perencanaan
* Kontak langsung
* Pembentukan komite khusus
* Organisasi matrik
Adalah pendelegasian kebebasan utk mengambil keputusan yg lebih berperan pada manajer tingkat
bawahan, sebaliknya organisasi yang memberi peran lebih besar kepada manajer puncak dalam mengambil
keputusan disebut sentralisasi.
TIGA BENTUK DESENTRALISASI
MANFAAT DESENTRALISASI
1. Manajer tingkat bawah lebih memahami bidanygnya
2. Memberi kesempatan manajer tingkat bawah untuk mempersiapkan diri pada jabatan yang lebih
tinggi
3. Memberi kebebasan manajer tingkat bawah dalam pengambilan kepu tusan, sehingga dapat
menjadi sarana motivasi baginya
KELEMAHAN DESENTRALISASI
1. Menjadi lebih ego pada divisi yang menjadi tanggungjawabnya
2. Para manajer cenderung ingin memiliki unit organisasi sendiri, dalam rangka mengembangkan
lebih baik bagi divisinya
3. Biaya yang digunakan untuk memperoleh & mengumpulkan informasi menjadi lebih mahal
Jika biaya diperguanakan sebagai dasar penentuan harga transfer, manajemen harus
mempertimbangkan:
1. Mendorong divisi penjual untuk melakukan perbaikan dan produktivitasnya
2. Memisahkan tanggung jawab masing masing divisi terkait
3. Diperlukan atauran yang baik & bersifat adil
PT. Pratama memiliki dua divisi yaitu divisi “A” & Divisi “B” dimana produk divisi “A” sebanyak 10%
dijual dipasar bebas, sedangkan sisanya 90% digunakan oleh divisi “B”.
Anggaran biaya divisi “A” pada kapasitas normal 1.000 unit:
Biaya produksi
200.000.000
Biaya administrasi & umu
50.000.000
Biaya pemasaran
20.000.000
Total biaya penuh divisi ”A”
270.000.000
PERHITUNGAN MARKUP:
Biaya produksi
200.000.000
Markup: (135% x Rp 200.000.000)
270.000.000
Total harga transfer
470.000.000
Unit yang diproduksi
1.000 unit
Harga transfer per unit
Rp 4.700
BIAYA VARIABEL:
Biaya produksi
150.000.000
Biaya administrasi & umu
10.000.000
Biaya pemasaran
5.000.000
Total biaya variabel
165.000.000
BIAYA TETAP:
Biaya overhead
50.000.000
Biaya adm & umum
40.000.000
Biaya pemasaran
15.000.000
Total biaya tetap
95.000.000
Total biaya penuh
270.000.000
PERHITUNGAN MARKUP:
Biaya tetap
95.000.000
Laba (20% x Rp 1.000.000.000)
200.000.000
Total
295.000.000
BIAYA VARIABEL
165.000.000
PROSENTASE MARKUP (295/165) juta
178,79 %
Biaya variabel
165.000.000
Markup: (178,79% x Rp 165.000.000)
295.000.000
Total harga transfer
470.000.000
Unit yang diproduksi
1.000 unit
Harga transfer per unit
Rp 4.700
Keterangan
Spare part-A
Spare part-B
Unit level activity costs
PERHITUNGAN MARKUP:
2 batch x Rp 200.000
400.000
Product sustaining activity costs
Catatan: *)
Harga transfer atas dasar harga pasar seringkali terdapat komponen biaya yg dapat
dikompensasikan, sehingga harga transfer atas dasar harga pasar ddapat diadjusted menjadi harga pasar
minus (market price minus)
1. Kuantitas produk yg ditransfer kedivisi pembeli biasanya cukup besar, sehingga seringkali
diberikan pengurangan harga
2. Divisi penjual tidak perlu mengeluarkan biaya ilkan, promosi penjualan, komisi penjualan dan
biaya penagihan, sehingga dapat dikurangkan pada harga transfer
3. Transfer yang dilakukan secara langsung dari divisi penjual, biaya pergudangannya dapat
dikompensasi untuk mengurangi harga transfer
Harga pasar merupakan biaya kesempatan, baik bagi divisi penjual maupun divisi pembeli, sehingga
harga transfer yg didasarkan pada harga pasar merupakan tolok ukur yang baik bagi kinerja divisi yang terkait
Keterangan
%
Harga Pasar
100,0
Pengurangan Biaya:
Potongan volume
1,5
Biaya penjualan
11,5
Komisi penjualan
2,0
Biaya penagihan
0,5
Biaya Penggudangan
5,5
Jumlah pengurangan biaya
21,0
Divisi penjual yang mentransfer semua produknya ke divisi lain dalam perusahaan yang sama,
hakekatnya merupakan pseudo profit center. Manajer divisi penjual tidak memiliki wewenang yg menyangkut
pemasaran produknya, sehingga kinerja divisinya sangat tergantung pada divisi lain. Harga transfer alternatif
dapat dipilih dengan cara: beban tetap bulanan, profit sharing dan dua macam harga
Divisi “A” menghasilkan produk yang seluruhnya ditransfer ke divisi “B” adapun data divisi “B”
adalah Sbb:
Jika bulan Juni 2007 Divisi “A” mentransfer produk ke divisi “B” sebanyak 2.000 unit, maka harga
transfer yang dapat di tentukan Sbb:
2. PROFIT SHARING
Divisi pembeli akan dibebani sebesar biaya variabel standar untuk setiap unit produk yg ditransfer
oleh divisi penjual. Biaya variabel divisi penjual dan divisi pembeli akan diper gunakan secara akumulatif untuk
mengitung biaya produk yang dijual di pasar luar. Selanjutnya laba kontribusi yang diperoleh akan dibagi
secara adil kepada divisi penjual dan divisi pembeli berdasarkan perbandingan biaya variabel masing masing
divisi.
Keterangan
Divisi A
Divisi B
Biaya variabel per unit
8.000
5.000
Harga jual
0
20.000
Jika Bulan Juni 2007 Divisi A mentransfer produknya ke divisi B sebanyak 1.000 unit, maka
perhitungan Laba sbb:
PROFIT SHARING:
Keterangan
Divisi A
Divisi B
Biaya variabel per unit
8.000
5.000
Harga jual produk diluar
11.000
18.000
Keterangan
Divisi A
Divisi B
Firm
Penjualan
11.000.000
18.000.000
29.000.000
Biaya variabel
8.000.000
13.000.000
21.000.000
Laba kontribusi
3.000.000
5.000.000
8.000.000
Adjusment
-
-
3.000.000
CM after adjusted
-
-
5.000.000
Biaya produksi
3.000.000.000
Biaya administrasi & umum
200.000.000
Biaya pemasaran
300.000.000
Total biaya penuh
3.500.000.000
Total aktiva
4.000.000.000
Rate of return on invesment
25%
Biaya produksi
3.000.000.000
Markup (50% x Rp 3.000.000.000)
1.500.000.000
Total harga yg dibebankan
4.500.000.000
Jumlah unit yang diproduksi (volume)
1.000.000
Harga jual per satuan
Rp 4.500/unit
BIAYA VARIABEL:
Biaya produksi
2.000.000.000
Biaya administrasi & Umum
50.000.000
Biaya pemasaran
50.000.000
Total biaya variabel
2.100.000.000
BIAYA TETAP:
Biaya overhead
1.000.000.000
Biaya administrasi & umum
150.000.000
Biaya pemasaran
250.000.000
Total total biaya tetap
1.400.000.000
Biaya tetap
1.400.000.000
Laba diharapkan:25% x 4.000.000.000
1.000.000.000
Sub total
2.400.000.000
Biaya variabel
2.100.000.000
Prosentase markup (2.400/2.100) juta
114,29%
Biaya variabel
2.100.000.000
Markup (114,29% x Rp 2.100.000.000)
2.400.000.000
Total harga yg dibebankan
4.500.000.000
Jumlah unit yang diproduksi (volume)
1.000.000
Harga jual per satuan
Rp 4.500/unit
Perusahaan yg menjual tenaga kerja dlm rangka memberi pelayanan pada pelanggan seperti:
perusahaan bengkel, usaha reparasi dan jasa lainnya
Gaji pengawas
11.600.000
Biaya depresiasi
2.200.000
Biaya asuransi
650.000
Biaya listrik
800.000
Biaya air
400.000
Biaya pemeliharaan
350.000
Biaya umum
500.000
Total biaya tak langsung bengkel
16.500.000
Perusahaan menjual suku cadang utk melengkapi layanan jasa yang diberikan pada
pelanggan.
BIAYA TAK LANGSUNG TOKO:
Penentuan harga jual berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh produsen plus tingkat
keuntungan yg disepakati dgn pembeli atau berdasarkan perjanjian.
Penentuan harga jual diluar harga jual reguler yang biasa ditetapkan oleh perusahaan.
Umumnya harga ini lebih rendah dari harga jual normal, adapun pertimbangannya:
* Biaya tetap telah ditutup melalui penjualan reguler
* Harga jual khusus harus diatas biaya variabelnya
PERHITUNGAN MARKUP:
Bahan baku
80.000.000.000
Tenaga kerja langsung
20.000.000.000
Biaya overhead
25.000.000.000
Biaya administrasi & umum
10.000.000.000
Biaya pemasaran
15.000.000.000
Sub total biaya variabel
150.000.000.000
Biaya Tetap:
Biaya overhead
60.000.000.000
Biaya administrasi & umum
5.000.000.000
Biaya pemasaran
10.000.000.000
Sub total biaya tetap
75.000.000.000
Jumlah Pelanggan:
Pelanggan industri
5.000
Pelanggan rumah tangga
25.000
Pelanggan sosial
1.000
Jumlah pelanggan
31.000
Kebijakan harga tidak diperkenankan untuk memberi subsidi pada pelanggan, minimum setiap
kelompok pelanggan harus memberikan kontribusi laba pada perusahaan.
Tugas Saudara mengkaji harga jual per M3 air pada masing masing kelompok pelanggan…….?
Selamat
25
HARGA TRANSFER
(TRANSFER PRICING)
A. PENGERTIAN.
Harga Transfer (Transfer Pricing) adalah:
Biaya (cost) atau harga (price) yang dibebankan atas pemindahan (transfer) suatu barang atau jasa
dari satu divisi ke divisi lain dalam suatu perusahaan (transaksi antar divisi secara internal perusahaan).
Harga Transfer lazimnya dipraktikkan oleh perusahaan yang organisasinya berbentuk desentralisasi
dan pertanggungjawaban dilakukan melalui pusat laba (profit center) atau pusat investasi (investment center).
Contoh: PT Krakatau Steel Cilegon dalam menjalankan aktivitas produksinya memiliki tiga divisi,
yaitu devisi X, divisi Y, dan divisi Z. Masing-masing divisi menjalankan aktivitas produksi sesuai dengan ruang
lingkup kegiatannya. Hasil produksi (output) divisi X mungkin dapat dijual ke divisi Y atau dijual ke pihak luar
perusahaan. Demikian juga output divisi Y dapat dijual ke divisi Z sebagai bahan baku di divisinya atau mungkin
langsung dijual ke pihak luar perusahaan. Jika terjadi penjualan antar divisi, misalkan divisi X menjual ke divisi
Y, maka transaksi antara divisi X dan divisi Y disebut transfer pricing.
Karena organisasi perusahaan bersifat desentralisasi maka keputusan untuk menentukan biaya
produksi dan harga jual produk adalah menjadi wewenang masing-masing divisi, meskipun tidak mutlak. Untuk
itu, dalam hal terjadinya transaksi antar divisi (transfer pricing) sebaiknya perusahaan (kantor pusat) tidak
melakukan intervensi, karena masing-masing divisi akan diukur kinerjanya dari perolehan laba masing-masing
divisi.
B. PENETAPAN HARGA TRANSFER.
Ada tiga pendekatan atau metode yang lazim digunakan dalam menetapkan harga transfer:
Untuk masing – masing metode akan diilustrasikan dengan contoh bahasan berikut ini!.
1. Transfer Pricing berdasarkan Market-Based Methods.
Harga pasar yg kompetitif seringkali dianggap sebagai pendekatan terbaik dalam penentuan harga
transfer, terutama jika negosiasi harga transfer terhenti. Jika harga pasar digunakan sebagai harga transfer,
manajer divisi penjual tidak akan kehilangan apapun dengan melakukan transfer, dan manajer divisi pembelian
akan mendapatkan tanda yang benar tentang berapa banyak sesungguhnya biaya yang ditanggung
perusahaan untuk terlaksananya transfer tersebut.
Harga trasfer berdasarkan harga pasar bekerja baik pada saat tidak ada kapasitas menganggur,
kesulitan muncul pada saat divisi penjual memiliki kapasitas menganggur.
Contoh:
McDonald Ltd. memiliki bisnis rumah makan siap saji disamping juga produsen makanan kecil dan
minuman dengan kualitas prima. Salah satu divisi yang dimiliki dan sudah beroperasi adalah Dunkin Donald
yang menjual makanan siap saji. Disamping makanan Dunkin Donald juga menjual aneka minuman baik ringan
maupun sedikit keras. Salah satu jenis minuman yang dijual adalah bir klutuk. McDonald Ltd. baru saja
membeli divisi usaha baru yaitu Plamongan Beverage yang menghasilakn bir klutuk. Manajer Divisi Bir Klutuk
telah melobi Manajer Divisi Dunkin Donald untuk penjualan di restoran siap saji Dunkin Donald. Manajer Divisi
Dunkin Donal sepakat bahwa kualitas bir klutuk Plamongan Beverage sebanding dengan kualitas aneka
minuman bir yang biasa mereka jual. Persoalannya adalah masalah harga.
Berikut ini adalah informasi tentang produk dan biaya untuk kedua divisi tersebut untuk bulan Aril
2004:
Divisi Plamongan Beverage
Kapasitas Produksi pabrik divisi bir klutuk per bulan.
10.000 liter
Biaya produksi variabel per liter bir klutuk.
Rp 8.000
Total biaya tetap per bulan
Rp 7 juta
Harga jual bir klutuk yang sudah di pasar
Rp 20.000
Divisi Dunkin Donald
Harga pokok yang dipatok untuk minuman jenis bir klutuk
Rp 18.000 per liter
Penjualan normal bir klutuk per bulan
2.000 liter
Berdasarkan data diatas, berapa harga transfer yang harus ditetapkan dan disepakati oleh kedua
divisi tersebut, menggunakan market-based transfer pricing?.
Jawab:
Harga pasar luar untuk bir jahe yang dihasilkan oleh Imperial Beverage adalah $ 20 per barel.
Walaupun begitu, Pizza Maven dapat membeli seluruh bir jahe yang diinginkannya dari pemasok luar seharga
$ 18 per barel. Mengapa Pizza Maven bersedia membeli dari Imperial Beverage, padahal di pasar harganya
lebih rendah? Dalam beberapa skema, harga transfer akan diturunkan sampai $ 18, harga pasar penjual luar,
dan Pizza Maven akan diarahkan untuk membeli dari Imperial Beverage sepanjang Imperial Beverage bersedia
menjual.
2. Transfer Pricing berdasar Cost Methods.
Kebanyakan perusahaan mempraktikkan transfer pricing atas dasar biaya produksi baik biaya
produksi variabel (variable cost) maupun biaya produksi penuh (full cost) yang terjadi pada divisi penjual.
Meskipun metode ini banyak diterapkan karena kesederhanaannya, namun memiliki beberapa
kelemahan:
* Transfer pricing metode cost terutama full costing method Penggunaan metode cost, terutama full
cost sebagai harga trasfer dapat mengarah pada keputusan buruk dan oleh karenanya pada suboptimisasi.
* Jika cost digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari
setiap penjualan internal. Satu-satunya divisi yang menghasilkan suatu keuntungan adalah divisi yang
melakukan penjualan akhir pada pihak luar.
* Harga transfer yang didasarkan pada cost tidak menyediakan insentif untuk mengendalikan biaya.
Mengapa banyak para manajer menggunakan harga transfer berdasarkan cost pada praktek? Karena
metode ini dianggap mudah dipahami dan praktis digunakan.
3. Transfer Pricing Negosiation Method.
Harga transfer yang digosiasikan adalah harga transfer yang disepakati antara divisi-divisi penjualan
dan pembelian. Negosiasi harga transfer memliki beberapa keunggulan:
* Melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi.
* Manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas
transfer daripada pihak luar.
Pada saat negosiasi harga transfer digunakan, manajer yang terlibat dalam suatu transfer yang
diusulkan, dan membahas syarat dan ketentuan harga transfer. Kita tidak dapat mengetahui harga transfer
secara pasti, namun kita dapat menetukan harga transfer secara memperkirakan dua hal:
a. Divisi penjualan akan setuju untuk mentransfer hanya jika laba divisi penjualan meningkat sebagai
hasil dari transfer.
b. Divisi pembelian akan setuju untuk transfer hanya jika laba divisi pembelian juga meningkat
sebagai hasil dari transfer.
Jawab:1
Harga pasar luar untuk bir jahe yang dihasilkan oleh Imperial Beverage adalah $ 20 per barel.
Walaupun begitu, Pizza Maven dapat membeli seluruh bir jahe yang diinginkannya dari pemasok luar seharga
$ 18 per barel. Mengapa Pizza Maven bersedia membeli dari Imperial Beverage, padahal di pasar harganya
lebih rendah? Dalam beberapa skema, harga transfer akan diturunkan sampai $ 18, harga pasar penjual luar,
dan Pizza Maven akan diarahkan untuk membeli dari Imperial Beverage sepanjang Imperial Beverage bersedia
menjual.
DAFTAR REFERENSI
Garrison & Norren, Managerial Accounting, 10th. edition, McGraw-Hill, tahun 2000.
Hansen & Mowen, Accounting Management, 7th edition;
C:\Sabarudin Muslim\MODUL MANAG ACC\MODUL11 MA.doc; [Page 6 of 6]
BAB VII
HARGA TRANSFER (Bagian Pertama)
Permasalahan yang dihadapi: berapa harga yang wajar yang dibebankan terhadap produk atau jasa
yang ditransfer?
Harga tranfer bukan tujuan utama dari akuntansi tetapi lebih pada aspek behavioral
Pengertian transfer:
Arti luas: harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungj awaban dalam satu
organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawabannya.
Arti sempit harga barang atau jasa yang ditransfer antar pus at 1aba atau setidaktidaknya salah satu
dari pus at pertanggungjawaban yang terlibat adalah pusat laba.
Syarat terpenuhinya harga transfer
Sistem harus dapat memberikan informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh suatu pus at laba
untuk dapat menentukan trade off yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
Laba yang dihasilkan harus dapat menggambarkan dengan baik pengaturan trade off antara biaya -
pendapatan yang telah ditetapkan. Setiap pusat laba harus dapat memaksimalkan laba perusahaan dengan j
alan memaksimalkan lab a divisinya.
Tingkat laba yang diperlihatkan oleh masing-masing pusat laba harus dapat mencerminkan
besarnya kontribusi laba dari masing-masing pusat laba terhadap laba perusahaan secara keseluruhan.
Tujuan penetapan harga transfer
Harga transfer merupakan mekanisme penting untuk mendistribusikan pendapatan kepada dua
atau lebih pusat lab a yang melakukan transaksi. Dengan demikian pusat laba harus didesain sehingga
memenuhi tujuan:
Menyajikan informasi yang relevan untuk keputusan trade off
Memotivasi manajer untuk mencapai goal congruence
Membantu menilai kinerja ekonomi pusat laba yang terkait
Sistemnya sederhana untuk dipahami dan mudah diadministrasikan. Tujuan penetapan harga
transfer sendiri adalah sebagai berikut
Evaluasi prestasi divisi secara akurat, artinya tidak satupun manajer divisi yang memperoleh
keuntungan dengan mengorbankan kepentingan divisi lain.
Keselarasan tujuan, artinya para manajer mengambil keputusan yang memaksimalkan laba
perusahaan dengan memaksimalkan laba divisinya.
Tetap terjaga otonomi divisi, artinya tidak ada campur tangan manajemen puncak terhadap
kebebasan manajemen divisi dalam mengambil keuntungan.
Metoda penetapan harga tranfer yang waiar dalam kaitannya penilaian kinerja pusat laba
Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar
Sistem ini menggunakan harga yang ditetapkan oleh mekanisme permintaan dan penawaran pasar.
Penggunaan metoda ini umurnnya dianggap sebagai cara yang terbaik dalam memecahkan masalah harga
transfer, alasannya:
penggunaan harga pasar cocok dengan konsep pusat laba dan menjadikan penilaian prestasi atas
dasar laba menjadi layak untuk diterapkan.
Penggunaan harga transfer ini juga dapat mengoptimalkan suatu divisi untuk memperoleh laba.
Harga transfer ini konsisten dengan filosofi desentralisasi perusahaan yang berpengaruh terhadap
penentuan kriteria untuk evaluasi prestasi divisi yang membantu mengidentifIkasi operasi perusahaan yang
menguntungkan dan tidak
Situasi yang ideal untuk penerapan harga transfer ini adalah:
Orang yang kompeten, idealnya manajer pusat laba tertarik dengan prestasi jangka panjang tidak
hanya jangka pendek.
Atmosfrr yang baik, manajer harus menyadari tingkat keuntungan yang diukur dalam laporan
keuangannya sebagai tujuan penting dan pertimbangan signifikan dalam penilaian prestasi mereka. Mereka
harus menyadari bahwa harga transfer tersebut adalah adiI.
Harga pasar, harga transfer yang ideal didasarkan atas harga pasar normal yang tetap untuk produk
sama yang ditransfer.
Bebas terhadap sumber, manajer dibebaskan memilih alternatif yang terbaik.
Aliran informasi yang penuh, manajer harus tabu tentang alternatif yang tersedia, biaya serta
pendapatan relevan untuk harga transfer.
Negosiasi, diperlukan mekanisme kerja yang lancar untuk menegosiasi 'kontrak' antar unit usaha.
Kendala:
Pasar terbatas
Pada banyak perusahaan pasar untuk pusat laba penjual dan pembeli biasanya terbatas, alasannya:
Kapasitas internal yang terbatas sehingga tidak memungkinkan pengembangan penjualan produk
ke pihak eksternal
Jika perusahaan merupakan produsen untuk produk yang sangat khas saja, sehingga produk
tersebut tidak dijual dipasar ekstern. Dalam kondisi pusat laba penjual hanya dapat menjual kepada pasar
internal, maka keputusan yang dibatasi adalah keputusan sumber.
Jika perusahaan telah melakukan investasi yang signiftkan pada fasilitas produksi. Dalam kondisi ini,
pertimbangan untuk lebih mengoptimalkan fasilitas produksi menjadi hal penting, walaupun produk yang akan
dibutuhkan ada pada pasar ekstern, dengan demikian keputusan sumber yang dibatasi. Pembentukan harga
dapat dieari dengan eara: meneari publikasi, lelang, harga yang ada dipasar.
Kelebihan atau kekurangan kapasitas industri
Harga Transfer Berdasarkan Harga Pokok
Alasan:
Pada pasar kompetitif tidak tersedia informasi harga jual produk yang ditransfer. Keadaan ini timbul
jika produk yang ditransfer merupakan produk yang belum selesai sehingga ridak diperjualbelikan di pasar.
Kesulitan dalarn penentuan harga jual yang disebabkan oleh perselisihan antar manajer divisi.
Kesulitan ini timbul jika di pasar ada beberapa maearn harga dan jika produk yang ditransfer tidak persis sarna
dengan yang ada di pasar.
Jika produk yang ditransfer mengandung formula atau proses rahasia sehingga tidak diinginkan
untuk diungkap kepada pihak lain.
Dalarn metoda ini yang harus diperhatikan adalah definisi harga pokok dan penentuan besarnya
markup.
Definisi harga pokok, harga pokok yang digunakan adalah harga pokok standar bukan harga pokok
sesungguhnya. Hal ini karenakan harga pokok sesungguhnya mengandung inefisiensi yang terj adi pada pus at
laba penjual.
Penentuan markup
Dasar penentuan tingkat laba
Dasar penentuan tingkat laba ini bisa dilakukan berdasar biaya dan dapat dilakukan berdasar return
on investment. Kesulitannya adalah bila berdasar biaya tidak memperhitungkan investasi yang dilakukan.
Sebaliknya jika berdasar investasi, sulit menentukan besarnya investasi yang layak diperhitungkan.
Besarnya laba
Berbagai pendekatan yang bisa dilakukan adalah: 1) dengan menggunakan profit margin perusahaan
lain jika produknya tidak sarna, 2) berdasar taksiran return on investment yang dilakukan, 3) berdasar laba j ika
divisi penjual dianggap sebagai unit usaha yang independen (pusat laba), 4) jika divisi penjual, selain
mentransfer produknya ke divisi pembeli juga menjual ke pihak lain maka lab a dapat ditentukan dari
persentasi profit margin rata-rata berdasar harga pokok standar.
Masalah yang dihadapi kadang terjadi ketidak adilan dalarn penentuan harga transfer. Hal ini dapat
diatasi dengan menggunakan beberapa cara:
Kesepakatan antar pusat laba
Penentuan harga dua langkah
Harga transfer pusat laba penjual yang akan dibebankan kepada pusat laba pembeli dihitung dengan
eara membebankan sebesar biaya variabel standar dan seeara periodik (biasanya bulanan) pus at laba penjual
membebankan biaya tetap untuk produk yang dijual dan persentase keuntungan secara proposional kepada
pusat laba pembeli.
Misalkan , pusat laba penjual mentransfer secara intern semua produk A yang dihasilkan ke pusat
laba pembeli. Data-data berkaitan dengan pusat laba penjual adalah sebagai berikut:
Dengan kata lain harga perunitnya adalah Rp 11,- (55.000 / 5000 unit). Harga inilah yang akan
dibayar pusat laba pembeli kepada pusat laba penjual. Jika unit yang diproduksi dan ditransfer hanya 4000
unit, maka besamya harga transfer yang harus dibayar oleh pusat laba pembeli adalah Rp 44.000,0 (4000 unit x
Rp 11,-)
Pembagian laba
Dalam metoda ini, produk yang ditransfer ke pusat laba pembeli (pusat laba hilir) diharga sebesar
biaya variabel standar. Biaya variabel dari pusat laba pembeli ini kemudian ditambah dengan biaya variabel
yang dikeluarkan pusat laba pembeli untuk mendapatkan jumlah biaya variabel kumulatif Setelah produk
tersebut dijual, pusat laba pembeli membagi kontribusi yang diperoleh (harga jual dikurangi biaya variabel)
kepada pus at laba penjual secara proposional.
Penentuan harga dengan metoda dua himpunan harga
Divisi produksi menjual produknya ke divisi pembeli dikredit sebesar harga jual ke konsumen (pihak
ekstern), sedangkan divisi pembeli yang membeli produk dari divisi penjual didebit sebesar biaya variabel
standarpenuh. Seleisih antara harga jual dan biaya standar penuh dibebankan ke rekening kantor pus at, dan
akan dieliminiasi pada saat penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Kelemahan metoda ini, penjumlahan
laba dari semua pusat laba lebih besar dibandingkan dengan jumlah laba perusahaan. Kondisi ini hams disadari
oleh manajemen puncak dalam menyetujui anggaran dan melakukan evaluasi prestasi terhadap pusat laba.
BAB VII
HARGA TRANSFER (Bagian Kedua)
Penentuan harga
Penentuan harga ditentukan oleh perimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar
Perimbangan ini dipengaruhi oleh perilaku supplier dan demander
%markup=(Laba yg diharapkan+bi yg tdk dipengaruhi lgs oleh vol. produksi)/(biaya yang dipengaruhi
langsung oleh volume produksi)
Harga jual produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan yang diatur dengan peraturan
pemerintah
Dalam penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah, biaya penuh masa yang
akan datang yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual tersebut dihitung dengan menggunakan
pendekatan full costing
Harga transfer
Harga transfer adalah harga barang atau jasa yang dipertukarkan antar unit-unit yang ada dalam
suatu organisasi
Dalam artian luas, harga transfer ini meliputi semua bentuk alokasi biaya antara departemen-
departemen pembantu dan departemen produksi.
Sebagai contoh:
Biaya listrik di alokasikan dari departemen pembangkit listrik ke departemen-departemen yang
menikmati listrik
Harga jual produk pusat penghasil laba yang ditransfer ke puat laba lain di dalam perusahaan yang
sama.
Dalam harga transfer perlu diperhatikan struktur organisasi perusahaan. Salah satu syarat adanya
harga transfer yaitu terdapat desentralisasi dalam pelimpahan kewenangan. Desentralisasi adalah
pendelegasian kebebasan untuk mengambil keputusan. Ada tiga tipe desentralisasi yaitu:
Desentralisasi berdasar fungsi
Desentralisasi berdasar daerah
Desentralisasi berdasar laba
Dalam artian sempit, harga transfer hanya dibatasi penggunaannya untuk hargan atau jasa yang
ditransfer dari pusat penghasil laba yang satu ke pusat penghasil laba yang lain dalam organisasi yang sama.
A
B
C
Gabungan
Biaya-biaya
Material/Bahan baku
20
75
150
20
Biaya variable lainnya
25
25
200
250
Kontribusi
30
50
0
80
Harga
75
150
350
350
Biaya lengkap
Biaya variabel
Biaya variable
Rp xx
Biaya Produksi variable
Rp xx
Biaya produksi variable
Rp xx
Biaya pemasaran
Rp xx
Biaya pemasaran
Rp xx
Biaya administrasi dan umum variable
Rp xx
Biaya administrasi dan umum variable
Rp xx
Total biaya lengkap sebagai dasar penentuan harga transfer
Rp xx
Total biaya variable
Rp xx
Biaya tetap
Biaya yang dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer dapat berupa biaya historis (biaya
sesungguhnya dikeluarkan untuk produk atau j asa yang ditransfer) atau biaya standar.
Jika harga transfer ditentukan sebesar biaya lengkap yang telah dikeluarkan oleh unit pengirim,
harga transfer ini tidak dapat menimbulkan insentip bagi unit pengirim untuk melakukan transfer barang atau
jasa kepada unit penerima. Metoda penentuan harga transfer ini menyebabkan laba unit pengirim dihitung
terlalu rendah sedangkan laba unit penerima dihitung terlalu tinggi.
Bila harga transfer ditentukan sebesar biaya variabel yang telah dikeluarkan oleh unit pengirim,
informasi yang dihasilkan lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan j angka pendek. Sebagai contoh,
menejer unti penerima dapat menambahkan biaya variabel unitnya kepada barang atau j asa yang diterima
dari unit pengirim sehingga jumlah biaya variabel (baik dari unit pengirim maupun penerima) dapat digunakan
sebgai harga jual minimum produk atau jasa yang dihasilkan oleh unit penerima. Harga berapapun di atas tetal
biaya variabel tersebut berarti tambahan laba bagi perusahaan. Ditinjau dari pengukuran prestasi, metoda
harga transfer ini tidak adil bagi unit pengirim. Harga transfer tersebut disamping tidak memperhitungkan laba
bagi unit pengirim, juga tidak dapat menutup biaya tetap unit pengirim.
Karena harga transfer yang ditentukan sebesar biaya, baik biaya lengkap maupun biaya variabel -
tidak baik ditinjau dari sudut pengukuran prestasi, maka timbul metoda penentuan harga transfer yang disebut
cost plus a markup. Pada umumnya metoda ini digunakan jika tidak terdapat harga pasar bagi barang atau jasa
yang ditransfer.
Biaya Variabel
Rp xx
Atau
Biaya tetap
Rp xx
Biaya variable
Rp xx
Total biaya lengkap
Rp xx
Ditambah: markup
Rp xx
Ditambah:markup
Rp xx
Harga transfer
Rp xx
Harga transfer
Rp xx
Jika markup ditambahkan pada biaya variabel, maka harga transfer yang dihasilkan dimaksudkan
untuk menutup di samping biaya variabel juga biaya tetap dan sejumlah lab a yang disetujui antara unit
pengirim dan unit penerima. Jika markup ditambahkan kepada biaya lengkap, haraga transfer yang dihasilkan
dimaksudkan untuk menutup di samping biaya lengkap juga sejumlah laba yang disetujui antara unit pengirim
dan unit penerima. Seringkali markup yang ditambahkan pada biaya ditentukan sebesar return on investment.
Keterangan
Persen
Harga pasar
xxx
Dikurangi
Potongan volume
xxx
Biaya penjualan
xxx
Biaya penagihan
xxx
Biaya penggudangan
xxx
xxx
Harga transfer dalam persentase harga pasar
xxx
Latihan
Divisi komponen memproduksi suku cadang yang digunakan oleh divisi barang. Biaya produksi suku
cadang adalah sebagai berikut:
Bahan Iangsung $10
Tenaga kerja Iangsung $2
Overhead variabel $3
Overhead tetap $ 5 (didasarkan pada volume 200.000 suku cadang.
Biaya-biaya lain yang dikeluarkan divisi komponen adalah sebagai berikut:
Biaya penjualan dan administrasi tetap $ 500.000
Biaya penjualan variabel per unit $1
Suku cadang biasanya dijual dengan harga antara $28 dan $30 dalam pasar eksternal. Saat ini, divisi
komponen menjual produknya kepada pelanggan eksternal $29. Divisi ini mampu memproduksi 200.000 unit
pertahun; namun, karena kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan, hanya 150.000 unit yang
diperkirakan akan diproduksi selama tahun yang akan datang. Biaya penjualan variabel dapat dihindari apabila
suku cadang dijual secara internal.
Divisi barang membeli suku cadang serupa dari pemasok eksternal dengan harga $28. Divisi ini
diperkirakan bahwa kebutuhan suku cadang selama tahun yang akan datang adalah 50.000 unit. Manajer divisi
barang telah mengajukan tawaran untuk membeli 50.000 unit dari divisi komponen seharga $18.
Diminta:
Hitunglah harga transfer minimum yang dapat diterima divisi komponen.
Hitunglah harga transfer maksimum yang bersedia dibayar oleh manajer divisi barang.
Haruskah transfer internal dilakukan? Mengapa? Apabila anda adalah manajer divisi komponen,
bersediakah anda menjua150.000 suku cadang dengan harga $18 per unit?
Jelaskan!
Seandainya total aktiva operasi rata-rata divisi komponen adalah $10 juta. Hitunglah ROI untuk
tahun yang akan datang, dengan menganggap bahwa 50.000 unit tersebut ditransfer ke divisi barang dengan
harga $21 per unit.
Mata Kuliah
AKUNTANSI MANAJERIAL
Materi:
HARGA TRANSFER
(TRANSFER PRICING)
Fakultas/Jurusan
EKONOMI / AKUNTANSI
MODUL : 24
Penyusun:
H. SABARUDIN MUSLIM
HARGA TRANSFER
(TRANSFER PRICING)
. A. PENGERTIAN
Harga Transfer (Transfer Pricing) adalah:
Biaya (cost) atau harga (price) yang dibebankan atas pemindahan (transfer) suatu barang atau jasa
dari satu divisi ke divisi lain dalam suatu perusahaan (transaksi antar divisi secara internal perusahaan).
Harga Transfer lazimnya dipraktikkan oleh perusahaan yang organisasinya berbentuk desentralisasi
dan pertanggungjawaban dilakukan melalui pusat laba (profit center) atau pusat investasi (investment center).
Contoh: PT Krakatau Steel Cilegon dalam menjalankan aktivitas produksinya memiliki tiga divisi,
yaitu devisi X, divisi Y, dan divisi Z. Masing-masing divisi menjalankan aktivitas produksi sesuai dengan ruang
lingkup kegiatannya. Hasil produksi (output) divisi X mungkin dapat dijual ke divisi Y atau dijual ke pihak luar
perusahaan. Demikian juga output divisi Y dapat dijual ke divisi Z sebagai bahan baku di divisinya atau mungkin
langsung dijual ke pihak luar perusahaan. Jika terjadi penjualan antar divisi, misalkan divisi X menjual ke divisi
Y, maka transaksi antara divisi X dan divisi Y disebut transfer pricing.
Karena organisasi perusahaan bersifat desentralisasi maka keputusan untuk menentukan biaya
produksi dan harga jual produk adalah menjadi wewenang masing-masing divisi, meskipun tidak mutlak. Untuk
itu, dalam hal terjadinya transaksi antar divisi (transfer pricing) sebaiknya perusahaan (kantor pusat) tidak
melakukan intervensi, karena masing-masing divisi akan diukur kinerjanya dari perolehan laba masing-masing
divisi.
Berdasarkan data diatas, berapa harga transfer yang harus ditetapkan dan disepakati oleh kedua
divisi tersebut, jika digunakan market-based transfer pricing?.
Jawab:
Selama ini Plamongan Beverage telah menjual bir klutuk dengan harga pasar $ 20 per botol.
Sebenarnya tanpa membeli dari Plamongan Beverage, Dunkin Donald dapat membeli bir klutuk dari pemasok
luar dengan harga Rp 18. per botol. Namun kenapa Dunkin Donald bersedia membeli bir klutuk tersebut dari
Plamongan Beverage, padahal harga dari pemasok lebih rendah dibanding dengan harga jual Plamongan
Beverage.
Dalam beberapa skema penetapan harga, transfer pricing akan diturunkan sampai Rp 18. dan
Dunkin Donald akan diarahkan untuk membeli dari Plamongan Beverage sepanjang Plamongan Beverage
bersedia menjual.
Harga pasar luar untuk bir jahe yang dihasilkan oleh Plamongan Beverage adalah $ 20 per barel.
Walaupun begitu, Dunkin Donald dapat membeli seluruh bir jahe yang diinginkannya dari pemasok luar
seharga $ 18 per barel. Mengapa Dunkin Donald bersedia membeli dari Plamongan Beverage, padahal di pasar
harganya lebih rendah? Dalam beberapa skema, harga transfer akan diturunkan sampai $ 18, harga pasar
penjual luar, dan Dunkin Donald akan diarahkan untuk membeli dari Imperial Beverage sepanjang Plamongan
Beverage bersedia menjual.
Perspektif penjual:
Harga transfer ? biaya variabel per unit + (margin kontribusi total pada hilangnya penjualan / jumlah
unit yang ditransfer)
Perspektif pembeli:
Harga transfer ? biaya yang dibayarkan kepada pemasok luar.
Jika divisi Plamongan B menjual ke konsumen luar sebanyak 9.000 barel, dan pihak divisi pembeli
atau Dunkin Donald masih membutuhkan bir sebanyak 2.000 barel, apakah harga transfer akan terjadi?
Jawab:
Harga transfer ? biaya variabel + ( margin kontribusi pada produk hilang / jumlah unit yang
ditransfer)
Harga transfer berdasarkan metode negosiasi merupakan harga transfer yang disepakati antara dua
divisi yang terlibat dalam penjualan dan pembelian.
Beberapa keunggulan metode negosiasi ini adalah:
* Dapat melindungi otonomi masing-masing divisi dan hal ini konsisten dengan semangat
desentralisasi.
* Manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik dan akurat tentang biaya dan laba
potensial masing-masing divisi dibanding jika mengandalkan informasi tersebut dari pihak luar perusahaan.
Pada saat dilakukan negosiasi antar divisi menyangkut harga transfer yang akan diputuskan,
tentunya manajer masing-masing divisi akan mengajukan beberapa syarat (option) untuk mempertahankan
kinerja divisnya masing-masing.
Jika masing-masing mananajer tidak dapat mengetahui atau menetapkan harga transfer secara
pasti, maka harga transfer dapat diputuskan dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:
a. Divisi penjual akan setuju untuk mentransfer barang ke divisi pembeli hanya jika laba divisi
penjual meningkat sebagai hasil dari aktivitas transfer.
b. Divisi pembeli akan setuju untuk menerima barang yang ditransfer hanya jika laba divisi pembeli
juga meningkat sebagai hasil dari aktivitas transfer.
Divisi penjual tanpa kapasitas menganggur. Dimisalkan bahwa Plamongan Beverage tidak memiliki
kapasitas yang menganggur, menjual 10.000 barel bir jahe setiap bulan dengan harga 20 per barel ke pihak
luar. Untuk memenuhi pesanan dari pihak dalam harus menarik penjual sebesar 2000 barel dari pelanggannya
yang biasa.
Pada rentang berapakah harga transfer akan membuat kedua divisi lebih baik dengan mentransfer
2000 barel di dalam perusahaan?
a. Divisi penjual, akan tertarik dalam proposal jika;
Harga transfer ? biaya variabel per unit + (margin kontribusi total pada hilangnya penjualan /
jumlah unit yang ditransfer)
Jadi menurut divisi penjual, harga transfer harus paling tidak menutupi penerimaan pada penjualan
yang hilang, yaitu 20 per barel. Ini masuk akal karena biaya menghasilkan 2000 barel sama dengan jika terjual
ke pasar dalam maupun ke pasar luar. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa divisi penjualan kehilangan
penerimaan 20 per barel jika mengtransfer ke pembeli pihak dalam.
b. Seperti sebelumnya, divisi pembeli Pizza dari pihak dalam, tidak akan bersedia membayar lebih
banyak daripada 18 per barel seperti yang telah dibayarkan untuk bir yang serupa dari pemasok yang biasa
pihak luar.
Harga transfer ? biaya yang dibayarkan kepada pemasok luar.
c. Oleh karena itu, divisi penjualan akan berkeras pada suatu harga transfer paling tinggi atau paling
tidak 20. Tetapi divisi pembeli akan menolak setiap harga transfer di atas 18. Tidak mungkin memuaskan kedua
divisi tersebut secara bersamaan; tidak ada kesepakatan pada harga transfer dan tidak ada harga transfer yang
akan dilakukan. Apakah ini baik ? jawabannya adalah ya. Dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan,
transfer tidak masuk akal.
Pada dasarnya, harga transfer merupakan suatu mekanisme untuk membagi antara kedua divisi
setiap laba yang diperoleh perusahaan secara keseluruhan sebagai suatu hasil dari transfer. Jika perusahaan
kehilangan uang karena ada transfer, tidak akan ada laba untuk dibagi, dan tidak akan mungkin bagi kedua
divisi untuk sampai pada kesepakatan. Di sisi lain, jika perusahaan menghasilkan uang karena aktivitas transfer,
akan terdapat laba potensial untuk dibagi, dan selalu dimungkinkan bagi kedua belah pihak untuk menemukan
harga transfer yang sama-sama menguntungkan yang dapat disepakati yang meningkatkan laba kedua divisi
tersebut dan akan berakibat dapat meningkatkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Tujuan penentuan harga transfer internasional terfokus pada meminimalkan pajak, bea cukai, dan
resiko pertukaran asing, bersama dengan meningkatkan suatu posisi kompetitif perusahaan dan memperbaiki
hubungannya dengan pemerintahan asing. Walaupun tujuan domestik seperti motivasi manajerial dan
otonomi divisi selalu penting, mereka seringkali menjadi sekunder pada saat transfer internasional terlibat.
Perusahaan akan berfokus bukan pada pembebanan suatu harga transfer yang akan menyerang rekening pajak
total atau yang akan memperkuat anak perusahaan asing.
DAFTAR PUSTAKA
Akuntansi Manajerial
Sabarudin Muslim, SE. M.Si.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana
‘11
- 13 -
Pertemuan M-10
PUSAT INVESTASI dan
MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA
1 PUSAT INVESTASI
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban dengan tingkat kewenangan paling tinggi.
Representatif dari manajer yang memimpin pusat investasi ini adalah Chief Executive Officer (CEO), atau
Direktur Utama perusahaan. Kewenangan dan tanggungjawab manajer pusat investasi mencakup, pencapaian
laba dan keefektivan dalam pengelolaan aset. Karena kewenangan yang diberikan luas, tidak hanya
menghasilkan laba namun juga mengelola aset. Kewenangan yang luas itu harus dipertanggungjawabkan di
kemudian hari. Alat ukur keuangan tidak lagi cukup laba, namun pencapaian laba dikaitkan dengan total aset
yang digunakan untuk memperoleh laba itu. CEO bertanggungjawab atas pertumbuhan kekayaan perusahaan
atau pelipatgandaan kekayaan perusahaan karena ia diberi kekuasaan untuk itu. Ukuran pelipatgandaan
kekayaan itu dengan economic value added (EVA) dan residual income (RI). Kedua alat ukur menentukan
seberapa besar delta yang menunjukkan pertambahan atau penurunan riil kekayaan perusahaan dari kekayaan
periode sebelumnya.
Oleh karena manajer pusat investasi dinilai kinerja keuangannya berdasarkan kemampuannya
dalam mengelola aset maka ada dua hal pokok yaitu bagaiamana mengukur aktiva yang dikelola dan
bagaimana mengendalikan aktiva tersebut. Pengukuran atas aktiva yang dikelola penting karena prinsip dasar
dalam penilaian kinerja keuangan unit kerja dan manajernya adalah pengukuran kinerja itu harus adil yaitu
pertanggungjawaban yang diminta adalah sama dengan tingkat kewenangan yang diberikan. Manajer jangan
diperlakukan seperti meminta pertanggungjawaban atas suatu hal yang ia sendiri tidak punya wewenang.
Sebagai contoh investasi yang masih dalam masa konstruksi tidak layak diperhitungkan dalam menghitung ROI
atau EVA dalam rangka penilaian kinerja internal.
Kewenangan Pusat Investasi adalah menyangkut pengelolaan laba (yang terdiri atas pendapatan
dan biaya) serta mengelola aset yang dipergunakan untuk memperoleh laba. Dengan demikian, Pusat Investasi
diukur prestasinya berdasarkan perbandingan antara laba yang diperoleh dengan aset (investasi) yang
dipergunakan. Return on investment (ROI) adalah salah satu alat ukurnya.
Di lihat dari rancangan sturuktur organisasi maka manajer pusat investasi memiliki kendali atas
berbagai pusat pertanggungjawaban seperti, pusat laba, pusat beban (terukur maupun kebijakan), dan pusat
pendapatan. Kewenangan pusat investasi tidak hanya sampai pada terciptanya laba, namun lebih dari itu,
diberikan kewenangan untuk mengelola laba itu, misalnya untuk diinvestasikan kembali.
Masalah investasi merupakan masalah yang penting karena menyangkut masalah sumber dana
untuk investasi, umur ekonomis dan yang paling penting adalah mengenai expected return dari investasi
tersebut. Setiap perusahaan tentunya tidak ingin dana atau modal yang dimiliki terbuang percuma tanpa
mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, sehingga keputusan mengenai investasi sangat
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Jika salah dalam pengambilan keputusan dalam investasi akan
mengakibatkan kinerja perusahaan menurun.
2 STRUKTUR ANALISIS
Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban
yang paling luas kewenangannya, hampir sama dengan kewenangan pemilik. Tidak hanya menciptakan
keuntungan namun juga mempunyai kewenangan untuk mengelola keuntungan tersebut, mau diinvestaskian
kembali dalam unit bisnis baru atau tidak. Dan memiliki kewenangan untuk memutuskan segala hal yang
terkait dengan pengelolaan aset. Misalnya keputusan untuk menambah investasi dalam permesinan, atau
dalam bisnis yang baru atau memutuskan pengurangan atau penarikan investasi dengan menjual aset-aset
yang dianggap tidak terlalu produktif.
Keuntungan ROI :
1. Mendorong Manajer untuk memberikan perhatian yang lebih luas terhadap hubungan antara
penjualan, biaya dan investasi yang seharusnya menjadi fokus bagi manajer investasi.
2. Mendorong efisiensi biaya.
3. Bisa mengurangi investasi yang berlebihan
Kelemahan ROI :
1. Manajer pusat investasi cenderung menolak investasi yang bisa menurunkan ROI pusat
pertanggung jawabannya, walaupun akan meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Karena
ROI adalah ukuran kinerjanya. Topik ini menjadi bahasan akuntansi keperilakuan.
2. Mendorong Manajer pusat investasi berperilaku mementingkan kepentingan jangka pendek
tanpa memperhatikan kepentingan jangka penjang.
Walaupun banyak perusahaan yang menggunakan ROI untuk mengevaluasi unit-unit usahanya
dibandingkan dengan EVA, tetapi EVA tetap mempunyai keunggulan terhadap ROI:
1. Seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan investasi, sedangkan ROI
memberikan insentif berbeda untuk tiap unit usaha.
2. Tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aktiva yang berbeda pula.
3. Bahwa EVA, berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-
perubahan dalam nilai pasar perusahaan.
Para pemegang saham merupakan pemilik kepentingan (stakeholder) yang penting dalam
perusahaan. Ada beberapa alasan mengapa penciptaan nilai pemegang saham menjadi sangat penting bagi
perusahaan :
1. Mengurangi resiko pengambilalihan (takeover)
2. Menciptakan nilai tukar untuk agresivitas dalam merger dan akuisisi
3. Mengurangi biaya modal, sehingga memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk pertumbuhan
masa depan.
Ketika digunakan sebagai ukuran kinerja, EVA mendorong para manajer untuk meningkatkan
EVA dengan cara mengambil tindakan-tindakan yang konsisten dengan peningkatan nilai pemegang saham.
Hal ini dapat dipahami dengan melihat pada cara bagaimana EVA diperhitungkan :
4 BEBAN MODAL
Dalam menghidupi jalannya perusahaan, dibutuhkan modal. Sumber modal dapat berasal
setoran modal dari para pemegang saham atau dapat juga dari hutang bank. Kedua sumber modal bukanlah
gratis, tapi ada sewanya. Biaya modal atas hutang disebut bunga dan biaya modal yang berasal dari pemegang
saham adalah dividen. Jika perusahaan menggunakan sumber dana yang merupakan gabungan dari keduanya,
maka biaya modal adalah biaya modal rata-ratanya (weighted everage cost of capital)
Kas
Jika pengendalian kas dilakukan secara terpusat cenderung menginginkan saldo kas yang lebih kecil
dari pada yang ingin dipegang oleh Manajer Unit Usaha. Sehingga kas yang ada di Unit Usaha lebih kecil dari
pada sebenarnya, jika unit usaha tersebut berdiri secara independen.
Beberapa perusahaan mengabaikan unsur kas dalam investasi dengan alasan bahwa karena
jumlah kas mendekati kewajiban lancar (current liabilities) atau jumlah kas dikeluarkan dari nilai investasi.
Piutang
Manajer Unit Usaha dapat memengaruhi tingkat piutang secara tidak langsung, melalui kemampuan
melakukan penjualan dan memberikan batas kredit dan penagihannya dilakukan oleh Unit Penagihan. Masalah
piutang yang dimasukkan pada perhitungan nilai investasi sebuah pusat pertanggungjawaban, apakah sebesar
harga pokok penjualan atau sejumlah nilai penjualan (harga pokok ditambah laba), karena uang yang
diperoleh dapat diinvestasikan lagi, sedangkan pencatatannya hanya dengan nilai buku.
Persediaan
Perlakuannya sama dengan piutang yaitu dicatat pada akhir periode dengan metode yang dipilih
untuk tujuan akuntansi keuangan. Oleh sebab itu perlu digunakan sistem biaya standar atau rata-rata dan
biaya yang sama yang juga digunakan untuk mengukur harga pokok penjualan pada perhitungan laba rugi.
Modal Kerja secara Umum
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja (working capital) untuk membelanjai operasi sehari-
hari. Modal kerja ini berhubungan erat dengan current asset atau aktiva lancar perusahaan. Pengelolaan
modal kerja merupakan salah satu aspek penting bagi perusahaan. Perusahaan secara umum harus
mempertahankan jumlah modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Setiap elemen dari aktiva
lancar tersebut harus dikelola secara efisien agar meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan pada tingkat
yang aman. Perusahaan melakukan investasi dalam aktiva tetap dengan harapan akan mendapatkan return
yang lebih besar dibandingkan sebelum melakukan investasi. Investasi dalam aktiva tetap dapat ditujukan
untuk mengembangkan produk dan jasa perusahaan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Jika kekurangan asset untuk mengembangkan produk dan jasa perusahaan sedangkan
permintaan semakin besar, maka perusahaan akan kehilangan konsumen. Tetapi jika terlalu banyak asset yang
dimilikli akan mengakibatkan idle fixed asset dimana aktiva tetap yang dimiliki tidak dapat digunakan secara
optimal. Oleh karena itu, ketepatan dalam menentukan modal kerja dan investasi aktiva tetap akan
mengakibatkan keuntungan dan kelangsungan perusahaan.
Perlakuannya sangat bervariasi, tetapi yang diperlukan bahwa modal kerja (aktiva lancar) adalah
untuk memenuhi kewajiban lancar, sehingga Manajer Unit Usaha bertanggung jawab untuk mengawasi hutang
tersebut.
Dengan melihat kelemahan ROI, kelihatannya mengejutkan bahwa ROI digunakan secara luas.
Kesalahan konseptual ROI untuk evaluasi kinerja adalah nyata dan menyebabkan timbulnya perilaku
disfungsional dari para manager unit usaha. Sedangkan dengan penggunaan EVA sebagai perangkat
pengukuran kinerja sangat disarankan. Tetapi EVA tidak menyelesaikan seluruh masalah yang berkaitan
dengan perhitungan aktiva tetap.
Tingkat pengembalian minimal bisa ditentukan oleh manajer berdasar tingkat hasil investasi yang
umum (layak) artinya besarnya harus lebih besar dari tingkat suku bunga deposito (Risk Free Return atau RF),
atau sama dengan tingkat hasil pasar (Market Return atau RM, atau dapat dihitung berdasarkan teori biaya
modal rata-rata tertimbang.
Keterangan tabel di atas: Laba Residu adalah NOPAT dikurangi biaya modal; NOPAT = Laba Operasi
x (1 –T) = Rp 3.750 x 0,6 = (Rp 2.250 – Rp 1680) = Rp 570
k adalah biaya modal rata-rata tertimbang:
k = kb(1-T)(B/V) + ks(S/V)
= [0,20(1-0,40)(6.000/10.000)] + 0,24(4.000/10.000)
= 0,072 + 0,096
= 0,168 atau 16,8%
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa gross profit margin sebesar 40%, operating profit
margin sebesar 25%, net profit margin sebesar 8%, rasio biaya modal rata-rata tertimbang terhadap penjualan
11%, dan rasio laba residu terhadap penjualan 4%. Artinya bahwa perusahaan tersebut mempunyai nilai
tambah karena laba operasi bersih lebih besar daripada biaya modalnya. Perhitungan nilai tambah perusahaan
dapat dihitung:
Nilai perusahaan yaitu laba operasi bersih dibagi biaya modal yaitu sebesar (Rp 2.250 / 0,168) =
Rp 13.393. Sedangkan nilai assets sebesar Rp 10.000, jadi nilai perusahaan lebih besar dari nilai assetsnya,
maka perusahaan mempunyai nilai lebih atau nilai lebihnya positif sebesar Rp 3.393. Besarnya negatif nilai
lebih dapat dihitung dari laba residu dibagi biaya modal yaitu (Rp 570 / 0,168) = Rp 3.393.
Jika tidak mempunyai laba residu positif maka manajemen tidak mampu mengoperasikan
perusahaan. Ketidakmampuan itu tercermin pada: (1) perputaran harta atau assets turnover kecil, (2)
operating profit margin kecil. Solusinya adalah menaikkan penjualan dan mereduksi biaya operasi (efisiensi
biaya). Solusi yang lebih mudah adalah efisiensi biaya karena biaya adalah faktor internal yang bisa
dikendalikan manajemen. Sedangkan penjualan (atau pangsa pasar) adalah faktor eksternal yang relatif sulit
dikendalikan manajemen. Pada contoh PT Nusa di atas, manajemen tidak perlu mengadakan restrukturisasi
biaya (biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi) karena gross profit margin dan operating
profit margin cukup baik.
MODUL 7
PUSAT INVESTASI :
MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN
ASET YANG DIKELOLA
REFERENSI
Management Control System, Robert N. Anthony., Vijay Govindarajan
Dalam unit usaha yang lain, laba dibandingkan dengan aset yang diguna-kan untuk meraih laba
tersebut. Kami menyebut pusat tanggung jawab yang terakhir sebagai pusat investasi dan dalam bab ini, kita
akan membahas masalah-masalah pengukuran yang terjadi dalam pusat tanggung jawab semacam ini.
Pertama kita akan membahas masing-masing jenis aset yang mungkin di-gunakan dalam suatu
pusat investasi. Kumpulan aset-aset tersebut dinamakan sebagai basis investasi. Kemudian kita akan
membahas dua metode yang menghubungkan laba dengan basis investasi: (1) persentase tingkat pengembali-
an investasi/return on investment (ROI), dan (2) nilai tambah ekonomi/economic value added (EVA). Kami
akan menjelaskan keuntungan dan persyaratan-persyaratan dalam menggunakan masing-masing metode
untuk mengukur kinerja. Yang terakhir, kita akan membahas masalah perbedaan dalam mengukur nilai
ekonomi dari suatu pusat investasi, dibandingkan dengan bila kita mengevaluasi manajer yang berwenang
dalam suatu pusat investasi.
Tujuan Analisis
Tujuan pengukuran penggunaan aset merupakan hal yang sama dengan tujuan pusat laba, yaitu:
- Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting mengenai aset
yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan
perusahaan.
- Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha.
Dalam analisis kita mengenai perlakuan alternatif bagi aset dan per-bandingan ROI dan EVA-dua
cara dalam menghubungkan laba dengan aset yang digunakankita sangat tertarik pada bagaimana alternatif-
alternatif tersebut dapat mencapai kedua tujuan di atas dalam menyediakan informasi untuk pengambilan
keputusan penting dan mengukur kinerja ekonomi suatu unit usaha.
Dengan memfokuskan diri pada laba tanpa mempertimbangkan aset yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut tidaklah cukup untuk proses pengen-dalian. Kecuali untuk beberapa jenis
organisasi jasa tertentu, di mana jumlah modalnya tidak signifikan, tujuan penting dari sebuah perusahaan
yang bero-rientasi pada laba adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang, memuaskan atas
modal yang digunakan. Laba sebesar $1 juta dalam sebuah perusahaan yang memiliki modal $10 juta tidak
mencerminkan kinerja yang baik dibandingkan dengan laba sebesar $1 juta dari perusahaan yang memiliki
modal sebesar $5 juta, dengan asumsi kedua perusahaan menghadapi risiko yang sama.
Kecuali jumlah aset yang digunakan ikut diperhitungkan, pihak manajemen senior akan sulit
membandingkan kinerja laba dari suatu unit usaha dengan unit usaha yang lain atau dengan unit yang sama
pada perusahaan lain. Membanding-kan perbedaan laba yang mencolok tidak akan berarti jika unit usaha
mengguna-kan sumber daya yang berbeda; dengan kata lain, makin banyak sumber daya yang digunakan,
seharusnya makin besar laba yang diperoleh. Perbandingan semacam ini digunakan untuk menilai kinerja para
manajer unit usaha dan untuk memutuskan cara pengalokasian sumber daya.
Umumnya, para manajer unit usaha memiliki dua sasaran kinerja. Pertama, mereka harus
menghasilkan laba yang cukup dari sumber daya yang digunakan. Kedua, mereka dapat menggunakan sumber
daya tambahan hanya jika penggunaan tersebut menghasilkan return yang memadai. (Sebaliknya, mereka
harus menghentikan penggunaan jika laba tahunan yang diharapkan lebih rendah daripada kas yang dapat
direalisasikan dari penjualannya). Tujuan dari menghubungkan laba dengan investasi adalah untuk memotivasi
para manajer unit usaha untuk mencapai sasaransasaran tersebut di atas. Seperti yang akan kita lihat nanti,
terdapat hambatanhambatan yang signifikan dalam membuat suatu sistem yang fokus pada aset yang
digunakan sebagai tambahan fokus pada laba.
Gambar 6-1 merupakan laporan keuangan unit usaha yang sederhana yang akan kita gunakan
dalam analisis ini. (Demi kemudahan, pajak penghasilan diabaikan pada gambar ini dan diabaikan dari
pembahasan pada bab ini. Memasukkan unsur pajak penghasilan akan mengubah ketepatan perhitungan,
tetapi tidak akan mengubah kesimpulan). Gambar tersebut menunjukkan dua cara dalam menghubungkan
laba dengan aset yang digunakan-yaitu, melalui ROI dan EVA.
Pendapatan $ 1.000
Pengeluaran, di luar depresiasi $850
Depresiasi 50
Pendapatan sebelum pajak 900
Beban Modal ($500 x 10%) 100
Economic value added (EVA) 50
Return on investment (ROI) = $100/$500 = 20% 50
Nilai tambah ekonomi (EVA) adalah jumlah uang, bukan rasio. EVA dapat diperoleh dengan
mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba bersih operasi (net operating profit). Beban modal
diperoleh dari perkalian antara jumlah aset yang digunakan dengan suatu tingkat tarif (rate), yang dalam
Gambar 6-1 besarnya 10 persen. Kita akan membahas derivasi dari rate ini pads bagian berikutnya.
Kas
Kebanyakan perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena pusat pengendalian
membuat penggunaan saldo kas lebih kecil daripada jika setiap unit usaha memegang saldo kasnya, baik untuk
pemasukan maupun pengeluaran. Saldo kas unit usaha mungkin hanya akan merupakan hat yang
"mengambang" antara penerimaan harian dan pengeluaran harian. Akibatnya, saldo kas aktual pada tingkat
unit usaha cenderung jauh lebih kecil daripada sardo kas yang diperlukan jika unit usaha merupakan suatu
perusahaan independen. Karena itu, banyak perusahaan yang menggunakan rumus untuk menghitung kas
yang dilibatkan dalam basis investasi. Sebagai contoh, General Motors melaporkan penggunaan 4,5% dari
penjualan tahunan; Du Pont melaporkan penggunaan biaya penjualan setiap dua bulan dikurangi depresiasi.
Satu atasan untuk melibatkan kas Pada jumlah yang lebih besar daripada sardo yang biasanya
dipegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih besar diperlukan untuk membuat
perbandingan dengan perusahaan luar. Jika saja kas aktual ditunjukkan, return dari unit internal akan terlihat
sangat tinggi dan dapat membingungkan pihak manajemen senior.
Beberapa perusahaan mengabaikan unsur kas dalam basis investasi. Atasannya adalah bahwa
jumlah kas tersebut menggambarkan kewajiban lanear (current liabilities). Jika demikian, jumlah piutang dan
perusahaan akan menggambarkan jumlah modal kerja (working capital).
Piutang
Para manajer unit usaha dapat mempengaruhi besarnya piutang secara tidak langsung, melalui
kemampuan mereka dalam penjualan; dan secara langsung, melalui pembuatan kondisi kredit dan menyetujui
akun kredit individu dan batas kredit, serta melalui wewenang mereka dalam mengumpulkan kredit yang jatuh
tempo. Demi kemudahan, unsur piutang sering dimasukkan pada saldo aktual akhir periode, meskipun
ratarata antarperiode pada konsepnya pengukuran yang lebih baik atas jumlah yang seharusnya berhubungan
dengan laba.
Memasukkan unsur piutang pada harga jual atau pada harga pokok produksi merupakan hal
yang masih diperdebatkan. Suatu pihak dapat berargu-men bahwa investasi riil suatu unit dalam piutang
adalahhanya harga pokok produksi dan bahwa tingkat pengembalian yang memuaskan atas investasi ini
mungkin sudah cukup. Di lain pihak, adalah mungkin untuk beratasan bahwa unit usaha dapat
menginvestasikan kembali dan karena itu, piutang harus dimasukkan Pada harga jualnya. Yang biasanya
dilakukan adalah mengambil alternatif yang lebih sederhana -yaitu, untuk memasukkan piutang pada nilai
buku, yang merupakan harga jual dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu.
Jika unit usaha tersebut tidak mengontrol kredit dan penagihannya, piutang dapat dihitung
menurut suatu rumus. Rumus ini harus konsisten dengan periode pembayaran normalnya-sebagai contoh,
penjualan 30 hari di mana biasanya pembayarannya adalah 30 hari setelah barang dikirim.
Persediaan
Persediaan biasanya diperlakukan sama seperti piutang-yaitu, biasanya dicatat pada jumlah
akhir periode meskipun rata-rata antarperiode lebih baik secara konseptual. Jika perusahaan menggunakan
LIFO (last in,first out) untuk tujuan akuntansi keuangan, maka metode penilaian yang lain yang digunakan
untuk pelaporan laba unit usaha, karena saldo persediaan LIFO cenderung sangat rendah bila terjadi inflasi.
Dalam kondisi-kondisi tersebut, persediaan harus dinilai Pada biaya standar atau rata-rata, dan biaya-biaya ini
harus digunakan untuk mengukur biaya penjualan pada laporan laba rugi dari unit usaha.
Jika persediaan barang dalam proses (work-in-process) dibiayai dengan cara pembayaran di
muka (advance payment) atau dengan cara progress pay-ment dari konsumen, seperti biasanya terjadi dalam
hal barang yang membutuh-kan waktu produksi lama, pembayaran tersebut akan dikurangi, dari jumlah
persediaan kotor (gross inventory amounts), atau dilaporkan sebagai kewajiban.
Beberapa perusahaan mengurangkan unsur utang dari persediaan dengan dasar bahwa utang
mencerminkan pembiayaan sebagian dari persediaan oleh pemasok, pada biaya nol untuk unit usaha. Modal
perusahaan yang dibutuhkan untuk persediaan adalah hanya selisih antara jumlah persediaan kotor dan utang.
Jika unit usaha tersebut dapat mempengaruhi periode pembayaran yang diper-bolehkan oleh pemasok, dan
kemudian memasukkan unsur utang dalam perhitungan tersebut mendorong manajer untuk mencari kondisi
persyaratan yang terbaik. Pada saat terjadi suku bunga tinggi atau kredit yang diperketat, para manajer
mungkin terdorong untuk mempertimbangkan potongan tunai yang ditawarkan, dan selanjutnya, pembiayaan
tambahan yang disediakan oleh pemasok. Di lain pihak, menunda pembayaran akan mengurangi aset lancar
bersih (net current asset) yang mungkin tidak merupakan kepentingan perusahaan karena hal tersebut akan
membahayakan peringkat kredit (credit rating).
Akuisisi Peralatan Baru. Seandainya suatu unit usaha dapat membeli mesin baru seharga
$100.000. Mesin ini diperkirakan akan menghasilkan penghematan sebesar $27.000 per tahun selama lima
tahun. Jika perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang dibutuhkan (required return) sebesar 10 persen,
maka investasi tersebut menarik, seperti yang telah dilakukan pada bagian A dari ilustrasi Gambar 6-3.
Investasi yang diusulkan memiliki net present value (NPV) sebesar $2.400 dan karena itu, harus diambil.
Meskipun demikian, jika mesin tersebut dibeli.dan unit usaha mengukur basis asetnya seperti yang
ditunjukkan Pada Gambar 6-1, maka unit tersebut akan melaporkan penurunan EVA Pada tahun pertama,
bukan kenaikan. Bagian B Pada Gambar 6-3 menunjukkan laporan laba rugi tanpa adanya mesin tersebut
(seperti pada Gambar 6-1) dan laporan laba rugi jika mesin tersebut dibeli (dan penggunaannya pada tahun
pertama). Perhatikanlah bahwa pembelian mesin tersebut akan menaikkan pendapatan sebelum pajak, tetapi
kenaikan ini lebih besar daripada kenaikan beban modal (capital charge). Jadi, penghitungan EVA menandakan
bahwa profitabilitas telah menurun, di mana fakta ekonominya adalah bahwa laba mengalami kenaikan.
Dalam kondisi demikian, manajer unit usaha akan merasa perlu untuk membeli aset tersebut. (Dalam Gambar
6-3, depresiasi dihitung berdasarkan metode garis lurus. Jika dihitung berdasarkan basis percepatan, yang
tidak lazim, maka selisih antara fakta ekonomi dan hasil yang dilaporkan akan lebih besar).
Gambar 6-4 menunjukkan bagaimana jumlah EVA dalam tahun-tahun selanjutnya akan
meningkat seiring dengan penurunan nilai buku dari mesin tersebut, dari -$3.000 Pada tahun pertama menjadi
+$5.000 Pada tahun kelima. Kenaikan EVA setiap tahunnya tidak mencerminkan perubahan ekonomi yang
sebenarnya. Meskipun kelihatan terjadi kenaikan profitabilitas secara konstan, sebenarnya tidak ada
perubahan profitabilitas pada tahun setelah mesin tersebut dibeli. Berdasarkan contoh tersebut, terbukti
bahwa unit usaha yang memiliki aset yang sudah tua, atau sepenuhnya terdepresiasi, akan cenderung
melaporkan EVA yang lebih besar daripada yang memiliki aset yang lebih baru.
Jika profitabilitas diukur dengan ROI, maka akan terjadi ketidakkonsistenan yang sama, seperti
yang ditunjukkan oleh kolom terakhir pada Gambar 6-4. Meskipun kita mengetahui dari perhitungan present
value bahwa return yang sebenarnya adalah 11 persen, laporan keuangan unit usaha melaporkan bahwa
besarnya kurang dari 10 persen pada tahun pertama dan meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Lebih jauh
lagi, rata-rata dari persentase selama lima tahun menunjukkan angka 16 persen, yang berarti jauh dari apa
yang kita ketahui sebagai return tahunan.
Terbukti bahwa jika aset terdepresiasi dimasukkan ke dalam basis investasi dengan nilai buku bersih,
maka profitabilitas unit usaha akan salah catat (misstated), dan para manajer unit usaha tidak akan termotivasi
untuk mengambil keputusan akuisisi yang tepat.
GAMBAR 6-3 Motivasi yang Salah untuk Akuisisi Aset (dalam ribuan $)
A. Perhitungan ekonomi
Investasi Pada mesin $ 100
Masa mantaat 5 tahun,
Arus kas masuk $27.000 per tahun
Present value dari arus kas masuk ($27.000 * 3,791)* 102,4
Net present value 2,4
Keputusan: Membeli mesin.
B. Sesuai pernyataan laporan Iaba rugi unit usaha
Seperti pd Gambar 6-1 Thn Pertama dgn Mesin
GAMBAR 6-4 Dampak Akuisisi terhadap Laporan Laba Tahunan (dalam ribuan $)
Tahun
Nilai Buku pada Awal Tahun
(a)
Pendapatan
Tambahan *
(b)
Beban Modal"
(c)
EVA
(b - c)
ROI
(b/a)
1
100
7
10
-3
7%
2
80
7
8
-1
9
3
60
7
6
1
12
4
40
7
4
3
18
5
20
7
2
5
35
Catalan: Return sesungguhnya = sekitar 11%.
*$27.000 arus kas masuk - $20.000 depresiasi = $7.000.
**10% nHai buku awal.
Nilai Buku Kotor. Fluktuasi EVA dan ROI dari tahun ke tahun pada Gambar 6-4 dapat dihindari
dengan memasukkan unsur aset yang dapat terdepresiasi (depreciable asset) ke dalam basis investasi dengan
nilai buku kotornya (gross book value), bukan nilai buku bersih (net book value). Beberapa perusahaan
melakukan hal ini. Jika hal ini dilakukan pada kasus ini, maka investasi setiap tahunnya akan sebesar $100.000
(biaya orisinalnya), dan pendapatan tambahannya akan sebesar $7.000 (arus masuk kas sebesar $27.000 -
depresiasi sebesar $20.000). Meskipun demikian, EVA-nya akan menurun sebesar $3.000 ($7.000 - bunga
sebesar $10.000), ROI-nya sebesar 7 persen ($7.000: $100.000). Kedua angka tersebut menandakan bahwa
profitabilitas unit usaha tersebut menurun, di mana pada kenyataannya, tidak benar. ROI yang dihitung
berdasarkan nilai buku kotor akan selalu meng-understate return sebenarnya.
Penggantian Aset. Jika sebuah mesin baru akan menggantikan mesin yang telah ada yang masih
memiliki nilai buku belum terdepresiasi (nilai sisa), kita tahu bahwa nilai sisa tersebut tidak relevan dengan
analisis ekonomi atas pembelian yang diusulkan (kecuali secara tidak langsung hat tersebut mempengaruhi
pajak pendapatan). Meskipun demikian, menghilangkan nilai buku dari aset yang lama pada dasarnya akan
mempengaruhi perhitungan profitabilitas dari unit usaha. Nilai buku kotor akan meningkat hanya sebesar
selisih antara nilai buku bersih setelah tahun pertama dari mesin yang baru dengan nilai buku bersih dari
mesin yang lama. Pada kasus lain, jumlah relevan dari investasi tambahan akan understated, dan selanjutnya
EVA akan overstated. Hal ini akan mendorong para manajer untuk mengganti mesin yang lama dengan mesin
baru, meskipun penggantian itu tidak dinilai secara ekonomis. Lebih jauh lagi, unit-unit usaha yang paling
banyak melakukan penggantian akan menunjukkan kenaikan profitabilitas yang besar.
Dalam jumlah, jika aset dimasukkan ke dalam basis investasi pada biaya orisinalnya, maka
manajer unit usaha akan termotivasi untuk menghilangkannyameskipun aset tersebut memiliki manfaat-
karena basis investasi unit usaha akan berkurang oleh adanya biaya penuh (full cost) dari aset tersebut.
Depresiasi Anuitas. Jika depresiasi ditentukan oleh metode anuitas, dan bukan oleh metode
garis lurus, maka perhitungan profitabilitas unit usaha akan menunjukkan EVA dan ROI yang feral, seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 6-5 dan 6-6. Hal ini karena metode depresiasi anuitas sesungguhnya mencocokkan
pengembalian investasi yang impIisit dalam perhitungan present value. Depresiasi anuitas merupakan
kebalikan dari depresiasi akselerasi yang nilai depresiasinya rendah pada tahun-tahun awal ketika nilai
investasinya masih tinggi dan depresiasi makin meningkat seiring dengan makin menurunnya nilai investasi;
rate of return tetap konstan.
Gambar 6-5 dan 6-6 menunjukkan perhitungan ketika jumlah arus kas yang masuk sama setiap
tahunnya. Persamaan-persamaan akan menderivasikan depresiasi untuk pola arus kas yang lain, seperti
penurunan arus kas Baal biaya perbaikan naik, atau naiknya arus kas Baal produk baru mulai mendapat temp
at di pasaran.
Bagaimanapun, sedikit sekali manajer yang dapat menerima ide suatu penyisihan depresiasi
yang meningkat Baal umur aset semakin fila. Mereka melihat depresiasi sebagai penurunan kondisi fisik atau
kerugian dalam nilai ekonomis. Karena itu, mereka percaya bahwa depresiasi dengan metode garis lurus, atau
pun akselerasi, merupakan metode yang paling menggambarkan kondisi di lapangan. Akibatnya, sangat Stint
untuk meyakinkan mereka untuk menerima konsep metode anuitas untuk mengukur laba unit usaha.
GAMBAR 6-5 Profitabllitas dengan Menggunakan Depresiasi Anultas Memuluskan EVA (dalam
ribuan $)
Tahun
Nilai Buku
Awal
Arus kas
masuk
EVA*
Beban
Modal*
Depresiasi***
1
$100,0
$ 27,0
$0,6
$10,0
$ 16,4
2
83,6
27,0
0,6
8,4
18,0
3
65,6
27,0
0,6
6,6
19,8
4
45,8
27,0
0,6
4,6
21,8
5
24,0
27,0
0,6
2,4
24,0
Total
$135,0
$3,0
$32,0
$100,0
* Depresiasi anuitas membuat EVA yang sama setiap tahunnya dengan mengubah jumlah
depresiasi yang dibebankan. Akibatnya, kita harus mengesti-masikan total EVA yang diperoleh salama lima
tahun. Return sebesar lima persen atas $100.000 memerlukan lima tahun arus kas masuk tahunan sebesar
$26.378. Arus kas masuk aktualnya adalah sebesar $27.000. Karena itu, EVA (jumlah selisihnya dengan
$26.378) adalah $622 per tahun.
** Ini adalah 10 persen dari Baldo awal tahun.
*** Depresiasi adalah jumlah yang dibutuhkan untuk membuat EVA (Iaba setelah be ban modal
dan depresiasi) sama dengan $622 per tahun (dibulatkan menjadi $600). Hal tersebut dihitung dengan cara
sebagai berikut:
Metode Penilaian yang Lain. Beberapa perusahaan menggunakan nilai buku bersih tetapi
menentukan batas bawahnya, biasanya 50 persen, sebagai biaya original yang dapat dihilangkan. Hal ini
mengurangi distorsi yang terjadi dalam unit-unit usaha yang memiliki aset-aset tua. Kesulitan dalam metode
ini adalah bahwa suatu unit usaha dengan aset tetap yang memiliki nilai buku bersih kurang dari 50 persen
nilai buku kotornya dapat mengurangi basis investasi dengan sepenuhnya membuang aset-aset yang masih
bagus. Perusahaan-perusahaan lain sepenuhnya berpatokan pada catalan pembukuan dan menggunakan
estimasi nilai sekarang (current value) dari aset. Mereka memperoleh jumlah ini dengan menilai aset secara
berkala (katakanlah, setiap lima tahun atau ketika manajer unit usaha yang baru mulai bergabung), dengan
menyesuaikan biaya original dengan menggunakan suatu perubahan indeks Pada harga perala tan, atau
dengan menerapkan nilai-nilai asuransi.
Permasalahan utama dalam menggunakan nilai-nilai non-akuntansi adalah bahwa nilai tersebut
cenderung subjektif, berlawanan dengan nilai-nilai akuntansi, yang terlihat lebih objektif dan biasanya tidak
menyebabkan pertentangan. Akibatnya, data akuntansi memiliki suatu aura kenyataan bagi manajemen yang
beroperasi. Meskipun kadar sentimen tersebut berbeda-beda di antara para manajer, semakin jauh manajer
meninggalkan angka-angka akuntansi dalam mengukur kinerja keuangan, serna kin besar kemungkinan para
manajer unit usaha dan manajer senior akan memperlakukan sistem sebagai permainan angka-angka.
GAMBAR 6-5 Profitabllitas dengan Menggunakan Depresiasi Anultas Memuluskan EVA (dalam
ribuan $)
Tahun
Nilai Buku
Awal
Arus kas
masuk
Laba
bersih*
Depresiasi
***
Tingkat pengembalian Investasi awal
1
$100,0
$ 27,0
$11,0
$16,0
11%
2
84,0
27,0
9,2
17,8
11%
3
66,2
27,0
7,3
19,7
11%
4
46,5
27,0
5,1
21,9
11%
5
24,6
27,0
2,4
24,6
10%**
Total
$135,0
$35,0
$100,0
10%
* Tingkat pengembalian sebesar $ 27.000 setahun selama lima tahun pada suatu investasi
sebesar $100.000 memberikan return sekitar 11 persen pertahun pada tahun awal investasi. Akibatnya untuk
memperoleh return 11 persen yang konstan setiap tahun, laba bersih harus sama dengan 11 persen pada
tahun awal investasi.
** Depresiasi adalah selisih antara arus kas dan laba bersih.
*** Selisih tersebut timbul karena return-nya tidak sebesar tepat 11 persen.
Suatu masalah yang berkaitan dengan penggunaan jumlah non-akuntansi dalam sistem internal
adalah bahwa profitabilitas unit usaha tidak akan konsisten dengan profitabilitas perusahaan yang dilaporkan
kepada para pemegang saham. Meskipun sistem pengendalian manajemen tidak harus konsisten dengan
pelapor-an keuangan eksternal, sebenarnya beberapa manajer memandang pendapatan bersih (net income)
dalam laporan keuangan sebagai pengganti "nama permain-an." Akibatnya, tidak senang dengan sistem
internal yang menggunakan metode berbeda untuk mempertahankan nilai tanpa ada nilai teoretisnya.
Persoalan lain dalam menggunakan nilai pasar sekarang (current market value) adalah me-mutuskan
bagaimana menentukan nilai ekonomisnya. Secara konseptual, nilai ekonomis sekelompok aset sama dengan
nilai sekarang (present value) dari arus kas yang akan dihasilkan oleh aset-aset tersebut Pada masa yang akan
datang. Dalam praktiknya, jumlah tersebut tidak dapat ditentukan. Meskipun kita dapat menggunakan terbitan
indeks biaya penggantian (replacement cost) pabrik dan peralatan, sebagian besar indeks harga tidak
seluruhnya relevan karena mereka tidak membuat ruang untuk dampak perubahan teknologi.
Beban Modal
Kantor pusat perusahaan menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk meng-hitung beban
modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi dari-pada tarif perusahaan untuk pembiayaan
utang karena dana yang terlibat merupa-kan eampuran antara utang dan modal berbiaya lebih tinggi (higher-
cost equity), Biasanya, tarif tersebut ditetapkan sedemikian rupa di bawah estimasi biaya modal perusahaan
sehingga EVA atas rata-rata unit usaha berada di atas nol.
Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal kerja daripada untuk
aset tetap. Hal ini dapat meneerminkan penilaian bahwa modal ke a lebih kecil risikonya daripada aset tetap
karena dananya disalurkan untuk periode yang lebih pendek. Dalam kasus-kasus lain, tarif yang lebih rendah
merupakan cara untuk kompensasi fakta bahwa perusahaan tersebut memasukkan unsur persediaan dan
piutang dalam basis investasinya pada jumlah kotor (yaitutanpa mengurangkan unsur utang). Perusahaan
tersebut menyadari fakta bahwa dana yang didapatkan dari utang memiliki biaya investasi nol.
EVA vs ROI
Kebanyakan perusahaan yang memiliki pusat investasi mengevaluasi unit-unit usahanya dengan
dasar ROI, lebih banyak daripada menggunakan EVA. Ada tiga keuntungan dari ROI. Pertama, ROI merupakan
pengukuran yang kompre-hensif di mana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari
rasio ini. Kedua, ROI mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam arti absolut. Sebagai contoh,
ROI di bawah 5 persen dikatakan rendah dalam skala absolut, dan ROI di atas 25 persen dikatakan tinggi.
Ketiga, ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan pads setiap unit organisasi yang bertanggung
jawab terhadap profitabilitas, di luar besar dan jenis usaha. Kinerja dari unit yang berbeda dapat saling
dibandingkan. Selain itu, data ROI depat diketahui oleh pesaing dan dapat dijadikan dasar perbandingan.
EVA tidak memberikan dasar perbandingan semacam ini. Meskipun demikian, pendekatan EVA
juga memiliki beberapa keunggulan. Ada empat atas an yang membuatnya lebih unggul dari ROI.
Pertama, dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran labs yang sama untuk perbandingan
investasi. Di lain pihak, pendekatan ROI memberikan insentif yang berbeda untuk investasi di antara unit-unit
usaha. Sebagai contoh, suatu unit usaha yang kini memiliki ROI 30 persen akan cenderung untuk tidak
melakukan ekspansi kecuali ia dapat mencapai ROI 30 persen atau lebih untuk tambahan asetnya; return yang
kurang dari itu akan mengurangi ROI keseluruhan yang telah dicapainya sekarang. Jadi, unit usaha tersebut
melewatkan peluang investasi yang ROI-nya di atas biaya modal tetapi di bawah 30 persen.
Demikian juga Pada unit usaha yang kini mencapai ROI rendah-katakanlah sebesar 5 persen-
akan memperoleh manfaat dari semua ROI tambahan aset yang besarnya di atas 5 persen. Sebagai
konsekuensinya, ROI mendptakan suatu deviasi terhadap ekspansi yang keciI atau tidak sama sekali dalam
bisnis berlaba tinggi, sementara pada saat yang sama, unit-unit berlaba rendah membuat investasi pada
tingkat di bawah tingkat pengembalian yang ditolak oleh unit-unit berlaba tinggi.
Kedua, keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat inves-tasi dapat menurunkan
keseluruhan labanya. Sebagai contoh, dalam sebuah pusat laba yang kini memiliki ROI sebesar 30 persen,
manajer dapat meningkat-kan ROI-nya dengan menjual suatu aset yang ROI-nya 25 persen. Meskipun
demikian, jika biaya modal dikaitkan dengan pusat investasi yang kurang dari 25 persen, laba absolut setelah
mengurangkan biaya modal akan merupakan suatu penurunan bagi pusat investasi tersebut.
Keunggulan ketiga dari EVA adalah tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk
jenis aset yang berbeda pula. Sebagai contoh, tingkat bunga yang rendah dapat digunakan untuk persediaan,
sedangkan tingkat bunga yang relatif tinggi dapat digunakan untuk investasi-investasi aset tetap. Lebih jauh
lagi, tingkat bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset tetap yang berbeda pula untuk
memperhitungkan tingkat risiko yang berbeda. Singkatnya, sistem pengendalian manajemen dapat dibuat
konsisten dengan kerangka kerja yang digunakan untuk keputusan-keputusan ten tang investasi modal dan
alokasi sumber daya. Selain itu, jenis aset yang sama dapat dibeli untuk menghasilkan return yang sama dalam
perusahaan, di luar profitabilitas unit usaha tertentu. Jadi, para manajer unit usaha harus bertindak secara
konsisten ketika memutuskan satu investasi atas aset yang baru.
Keunggulan keempat adalah bahwa EVA, berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang
lebih kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik
kepentingan (stake-holder) yang penting dalam perusahaan. Ada beberapa atasan mengapa pem-buatan nilai
pemegang saham menjadi sangat penting bagi perusahaan: (a) mengurangi risiko pengambilalihan (takeover),
(b) menciptakan nilai tukar untuk agresivitas dalam merger dan akuisisi, dan (c) mengurangi biaya modal, yang
memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk pertumbuhan yang akan datang. Jadi, mengoptimalkan nilai
pemegang saham merupakan tujuan penting bagi suatu perusahaan. Meskipun demikian, karena nilai
pemegang saham mengukur nilai perusahaan konsolidasi secara keseluruhan, maka hampir tidak mungkin
untuk menggunakannya sebagai kriteria kinerja bagi suatu pusat tanggung jawab individual organisasi.
Wewenang terbaik untuk nilai pemegang saham pada tingkat unit usaha adalah menanyakan para manajer
unit usaha untuk mencipta-kan dan meningkatkan EVA. Bahkan peringkat tahunan yang dikeluarkan Fortune
atas 1000 perusahaan menurut kemampuan mereka menciptakan kesejahteraan pemegang saham,
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan EVA yang tinggi cenderung memperlihatkan nilai
tambah pasar (market value added/MV A) yang tinggi atau gain yang tinggi bagi para pemegang saham (lihat
Gambar 6-11). Ketika digunakan sebagai ukuran kinerja, EVA mendorong para manajer untuk meningkatkan
EVA dengan mengambil tindakan-tindakan yang konsisten dengan peningkatan nilai pemegang saham. Hal ini
dapat dipahami dengan melihat pada cara EVA diperhitungkan.
Tindakan-tindakan berikut akan meningkatkan EVA seperti yang ditunjuk-kan oleh persamaan
(2): (i) peningkatan ROI melalui business process reengi-neering dan productivity gains, tanpa meningkatkan
basis investasi; (ii) divestasi aset, produk, dan atau bisnis yang ROI-nya kurang dari besamya biaya modal; (iii)
investasi agresif yang baru dalam aset, produk, dan atau bisnis yang ROI-nya melebihi biaya modal; dan (iv)
peningkatan penjualan, margin laba, atau efisiensi modal (rasio penjualan terhadap modal yang digunakan),
atau penurunan per-sentase biaya modal, tanpa mempengaruhi variabel yang lain dalam persamaan (2).
Tindakan-tindakan tersebutjelas merupakan yang terbaik bagi kepentingan perusahaan.
Perbedaan-perbedaan yang ada antara ROI dan EVA ditunjukkan oleh Gambar 6-12. Asumsikan
bahwa rate of return yang dibutuhkan bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam aset tetap adalah 10 persen
setelah pajak, dan bahwa biaya uang
(cost of money) perusahaan untuk persediaan dan piutang adalah sebesar 4 persen setelah pajak.
Bagian atas Gambar 6-12 menunjukkan perhitungan ROI. Kolom satu sampai lima menunjukkan jumlah
investasi atas aset yang dianggar-kan oleh unit usaha untuk tahun yang akan datang. Kolom enam merupakan
anggaran laba. Kolom ketujuh adalah anggaran laba dibagi dengan anggaran investasi; karena itu, kolom
tersebut menunjukkan sasaran ROI tahun depan untuk setiap unit usaha.
Hanya dalam Unit Usaha C yang sasaran ROI-nya konsisten dengan cutoff rate perusahaan, dan
tidak ada unit usaha yang sasarannya konsisten dengan biaya aset lancar perusahaan sebesar 4 persen. Unit
Usaha A akan memperkecil peluangnya dalam mencapai sasaran labanya jika ia tidak mencapai minimal 20
persen investasi tambahan atas aset lancar atau tetap, sedangkan Unit 0 dan E akan mengalami keuntungan
dari investasi dengan return yang jauh lebih rendah.
Perhatikanlah bahwa jika suatu unit usaha mencapai pendapatan lebih dari 10 persen aset
tetap, maka ia akan meningkatkan EVA-nya. (Dalam kasus C dan D,laba tambahan akan menurunkan jumlah
EVA negatif, yang jumlahnya sama). Hasil yang sama juga terjadi untuk aset lancar. Peraturan keputusan
persediaan akan didasarkan pada biaya tagihan keuangan (Financial charge) sebesar 4 persen. (Tentu saja,
akan ada biaya tambahan untuk penyimpanan barang fisik). Dalam hal ini peraturan keputusan finansial dari
unit usaha akan konsisten dengan yang ada pada perusahaan.
EVA memecahkan permasalahan perbedaan sasaran laba untuk aset yang sama dalam unit usaha
yang berbeda dan sasaran laba yang sama untuk aset berbeda pada unit usaha sama. Metode tersebut
memungkinkan untuk memasuk-kan peraturan keputusan yang sama yang digunakan dalam proses
perencanaan ke dalam sistem pengukuran: Semakin rumit proses perencanaan, semakin rumit juga
perhitungan EVA-nya. Sebagai contoh, andaikan peraturan keputusan investasi modal menentukan return
sebesar 10 persen untuk aset general-purpose dan return sebesar 15 persen untuk aset special-purpose. Aset
tetap yang dimiliki unit usaha dapat diklasifikasikan dengan tepat, dan rate yang berbeda dapat diterapkan
dalam mengukur kinerja. Para manajer mungkin akan cenderung untuk tidak berinvestasi dalam kondisi kerja,
ukuran kontrol polusi, atau sasaran sosiallainnya yang membaik jika mereka melihat hal tersebut sebagai hal
yang tidak menguntungkan. Investasi-investasi semacam itu akan lebih dapat diterima para manajer unit usaha
jika diharapkan untuk dapat mencapai return yang berkurang bagi mereka.
Kami sangat menyarankan penggunaan EVA sebagai perangkat pengukur-an kinerja. Meskipun
demikian, EVA tidak menyelesaikan seluruh masalah yang berkaitan dengan penghitungan aset tetap, seperti
yang telah dibicarakan di atas, kecuali metode depresiasi anuitas (annuity depreciation) dipergunakan, dan hal
ini sangat dilakukan dalam praktik bisnis sehari-hari. Jika metode nilai buku kotor (gross book value)
dipergunakan, suatu unit usaha dapat meningkatkan EVA-nya dengan mengambil tindakan yang bertentangan
dengan kepentingan perusahaan. Sedangkan jika metode nilai buku bersih (net book value) dipergunakan, EVA
akan langsung meningkat karena berlalunya waktu penggunaan. Lebih jauh lagi, EVA akan tertekan untuk
sementara oleh investasi-investasi yang baru karena tingginya nilai buku bersih Pada tahun-tahun awal. EVA
memecahkan masalah yang ditimbulkan dari perbedaan potensi laba. Seluruh unit usaha, tanpa dilihat
profitabilitasnya, akan termotivasi untuk meningkatkan investasi jika rate of return dari investasi tersebut
melebihi rate yang ditentukan oleh sistem pengukuran.
Lebih jauh lagi, beberapa aset mungkin akan undervalued pada saat dikapitalisasi, dan aset yang
lain juga demikian pada saat dibebankan. Meskipun biaya pembelian aset tetap biasanya dikapitalisasi, jumlah
yang substansial atas investasi dalam biaya awal (start-up coso, pengembangan produk baru, organisasi dealer,
dan sebagainya, mungkin dapat dihapuskan sebagai beban biaya, dan dengan demikian tidak akan terlihat
dalam basis investasi. Hal tersebut terutama diterapkan Pada unit-unit pemasaran. Dalam unit-unit tersebut,
besamya jumlah investasi biasanya terbatas untuk persediaan, piutang, untuk perabotan dan peralatan kantor.
Ketika sekelompok unit usaha dengan tingkat tanggung jawab pemasaran yang berbeda-beda diberikan
peringkat (ranking), unit dengankegiatan pemasaran yangrelatifbesar akan cenderung memiliki EVA yang lebih
besar.
Investasi-investasi pada aset-aset tetap dikendalikan oleh proses anggar-an modal sebelum
terjadi dan oleh audit setelah penyelesaian (postcompletion audit) untuk menentukan apakah ada arus kas
terantisipasi yang material. Hal tersebut jauh dari memuaskan karena penghematan atau pendapatan aktual
dari akuisisi aset tetap tidak dapat diidentifikasi. Sebagai contoh, jika sebuah mesin baru memproduksi
berbagai jenis produk, sistem akuntansi biaya biasanya tidak akan mengidentifikasi penghematan yang
terkandung dalam setiap produk.
Laporan-Iaporan ekonomi dapat dijadikan dasar untuk memperoleh nilai per-usahaan secara
keseluruhan. Nilai semacam ini disebut break up value-yaitu, esti-masi jumlah yang akan diterima oleh para
pemegang saham jika masing-masing unit usaha dijual. Break up value berguna bagi organisasi luar yang
sedang akan membuat penawaran pengambilalihan perusahaan, dan tentu saja, ia juga berguna bagi pihak
manajemen dalam menilai suatu tawaran. Laporan tersebut menunjukkan unit usaha yang menarik dan dapat
menyarankan manajemen senior bila mereka salah mengalokasikan waktu mereka yang terbatas-yaitu,
menghabiskan waktu yang terlalu banyak untuk unit usaha yang cenderung tidak banyak memberikan
kontribusi kepada profitabilitas total perusahaan. Jarak antara profitabilitas yang sekarang dengan break up
value menunjukkan perubahan-perubahan yang harus dilakukan. (Dengan kata lain, profitabilitas yang
sekarang dapat tertekan oleh adanya biaya yang akan memperbesar profitabilita di masa akan datang, seperti
pengembangan produk baru dan iklan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya).
Perbedaan yang paling mencolok antara kedua jenis laporan tersebut adalah bahwa laporan
ekonomi lebih terfokus pada profitabilitas di masa depan daripada profitabilitas yang sekarang atau yang lalu.
Nilai buku dari aset dan depresiasinya yang berdasarkan biaya historis dari aset tersebut digunakan dalam
laporan kinerja para manajer, di luar keterbatasan mereka. Informasi ini tidaklah relevan untuk laporan yang
memperkirakan masa depan; dalam laporan tersebut, penekanannya adalah pada biaya penggantian
(replacement cost).
Secara konsep, nilai suatu unit usaha adalah present value dari pendapatan di masa depan. Hal ini
dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun di mas a depan dan mendiskontokan setiap arus
kas tersebut pada rate pendapatan yang telah ditentukan. Analisis tersebut dilakukan untuk lima, atau
mungkin sepuluh, tahun yang akan datang. Aset yang ada di tangan pada akhir periode diasumsikan memiliki
nilai tertentu-disebut nilai terminal (terminal value)-yang didiskontokan dan ditambahkan ke dalam nilai arus
kas tahunan. Meskipun estimasi-estimasi tersebut pada umumnya berupa estimasi yang kasar, mereka tetap
memberikan cara yang berbeda dalam melihat unit usaha, dibandingkan dengan yang ada pada laporan-
Iaporan kinerja.
Oleh karena ROI menggunakan komponen laba, maka ROI juga tidak terlepas dari kelemahan
laba sebagai alat pengukur prestasi. Disamping itu, ROI dapat menimbulkan masalah lain, yaitu menimbulkan
rasa tidak adil pada sesama pusat investasi. Agar jelas, diberikan sebuah contoh.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa ROI makin lama menjadi makin tinggi. Akibatnya, makin
tua umur sebuah pusat investasi-umur aktivanya kemung-kinan juga makin tua, makin tinggi pula ROI-nya,
sehingga pusat investasi yang tua mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mencapai prestasi yang
Jebih bagus, Kalau pahala diberikan kepada pusat investasi dengan ROI tertinggi, maka pusat biaya yang lain
mudah sekali merasa diperlakukan tidak adil dan kemudian melakukan tindakan yang bertentangan dengan
tujuan semula dalam membentuk pusat investasi, yaitu mening-katkan kinerja.
Untuk mengurangi gejala peningkatan ROI, dalam perhitungan ROI digunakan (1) harga
pemerolehan aktiva-bukan harga bukunya, dan (2) metode depresiasi anuitas. Penjelasannya dapat dilihat
pacta Contoh 7-2 dan Contoh 7-3.
Investasi
Laba
Th
(lip])
(RpJ)
ROI (%)
1
100
15
15,00
2
100
15
15,00
3
100
15
15,00
4
100
15
15,00
5
100
15
15,00
Contoh 7-2 menunjukkan bahwa besarnya ROI selalu sama sepanjang umur aktiva. Akan tetapi
teknik tersebut mempunyai kelemahan: pusat investasi akan cenderung untuk meniadakan suatu aktiva
walaupun aktiva tersebut secara ekonomis masih menguntungkan perusahaan. Pusat investasi memilih untuk
menghentikan pemakaian aktiva tersebut karena dampaknya akan meningkatkan ROI pusat investasi tersebut.
Kelompok aktiva tersebut layak untuk diteruskan pemakaiannya karena ROI-nya lebih besar
daripada biaya modal. Namun, pimpinan pusat investasi malahan berminat untuk menjual kelompok aktiva
tersebut, karena penjualan aktiva tersebut dapat menaikkan ROI pusat investasi. Hal tersebut terjadi karena
penjualan kelompok aktiva tersebut akan mengurangi penyebut ROI (jumlah aktiva) dengan jumlah yang relatif
besar.
Kalau kelompok aktiva tersebut dijual, ROI pusat investasi akan menjadi 21 %-Iebih tinggi dari
ROI semula yaitu 20%-yang berasal dari:
(27.000.000.000 - 4.950.000.000)
(135.000.000.000 - 30.000.000.000)
Kasus seperti dalam Contoh 7-3 dapat menyebabkan tindakan pusat investasi tidak selaras
dengan kepentingan perusahaan, sehingga tujuan pengendalian tidak tercapai. Kalau sebuah utang diangsur
secara anuitas, maka yang berutang selalu mengangsur dengan jumlah yang tetap. Angsuran yang tetap
besarnya tersebut terdiri dati dua komponen, yaitu pembayaran bunga dan pembayaran pokok utang-dalam
buku ini disebut cicilan. Walaupun besarnya angsuran tetap, tetapi komponen bunga menurun -karena pokok
utangnya juga menurun-dan akibatnya komponen ciciIan meningkat. Besarnya angsuran dapat dihitung
dcngan menggunakan tabel bunga majemuk, spread sheet, alan kalkulator keuangan-misalnya, Casio BF-lOO,
Casio BF.200 dan Hewlett Packard 14B. Menurut metode depresiasi anuitas, besarnya depresiasi sama dengan
besarnya cicilan.
Sebagai contoh, A berutang kepada B Rp 1 00.000.000. Utang tersebut diangsur secara anuitas.
Angsuran dilakukan setiap akhir tabun selama lima tahun. Kalau bunga pinjaman adalah 10%, maka besamra
angsuran tahunan adalah Rp26.379.748. Kalau spread sheet maupun kallmlator keuangan tidak tersedia,
angsuran tersebut dapat dihitung dengan menggunakan konsep: harga tunai semua angsuran pada awal tahun
1 harus sama dengan jumlah utang. Berdasarkan tingkat bunga 10%, utang Rp100.000.000, dan angsuran
dianggap Rpx, maka konsep tersebut dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut:
3,790786781x = Rp 100.000.000
X = Rp 26.379.748
Berdasarkan jumlah angsuran tersebut, dapat dibuat daftar bunga dan cicilan sebagai berikut:
Tahun
Angsuran
(Rp)
Bunga
(Rp)
Cicilan
(Rp)
Saldo
(Rp)
100.000.000
1
26.379.748
10.000.000
16.379.748
83.620.252
2
26.379.748
8.362.025
18.017.723
65.602.529
3
26.379.748
6.560.253
19.819.495
45.783.034
4
26.379.748
4.578.303
21.801.445
23.981.589
5
26.379.748
2.398.159
23.981.589
0
Keterangan:
1. (Bunga)n = 10% x (Saldo) n-1
2. (Cicilan)n = Angsuran - (Bunga) n.
3. (Saldo)n = (Saldo) n-1 - (Cicilan) n.
Kalau utang Rp100.000.000 tersebut diganti menjadi harga pemerolehan aktiva, dan jumlah
tahun pembayaran angsuran diganti menjadi umur aktiva dan aktiva tersebut didepresiasi dengan metode
anuitas berdasar bunga 10%, maka depresiasinya sama dengan cicilan utang Rp100.000.000 tersebut. Dengan
menggunakan data untuk Contoh 7-1, ROI-nya dapat dilihat di Contoh 7-4.
Th
Investasi AwaI Th (RpJ)
Lab. (Rp J)
ROI (%)
1
100
18,620252
18,62
2
80
16,982277
21,23
3
60
15,180505
25,30
4
40
13,198555
33,00
5
20
11,018411
55,09
Ternyata fluktuasi ROI Contoh 7-4 lebih keeil daripada fluktuasi ROI Contoh 7-1. Kalau terhadap
ROI selama lima tahun tersebut dihitung variansnya, ternyata varians untuk ROI berdasar depresiasi metode
garis lurus (0,0474)2 jauh lebih besar daripada varians untuk ROI berdasar depresiasi metode anuitas (0,0173).
Namun harus diingat ROI yang dihitung berdasar depresiasi metode anuitas masih menunjukkan gejala
peningkatan, sehingga masalah pokok-ketidakadilan-belum terpecahkan.
LABA RESIDUAL
ROI dapat menimbulkan perilaku pusat investasi tidak selaras dengan tujuan perusahaan-yaitu
menjual aktiva yang masih menguntungkan perusahaan, agar kinerja pusat investasi menjadi kelihatan lebih
baik.
Agar dampak buruk penggunaan ROI tersebut dapat dihilangkan, diciptakan konsep laba
residual. Kalau laba residual digunakan untuk menilai kinerja pusat laba, maka tidak ada pusat investasi yang
berminat menjual aktiva yang masih menguntung-kan untuk dioperasikan-seperti yang terjadi di Contoh 7-3.
Laba residual adalah laba sebeIum pajak setelah dikurangi biaya modal. Berbeda dengan ROI yang
menggunakan persentase, laba residual menggunakan rupiah untuk mengukur kinerja pusat investasi. Contoh
7-5 menunjukkan bagaimana konsep laba residual menghindarkan pusat investasi dari tindakan yang tidak
selaras dengan tujuan perusahaan. Untuk memudah-kan pembandingan, Contoh 7-5 menggunakan lagi data
Contoh 7-3. Kelemahan kortsep laba residual adalah kesukaran dalam menentukan biaya modal.
Umpamakan pimpinan pusat investasi memperoleh informasi bahwa laba (sebelum pajak
pendapatan) dari sebuah kelompok mesin dengan harga pemerolehan Rp30.000.000.000 adalah
Rp4.950.000.000. ROI sekelompok mesin ini adalah 16,5%. Asumsi: harga jual aktiva sama dengan harga
bukunya.
Oleh karena laba residual-kalau menjual aktiva-turun Rp150.000.000, maka pusat investasi tida
rminat untuk menjual aktiva. Dengan demikian tindakan pusat investasi tetap selaras dengan tujuan
perusahaan.
BIAYA MODAL
Biaya modal adalah biaya penggunaan modal. Istilah yang lebih tepat sebenar-nya adalah biaya
penggunaan dana karena yang dihitung biaya penggunaannya tidak terbatas hanya pada modal (aktiva yang
dimasukkan ke dalam perusahaan oleh pemiliknya), tetapi juga aktiva yang berasal dari sumber lain, misalnya,
kredit pemasok, kredit bank, obligasi, dan saham preferen. Penghitungan biaya modal dapat dilakukan dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu, pendekatan rerata dan pendekatan mar-jinal. Pendekatan rerata adalah
pendekatan historis. Sebaliknya, pendekatan marjinal menghitung biaya dana berdasarkan sumber tambahan
dana yang sesungguhnya digunakan.
Menurut pendekatan rerata, biaya modal sama dengan rerata tertimbang dari biaya berbagai
sumber dana. Kalau pendekatan tersebut diterapkan pada proyek investasi baru, maka secara implisit
dianggap bahwa proporsi dana yang digunakan dalam proyek investasi baru tersebut sama dengan proporsi
sumber dana yang berlaku sampai adanya investasi baru. Anggapan tersebut tidak realistis. Contoh 7-6
menunjukkan cara menghitung biaya modal menurut pendekatan rerata.
Menurut pendekatan rerata, biaya modal sama dengan rerata tertimbang dari biaya modal.
Yang digunakan sebagai penimbang adalah komposisi sumber dana. Hasil penghitungan adalah sebagai
berikut:
Dalam contoh 7-6 diberitahukan besarnya biaya modal untuk setiap komponen dana, tanpa
ditunjukkan caranya menghitung biaya modal tersebut. Dalam paragraf-paragraf berikut ini secara ringkas
disajikan earn menghitung biaya modal untuk komponen giang, dan saham.
BIAYA UTANG
Biaya utang adalah bunga dan biaya-biaya lain yang timbul berkaitan dengan peminjaman uang.
Biaya tersebut tidak identik dengan tingkat bunga dan biaya lain yang tertulis dalam perjanjian (contoh 7-7).
Contoh 7-8 menunjukkan perhitungan biaya utang, dalam hal utang berbentuk obligasi.
Contoh 7-7 Biaya Utang Bank dengan Bunga Tetap
Misalnya, PT AJS meminjam uang dari bank sebanyak Rp 100.000.000 dengan bunga 15% dari saldo
tetap untuk jangka waktu lima tahun. Berkenaan dengan pinjaman tersebut, PT AJS membayar provisi dan
biaya notaris 1 ½ %. Berapakah biaya utang tersebut?
Jawab:
1. Bunga utang tahunan adalah:
15% x Rp 100.000.000 = Rp15.000.000
2. Rerata jumlah utang (rupiah):
{(100.000.000 - (1,5%0 x 100.000.000)) + 0} + 2 = 49.925.000
3. Biaya utang tahunan (%):(15.000.000 + 49.925.000) = 30,05%
Jawab: . .
Biaya utang obligasi setiap 1/2 tahun (berdasarkan bunga berbunga) adalah sama dengan tingkat
diskonto (umpamakan = r%) yang menyamakan harga tunai uang masuk (Rp1.035.117.907.705) dengan harga
tunai uang keluar, yaitu: (1) bunga setengah tahunan sebesar Rp7.500.000.000 sebanyak 10 kali pembayaran,
dan (2) pembayaran pokok utang Rp1.000.000.000.000 pada akhir tahun kelima. Penyelesaian perhitungan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan spread sheet, tabel bunga, kalkulator keuangan, atau persamaan di
bawah ini.
Ternyata r sama dengan 7%. Biaya utang obligasi berdasarkan bunga berbunga sebesar 7% ini sama
dengan bunga biasa tahunan 14,49% yang diperoleh dari:
Biaya obligasi sebesar 14,49% adalah biaya obligasi sebeJum pajak. Seandainya Terata tingkat pajak
penghasilan PT Marga Yasa adalah 30%, maka biaya obligasi seteJah pajak adalah 4,8% yang diperoleh dari:
Biaya bunga turun menjadi Rp 52.500.000.000 karena biaya bunga tersebut mengurangi laba, dan
selanjutnya mengurangi pajak penghasilan dengan Rp22.500.000.000 (30% x Rp75.000.000.000).
BIAYA SAHAM
Terdapat dua macam saham, yaitu saham preferen dan saham biasa. Saham preferen adalah
saham yang diistimewakan hak-haknya, misalnya dalam hal pembagian laba, likuidasi, hak suara, dan
sebagainya.
Biaya saham preferen sama dengan persentase bunga dividen dibagi oleh kurs penjualan saham.
Oleh karena dividen tidak dapat diperhitungkan sebagai biaya perusahaan, maka tidak dikenal istilah biaya
modal preferen setelah pajak.
Jawab:
Biaya saham preferen tersebut adalah 10,26% yang berasal dari
dalam hal ini
D = dividen preferen
K = kurs emisi saham
Untuk perusahaan yang go public biaya saham biasa secara teoritis dapat dihitung dengan
digunakan konsep capital asset pricing model yang diciptakan oleh Sharpe. Akan tetapi karena model terscbut
sukar diterapkan, maka digunakan market model yang diciptakan oleh Markowitz. Model tersebut adalah
sebagai berikut:
Rj = i + (Rm - i) ?j
Risiko saham (?i) adalah tingkat variabilitas kembalian saham dalam hubungannya dengan
kembalian portofolio pasar. Risiko ditunjukkan oleh koefisien regresi yang diperoleh dengan jalan
meregresikan kelebihan kembalian saham (Rj - i) dengan kelebihan kembalian pasar (Rm - i). Regresi tersebut
dapat diselesaikan dengan menggunakan spread sheet, program komputer-misalnya, Microstat-atau kalkulator
statistik. Kembalian saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Kembalian -baik saham maupun pasar -dapat dihitung harian, mingguan, bulanan, tahunan,
dan sebagainya. Proksi tingkat bunga tanpa risiko (i) adalah Terata bunga deposito pada bank pemerintah
dipilih tingkat bunga deposito yang sesuai dengan jangka waktu penghitungan kembalian saham.
Jawab:
Oleh karena koefisien regresi antara Rj sebagai variabel dependen dan Rm sebagai variabel bebas
telah diketahui yaitu 1,04, maka tidak perlu diadakan analisis regresi lagi. Koefisien regresi tersebut sama
dengan ?j. Menunjuk kepada market model- maka biaya modal bulanan PT ABJ adalah 1,002% ( =(0,01 -
0,0095) )( 1,04 + 0,0095).
Cara lain menghitung biaya saham adalah dengan mengkapitalisasi dividen. Cara ini didasarkan
pad a konsep: harga saham sama dengan harga tunai arus dividen mendatang. Kalau tidak acta indikasi
sebaliknya, perusahaan dianggap hidup terns, sehingga harga sahamnya dapat dinyatakan sebagai rumus di
bawah ini. Kalau Po dan D diketahui, maka k-biaya saham-dapat diketahui pula.
Kalau jumlah dividen selalu bertambah besar dan pertambahan tersebut dinyatakan sebagai g, maka
rumus di alas dapat diubah menjadi:
Penggunaan sewa guna usaha operasional oleh pusat investasi menyebabkan ROI-nya
meningkat.
Dalam metode utang dan beli-dalam hal lessee membeli-lessee dianggap terlebih dahulu
meminjam uang dari bank dan kemudian menggunakan hasil pinjaman tersebut untuk membeli aktiva.
Metode ini menghitung pengeluaran uang setelah pajak-dalam hal lessee membeli-dengan menggunakan
rumus yang berikut ini:
Rumus 7.1
Kemudian pengeluaran uang setelah pajak-dalam hal terjadi sewa guna usaha dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus 7-2
Kalau dijabarkan dalam kalimat, Rumus 7-1-rumus untuk menghitung pengeluaran uang (setelah
pajak) karena meminjam dan kemudian membeli aktiva-berbunyi sebagai berikut:
Harga tunai pengeluaran uang karena meminjam dan membeli aktiva sama dengan harga tunai dari:
a. jumlah uang yang dikeluarkan untuk membayar pokok utang (P) dikurangi
b. pengurangan pajak karena adanya biaya bunga dan biaya depresiasi[(It+Dt)T]
e. ditambah tambahan biaya operasional karena memiliki (membeli) barang.
Pada akhir umur aktiva jumlah pengeluaran yang berasal dari butir a, b, dan e dikurangi dengan
harga tunai dari hasil penjualan residu setelah dikurangi pajak atas keuntungan penjualan residu tersebut [S-
(S-B)T]. Untuk jelasnya di bawah ini disajikan sebuah contoh.
Dalam hal menyewa Kijang, sewa dibayar setiap akhir tahun dan pada akhir masa sewa gun a
usaha, Kijang dikembalikan kepada lessor.
Kalau tingkat diskonto untuk menghitung harga tunai nilai residu oleh Nusa ditetapkan 20%, Terata
tingkat PPh Nusa adalah 32%, tambahan biaya operasional karena membeli aktiva adalah RpO, dan harga jual
residu dianggap sama dengan harga bukunya, alternatif mana yang menguntungkan Nusa?
Jawab:
Sesuai dengan Rumus 7-1 alan penjelasannya sebagaimana diuraikan, maka langkah-langkah yang
diperlukan adalah menghitung:
a. jumlah bunga tahunan pinjaman bank dengan membuat sebuah daftar cicilan.
b. jumlah depresiasi tahunan
c. jumlah tambahan biaya tahunan yang dapat diperhitungkan untuk mengurangi PPh, dan
d. jumlah pengurangan pajak tahunan sebagai akibat dari pembelian aktiva.
e. pengeluaran uang neto-angsuran ke bank dikurangi d-sebagai akibat meminjam uang dari
bank dan kemudian membeli aktiva.
f. menghitung pengeluaran uang octo untuk sewa guna usaha [=sewa - (tarif PPh x sewa)].
g. menghitung selisih pengeluaran uang antara {meminjam dan membeli} dengan menyewa-
guna-usaha.
h. menghitung harga tunai g.
c. Jumlah Tambahan Biaya Tahunan yang Dapat Diperhitungkan untuk Mengurangi PPh (Rupiah
dalam Jutaan)
Akhir
Tahun Biaya Bunga Biaya Depresiasi Jumlah
1. Rp5.943,000 Rp10.000,000 Rp15.943,000
2. 4.307,407 6.666,667 10.974,073
3. 2.347,802 3.333,333 5.661,135
d. Jumlah Pengurangan Pajak (Tax Shield = Tarif PPh x c) Tahunan sebagai Akibat dari Pembelian
Aktiva (Rupiah daiam Jutaan)
Akhir
Tahun Jumlah
1. Rp 5.101,760
2. 3.511,703
3. 1.817,963
e. Pengeluaran Neto sebagai Akibat Meminjam Uang dari Bank dan kemudian Membeli Aktiva
(Rupiah dalam Jutaan)
Akhir
Tahun Jumlah
1 Rp 9.097,643 [Rp(14.199,403 - 5.101,760)]
2 10.687,700 [Rp(14.199,403 - 3.511,703)]
3 12.381,440 [Rp(14.199,403 - 1.817,963)]
4 -10.000,000 [ Residu ]
f. Menghitung Pengeluaran Uang Neto untuk Sews Guna Usaha [=Sewa - (Tarif PPh x Sewa)]-
Rupiah dalam Jutaan
Akhir
Tahun Jumlah
1. Rp7.728,880
2. 7.728,880
3. 7.728,880
g. Menghitung Selisih Pengeluaran uang antara {Meminjam dan Membeli} dengan {Menyewa-
Guna-Usaha} -Rupiah dalam Jutaan
h. Menghitung Harga Tunai g-Rupiah dalam Jutaan. Tingkat bunga setelah pajak = 68% x 19,81
% = 13,47% Tingkat bunga untuk residu 20%.
Harga Tunai
Keuntungan Keuntungan
Akhir Meminjam & Meminjam &
Tahun Membeli Membeli
1 -Rp1.368,763 -Rp1.287,167
2 -2.958,819 -2.616,566
3 -4.652,560 -3.869,116
4 10.000,000 5.787.037
-Rp 901.721
Ternyata menyewa-guna-usaha lebih menguntungkan daripada meminjam uang dari bank dan
kemudian membeli aktiva.
******************
* Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang hasil kerjanya diukur berdasarkan laba dan
jumlah investasinya.
* ROI adalah perbandingan antara laba dengan jumlah investasi. Konsep laba maupun investasi
dalam perbandingan tersebut dapat bermacam-macam.
* ROI dapat menimbulkan rasa tidak adil di antara para pimpinan pusat investasi.
* ROI berdasarkan harga pemerolehan aktiva juga dapat menimbulkan masalah.
* Laba residual adalah label setelah dikurangi dengan biaya modal. Konsep laba residual digunakan
untuk mengatasi kelemahan konsep ROI.
* Biaya modal adalah biaya penggunaan dana (tidak terbatas pada modal saja).
* Ada dua cara untuk menghitung biaya modal: (1) pendekatan Terata, dan (2) pendekatan marjinal.
42
Materi Pembahasan:
1. Struktur Analisis
Tujuan pengukuran penggunaan aktiva merupakan analogi dari tujuan pusat laba yaitu :
a. Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan yang baik mengenai
aktiva yang digunakan dan untuk memacu para manajer agar membuat keputusan yang merupakan
kepentingan perusahaan.
b. Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas ekonomi.
Tingkat pemgembalian atas investasi ( ROI ) adalah suatu rasio perbandingan. Pembilangnya
(numerator) adalah Laba yang dilaporkan pada laporan keuangan. Penyebutnya (denominator) adalah Aktiva
yang digunakan.
Memfokuskan diri pada laba tanpa mempertimbangkan aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut tidaklah mencukupi untuk proses pengendalian. Kecuali untuk beberapa jenis
organisasi jasa tertentu yang jumlah modalnya tidak signifikan, tujuan penting dari sebuah perusahaan yang
berorientasi pada laba adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang memuaskan atas modal
yang digunakan. Laba sebesar $ 1 juta di suatu perusahaan yang memiliki modal $ 10 juta tidak mencerminkan
kinerja yang baik dibandingkan dengan laba sebesar $ 1 juta dari perusahaan yang hanya memiliki modal
modal sebesar $ 5 juta,dengan asumsi bahwa kedua perusahaan menghadapi resiko yang sama.
Kecuali jumlah aktiva yang digunakan ikut diperhitungkan,pihak manajemen senior akan sulit
untuk membidangkan kinerja laba dari suatu unit usaha dengan unit usaha yang lain,atau dengan unit yang
sama di perusahaan lain.Membandingkan perbedaan laba yang mencolok tidak akan berarti jika unit usaha
menggunakan sumber daya yang berbeda; dengan kata lain, semakin banyak sumber daya yang
digunakan,seharusnya semakin besar laba yang diperoleh. Perbandingan semacam ini digunakan untuk menilai
kinerja manajer unit usaha dan untuk memutuskan cara pengalokasian sumber daya.
Contoh :
Golden Grain, sebuah unit usaha dari Quaker Oats, memiliki profitabilitas yang tinggi dan tampak
sebagai salah satu unit usaha Quaker Oats yang terbaik. Tetapi, Golden Grain diakuisisi oleh Quaker Oats
dengan premi di atas nilai bukunya. Berdasarkan aktiva yang digunakan sebagaimana diukur oleh premi ini
sebenarnya Golden Grain memiliki kinerja di bawah rata-rata.
a. Kas
Hampir semua perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena pengendalian pusat
memungkinkan penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit usaha memegang saldo kas
yang dibutuhkannya untuk menyeimbangkan perbedaan antara kas masuk dan arus kas keluar.
b. Piutang
Manajer unit usaha dapat mempengaruhi tingkat piutang secara tidak langsung melalui
kemampuan mereka untuk menghasilkan penjualan dan secara langsung melalui penetapan persyaratan kredit
dan persetujuan atas kredit individual dan batas kredit serta melalui wewenang mereka dalam menagih kredit
yang jatuh tempo. Piutan g diukur dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu nominal piutang
dikurangi dengan penyisihan kerugian piutang tidak tertagih.
c. Persediaan
Persediaan biasanya diperlakukan sama seperti piutang- yaitu dicatat pada jumlah akhir periode
meskipun rata-rata antar periode lebih baik secara konsep.Metode yang dapat digunakan adalah FIFO,
Average, atau LIFO costing. Jika persediaan barang dalam proses (work-in-process)didanai melalui pembayaran
di muka (advance payment)atau pembayaran cicilan (progress payment) dari konsumen,seperti yang biasa
terjadi jika barang tersebut membutuhkan waktu produksi yang lama.Pembayaran tersebut akan dikurangi
dari jumlah persediaan (gross inventory amounts),atau dilaporkan sebagai kewajiban.
Contoh : Dengan waktu produksi selam setahun atau lebih,Boeing menerima pembayaran cicilan
untuk pesawat-pesawat yag diproduksi dan mencatatnya sbagai kewajiban.
j. Beban Modal
Kantor posat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk menghitung beban
modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi daripada tarif korporat untuk pendanaan dengan
utang karena dana yang terlibat merupakan campuran antara utang dan modal berbiaya lebih tinggi (higher-
cost aktiva teequity). Biasanya tarif tersebut ditetapkan dibawah estimasi biaya modal perusahaan sehingga
EVA atas rata-rata unit usaha berada di atas nol.
Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal kerja dari pada
untuk aktiva tetap.Hal ini dapat mencerminkan penilaian bahawa modal kerja lebih kecil resikonya dari pada
asset tetap, karena dananya disalurkan untuk periode yang lebih pendek. Dalam kasus-kasus lain, tariff yang
lebih rendah merupakan cara untuk mengkompensasikan fakta bahwa perusahaan teersebut memasukan
unsur persediaan dan piutang dalam dasar inventarisnya pada jumlah kotor (yaitu, tanpa mengurangkan utang
usaha).Perusahaan tersebut menyadari fakta bahwa dana yang didapatkan dari utang usaha memiliki biaya
bunga sam dengan nol.
k. Survei-survei Praktik
Kebanyakan perusahaan memasukkan unsur aktiva tetap ke dalam dasar investasi pada nilai
buku bersih. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukannya karena ini merupakan jumlah dengan mana
aktiva tersebut dicatat dalam laporan keruangan, dan oleh karenanya, sesuai dengan laporan keruangan
tersebut, mencerminkan jumlah modal yang digunakan dalam divisi tersebut.
Return on Investment
Apabila ROI digunakan dalam mengukur kinerja pusat investasi, maka Laba pusat investasi dibagi
dengan Investasi akan mendapatkan tingkat pengembalian investasi.
Contoh:
Laporan keuangan PT. ADIL MAKMUR tahun 2008 ( dalam jutaan)
Penjualan Rp 10.000
Harga Pokok Penjualan 6.000
Laba Kotor 4.000
Beban Operasional :
Beban pemasaran Rp 1.000
Beban administrasi dan umum 1.000
Total Beban Operasional 2.000
Laba operasional 2.000
Kas Rp 500
Piutang Usaha 700
Persediaan 300
Aktiva Tetap bersih 3.500
Total Aktiva 5.000
Kewajiban lancar:
Utang usaha 1.000
Utang gaji 500
Utang pajak 500
Total kewajiban lancar 2.000
Modal pemegang saham 3.000
Total Kewajiban dan Modal 5.000
ROI (2)
Return on Investment = Laba operasi / Total Aktiva – Kewajiban Lancar
= Rp 2.000,-- / ( Rp 5.000,- - Rp 2.000,-- = Rp 3.000,--) X 100% = 66,67%
Apabila target ROI pada periode tersebut adalah misalnya, 20 %, maka kinerja perusahaan tersebut
BAIK.
Mandat terbaik untuk nilai pemegang saham pada tingkat unit usaha adalah meminta para
manajer unit usaha untuk menciptakan dan meningkatkan EVA. EVA mendorong para manajer untuk
meningkatkan EVA dengan cara mengambil tindakan-tindakan yang konsisten dengan peningkatan nilai
pemegang saham. Hal ini dapat dipahami dengan melihat pada cara bagaimana EVA diperhitungkan. EVA
diukur dengan cara sebagai berikut:
EVA = Laba operasional – Beban modal
Dengan:
Beban modal = Biaya modal x Modal yang digunakan (1)
Contoh :
Industri Distribusi Metal, suatu contoh di US
Industri distribusi metal merupakan industri yang sudah mapan, berkompetinsi tinggi dan
terpisah-pisah. Demikian pula halnya dengan persentase industri produk baja yang dikirim melalui pusat servis.
BAB VIII
PUSAT INVESTASI
Suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan sebagai pusat investasi apabila kineRIa unit/manajemya
diukur dari hasil (kembalian) investasi atau atas dasar laba dibandingkan dengan investasi yang digunakan .
Tujuan pembentukan pusat investasi adalah:
menyediakan infonnasi yang bennanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai investasi yang
digunakan manajer divisi dan memotivasi manajer untuk melakukan keputusan yang tepat
mengukur pre stasi divisi sebagai kesatuan yang berdiri sendiri
pembandingan pre stasi antar divisi untuk penentuan alokasi sumber ekonomik. Infonnasi atas
dasar pusat investasi dapat memotivasi manajer divisi untuk:
menghasilkan laba yang memadai dengan keleluasaan untuk mengambil keputusan tentang sumber
ekonomik dan fasilitas fisik yang digunakan.
mengambil keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut memberikan kembalian
yang memadai
mengambil keputusan untuk melepas investasi yang tidak memberikan kembalian yang memadai.
Definisi investasi:
Total aktiva yang tersedia
Total aktiva yang digunakan
Total modal ditambah Utangjangka panjang
Modal sendiri
Tahun
Nilai buku awal tahun
laba
RI
ROI
1
100.000
12.000
- 3.000
12
2
80.000
12.000
0
15
3
60.000
12.000
3.000
20
4
40.000
12.000
6.000
30
5
20.000
12.000
9.000
60
Tahun
Perolehan awal tahun
laba
RI
ROI
1
100.000
12.000
- 3.000
12
2
100.000
12.000
- 3.000
12
3
100.000
12.000
- 3.000
12
4
100.000
12.000
- 3.000
12
5
100.000
12.000
- 3.000
12
Masalah lain dalam pusat investasi adalah masalah tolok ukur penilaian kineria unit/pusat
pertanggungjawaban. Secara umum penilaian pusat pertanggungjawaban ada dua yaitu ROI dan RI.
ROI juga dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut (Halim, 1998):
Penilaian kinerja di atas adalah penilaian berdasarkan perspektif financial. Penilaian kinerja sendiri
menimbulkan banyak polemic di antara para praktisi dan akademisi. Berbagai macam ukuran dikembangkan
untuk menilai prestasi manajer. Berikut ini dua penilaian kinerja yang akan didiskusikan lebih lanjut.
Pada perspektif internal business process, manajemen organisasi perlu menilai ketrampilan
karyawan, produktivitas kerja, kedisiplinan kerja, tennasuk kompetensi dan proses bisnis yang terjadi. Dalam
hal ini sistem infonnasi memegang peranan yang sangat penting. Sistem infonnasi membantu eksekutif dalam
menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Dari perspektif learning and growth, BSC juga menilai perbaikan dan pertumbuhan yang terus
menerus dilakukan oleh organisasi. Learning and growth perlu dilakukan dan dinilai sehubungan dengan makin
ketatnya persaingan bisnis. Total quality management yang diterapkan organisasi juga dinilai. Organisasi harus
dapat selalu mengadakan perbaikan terus menerus dalam rangka menciptakan nilai.
Untuk perspektif finansial, sarna dengan pendekatan tradisional. Variabelvariabel penilaian untuk
masing-masing persepektif dapat dilihat pada lampiran.
Penilaian kinerja dengan menggunakan BSC baik tetapi tidak cukup lengkap karena BSC gagal
untuk pertama, menunjukkan kontribusi bahwa tenaga kerja dan suplier membantu pencapaian tujuan
perusahaan, kedua, mengidentifikasi peranan komunitas lingkungan dimana perusahaan beroperasi, ketiga,
mengidentifikasi pengukuran kinerja sebagai proses dua arah, memampukan manajemen untuk menilai
kontribusi stakeholder(s) pada tujuan primer dan sekunder perusahaan dan memampukan stakeholder(s)
menilai apakah organisasi kapabel untuk memenuhi kewajiban organisasi pada stakeholder(s) saat ini maupun
pada masa yang akan datang (Atkinson, dkk. 1997).
Latihan
Diskusikan
Sebutkan tujuan pembentukan pusat investasi!
Definisikanlah investasi menurut saudara!
Jelaskan masalah yang mungkin timbul berkaitan dengan neraca!
Apakah yang dimaksud dengan residual income?
Apakah yang dimaksud dengan return on investmen?
Bandingkanlah penilaian kinerja yang mendasarkan pada RI dan ROI!
Mana yang lebih baik dari dua unit usaha berikut ini: divisi A memiliki aktiva operasi Rp 1 juta
dengan memperoleh laba bersih Rp 100 ribu. Sedangkan divisi B memiliki aktiva operasi sebesar Rp 10 juta dan
memperoleh laba Rp 200 ribu? Jelaskan!
Bagaimana perlakuan aktiva yang menganggur dalam penentuan dasar investasi?
MODUL : 9
PKK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS EKONOMI
JAKARTA 2010
BAB IX
Mengukur dan Mengendalikan Aktiva yang Dikelola
Materi Pembahasan:
1. Aktiva yang dikelola
2. Jenis-jenis aktiva yang dikelola
3. Pengukuran aktiva yang dikelola
4. Return on Investment dan contoh perhitungan
5. Economic Value Added dan contoh perhitungannya.
6. Keunggulan ROI dan EVA, serta keterbatasannya
Di bab ini pertama-tama akan dibahas mengenai masing-masing jenis aktiva yang digunakan oleh
suatu pusat Investasi. Kemudian akan dibahas dua metode yang menghubungkan laba dengan dasar investasi :
(1) Persentase tingkat pengembalian atas investasi ( return on investment – ROI), dan
(2) nilai tambah ekonomi (economic value added – EVA ).
Akan dijelaskan keuntungan dan persyaratan-persyaratan dari penggunaan dari masing-masing
metode untuk mengukur kinerja. Yang terakhir akan dibahas masalah perbedaan dalam mengukur nilai
ekonomi dari suatu pusat investasi, sebagaimana dibandingkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas
suatu pusat investasi.
A. Struktur Analisis
Tujuan pengukuran penggunaan aktiva merupakan tujuan pusat laba yaitu :
* Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan yang baik mengenai aktiva
yang digunakan dan untuk memacu para manajer agar membuat keputusan yang merupakan kepentingan
perusahaan.
* Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas ekonomi.
Tingkat pemgembalian atas investasi ( ROI ) adalah suatu rasio perbandingan. Pembilangnya
(numerator) adalah Laba yang dilaporkan pada laporan keuangan. Penyebutnya (denominator) adalah Aktiva
yang digunakan.
B. Mengukur Aktiva yang Digunakan
Dalam memutuskan dasar investasi apa yang akan digunakan untuk mengevaluasi pusat investasi,
kantor pusat menanyakan 2 hal :
(1) Praktik-praktik apa saja yang akan membuat para manajer unit usaha menggunakan aktiva
mereka dengan dengan efisien dan untuk mendapatkan jumlah dan jenis yang tepat dari aktiva baru?
Mungkin, ketika laba mereka berkaitan dengan aktiva yang digunakan, para manajer unit usaha akan mencoba
untuk meningkatkan kinerja mereka yang diukur dengan cara ini.
Manajemen senior ingin agar tindakan yang mereka lakukan untuk tujuan ini adalah yang terbaik
bagi kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Yang ke
(2) Praktik-praktik apa saja yang paling baik mengukur kinerja suatu entitas ekonomi?
Kas
Hampir semua perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena pengendalian pusat
memungkinkan penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit usaha memegang saldo kas
yang dibutuhkannya untuk menyeimbangkan perbedaan antara kas masuk dan arus kas keluar.
Piutang
Manajer unit usaha dapat mempengaruhi tingkat piutang secara tidak langsung melalui kemampuan
mereka untuk menghasilkan penjualan dan secara langsung melalui penetapan persyaratan kredit dan
persetujuan atas kredit individual dan batas kredit serta melalui wewenang mereka dalam menagih kredit yang
jatuh tempo.
Piutang diukur dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu nominal piutang dikurangi
dengan penyisihan kerugian piutang tidak tertagih.
Persediaan
Persediaan biasanya diperlakukan sama seperti piutang- yaitu dicatat pada jumlah akhir periode
meskipun rata-rata antar periode lebih baik secara konsep.Metode yang dapat digunakan adalah FIFO,
Average, atau LIFO costing.
Modal kerja secara umum
Perlakuan modal kerja sangatlah bervariasi. Pada satu sisi perusahaan memasukkan seluruh aktiva
lancar ke dalam dasar investasi dengan tidak mengeliminasi kewajiban lancar.
Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar.
Properti, Pabrik, dan Peralatan / Aktiva Tetap
Dalam akuntasi keuangan aktiva tetap awalnya dicatat pada biaya perolehan, dan biaya ini
dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui penyusutan. Hampir semua perusahaan menggunakan
pendekatan yang sama dalam mengukur profitabilitas atas dasar aktiva dari unit usaha.
Hal ini menyebabkan permasalahan serius dalam penggunaan sistem tersebut untuk tujuan yang
dimaksudkan. Permasalah tersebut akan dianalisis pada bagian-bagian berikut :
Akuisisi Peralatan Baru
Jika aktiva yang telah disusutkan dimasukkan kedalam dasar investasi pada nilai buku bersih, maka
profitabilitas unit usaha tersebut akan dinyatakan secara salah (misstated) pada nilai buku bersih dan para
manjer unit usaha akan termotivasi untuk mengambil keputusan akuisisi yang tepat.
Nilai Buku Kotor
ROI yang dihitung berdasarkan nilai buku kotor akan selalu menyatakan terlalu rendah tingkat
pengembalian sebenarnya.
Disposisi Aktiva
Jika aktiva dimasukkan ke dalam dasar investasi pada biaya awalnya, maka manajer unit usaha akan
termotivasi untuk menghilangkan aktiva tersebut meskipun aktiva itu memiliki suatu kegunaan karena dasar
investasi unit usaha akan berkurang sejumlah biaya penuh dari aktiva tersebut.
Penyusutan Anuitas.
Jika penyusutan ditentukan oleh metode anuitas, dan bukan oleh metode garis lurus, maka
perhitungnan profitabilitas unit usaha akan menunjukkan EVA dan ROI yang tepat. Hal ini disebabkan karena
metode penyusutan anuitas sesungguhnya mengaitkan pengembalian investasi yang implicit dalam
perhitungan nilai sekarang.
Metode Penilaian yang Lain
Permasalahan utama dalam menggunakan nilai-nilai nonakuntasi adalah bahwa nilai tersebut
cenderung subjektif,dibandingkan dengan nilai-nilai akuntansi,yang tampak lebih objektif dan umumnya tidak
menimbulkan pertentangan.
Aset-aset yang Disawagunausahakan
Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan usaha perjanjian pendanaan yaitu, perjanjian
tersebut memberikan cara alternative untuk menggunakan aktiva yang seharusnya didapatkan dari pendanaan
dengan utang dan modal. Sewa guna financial ( yaitu sewa guna usaha jangka panjang yang setara dengan nilai
sekarang dari arus beban sewa) adalah sama dengan utang yang dilaporkan juga dalam neraca.
Aktiva yang menganggur
Jika suatu unit memiliki aktiva yang menganggur (idle asset) yang dapat digunakan oleh unit lain,
maka unit tersebut dapat diperbolehkan untuk mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuan
dari izin ini adalah untuk mendorong para manajer unit usaha guna melepas aktiva menganggur ke unit lain
yang mungkin memerlukannya.
Aktiva Tidak Berwujud
Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan pengembangan (R&D) yang intensif (
misalnya,perusahaan farmasi menghabiskan dana yang besar untuk mengembangkan produk baru); sedang
lainnya cenderung fokus pada pemasaran ( misalnya, perusahaan barang konsumen seperti unilever yang
menghabiskan banyak dana untuk iklannya).
Apabila ROI digunakan dalam mengukur kinerja pusat investasi, maka Laba pusat investasi dibagi
dengan Investasi akan mendapatkan tingkat pengembalian investasi.
Contoh:
Laporan keuangan PT. MAJU tahun 2000 ( dalam jutaan)
Penjualan Rp 10.000,--
Harga Pokok Penjualan 6.000,--
Laba Kotor 4.000,--
Beban Operasional :
Beban pemasaran Rp 1.000,--
Beban administrasi dan umum 1.000
Total Beban Operasional 2.000,--
Laba operasional 2.000,--
Neraca per 31 Desember 2000
Kas Rp 500,-
Piutang Usaha 700,-
Persediaan 300,-
Aktiva Tetap bersih 3.500,-
Total Aktiva 5.000,-
Kewajiban lancar:
Utang usaha 1.000
Utang gaji 500,-
Utang pajak 500,-
Total kewajiban lancar 2.000,-
Modal pemegang saham 3.000
Total Kewajiban dan Modal 5.000,-
Beban modal = 10%
ROI (1)
Return on Investment = Laba operasional / Total Aktiva
= Profit Margin X Asset Turnover
= (Laba / Penjualan) X (Penjualan / Total Aktiva)
= Rp 2.000,- / Rp 10.000,- = 20% X ( Rp 10.000,-- / Rp 5.000,- = 2 ) = 40%
ROI (2)
Return on Investment = Laba operasi / Total Aktiva – Kewajiban Lancar
= Rp 2.000,-- / ( Rp 5.000,- - Rp 2.000,-- = Rp 3.000,--) X 100% = 66,67%
Apabila target ROI pada periode tersebut adalah misalnya, 20 %, maka kinerja perusahaan tersebut
BAIK.
Economic Value Added ( EVA)
EVA = Laba operasi – beban modal
= Rp 2.000,- - (10% X Rp 3.000,- = Rp 300,--) = Rp 1.700,--
EVA yang baik harus di atas Rp 0,-- ( > Rp 0,- )
C. EVA vs. ROI
Ada tiga keuntungan dari ROI:
ROI merupakan pengukuran yang kompherensif dimana semua mempengaruhi
laporan keuangan tercermin dari rasio ini.
ROI mudah dihitung, mudah dipahami,dan sangat berarti dalam pengertian absolute.
ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan ke setiap unit organisasi yang bertanggung
jawab terhadap profitabilitas, tanpa memperdulikan ukuran dan jenis usahanya/
EVA tidak memberikan dasar perbandingan semacam ini. Tetapi pendekataan EVA juga memiliki
beberapa keunggulan. Ada empat alasan yang membuatnya lebih unggul dari ROI:
* Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan investasi.
* Keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat menurunkan laba
keseluruhan.
* Tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aktiva yang berbeda pula.
* EVA berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahan-
perubahan dalam nilai pasar perusahaan.
Ada beberapa alasan mengapa penciptaan nilai pemegang saham menjadi sangat penting bagi
perusahaan:
* Mengurangi resiko pengambilalihan (takeover)
* Menciptakan nilai tukar untuk agresivitas dalam merger dan akusisi
* Mengurangi biaya modal, sehingga memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk pertumbuhan
masa depan.
Mandat terbaik untuk nilai pemegang saham pada tingkat unit usaha adalah meminta para manajer
unit usaha untuk menciptakan dan meningkatkan EVA.
EVA mendorong para manajer untuk meningkatkan EVA dengan cara mengambil tindakan-
tindakan yang konsisten dengan peningkatan nilai pemegang saham. Hal ini dapat dipahami dengan melihat
pada cara bagaimana EVA diperhitungkan. EVA diukur dengan cara sebagai berikut:
EVA = Laba operasional – Beban modal
Dengan:
Beban modal = Biaya modal x Modal yang digunakan (1)
Cara lain untuk menyatakan persamaan (1) adalah :
EVA = Modal yang digunakan X (ROI- biaya modal) (2)
Tindakan-tindakan berikut akan meningkatkan EVA sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan
(2): (i) peningkatan ROI melalui business process reengineering dan productivity gains, tanpa menaikkan dasar
investasi; (ii) divestasi aktiva,produk dan atau bisnis yang ROI-nya kurang dari biaya modal; (iii) investasi agresif
yang baru dalam aktiva,produk, dan atau bisnis yang ROI-nya melebihi biaya modal dan (iv) peningkatan
penjualan,margin laba,atau efisiensi modal (rasio penjualan terhadap modal yang digunakan), atau penurunan
persentase biaya modal tanpa mempengaruhi variable lain dalam persamaan (2). Tindakan-tindakan tersebut
jelas merupakan yang terbaik bagi kepentingan perusahaan.
EVA memecahkan permasalan mengenai perbedaan tujuan laba untuk aktiva yang sama dalam
unit usaha yang berbeda dan tujuan laba yang sama pada unit usaha sama. Metode tersebut memungkinkan
untuk memasukkan peraturan keputusan yang sama dengan yang digunakan dalam proses perencanaan ke
dalam sistem pengukuran: Semakin rumit proses perencanaan, semakin rumit juga perhitungan EVA-nya
D. Pertimbangan Tambahan dalam Mengevaluasi Manajer
Dengan melihat kelemahan ROI, kelihatannya mengejutkan bahwa ROI digunakan secara luas.
Diketahui dalam pengalaman pribadi bahwa kesalahan konseptual ROI untuk evaluasi kinerja adalah nyata dan
menyebabkan timbulnya perilaku disfungsional dari para manajer unit usaha.
E. Mengevaluasi Kinerja Ekonomi suatu Entitas
Secara konsep nilai suatu usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan di masa depan. Hal ini
dihitung dengan mengestimsi arus kas untuk setiap tahun di masa depan dan mendiskontokan setiap arus kas
tersebut pada tarif laba yang telah ditentukan. Analisis tersebut dilakukan untuk lima,atau mungkin sepuluh
tahun yang akan datang.
Pusat investasi memiliki semua masalah pengukuran yang terlibat dalam menentukan beban dan
pendapatan. Pusat investasi menimbulkan permasalahan baru mengenai bagaimana cara mengukur aktiva
yang digunakan, khususnya aktiva mana yang akan dimasukkan, bagaimana menilai aktiva tetap dan aktiva
lancar, metode penyusutan apa yang akan digunakan untuk aktiva tetap, aktiva perusahaan mana yang harus
dialokasikan, dan kewajiban mana yang harus dikurangi.
Suatu tujuan penting dari suatu organisasi bisnis adalah untuk mengoptimalkan tingkat
pengembalian atas ekuitas pemegang saham (yaitu, nilai sekarang bersih dari arus kas di masa depan). Sangat
tidak praktis untuk menggunakan pengukuran semacam ini guna mengevaluasi kinerja para manajer unit
usaha per bulanan atau kuartal. Menghitung tingkat pengembalian adalah pengukuran yang paling baik atas
kinerja para manajer unit usaha. Nilai tambah ekonomis (economic value added-EVA) secara konsep lebih
unggul daripada tingkat pengembalian investasi (return on investment-ROI) dalam mengevaluasi kinerja dari
para manjer unit usaha.
Selain pos-pos laporan laba rugi, ketika menetukan tujuan laba tahunan harus ada tariff bunga
yang akan eksplisit terhadap saldo yang akan diproyeksikan atas pos modal kerja yang dapat dikendaliakan
khususnya piutang dan persediaan. Ada perdebatan yang yang cukup alot mengenai pendekatan yang tepat
bagi manajemen dalam mengendalikan aktiva tetap. Melaporkan kinerja ekonomi dari suatu pusat investasi
berbeda dengan melaporkan kinerja menajer yang berwenang dalam pusat investasi tersebut
MODUL 8
PERENCANAAN STRATEGIK
REFERENSI
Management Control System, Robert N. Anthony., Vijay Govindarajan
PERENCANAAN STRATEGIK
Dalam kenyataan, proses pengendalian manajemen merupakan perilaku, yang terwujud dalam
interaksi antara para manajer, dan antara manajer dengan bawahannya. Karena kemampuan teknis, gaya
kepemimpinan, kemampuan intrapersonel, pengalaman, pendekatan untuk pemecahan masalah, ketertarikan
terhadap angka-angka, dan lain-lain dari para manajer berbeda satu sama lain, detail proses pengendalian
manajemen juga berbeda baik antarperusahaan maupun antarpusat tanggung jawab dalam perusahaan
sendiri. Perbedaan tersebut berhubungan dengan sistem yang digunakan dalam pengendalian manajemen.
Agar berfungsi efektif, sistem pengendalian manajemen yangformal harus memiliki basis yang sama pada
keseluruhan suatu organisasi.
Pembahasan dimulai dengan mengasumsikan organisasi yang cukup besar, yang biasanya terdiri
dari sebuah kantor pusat dan beberapa unit bisnis yang terdesentralisasi. Dalam organisasi yang demikian,
perencanaan stratejik mencakup baik di kantor pusat maupun di unit bisnis. Jika organisasi yang dimaksud
kecil, terutama jika organisasi tersebut tidak memiliki unit bisnis, proses tersebut hanya melibatkan eksekutif
senior dengan staf perencanaannya saja. Dalam organisasi yang sangat kecil, proses tersebut mungkin hanya
melibatkan pimpinan perusahaannya saja.
Gaya Manajemen Puncak. Perencanaan stratejik proses manajemen, merupakan jalan yang
menuntun suatu perusahaan, sangat tergantung pada gaya dari pemimpin perusahaannya. Beberapa pimpinan
memilih mengambil keputusan tanpa mengambil manfaat dari rapat formal karyawan. Jika pengendali
perusahaan semacam ini berusaha memperkenalkan sistem formal, sepertinya ia tidak akan berhasil. Tidak ada
sistem yang efektif kecuali para pimpinan itu benar-benar menggunakannya; jika manajer lain tidak melihatnya
sebagai sesuatu yang penting, mereka hanya berbasabasi menanggapinya.
Pada beberapa perusahaan, pimpinan menginginkan rencana keseluruhan untuk alasan yang
telah dijelaskan, namun bersifat tidak resmi tertulis. Pada perusahaan yang demikian, sistem tersebut dapat
berisi semua elemen yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya, namun dengan detail yang minimum dalam
dokumen tertulis dan lebih menekankan pada diskusi informal. Pada perusahaan lain, manajemen senior
analisis ekstensif dan dokumen perencanaan, dan pada perusahaan macam ini bagian formal dari sistem relatif
rumit.
Peraturan. Perusahaan biasanya mengeluarkan aturan dan prosedur untuk persetujuan usulan
pengeluaran modal dengan berbagai tingkat. Persetujuan untuk pengeluaran yang kecil dapat dilakukan oleh
manajer pabrik, subjek yang mencakup jumlah tertentu dalam satu tahun, dan usulan yang lebih besar
berturut-turut diajukan pada manajer unit bisnis, direktur utama, kemudian jika ada usulan yang sangat
penting, diajukan pada dewan direksi.
Menghindari Manipulasi. Sponsor yang mengetahui bahwa proyek mereka memiliki net present
value negatif tidak akan menyetujui meskipun ada firasat bahwa proyek tersebut sebaiknya dilaksanakan. Pada
beberapa kasus, mereka bisa saja membuat usulan mereka menjadi menarik dengan menyesuaikan perkiraan
aslinya sehingga persyaratan minimumnya terpenuhi-mungkin dengan membuat perkiraan penjualan yang
optimistis, atau dengan membuang beberapa elemen biaya. Salah satu tugas yang sulit dilakukan oleh analis
proyek ini adalah mendeteksi penipuan semacam itu.
Model. Sebagai tambahan bagi model anggaran modal yang mendasar, ada teknik tertentu, seperti
analisis risiko, analisis sensitivitas, simulasi, perencanaan skenario, teori permainan, model penentuan harga
opsi, dan analisis pohon keputusan. Beberapa darinya terlalu sering digunakan, dan beberapa lagi merupakan
nilai praktis. Staf perencanaan sebaiknya diperkenalkan dengan metode-metode di atas dan
memanfaatkannya jika data-data yang dibutuhkan tersedia.
Rantai nilai bagi tiap perusahaan merupakan seperangkat aktivitas terkait yang menciptakan nilai
dari tiap bagiannya, mulai dari memperoleh bahan mentah dasar untuk komponen pemasok sampai
menghasilkan produk siap pakai serta mengantarnya pada konsumen akhir. Tiap perusahaan harus mengerti
posisi mereka dalam aktivitas penciptaan-nilai ini.
Dari perspektif perencanaan strategis, konsep rantai nilai menggarisbawahi tiga bagian:
1. Keterkaitan dengan pemasok.
2. Keterkaitan dengan pelanggan.
3. Proses terkait dalam rantai nilai perusahaan.
Keterkaitan dengan Pemasok. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 7-3 pada halaman berikut,
hubungan dengan pemasok harus dijaga sehingga baik perusahaan maupun pemasoknya memperoleh
manfaatnya. Mengambil keuntungan dari kesempatan ini dapat menurunkan biaya, meningkatkan nilai atau
keduanya secara dramatis.
Keterkaitan dengan Pelanggan. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7-4, keterkaitan dengan
pelanggan sama pentingnya dengan pemasok. Ada banyak contoh di mana perusahaan dan pelanggan sama-
sama menikmati keuntungan dari hubungan ini.
Proses Keterkaitan dengan Rantai Nilai Perusahaan. Analisis rantai nilai secara eksplisit
menunjukkan fakta bahwa aktivitas yang meningkatkan nilai produk perusahaan memiliki sifat saling
tergantung.
Sebuah perusahaan mungkin ingin menganalisis proses keterkaitan dalam rantai nilai,
dengan maksud untuk peningkatan efisiensi. Tujuan keseluruhan analisis ini adalah memindahkan barang dari
pemasok, kemudian melalui produksi, serta ke konsumen pada harga yang lebih rendah dengan kualitas yang
dapat diterima dan dalam waktu singkat.
.Efisiensi dalam denah rantai nilai mungkin meningkat karena mengurangi jumlah bagian-bagian
yang terpisah dan meningkatnya kemudahan dalam memproduksi.
Suatu perusahaan juga sebaiknya melakukan efisiensi pada tiap aktivitas dalam rantai nilai
dengan pemahaman yang lebih baik terhadap hal-hal yang menimbulkan biaya serta nilai pada tiap aktivitas.
Efisiensi pada bagian dalam (yaitu bagian sebelum produksi) dapat ditingkatkan melalui jumlah
pemasoki dengan memiliki sistem komputer yang mengirimkan order secara otomatisi dengan pembatasan
pengiriman sesuai jumlah "just-in-time" (yang mengurangi persediaan); serta dengan membebankan tanggung
jawab kualitas pasokan pada penyedianya, yang mengurangi atau menghilangkan biaya pemeriksaan.
Efisiensi pada bagian produksi dapat ditingkatkan dengan peningkatan otomatisasi, mungkin
dengan menggunakan robot; dengan mengatur ulang mesinme sin menjadi "sel-sel," yang melaksanakan
serangkaian langkah produksi yang berhubungan; serta dengan sistem pengendalian produksi yang lebih baik.
Efisiensi pada bagian luar (yaitu mulai pintu pabrik sampai konsumen) dapat ditingkatkan
dengan mungkinnya konsumen melakukan pemesanan secara elektronis (yang biasa dilakukan pada
perusahaan penyedia alat-alat rumah sakit dan pengecer jenis lain); dengan mengubah lokasi gudang; dengan
mengubah saluran distribusi dan menambah atau mengurangi dukungan bagi distributor dan pedagang besar;
dengan peningkatan efisiensi pada operasi gudang; serta melalui perubahan kombinasi antara penggunaan
truk yang dimiliki perusahaan dengan transportasi yang ditangani perusahaan lain.
Activity-Based Costing
Meningkatnya komputerisasi dan otomatisasi dalam pabrik menimbulkan perubahan penting
dalam sistem untuk mengumpulkan dan memanfaatkan informasi mengenai biaya. Enam puluh tahun yang
lalu, kebanyakan perusahaan mengalokasikan biaya overhead pada produk dengan perhitungan biaya
overhead tersebut berdasarkan jam kerja atau dolar. Saat ini, acta peningkatan jumlah perusahaan yang
menghitung biaya untuk biaya yang berhubungan dengan material (seperti transportasi, penyimpanan)
terpisah dari biaya pabrikasi; dan mereka menghitung biaya untuk masing-masing departemen, mesin atau
"sel," yang terdiri dan sekelompok mesin yang melaksanakan serangkaian kegiatan produksi yang berkaitan.
Pada pusat biaya ini, biaya buruh langsung mungkin digabung dengan biaya-biaya lain, disebut biaya konversi-
yaitu biaya buruh dan overhead pabrik untuk mengubah barang mentah menjadi produk jadi. Tambahan untuk
biaya konversi, sistem terbaru juga memasukkan biaya Litbang, administrasi umum, serta pemasaran pada
produk. Sistem terbaru juga menggunakan basis multipel alokasi. Pada sistem terbaru ini, kata aktivitas sering
digunakan pada pusat biaya, dan pembangkit biaya digunakan dalam dasar alokasi; dan sistem biaya disebut
sistem activity-based costing (ABC).
Rapat Manajemen. Banyak perusahaan mengadakan rapat tahunan antara manajer korporasi dan
manajer unit bisnis (sering disebut "konferensi tingkat tinggi") untuk membahas tujuan dan panduannya.
Rapat semacam ini biasanya berlangsung selarna satu minggu dan diadakan di luar kantor untuk mengurangi
gangguan. Selain untuk agenda resmi, pada pertemuan ini para manajer memiliki kesempatan untuk saling
mengenal.
Analisis
Ketika kantor pusat menerima rencana unit bisnis, mereka mengumpul-kannya dalam
keseluruhan rencana stratejik. Staf perencanaan beserta staf pemasaran dan produksi menganalisis rencana ini
secara mendalam. Unit bisnis X merencanakan taktik pemasaran baru; apakah akan menghasilkan penjualan
sebesar yang direncanakan? Unit bisnis Y merencanakan peningkatan personel dalam administrasi umum;
apakah tambahan orang benar-benar diperlukan? Unit bisnis Z mengasumsikan peningkatan besar dalam
produktivitas; apakah realistis penyesuaian yang harus dilakukan? Beberapa unit bisnis cenderung
menurunkan perkiraan mereka, sehingga tujuan mereka dapat mudah dicapai; dapatkah hal semacam ini
dideteksi dan dihilangkan?
15
Pertemuan M-11
PERENCANAAN STRATEGIS
1. MANAJEMEN STRATEGIS
Manajemen strategis ialah proses pengambilan keputusan mengenai apakah suatu perusahaan
unggul, dapat melangsungkan hidup, atau menghadapi kematian. Proses pengambilan keputusan itu ditangan
oleh manajer strategis yang mempunyai tugas menggunakan sumber-sumber daya perusahaan dalam
lingkungan yang berubah-ubah. Manajemen strategis adalah tugas dari manajer puncak. Kerangka pikir
manajemen strategis dapat disajikan dalam Gambar 1.
Kebijakan (policy) ialah pedoman untuk bertindak, dan bisnis ialah usaha untuk mencari laba;
jadi kebijakan bisnis (business policy) ialah pedoman yang dibuat oleh organisasi bisnis untuk mencari laba.
Kebijakan bisnis terdapat dua kategori yaitu konvensional dan modern. Kebijakan bisnis konvensional ialah
pedoman bertindak mencari laba untuk masa kini. Sedangkan kebijakan bisnis modern atau kebijakan bisnis
strategis ialah pedoman bertindak untuk mencari laba masa mendatang berbasis lingkungan yang selalu
berubah.
Manajer strategis harus melihat masa depan, perubahan apa yang akan terjadi dan berusaha
untuk menghadapinya. Mereka harus:
1) Menyiapkan kebijakan untuk mengadapi perubahan masa depan
2) Menyiapkan anggaran (budget), atau menciptakan sistem perencanaan dan pengendalian.
Manajemen strategis harus dibedakan dengan perencanaan strategis. Perencanaan strategis
(strategic planning) ialah perencanaan jangka panjang berbasis perubahan lingkungan masa depan. Sedangkan
manajemen strategis ialah menganalisis dan menyiapkan kebijakan bisnis masa mendatang dalam lingkungan
yang selalu berubah.
2. Strategi
Strategi ialah cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir ( sasaran atau objective).
Stategi harus mampu membuat semua bagian dari suatu organisasi luas menjadi satu, terpadu untuk mencapai
tujuan akhir (sasaran atau objective); ini adalah masalah kegiatan operasi organisasi. Strategi sama dengan
rencana pertandingan (game plan), misalnya sepak bola, di lapangan musuhnya hanya satu kesebelasan.
Tujuannya memenangkan pertandingan. Strategi perusahaan ialah rencana pertandingan jangka panjang
untuk mengalahkan beberapa musuh atau pesaing, menghadapi pemilik, karyawan, pemasok, kreditur,
pemerintah, dll. Beda manajemen operasi dengan perecanaan strategis disajikan dalam berikut ini
Manajemen operasi
Perencanaan strategis
Mencapai sasaran berbasis tujuan
Mencapai sasaran berdasar strategi yang dipilih (tujuan dan strategi baru)
Mencapai sasaran berdasar pengalaman masa lalu
Mencapai sasaran berdasar hasil perdebatan mengenai tujuan dan strategi baru
Sasaran dirinci per seksi, bagian, divisi
Tujuan untuk kepentingan perusahaan
Manager berperan (berpraktek) untuk menyelesaikan berbagai masalah untuk mencapai sasaran
Manajer berpikir (berteori) tentang perubahan lingkungan eksternal dan internal
Manajer menemukan praktek baru untuk mempercepat mencapai sasaran
Manajer menyajikan tujuan dan strategi baru diperoleh dari hasil diskusi panjang tentang perubahan
lingkungan
Pengalaman masa lalu berperan menentukan perncapaian sasaran
Pengalaman masa lalu dianggap usang karena perubahan lingkungan.
Hasil secara kongkrit
Hasil masih dalam perencanaan
Berpikir kongkrit atas hal-hal yang kongkrit (kondisi riil kegiatan operasi)
Berpikir abtrak atas hal-hal yang abtrak (peridiksi perubahan lingkungan)
Selalu terbuka untuk menerima informasi (kritik) dari pelaksana dan mampu kritik diri (kelemahan dan
kekuatan)
Selalu terbuka untuk menerima prediksi perubahan lingkungan sebagai dasar berpikir rational dan intuitif.
Perbedaan antara formulasi strategi dan perencanaan strategies dapat disajikan dalam Tampilan 2.
Formulasi Strategi
Perencanaan Strategis
* Tidak sistematis
* Memasukkan pertimbangan awal mengenai program-program yang akan diadopsi sebagai alat
untuk mencapai tujuan
* Perencanaan strategis tahunan dengan prosedur dan jadwal yang sudah ditentukan
* Mengambil tujuan dan strategi yang telah ditentukan tersebut dan mengembangkan program-
program yang akan melaksanakan strategi dan mencapai tujuan tersebut secara efisien dan efektif.
* Melakukan diversifikasi akuisisi atau melalui pertumbuhan organik, lini produk mana yang akan
ditekankan, apakah akan membuat sendiri atau membeli dari luar, dan jalur pemasaran mana yang akan
digunakan.
Dalam proses pelaksanaan, penting untuk menjaga perbedaan pengertian antara formulasi
strategi dan perencanaan strategis. Salah satu alasannya adalah bahwa proses perencanaan cenderung untuk
menjadi terinstitusionalisasi, formal, sehingga mengurangi aktivitas-ativitas yang murni kreatif. Formulasi
strategi merupakan aktivitas yang menganjurkan pemikiran yang kreatif dan inovatif (spontan, tidak
terstruktur). Inisiatif dalam formulasi strategis mungkin dapat muncul kapan pun dan di mana pun dalam
organisasi.
Proses perencanaan strategis yang formal, langkah awal yang penting untuk dilakukan adalah
menuliskan penjelasan dari tujuan dan strategi perusahaan. Langkah awal ini diperlukan untuk membuat
keputusan program yang baik, berdasarkan hal ini lah program ditetapkan. Oleh karena itu, perencanaan harus
menginterpretasikan pemikiran manajemen .
Dalam praktiknya, ada sejumlah tumpang tindih antara formulasi strategi dengan perencanaan
strategis. Studi yang dibuat selama proses perencanaan strategis dalam situasi tertentu mungkin memerlukan
perubahan di sisi tujuan yang hendak dicapai. Namun fokus dari keduanya berbeda. Perencanaan strategis
bersifat sistematis, sedangkan formulasi strategi bersifat tidak sistematis. Strategi diperiksa kembali atas
respon terhadap kesempatan dan ancaman yang dirasakan. Dengan demikian, idealnya inisiatif formulasi
strategis – yang mungkin dapat muncul kapan pun dari siapa pun di dalam organisasi. Jika dinilai strategi itu
patut dikejar maka inisiatif tersebut dianalisis segera, tanpa menunggu jadwal yang telah ditentukan. Sekali
suatu strategi diterima, perencanaan untuk strategi tersebut menyusul secara sistematis.
Sayangnya di banyak perusahaan tidak mencantumkan dan tidak mengkomunikasikan dengan
jelas tujuan perusahaan ke para manajernya, yang sesungguhnya perlu untuk kegunaan penyusunan program
kerja. Dengan demikian dalam proses perencanaan strategis yang formal, langkah pertama yang penting sering
kali adalah menulis penjelasan dari tujuan dan strategi perusahaan. Ini mungkin saja menjadi tugas yang
menakutkan, karena meskipun manajemen puncak agaknya memiliki perasaan intuitif mengenai apa yang
menjadi tujuan dan strategi, mereka mungkin tidak mampu menverbalkannya dengan spesifik seperti yang
diperlukan untuk membuat keputusan program yang baik. Perencanaan mungkin harus menginterpretasikan
atau memperoleh pemikiran manajemen sebagai langkah pertama.
Opsi Strategis A
Opsi Strategis B
Opsi Strategis C
Opsi Strategis D
Rencana strategis formal yang diinginkan dalam organisasi memiliki karateristik-karateristik berikut:
1. Manajemen puncak yakin bahwa perencanaan strategis adalah penting
2. Organisasi tersebut relatif besar dan rumit
3. Ada ketidakpastian yang cukup besar mengenai masa depan, tetapi organisasi memiliki
fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
Proses perencanaan strategis yang formal tidak diperlukan dalam organisasi yang kecil dan relatif
stabil, dan tidak berguna di organisasi yang tidak dapat membuat estimasi yang andal mengenai masa depan
atau dalam organisasi yang manajemen seniornya memilih untuk tidak mengelola dengan cara ini.
Empat alasan untuk tidak menggunakan teknik nilai sekarang dalam menganalisis semua
usulan:
1. Usulan tersebut mungkin jelas menarik sehingga perhitungan dari nilai sekarang bersihnya tidak
diperlukan.
2. Estimasi yang terlibat dalam usulan begitu tidak pasti sehingga membuat perhitungan NPV
dipercaya tidak sesuai dengan usahanya.
3. Alasan untuk usulan tersebut adalah selain peningkatan dalam profitabilitas
4. Tidak ada alternatif yang layak untuk diadopsi.
Rantai nilai adalah sekelompok aktivitas yang menciptakan nilai dan saling berhubungan yang
menjadi bagiannya, mulai dari memperoleh bahan baku dasar untuk pemasok komponen sampai membuat
produk akhir dan mengantarkannya ke pelanggan akhir.
Dari perspektif perencanaan strategis, konsep rantai nilai menyoroti tiga bidang yang potensial
berguna: hubungan dengan pemasok, hubungan dengan pelanggan dan hubungan proses di dalam rantai nilai
dari perusahaan tersebut.
Suatu perusahaan sebaiknya juga bekerja ke arah peningkatan efisiensi dari setiap aktivitas di
dalam rantai tersebut melalui pemahaman yang lebih baik atas pemicu yang mengatur biaya dan nilai dari
setiap aktivitas.
MATERI KULIAH
PERENCANAAN STRATEGIK
Penyusun Oleh:
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah proses memutuskan program-program yang akan dilaksanakan oleh
organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang akan dialokasikan ke setiap program selama beberapa
tahun ke depan.
Keterbatasan
1. selalu ada bahaya bahwa perencanaan berakhir menjadi pengisian formulir latihan birokrasi tanpa
pemikiran strategis. Guna meminimalkan risiko dari birokrasi ini, organisasi secara periodik sebaiknya
mempertanyakan Apakah perusahaan memperoleh ide-ide segar sebagai akibat dari proses perencanaan
strategis?”
2. organisasi mungkin menciptakan departemen perencanaan strategis yang besar dan
mendelegasikan pembuatan rencana strategis kepada para staf dan departemen tersebut, sehingga dengan
demikian mengabaikan input dan manajemen lini maupun manfaat pendidikan dari proses tersebut.
Perencanaan strategis adalah fungsi manajemen lini. Para staf di departemen perencanaan strategis sebaiknya
dijaga seminimum mungkmn dan peranannya sebaiknya sebagai katalis, pendidik, dan fasilitator dari proses
perencanaan.
2. Organisasi tersebut relatif besar dan rumit. Dalam organisasi kecil yang sederhana,
pemahaman informal mengenai arah masa depan organisasi adalah mencukupi untuk mengambil keputusan
mengenai alokasi sumber daya, yang merupakan tujuan utama dari pembuatan suatu rencana strategis.
3. Ada ketidakpastian yang cukup besar mengenai masa depan tetapi orgamsasi memiliki fleksibilitas
untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. Dalam organisasi yang relatif stabil, rencana strategis
tidaklah perlu; masa depan biasanya cukup sama dengan masa lalu sehingga rencana strategis hanya akan
berupa latihan dalam ekstrapolasi (Jika organisasi yang stabil meramalkan kebutuhan akan perubahan dalam
arah, seperti penurunan dalam pasar atau perubahan drastis dalam biaya bahan baku, maka organisasi
tersebut membuat rencana kontinjensi yang menunjukkan tindakan yang akan diambil untuk menghadapi
kondisi-kondisi baru ini.)
Hubungan Organisasional
Proses peréncanaan strategis melibatkan manajemen senior dan manajer dari unit bisnis atau pusat
tanggung jawab utama lainnnya, dibantu oleh staf mereka. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki
komunikasi antara eksekutif korporat dengan eksekutif unit bisnis dengan cara menyediakan rangkaian
aktivitas terjadwal, melalui mana mereka dapat mencapai sekelompok tujuan dan rencana yang disetujui
bersama.
Gaya Manajemen Puncak
Perencanaan strategis adalah suatu proses manajemen, dan cara dengan mana proses tersebut
dilaksanakan di suatu perusahaan sangat bergantung pada gaya dan CEO. Beberapa CEO memilih untuk
mengambil keputusan tanpa manfaat dari alat perencanaan formal. Jika kontroler dari perusahaan semacam
itu berusaha untuk memperkenaIkan suatu sistem yang formal, maka ia mungkin akan tidak berhasil. Tidak ada
sistem akan berfungsi dengan efektifjika tidak benar-benar digunakan oleh CEO.
Para perancang sistem tersebut harus mendiagnosis dengan benar gaya dari manajemen senior dan
memastikan bahwa sistem tersebut sesuai dengan gaya itu. Ini merupakan tugas yang sulit karena
perencanaan strategis formal telah menjadi suatu gaya, dan beberapa manajer berpikir bahwa mereka
mungkin dipandang kuno jika tidak menggunakannya. Dengan demikian, mereka mungkin menginstruksikan
stafnya untuk memasang sistem yang terinci, atau mengizinkan staf untuk meransang system semacam itu,
yang kemudian mereka rasakan tidak nyaman untuk menggunakannya.
Aturan-aturan
Perusahaan umumnya memublikasikan aturan dan prosedur untuk persetujuan usulan pengeluaran
modal dengan berbagai besaran. Usulan pengeluaran yang kecil dapat disetujui di tingkat manajer pabrik,
bergantung pada total jumlah yang telah ditentukan dalam satu tahun, dan usulan yang lebih besar akan
diteruskan ke manajer unit bisnis, lalu ke CEO dan dalam kasus usulan yang sangat penting ke dewan direksi.
Aturan tersebut juga berisi pedoman untuk membuat usulan dan kriteria umum untuk
menyetujui usulan Misalnya, usulan penghematan biaya yang kecil mungkin memerlukan maksimal periode
pengembalian selama düa (kadang kala tiga) tahun. Untuk usulan yang lebih besar, biasanya ada tingkat
pengembalian minimum, yang harus digunakan baik dalam analisis nilai sekarang bersih maupun dalam tingkat
pengembalian internal. Tingkat pengembalian yang diharuskan mungkin sama untuk semua usulan, atau
mungkin berbeda untuk proyek dengan karakteristik risiko yang berbeda. Selain itu, usulan untuk tambahan
modal keija mungkin menggunakan tingkat pengembalian yang lebih rendah.dibandingkan dengan usulan
untuk aktiva tetap.
Menghindari Manipulasi
Para pengusul yang mengetahui bahwa proyek mereka dengan nilai sekarang bersih yang negatif
kemungkinan besar tidak akan disetujui, bisa saja “nekat” bahwa proyek tersebut harus diambil. Dalam
beberapa kasus, mereka. mungkin membuat usulan tersebut menjadi menarik dengan cara menyesuaikan
estimasi awal, sehingga proyek tersebut memenuhi kriteria numerik—mungkin dengan membuat estimasi
yang optimistis atas pendapatan penjualan atau dengan mengurangi penyisihan untuk kontinjensi dalam
beberapa elemen biaya. Salah satu tugas yang paling sulit dan analis proyek adalah untuk mendeteksi
manipulasi semacam itu. Reputasi dan pengusul proyek dapat menjadi semacam pengaman; analis dapat lebih
mengandalkan angka dan pengusul yang memiliki catatan rekor yang unggul. Dalam kondisi apa pun, meskipun
semua usulan yang muncul untuk disetujui umumnya memenuhi criteria formal untuk alasan ini tidak
semuanya benar-benar menarik.
Model
Selain model pembuatan anggaran modal yang mendasar, ada teknik-teknik spesialisasi, seperti
analisis risiko, analisis sensitivitas simulasi, perencanaan skenario, teori permainan, model penetapan harga
opsi, analisis klaim kontinjen, dan analisis diagram pohon untuk pengambilan keputusan. Beberapa di
antaranya telah dilebih-lebihkan, tetapi yang lainnya bernilai praktis. Staf perencanaan sebaiknya mengenali
teknik-teknik tersebut dan menggunakannya dalam situasi di mana data yang diperlu.kan tersedia.
Dari perspektif perencanaan strategis, konsep rantai nilai menyoroti tiga bidang yang potensial
berguna:
1. Hubungan denganpemasok.
2. Hubungan dengan pelanggan.
3. Hubungan proses di dalam rantai nilai dan perusahaan tersebut.
Analisis rantai nilai secara eksplisit mengakui fakta bahwa aktivitas nilai individual dalam suatu
perusahaan tidaklah independen tetapi saling bergantung.
Pertemuan Manajemen
Banyak perusahaan mengadakan pertemuan tahunan dan manajer korporat dan unit bisnis (sering
kali disebut “konferensi puncak”) untuk mendiskusikan usulan tujuan dan pedoman. Pertemuan semacam itu
umumnya berlangsung beberapa hari dan diadakan jauh dari fasilitas perusahaan guna meminimalkan
gangguan. Selain agenda formal, pertemuan semacam itu menyediakan kesempatan bagipara manajer di
seluruh bagian korporasi untuk saling mengenal satu sama lain.
Iterasi Pertama dan Rencana Strategis
Menggunakan asumsi, tujuan, dan pedoman tersebut, unit bisnis dan unit operasi lainnya membuat
“rancangan pertama” dan rencana strategis, yang mungkin memasukkan rencana operàsi yang berbeda dan
yang dimasukkan dalam rencana sekarang, seperti perubahan dalam taktik pemasaran; dengan didukung
älasan. Staf unit bisnis melakukan banyak pekerjaan analitis, tetapi manajer unit bisnis membuat keputusan
akhir. Bergantung pada hubungan pribadi, karyawan unit bisnis dapat mencari saran dan staf kantor pusat
dalam pengembangan rencana-rencana ini. Anggota dan staf kantor pusat sering kah mengunjungi unit bisnis
selama proses ini dengan tujuan untuk mengklarifikasi pedoman, asumsi, dan instruksi, serta secara umum,
untuk membantu dalam proses perencanaan.
Rencana strategis yang telah selesai berisi laporan laba rugi; persediaan, piutang, dan pos-pos kunci
neraca lainnya; jumlah karyawan; informasi kuantitatif mengenai penjualan dan produksi; pengeluaran untuk
pabrik dan akuisisi modal lainnya; arus kas yang tidak biasa larnnya dan penjelasan serta justifikasi naratif.
Angka-angka cukup terinci (meskipun jauh kurang terinci dibandingkan dengan anggaran tahunan) untuk
tahun depan dan tahun berikutnya, dengan informasi ringkas untuk tahun-tahun sesudahnya
Analisis
Rencana unit bisnis mengungkapkan kesenjangan perencanaan—yaitu, jumlah dan rencana-rencana
individual mencapai tujuan korporat. Hanya ada tiga cara untuk menutup kesenjangan perencanaan: (1)
temukan kesempatan untuk perbaikan dalam rencana unit bisnis (2) melakukan akuisisi, atau (3) meninjau
ulang tujuan korporat. Manajemen biasanya fokus pada yang pertama.
PERENCANAAN STRATEGIS
1. KARAKTERISTIK DARI PERENCANAAN STRATEGIS
Perencanaan Strategis :
Proses memutuskan program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah
sumber daya yang akan dialokasikan ke setiap program selama beberapa tahun ke depan.
Tampilan 8.2
opsi strategis A opsi strategis A
opsi strategis B
opsi strategis D
menunjukkan bagaimana proses perencanaan strategis mempersempit rentang opsi sedemikian
rupa sehingga para perencana dapat membuat keputusan alokasi sumber daya yang inteligen selama proses
pembuatan anggaran. Dengan demikian, rencana stratgeis membantu organisasi untuk memahami implikasi
dari keputusan strategis untuk rencana tindakan dalam jangka pendek.
2. Alat pengembangan manajemen
Perencanaan strategis formal adalah alat pendidikan dan pelatihan manajemen yang unggul
dalam melengkapi para manajer dengan suatu pemikiran mengenai strategi dan mengimplementasinya
KETERBATASAN
Ada beberapa kekurangan atau keterbatasan potensial dari perencanaan strategis formal, yaitu:
1. Perencanaan berakhir menjadi “pengisian formulir” latihan birokasi, tanpa pemikiran strategis
2. Organisasi mungkin menciptakan departemen perencanaan strategi yang besar dan
mendelagasikan pembuatan rencana strategis kepada para staf di departemen tersebut
Akhirmya, Perencanaan Strategis adalah proses yang mememakan waktu dan mahal. Beban yang
paling signifikan adalah waktu yang diberikan untuk perencanaan strategis oleh manajemen senior dan para
manajer pada tingkat-tingkat lain di organisasi tersebut.
- Rencana strategis formal yang di inginkan dalam organisasi memiliki karateristik sbb:
Dalam organisasi industrial, program adalah produk atau keluarga produk, ditambah riset dan
pengembangan,aktivitas-aktivits umum dan administratif, akuisisi yang di rencanakan atau aktivitas-aktivitas
penting lainnya yang tidak sesuia dengan lini produk yang ada saat ini. Dalam organisasi jasa , program
berkaitan dengan jenis jasa yang diberikan oleh entitas tersebut.
Rencana stategis mencakup periode lima tahun kedepan adalah periode yang cukup panjang
untuk mengestimasikan konsekuensi dari keputusan program yang dibuat saat ini untuk menegembangkan
dan memasarkan produk baru atau untuk memperoleh aktiva modal utama yang baru mungkin tidak dapat
sepenuhnya di rasakan dalam periode lebih pendek. Banyak organisasi membuat rencana yang sangat kasar
yang mencakup periode diatas lima tahun. Dalam beberapa organisasi, rencana strategis hanya mencakup tiga
tahun kedepan.
Hubungan Organisasional
? Dalam proses perencanaan stategis melibatkan manajer senior dan manajer dari unit bisnis atau
pusat tanggung jawab lainnya, dibantu oleh staf mereka. Dengan tujuan memperbaiki komunikasi antara
eksekutif korporat dengan eksekutif unit bisnis dengan cara menyediakan rangkaian aktivitas terjadwal, di
mana mereka dapat mencapai sekelompok tujuan dan rencana yang di setujui bersama.
? Perencanaan strategis memerlukan keahlian analitis dan pandangan kedepan yang luas, yang
mungkin tidak ada di organisasi kontroler biasanya organisasi ini melakukan perkerjaan untuk menyerbarkan
pedoman dan mengumpulkan angka yang di usulkan
Ide – ide untuk program baru dapat berasal dari manapun dalam organisasi : dari CEO, dari staf
perencanaan kantor pusat, atau dari beberapa bagian organisasi yang beroperasi.
organisasi riset dan pengembangan diharapkan menghasilkan ide-ide untuk produk atau proses
baru, organisasi pemasaran menghasilkan inovasi pemasaran, dan organisasi teknik produksi di harapakan
menghasilkan peralatan dan metode produksi yang lebih baik.
Perencana sebaiknya memandang adopsi dari suatu program baru tidak sebagai keputusan
tunggal dari ya atau tidak, tetapi lebih sebagai suatu rangkaian keputusan , di mana masing – masing
merupakan langkah-langkah yang relatif kecil dalam menguji dan mengembangkan program yang diusulkan
tersebut.
? Teknik – teknik untuk menganalisis usulan investasi modal berusaha untuk menemukan:
a. nilai sekarang bersih dari proyek tersebut, yaitu, kelebihan nilai sekarang dari estimasi arus kas
masuk terhadap jumlah investasi yang diperlukan, atau
b. tingkat pengembalian internal yang implisit dalam hubungan antara arus kas masuk dan keluar.
Empat alasan untuk tidak mengunakan teknik nilai sekarang dalam menganaliasis semua usulan:
1. nilai sekarang bersihnya tidak diperlukan.
2. Estimasi yang terlibat dalam usulan begitu tidak pasti sehingga membuat perhitungan sekarang
bersih dipercaya tidak sesuai dengan usahanya.
3. Alasan untuk usulan tersebut adalah selain peningkatan dalam profitabilitas.
4. Tidak alternatif yang layak untuk di adopsi.
Disini dijelaskan secara singkat beberapa pertimbangan yang berguna dalam mengimplementasikan
sistem evaluasi pengeluaran modal.
# Aturan-aturan
Perusahaan umumnya memublikasikan aturan dan prosedur untuk persetujuan usulan
pengeluaran modal dengan berbagai besaran. Usulan pengeluaran kecil dapat disetujui ditingkakt manajer
pabrik, bergantung pada total jumlah yang telah ditentukan dalam satu tahun,dan usulan yang lebih besar
akan diteruskan ke manajer unit bisnis,lalu ke CEO dan dalam kasus usulan yang sangat penting ke dewan
direksi.
# Model
Selain model pembuatan anggaran modal yang mendasar, ada teknik-teknik spesialisasi, seperti
analisis resiko, anilisis sensitivitas, simulasi, perencanaan skenario, teori permainan, model penetapan harga
opsi, analisis klaim kontijen, dan analisis diagram pohon untuk mengambil keputusan
Dari perspektif perencanaan strategis, konsep rantai nilai menyoroti 3 bidang yang potensial
berguna:
1) Hubungan dengan pemasok
Hubungan dengan pelanggan sebaiknya dikelola sedemikian rupa sehingga baik perusahaan
maupun pemasoknya sama-sama memperoleh manfaat. Mengambil keuntungan dari kesempatan semacam
itu dapat secara dramatis mengurangi biaya dan meningkatkan nilai.
Tampilan 8.3
Tujuan tersebut umumnya dinyatakan secara terpisah untu setiap lini produk dan dinyatakan
sebagai pendapatan penjualan,sebagai presentase laba,atau sebgai tingkat pengembalain atas modal yang
digunakan. Pedoman umu adalah asumsi mengenai kenaikan upah dan gaji (termasuk program imbalan baru
yang mungkin memengaruhi biaya gaji),lini produk baru atau yang dihentikan, dan harga jual. Tujuan tersebut
mewakili pandangan tentatif dari manajemen senior.
* Pertemuan Manajemen
Dimaksudkan untuk mendiskusikan usulan tujuan dan pedoman. Pertemuan berlangsung
beberapa hari dan diadakan jauh dari fasilitas perusahaan guna meminimalkan gangguan. Pertemuan
semacam itu menyediakan kesempatan bagi para manajer diseluruh bagian korporasi untuk saling mengenal
satu sama lain.
3. Iterasi pertama dari rencana strategis
“Rancangan pertama” dari rencana strategis memasukan rencana operasi yang berbeda dari
yang dimasukkan dalam rencana sekarang, seperti perubahan dalam taktik pemasaran, dengan didukung
alasan.
Rencana strategis yang telah selesai berisi laporan laba rugi, persediaan,piutang, dan pos-pos
kunci neraca lainnya,jumlah karyawan,informasi kuantitatif mengenai penjualan dan produksi,penegeluaran
untuk pabrik dan akuisisi modal lainnya,arus kas yang tidak bisa lainnya, dan penjelasan serta justifikasi naratif.
4. Analisis
Staf perencanaan dan pemasaran, produksi dan eksekutif fungsional lainnya di kantor pusat
menganalisis rencana ini secara mendalam.
Dalam banyak kasus, jumlah dari rencana unit bisnis mengungkapkan kesenjangan perencanan –
yaitu, jumlah dari rencana- rencana individual tidak mencapai tujuan korporat.
Ada 3 cara untuk menutup kesenjangan perencanaan:
1. Temukan kesempatan untuk perbaikan dalam rencana unit bisnis
2. Lakukan akuisisi
3. Meninjau ulang tujuan korporat
5. Iterasi kedua dari rencana strategis
? Analisis penyerahan pertama memerlukan revisi rencana dari beberapa unit bisnis saja, dapat juga
mengarah pada perubahan dalam asumsi dan pedoman yang memengaruhi semua unit bisnis.
Secara teknis, revisi tersebut lebih sederhana untuk dibuat di bandingkan dengan penyerahan
awal, karena hanya memerlukan perubahan dibeberapa angka saja; tetapi secara organisasional, ini
merupakan bagian yang paling menyakitkan dari proses tersebut karena memerlukan keputusan yang sulit
6. Tinjauan dan persetujuan akhir
? Rencana tersebut dipersentasikan pada suatu pertemuan dengan dewan direksi dan CEO
memberikan persetujuan akhir. Persetujuan tersebut sebaiknya dilakukan sebelum awal dari proses
pembuatan anggaran, karena rencana strategis merupakan input yang penting bagi proses itu.
1 HAKIKAT ANGGARAN
Anggaran lain-lain
* Anggaran Modal
Anggaran modal menyatakan proyek-proyek modal yang telah disetujui, ditambah jumlah untuk
proyek-proyek kecil yang tidak memerlukan persetujuan dari tingkat yang lebih tinggi. Anggaran ini biasanya
disusun secara terpisah dari anggaran operasi dan oleh orang yang berbeda. Anggaran neraca menunjukkan
implikasi neraca dari keputusan-keputusan yang terdapat dalam anggaran operasi maupun anggaran modal.
Manajer operasi yang dapat mempengaruhi tingkat persediaan, piutang usaha, atau utang usaha. Anggaran
laporan arus kas menunjukkan uang yang dibutuhkan selama tahun tersebut yang akan dipasok oleh laba
ditahan, yang harus diperoleh dari pinjaman atau dari sumber luar lain.
1.3 Manajemen Berdasarkan Tujuan
Tujuan keuangan dimana manajer bertanggung jawab untuk pencapaian selama tahun anggaran
ditetapkan dalam anggaran yang telah dijelaskan diatas. Sedangkan secara implisit dalam jumlah anggaran
juga terdapat tujuan tertentu, seperti membuka kantor penjualan baru, memperkenalkan lini produk baru,
melatih kembali karyawan, dan seterusnya. Proses pelaksanaan tersebut disebut sebagai manajemen
berdasarkan tujuan (management by objective).
b. Komite Anggaran
Komite anggaran terdiri dari manajemen senior, Chief Executif Officer (CEO), Chief Operating
Officer (COO), dan Chief Financial Officer (CFO). Komite anggaran meninjau dan menyetujui atau
menyesuaikan masing-masing anggaran.
* Negosiasi
Pembuat anggaran mendiskusikan usulan anggaran dengan atasannya. Atasan akan menilai
validitas dari setiap penyesuaian. Pertimbangan yang mempengaruhi adalah bahwa kinerja di tahun anggaran
sebaiknya merupakan perbaikan dari kinerja tahun berjalan.
* Revisi Anggaran
Pertimbangan utama dalam penyusunan anggaran adalah prosedur untuk merevisi anggaran
setelah disetujui. Ada dua jenis umum revisi anggaran :
a. Prosedur yang memungkinkan pemutakhiran anggaran secara sistematis
b. Prosedur yang memungkinkan adanya revisi dalam keadaan tertentu
Revisi anggaran harus dijustifikasi berdasarkan perubahan kondisi yang signifikan dari yang ada
ketika anggaran yang asli disetujui.
* Anggaran kontinjensi
Anggaran kontinjensi atau anggaran darurat, yang mengidentifikasikan tindakan-tindakan
manajemen yang akan diambil jika ada penurunan yang signifikan dalam volume penjualan dari apa yang telah
diantisipasi ketika mengembangkan anggaran. Anggaran kontinjensi menyediakan suatu cara yang cepat untuk
menyesuaikan dengan kondisi yang berubah jika situasinya telah tiba.
b. Bottom-Up
Manajer di tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran. Setiap
unit kerja diberikan kesempatan untuk mengajukan usulan pembuatan anggaran. Pendekatan ini kemungkinan
besar akan mendorong komitmen para manajer untuk mencapai tujuan anggaran. Keterlibatan dalam
penyusunan anggaran secara psikologis dapat meningkatkan rasa memiliki yang tinggi terhadap tujuan
perusahaan. Namun kalau tingkat partisipasi sangat tinggi dan manajer tingkat menengah dan bawah
diberikan kewenangan sangat luas, juga berisiko sulitnya manajemen puncak untuk mengusulkan target-target
yang diinginkan.
Proses penyusunan anggaran yang efektif menggabungkan kedua pendekatan. Pembuat anggaran
mempersiapkan draft pertama anggaran untuk bidang tanggung jawab, yang merupakan pendekatan bottom-
up. Tetapi mereka melakukan hal tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan di tingkat yang lebih tinggi,
yang merupakan pendekatan top-down.
Aggaran berbasiskan kinerja ialah penetapan anggaran berdasarkan prestasi yang telah ditunjukkan
oleh unit kerja. Pendekatan ini dirasa efektif mendorong manajer dalam meningkatkan kualitas kerjanya. Maka
dari itu pengukuran kinerja yang logis menjadi tiang utama untuk menerapkan anggaran berdasarkan kinerja.
Manajer beserta top manajemen harus berupaya keras untuk dapat merumuskan dasar yang digunakan untuk
mengukur kinerja sebuah unit kerja, karena dalam prakteknya ukuran kinerja itu harus dimengerti dan
dipahami oleh para manajer. Di samping itu ukuran kinerja itu logis dan masuk akal. Sebagai contoh
Departemen Pendidilakn Nasional saat ini telah mencoba mengembangkan sistem anggaran berbasiskan
kinerja. Perusahaan Air Minum (PAM) DKI juga telah menerapkan anggaran berbasiskan kinerja. Anggaran
PAM DKI akan disetujui jika tingkat kebocoran distribusi air telah sesuai dengan target yang telah disepakati,
sebaliknya anggaran biaya akan dikurangi jika syarat itu belum dicapai. Di Departemen Diknas misalnya ada
kebijakan anggaran berbasiskan kinerja yaitu jika satun penyelenggara pendidikan setingkat SMA mampu
mencapai peringkat sekolah bertaraf internasional maka ada anggaran khusus yang diperbantukan ke sekolah
tersebut.
Sistem pengendalian manajemen adalah alat untuk mengimplementasikan strategi untuk
menghasilkan kinerja, maka dengan kebijakan anggaran berbasiskan kinerja akan memotivasi manajer untuk
mencapai target-target kerja.
5.1. Simulasi
Simulasi adalah metode yang membangun model dari situasi riil dan kemudian memanipulasi
sedemikian rupa untuk mengambil kesimpulan tentang situasi riil. Penyusunan dan peninjauan anggaran
adalah proses simulasi.
Master budget atau anggaran induk ialah rencana keuangan yang komprehensif untuk seluruh
kegiatan organisasi yang terdiri dari anggaran operasi (operation budget) dan anggaran keuangan (financial
budget). Anggaran operasi ialah rencana kegiatan operasi yang dituangkan dalam bentuk fisik dan keuangan
yang terdiri: (1) anggaran penjualan, (2) anggaran biaya, dan, (3) anggaran laba. Sedangkan anggaran
keuangan ialah rencana keuangan yang terdiri: (1) anggaran kas, (2) anggaran belanja barang modal, (3) neraca
yang dianggarkan.
Anggaran penjualan ialah rencana kerja divisi marketing yang dituangkan dalam bentuk angka-
angka keuangan yang terdiri dari: (1) anggaran penjualan, dan (2) anggaran biaya pemasaran. Anggaran
penjualan merupakan hasil ramalan penjualan berdasar data historis internal tentang penjualan dan berdasar
data kualitatif eksternal tentang perubahan kondisi eknonomi, sosial, dan politik. Menyusun anggaran
penjuaan cukup rumit karena pengaruh faktor eksternal sulit cepat berubah dan sulit dikendalikan. Anggaran
penjualan merupakan pusat pembuatan seluruh anggaran. Oleh sebab itu jika anggaran penjualan salah, maka
seluruh anggaran berikutnya salah. Tim anggaran harus hati-hati dalam mendiskusikan dan menetapkan
anggaran penjualan.
Anggaran biaya ialah rencana kerja divisi produksi dan divisi komersial yang dituangkan dalam
bentuk angka-angka keuangan terdiri: (1) anggaran produksi dalam unit, (2) anggaran kebutuhan bahan dalam
unit dan dalam rupiah, (3) anggaran pembelian bahan dalam unit dan dalam rupiah, (4) anggaran biaya tenaga
kerja langsung (upah buruh), (5) anggaran biaya overhead pabrik, dan (6) anggaran harga pokok produksi.
Sebelum menyusun anggaran produksi, terlebih dahulu diadakan estimasi tentang persediaan awal dan akhir
barang jadi, dan sebelum menyusun anggaran pembelian bahan, terlebih dahulu diadakan estimasi tentang
persediaan bahan awal dan akhir. Anggaran produksi dalam unit harus berdasar anggaran penjualan dalam
unit, sedangkan anggaran biaya produksi harus berdasar anggaran produksi dalam unit.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung (upah buruh) ialah rencana kerja dalam bentuk jam kerja
dan tarif upah yang dituangkan dalam bentuk angka-angka keuangan. Jam kerja buruh adalah waktu yang
digunakan untuk membuat produk, sedangkan tarif upah ditentukan oleh manajemen berdasarkan hukum
penawarn dan permintaan tenaga kerja atau berdasarkan data historis tentang upah. Anggaran biaya tenaga
kerja selalu berhubungan dengan anggaran produksi.
Anggaran biaya ovehead pabrik ialah rencana kerja pendukung kegiatan pabrik yang dituangkan
dalam bentuk angka-angka keuangan, terdiri dari: (1) anggaran biaya tenaga kerja tidak langsung, termasuk
gaji karyawan dan pengawas pabrik, (2) anggaran bahan tidak langsung, (3) anggaran biaya pemeliharaan
mesin, gedung pabrik, dan peralatan pabrik, (4) anggaran reparasi mesin dan peralatan pabrik, (5) anggaran
penyusutan aktiva tetap pabrik, (6) anggaran premi assuransi kebakaran, (7) anggaran premi assuransi buruh
dan karyawan pabrik, (8) anggaran biaya umum dan administrasi pabrik, Anggaran pajak bumi dan bangunan
pabrik, (9) anggaran kesejahteraan karyawan dan buruh pabrik, (10) anggaran sumbangan kepada masyarakat
sekitar pabrik, dan (11) anggaran biaya lain-lain pabrik.
Anggaran harga pokok produksi ialah rencana produksi dalam unit yang dituangkan dalam
bentuk angka-angka keuangan, terdiri dari: (1) anggaran persediaan awal bahan, (2) anggaran pembelian
bahan, (3) anggaran persediaan akhir bahan, (4) anggaran pemakain bahan dalam proses produksi, (5)
anggaran biaya tenaga kerja atau upah buruh, dan (6) anggaran biaya overhead pabrik. Anggaran harga pokok
produksi pada umumnya disajikan dalam bentuk total dan dalam bentuk per unit.
Anggaran harga pokok penjualan ialah rencana produk yang dijual yang dituangkan dalam
bentuk angka-angka keuangan, terdiri: (1) anggaran persediaan awal barang jadi, (2) anggaran harga pokok
produksi barang jadi, dan (3) anggaran persediaan akhir barang jadi. Anggaran ini akan dihubungkan langsung
dengan hasil penjualan sehingga melahirkan anggaran laba kotor.
Anggaran biaya pemasaran ialah rencana kerja pemasaran yang dituangkan dalam bentuk
angka-angka keuangan, terdiri: (1) anggaran biaya riset pemasaran, (2) anggaran biaya pengembangan produk,
(3) anggaran biaya distribusi, (4) anggaran biaya promosi, (5) anggaran potongan harga, (6) anggaran biaya
penjualan, (8) anggaran komisi penjualan, (9) anggaran perjalanan dinas tenaga penjual, (10) anggaran biaya
‘entertainment’, (11) biaya pelayanan purna jual, dan (12) anggaran gaji karyawan divisi pemasaran dan
penjualan, (13) anggaran biaya umum dan administrasi divisi pemasaran, (14) anggaran penyusutan aktiva
tetap divisi pemasaran, dan (15) biaya lain-lain divisi pemasaran dan penjualan.
Anggaran biaya administrasi ialah rencana kerja divisi administrasi dan kantor pusat yang
dituangkan dalam bentuk angka-angka keuangan, terdiri: (1) gaji direksi dan staf, (2) anggaran biaya kantor, (3)
anggaran biaya konsultan dan auditor, (4) anggaran perjalanan dinas, (5) anggaran penyusutan aktiva tetap
divisi administrasi, (6) anggaran sumbangan sosial, dan (7) anggaran biaya lain-lain.
Anggaran rugi-laba ialah rencana laba yang terdiri: (1) laba kotor yaitu hasil penjualan dikurangi
harga pokok penjualan, (2) laba operasi yaitu laba kotor dikurangi beban pemasaran dan beban administrasi,
(3) laba bersih yaitu laba operasi dikurangi beban bunga dan beban pajak penghasilan perusahaan.
Anggaran kas ialah rencana penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam anggaran kas
diperhitungkan saldo kas awal periode dan kas minimum yang harus tersedia (safety cash). Dalam anggaran
penerimaan kas terdiri: (1) anggaran penerimaan piutang, (2) anggaran penjualan tunai, (3) anggaran
penerimaan hasil penjualan aktiva tetap jika ada, (4) anggaran penerimaan utang, (5) anggaran tambahan
modal pemilik, (6) penerimaan lain-lain. Sedangkan anggaran pengeluaran kas terdiri: (1) anggaran pembelian
bahan, (2) anggaran biaya tenaga kerja langsung atau upah buruh, (3) anggaran biaya overhead pabrik, (4)
anggaran biaya pemasaran, (5) anggaran biaya administrasi, (6) anggaran pembayaran bunga dan angsuran
utang, (7) anggaran pajak, (8) anggaran pembelian barang modal, (10) anggaran pembayaran dividen, (11)
anggaran jasa produksi karyawan dan buruh, (12) anggaran pengeluaran kas lain-lain.
Anggaran neraca atau neraca yang dianggarkan ialah rencana posisi keuangan yang terdiri
penggunaan dana dan sumber dana. Penggunaan danaa terdiri dari kas, piutang, persediaan, harta tetap, dan
harta lain-lain. Sedangkan sumber dana terdiri dari utang jangka pendek, utang jangka panjang, modal, dan
laba ditahan.
Modal sendiri
10.000
Jumlah harta
20.000
Jumlah hutang dan modal
20.000
Keterangan:
1) Bunga hutang jangka panjang 20% per tahun.
2) Nilai persediaan: Rp 4.475.000, terdiri dari:
(Bahan baku Rp 547.000 + barang jadi Rp 3.928.000)
Keterangan
Rp
%
Penjualan
18.000
100,00
Harga pokok penjualan
10.800
60,00
Laba kotor
7.200
40,00
Biaya pemasaran
1.800
10,00
Biaya administrasi
900
5,00
Laba operasi
4.500
25,00
Bunga 20% X Rp 5.000
1.000
5,56
Laba sebelum pajak
3.500
19,44
Pajak 50%
1.750
9,72
Laba bersih
1.750
9,72
Dividen 80% X Rp 1.750
1.400
7,78
Laba ditahan
350
1,94
Rencana penjualan: Produk X 60.000 unit @ Rp 200, Y 40.000 unit @ Rp 250. Proyeksi Persediaan:
Awal: X 20.000 unit, Y 8.000 unit Akhir: X 25.000 unit, Y 9.000 unit. Penjualan dibayar tunai 70% dan sisanya
kredit. Data yang tersedia antara lain sebagai berikut:
Keterangan
Bahan
baku
A
Bahan
baku
B
Bahan
baku
C
Produk X
4
2
0
Produk Y
5
3
1
Persediaan awal (unit)
32.000
29.000
6.000
Persediaan akhir (unit)
36.000
32.000
7.000
Harga per unit (Rp)
12
5
3
Keterangan:
o Satu unit produk X digunakan bahan baku A 4 unit, B 2 unit, dan C 0 unit. Satu produk Y
menggunakan bahan baku A 5 unit, B 3 unit, dan C 1 unit.
Upah Buruh: Untuk membuat satu unit produk X membutuhkan waktu 2 jam, tarif Rp 12 dan Y 3
jam tarif Rp 16. Biaya Overhead Pabrik: Tarif berdasar jam tenaga kerja langsung, tarif variabel Rp 8 per jam,
tarif tetap Rp 12 per jam; dari tarif tetap sebesar 20% adalah beban penyusutan aktiva tetap pabrik.
Biaya Pemasaran: Produk X Rp 680.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap divisi
pemasaran Rp 180.000, dan untuk produk Y Rp 560.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap divisi
pemasaran Rp 160.000. Biaya Administrasi: Produk X Rp 1.000.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap
divisi administrasi Rp 200.000 dan untuk produk Y Rp 500.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap divisi
administrasis Rp 100.000. Pajak perseroan 50%.
Asumsi: Pembelian material dibayar tunai 50%, sisanya kredit; biaya pemasaran dan administrasi
60% dibayar tunai, sisanya utang biaya. Tahun mendatang seluruh utang dagang, utang pajak dan utang bunga
dibayar dan bunga dan pajak tahun yang bersangkutan dibayar tunai 50%, sisanya terutang. Dividen terutang,
semua tagihan tahun lalu dibayar tunai tahun depan. Penjualan aktiva tetap yang rusak Rp 600.000 dan dibeli
aktiva tetap baru Rp 2.000.000 tunai, angsuran hutang jangka panjang Rp 1.000.000.
Dalam menyusun anggaran induk dimulai dari menyusun anggaran penjualan dalam unit volume
penjualan dan dalam nilai penjualan, kemudian dilanjutkan menyusun anggaran produksi dalam unit, anggaran
kebutuhan bahan baku, anggaran pembelian bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja, anggaran biaya
overhead pabrik, anggaran harga pokok produksi, anggaran biaya pemasaran, angaran biaya operasi, anggaran
rugi-laba, anggaran kas, dan anggaran neraca. Dalam penyajian anggaran induk PT ABC tidak dibuat anggaran
negara karena tidak diketahui neraca pada awal periode. Tahap-tahap tersebut dilakukan seperti berikut ini.
1) Anggaran Penjualan
Anggaran Penjualan
Keterangan
(Rp)
Produk X = 60.000 X Rp 200
12.000.000
Produk Y = 40.000 X Rp 250
10.000.000
Jumlah
22.000.000
Keterangan:
1) Penjualan tunai 70% X Rp 22.000.000 = Rp 15.400.000/ penerimaan kas
2) Piutang dagang 30% X Rp 22.000.000 = Rp 6.600.000
2) Anggaran Produksi
Keterangan
Produk X
Produk Y
Penjualan
60.000
40.000
Ditambah persediaan akhir
25.000
9.000
Total
85.000
49.000
Dikurangi persediaan awal
20.000
8.000
Unit yang diproduksi
65.000
41.000
Keterangan
Bahan
Baku A
@ Rp 12
Bahan
Baku B
@ Rp 5
Bahan
Baku C
@ Rp 3
Produk X, 65.000 unit (4,2,0)
260.000
130.000
0
Produk Y, 41,000 unit (5,3,1)
205.000
123.000
41.000
Jumlah dalam unit
465.000
253.000
41.000
Jumlah dalam Rupiah
5.580.000
1.265.000
123.000
Keterangan
Bahan
Baku A
@ Rp 12
Bahan
Baku B
@ Rp 5
Bahan
Baku C
@ Rp 3
Penggunaan
465.000
253.000
41.000
Ditambah persediaan akhir
36.000
32.000
7.000
Jumlah
501.000
285.000
48.000
Dikurangi persediaan awal
32.000
29.000
6.000
Jumlah dalam unit
469.000
256.000
42.000
Jumlah dalam Rupiah
5.628.000
1.280.000
126.000
Keterangan:
1) Jumlah pembelian = (5.628.000 + 1.280.000 + 126.000) = 7.034.000
2) Pembelian tunai 50% X Rp 7.034.000 = Rp 3.517.000/ pengeluaran kas
3) Pembelian kredit 50% X Rp 7.034.000 = Rp 3.517.000
Keterangan
(Rp)
Produk X = 65.000 X 2 jam X Rp 12
1.560.000
Produk Y = 41.000 X 3 jam X Rp 16
1.968.000
Jumlah
3.528.000
Keterangan:
o Seluruh upah buruh dibayar tunai
Keterangan
(Rp)
Produk X = 65.000 X 2 jam X Rp 20
2.600.000
Produk Y = 41.000 X 3 jam X Rp 20
2.460.000
Jumlah
5.060.000
Keterangan:
1) Penyusutan diperhitungkan 20% X Rp 5.060.000 = Rp 1.012.000
2) Bop per kas 80% X Rp 5.060.000 = Rp 4.048.000
3) Dibayar tunai 80% X Rp 4.048.000 = Rp 3.238.400/
pengeluaran kas
4) BOP terhutang = Rp 809.600
Keterangan
Produk X
65.000 unit
(Rp)
Produk Y
41.000 unit
(Rp)
Bahan A
3.120.000
2.460.000
Bahan B
650.000
615.000
Bahan C
123.000
Upah buruh
1.560.000
1.968.000
Biaya overhead pabrik
2.600.000
2.460.000
Jumlah
7.930.000
7.626.000
Per unit
122
186
Keterangan
(Rp)
Produk X = 680.000(R/L), 680.000 –180.000
500.000
Produk Y = 560.000(R/L), 500.000 –160.000
400.000
Jumlah
900.000
Keterangan:
1) Penyusutan Rp 340.000
2) Dibayar tunai 60% X Rp 900.000 = Rp 540.000
3) Terhutang 40% X Rp 900.000 = Rp 360.000
Keterangan
(Rp)
Produk Y = 500.000(R/L), 500.000 –100.000
400.000
Produk X = 1.000.000(R/L), 1.000.000 –200.000
800.000
Jumlah
1.200.000
Keterangan:
1) Penyusutan Rp 300.000
2) Dibayar tunai 60% X Rp 1.200.000 = Rp 720.000
3) Terhutang 40% X Rp 1.200.000 = Rp 480.000
Anggaran Laba-Rugi
Keterangan
Produk X
60.000 unit
(Rp)
Produk Y
40.000 unit
(Rp)
Total
(Rp)
Penjualan-Rupiah
12.000.000
10.000.000
22.000.000
HPPenjualan
7.320.000
7.440.000
14.760.000
Laba Kotor
4.680.000
2.560.000
7.240.000
Biaya pemasaran
680.000
560.000
1.240.000
Biaya administrasi
1.000.000
500.000
1.500.000
Laba operasi
3.000.000
1.500.000
4.500.000
Bunga 20% X Rp 4.000.000
800.000
Laba sebelum pajak
3.700.000
Pajak 50% X Rp 3.700.000
1.850.000
Laba bersih
1.850.000
Dividen 50%
925.000
Laba Ditahan
925.000
Keterangan:
1) Pembayaran tunai bunga 50% X Rp 800.000 = Rp 400.000/
pengeluaran kas
2) Pembayaran tunai pajak 50% X 1.850.000 = Rp 925.000/
pengeluaran kas
Keterangan
(Rp)
Saldo awal
5.000.000
Penjualan aktiva tetap yang rusak
600.000
Penerimaan piutang
4.000.000
Penerimaan tunai penjualan
15.400.000
Jumlah penermaan kas
25.000.000
Pengeluaran:
Utang dagang
2.000.000
Utang bunga
1.800.000
Utang pajak
1.200.000
Pembelian material
3.517.000
Upah buruh
3.528.000
Biaya overehead pabrik
3.238.400
Biaya pemasaran
540.000
Biaya administrasi
720.000
Bunga
400.000
Pajak
925.000
Pembelian aktiva baru
2.000.000
Angsuran hutang jangka panjang
1.000.000
Total pengeluaran
20.868.400
Saldo kas
4.131.600
Keterangan
Rp
Keterangan
Rp
Kas
4.131,6
Utang dagang
3.517,0
Piutang
6.600,0
Utang bunga
400,0
Persediaan
5.337,0
Utang pajak
925,0
Utang biaya
1.649,6
Utang dividen
925,0
Harta tetap bersih
6.193,0
Utang jangka panjang
4.000,0
Modal sendiri
10.000,0
Laba ditahan
925,0
Jumlah harta
22.341,6
Jmlh hutang dan modal
22.341,6
Keterangan :
o Bunga hutang jangka panjang 20% per tahun.
o Utang biaya = biaya overehead Rp 809.600 + biaya marketing Rp 360.000 + biaya administrasi Rp
480.000) = Rp 1.649.600.
o Harta tetap bersih: (6.525 awal – 600 dijual) + 2.000 pembelian) – 1.652 penyusutan = Rp 6.193
o Penyusutan aktiva tetap: divisi pabrik Rp 1.012 + divisi pemasaran Rp 340 + divisi administrasi Rp
300 = Rp 1.652.
MODUL 9
Penyusunan Anggaran
REFERENSI
Management Control System, Robert N. Anthony., Vijay Govindarajan
MODUL 9
PENYUSUNAN ANGGARAN
HAKIKAT ANGGARAN
Anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang
efektif dalam organisasi. Suatu anggaran operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan menyatakan
pendapatan dan beban yang diren-canakan untuk tahun itu. Anggaran memiliki karakteristik-karakteristik
sebagai berikut:
* Anggaran mengestimasikan potensi laba dari unit bisnis tersebut.
* Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin di-dukung dengan jumlah
nonmoneter (contoh: unif yang terjual atau diproduksi).
* Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. Dalam bisnis-bisnis yang sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor musiman, mungkin ada dua anggaran per tahunmisalnya, perusahaan busana biasanya memiliki
anggaran musim gugur dan anggaran musim semi.
* Merupakan komitmen manajemen; manajer setuju untuk menerima tanggung jawab atas
pencapaian tujuan-tujuan anggaran.
* Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi wewe-nang dari pembuat
anggaran.
* Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi tertentu.
* Secara berkala, kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran, dan varians dianalisis
serta dijelaskan.
Proses penyusunan anggaran harus dibedakan dari (a) perencanaan strategis dan (b)
prediksi.
Kegunaan Anggaran
Penyusunan anggaran operasi mempunyai empat tujuan utama: (1) untuk menyesuaikan
reneana strategis; (2) untuk membantu mengoordinasikan aktivitas dari beberapa bagian organisasi; (3) untuk
menugaskan tanggung jawab kepada manajer, untuk mengotorisasi jumlah yang berwenang untuk mereka
gunakan, dan untuk menginformasikan kepada mereka mengenai kinerja yang diharapkan dari mereka, dan;
(4) untuk memperoleh komitmen yang merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja aktual manajer.
Anggaran Pendapatan
Anggaran pendapatan berisi proyeksi penjualan unit dikalikan dengan harga jual yang
diperkirakan. Dari semua elemen anggaran laba, anggaran pendapatan adalah yang paling penting, tetapi juga
merupakan elemen yang dipengaruhi oleh ketidakpastian paling besar. Tingkat ketidakpastian berbeda antar
perusahaan, dan dalam perusahaan yang sama tingkat ketidakpastian adalah berbeda pada waktu yang
berbeda.
Beban Pemasaran
Beban pemasaran adalah beban yang dikeluarkan untuk memperoleh penjualan. Sebagian
besar dari jumlah yang tercantum dalam anggaran mung kin telah dikomitmenkan sebelum tahun. tersebut
dimulai. Jika anggaran tersebut ad-alah untuk suatu organisasi penjualan yang terdiri dan sejumlah tertentu
kantor penjualan dengan jumlah karyawan tertentu, maka rencana-rencana untuk membuka ataupun
menutup kantor penjualan dan untuk merekrut maupun melatih karyawan baru (atau untuk memecat
karyawan) haruslah direncanakan jauh sebelum dimulainya tahun anggaran yang bersangkutan. Iklan harus
dipersiapkan berbulan-bulan di muka sebelum diluncurkan, dan kontrak dengan media juga dibuat berbulan-
bulan di muka.
Beban Logistik
Beban logistik biasanya dilaporkan secara terpisah dari beban untuk mendapatkan pesanan.
Beban-beban tersebut mencakup entri pesanan, per-gudangan dan pengambilan pesanan, transportasi ke
konsumen, dan penagihan piutang. Secara konseptual, beban-beban ini memiliki perilaku yang lebih serupa
dengan biaya produksi daripada biaya pemasaran; yaitu, banyak daripadanya yang merupakan biaya teknik
(engineered cost). Kendan demikian, banyak per-usahaan yang memasukkan beban-beban tersebut dalj1m
anggaran pemasaran, karena beban tersebut cenderung menjadi tanggung jawab dari organisasi pemasaran.
Pajak Penghasilan
Walaupun baris paling bawah adalah pendapatan setelah pajak peng-hasilan, beberapa
perusahaan tidak mempertimbangkan pajak penghasilan dalam penyusunan anggaran untuk unit bisnis. Hal inj
disebabkan karena kebijakan pajak penghasilan ditetapkan di kantor pusat.
Anggaran-Anggaran Lain
Meskipun fokus utama adalah pada penyusunan anggaran operasi, ang-garan yang lengkap
juga meliputi anggaran modal, anggaran neraea, dan anggaran laporan arus kas. Beberapa perusahaan juga
menyusun laporan untuk tujuan-tujuan nonkeuangan.
Anggaran Modal
Anggaran modal menyatakan proyek-proyek modal yang telah disetujui, ditambah jumlah
sekaligus untuk proyek-proyek keeil yang tidak memerlukan persetujuan tingkat yang lebih tinggi. Anggaran ini
biasanya disusun seeara ter-pisah dari anggaran operasi dan oleh orang yang berbeda. Selama tahun ter-sebut,
usulan-usulan pengeluaran modal dipertimbangkan di berbagai tingkatan dalam organisasi, dan beberapa di
antaranya akhirnya disetujui. Ini merupakan bagian dari proses pereneanaan strategis.
Pada waktu anggaran, proyek yang telah qhangkai menjadi satu paket secara keseluruhan
dan diperiksa secara total. Mungkin saja ternyata jumlah totalnya melampaui jumlah yang ingin dikeluarkan
oleh perusahaan untuk pengeluaran modal. Jika demikian halnya, maka beberapa proyek dihapus dari
anggaran, beberapa lagi dikurangi ukurannya, dan lainnya ditunda. Untuk proyek-proyek yang masih
dipertahankan, suatu estimasi kas yang akan dikeluarkan setiap kuartalnya disusun. Hal ini adalah penting
untuk mempersiapkan laporan arus kas.
Anggaran Neraca
Anggaran neraca menunjukkan implikasi neraca dan keputusan-keputusan yang tercakup
dalam anggaran operasimaupun anggaran modal. Secara kese-luruhan, anggaran neraca bukanlah alat
pengendalian manajemen, namun bebe-rapa bagiannya memang bermanfaat untuk pengendalian. Manajer
operasi yang dapat memengaruhi tingkat persediaan, piutang us aha, ataupun utang usaha sering kali
dianggap bertanggungjawab atas tingkat dan pas-pas tersebut.
Dengan komputer, dan terutama Internet, fungsi-fungsi ini dapat dilakukan dengan lebih
akurat, dengan lebih sedikit penyalinan dan kesalahan penghitungan, dan jauh lebih cepat. Tetapi, kebutuban
akan keputusan dan interaksi antara individu-individu yang terlibat tidak berubah.
Komite Anggaran
Komite anggaran terdiri dari anggota-anggota manajemen senior, seperti ChiefExecutive
Officer (CEO), Chief Operating Officer (COO), dan Chief Financial Officer (CFO). Di beberapa perusahaan, CEO
membuat keputusan tanpa komite. Komite anggaran melaksanakan suatu peranan yang penting. Komite
tersebut meninjau dan menyetujui atau menyesuaikan masing-masing anggaran. Dalam perusahaan besar
yang terdiversifikasi, komite anggaran mungkin hanya bertemu dengan eksekutif operasi senior untuk
meninjau anggaran dari suatu unit bisnis atau sekelompok unit bisnis.
Penerbitan Pedoman
Jika suatu perusahaan memiliki proses perencanaan strategis, tahun pertama dari rencana
strategis tersebut (yang biasanya disetujui pada musim panas) adalah permulaan dari proses penyusunan
anggaran.
Langkah pertama dalam proses penyusunan anggaran adalah mengem-bangkan pedoman
yang mengatur penyusunan anggaran, untuk disebarkan kepada semua manajer. Pedoman ini adalah yang
dinyatakan secara implisit dalam rencana strategis dan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan yang telah
terjadi semenjak disetujui, khususnya kinerja perusahaan sampai tanggal tersebut dan prediksi terakhir. Semua
pusat tanggung jawab harus mengikuti sebagian dari pedoman ini, seperti asumsiinflasi secara umum dan
inflasi untuk pas-pas tertentu seperti upah; kebijakan korporat mengenai berapa banyak karyawan yang dapat
dipromosikan; kompensasi di tiap tingkat upah dan gaji, termasuk tunjangan; dan kemungkinan untuk
membekukan perekrutan. Pedoman lainnya adalah spesifik untuk pusat tanggung jawab tertentu.
Negosiasi
Pernbuat anggaran rnendiskusikan usulan anggaran dengan atasannya.lni rnerupakan inti
dari proses tersebut. Atasan cenderung untuk rnenilai valiclitas dan liar penyesuaian. Biasanya, pertirnbangan
yang rnernengaruhi adalah bahwa kinerja di tahun anggaran sebaiknya rnerupakan perbaikan dan kinerja
tahun berjalan. Atasan tersebut rnenyadari bahwa ia akan rnenjadi pernbuat anggaran di tingkat berikutnya
dan proses anggaran dan, oleh karena itu harus siap untuk rnernpertahankan anggaran yang raJa akhirnya
disetujui.
Slack
Banyak pernbuat anggaran cenderung untuk rnenganggarkan pendapatan agak lebih rendah
dan pengeluaran agak lebih tinggi, dan estirnasi terbaik rnereka mengenai jurnlah-jurnlah tersebut. Oleh
karena itu, anggaran yang dihasilkan, adalah target yang lebih rnudah bagi rnereka untuk dicapai. Perbedaan
antara jumlah anggaran dan estimasi terbaik disebut slack. Dalam memeriksa anggaran, atasan berusaha untuk
menemukan dan menghilangkan slack, tetapi ini merupakan tugas yang berat.
Revisi Anggaran
Salah satu pertimbangan utama dalam penyusunan anggaran adalah prosedur untuk
merevisi anggaran setelah disetujui. Jelasnya, jika dapat direvisi sesuai dengan keinginan pemouat anggaran,
maka tidak ada gunanya meninjau dan menyetujui anggaran di awal. Di lain pihak, jika asumsi anggaran
temyata menjadi tidak realistis sehingga perbandingan angkaaktual terhadap anggaran adalah tidak berarti,
maka revisi anggaran mungkin diinginkan.
Ada dua jenis umum revisi anggaran:
1. Prosedur yang memungkinkan pemutakhiran anggaran secara sistema tis (katakanlah,
kuartalan).
2. Prosedur yang memungkinkan adanya revisi dalam keadaan tertentu.
Anggaran Kontinjensi
Beberapa perusahaan secara rutin menyusun anggaran kontinjensi yang i
mengidentifikasikan tindakan-tindakan manajemen yang akan diambil jika ada' penurunan yang signifikan
dalam volume penjualan dari apa yang telah diantisipasi ketika mengembangkan anggaran (misalnya: tindakan
yang akan diambil berdasarkan penurunan 20% dari estimasi terbaik atas volume penjualan). Anggaran
kontinjensi menyediakan suatu cara yang cepat untuk menyesuaikan dengan kondisi yang berubah jika
situasinya telah tiba. Jika volume penjualan turun 20%, manajer unit bisnis dapat i memutuskan sendiri, sesuai
dengan anggaran kontinjensi yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan harus dilakukan.
Departemen Anggaran
Departemen anggaran memiliklm salah keperilakuan yang sangat sulit. Departemen ini harus
menganalisis anggaran secara rinci, dan departemen tersebut harus yakin bahwa anggaran disusun dengan
memadai dan informasinya adalah akurat. Untuk melaksanakan tugas-tugas ini, departemen anggaran kadang
kala hams bertindak dengan cara-cara yang dipandang manajer merasa terancam atau dimusuhi. Sebagai
contoh, departemen anggaran mencoba untuk memastikan bahwa anggaran tidak berisi kelonggaran yang
berlebihan. Dalam kasus lainnya, penjelasan dan varians anggaran yang disediakan oleh pembuat anggaran
dapat menyembunyikan atau meminimalkan situasi yang potensial menjadi serius; dan ketika departemen
anggaran mengungkapkan fakta tersebut, manajer lini berada pada posisi yang tidak nyaman. Departemen
anggaran hams menjaga keseimbangan antara membantu manajer lini dan memastikan integritas dan sistem
tersebut.
Teknik-Teknik Kuantitatif
Walaupun teknik matematika dan komputer meningkatkan proses penyusunan anggaran,
keduanya tidak memecahkan masalah-masalah kritis mengenai pengendalian anggaran. Masalah-masalah
kritis dalam penyusunan anggaran cendemng berada dalam area keperilakuan.
Simulasi
Simulasi adalah metode yang membangun model dari situasi riil dan kemudian memanipulasi
model ini sedemikian mpa untuk mengambil kesimpulan tentang situasi riil. Penyusunan dan peninjauan
anggaran adalah proses simulasi. Dengan simulasi komputer, manajemen senior dapat menanyakan dampak
dan berbagai jenis perubahan yang berbeda dan menerima jawabannya seketika. Hal ini memberikan peluang
kepada manajemen senior untuk berpartisipasi lebih penuh dalam proses penyusunan anggaran.
Estimasi Probabilitas
Tiap angka dalam anggaran adalah estimasi titik (point estimate)-yaitu, jumlah tunggal ”yang
paling mungkin. Sebagai contoh, estimasi penjualan dinyatakan dalam sejumlah tertentu unit dari setiap jenis
produk yang akan dijual. Estimasi titik adalah perlu untuk tujuan pengendalian. Tetapi, untuk tujuan
perencanaan, suatu rentang dart hasil-hasil yang mungkin bisa lebih menolong. Setelah anggaran disetujui
secara tentatif, adalah mungkin dengan menggunakan model komputer untuk mensubstitusi distribusi
probabilitas untuk setiap estimasi titik penting.
14